• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Berenergi

2.1.1. Defenisi Minuman Berenergi

Minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung zat-zat stimulan untuk meningkatkan energi, kewaspadaan, dan meningkatkan performa (Alsunni, 2011). Menurut Buxton (2012), minuman berenergi adalah minuman yang dipercaya untuk mengurangi dan mencegah kelelahan, meningkatkan performa fisik, psikologi dan kinerja kognitif.

Minuman berenergi adalah minuman berasa yang berupa air non alkohol yang mengandung kafein, karbohidrat, asam amino, vitamin dan bahan lain dengan tujuan meningkatkan energi, kewaspadaan, metabolisme dan mental performa (Campbell, 2013).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung bahan-bahan stimulan seperti kafein, vitamin B kompleks dan bahan lainnya yang dipercaya mampu meningkatkan performa fisik maupun mental.

2.1.2. Perkembangan Minuman Berenergi

Pada tahun 2006 berdasarkan data yang diperoleh Zenith International, konsumsi minuman energi di seluruh dunia meningkat sebesar 17% dari tahun sebelumnya menjadi 960 juta galon. Di Indonesia, pada tahun 2001 ada 19 produsen minuman energi dengan total kapasitas produksi 5.49 juta kg/tahun (noncair) dan 79.74 juta liter/tahun (cair). Menurut data yang diperoleh Business

Monitor International (BMI) di Indonesia pada tahun 2009, produksi minuman

energi dalam bentuk cair sebanyak 1,2 triliun liter dan meningkat menjadi 1.38 triliun liter pada tahun berikutnya. Adapun total penjualan minuman energi pada tahun 2009 sebesar Rp 16,9 triliun dan bernilai Rp 20,54 triliun pada tahun

(2)

berikutnya. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas peningkatan produksi minuman energi yang tentunya selaras dengan peningkatan minat konsumsi minuman energi pada masyarakat (Widyarini et al, 2014).

2.1.3. Manfaat Minuman Berenergi

Minuman berenergi diciptakan untuk memberi energi yang tinggi kepada konsumennya dengan kombinasi stimulan dan zat-zat penguat energi lainnya. Mengkonsumsi minuman berenergi mampu meningkatkan euphoria, mengurangi agitasi, ansietas, iritabilitas dan insomnia karena zat stimulan itu sendiri seperti kafein. Minuman ini juga mampu meningkatkan ketahanan otot tubuh (Alsunni, 2011). Minuman berenergi yang berkafein dapat meningkatkan kualitas kerja dengan meningkatkan kewaspadaan, performa psikomotor, pengetahuan, memori dan mood. Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam memberi peningkatan energi menunjukkan bahwa minuman energi dibandingkan dengan placebo memberi efek peningkatan energi pada kelompok subjek berumur 18 hingga 55 tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30 hingga 60 menit selepas konsumsi dan efek ini dipertahankan selama sekurang-kurangnya 90 menit. Dan dikatakan lebih lanjut bahwa kafein merupakan penyebab utama efek ini (McCormack dan Hoffman, 2012).

Menurut Putriastuti (2007) dalam penelitiaannya yang berjudul persepsi, konsumsi dan preferensi minuman berenergi yang dilakukan terhadap supir bis malam sebanyak 63,9% responden merasakan efek minuman berenergi hanya satu hingga dua jam saja. Sebanyak 27,8% responden menyatakan efeknya tiga hingga empat jam dan sebanyak 8,3% menyatakan efeknya lima hingga enam jam. Kafein diabsorbsi secara sempurna dalam sistem pencernaan selama 30-60 menit. Maksimum efek di otak akan muncul dalam waktu 2 jam.

Minuman berenergi diyakini dapat membantu mengganti energi yang hilang setelah berlatih ataupun berkompetisi.Selain itu juga dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang, meningkatkan performa dan mengurangi kelelahan (Buxton, 2012).Pemberian minuman berenergi yang mengandung kafein juga

(3)

dapat menigkatkan denyut jantung secara signifikan dan berhubungan dengan tekanan darah pada akhirnya (Sinaga, 2012).

2.1.4. Kandungan Zat Minuman Berenergi dan Efek yang Ditimbulkan

Tabel 2.1. Zat Kandungan Minuman Berenergi dan Efeknya Terhadap Tubuh

ZAT KANDUNGAN EFEK TERHADAP TUBUH

Kafein ( 70-200 mg) Stimulasi sistem saraf pusat sehingga memberikan efek “alert”. Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

Taurine Meregulasi denyut jantung, kontraksi

otot dan tingkat energi.

Guarana Merupakan zat stimulan yang

meningkatkan “alertness” dan energi. Mempunyai efek yang sama seperti kafein

Vitamin B Membantu dalam konversi makanan

menjadi energi

Ginseng (18-400 mg dalam 16 ons) Meningkatkan energi, mempunyai komponen anti-lelah, melegakan stress dan menguatkan ingatan. Menstimulasi hipothalamus dan kelenjar pituitari untuk mengekskresi adeno corticotropic hormone (ACTH)

Ginkgo Biloba Membantu retensi ingatan, konsentrasi, sirkulasi, mempunyai efek anti-depresan.

L-Carnitine Merupakan asam amino yang biasanya

diproduksi oleh hati dan ginjal. Bersifat termogenik dan membantu dalam pengurangan berat badan dan

(4)

meningkatkan daya tahan tubuh sewaktu berolahraga

Gula Sumber metabolisme karbohidrat tubuh

untuk menghasilkan tenaga

Anti-oxidant Membantu pemulihan tubuh daripada

efek radikal bebas

Glucuronalactone Biasanya dijumpai dalam tubuh dan

merupakan glukosa yang

dimetabolisme oleh hati. Membantu detoksifikasi, sekresi hormone dan biosintesis vitamin C. Dalam minuman berenergi dipercaya mencegah zat lain menggunakan cadangan glikogen dalam otot

Sumber : Babu, K.M., Church,R.J.,Lewander,W., 2008. “Energy Drink : The New

Eye-Opener for Adolescents”, Clinical Pediatric Emergency Medicine.

Kebanyakan minuman berenergi mengandung gula dan kafein dalam jumlah besar sebagai bahan aktif utama meskipun zat lain seperti taurine, riboflavin, piridoksin,vitamin B, dan berbagai herbal seperti guarana, ginseng dan ginkgo biloba juga ada. Kandungan gula yang tinggi (sekitar 9% atau 10%) tidak hanya membuat minuman berenergi lebih berkalori tetapi juga menghambat penyerapan cairan dan dapat menyebabkan kram perut. Konsentrasi kafein dalam minuman berenergi dapat berkisar tiga sampai lima kali konsentrasi dalam minuman bersoda. Namun, hal ini telah ditemukan memiliki konsekuensi kesehatan yang merugikan (Buxton, 2012).

Kafein sebagai bahan utama dan terbesar dalam minuman berenergi memiliki kesamaan struktur dengan adenosine sehingga disebut sebagai functional

adenosine reseptor antagonis. Telah diketahui bahwa adenosin merupakan

neurotransmitter yang mengaktifkan reseptor A1 yang mampu menghambat lipolisis yaitu penguraian lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Salah satu kerja

(5)

kafein adalah menghambat reseptor ini sehingga proses lipolisis meningkat yang kemudian meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam darah sehingga menghemat atau menunda pemakaian glikogen sebagai sumber energi hingga pada akhirnya menunda kelelahan. Penurunan aktivitas adenosine nantinya akan meningkatkan aktivitas dopamin. Kafein dapat juga meningkatkan kadar epinefrin atau adrenalin, dengan cara menghambat potensial post sinaptik. Fungsi epinefrin adalah menstimulasi sistem saraf simpatik, peningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot, penurunan aliran darah ke kulit dan organ viseral, pelepasan glukosa oleh hati. Penggunaan kafein akut juga meningkatkan kadar serotonin, menyebabkan perubahan mood. Kafein dapat berfungsi sebagai diuretik karena menginhibisi adenosine. Hal ini disebabkan karena adenosine menyebabkan konstriksi arteriol aferen glomerulus.Inhibisi adenosine menyebabkan vasodilatasi, dengan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus (GFR) (Mrazik, 2004).

2.2. Kekuatan Otot

2.2.1. Defenisi Kekuatan Otot

Strength atau kekuatan adalah ketahanan maksimal yang dapat dihasilkan

selama kontraksi otot dalam kecepatan kontraksi tertentu (Robergs dan Keteyian, 2003). Kekuatan otot (Muscular Strength) dapat didefinisikan sebagai ketahanan maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah otot atau kumpulan otot (Powers dan Howley, 2007).

Strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia

yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu meningkatkankomponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan (Chan, 2012).

Kekuatan otot adalah istilah umum yang mempunyai pengertian yang bermacam-macam, antara lain : kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup

(6)

otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Kekuatan otot dapat juga berarti kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi (Lesmana, 2014).

Berdasarkan pendapat dan pengertian tersebut, maka dapat di gambarkan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan atau kualitas otot dalam berkontraksi dalam kecepatan kontraksi tertentu untuk mengatasi beban, baik beban tubuh sendiri maupun beban tubuh di tambah beban dari luar tubuh.

2.2.2. Kekuatan Otot Pada Atlet

Kekuatan dibutuhkan oleh atlet untuk meningkatkan performanya. Dan dalam upaya serta maksud di waktu tertentu dibutuhkan pertimbangan antara mempertahankan kekuatan itu lebih lama atau meningkatkan kekuatan itu sendiri (Zatsiorsky, 2003). Latihan kekuatan dan ketahanan dibutuhkan oleh atlet untuk menjaga otot-ototnya, menjaga berat badan, mencegah obesitas, mengurangi resiko cedera, mencegah nyeri punggung belakang, meningkatkan kepadatan tulang, menjaga tekanan darah serta menjaga psikologi serta mental untuk tetap baik (Hooger, 2013).

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

Menurut Lesmana (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah :

1. Usia dan jenis kelamin

Kekuatan otot mulai timbul sejak lahir sampai dewasa dan terus meningkat terutama pada usia 20 sampai 30-an dan secara gradual menurun seiring dengan peningkatan usia.Pada umumnya bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan wanita muda sampai menjelang usia puber,setelah itu pria akan mengalami peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding wanita,dan perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (antara usia 30 sampai 50). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa otot setelah puber, karena

(7)

setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar dibandingkan dengan massa otot wanita.

2. Ukuran cross sectional otot

Semakin besar diameter otot maka akan semakin kuat.Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara fisiologis cross sectional area dan tegangan maksimal pada otot ketika dilakukan stimulasi elektrik. Kekuatan otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8 kg/cm2 pada cross sectional area tanpa memperhatikan jenis kelamin. Namun variabilitas cross sectional area pada suatu otot akan berbeda setiap saat karena pengaruh latihan dan inaktifitas.

3. Hubungan antara panjang dan tegangan otot pada waktu kontraksi

Otot menghasilkan tegangan yang tinggi pada saat terjadi sedikit perubahan panjang otot ketika berkontraksi. Tenaga kontraktil otot yang terbesar adalah ketika otot dalam keadaan ekstensi penuh karena pada saat full ekstensi, otot dalam keadaan 1/3 kali lebih panjang daripada saat istirahat. Tenaga pada otot dapat terus berkurang ketika otot berkontraksi (memendek). Ketika otot dalam kontraksi penuh maka tenaga kontraktil yang dihasilkan dapat berkurang sampai nol.

4. Recruitmen motor unit

Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuro-muscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan badan sel) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber). Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal itu berarti pada kontrol neural fast twitch fiberdan

slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan

digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang aktif. Pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan

(8)

kekuatan otot akan mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk meningkatkan endurance akan mengaktifkan slow twitch fiber.

5. Tipe kontraksi otot

Otot mengeluarkan tenaga paling besar ketika kontraksi eksentrik (memanjang) melawan tahanan. Dan otot juga mengeluarkan tenaga lebih sedikit ketika kontraksi isometrik serta mengeluarkan tenaga yang paling sedikit ketika kontraksi konsentrik (memendek) melawan beban.

6. Jenis serabut otot

Karakteristik tipe serabut otot memiliki peranan pada sifat kontraktil otot sepertikekuatan,endurance, power, kecepatan dan ketahanan terhadap kelelahan/fatigue. Tipe serabut IIA dan B (fast twitch fiber) memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah tegangan tetapi sangat cepat mengalami kelelahan/fatigue. Tipe I(slow twitch fiber) menghasilkan sedikit tegangan dan dilakukan lebih lambat dibandingkan dengan tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap kelelahan/fatigue.

7. Ketersediaan energi dan aliran darah

Otot membutuhkan sumber energi yang adekuat untuk berkontraksi, menghasilkan tegangan, dan mencegah kelelahan/fatigue. Tipe serabut otot yang predominan dan suplai darah yang adekuat, serta transport oksigen dan nutrisi ke otot akan mempengaruhi hasil tegangan otot dan kemampuan untuk melawan kelelahan/fatigue.

8. Kecepatan kontraksi

Torsi yang besar dihasilkan pada kecepatan yang lebih rendah. Kecepatan berarti rata-rata gerakan dalam arah tertentu. Kecepatan pemendekan atau pemanjangan otot secara substansial akan mempengaruhi tegangan otot yang terjadi selama kontraksi. Penurunan tegangan kontraksi terjadi ketika peningkatan kecepatansaat pemendekan otot yang merupakan dasar penjelasan jumlah links yang terbentuk per unit waktu antara filamen aktin dan miosin. Pada kecepatan lambat, jumlah maksimum cross-bridge dapat terbentuk.Semakin cepat filamen

(9)

aktin dan miosin slide terhadap satu dengan yang lain, semakin kecil jumlah links yang terbentuk antara filamen-filamen dalam satu unit waktu dan semakin kecil tegangan yang terjadi. Kecepatan kontraksi berbanding terbalik dengan besar beban pada otot atau dengan kata lain berarti semakin cepat kontraksi maka tegangan yang dihasilkan semakin kecil.

9. Motivasi

Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal. Oleh karena itu seseorang harus mau melakukan usaha yang maksimal agar menghasilkan kekuatan maksimal.

2.3. Minuman Berenergi dan Kekuatan Otot pada Atlet

Minuman energi sering dikonsumsi oleh atlet sebelum kompetisi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja mereka. Kepercayaan pada minuman energi dipegang oleh sebagian besar atlet, terutama karena istilah "energi drink" menyampaikan pesan bahwa produk tersebut memiliki hubungan dengan aktivitas fisik. Akibatnya, atlet yang kurang informasi mungkin menganggap bahwa beberapa manfaat akan diperoleh setelah mengkonsumsi minuman ini. Kebanyakan atlet mengkonsumsi minuman berenergi dengan harapan memperoleh energi, meskipun tidak ada konfirmasi ilmiah tentang efektivitas ergogenic minuman energi. Atlet , terutama mereka yang bermain olahraga yang sangat kompetitif , lebih mungkin untuk menunjukkan minat pada produk-produk baru yang menjamin mereka dari peningkatan kinerja mereka atau pemulihan cepat setelah penampilan . Dengan demikian mereka mudah tergoda untuk mengonsumsi minuman energi ini. Selain itu, produsen merekomendasikan minuman energi ini untuk olahraga yang membutuhkan tingkat energi yang tinggi (Buxton, 2012).

Dalam meta - analisis baru-baru ini dilaporkan bukti kuat mengenai efek ergogenic kafein pada kekuatan otot kaki , meskipun tidak seperti efek yang ditemukan dalam kelompok otot lainnya . Namun demikian, manfaat baru hadir ketika menelan 6 mg / kg kafein. Kafein yang terdapat pada minuman berenergi

(10)

meningkatkan oksidasi lemak dan karbohidrat. Pada penelitian terhadap hewan coba ditemukan bahwa kafein dapat secara langsung mempengaruhi otot melalui peningkatan pengeluaran Ca++ dari reticulum sarcoplasma atau melalui inhibisi adenosin sehingga terjadi peningkatan motor unit pada CNS. Pada manusia dosis 6 mg/kg kafein dapat meningkatkan kekuatan otot ekstensor lutut (Coso et al, 2012).

Kafein pada minuman berenergi dapat meningkatkan ekstensi dan fleksi lutut, serta meningkatkan kecepatan kontraksi fleksi siku.Penggunaan minuman berenergi juga dapat menjaga performa kekuatan otot setelah latihan berat (McCormack, 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari sintesis terhadap alternatif ini mengindikasikan bahwa seluruh sub-elemen yang ada, memiliki potensi yang cukup besar untuk diberikan penalty dalam pelaksanaan

masyarakat, fenomena juga dapat diartikan sebagai kejadian yang dapat diteliti oleh siapapun. Fenomena kehidupan sosial jurnalis TV yang ada di Jakarta sangat terlihat sangat

Menurut Suhairi (2004) nilai kepribadian wirausaha yang tinggi seperti lokus pengawasan internal dan keinginan berprestasi cenderung memilih cara bersaing yang

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.. UPI:

Berdasarkan tes hasil belajar siswa, ketuntasan klasikal mendapatkan prosentase 75.00 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada proses pembelajaran dengan

Ratelife pada tahun 1984, pertama kali manyatakan bahwa pasien- pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang terlambat dirujuk (rujuk telat (RT)/late referral) ke

Hasil verifikasi metode penentuan kadar TSAI dalam tetes tebu metode Lane Eynon diperoleh nilai presisi (%RSD) sebesar 0,87 % telah memenuhi kriteria seksama, nilai

Setelah mendapatkan hasil harga penggunaan material maka data akan mudah diolah seperti yang diketahui bahwa penelitian ini menggunakan sampel atap dari rumah