• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium sativum) DI DAERAH PINGGIRAN PERKOTAAN DENPASAR*) BPTP Bali 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium sativum) DI DAERAH PINGGIRAN PERKOTAAN DENPASAR*) BPTP Bali 2"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH

(Allium sativum)

DI DAERAH PINGGIRAN PERKOTAAN DENPASAR*) I Ketut Kariada1, I.B. Aribawa1 dan Helena da Silva2

1BPTP Bali

2BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

Akhir-akhir ini kota Denpasar berkembang sangat pesat sebagai daerah pusat perekonomian perkotaan. Disisi lain menimbulkan dampak pemanfaatan lahan-lahan untuk fasilitas perumahan, jalan, dan lainnya sehingga berakibat menyisakan lahan-lahan terbengkalai dengan irigasi terputus yang disebut sebagai lahan tidur. Potensi lahan-lahan tidur tersebut dapat diberdayakan untuk budidaya sayuran. Di beberapa tempat lahan-lahan tersebut di sewa secara musiman oleh penduduk pendatang untuk budidaya sayuran. Dalam melaksanakan budidaya sayuran para petani umumnya menggunakan input kimiawi secara intensif. Sebaliknya potensi sumberdaya pupuk organik di masyarakat seperti pukan babi maupun limbah organik lainnya sering dibuang ke sungai atau dibakar sehingga menimbulkan dampak lingkungan yang tidak sehat. Melihat potensi tersebut, pada TA. 2006 dilakukan pengkajian melalui uji adaptasi beberapa pupuk organik dan an-organik pada bawang merah (Allium sativum) varietas lokal yang berlokasi di desa Sumerta Kelod Denpasar Timur. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk yang terbaik dalam budidaya tanaman bawang merah di daerah pinggiran perkotaan yang bersifat ramah lingkungan. Rancangan yang digunakan adalah RAK dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah : (a) P0 : Cara petani (NPK 100-50-50); (b) P1 : pukan babi 5 ton/ha, (c) P2 : Pupuk organik kascing 5 ton/ha, (d) P3 : Pupuk cair urine sapi 60 l/ha + ½ P0. Hasil pengkajian menunjukkan perlakuan pupuk kascing dosis 5 t/ha memberikan hasil tertinggi yaitu 15.07 t/h dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara hasil terendah diperoleh pada perlakuan P0 yaitu 10.69 t/h.

Kata Kunci : pupuk organik, pupuk an-organik, bawang merah, pinggiran perkotaan.

PENDAHULUAN

Urbanisasi merupakan suatu kata yang berkonotasi dengan pembangunan perkotaan atau berkembangnya wilayah perkotaan dengan datangnya penduduk baru ke kota. Perkembangan perkotaan di Bali khususnya di Denpasar semakin berkembang dari tahun ke tahun yang diindikasikan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk pendatang. Besarnya kepadatan penduduk kota Denpasar ditunjukkan oleh data kependudukan Provinsi Bali dimana laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 0,7% per tahun dalam kurun waktu 1990 s/d 1995 (Anonimous, 1996). Dengan demikian maka kebutuhan lahan untuk perumahan bagi masyarakat juga semakin meningkat. Dampaknya adalah meluasnya pemanfaatan lahan-lahan pertanian menjadi non pertanian baik untuk perumahan, jalan, perdagangan dan lainnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemutusan beberapa saluran irigasi di beberapa wilayah yang dampaknya adalah menghasilkan banyak lahan-lahan tidur di sekitar perumahan penduduk. Pengkajian komoditi sayuran yang pernah dilakukan di daerah pinggiran perkotaan (“peri urban

agriculture”) Denpasar pada tahun 2000 menunjukkan hasil yang baik serta mampu memberikan

pendapatan yang layak pada para petani pendatang (Kariada, dkk. 2000).

Peningkatan jumlah penduduk tersebut di atas berindikasi positif terhadap kebutuhan pangan masyarakat perkotaan. Kualitas produk juga menjadi suatu syarat antara lain dengan kualitas bagus dan “less chemicals” sehingga dengan kondisi tersebut mengakibatkan terdapat potensi dan peluang bagi masyarakat pendatang ataupun petani setempat untuk melakukan usaha tani sayuran yang ramah lingkungan di kota Denpasar. APO (2004) menyatakan bahwa pertanian pinggiran perkotaan yang disebut dengan ”urban frange agriculture” ternyata mampu memberikan nilai tambah pada penduduk perkotaan dan disarankan agar memanfaatkan pupuk organik dalam mengatasi masalah lingkungan akibat dari limbah rumah tangga perkotaan.

(2)

Sejalan dengan hal itu, akhir-akhir ini isu pengembangan pertanian organik semakin meningkat karena pada saat menghadapi pasar bebas nanti akan berhadapan dengan pesaing-pesaing tangguh yang telah mengembangkan pertanian organik secara maju, dengan memanfaatkan pupuk bahan organik. Selain itu pupuk organik mampu memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adnyana (2000), menunjukkan bahwa kondisi lahan-lahan sawah di Bali pada saat ini telah mengalami kerusakan serius dan hal ini membutuhkan penanganan jangka panjang. Salah satu cara mengatasinya disarankan agar menggunakan pupuk organik dalam pembenahan kualitas lahan (BOA, 2005; Bambang Irawan, 2005), salah satu pupuk organic yang mempunyai banyak kelebihan adalah pupuk organik kascing yang mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro serta ditengarai mengandung zat tumbuh sekaligus sebagai katalisator di dalam tanah terutama dalam pembebasan unsur-unsur hara yang terikat seperti P-terikat dengan mengaktifkan berbagai jasad renik / mikro organisme tanah dengan sifat simbiose (Kartini, 2000). Kascing merupakan pupuk organik yang berkualitas lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik lainnya karena mempunyai C/N ratio yang rendah sehingga sangat baik sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. Selain pupuk organik kascing, di sekitar masyarakat Bali banyak terdapat limbah ternak babi yang sering tidak digunakan oleh petani. Secara umum masyarakat Bali rata-rata memelihara ternak babi sekitar 2 ekor. Limbah kotoran babi ini sering dibuang ke kali ataupun dibakar sehingga sering menimbulkan pencemaran lingkungan khususnya di daerah pedesaan. Limbah babi ini diduga mempunyai kandungan unsur makro dan mikro yang baik bagi tanaman maka perlu dilakukan pengkajian terhadap peluang pemanfaatan limbah ini sebagai pupuk organik.

Adapun tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui peran pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah di daerah pinggiran perkotaan (peri urban agriculture).

BAHAN DAN METODOLOGI

Pengkajian dilakukan di lahan petani di daerah pinggiran perkotaan (peri urban agriculture) dengan sasaran agar diperoleh jenis pupuk yang mampu memberikan produksi terbaik pada bawang merah. Dalam aplikasi beberapa jenis pupuk ini, bawang merah (Allium sativum) varietas lokal Kintamani digunakan sebagai bahan tanaman. Lokasi pengkajian adalah di Desa Sumerta Kelod Denpasar Timur. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik NPK, pukan babi, pupuk organik kascing dan pupuk cair urine sapi yang diencerkan 10 kali. Pemupukan diberikan sekaligus pada awal penanaman sementara pupuk cair diberikan secara rutin setiap minggu. Pengkajian dilakukan pada MK 2006 dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah : (a) P0 : Cara petani (Urea 200 kg, SP-36 100 kg, KCl 50 kg); (b) P1 : pukan babi 5 ton/ha, (c) P2 : Pupuk organik kascing 5 ton/ha, (d) P3 : Pupuk cair urine sapi diencerkan 10 kali + ½ P0. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif agar tanaman dapat tumbuh sesuai harapan. Parameter tanaman yang diukur adalah rata-rata tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, diameter umbi, produksi per hektar. Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT 5 % (Gomez dan Gomez, 1995). Selanjutnya dilakukan analisis usaha tani bawang merah untuk mengetahui tingkat keuntungan budidaya bawang merah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bawang merah varietas lokal Kintamani ternyata dapat beradaptasi dengan baik di daerah dataran rendah walaupun biasanya diusahakan di daerah dataran medium hingga dataran tinggi. Dari pengamatan secara langsung di lapangan maka penampilan pertumbuhan bawang secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang baik. Pengaruh pemupukan mempunyai respon yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata tinggi dan jumlah umbi tanaman bawang merah var. lokal. Perlakuan Rata-rata tinggi (cm) Jumlah umbi per rumpun Diameter umbi (cm) Produksi (t/Ha)

(3)

P0 34.75 a 3.35 a 8.04 a 10.80 a

P1. 34.70 a 3.30 a 8.34 a 11.28 b

P2 39.35 c 4.65 a 9.80 a 15.07 d

P3 36.40 b 3.50 a 9.12 a 13.27 c

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5 %.

Dari perlakuan yang diberikan ternyata perlakuan pemberian pupuk organik kascing berbeda nyata dari perlakuan lainnya, demikian pula pengaruh pukan babi dan bio urine sapi yang berbreda nyata dengan control (perlakuan NPK). Secara keseluruhan perlakuan dengan cara petani menunjukkan hasil yang lebih rendah dari pada dengan pemberian pupuk lainnya. Besarnya produksi dengan perlakuan kascing maupun pupuk organik lainnya karena potensi lahan yang ada cukup gembur dan mempunyai tekstur tanah lempung berpasir sehingga faktor porositas tanah cukup baik. Dengan kondisi ini maka peran bahan organic di dalam tanah menjadi sangat baik sebagai penahan air, energi bagi mikroorganisme serta penyedia unsure hara. Pada pengkajian ini rata-rata jumlah umbi per rumpun untuk varietas lokal tidak berbeda nyata demikian pula untuk diameter umbi. Jumlah umbi per rumpun tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 yaitu pemberian pupuk Kascing 5 ton/ha, diikuti oleh perlakuan P3, P1 dan P0 yaitu masing-masing 4.65, 3.50, 3.30 dan 3.35 umbi per rumpun. Sementara untuk diameter umbi nilai tertinggi juga diperoleh melalui perlakuan P2 (kascing) tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Produksi tertinggi bawang merah yaitu 15.07 ton / Ha dicapai dengan perlakuan pupuk kascing ternyata jauh lebih baik dari perlakuan lainnya karena pupuk kascing mengandung komposisi unsur hara yang cukup baik antara lain unsur N = 1,99%, P = 3,92 %, K = 0,69 %, S = 0,26 %, Cu = 0,045 % serta Fe = 0,081 % (C.V. Sarana Petani Bali, 2000). Unsur hara yang dikandung ini sangat sesuai dengan kebutuhan tanaman sayuran yang membutuhkan kation-kation makro maupun mikro seperti di atas. Komposisi unsur yang dikandungnya juga sangat berimbang sehingga ketersediaan unsur hara yang siap diabsorpsi oleh akar pada fase generatif dan pembentukan umbi akan terpenuhi terutama pada saat fase-fase absorpsi nitrogen dalam pembentukan akar, batang dan daun (Soepardi, 1974). Kadar N pada kascing memberikan efek yang sangat cepat menstimulir pertumbuhan pada phase vegetatif yang juga merupakan unsur pengatur absorpsi kalium (K) dan phosphor (P). Sejalan dengan pendapat ini, Miller (1972) menyatakan tanaman menyerap N dalam bentuk NO3 dan NH4 untuk membentuk asam amino dan protein serta jaringan tanaman yang menduduki komposisi 1-4 % bobot kering tanaman. Kascing sendiri sebagai pupuk organik yang mampu menyediakan bahan-bahan asam amino dan protein yang siap membangun jaringan pertumbuhan tanaman. Kascing juga mengandung zat tumbuh yaitu auksin yang berperan dalam memacu pertumbuhan akar sehingga daya serap akar terhadap unsur hara makro dan mikro sangat efektif. Walaupun pupuk kandang babi memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kascing dan produksinya lebih rendah namun bila dibandingkan dengan perlakuan NPK pukan babi ini memberikan dampak yang jauh lebih baik. Demikian pula pada perlakuan pupuk cair urine sapi yang diencerkan 10 kali ternyata mampu berproduksi baik dan berbeda nyata dengan perlakuan pukan babi dan perlakuan NPK. Pada pemberian pupuk kimia justru memperlambat ketersediaan unsur hara akibat dari sifat fisik tanah di lokasi penelitian adalah teksturnya berpasir yang berarti sangat sarang / aerasinya sangat baik sehingga kemungkinan terjadinya leaching/pencucian N. Unsur N sangat mudah mengalami penguapan menjadi N bebas.

Hasil yang dicapai pada pengkajian ini hampir berimbang dengan hasil yang pernah dikaji di daerah Bima NTB pada lahan kering/tegal yang mendapat pengairan dari sumur yaitu 15.42 ton/Ha (Zairin dan Sembiring, 2001). Pada pengkajian sayuran lainnya ternyata pupuk kascing juga berperan sangat baik, karena pupuk organik kascing mempunyai kandungan unsur hara yang sangat baik (Kariada, et al., 2001; Omiyani, et al., 2001) serta diinformasikan pula bahwa pupuk kascing sangat cocok dan baik untuk pembibitan tanaman hortikultura dan tanaman hias. Beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang signifikan misalnya peran kascing pada tanaman pangan dapat meningkatkan serapan hara N,P,K dan hasil kedelai secara signifikan, memperbaiki kandungan hara tanah dan meningkatkan pH tanah. Pada tanaman bawang putih mampu meningkatkan produksi secara nyata

(Kartini, 1994). Sedangkan dari hasil penelitian Kariada, et al. (2000; 2001) dengan pemupukan pupuk

organik kascing pada tanaman sawi hijau dan cabai merah hot chilli menunjukkan hasil yang sangat nyata bila dibandingkan dengan cara petani. Tingginya hasil yang ditunjukkan oleh penggunaan pupuk

(4)

kascing diakibatkan oleh komposisi unsur hara yang dikandung oleh kascing cukup baik seperti Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Kadar kandungan unsur hara dari pupuk organik kascing, pukan babi dan urine sapi. Karakteristik

kimia

Jenis Pupuk Kascing Pukan Babi (Anon.

2005)

Bio Urine sapi (Guntoro, et. al., 2006) pH C-org (%) N-tot (%) P-tsd (%) K-tsd (%) 6.80-8.40 17.64 1.99 3.92 0.69 6.6 23.4 1.64 0.80 1.30 8.60 3.77 3.02 0.02 0.85 Sumber : Anonimous, 2005; Guntoro et al., 2006; Kariada et al., 2004; Suwardi, 2006

Kondisi unsur hara yang terkandung dalam pupuk organic tersebut mencerminkan potensi limbah organic sangat baik diberdayakan untuk usaha tani. Dengan kondisi pH yang alkalis maka peluang yang baik dalam membenahi kondisi lahan, pembebasan unsure-unsur hara terjerap seperti Al-, Fe-P maupun occluded-P sehingga dengan demikian akan mampu diabsorpsi oleh akar sayuran dengan baik. Kadar N-total ke tiga pupuk organik sangat tinggi, sedangkan P-tsd dan K-tsd ke tiga pupuk organik mempunyai kadar yang juga tinggi. Kandungan ini sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jagung manis.

Analisis usaha tani bawang merah di daerah pinggiran perkotaan dari beberapa perlakuan pupuk organic dan an-organik disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Analisis usaha tani bawang merah di daerah pinggiran perkotaan Denpasar

Kebutuhan input SATUAN BIAYA P0 P1 P2 P3

Bibit bawang 1000 kg 10.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 • Urea 200 kg • SP-36 100 kg • KCl 50 kg 200 100 50 KgKg Kg 1500 2000 2000 300.000 200.000 100.000 600.000 0 0 0 Pukan babi (5 ton/Ha) 5000 kg 300 1,500,000 0 1,500,000 0 0 Pupuk kascing 5000 kg 700 3.500.000 0 0 3.500.000 0

Pupuk cair urine

sapi 60 l 0 0 0 0 0 0 Pestisida Organik 20 Btl 30.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 Tenaga Kerja (olah tanah, bumbun, tanam dll) 40 HOK 30,000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

Total Biaya input 12.400.000 13.300.000 15.300.000 11.800.000

Produksi per hektar Kg) 10.80 11.28 15.07 13.27 Nilai produksi (harga jual di lokasi) 1 kg 3.000 32.400.000 33.840.000 45.210.000 39.810.000 Keuntungan per hektar 20.000.000 20.540.000 29.910.000 28.010.000 Analisis B/C 1.61 1.54 1.95 2.37

Hasil analisis usaha tani bawang merah menunjukkan bahwa perlakuan P2 (pupuk kascing) memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp. 29.910.000 per hektar (B/C ratio 1.95), diikuti oleh perlakuan P3 (pupuk cair urine sapi) Rp. 28.010.000 (B/C ratio 2.37), P1 (Kompos babi) Rp. 20.540.000 (B/C ratio 1.54), dan terendah pada perlakuan P0 (pupuk NPK) sebesar Rp. 20.000.000 (B/C ratio 1.61). Dari data

(5)

tersebut di atas ternyata secara keseluruhan budidaya bawang merah memberikan keuntungan bila dilihat dari nilai B/C ratio yang >1 yang menunjukkan usaha tani ini layak dilakukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh perlakuan pupuk organik dan an-organik menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan terutama pada komponen produksi tinggi tanaman dan hasil. Pada komponen jumlah umbi dan diameter umbi tidak berbeda nyata.

2. Pengaruh perlakuan pupuk organik kascing ternyata sangat baik dengan indikasi tingkat produksi yang tertinggi yaitu 15.07 t/ha, diikuti oleh perlakuan urine sapi 13.27 t/ha, pukan babi 11.28 t/ha dan terendah pada perlakuan NPK 10.80 t/ha.

3. Dari analisis usaha tani secara keseluruhan usaha tani bawang merah super mampu memberikan keuntungan dengan nilai B/C ratio untuk semua perlakuan >1.

4. Disarankan agar para petani untuk menerapkan pupuk organik melalui pembuatan pupuk sendiri sehingga input produksi menjadi rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. M., 2000. Masalah Kesuburan Tanah pada Lahan Sawah di Bali. Makalah Paket Teknologi Tentang Pemanfaatan Pupuk Alternatif. Jurusan Tanah Faperta UNUD. Denpasar.

Anonimous, 2005. Pengantar Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Anonimous, 1996. Laporan Tahunan. Statistik Pertanian Tanaman Pangan Tahun 1996. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Dati I Bali.

APO, 2004. Urban Frange Agriculture. APO News.

Bambang Irawan, 2005. Megamendung Organic Farming. Bogor BOA, 2005. Master Plan Bali Organic Association. Denpasar.

C.V. Sarana Petani Bali. 2000. Pupuk Organik Kastcing (POK). Pupuk Organik Pertama di Indonesia. Alami, Ramah Lingkungan, Bebas Bahan Kimia. Denpasar.

Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition. An International Rice Research Instute Book. A Wiley Interscience Publ. John Wiley and Sons. New York. 680 p.

Guntoro, S., I. M. Rai Yasa, I. M. Londra. 2006. Hasil analisis limbah ternak. Laporan Pengkajian Sistim Usaha Tani ternak. BPTP Bali.

Kariada, I.K. M. Sukadana, L. Kartini dan Y. Handayani. 2000. Laporan Pengkajian Pupuk Organik Kascing pada sayuran pinggiran perkotaan. IP2TP Denpasar.

Kariada, I.K. FX. Loekito, M. Sukadana, dan L. Kartini. 2001. Laporan Gelar Teknologi Pupuk Organik Kascing pada sayuran pinggiran perkotaan. BPTP Bali.

Kariada, I.K., I.B. Aribawa, I.M. Londra dan I.N. Dwijana. 2004. Laporan Akir Pengkajian Sistim Usaha Tani Integrasi Ternak Sapi Potong dan Sayuran Pada FSZ Lahan Kering Dataran Tinggi Beriklim Basah. BPTP Bali.

(6)

Kartini, N.L. 1994. Penggunaan Kastcing (Kotoran Cacing) Sebagai Pupuk Organik dan Peranannya Bagi Tanah dan Tanaman. Topik Khusus. Program Pasca Sarjana, UNPAD. Bandung.

Kartini, N.L. 2000. Peranan Pupuk Organik Kastcing (POK) Dalam Pertanian Organik. Makalah Disampaikan Pada Seminar Hasil Pengkajian Pupuk Organik IP2TP Denpasar

Miller, F.P. 1972. Fertilizers and Our Environment. The Fertilizer Hand Book. The Fertilizer Institut New York. Pp. 24-46.

Omiyani, N., M. Sukadana dan M. Londra. 2001. Beternak Cacing untuk Produksi Pupuk Kascing. Leaflet BPTP Bali.

Soepardi, G. 1974. Sifat dan Ciri-ciri Tanah 3. Terjemahan H.O. Buckman dan N.C. Brady. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Faperta IPB Bogor.

Suwardi, 2006. Teknologi Pengomposan Bahan Organik Sebagai Salah Satu Pilar Pertanian Organik. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Zairin, M. dan H. Sembiring (2001). Penampilan Beberapa Varietas Bawang Merah Pada Lahan Kering Bersumur Di Bima. Makalah Disampaikan Pada Seminar Nasional Hasil Pengkajian Tahun 2000 di BPTP Bali.

Gambar

Tabel 3.  Analisis usaha tani bawang merah di daerah pinggiran perkotaan Denpasar

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar pelaksanaan pengawasan mutu dengan cara diperiksanya semua produk yang dihasilkan berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan dan

Setelah melakukan proses penelitian melalui proses observasi dengan mengamati kedua objek penelitian pada film “ Cinderell a” versi live action tahun 2015 dengan film versi

Dari tahapan pengujian konsep di atas didapatkan hasil berdasarkan survei yang dilakukan pada situs internet google form yaitu konsep yang dipilih pelanggan adalah

Dalam hal terdapat perbedaan data antara Petikan DIPA dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Faktor bakteri kontaminan dapat disingkirkan jika dilakukan pemeriksaan kultur darah pada waktu yang bersamaan dengan dua lokasi yang berbeda.. Pengaruh riwayat pemberian

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

Untuk mengetahui apakah varibel bebas travel motivation dan electronic word of mouth secara simultan atau bersama – sama memiliki pengaruh yang signifikan

pengaruh variabel brand trust dan kualitas pelayanan terhadap keputusan menggunakan jasa JNE bersifat positif, sehingga semakin baik brand trust JNE dan semakin baik