• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI KARYAWISATA TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI KARYAWISATA TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI KARYAWISATA

TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA

KELAS V

Kadek Sri Meiyani

1

, Made Putra

2

, I Nengah Suadnyana

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: srimeiyanii@gmail.com

1

, putramd3112@yahoo.co.id

2

,

suadnyanainengah@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Quantum

Teaching Melalui Karyawisata dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan

pembelajaran konvensional pada tema ekosistem siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (Rancangan Kelompok Non-ekiuvalen). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri Gugus Dewi Sartika Kecamatan Denpasar Timur Tahun Pelajaraan 2016/2017 yang berjumlah 359 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah SD Negeri 3 Kesiman dan SD Negeri 7 Kesiman. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes. Data yang dikumpulkan berupa nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dianalisis dengan uji-t. Hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V di SD Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran menggunakan Model Quantum Teaching Melalui Karyawisata dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema ekosistem (thitung = 3,476 > ttabel = 2,000) dengan dk = 86 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Rerata penguasaan pengetahuan IPS yang mengikuti pembelajaran menggunakan Model Quantum Teaching Melalui Karyawisata ( = 81,46 = 75,76) siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Model Quantum Teaching Melalui Karyawisata berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: model quantum teaching, media karyawisata, kompetensi pengetahuan IPS

Abstract

This research aimed to explain significant difference of social competency knowledge between a groups of student which is taught Quantum Teaching model through study tour and a groups of student which is taught conventional learning with ecosystem theme grade V students Gugus Dewi Sartika year of study 2016/2017. This research is experimental research which used apparent experiment design (non-equivalent group plan) as the research plan. The population of this research are all grade V students in SD Negeri Gugus Dewi Sartika Kecamatan Denpasar Timur year of study 2016/2017. The sample is determined by using ransom sampling technique. Test method is used as the method of collecting the data. The data which are collected are the competency understanding result of social knowledge competency and t-test. The Analysis of data shows there is a significant difference of social competency knowledge between a groups of student which is taught Quantum Teaching

(2)

2

model through study tour and a groups of student which is taught conventional learning with ecosystem theme (tcount = 3,476 > ttable = 2,000) with dk = 86 and significant level = 5% (α = 0,05). The average of social knowledge student which is learnt Quantum Teaching model through study tour ( = 81,46 = 75,76) the student which is learnt conventional learning. Hence, it could be concluded that Quantum Teaching model through study tour has significant influence with the social competency knowledge of SD Negeri Gugus Dewi Sartika Kecamatan Denpasar Timur year of study 2016/2017 students.

Keywords: quantum teaching model, study tour, social knowledge competency

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu hal Pendidikan merupakan salah satu faktor paling penting dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang ditujukan untuk mencapai keunggulan bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang. Karena pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi dapat meningkatkan kualitas faktor pendukung pembangunan itu sendiri, misalnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa pendidikan merupakan dasar dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan di Negara Indonesia mengacu pada kurikulum yang dirancang untuk menyampaikan pembelajaran. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengembangan kurikulum terus dilakukan pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang sedang dikembangkan pemerintah di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013 yang merupakan hasil pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual.

Implementasi Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Sekolah Dasar (SD) merupakan tempat formal pertama seseorang untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai lingkungan sekitarnya serta berinterksi dengan individu lainnya.

Wiyani (2013:70) berpendapat bahwa,“peserta didik yang berada pada periode Sekolah Dasar (SD) berada pada periode late childhood atau akhir masa kanak-kanak, yaitu kurang lebih berada dalam rentang usia antara enam/tujuh tahun hingga tiba saatnya siswa menjadi individu yang matang secara seksual sekitar usia tiga belas tahun.”

Dalam kurikulum 2013, kemampuan kognitif siswa diarahkan untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang dipelajari dalam konteks sosial-kebangsaan. Pada tingkat usia sekolah dasar tentu membutuhkan suatu pembelajaran yang konkret agar mempermudah siswa memahami atau menemukan langsung pengetahuannya yang tentunya didukung oleh pembelajaran yang menarik.

Berdasarkan program pengalaman lapangan (PPL)-Real yang telah dilaksanakan disalah satu SD Gugus Dewi Sartika Kecamatan Denpasar Timur, muatan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar sampai sekolah menengah dengan menyajikan materi yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu

(3)

3 sosial. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS adalah pemahaman untuk menggunakan perpaduan dari pengetahuan yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya yang mencakup pada aspek pengetahuan (ranah kognitif) guna mewujudkan tujuan dari dibelajarkannya ilmu pengetahuan sosial. Namun pembelajaran pada muatan pelajaran IPS belum secara keseluruhan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran karena materi yang disampaikan hanya bersifat hafalan konsep. Kegiatan pembelajaran lebih banyak berupa kegiatan menghafal yang mengakibatkan siswa merasa pembelajaran kurang menyenangkan karena kesulitan memahami konsep dan mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Selain itu pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mengacu pada kurikulum 2013 belum berjalan dengan optimal yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered). Masih terdapat proses pembelajaran yang menggunakan ceramah sebagai cara penyampaian konsep-konsep materi pembelajaran tanpa melibatkan peran aktif dari siswa.

Pembelajaran yang membosankan dapat berpengaruh pada penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Guru memiliki peran penting dalam mewujudkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk siswa yaitu dengan memvariasikan model pembelajaran sesuai dengan RPP dan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas (Ngalimun, 2016:24). Salah satu model yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran IPS adalah model quantum

teaching.

DePorter,dkk. (2014), menyatakan model quantum teaching merupakan pembelajaran yang memperhatikan lingkungan belajar, landasan yang kukuh,

penggunaan alat bantu, dan rancangan belajar yang dinamis. Keunggulan model

quantum teaching adalah siswa

dirangsang aktif untuk mengamati hal-hal yang ada disekitarnya. Selain itu, guru juga harus memahami mengenai peranan media dalam proses pembelajaran dengan mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa. Dalam kerucut Edgar Dale terdapat pengalaman belajar dari tingkat konkret menuju abstrak dan diantaranya terdapat pengalaman karyawisata. “pengalaman wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari” (Sanjaya, 2013:167). Perpaduan model quantum teaching

melalui karyawisata akan mengajak siswa untuk menemukan pengetahuannya langsung pada objek dengan suasana belajar yang menyenangkan.

Sanjaya (2013) menyatakan bahwa bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan. Mengajar merupakan usaha guru agar siswa belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman dapat berupa pengalaman langsung yang didapatkan siswa saat proses pembelajaran dengan situasi sebenarnya serta pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang didapat dengan bantuan yang mewakili informasi yang disampaikan yaitu berupa media atau alat peraga pembelajaran. Sanaky (2009) menyebutkan bahwa klasifikasi media pembelajaran sebagai upaya untuk menyederhanakan komplekasitas berbagai masalah yang berkaitan dengan perkembangan dari fenomena media pembelajaran.

Peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah krucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Keruncut ini dapat membantu untuk

(4)

4 menentukan media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Tentu gambaran keucut Edgar Dale menjadi pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses siswa mengalami sendiri yang dipelajarinya. Sanjaya (2013) menyatakan bahwa semakin konkret yang siswa pelajari maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa, sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Pada kerucut pengalaman Edgar Dale terdapat proses mendaparkan pengalaman belajar bagi siswa yaitu pengalaman langsung, pengalaman melalui benda tiruan, pengalaman melalui drama, demonstrasi, karyawisata, televisi, film, radio, visual, lambang visual dan verbal.

Diantaranya terdapat pengalaman wisata, Sanjaya (2013:167) menyatakan bahwa pengalaman wisata yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi. Selanjutnya pengalaman yang diperoleh dicatat dan disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karyawisata yaitu membawa pembelajar ke obyek luar dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman pembelajar (Sanaky, 2009:44).

Model quantum teaching melalui karyawisata menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses pembelajaran lewat pemaduan model yang mengarahkan siswa langsung menemukan pengalaman serta informasi pengetahuannya pada sumber informasi. Sehingga menjadikan siswa lebih aktif dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Selanjutnya diungkapkan bahwa "penerapan model quantum teaching melalui karyawisata dalam pembelajaran dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang melejitkan prestasi siswa" (DePorter, dkk.2014:31).

Dalam kaitannya dengan penelitian ini tentunya penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang dimaksud yaitu penguasaan kompetensi pengetahuan yang dicapai oleh siswa setelah diberikan perlakuan model quantum teaching

melalui karyawisata dalam proses pembelajaran, dengan materi pelajaran yang diteliti adalah pembelajaran IPS. METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Dewi Sartika, Kecamatan Denpasar Timur. Pemilihan SD Negeri Gugus Dewi Sartika, Kecamatan Denpasar Timur sebagai tempat penelitian karena keterjangkauan dan kelayakan. Keterjangkauan dalam arti tempat penelitian mudah dijangkau, serta kelayakan dalam arti di SD Gugus Dewi Sartika, Kecamatan Denpasar Timur belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model quantum teaching melalui karyawisata dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri di Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua karakteristik dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat seperti dalam penelitian eksperimen murni (true

experiment). Desain yang digunakan yaitu

melibatkan dua kelompok kelas, yaitu kelompok pertama sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan model quantum teaching melalui karyawisata dan kelompok kedua sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran konvensional dalam kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik.

Uraian dari prosedur penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan eksperimen, pelaksanaan eksperimen, dan akhir

(5)

5 eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen langkah - langkah yang dilakukan yaitu melakukan wawancara dengan Kepala Gugus Dewi Sartika dan beberapa wali kelas V di masing – masing sekolah di Gugus Dewi Sartika Denpasar Timur untuk mengetahui ada atau tidaknya kelas unggulan di SD yang ada di Gugus Dewi Sartika Denpasar Timur, mempersiapkan kurikulum dan menyusun silabus bersama wali yang terkait dengan materi yang akan diuji cobakan dalam penelitian ini, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) beserta LKS, mempersiapkan pembelajaran model

quantum teaching melalui karyawisata

yang akan digunakan untuk membelajarkan kelompok eksperimen, mengkonsultasikan instrumen penelitian

pre test dan post test bersama wali kelas

dan dosen pembimbing,

mengkonsultasikan RPP, LKS dan media pembelajaran bersama wali kelas dan dosen pembimbing, mengadakan uji coba instrumen penelitian soal post test, melakukan pengundian untuk menentukan kelompok eskperimen dan kontrol, memberikan pre test kepada kedua kelompok kelas yang terlah diundi untuk membuktikan kesetaraan kelompok, analisis data pre test seluruh populasi dengan teknik uj-t. Selanjutnya, tahap pelaksanaan eksperimen dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen berupa model quantum

teaching melalui karyawisata,

pembelajaran konvensional dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kelompok kontrol, dan memberikan post

test pada akhir penelitian, baik untuk

kelompok eksperimen maupun kontrol. Tahap akhir dilakukan menganalisis data hasil penelitian dan melakukan uji hipotesis.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di Gugus Dewi Sartika Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari enam sekolah yaitu SDN 3 Kesiman, SDN 7 Kesiman, SDN 10 Kesiman, SDN 12 Kesiman, SDN 16 Kesiman, dan SDN 17 Kesiman. Adapun sampel penelitian yang dilakukan dengan cara diundi (Random Sampling) yang di random

kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas. Karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan siswa mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Dari kesembilan kelas yang ada di sekolah dasar negeri Gugus Dewi Sartika, dilakukan pengundian untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan sampel. Pemilihan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak mungkin mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti sebagai kelompok yang diteliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Gugus Dewi Sartika, diketahui bahwa keadaan kelas yang ada di SD Negeri Gugus Dewi Sartika tidak ada yang diunggulkan atau dianggap sama. Oleh karena itu, pengundian dilakukan terlebih dahulu. Dari pengundian yang dilakukan, kelas VA SD Negeri 3 Kesiman berjumlah 50 siswa yang muncul pertama dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 7 Kesiman berjumlah 38 siswa yang muncul kedua dijadikan sebagai kelompok kontrol. Untuk menyakinkan bahwa kedua kelas tersebut setara, dilakukan pengujian kesetaraan dengan memberikan pre test kepada kedua kelompok sampel yang ada di SD Negeri Gugus Dewi Sartika. Setelah sampel di uji hipotesis kesetaraan sampel digunakan uji-t dan menunjukkan kesetaraan maka kedua sampel dapat diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen kelas VA SD Negeri 3 Kesiman diberi perlakuan model quantum

teaching melalui karyawisata dan

kelompok kontrol kelas V SD Negeri 7 Kesiman dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pendekatan sainfik. Pembelajaran

(6)

6 konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari.

Dalam penelitian ekperimen terdapat kontrol validitas. “validitas penelitian adalah kemampuan suatu penelitian untuk mengungkapkan secara tepat mengenai apa yang ingin diteliti” (Dantes, 2014). Terdapat 2 kontrol validitas penelitian yaitu terdapat kontrol validitas internal dan kontrol validitas eksternal. Pada kontrol validitas internal pada penlitian ini yaitu karakteristik subjek, sejarah, sikap subjek dan faktor harapan. Dan pada kontrol validitas ekternal terdapat perlakuan dan waktu.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif pilihan ganda biasa dengan empat pilihan A, B, C,D yang mengandung satu jawaban yang paling benar. Instrumen penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti melalui prosedur penyusunan kisi-kisi dan pembuatan butir-butir soal yang dipersiapkan bersama dosen dan wali kelas, kemudian uji validitas ahli, revisi, uji coba lapangan, analisis hasil uji coba lapangan dan penulisan akhir.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis statisik deskriptif dan statistik inferensial. Kegiatan yang termasuk analisis statistik deskriptif diantaranya menentukan distribusi frekuensi, nilai rerata (mean), simpangan

baku, varians, dan menggambarkannnya dalam bentuk diagram. Kegiatan yang termasuk analisis statistik inferensial adalah menentukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan rumus polled

varians, namun terlebih dahulu dilakukan

uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini memaparkan tentang nilai rerata (mean), standar deviasi, dan varians serta menggambarkannya dalam diagram batang berdasarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas VA SD Negeri 3 Kesiman pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model quantum teaching melalui karyawisata dan siswa kelas V SD Negeri 7 Kesiman pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang digunakan sebagai instrumen penelitian ini adalah berjumlah 36 butir soal pilihan ganda biasa yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Post test diberikan setelah 6 kali treatment (perlakuan) di kelas eksperimen dan 6 kali pertemuan di kelas kontrol. Banyaknya siswa pada kelas eksperimen adalah 50 siswa dan pada kelas kontrol adalah 38 siswa. Maka jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 88 orang. Hasil deskripsi data dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Tabel Deskripsi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Analisis Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Mean 81,46 75,76 Nilai Maksimum 100 94 Nilai Minimum 61 61 Varians 68,12 44,31 Standar Deviasi 8,25 6,66

(7)

7 Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model quantum teaching melalui karya wisata memiliki

nilai rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS lebih tinggi yaitu 81,46 daripada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional yaitu 75,76. Adapun data nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas eksperimen yaitu siswa kelas VA SD Negeri 3 Kesiman yang berjumlah 50 orang siswa dan kelas kontrol yaitu siswa kelas V SD Negeri 7 Kesiman yang berjumlah 38 orang siswa yang disajikan dalam diagram batang distribusi frekuensi penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.

Gambar 1

Gambar 2

Gambar Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penguasaan Kompetensi

Pengetahuan IPS Kelas Kontrol Berdasarkan hasil uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, dapat diketahui bahwa data tersebut berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Maka untuk uji hipotesis dilakukan dengan uji-t dan rumus polled

varians. Rumus ujit-t dengan rumus polled varians digunakan bila jumlah anggota

sampel tidak sama n1 ≠ n2 yang disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Gambar Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Kelas Eksperimen

Tabel 2

Tabel Hasil Analisis Uji-t Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS No Sampel N dk X S2 thitung ttabel Status

1 Kelas Eksperimen 50 86 81,46 68,12 3,476 2,000 H0 ditolak 2 Kelas Kontrol 38 75,76 44,31

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 3,48, sedangkan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan dk = 86 diperoleh nilai ttabel= 2,000 sehingga thitnung = 3,476 > ttabel = 2,000 . Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V di SD Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017 yang

mengikuti pembelajaran yang menggunakan model quantum teaching melalui karyawisata dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema ekosistem. Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model quantum teaching melalui karyawisata adalah 81,46 dan

(8)

8 rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 75,76 memiliki perbedaan sebesar 5,70 yang menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian, terdapat pengaruh penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa kelas V di SD Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching melalui karyawisata dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema ekosistem.

Pada kelompok eksperimen, kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPS menggunakan model quantum

teaching melalui karyawisata berjalan

dengan optimal dan kondusif. Hal ini disebabkan oleh model quantum teaching melalui karyawisata merupakan suatu inovasi pembelajaran yang menguraikan cara-cara baru sehingga memudahkan proses pembelajaran lewat perpaduan model dengan pengalaman belajar yang mengarahkan siswa langsung menemukan informasi pengetahuannya. Sehingga selama kegiatan pembelajaran menjadikan siswa lebih aktif dan pencapaian-pencapaian yang terarah karena kegiatan pembelajaran menggunakan model quantum teaching melalui karyawisata menciptakan lingkungan belajar yang memberikan kegembiraan melalui langkah pembelajaran quantum teaching akan menghilangkan hambatan – hambatan siswa yang menekankan pada peran aktif siswa dalam mengonstruksi pengetahuan sendiri. Langkah pembelajaran model

quantum teaching yaitu TANDUR yang

terdiri dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan. Dimulai dari munumbuhkan minat belajar siswa, memberikan kesempatan untuk siswa mengalami langsung pengalaman belajarnya kemudian menamai hal atau informasi pengetahuan yang ditemui siswa, mendemonstrasikannya, mengulangi pengetahuan yang telah ditemukan siswa dan tentu merayakan dengan kegembiraan atas pengetahuan

yang berhasil siswa bangun sendiri. Pembelajaran yang menggembirakan tentu didukung oleh karya wisata yang mengajak siswa menemukan langsung pengetahuannya pada sumber atau objek informasi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan, bermanfaat, dan bermakna. Dengan demikian, siswa lebih memahami materi yang diberikan sekaligus mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

Model quantum teaching melalui karyawisata dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa terutama pada kompetensi pengetahuan IPS dengan menemui langsung objek informasi pengetahuan. Menurut DePorter, dkk (2014) menyatakan bahwa Quantum teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Kesuksesan siswa dalam menemukan dan memahami pengetahuannya didukung juga dengan pengalaman belajar yang menjadikan siswa untuk aktif yaitu karyawisata. Menurut Sanjaya (2013:167) menyatakan bahwa pengalaman wisata yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi. Selanjutnya pengalaman yang diperoleh dicatat dan disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karyawisata yaitu membawa pembelajar ke obyek luar dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman pembelajar (Sanaky, 2009:44). Perpaduan model

quantum teaching dengan media karya

wisata memberikan inovasi dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih aktif dan mudah untuk memahami pengetahuan atau materi yang dipelajari.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan

(9)

9 dengan model quantum teaching melalui karyawisata. Penelitian menggunakan model quantum teaching sebelumnya telah dilakukan oleh Trisnawati (2016). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model quantum teaching berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, yang dapat dilihat dari persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada pra siklus adalah 41,17% pada siklus I meningkat menjadi 61,76% dan siklus II meningkat menjadi 85,29% mendapat predikat B+. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa penerapan model

Quantum Teaching dapat meningkatkan

keaktifan dan penguasaan pengetahuan IPS pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian lainnya terkait pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching dilakukan oleh Dewi (2016). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model quantum teaching berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, yang dapat dilihat dari persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yaitu 70,40% dengan kategori C. Pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 78,72% dengan kategori B. Pada siklus II persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS mengalami peningkatan yaitu 85,92% dengan kategori B serta persentase ketuntasan klasikal sebesar 83,78% dengan kategori B. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan menerapkan pembelajaran saintifik berbasis Quantum teaching berbantuan permainan edukatif dapat meningkatkan keaktifan belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVC SDN 9 Pedungan.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat diinterprestasikan bahwa model

quantum teaching berbantuan media

karya wisata berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika tahun pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian analisis data post test menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata nilai yaitu 81,46 dan persentase kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen M% = 81,46%. Rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen pada pada kategori Baik (B). Dan juga berdasarkan post test kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok kontrol diperoleh skor rata-rata yaitu 75,76 dan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol M% = 75,76%. Rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol pada kategori Cukup (C). Terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model quantum

teaching melalui karyawisata dengan yang

dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terbukti dari Hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 3,476. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 50 + 38 – 2 = 86 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) sehingga diperoleh harga ttabel = 2,000. Karena thitung > ttabel (3,476 > 2,000) maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model quantum

teaching melalui karyawisata dan

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Jadi berdasarkan pada nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok kontrol

(10)

10 ( = 81,46 = 75,76). Maka terdapat Pengaruh Model Quantum Teaching

Melalui Karyawisata terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika Tahun Pelajaran 2016/2017.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model quantum teaching melalui karyawisata berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika tahun pelajaran 2016/2017.

Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) siswa agar memanfaatkan kesempatan yang difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model

quantum teaching melalui karyawisata,

sehingga dapat membangun pengetahuan sendiri. (2) disarankan kepada guru agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching melalui karyawisata sehingga tercipta pembelajaran bermakna bagi siswa, (3) dapat dijadikan sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menggembirakan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang memiliki output berkualitas, (4) dan peneliti lain agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2013. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodelogi

Penelitian Pendidikan. Malang:

Aditya Media Publishing.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar – Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT

Bumi Aksara..

DePorter, Bobbi dkk. 2014. Quantum

Teaching. Bandung: Kaifa.

Dewi, Ratih Paramita dkk. 2016. “Penerapan pembelajaran saintifik berbasis Quantum teaching

berbantuan permainan edukatif dapat meningkatkan keaktifan belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVC SDN 9 Pedungan”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4, Nomor 1. Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index. php/JJPGSD/article/view/7263/496 1 (diakses tanggal 28 Desember 2016).

Merthayasa, I Nyoman Wahyu dkk. 2016. “Penerapan Model Quantum

Teaching untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Bahasa Indonesia (Keterampilan Menulis) Pada Siswa Kelas IV SD”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4, Nomor 1.

Tersedia pada

http:/ejournal.undiksha.ac.id/index. php/JJPGSD/article/view/7551/515 9 (diakses tanggal 30 Desember 2016).

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model

Pembelajaran: Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Ratnadewi, I Dewa Ayu dkk. 2016. “Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Seting Quantum Teaching Berbantuan Media Visual untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Kelas IVB SDN 3 Ubung”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4, Nomor 1. Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index. php/JJPGSD/article/view/7158/488 5 (diakses tanggal 30 Desember 2016).

Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanaky. 2009. Media Pembelajaran.

Yogyakarta: Insania Press.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

(11)

11

Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan & Pengembangan.

Jakarta: Prenadamedia Group.. Sugiyono. 2013. Statistik untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan

Pembelajaran IPS di Sekolah

Dasar. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group. Trisnawati, A.A Istri Alit dkk. 2016.

“Penerapan Model Quantum

Teaching Untuk Meningkatkan

Keaktifan Dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4, Nomor 1.

http://ejournal.undiksha.ac.id

(diakses tanggal 28 Desember 2016)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Desain

Pembelajaran Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan mekanik lengan robot untuk memilah dan memindahkan barang menyesuaikan barang yang akan dipindahkan, dengan sensor ultrasonik dipasang diatas konveyor untuk

Perekrutan adalah proses menarik orang-orang pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang cukup, dan dengan persyaratan yang layak, untuk mengisi lowongan dalam

1) Pendidikan dan Pelatihan (diklat) bagi calon peserta Lampung Mengajar tahun 2018 akan dilaksanakan secara intensif selama 20 hari kalender, yang rencananya akan

Dalam berita ini terdapat enam karakteristik narasi, yaitu keberadaan pemain belakang sebagai pengirim, ketajaman timnas Prancis sebagai objek, melaju ke final Piala Dunia 2018

Grup menggunakan instrumen keuangan untuk mengelola risiko eksposur atas suku bunga dan tingkat perubahan nilai tukar mata uang asing. Penggunaan derivatif lebih

Data diatas menunjukkan bahwa struktur hukum kurang berpengaruh terhadap pemidanaan pelaku tindak pidana narkotika (48.48%) karena antara hukum mengenai hal itu tidak

Namun demikian, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga ini dapat memberikan sumbangan berarti

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan