• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V

Ni Made Diyantini1, I Nengah Suadnyana2, I Ketut Ardana3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Email : diyantini.luph@gmail.com1, suadnyanainengah@yahoo.com2,

ketut_ardana55@yahoo.com3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing bebantuan media Audio-visual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di kelas V Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/1017. Jenis penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan desain Nonequivalent control group design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat dengan jumlah 638 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 8 Padangsambian berjumlah 44 siswa sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas V SD Negeri 2 Padangsambian berjumlah 37 siswa sebagai kelas kontrol. Data penelitian berupa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa, dikumpulkan dengan metode tes, dan selanjutnya dianalisis dengan uji-t. Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 4,77, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 79

adalah 2,00 sehingga thitung = 4,77 > ttabel = 2.00 yang berarti H0 ditolak (gagal

diterima) dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelompok ekperimen dengan siswa kelompok kontrol. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol ( X = 82,70 > X = 72,72). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing bebantuan media Audio-visual berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/1017.

Kata kunci : Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Audio-visual, kompetensi pengetahuan IPA

ABSTRACK

This study aims to determine the significant differences in the mastery of IPA competence between students who were taught by Inquiry learning model

(2)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

2

Guided by Audio-visual media with students who were taught by conventional learning in Grade V Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat Teaching Year 2016/1017. This type of research is quasy experiment with the design of Nonequivalent control group design. The population of this study is all students of grade V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat with a total of 638 students. The sample in this research is the students of class V SD Negeri 8 Padangsambian amounted to 44 students as experimental class, and students of grade V SD Negeri 2 Padangsambian amounted to 37 students as control class. Research data in the form of mastery of IPA knowledge competence of students, collected by test method, and then analyzed by t-test. From t-calculation results obtained tcount = 4,77, while ttable at 5% significance level with Dk = 79 is 2.00 so thitung = 4.77> ttable = 2.00 which means H0 rejected (failed accepted) and Ha accepted. This means that there is a significant difference in the mastery of science knowledge competence between experimental group students and control group students. The average value of knowledge competence of the experimental group IPA is more than the average knowledge competence of the control group IPA (= 82.70> = 72.72). Thus it can be concluded that the instructional model Inkuiri Guided audio-visual media influence on the mastery of science knowledge competence of students of grade V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana West Denpasar School Year 2016/1017.

Keywords: Guided inquiry learning, Audio-visual, science knowledge competence

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sesuatu yang bersifat sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Pada pelaksanaan pembelajaran guru pada dasarnya harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran agar pembelajaran dapat memfasilitasi siswa dalam meraih tujuan pembelajaran.

Salah satu mata pelajaran di jenjang pendidikan SD yang tercantum dalam kurikulum 2013 yaitu mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memfokuskan kajiannya kepada hubungan alam dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan

melalui kajian ini ditujukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut belum dapat terlaksana dengan maksimal karena ditemukan beberapa hambatan dalam pelaksanaannya. Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPA adalah kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa terlihat masih bergantung pada guru dan masih perlu dibimbing untuk membiasakan diri dalam mencari dan membuka wawasannya sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas V di SD Negeri Gugus Kompyang Sujana, Kecamatan Denpasar Barat khususnya pada mata pelajaran IPA, diketahui bahwa masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA. Hal ini tentunya menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang menarik dan menyenangkan, serta kurang

(3)

3 menantang kemampuan berfikir siswa dan siswa cenderung merasa bosan sehingga akan membawa pengaruh terhadap pencapaian komptensi pengetahuan belajarnya.

Proses pembelajaran IPA di sekolah tampak belum menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif karena masih cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Kurangnya kemampuan anak dalam menyampaikan gagasan dari suatu permasalahan berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi yang dimiliki oleh anak. Kondisi ini menyebabkan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, sehingga dapat menimbulkan kebosanan pada siswa dan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPA yang akhirnya dapat berakibat pada menurunnya kompetensi pengetahuan belajar siswa. Siswa juga terkesan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga mengakibatkan kompetensi pengetahuan belajar siswa menjadi kurang optimal khususnya dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebutkan oleh guru kelas V di SDN Gugus Kompyang Sujana bahwa sejumblah 20% siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM atau kurang dari 75.

Permasalahan di atas menjadikan siswa harus aktif dalam pembelajaran IPA. Dengan pembelajaran yang kreatif, menarik, menantang dan menyenangkan siswa dapat menghilangkan kebosanan dan menambah minat, perhatian, dan keaktifan belajar siswa yang pada hakekatnya memang dapat memberikan pengaruh terhadap kompetensi pengetahuan belajar siswa. Pemilihan model atau metode pembelajaran yang tepat pada akhirnya dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat berkembang

sesuai dengan keinginan dan potensinya.

Setiap individu mempunyai potensi (seperti bakat dan intelegensi) yang berbeda antara satu dengan lainnya. Dari perbedaan tersebut menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda dari masing-masing siswa. Dalam proses pembelajaran tidak semua kebutuhan dari masing-masing siswa dapat difasilitasi. Semua siswa dalam satu kelas dianggap memiliki kebutuhan dan kemampuan yang sama sehingga guru pun memperlakukan mereka dengan cara yang sama pula. Sudah seharusnya perbedaan individu perlu mendapat perhatian yang tinggi. Adanya pemberian perhatian tersebut, bukan berarti pembelajaran hanya memperhatikan pada kepentingan individu semata melainkan diperlukan adanya alternatif pembelajaran yang memungkinkan tercapainya kebutuhan individu siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Khoirul Anam (2015) Dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing siswa bekerja (bukan hanya duduk mendengarkan lalu menulis) untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru dibawah bimbingan yang intensip dari guru. Tugas guru lebih seperti memancing siswa untuk melakukan sesuatu. Guru datang ke kelas dengan membawa masalah untuk di pecahkan oleh siswa, kemudian mereka dibimbing untuk menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah tersebut. Menurut Bonnstetter (dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:84) Inkuiri terbimbing (guided inquiry ): pada tingkat ini peserta didik diberi kesempatan untuk merumuskan prosedur praktikum menganalisis

(4)

4 hasil, dan membuat kesimpulan. Sedangkan dalam menentukan topik pertanyaan, serta alat dan bahan pratikum guru hanya sebagai fasilitator. Secara umum inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan – kegiatan mengobservasi merumuskan pertanyaan. Menurut Trianto (2014) Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2014:84) menyatakan, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Prinsp dasar model Inkuiri Terbimbing adalah pembelajaran secara koopratif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya mengenai perubahan kurikulum.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat. Pemilihan SD di Gugus ini sebagai tempat penelitian dengan alasan di SD Gugus Kompyang Sujana sudah menerapkan Kurikulum 2013 dan belum pernah diadakan penelitian dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana tahun ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini digunakan Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling (sampel acak) yang dirandom adalah kelas, sehingga setiap kelas mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian.

Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah dua kelas , yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kedua kelas tersebut nantinya akan diberikan perlakukan yang berbeda. Satu kelas akan diberikan perlakuan dengan model Inkuiri Terbimbing dan satu kelas lagi diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran Konvensional.

Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan nonequivalent control group design. Menurut Sugiyono (2014:116) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal ini sejalan dengan Sukardi (2003:53) menjelaskan, “Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari akhir suatu peristiwa”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus Kompyang Sujana, Denpasar Barat yang berjumlah 638 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 8 Padangsambian dengan

(5)

5 jumlah 44 siswa sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan siswa kelas V SDN 2 Padangsambian dengan jumlah 37 siswa sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data Kompetensi Pengetahuan IPA siswa adalah dengan menggunakan tes. Menurut Arikunto (2013:67) Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban. Tes yang telah disusun kemudian diujicobakan untuk mendapatkan

gambaran tentang kelayakan tes tersebut. Tes yang telah diujicobakan kemudian dianalisis untuk menentukan validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji prasyarat analisi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh tersebut normal dan homogen. Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t .

HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil analisis data baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Kompetensi Pengetahuan IPA Kelompok Eksperimen dan Kontrol.

Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N 44 37 Mean (M) 82,34 7272 Median (Me) 84,80 77,39 Modus (Mo) 88,10 81,79 Nilai Terendah 67 57 Nilai Tertinggi 93 83 Standar Deviasi 8,58 9,17 Varians 73,70 84,19

Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan statistik melalui tahapan meliputi uji normalitas, uji homogentitas, dan uji hipotesis. Maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data

yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Hasil uji normalitas kelompok eksperimen, diperoleh Chi Kuadrat hitung (x2

hitung = 8,88) kemudian nilai

tersebut dibandingkan dengan Chi Kuadrat tabel (x2

tabel= 11,07). Hal ini

menunjukkan bahwa x2

hitung < x2tabel

berarti data hasil dari hasil belajar

IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas kelompok kontrol, diperoleh Chi Kuadrat hitung (x2

hitung = 2,67) kemudian nilai

tersebut dibandingkan dengan Chi Kuadrat tabel (x2

tabel= 11,07). Hal ini

menunjukkan bahwa x2

hitung < x2tabel

berarti data hasil dari hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.

Homogenitas varians data hasil belajar IPA dianalisis dengan uji F Dari hasil analisis, diperoleh Fhitung =

1,14 dan Ftabel = 1,72. Hal ini berarti

(6)

7 kelompok memiliki varians yang homogen.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema 8 Ekosistem

Kriterian pengujian adalah Ho ditolak jika thitung ≥ ttabel dimana ttabel

diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikan 5% dengan dk (n1 + n2)-2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji-t

Kelompok N Dk thitung ttabel

Eksperimen 44 79 4,77 2,000

Kontrol 37

Berdasarkan kriteria pengujian karena thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. Dari rata-rata tersebut, kemudian dikategorikan pada PAP skala lima. Rata-rata kelompok eksperimen dapat dikatagorikan baik dan kelompok kontrol dapat dikategorikan cukup. Kelompok eksperimen Menggunakan grafik polygon tergolong grafik juling negatife. Diinterpretasikan bahwa sebaran data cendrung tinggi. Kelompok kontrol Menggunakan grafik polygon tergolong grafik juling negatife. Diinterpretasikan bahwa sebaran data cendrung tinggi.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitung = 4,77 sedangkan

pada taraf signifikansi 5% dan dk = 79 diperoleh nilai ttabel = 2,000

sehingga thitung = 4,77 > ttabel = 2,000

. Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di SDN Gugus Kompyang Sujana Kecamatan

Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema 8 Ekosistem. Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rerata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( X = 82,70) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ( X = 72,72) memiliki perbedaan sebesar 9,62. Dengan demikian, terdapat pengaruh konpetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di SDN Gugus Kompyang Sujana Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema 8 Ekosistem Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan kedua kelompok sampel penelitian yang memiliki kemampuan setara, setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik diperoleh hasil penguasaan kompetensi

(7)

8 pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat juga dari X siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan X siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dalam hal ini adalah pembelajaran yang hanya menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan hasil dari kompetensi pengetahuan dengan perolehan nilai rerata yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol disebabkan oleh perlakuan berupa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam muatan materi IPA diberikan pada kelompok eksperimen.

Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dan memperkuat hasil penelitian yang diperoleh, Hal tersebut didukung hasil penelitian oleh Tariasih (2016), dengan judul Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Audio-visual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri di Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar didukung pula oleh penelitian yang telah dilaksanakan oleh Antini (2015), dengan judul Model Pembelajaran inkuiri terbimning berbantuan media audio-visual berpengaruh terhadap asil belajar IPS siswa kelas V SD gugus Letda Kajeng.

Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dapat direkomendasikan dalam membelajarkan siswa khususnya pada kegiatan pembelajaran yang berisi muatan materi IPA.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA

siswa pada ranah kognitif yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih tinggi dibanding dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing memiliki nilai rata-rata sebesar 82,70 dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata sebesar 72,72. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan berdasarkan taraf signifikasi 5% dengan dk = 79 diperoleh ttabel = 2,000 dan setelah

dilakukan analisis diperoleh thitung = 4,77. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V di SDN Gugus Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema 8 Ekosistem

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disajikan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain sebagai berikut. (1) Kepada Guru Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh, disarankan kepada guru agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media Audio-visual sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan memberikan daya tarik kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. (2) Kepada Sekolah Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada kepala sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini

(8)

9 sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas. (3) Kepada Peneliti Lain Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada peneliti agar

hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014.Metodelogi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing

Agung, A. A. Gede, 2016, Statistik Dasar untuk Pendidikan. Edisi pertama. Cetakan kesatu. Yogyakarta: Budi Utama Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran

Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Antini,

Arik.

2014.

“Model

Pembelajaran

Inkuiri

Terbimbing Berbantuan Media

Audio-visual

Berpengaruh

Terhadap Hasil Belajar IPS

Siswa Kelas V SD Gugus

Letda

Kajeng”.

Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran.

Volume 04 Nomor 01, (hlm

1-9).

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi kedua. Cetakan keempat. Jakarta: Bumi Aksara

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran, Cetakan 1. Bandung: YramaWidya

Koyan, Wayan. 2011 Statistik Terapan. Undiksha.

Kurniasih, Imas dan Berlin. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.

Sani, Abdullah. 2013. Inovasi pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Administrasi dilengkapi Metode R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group

Tariasih, Nonik. 2016. “Pendekatan Saintifik Berbasis Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media

(9)

10 Audio-Visual Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPS”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Volume 04 Nomor 01, (hlm 1-9).

Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group

Wisudawati & Sulistyowati. 2013. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

Workshop Standarisasi Peningkatan Kompetensi dan Pendidikan Pelayanan KB bagi Tenaga Kesehatan.. Peningkatan Promosi

Data yang digunakan dalam penelitian tentang pendugaan model otoregresif ini adalah data tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2011..

Dalam rangka evaluasi kinerja pelayanan publik di wilayah kerja LKKPN Pekanbaru maka dilakukan pengukuran nilai Survei Kepuasan Masyarakat terhadap kegiatan Pelayanan

kehamilannya baik-baik saja sehingga ia memeriksakan kehamilannya secara teratur agar selama kehamilannya tidak ada masalah yang terjadi sehingga berakhir dengan baik

Survey dilakukan terhadap Posyandu di wilayah Kota Surabaya yang mempunyai katagori Posyandu Merah di wilayah atau kantong kemiskinan di Kota Surabaya yang

Metode penyisipan tersebut meliputi lima tahap, yaitu (1) deteksi pola restriksi dan isolasi fragmen DNA dari gel agarose, (2) defosforilasi fragmen DNA dan proses ligasi, (3)

Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini sangat