• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF: PROKASTINASI AKADEMIK PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KLATEN HALAMAN JUDUL. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF: PROKASTINASI AKADEMIK PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KLATEN HALAMAN JUDUL. Skripsi"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF: PROKASTINASI AKADEMIK PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KLATEN

HALAMAN JUDUL

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh

Sesilia Welliana Margiyanti 129114097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

iv

HALAMAN MOTTO

Sekali kamu menentukan harapan, maka semuanya sangat mungkin terwujud - Christopher Reeve

Kegagalan adalah batu loncatan menuju kejayaan – Oprah Winfrey

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu - 1 Petrus 5:7

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan

rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan - Yeremia 29:11

(3)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan ke hadirat-Mu Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat dan berkat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Tuhan atas segala rahmat yang telah Engkau diberikan. Semoga segala usahaku selama ini tidak sia-sia dan dapat menjadi berkat untuk orang lain yang membutuhkan. Amin

Skripsi ini saya persembahakan kepada orangtua saya bapak Norbertus Sugiyono dan ibu Theresia Supriyanti yang selalu memberikan segalanya sehingga saya dapat mencapai apa yang saya inginkan dan selalu menanyakan kapan saya lulus. Tidak lupa juga saya persembahkan kepada kakak laki-laki satu-satunya Agustinus Priya Eka Adiputra dan kakak ipar saya Veronica Chandraningtyas Metrisari yang juga selalu bertanya kapan saya lulus selalu memberikan bantuan moril kepada saya selain orangtua saya.

Tidak lupa juga saya persembahkan kepada keluarga besar saya Kiswo Miharjo dan Leo Agung Sutomo yang selalu memberikan dorongan semangat. Teman-teman senasibku yang selalu membantu dan menyemangati untuk menyelesaikan skripsi ini, Terima Kasih. Perjuangan yang sesungguhnya baru akan dimulai kawan.

(4)

vii

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF : PROKRASTINASI AKADEMIK PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KLATEN

Sesilia Welliana Margiyanti

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum mengenai prokrastinasi pada remaja sekolah menengah pertama di Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif berjenis deskriptif. Subjek penelitian adalah 120 remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk menguji validitas skala prokrastinasi peneliti melakukan analisis validitas isi dengan reliabilitas skala sebesar 0,942. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 120 remaja SMP di klaten terdapat 19 remaja SMP dengan persentase 15,8% dalam kategori rendah. Selanjutnya sebanyak 95 remaja SMP dengan persentase 79,2% dalam kategori sedang. Kemudian 6 remaja SMP dengan persentase 5% dalam kategori tinggi.

(5)

viii

QUANTITATIVE DESCRIPTIVE: ACADEMIC PROCRASTINATION ON JUNIOR HIGH SCHOOL TEENAGER IN KLATEN

Sesilia Welliana Margiyanti

Abstract

Class for junior high school in Klaten. This research is quantitative descriptive type. The research subjects were 80 teenagers of state junior high school and 40 teenagers of private junior high school. To help scale validity, researchers conducted content validity analysis with a scale of reliability of 0.942. The results showed that high school adolescents in Klaten had a moderate level of procrastination that appeared on an empirical average score of 53.68 smaller than the theoretical average score of 60. High school boys are higher for academic procrastination in junior high school girls. Junior high school boys with an average score of 58.37 is greater than junior high school girls with an average score of 48.98.

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan ... 8 D. Manfaat ... 8 1. Manfaat teoritis ... 8 2. Manfaat praktis ... 8

(7)

xiii

A. Prokrastinasi Akademik ... 9

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 9

2. Area Prokrastinasi Akademik ... 10

3. Aspek Prokrastinasi Akademik ... 12

4. Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ... 14

5. Dampak prokrastinasi akademik ... 17

B. Remaja ... 18

1. Pengertian Remaja ... 18

2. Perkembangan Masa Remaja ... 19

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 21

C. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama ... 22

D. Dinamika Prokrastinasi Akademik Pada Remaja SMP di Klaten ... 23

E. Bagan Prokrastinasi Akademik Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional ... 27

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Metode Pengumpulan Data ... 29

F. Validitas dan Reliabilitas ... 30

1. Validitas Alat Ukur ... 30

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 30

(8)

xiv

G. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Persiapan Penelitian ... 37

B. Pelaksanaan Penelitian ... 37

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38

D. Hasil Penelitian ... 40

E. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Keterbatasan Penelitian ... 52

C. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(9)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Seleksi Aitem ... 33

Tabel 3.2 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Seleksi Aitem ... 34

Tabel 3.3 Kategorisasi ... 35

Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ... 38

Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 39

Tabel 4.3 Deskripsi Sekolah Subjek Penelitian ... 39

Tabel 4.4 Mean Empirik ... 40

Tabel 4.5 Perbandingan Mean Teoritik Dan Empiris Prokrastinasi Akademik ... 41

Tabel 4.6 Tingkat Kategorisasi ... 41

Tabel 4.7 Kategori Prokrastinasi Akademik ... 42

Tabel 4.8 Mean Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.9 Kategori Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.10 Uji t-test Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 4.11 Mean Sekolah ... 45

(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba ... 59

Lampiran 2 Reliabilitas Sebelum Seleksi Aitem ... 64

Lampiran 3 Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba ... 66

Lampiran 4 Reliabilitas Setelah Seleksi Aitem ... 71

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam hidup manusia. Pendidikan pada dasarnya adalah serangkaian kegiatan yang diusahakan secara sadar untuk seluruh manusia yang dapat dilakukan dimana pun, kapan pun, dan tanpa adanya batasan waktu. Pendidikan bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilaksanakan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan (Damayanti, 2018). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Pintar, pemerintah mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah selama 12 tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 SD (Sekolah Dasar) hingga kelas 12 SMA (Sekolah Menengah Atas). Program wajib belajar 12 tahun ini diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat dan dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi baik ke lembaga pendidikan formal ataupun non formal.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan tanggal 23-26 April 2019 pada 8 remaja SMP di Klaten, didapatkan hasil bahwa dalam menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah (PR), remaja SMP tersebut

(12)

hanya menyalin atau mencontek tugas teman lainnya. Mereka tidak mengerjakan tugas sendiri dikarenakan mereka malas untuk mengerjakan tugas. Hal tersebut dikarenakan ketika mereka sampai di rumah mereka merasa lelah dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan. Selain itu, ketika di dalam kelaspun mereka jarang mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga membuat mereka tidak paham akan pelajaran yang diikuti.

Hal serupa juga diungkapkan saat wawancara dengan 5 orang guru SMP di Klaten pada tanggal 7-9 Mei 2019, yang menyatakan bahwa banyak siswa mengeluh karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan sehingga mereka merasa malas untuk mengerjakan tugas tersebut. Para siswa menganggap waktu pengumpulan tugas masih lama sehingga mereka santai dalam mengerjakan tugas, mempunyai kesibukan lain selain menyelesaikan tugas yang membuat siswa melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) tersebut. Selain penundaan pengerjaan tugas, saat di dalam kelas siswa kurang memperhatikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran seperti mengobrol dengan teman. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa SMP di Klaten melakukan prokrastinasi atau penundaan dalam menyelesaikan tugas.

Masa sekolah merupakan masa untuk membekali siswa berbagai kemampuan dan ketrampilan untuk menunjang keberhasilan dalam menyelesaikan atau mengerjakan suatu tugas (Suradi, 2017). Selain kegiatan di ruangan, siswa dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya di luar kelas seperti mengikuti ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang diikuti

(13)

siswa dapat memperluas pengetahuan melalui kegiatan di luar sekolah seperti les maupun bimbingan belajar. Banyaknya kegiatan yang dilakukan siswa membuat mereka harus mampu mengatur waktunya antara kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakulikuler. Siswa yang memiliki banyak kegiatan di luar maupun di dalam kelas dapat membuat siswa tersebut menjadi kelelahan, sehingga berdampak pada terhambatnya proses pengerjaan tugas-tugasnya. Menurut Savira dan Suharsono (2013), siswa merasakan kelelahan pada jadwal belajar dan aktifitas lain selain aktifitas sekolah, sehingga melakukan penundaan untuk memulai mengerjakan dan mengumpulkan tugas.

Penundaan mengerjakan tugas dalam ilmu psikologi disebut dengan prokrastinasi. Menurut Solomon dan Rothblum (1984), prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan. Menghindar dari tugas, menjanjikan untuk mengerjakan nanti, menggunakan berbagai alasan untuk membenarkan penundaan tersebut serta mencegah dirinya disalahkan oleh orang lain merupakan tanda bahwa seseorang melakukan prokrastinasi akademik (Knaus, 2010). Penundaan tugas juga terjadi karena mengerjakan tugas butuh usaha yang banyak dan menimbulkan kecemasan bahkan tugas dinilai sebagai tugas yang tidak menyenangkan (Scher & Osterman, 2003). Prokrastinasi dinilai memberikan pengaruh negatif dalam fungsi akademik (Klassen dkk, 2009).

(14)

Penelitian mengenai prokrastinasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh, Alhadi, dan Saputra (2017) mengenai tingkat prokrastinasi akademik siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 9 Yogyakarta menunjukkan bahwa dari 35 subjek ditemukan 17,2% siswa memiliki tingkat prokrastinasi tinggi, sebanyak 77,1% memiliki tingkat prokrastinasi sedang, serta 5,7% lainnya memiliki tingkat prokrastinasi rendah. Menurut penelitian dari Nitami, Daharnis, dan Yusri (2015) tentang hubungan motivasi belajar dengan prokrastinasi siswa menunjukkan bahwa secara umum prokrastinasi akademik siswa secara keseluruhan di SMP N 25 Padang berada pada kategori rendah dengan persentase rata-rata 52%. Penelitian dari Khomariyah (2016) tentang hubungan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII di SMP N 3 Kertosono Malang dengan total jumlah 84 siswa menunjukkan bahwa tingkat prokrastinasi sedang dengan persentase sedang sebesar 76,20% yaitu 64 siswa, tingkat rendah dengan persentase 23,80% yaitu 20 siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nashrullah (2015) di SMP N 1 Piyungan Bantul dengan metode kuantitatif diketahui dari 193 siswa kelas VIII terdapat 18 siswa (9%) memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang tinggi, 170 siswa (88%) memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang sedang, 5 siswa (3%) memiliki tingkat prokrastinasi akademik rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang melakukan prokrastinasi akademik sangat tinggi dan sangat rendah siswa.

(15)

Anak usia SMP adalah anak-anak yang telah memasuki masa remaja. Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Usia remaja adalah mereka yang berusia 12-22 tahun. Masa ini sebagai masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan lainnya. Pada masa remaja, individu mengalami berbagai perubahan bentuk fisik, emosi, dan kognitif. Remaja merasa mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula, remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Mighwar, 2006).

Remaja dalam proses belajarnya, tidak sedikit yang mengalami prokrastinasi akademik. Mereka kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, sering mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan, dan melakukan banyak kegiatan sehingga kurang mampu membagi waktu antara mengerjakan tugas dan kegiatan. Fenomena prokrastinasi akademik di kalangan remaja bukanlah suatu hal yang baru bagi dunia pendidikan. Adanya batasan waktu dalam mengerjakan tugas diharapkan mampu mengerjakan tugas secara maksimal. Namun pada kenyataanya, remaja khususnya siswa SMP mempunyai kebiasaan mengumpulkan tugas menjelang batas waktu yang ditentukan. Siswa mengalami kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan segala sesuatu dengan berlebihan dan gagal dalam menyelesaikan tugas maka dapat

(16)

dikatakan sebagai siswa yang melakukan prokrastinasi (Ghufron & Rini, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Ferrari, Keanne, Wolfe, dan Beck (1998) menunjukkan sekitar 25% sampai 75% siswa memiliki masalah prokrastinasi di lingkungan akademiknya. Siswa laki-laki dan siswa perempuan Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki perbedaan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Perbedaan jenis kelamin menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena hasil penelitian prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin cukup bervariasi. Hasil penelitian Balkis dan Duru (2009) pada sampel yang terdiri dari 580 siswa (329 perempuan, 251 laki-laki) menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung menunda-nunda pekerjaan atau tugas daripada perempuan. Senecal, Koestner, dan Valenard (1995) mengatakan prokrastinasi akademik lebih tinggi terjadi pada laki-laki. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penundaan sering terjadi pada siswa laki-laki (Prohaska dkk, 2000). Namun ada penelitian lain dengan hasil yang berkebalikan, seperti hasil penelitian Washington (2004) yang hasilnya ternyata perempuan lebih tinggi melakukan prokrastinasi akademik. Rodarte, Luna, dan Sherry (2008), menunjukkan bahwa siswa perempuan lebih sering menunda-nunda. Berdasarkan uraian tersebut prokrastinasi akademik dapat terjadi berdasarkan jenis kelamin.

Masalah yang muncul karena prokrastinasi akademik juga dialami secara nyata oleh siswa kelas VIII SMP N 6 Klaten dan siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang mengeluh mengenai ketidaknyamanan dengan

(17)

cara guru mengajar, tugas yang dianggap terlalu banyak hingga adanya keengganan untuk belajar. Keengganan belajar yang terjadi pada siswa SMP tidak jarang mengakibatkan tugas-tugas sekolah yang tertunda menjadi terbengkalai sehingga banyak waktu yang terbuang. Siswa SMP selalu mencari alasan untuk tidak segera mengerjakan tugas dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang menyenangkan dan mendatangkan hiburan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang prokrastinasi akademik karena masalah prokrastinasi akademik cukup umum di dunia pendidikan. Terjadinya prokrastinasi akademik juga dapat berasal dari dorongan diri sendiri yang ingin menunda dalam mengerjakan pekerjaan dan dapat berasal juga dari luar dirinya seperti lingkungan pertemanan atau lingkungan keluarga. Sehingga hal tersebut perlu diketahui sebenarnya sumber yang dari mana yang dapat membawa dampak terjadinya prokrastinasi akademik. Apakah dari dalam dirinya atau dari luar dirinya. Sehingga ketika sudah diketahui penyebabnya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya prokrastinasi akademik.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran mengenai prokrastinasi akademik pada remaja Sekolah Menengah Pertama di Klaten?

(18)

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran mengenai prokrastinasi akademik pada remaja Sekolah Menengah Pertama di Klaten

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah meliputi : 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah pengetahuan mengenai prokrastinasi akademik di bidang psikologi pendidikan khususnya pada remaja SMP serta dapat mengaplikasikan teori prokrastinasi akademik yang telah teruji secara ilmiah.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan menumbuhkan pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya sehingga menjadi bahan evaluasi dan referensi khususnya bagi para orang tua dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi untuk mengurangi dan mencegah prokrastinasi akademik pada remaja SMP.

(19)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prokrastinasi Akademik

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti suatu keputusan untuk hari esok, atau jika digabungkan menjadi menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 1983). Istilah prokrastinasi ini pertama kali dicetuskan oleh Brown dan Holtzman pada tahun 1967 untuk menunjukkan kecenderungan untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan (Ferrari dkk, 1995).

Silver (dalam Green, 1982), mengatakan prokrastinasi lebih dari sekedar suatu kecenderungan, melainkan suatu respon untuk mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai atau karena tidak memadainya keyakinan yang tidak rasional yang menghambat kinerja. Orang yang melakukan perilaku prokrastinasi disebut prokrastinator. Prokrastinastor atau individu yang melakukan prokrastinasi sadar saat menghadapi tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya (prioritas utama), namun dengan sengaja menunda secara berulang-ulang (kompulsif) hingga muncul perasaan cemas dan perasaan bersalah (Ferrari dkk, 1995).

(20)

Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) secara lebih jelas membedakan prokrastinasi berdasarkan jenis tugasnya yaitu prokrastinasi non-akademik dan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non formal atau tugas yang berhubungan dengan tugas sehari-hari misalnya rumah tangga dan tugas kantor. Sedangkan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik seperti tugas sekolah atau tugas kuliah. Secara historis, penelitian tentang prokrastinasi pada awalnya memang sudah banyak dilakukan di lingkungan akademik (Ferrari dkk, 1995). Solomon dan Rothblum (1984) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik adalah kecenderungan yang hampir selalu dan selalu dilakukan oleh seseorang untuk menunda tugas akademik.

Berdasarkan pemaparan dari para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan pengertian prokrastinasi akademik adalah suatu kecenderungan pada seseorang untuk berperilaku menunda mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan. Perilaku prokrastinasi dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi pelakunya. Pelaku prokrastinasi disebut juga sebagai prokrastinator.

2. Area Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik berkaitan dengan unsur-unsur tugas dalam akademik. Solomon dan Rothblum (1984) menjelaskan bahwa

(21)

prokrastinasi akademik adalah kecenderungan yang dilakukan oleh seseorang untuk hampir selalu dan selalu menunda tugas akademik. Terdapat enam area akademik yang sering dijadikan oleh siswa sebagai “bahan” prokrastinasi. Enam area tersebut meliputi :

a. Menulis

Penundaan dalam memulai atau menyelesaikan kewajiban menulis seperti mengarang, menulis makalah, laporan praktikum, serta tugas menulis lainnya.

b. Belajar dalam menghadapi ujian

Penundaan belajar yang biasanya dilakukan saat menghadapi ujian meliputi kuis mingguan, ujian mid semester ataupun ujian akhir.

c. Membaca

Penundaan dalam membaca buku referensi maupun buku referensi penudukung yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan. d. Tugas administratif

Penundaan dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas administratif seperti menyalin catatan, mengembalikan buku ke perpustakaan, membayar SPP, melakukan daftar ulang (beregristrasi) dan sebagainya.

e. Menghadiri pertemuan

Penundaan atau terlambat masuk kelas atau tidak masuk pembelajaran dengan berbagai alasan, praktikum, dan pertemuan lainnya.

(22)

f. Kinerja akademik secara keseluruhan

Penundaan dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas atau aktivitas yang berkaitan dengan akademik secara keseluruhan.

Kesimpulan dari pemaparan para ahli bahwa prokrastinasi akademik pada siswa merupakan suatu perilaku menunda tugas akademik yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang. Siswa melakukan prokrastinasi dalam hal menulis, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan.

3. Aspek Prokrastinasi Akademik

Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik sebagai suatu perilaku penundaan dapat termanifestasikan dalam aspek-aspek yang dapat diukur dan diamati. Aspek-aspek tersebut yaitu :

a. Penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi

Siswa yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, namun dia menunda-nunda untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk segera menyelesaikan.

(23)

b. Adanya kelambanan yang disengaja dalam mengerjakan tugas

Siswa prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya.

c. Adanya kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas rencana dan kinerja secara aktual

Prokrastinator memiliki kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Mereka sering mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas dalam waktu yang sudah ditentukan, baik ditentukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.

d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas

Prokrastinator dengan sengaja tidak segera menyelesaikan tugasnya tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, misalnya jalan-jalan ke mall, main game, berkumpul dengan teman-teman untuk sekedar berbincang-bincang dan lain sebagainya.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa aspek dari prokrastinasi akademik adalah sengaja menunda dalam mengerjakan suatu tugas, menghabiskan banyak waktu yang digunakan untuk melakukan persiapan mengerjakan tugas ataupun melakukan hal-hal yang tidak terkait dengan

(24)

penyelesaian tugas, tidak terlaksananya time management yang telah ditentukan, serta kurang dapat memilih aktivitas yang diprioritaskan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Fauziah (2015) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik pada pelajar meliputi faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik terjadi karena berbagai aktivitas yang pelajar lakukan di sekolah maupun di luar sekolah menyebabkan pelajar kelelahan, menimbulkan rasa kantuk dan lelah, sehingga saat akan mengerjakan tugas pelajar lebih memilih istirahat daripada mengerjakan tugasnya. Faktor internal yang kedua yaitu faktor psikis. Faktor psikis meliputi :

a) Pelajar tidak mengerti tugas yang diberikan oleh guru karena instruksi tugasnya yang tidak jelas,

b) Tidak menguasai materi pelajaran yang diberikan, hal ini berkaitan dengan cara guru mengajar di kelas yaitu adanya guru yang jarang masuk kelas namun sering memberikan tugas atau hanya sekedar presentasi tanpa adanya feedback dari guru, sehingga hal ini menjadi pengaruh terhadap terjadinya prokrastinasi akademik,

c) Adanya rasa malas yang timbul dari dalam diri pelajar karena kurang motivasi sehingga sulit memulai untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, selain itu juga yang menjadi pemicunya adalah lebih suka

(25)

melakukan hal-hal yang lebih menarik seperti menonton film, main game, dan baca novel, sehingga mengabaikan tugas sekolah

d) Tidak bisa mengatur waktu antara sekolah dengan kegiatan di luar sekolah, hal ini dikarenakan jadwal pelajaran yang padat sehingga pelajar lupa tugas apa saja yang harus dikerjakan,

e) Kurang berminat pada mata pelajaran tertentu, hal ini juga berkaitan dengan cara guru mengajar yaitu adanya guru yang tidak mengerti saat menyampaikan materi pelajaran, dan tugas yang diberikan tidak sesuai dengan mata pelajaran

f) Mood (suasana hati), saat pelajar merasa belum muncul mood yang baik maka akan mengabaikan atau menunda tugas sampai timbulnya mood yang baik, sehingga memiliki semangat kembali saat mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Kemudian faktor eksternal yang dapat menyebabkan prokrastinasi antara lain :

a) Tingkat kesulitan tugas yang diberikan, pelajar menganggap tugas yang sulit adalah tugas yang memiliki referensi susah, tugas yang diberikan terlalu rumit, tugasnya tidak dapat dipahami, kemudian tugas yang terlalu mudah juga menjadikan pelajar mengakhirkan dalam mengerjakan, misalnya tugas yang simpel yang hanya membuat resume, power point untuk presentasi, kemudian jawaban tugasnya yang sudah ada di internet (copy-paste).

(26)

b) Waktu pengumpulannya masih lama, hal ini dikarenakan jangka waktu untuk pengumpulan tugasnya lama, sehingga pelajar terlalu santai untuk mengerjakannya.

c) Saling mengandalkan teman, hal ini apabila tugasnya dirasa sulit, waktu pengumpulannya sudah dekat, juga apabila tugas kelompok selalu saling mengandalkan teman yang lainnya untuk bisa dikerjakan. d) Kesibukan di luar sekolah, seperti adanya les bakat, acara dengan

keluarga, mengerjakan tugas-tugas di rumah.

e) Penumpukan tugas, tugas yang banyak seperti tugas individu atau tugas kelompok membuat pelajar bingung tugas mana yang harus didahulukan yang pada akhirnya tugas dikerjakan jika sudah mendekati waktu pengumpulan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik pada pelajar terdiri dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor fisik dan psikis. Faktor fisik muncul karena banyaknya aktivitas lainnya di luar sekolah yang membuat pelajar merasa capek untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Sedangkan fakor psikis seperti kurangnya pemahaman pelajar mengenai tugas yang diberikan, tidak menguasai materi pelajaran yang diberikan sehingga membuat pelajar malas untuk mengerjakan tugas, selain itu kurang adanya time management yang tepat dari pelajar, serta kurang tertariknya pelajar pada mata pelajaran tertentu sehingga membuat suasana hati pelajar menjadi tidak tentu. Sedangkan faktor eksternal yang dapat

(27)

menyebabkan munculnya prokrastinasi akademik yaitu sulitnya tugas yang diberikan oleh guru, waktu pengumpulan tugas yang masih lama sehingga membuat pelajar lebih banyak memilih kegiatan di luar sekolah sehingga menyebabkan semakin menumpuknya tugas-tugas yang harus dikerjakan.

5. Dampak prokrastinasi akademik

Menurut Burka dan Yuen (dalam Putri, 2014), prokrastinasi akademik dapat membawa dampak yang sangat serius dalam hal :

a. Prokrastinasi dapat menciptakan masalah eksternal, seperti menunda mengarjakan tugas dapat membuat kita tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik dan mendapat peringatan dari guru.

b. Prokrastinasi menimbulkan masalah internal seperti merasa bersalah ataupun menyesal.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa dampak dari melakukan prokrastinasi akademik terbagi menjadi dua yaitu dampak internal dan eksternal. Dampak eksternalnya yaitu pelajar yang menunda mengerjakan tugas dengan tidak tepat waktu dan tidak baik mendapatkan peringatan dari guru. Sedangkan dampak internalnya yaitu adanya perasaan bersalah dan menyesal pada pelajar karena melakukan prokrastinasi.

(28)

18 B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Perjalanan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan ditandai tidak dengan satu peristiwa, melainkan periode panjang yang disebut dengan masa remaja (Papalia, 2014). Menurut Santrock (2003) remaja atau adolescence dapat diartikan sebagai masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Istilah adolescence, mempunyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Piaget dalam Hurlock, 1980). Sedangkan menurut Papalia (2014) masa remaja adalah perubahan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang berdampak pada perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Menurut Hall (dalam Santrock, 2003), secara umum usia remaja adalah masa antara usia 12 hingga 23 tahun. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13 sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun (Hurlock, 1980). Sedangkan menurut Papalia (2014) masa remaja dimulai dari 11 tahun sampai dengan usia 19 atau 20 tahun. Remaja memiliki dua masa yaitu masa remaja awal (early adolescence) yang kira-kira sama dengan masa sekolah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Kedua adalah masa remaja akhir (late adolescence) dimana ini akan terlihat kira-kira setelah usia 15 tahun.

(29)

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian remaja, maka dapat disimpulkan bahwa usia masa remaja berkisar antara 12 hingga 23 tahun. Remaja mengalami perubahan perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang berdampak pada perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

2. Perkembangan Masa Remaja

Perkembangan masa remaja dapat ditandai dengan berkembangnya beberapa aspek dalam dirinya. Izzaty (2008) menyebutkan beberapa perkembangan pada masa remaja, antara lain:

a. Perkembangan Fisik dan Psikoseksual

Pertumbuhan perkembangan fisik pada awal remaja menunjukkan terbentuknya perkembangan psikoseksual. Proses ini dipengaruhi percepatan pertumbuhan, sehingga pada masa ini sering ada beberapa istilah pertumbuhan fisik remaja yaitu the onset of pubertal growth spurt artinya masa kritis dari perkembangan biologis dan the maximum growth age artinya perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi dan berat badan, proporsi wajah dan badan.

b. Perkembangan kognitif remaja

Sebagaimana aspek perkembangan yang lain, perkembangan kognitif remaja dimulai sejak bayi masih berada dalam kandungan dan laju perkembangannya berlangsung sangat cepat mulai usia 3 tahun sampai remaja awal. Puncak perkembangan dicapai pada penghujung remaja

(30)

akhir, sesudah usia 60 tahun perkembangan kognitif pun melambat, terjadilah masa plateau yang selanjutnya akan terjadi penurunan.

c. Perkembangan emosi remaja

Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai dan topan (strom and stress). Terjadinya keadaan emosi remaja yang meledak-ledak, tidak menentu dan tidak stabil mengakibatkan meningginya emosi terutama karena remaja mendapatkan tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Hal ini disebabkan karena pada masa kanak-kanak remaja kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan tersebut. Perkembangan emosi cinta pada remaja akan dilalui dengan tahap-tahap antara lain crush, hero worshipping, boy crazy & girl crazy, puppy love, dan romantic love.

d. Perkembangan sosial remaja

Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah kompleks dibanding dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Remaja mencari bantuan emosional dalam kelompoknya, pemuasan intelektual juga didapatkan remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi dan berdebat mengenai sesuatu hal. Perkembangan sosial remaja memiliki beberapa tujuan yaitu memperluas kontak sosial, mengembangkan identitas diri, menyesuaikan dengan kematangan seksual, belajar menjadi orang dewasa.

(31)

e. Perkembangan moral

Perkembangan moral yang sebenarnya terjadi pada masa remaja sehingga menjadi kehidupan moral merupakan masalah pokok dalam masa remaja. Further (dalam Izzaty dkk, 2008) mengemukakan 3 hal yang berkaitan dengan moral remaja, antara lain:

a) Tingkah laku yang sebenarnya baru terjadi pada masa remaja

b) Masa remaja sebagai periode masa muda yang harus dihayati untuk dapat mencapai tingkah laku moral yang otonom

c) Eksistensi moral sebagai keseluruhan merupakan masalah moral, hal ini harus dilihat sebagai hal yang berkaitan dengan nilai-nilai.

Dari penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan remaja berkembang sangat pesat, mulai dari perkembangan fisik dan psikoseksual, perkembangan emosi, perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan perkembangan moral.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan untuk menghadapi persiapan menuju masa dewasa. Menurut Havighurst (dalam Monks dkk, 2006) ada beberapa tugas perkembangan pada remaja :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

(32)

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku – mengembangkan ideologi.

Pada masa awal, remaja sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama

Menurut Desmita (2009), terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada siswa SMP, yaitu:

a. Terjadinya keseimbangan proporsi tinggi dan berat badan b. Mulai tumbuhnya ciri-ciri seks sekunder

c. Kecendrungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul, dan keinginan untuk bebas dari dominasi orang tua.

(33)

d. Suka membandingkan nilai dan norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa

e. Mulai mempertanyakan eksistensi, kemurahan dan keadilan secara skeptis

f. Masih memiliki reaksi dan ekspresi emosi masih labil

g. Mulai mengambangkan standar dan harapan terhadap perilaku yang sesuai dengan dunia sosial

h. Pilihan minat dan karir cenderung lebih jelas

Berdasarkan pemaparan di atas karakteristik siswa sekolah menengah pertama adalah adanya keseimbangan antara proporsi tinggi dan berat badan, mulai tumbuhnya ciri-ciri seks sekunder, adanya kecendrungan ambivalensi, mulai suka membandingkan antara nilai dengan norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa, mempertanyakan tentang eksistensi, kemurahan dan keadilan secara skeptis, adanya reaksi dan ekspresi emosi masih labil, adanya pengembangan standar dan harapan terhadap perilaku yang sesuai dengan dunia sosial, dan memiliki pilihan minat dan karir cenderung lebih jelas.

D. Dinamika Prokrastinasi Akademik Pada Remaja SMP di Klaten

Prokrastinasi adalah kebiasaan dalam menunda suatu tugas yang dilakukan dengan sengaja dan secara berulang-ulang. Prokrastinasi merupakan kecenderungan untuk menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan (Ferrari dkk, 1995). Orang yang melakukan perilaku

(34)

prokrastinasi disebut prokrastinator. Prokrastinastor atau individu yang melakukan prokrastinasi sadar saat menghadapi tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya (prioritas utama), namun dengan sengaja menunda secara berulang-ulang (kompulsif) hingga muncul perasaan cemas dan perasaan bersalah (Ferrari, dkk, 1995). Menurut Ferrari, Johnson, dan McCown (1995), prokrastinasi akademik adalah suatu jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik seperti tugas sekolah atau tugas kuliah. Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik.

Prokrastinasi sebagai perilaku menunda untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan banyak dialami oleh remaja SMP. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003). Menurut Hall (dalam Santrock, 2003), secara umum usia remaja berkisar antara usia 12 hingga 23 tahun. Tugas perkembangan pada masa remaja merupakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Havighurst (dalam Monks, dkk, 2006) tugas perkembangan pada remaja, diantaranya: mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

(35)

lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, dan memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku – mengembangkan ideologi.

Remaja sebagai siswa SMP menurut Desmita (2009) memiliki sejumlah karakteristik yaitu: adanya keseimbangan antara proporsi tinggi dan berat badan, mulai tumbuhnya ciri-ciri seks sekunder, adanya kecendrungan ambivalensi, mulai suka membandingkan antara nilai dengan norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa, mempertanyakan tentang eksistensi, kemurahan dan keadilan secara skeptis, adanya reaksi dan ekspresi emosi masih labil, adanya pengembangan standar dan harapan terhadap perilaku yang sesuai dengan dunia social, dan memiliki pilihan minat dan karir cenderung lebih jelas.

Remaja SMP yang merasa memiliki beban kerja akan berdampak negatif terhadap kinerjanya. Sehingga menimbulkan tanggapan untuk menunda mengerjakan tugas bahkan menghindari aktivitas belajar. Kebiasan menunda-nunda tugas merupakan faktor yang utama terhadap penghindaran beban kerja. Prokrastinasi sebagai tindakan penghindaran terhadap kejenuhan belajar membuat remaja SMP semakin tidak peduli terhadap tugas-tugasnya.

Kejenuhan belajar yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh remaja SMP. Perilaku prokrastinasi akademik pada remaja SMP dalam menunda tugas sekolah ditandai dengan melakukan kegiatan yang disenangi dan memilih meninggalkan mengerjakan tugas-tugasnya. Remaja SMP memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak mampu menyelesaikan

(36)

tugas sekolah atau pekerjaan rumah (PR) yang banyak karena faktor dirinya sendiri yang kurang menguasai materi. Berangkat dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berfokus pada memberikan gambaran deskriptif mengenai prokrastinasi akademik pada remaja SMP.

E. Bagan Prokrastinasi Akademik Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama

Remaja

Sekolah Menengah Pertama Prokrastinasi Akademik

:

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi

Adanya kelambanan yang disengaja dalam mengerjakan tugas

Adanya kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas

Melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada mengerjakan tugas

Eksternal Internal Menunda mengerjakan tugas

sehingga mendapatkan peringatan dari guru

Merasa bersalah dan menyesal karena melakukan prokrastinasi akademik

(37)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan model deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran lebih detail mengenai suatu gejala berdasarkan data yang ada, menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Narbuko & Achmadi, 2003). Data kuantitatif diperoleh melalui analisis skor pada jawaban subjek pada skala prokrastinasi akademik dan diperoleh gambaran mengenai prokrastinasi akademik pada remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Klaten.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel, yaitu prokrastinasi akademik.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik: Prokrastinasi akademik pada remaja SMP merupakan perilaku negatif yang dilakukan pelajar untuk menunda suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang. Siswa yang melakukan prokrastinasi akademik melakukan penundaan dalam hal menulis, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja

(38)

akademik secara keseluruhan. Aspek yang digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa yaitu:

1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi

2. Adanya kelambanan yang disengaja dalam mengerjakan tugas

3. Adanya kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas rencana dan kinerja secara aktual

4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas.

Prokrastinasi akademik diukur menggunakan skala psikologis berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi akademik menurut Ferrari (1995). Skor total yang tinggi menunjukkan prokrastinasi akademik cenderung tinggi. Sedangkan, jika skor rendah menunjukkan prokrastinasi akademik cenderung rendah.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh subjek penelitian (Sedarmayanti & Hidayat, 2011). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII, yang berusia 13-14 tahun. Hal tersebut dikarenakan peneliti membutuhkan subjek penelitian dalam masa remaja awal.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Purposive sampling atau sampel

(39)

bertujuan adalah teknik penentuan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu (Riduwan, 2014).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala adalah alat ukur psikologis dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menangkap respon seseorang terhadap konsep yang diukur sehingga dapat diberi penilaian atau skor dan dapat diinterpretasikan (Azwar, 1999).

Skala yang digunakan peneliti adalah skala Likert untuk mengukur variabel prokrastinasi akademik. Skala Likert adalah metode pengumpulan data dimana setiap aitem disusun atau dibuat untuk mengukur atribut psikologis tertentu. Pada skala Likert, subjek diminta untuk menyatakan kesetujuan-ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum yang terdiri atas beberapa respon jawaban (Supraktiknya, 2014).

Skala yang disajikan tersebut disusun ke dalam empat jenjang dengan maksud untuk menghindari jawaban tengah. Skala ini dibuat dengan dua jenis aitem, yaitu aitem favorable (mendukung atau memihak pada objek sikap atau perilaku) dan unfavorable (tidak mendukung objek sikap atau perilaku), dimana dalam setiap pertanyaan terdiri dari empat pilihan kategori jawaban. Aitem yang mendukung pernyataan atau searah dengan pernyataan (favourable) mempunyai sistem penilaian jawaban sebagai berikut : yaitu sangat sering (SS) skor 4; sering (S) skor 3; jarang (J) skor 2; tidak pernah (TP)

(40)

skor 1. Sedangkan untuk aitem yang tidak mendukung pernyataan atau tidak searah dengan pernyataan (unfavorable), sistem penilaian jawaban sebagai berikut: sangat sering (SS) skor 1; sering (S) skor 2; jarang (J) skor 3; tidak pernah (TP) skor 4.

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana alat ukur sungguh-sungguh mengukur atribut yang hendak diteliti (Supratiknya, 2014). Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah pernyataan-pernyataan atau aitem-aitem yang disajikan sudah dengan tepat mengukur konstrak atau apa yang ingin diukur oleh peneliti (Santosa, 2014).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang fokus kepada elemen-elemen apa yang ada dalam alat ukur (Coaley, 2010). Peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan professional judgement dan peer judgement. Dalam hal ini, dosen pembimbing yang melakukan professional judgement dan rekan-rekan peneliti yang melakukan peer judgement agar semua aitem dalam skala ini sesuai dengan tujuan pengukuran.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas

(41)

tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi sebuah instrumen. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2007).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konsistensi internal yaitu dengan teknik estimasi Alpha (α) dari Cronbach untuk memperkirakan tinggi rendahya reliabilitas. Hasil perhitungan menggunakan SPSS 25.0 for Windows menunjukkan besarnya koefisien reliabilitas skala prokastinasi akademik sebesar 0.942.

3. Analisis Isi dan Seleksi Aitem

Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis dan seleksi aitem menggunakan alat bantu program SPSS for windows versi 25.0. Daya diskriminasi aitem dalam SPSS versi 25.0, dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Seleksi aitem dilakukan untuk memilih aitem yang selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh konstruknya. Azwar (2009) menyatakan bahwa seleksi aitem dilakukan untuk memilih aitem yang hasil ukurnya sesuai dengan hasil ukur skala sebagai keseluruhan.

Selain itu hal penting lain yang harus diperhatikan guna melihat validitas pada sebuah skala adalah dengan mengkorelasikan skor aitem dengan skor aitem total, yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix). Aitem yang baik dan dapat digunakan apabila nilai rix ≥ 0,30,

(42)

sedangkan aitem yang buruk memiliki nilai rix ≤ 0,30. Tidak ada batasan universal mengenai angka minimal yang harus diperoleh agar suatu alat ukur dapat dikatakan valid (Azwar. 2009). Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total (rix), peneliti menggunakan batasan rix ≥ 0,30 (Azwar, 2009).

Skala prokrastinasi akademik yang disusun oleh peneliti berjumlah 32 aitem pernyataan yang terdiri dari 16 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis SPSS 25.0 for Windows terhadap 32 aitem dalam skala prokrastinasi akademik ditemukan hasil koefisien korelasi aitem total berkisar antara -0.132 sampai 0.688. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi aitem-total (rit) dapat disimpulkan bahwa terdapat 24 aitem yang memiliki daya beda memuaskan dan 8 aitem dengan daya beda rendah dari 32 aitem total. Selanjutnya, peneliti melakukan uji ulang 24 aitem yang memiliki daya memuaskan dan tidak ditemukan aitem yang memiliki daya beda rendah, sehingga, terpilih 24 aitem yang layak digunakan dalam skala final penelitian.

Peneliti melakukan uji coba skala terlebih dahulu. Dalam melakukan uji coba skala penelitian, peneliti mengambil subjek kelas VI (tujuh) di SMP N 6 Klaten berjumlah 38 orang subjek dan subjek kelas VI (tujuh) di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten berjumlah 38. Uji coba pada SMP N 6 Klaten dilaksanakan pada Senin, 22 April 2019 pukul 09.00-11.00 WIB. Sedangkan uji coba pada SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dilaksanakan pada Senin, 6 Mei 2019 pukul 09.00-11.00 WIB. Tempat pelaksanaan berada di

(43)

masing-masing kelas, yaitu kelas VI B SMP N 6 Klaten dan kelas VI A SMP Pangudi Luhur 1. Seluruh subjek diberikan satu eksemplar skala yang terdiri dari skala prokrastinasi akademik. Tabel berikut ini adalah sebaran aitem:

Tabel 3.1

Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Seleksi Aitem No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10, 11, 11 aitem 2

Adanya kelambanan yang disengaja dalam

mengerjakan tugas

12, 13 14, 15, 4 aitem

3

Adanya kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas rencana dan kinerja secara actual

16, 17, 18,

19, 20 5 aitem

4

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. 21, 22, 23,24,25, 26 27, 28, 29, 30, 31, 32 12 aitem

(44)

Tabel 3.2

Sebaran Aitem skala Prokrastinasi Akademik Setelah Seleksi Aitem No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi

1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10, 11

9 aitem

2

Adanya kelambanan yang disengaja dalam

mengerjakan tugas

12, 13 14, 15, 2 aitem

3

Adanya kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas rencana dan kinerja secara actual

16, 17, 18, 19, 20 3 aitem

4

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas.

21, 22, 23, 24,25, 26 27, 28, 29, 30, 31, 32 10 aitem

Total ( 12 aitem) ( 12 aitem) 24 aitem Keterangan: Nomer aitem-aitem yang dicetak tebal dan digaris bawahi menunjukkan aitem-aitem yang gugur dan tidak digunakan.

G. Metode Analisis Data

Analisis data penelitian bertujuan untuk mengambarkan mengenai prokrastinasi akademik pada remaja Sekolah Menengah Pertama di Klaten. Penelitian ini juga menggunakan model deskriptif. Model deskriptif digunakan untuk menjabarkan sejumlah data guna memperoleh gambaran secara sistematis dan menyeluruh mengenai keadaan subjek penelitian. Pada statistik

(45)

deskriptif dijelaskan mengenai mean, median, mode, standar deviasi, maximum, dan minimum. Mean adalah rata-rata yang diperoleh oleh seluruh subjek penelitian dibagi jumlah subjek yang berpartisipasi dalam penelitian. Median adalah teknik untuk menjelaskan nilai tengah dari seluruh skor perolehan setelah diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah dan sebaliknya. Mode adalah skor yang paling sering muncul dalam suatu pengukuran.

X minimum teoritik : Skor paling rendah yang mungkin diperoleh subjek pada skala yaitu 1

X maximum teoritik : Skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subjek pada skala yaitu 4

Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimal dan minimal SD (σ) : Mean teroritik dari skor maksimal dan minimal

Untuk menghitung tingkat prokrastinasi akademik, maka digunakan rumus kategorisasi dari Azwar (2016) sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tabel Kategorisasi Kategori Rumus Rendah X < (μ-1,0σ) Sedang (μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) Tinggi (μ+1,0σ) ≤ X Keterangan: μ = mean teoritik σ = standar deviasi

(46)

Perhitungan untuk menentukan kategori prokrastinasi akademik menggunakan mean teoritik adalah sebagai berikut :

Jumlah aitem : 24

X minimum : 24 X 1 = 24 X maksimum : 24 X 4 = 96 Range / luas jarak sebaran data : 96 – 24 = 72 Mean : (92 + 24) : 2 = 60

Langkah pertama menghitung standar deviasi teoritik (σ), dengan rumus σ = (X max – X min)

= (96 – 24)

= 12

Langkah kedua, memasukkan nilai ke dalam kategori dibawah ini: Rendah = x < (mean – 1. SD)

= x < (60 -12) = x < 48

Sedang = (mean – 1.SD) ≤ X < (mean + 1.SD) = (60 – 12) ≤ X < (60 + 12)

= 48 ≤ X < 72

Tinggi = (mean + 1.SD) ≤ X = (60 + 12) ≤ X = 72 ≤ X

(47)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta bantuan kepada professional judgement (dosen pembimbing) dan peer judgement (rekan-rekan peneliti) untuk melakukan validitas isi skala yang akan digunakan. Skala dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan aspek – aspek prokrastinasi akademik yang telah dipaparkan dalam landasan teori. Setelah aitem-aitem skala prokrastinasi akademik terbentuk, peneliti meminta bantuan kepada rekan-rekan untuk menilai aitem-aitem yang telah dibuat. Setelah mendapatkan penilaian dari peer judgement (rekan-rekan peneliti), peneliti melakukan revisi pada tiap-tiap aitem skala prokrastinasi akademik. Kemudian, peneliti meminta bantuan kepada profesional judgement (dosen pembimbing) untuk melakukan validitas isi. Setelah melakukan beberapa kali revisi, akhirnya skala prokrastinasi akademik siap digunakan.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 27 April 2019 di SMP N 6 Klaten. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten pada tanggal 11 Mei 2019. Peneliti membagikan skala pada subjek penilitian ini yaitu siswa laki-laki kelas VIII yang berusia 13-14 tahun. Setelah melakukan penyebaran skala pada dua kelas dengan responden berjumlah 88

(48)

siswa di SMP N 6 Klaten, pada tanggal 27 April 2019 responden yang mengembalikan skala kepada peneliti sejumlah 88 siswa. Sedangkan pada SMP Pangudi Luhur 1 Klaten, peneliti melakukan penyebaran skala dengan responden berjumlah 44 siswa, pada tanggal 11 Mei 2019 responden yang mengembalikan skala berjumlah 44 siswa Namun ada beberapa responden yang tidak memenuhi syarat, maka terdapat 12 skala yang gugur dan tidak dapat digunakan, sehingga. dalam penelitian ini responden yang didapatkan untuk penelitian ini berjumlah 120 subjek. Jumlah subjek 120 berasal dari 80 subjek SMP N 6 Klaten dan 40 subjek dari SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.

C. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian in terdiri dari 120 siswa – siswi kelas VIII SMP di Klaten. Selain itu, subjek penelitian berusia 13 sampai 14 tahun. Deskripsi data subjek dalam bentuk tabel, sebagai berikut :

Tabel 4.1

Deskripsi Usia Subjek Penelitian

Usia Frekuensi Persentase

13 tahun 20 16,67 %

(49)

Tabel 4.2

Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – laki 60 50 %

Perempuan 60 60 %

Tabel 4.3

Deskripsi Sekolah Subjek Penelitian

Sekolah Asal Frekuensi Persentase

Swasta 40 33,33 %

(50)

D. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Berdasarkan mean hasil analisis deskriptif, diperoleh data mean empirik dan mean teoritik. Mean empirik adalah rata-rata skor data penelitian. Mean teoritik adalah rata-rata skor alat ukur penelitian. Mean teoritik diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian. Berikut hasil analisis deskriptif prokrastinasi akademik :

Tabel 4.4 Mean Empirik

Penghitungan mean teoritik digunakan untuk menentukan kategori prokrastinasi akademik dengan sebagai berikut :

Skala prokrastinasi akademik : 24 aitem X minimum : 24 X 1 = 24

(untuk skor jawaban sangat tidak setuju) X maksimum : 24 X 4 = 96

(untuk skor jawaban sangat setuju) Range / luas jarak sebaran data : 96 – 24 = 72

Jumlah Subjek 120 Mean 53,68 Median 55 Modus 56 Minimum 24 Maksimum 83 Total 6441

(51)

σ / satuan deviasi standar : 72/6 = 12

μ / mean teoritik : ( 92 + 24) : 2 = 60

Tabel 4.5

Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik Prokrastinasi Akademik

Variabel Penelitian N Data Teoritik Mean Data Empirik Mean Skor Skor

Min Max Min Max

Prokrastinasi 24 24 96 60 24 83 53,68

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai mean teoritik yaitu 60 lebih besar dari nilai mean empirik yaitu 53,68. Hal ini menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Klaten tergolong negatif.

(52)

Tabel 4.6 Tingkat Kategorisasi Kategori Rumus Rendah X < (μ-1,0σ) Sedang (μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) Tinggi (μ+1,0σ) ≤ X Keterangan: μ = mean teoritik σ = standar deviasi Tabel 4.7

Kategori Prokrastinasi Akademik Kategori Nilai Jumlah Persent (%) Rendah X < 48 19 15,8

Sedang 48 ≤ X < 72 95 79,2 Tinggi 72 ≤ 6 5,0

Berdasarkan hasil perhitungan dari kategori yang telah ditentukan dan dihitung, rata-rata prokrastinasi akademik yang dimiliki siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masuk dalam kategori sedang sebanyak 95 dengan persentase 79%.

(53)

Tambahan Hasil Data a. Jenis Kelamin

Tabel 4.8

Mean Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Mean N Minimum Maksimum Range Percent (%) Laki-Laki 58,37 60 29 83 54 50,0 Perempuan 48,98 60 24 65 41 50,0 Total 107,35 120 53 148 95 100,0

Berdasarkan hasil diatas, nilai mean laki-laki lebih besar yaitu 58,37 daripada nilai mean perempuan yaitu 48,98. Hal ini menunjukkan bahwa subjek laki-laki cenderung lebih tinggi melakukan prokrastinasi akademik dibandingkan dengan subjek perempuan.

Tabel 4.9

Kategori Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin Interval Kategori Frekuensi

Laki-laki N % Mean Frekuensi Perempuan N % Mean X < 48 Rendah 10 16,67% 25 41,67% 48 ≤ X < 72 Sedang 44 73,33% 58,37 35 58,33% 48,98 72 ≤ Tinggi 6 10% 0 0% Total 60 100% 60 100%

Berdasarkan data diatas, subjek laki-laki memiliki nilai persentase yaitu 73% dalam kategori sedang. Selain itu, subjek perempuan memiliki nilai

(54)

persentase yaitu 58% dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin dalam kategori sedang.

Tabel 4.10 Uji t – test Jenis Kelamin

Ho : tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik yang signifikan antara siswa laki - laki dan perempuan.

Ha : ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik yang signifikan antara siswa laki - laki dan perempuan.

Pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas : Jika p > 0, 05 maka Ho diterima

Jika p < 0, 05 maka Ho ditolak

Berdasarkan hasil analisis uji independent sample t - test, didapatkan bahwa nilai t hitung 4,529 dengan probabilitas 0,000. Nilai p < 0, 05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik yang signifikan antara siswa laki - laki dan perempuan.

Group Statistics Jenis Kelamin N Mean Mean Difference t p Ket P < 0, 05 Laki-laki 60 583,67 983,33 4,529 0, 000 Signifikan Perempuan 60 489,83

(55)

b. Sekolah Asal

Tabel 4.11 Mean Sekolah

Berdasarkan hasil penghitungan, nilai mean sekolah negeri lebih besar yaitu 58,8 sedangkan nilai mean sekolah swasta yaitu 43. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah negeri cenderung lebih tinggi melakukan prokrastinasi akademik dibandingkan dengan sekolah swasta.

Tabel 4.12

Kategori Skor Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Sekolah

Interval Kategori Negeri % Mean Swasta % Mean X < 48 Rendah 18 22,5% 17 42,5%

48 ≤ X < 72 Sedang 56 70% 58,3 23 57,5% 43

72 ≤ Tinggi 6 7,5% 0 0

Total 80 100% 40 100%

Berdasarkan data diatas, sekolah negeri yaitu 70% dalam kategori sedang. Selain itu, sekolah swasta yaitu 58% dalam kategori sedang. Hal ini

Sekolah Asal

Mean N Minimum Maksimum Range Percent (%)

Negeri 58,8 80 41 83 42 66,67 Swasta 43 40 24 55 31 33,33 Total 101,8 120 65 138 73 100

(56)

menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berdasarkan sekolah asal dalam kategori sedang.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data didapatkan bahwa jumlah subyek penelitian ini adalah 120 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII. Subjek penelitian adalah 60 siswa laki-laki dan 60 siswa perempuan. Subjek penelitian berusia 13 tahun sampai 14 tahun. Jumlah subjek penelitian dengan usia 13 tahun sebesar 20 siswa dan kategori usia 14 tahun sebanyak 100 siswa. Asal Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri adalah 80 siswa sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta adalah 40 siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa SMP berada dalam tahap remaja awal.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data diperoleh bahwa nilai mean empirik lebih kecil daripada nilai mean teoritik (mean empiric < mean teoritik = 54 < 60), berarti bahwa subyek penelitian secara umum memiliki prokrastinasi yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa siswa yang masuk ke dalam kategori prokrastinasi akademik tinggi yaitu 5 %, siswa yang masuk ke dalam kategori cukup yaitu 79 %, dan siswa yang masuk ke dalam kategori rendah yaitu 16 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang berada dalam tahap remaja awal memiliki prokrastinasi akademik pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa banyaknya siswa yang melakukan prokrastinasi akademik dalam kategori sedang sebanyak 95 siswa

(57)

(79 %). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Khomariyah (2016) sebanyak 76,20% yaitu 64 siswa SMP dari total 84 siswa SMP mengalami tingkat prokrastinasi akademik sedang. Nashrullah (2015) mengatakan dari 193 siswa terdapat 170 siswa SMP atau 88% mengalami tingkat prokrastinasi akademik sedang. Menurut Saputra (2017) sebanyak 77,1% siswa SMP menunjukkan prokrastinasi akademik kategori sedang. Selain itu, Ferrari, Keanne, Wolfe, dan Beck (1998) yang menunjukan sekitar 25 % sampai 75 % siswa memiliki masalah prokrastinasi akademik di lingkungannya.

Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh siswa tidak terjadi dengan sendirinya tetapi disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Fauziah (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik pada pelajar meliputi faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik terjadi karena berbagai aktivitas yang pelajar lakukan di sekolah maupun di luar sekolah yang menyebabkan pelajar kelelahan, menimbulkan rasa kantuk dan lelah. Sehingga saat akan mengerjakan tugas, pelajar lebih memilih istirahat daripada mengerjakan tugasnya. Faktor internal yang kedua yaitu faktor psikis. Faktor psikis meliputi: pelajar tidak mengerti akan tugas yang diberikan oleh guru karena instruksi tugasnya yang tidak jelas, pelajar tidak menguasai materi pelajaran yang diberikan karena guru jarang masuk kelas namun sering memberikan tugas atau hanya sekedar presentasi tanpa adanya feedback dari guru, adanya rasa malas dalam diri pelajar karena kurang motivasi sehingga sulit untuk memulai mengerjakan tugas-tugas sekolah, selain itu pelajar mengabaikan tugas sekolah karena lebih suka

(58)

menonton film, bermain game, dan membaca novel, ketidakmampuan mengatur waktu antara sekolah dengan kegiatan di luar sekolah, kurang memiliki minat pada mata pelajaran tertentu karena berkaitan dengan cara guru mengajar yang tidak dapat dimengerti saat menyampaikan materi pelajaran, dan tugas yang diberikan tidak sesuai dengan mata pelajaran, kemudian pelajar merasa belum siap menerima pelajaran sehingga mengabaikan atau menunda tugas. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan prokrastinasi antara lain: tingkat kesulitan tugas yang diberikan, waktu pengumpulannya masih lama, hal ini dikarenakan jangka waktu untuk pengumpulan tugasnya lama, sehingga pelajar terlalu santai untuk mengerjakannya, mengandalkan teman dalam mengerjakan tugas kelompok dan apabila tugasnya dirasa sulit, banyaknya kesibukan di luar sekolah, adanya penumpukkan tugas karena bingung tugas mana yang harus didahulukan dan akhirnya tugas dikerjakan jika sudah mendekati waktu pengumpulan.

Masalah prokrastinasi akademik akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat. Prokrastinasi akademik yang dimiliki remaja SMP dapat membawa dampak yang sangat serius. Menurut Burka dan Yuen (dalam Putri, 2014), dampak dari melakukan prokrastinasi akademik terbagi menjadi dua yaitu dampak internal dan eksternal. Dampak eksternalnya yaitu pelajar yang menunda mengerjakan tugas dengan tidak tepat waktu dan tidak baik mendapatkan peringatan dari guru. Sedangkan dampak internalnya yaitu adanya perasaan bersalah dan menyesal pada pelajar karena melakukan prokrastinasi.

Gambar

Tabel 3.3.   Tabel Kategorisasi  Kategori  Rumus  Rendah  X &lt; (μ-1,0σ)  Sedang  (μ-1,0σ) ≤ X &lt; (μ+1,0σ)  Tinggi  (μ+1,0σ) ≤ X  Keterangan:  μ = mean teoritik  σ = standar deviasi
Tabel 4.4  Mean Empirik
Tabel 4.6  Tingkat Kategorisasi  Kategori  Rumus  Rendah  X &lt; (μ-1,0σ)  Sedang  (μ-1,0σ) ≤ X &lt; (μ+1,0σ)  Tinggi  (μ+1,0σ) ≤ X  Keterangan:  μ = mean teoritik  σ = standar deviasi   Tabel 4.7
Tabel 4.10  Uji t – test Jenis Kelamin
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Setelah kita melewati Pemilu 1999 yang oleh sebagian besar masyarakat, tidak saja nasional tetapi juga internasional, diakui sebagai pemilu yang paling demokratis

Pengembangan diri dan fungsi umum pekerjaan Peraturan perundang- undangan dan Sistem Manaje- men K3-L (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) Menerapkan peraturan

Lalu mereka datang kepada Nabi Adam, mereka berkata: Engkaulah orang yang diciptakan Allah dengan tangan-Nya (langsung) dan meniupkan kepada engkau ruh dari-Nya

Dengan metode Muskingum dan dari data hidrograf inflow banjir (Gambar 11) hasil perhitungan data Q1, lengkung kapasitas debit outlet (Sungai Jaifuri) pada Gambar 14

Daerah tersebut biasanya merupakan daerah yang kurang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi sehingga operator pun enggan untuk melakukan belanja modal untuk membangun

Drs H Fuad Ihsan (1996:44-45) dalam buku Dasar-dasar Kependidikan, menulis beberapa dasar pemikiran -- ditinjau dari beberapa aspek-- tentang urgensi pendidikan seumur

Waktu panen dilakukan pada minggu ke tiga sesuai dengan konsentrasi maksimum Cd yang dapat diakumulasi oleh kangkung darat pada variasi waktu.. Hubungan antara [Cd] yang

Pada latihan fisik ini bisa berdampak terjadinya peningkatan radikal bebas yang berasal dari oksigen yang diperlukan untuk membentuk energi yang berupa ATP melalui