• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. 1. Mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 dan telah tinggal di asrama putra/putri TPB IPB minimal 1 bulan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. 1. Mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 dan telah tinggal di asrama putra/putri TPB IPB minimal 1 bulan."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian menggunaka desain case-control study (kasus-kontrol) berpasangan. Penetapan contoh didasarkan pada kelompok kasus (contoh yang sedang atau pernah mengalami gangguan lambung) dan kelompok kontrol (tanpa riwayat gangguan lambung). Gangguan lambung yang diteliti terbatas pada gastritis atau tukak peptik (tukak lambung, tukak duodenum). Kelompok kasus dan kontrol dipasangkan berdasarkan jenis kelamin, umur, dan latar belakang sosial-ekonomi. Penelitian dilakukan pada mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 pada bulan Agustus-September 2010 di Kampus IPB Darmaga.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011. Contoh penelitian ini diambil secara purposive dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan bersedia untuk menjadi responden.

Kriteria inklusi: Kelompok kasus

1. Mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 dan telah tinggal di asrama putra/putri TPB IPB minimal 1 bulan.

2. Berusia 12-19 tahun.

3. Mampu berkomunikasi dengan baik, bersedia diwawancara.

4. Sedang atau pernah mengalami gastritis atau tukak peptik dalam 6 bulan terakhir.

5. Tidak sedang atau pernah menderita apendisitis (usus buntu), kolik (kram perut), hepatitis (liver), demam typhoid (tifus abdominalis), ginjal, atau diabetes mellitus dalam waktu satu bulan terakhir.

Kelompok kontrol

1. Mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 dan telah tinggal di asrama putra/putri TPB IPB minimal 1 bulan.

2. Berusia 12-19 tahun.

3. Mampu berkomunikasi dengan baik, bersedia diwawancara.

4. Tidak pernah mengalami gastritis atau tukak peptik dalam 6 bulan terakhir.

(2)

5. Tidak sedang atau pernah menderita apendisitis (usus buntu), kolik (kram perut), hepatitis (liver), demam typhoid (tifus abdominalis), ginjal, atau diabetes mellitus dalam waktu satu bulan terakhir.

Kriteria eksklusi:

1. Berusia < 12 tahun atau > 19 tahun.

2. Tidak tinggal di asrama putra/putri TPB IPB atau tinggal di asrama, tetapi dalam jangka waktu < 1 bulan.

3. Tidak bersedia diwawancara.

4. Sedang atau pernah menderita apendisitis (usus buntu), kolik (kram perut), hepatitis (liver), demam typhoid (tifus abdominalis), ginjal, atau diabetes mellitus dalam waktu satu bulan terakhir.

Jumlah minimal contoh diambil berdasarkan rumus untuk penelitian case kontrol, yaitu :

dimana

Keterangan:

n : ukuran contoh minimal kelompok kasus

Z(1-α/2) : nilai distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan α ( untuk α = 0,05 adalah 1,96)

: nilai distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar yang diinginkan (untuk β = 0,15 adalah 1,03)

R : estimasi Odd Ratio (OR) P : estimasi efek kontrol Q : 1-P

(Sastroasmoro dan Ismail 1995)

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor risiko gastritis dan tukak peptik, diketahui beberapa nilai OR yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan jumlah contoh. Berikut ini hasil perhitungan jumlah contoh minimal berdasarkan data OR yang ditelaah dari studi pustaka.

(3)

Tabel 2 Perhitungan jumlah contoh minimal berdasarkan OR dari studi pustaka

No. Faktor Risiko Terhadap

Gastritis/Tukak Peptik

R P Q Jumlah Contoh

(Kasus)

1 Keteraturan makan 4,33a) 0,81 0,19 57

2 Frekuensi makan 4,75 a) 0,83 0,17 52

3 Kebiasaan makan pedas 7,43 a) 0,88 0,12 36

4 Kebiasaan makan asam 4,93 a) 0,83 0,17 50

5 Frekuensi minuman iritatif 4,44 a) 0,82 0,18 56

6 Pemakaian OAINS rutin 6,54 a) 0,87 0,13 40

7 Konsumsi aspirin rutin 7,50 b) 0,88 0,12 36

8 Merokok 5,96 c) 0,86 0,14 42

9 Riwayat penyakit ayah 4,60 c) 0,82 0,18 52

10 Riwayat penyakit ibu 4,20 c) 0,81 0,19 59

Keterangan: a) Yunita (2010); b) Salih et al. (2007); c) Imanzadeh et al. (2007)

Jumlah contoh minimal ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan yang terbesar (nilai OR terkecil). Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan jumlah contoh minimal untuk kelompok kasus sebanyak 59 orang. Kelompok kontrol dipilih secara acak dari populasi. Jumlahnya sebanyak contoh pada kelompok kasus. Pada proses pemilihan kelompok kontrol, dilakukan matching terhadap umur, jenis kelamin, dan suku/etnis dengan contoh kelompok kasus. Formula yang digunakan dalam menentukan proporsi contoh tiap kelompok berdasarkan jenis kelamin adalah :

ni =

Ni xn N Keterangan:

ni : ukuran contoh berdasarkan jenis kelamin (putri/putra) i : jenis kelamin (1. putra, 2. putri)

Ni : total siswa berdasarkan jenis kelamin (putra/putri) N : jumlah siswa keseluruhan

n : ukuran contoh (jumlah contoh yang diambil)

Jumlah mahasiswa TPB IPB angkatan 2010/2011 yang mengikuti perkuliahan matrikulasi sebanyak 3.264 orang, dengan rincian 1.312 orang (40,2%) putra dan 1.925 (59,8%) putri. Dari perhitungan, diketahui minimal jumlah contoh penelitian (kasus dan kontrol) adalah 118 orang. Namun, dalam penelitian ini diambil jumlah contoh sebanyak 120 orang, terdiri atas 48 putra (24 kasus, 24 kontrol) dan 72 putri (36 kasus, 36 kontrol).

Pemilihan contoh dimulai dari tahap penapisan secara simple random sampling. Sebanyak 550 mahasiswa dipilih secara acak untuk mengisi kuesioner mengenai riwayat penyakit gastritis atau tukak peptik yang sedang atau pernah dialami. Dari 550 mahasiswa tersebut kemudian diambil 60 mahasiswa yang sedang atau pernah mengalami gastritis atau tukak peptik (tukak duodenum

(4)

maupun tukak lambung) dan memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan kelompok kasus dan 60 mahasiswa lainnya yang memenuhi kriteria inklusi sebagai kontrol, sehingga secara keseluruhan terdapat 120 mahasiswa. Berikut adalah cara penarikan contoh pada penelitian ini:

1. Didata jumlah seluruh mahasiswa TPB IPB 2010/2011 yang mengikuti perkuliahan matrikulasi

2. Dipilih secara acak 5 kelas besar (±550 mahasiswa) untuk mengisi kuesioner mengenai riwayat penyakit gastritis atau tukak peptik.

3. 60 orang (24 putra dan 36 putri) yang sedang atau pernah mengalami gastritis atau tukak peptik dipilih untuk dijadikan contoh (kelompok kasus). 4. 60 orang dipilih secara acak sebagai kontrol (contoh tanpa penyakit gastritis, atau tukak peptik) disesuaikan jenis kelamin, umur, dan suku/etnis dengan contoh kasus.

5. Didapat contoh penelitian sebanyak 120 mahasiswa. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data pimer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh contoh (mahasiswa TPB IPB), sedangkan data sekunder diperoleh dari Direktorat Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor, berupa jumlah mahasiswa TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 dan pembagian kelas. Kuesioner terdiri atas dua jenis, yaitu kuesioner skrining (Lampiran 1) dan kuesioner penelitian (Lampiran 2). Pertanyaan dalam kuesioner bersifat retrospektif, dengan rentang waktu sejak contoh masuk asrama hingga menjelang bulan puasa atau ramadhan (selama bulan puasa dan setelahnya tidak diteliti). Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu:

1. Riwayat penyakit/gangguan lambung selama enam bulan terakhir dan frekuensi dispepsia contoh ketika tinggal di asrama. Data ini diperoleh melalui pengisian kuesioner skrining (Lampiran 1). Riwayat penyakit gastritis dan tukak peptik diperoleh berdasarkan informasi dari contoh dan disyaratkan bahwa contoh pernah melakukan pemeriksaan dokter.

2. Karakteristik contoh, meliputi: umur dan jenis kelamin. Data ini diperoleh melalui pengisian kuesioner skrining (Lampiran 1).

3. Faktor lingkungan contoh, yang meliputi karakteristik sosial-ekonomi (jumlah uang saku, suku/etnis, dan wilayah domisili paling lama). Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner penelitian (Lampiran 2).

(5)

4. Data berat badan dan tinggi badan. Berat badan dan tingi badan tidak diukur secara langsung, tetapi berdasarkan informasi dari mahasiswa dan merupakan hasil pengukuran pada saat mahasiswa melaksanakan registrasi mahasiswa baru. Data ini diperoleh melalui pengisian kuesioner penelitian (Lampiran 2).

5. Kebiasaan makan contoh, meliputi keteraturan makan, frekuensi makan, jeda waktu makan, kebiasaan makan pagi, mengkonsumsi makanan selingan, melakukan upaya menurunkan berat badan, minum teh, kopi, soda, menkonsumsi makanan pedas, asam, dan mengkonsumsi suplemen. Selain itu dilihat juga tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, konsumsi lemak, natrium, dan kalium contoh. Data frekuensi frekuensi makan, jeda waktu makan, kebiasaan makan pagi, mengkonsumsi makanan selingan, melakukan upaya menurunkan berat badan, minum teh, kopi, soda, menkonsumsi makanan pedas, asam, dan mengkonsumsi suplemen, sedangkan data tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, konsumsi lemak, natrium, dan kalium contoh diperoleh dengan instrumen kuesioner anamnesa diet atau kebiasaan makan (Lampiran 2). Kebiasaan makan yang diteliti hanya ketika contoh tinggal di asrama. 6. Data kebiasaan merokok meliputi frekuensi merokok (rokok/hari), durasi

(berapa tahun merokok), dan umur ketika awal merokok. Selain sebagai perokok aktif, ditanyakan pula kebiasaan contoh sebaga perokok pasif. Data tersebut diperoleh melalui pengisian kuesioner penelitian (Lampiran 2) yang terdiri atas serangkaian pertanyaan, beberapa pertanyaan merupakan pertanyaan terbuka sedangkan yang lainnya berupa pertanyaan tertutup.

7. Data kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol meliputi jenis dan jumlah minuman beralkohol yang dikonsumsi per minggu. Data ini juga diperoleh melalui pengisisan kuesioner penelitian (Lampiran 2).

8. Data mengenai tingkat aktivitas fisik didapat dari kebiasaan olahraga contoh, meliputi jenis, durasi, dan frekuensi olahraga per minggu, serta aktivitas ringan contoh sehari-hari (berjalan dan besepeda). Data diperoleh melalui pengisisan kuesioner penelitian (Lampiran 2).

9. Konsumsi obat-obat-obatan pada saat tinggal di asrama, meliputi kebiasaan contoh menkonsumsi obat-obatan jenis tertentu karena sakit kronis maupun keluhan kesehatan ringan, jenis obat yang biasa

(6)

dikonsumsi, frekuensi konsumsi obat, dan lamanya contoh mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner penelitian (Lampiran 2).

10. Tingkat stres contoh diukur melalui serangkaian pertanyaan mengenai gejala-gejala stres yang dialami contoh selama tinggal di asrama. Disediakan tiga pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan, masing-masing jawaban memiliki skor tertentu. Data diperoleh melalu pengsian kuesioner penelitian (Lampiran 2).

11. Faktor herediter, meliputi riwayat penyakit keluarga, yaitu ada tidaknya keluarga yang menderita gastritis atau tukak peptik dan golongan darah contoh. Data golongan darah contoh didasarkan pada pengetahuan contoh terhadap golongan darahnya masing-masing (tidak dilakukan pemeriksaan secara langsung yang dituliskan dalam jawaban kuesioner penelitian (Lampiran 2).

Pengisian kuesoner skrining dan kuesioner penelitian dilakukan oleh contoh atau responden dengan dipandu oleh enumerator.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel 2007 sedangkan analisis data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16 for Windows. Proses pengolahan data melputi coding, entry, cleaning dan analisis data. Data yang terkumpul dikategorikan kemudan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan dianalisis secara deskriptif. Hubungan antar variabel dianalisis secara statistik menggunakan analisis bivariat (uji beda dan hubungan) dan multivariat (regresi). Cara pengkategorian variabel dapat dilihat pada tabel 3.

Gangguan lambung (gastritis atau tukak peptik). Data ini merupakan riwayat gangguan lambung berupa gastritis atau tukak peptik contoh selama enam bulan terakhir dan riwayat frekuensi gejala-gejala gangguan lambung atau dispepsia selama contoh tinggal di asrama (sejak masuk hingga sebelum bulan puasa atau ramadhan). Data riwayat penyakit gastritis atau tukak peptik dan frekuensi keluhan dispepsia masing-masing dikelompokkan dalam dua kategori. Gejala-gejala dispepsia dinilai secara subjektif oleh contoh, berdasarkan berapa kali munculnya gejala dispepsia dalam satu minggu (tidak pernah, 1-2 kali, 3-4 kali, dan lebih dari 4 kali atau hampir setiap hari). Hasilnya kemudian diskor untuk menentukan frekuensi dispepsia yang dialami. Skor 0 (nol) jika contoh

(7)

sama sekali tidak pernah mengalami gejala; skor 1 (satu) jika mengalami gejala sebanyak 1-2 kali per minggu; skor 2 (dua) jika mengalami gejala 3-4 kali per minggu; dan skor 3 (tiga) jika mengalami gejala >4 kali per minggu atau hampir setiap hari mengalami gejala dispepsia. Frekuensi dispepsia kemudian dikelompokkan dalam dua kategori (jarang dan sering) berdasarkan rentang data skor gejala dispepsia. Perhitungan rentang skor yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal kemudian dibagi jumlah kelas atau kategori yang diinginkan (Slamet 1993).

Rentang skor = Nilai maksimal – Nilai minimal Jumlah kelas atau kategori Tingkat frekuensi gejala lambung diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tingkat frekuensi dispepsia termasuk kategori “jarang” apabila skor frekuensi gejala yang diperoleh kurang dari sama dengan tujuh koma lima (≤7,5).

2. Tingkat frekuensi dispepsia termasuk kategori “sedang” apabila skor frekuensi gejala yang diperoleh lebih dari tujuh koma lima (>7,5).

Karakteristik contoh. Data karakteristik contoh terdiri atas dua jenis, yaitu umur dan jenis kelamin. Umur contoh dikategorikan menjadi dua kelompok berdasarkan Monks (1999), yaitu 15-18 tahun (remaja madya) dan 18-21 tahun (remaja akhir). Kritera contoh pada penelitian ini dibatasi umur contoh <19 tahun sehingga penggolongan umur remaja akhir menggunakan kategori 18-19 tahun.

Karakteristik sosial-ekonomi. Karakteristik sosial-ekonomi dapat digolongkan dalam unsur lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kejadian gastritis dan tukak peptik (Riccardi dan Rotter 2004). Jumlah uang saku dapat menggambarkan keadaan ekonomi contoh. Jumlah uang saku dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, tinggi. Pengkategorian jumlah uang saku menggunakan rentang data, yaitu nilai maksimal data dikurangi nilai minimal data kemudian dibagi jumlah kelas atau jumlah kategori yang diinginkan. Dari perhitungan diperoleh kriteria untuk kategori jumlah uang saku, yaitu: (1) Rendah, jika uang saku <Rp 400.000per bulan; (2) Sedang, jika uang saku antara Rp 400.000,00-Rp 800.000 per bulan; dan (3) Tinggi, jika uang saku >Rp 800.000. Suku/etnis dan wilayah domisili contoh sebelum tinggal di asrama diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai latar belakang budaya dan kebiasaan contoh. Suku/etnis dan wilayah domisili dikelompokkan berdasarkan suku/etnis dan wilayah yang banyak muncul pada data yang diperoleh.

(8)

Status gizi. Status gizi contoh dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diperoleh dari perbandingan indeks antropometri berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2) (Supariasa et al. 2001). Rumus untuk menentukan Indeks Massa Tubuh adalah:

IMT (kg/ m2) = Berat Badan (kg)_ Tinggi Badan2 (m2)

Pengolahan data status gizi menggunakan software WHO Anthroplus. Pengkategorian status gizi didasarkan pada klasifikasi IMT/U untuk anak usia sekolah dan remaja (umur 5-19 tahun) menurut WHO 2007. Adapun cut off point status gizi menurut IMT/U tercantum dalam Tabel 3.

Kebiasaan makan. Data kebiasaan makan yang dianalisis adalah keteraturan makan, frekuensi makan, jeda waktu makan, kebiasaan makan pagi, mengkonsumsi makanan selingan, melakukan upaya menurunkan berat badan, minum teh, kopi, soda, menkonsumsi makanan pedas, asam, dan mengkonsumsi suplemen. Selain itu dilihat juga tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, konsumsi lemak, natrium, dan kalium contoh. Penilaian konsumsi makanan contoh (terbatas pada zat gizi lemak, natrium, vitamin A, vitamin C, dan kalium) menggunakan software Nutrisurvey versi Indonesia yang di dalamnya terdapat instrumen DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). Tingkat konsumsi lemak, vitamin A, dan vitamin C contoh diketahui dari perbandingan jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh dengan angka kecukupan gizi (AKG). Tingkat konsumsi natrium dan kalium contoh dihitung dari perbandingan jumlah natrium dan kalium yang dikonsumsi contoh per hari dengan jumlah yang disarankan menurut Dwijayanti, Ratnasari, dan Susetyowati (2008). Konsumsi lemak dan natrum tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko gastritis dan tukak peptik, sedangkan konsumsi vitamin A, vitamin C, dan kalium berdampak sebaliknya.

Kebiasaan merokok. Penelitian-penelitian mengenai faktor risiko gastritis dan tukak peptik terdahulu banyak yang menyimpulkan bahwa merokok merupakan faktor yang berkontribusi nyata pada munculnya gastritis dan tukak peptik, serta proses penyembuhannya. Contoh dibagi menjadi dua kategori, yatu perokok dan bukan perokok. Contoh perokok ditanya lebih lanjut mengenai frekuensi merokok (rokok/hari), durasi (berapa tahun merokok), dan umur ketika awal merokok. Semakin sering frekuensi merokok contoh, semakin lama durasi merokok contoh, dan semakin muda usia awal merokok maka semakin berdampak negative bagi kesehatan contoh, termasuk munculnya atau

(9)

kambuhnya gastritis dan tukak peptik. Kebiasaan menjadi perokok pasif juga ditanyakan dalam penelitian ini. Perokok pasif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu “sering” apabila contoh menghirup asam rokok > 3 kali per hari dan “jarang” apabila contoh menghirup asap rokok < 3 kali per hari (Mcintosh, Byth, dan Piper 1985).

Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol meliputi jenis dan jumlah minuman beralkohol yang dikonsumsi per minggu. Contoh dibagi dalam tiga kategori berdasarkan frekuensi dan jumlah minuman beralkohol yang dikonsumsi. Kelompok pertama adalah bukan peminum, yaitu contoh yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Kelompok kedua, peminum ringan, mengkonsumsi minuman beralkohol < 3x per minggu dan jumlahnya < 60 gram sekali minum. Kelompok ketiga, peminum berat, mengkonsumsi minuman beralkohol ≥ 3 kali per minggu dan jumlahnya ≥ 60 gram etanol sekali minum (Choi, Lim, dan Park 2006).

Aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga. Kebiasan olahraga yang diteliti antara lain jenis, durasi, dan frekuensi olahraga. Durasi olahraga digunakan sebagai dasar penentuan tingkat aktivitas fisik, yaitu dengan menghitung total waktu atau lama durasi aktivitas olahraga (menit) akumulatif per minggu. Tingkat aktivitas fisik menurut U.S. Department of Health and Human Services atau USDHHS (2008) didasarkan pada aktivitas sedang (moderate activity) yang dilakukan dalam satu minggu setelah ditotal dan diklasifikasikan. Ada empat klasifikasi tingkatan aktivitas fisik, yaitu: tidak aktif, rendah, sedang, dan berat. Tidak aktif jika tidak melakukan aktivitas sedang; rendah jika melakukan aktivitas sedang <150 menit per minggu, sedang jika melakukan aktivitas sedang 150-300 menit per minggu, dan berat jika melakukan aktivitas sedang lebih dari 300 menit per minggu. Apabila dalam satu minggu melakukan aktivitas berat, maka total durasi dari aktivitas berat dalam seminggu dikalikan dua.

Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan. Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan contoh dikelompokkan menjadi dua golongan, pengguna harian dan bukan pengguna harian berdasarkan jumlah dan frekuensi obat yang dikonsumsi. Dinyatakan sebagai pengguna harian apabila contoh mengkonsumsi obat setiap hari atau ≥ 7 tablet/kapsul/kaplet per minggu. Dinyatakan sebagai bukan pengguna harian jika contoh mengkonsumsi obat < 7 tablet/kapsul/kaplet per minggu (McCintosh, Byth, dan Piper 1985).

(10)

Tingkat stress. Tingkat stres contoh diukur melalui serangkaian pertanyaan (sejumlah mengenai gejala-gejala stres yang dialami contoh selama tinggal di asrama. Pertanyaan mengenai gejala stres berjumlah 18 pertanyaan, masing-masing diberikan tiga pilihan jawaban, yaitu: tidak pernah, jarang atau kadang-kadang, dan sering. Setiap pilihan jawaban diberi skor berbeda, “tidak pernah” diberi skor 1, ”jarang atau kadang-kadang” diberi skor 2, dan “sering” diberi skor 3. Tingkat stres dikategorikandalam kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Dinyatakan bahwa contoh memiliki tingkat stres rendah apabila total skor <29, tingkat stres sedang apabila total skor 29-40, dan tingkat stres tinggi apabila total skor >40 (Laela 2008).

Faktor herediter. Terdapat dua hal yang dilihat sebagai faktor herediter contoh, yaitu riwayat penyakit gastritis atau tukak peptik pada keluarga dan golongan darah contoh. Riwayat penyakit gastritis atau tukak peptik pada keluarga contoh dibatasi pada ayah, ibu, kakek, dan nenek contoh. Golongan darah contoh dikelompokkan berdasarkan penggolongan darah ABO (terdiri atas empat golongan darah, yaitu: A, B, O, dan AB). Golongan darah yang diduga berkorelasi kuat dengan kejadian gastritis dan tukak peptik adalah golongan darah O.

Jenis data yang dikumpulkan, pengkategorian, dan analisis data yang digunakan disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3 Variabel dan kategori variabel yang digunakan

Peubah Kategori Gangguan lambung (gastritis/tukak peptik) 1. Ya 2. Tidak Frekuensi dispepsia

1. Jarang (skor gejala ≤7,5) 2. Sering (skor gejala >7,5) (rentang data)

Umur 1. 15-18 tahun

3. 18-19 tahun

Jenis kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

Jumlah uang saku 1. Rendah (<Rp 400.000,00)

2. Sedang (Rp 400.000,00-Rp 800.000,00) 3. Tinggi (>Rp 800.000,00) (rentang data) Suku/etnis 1. Sunda 2. Jawa 3. Betawi 4. Batak 5. Sulawesi 6. Melayu 7. Bali

(11)

Wilayah domisili paling lama (Provinsi) 1. Jawa Barat 2. Jawa Tengah 3. Jawa Timur 4. Jakarta 5. Banten 6. Bali 7. Sumatera 8. Sulawesi

Status Gizi 1. IMT/U < -3 SD (sangat kurus)

2. IMT/U -3 s.d -2 SD (kurus) 3. IMT/U < -2 s.d. +1 SD (normal) 4. IMT/U > +1 s.d. +3 SD (overweight) 5. IMT/U > +3 SD (obesitas)

(WHO 2007)

Keteraturan makan 1. Teratur

2. Tidak teratur

Frekuensi makan 1. Tidak tentu

2. 1 kali per hari 3. 2-3 kali per hari 4. > 3 kali per hari

Jeda waktu makan 1. Tidak tentu

2. 4-5 jam 3. 6-7 jam 4. 8-9 jam

Kebiasaan Sarapan 1. Ya

2. Tidak Kebiasaan mengkonsumsi makanan

selingan

1. Ya 2. Tidak Kebiasaan membatasi asupan

makanan

1. Ya 2. Tidak Kebiasaan minum minuman iritatif

(teh, kopi, minuman berkarbonasi, dan kombinasinya) 1. Teh 2. Kopi 3. Minuman berkarbonasi 4. Teh + Kopi 5. Teh + M. Berkarbonasi 6. Kopi + M. Berkarbonasi 7. Teh + Kopi+ M. Berkarbonasi 8. Bukan ketiganya

Kebiasaan makan pedas 1. Ya

2. Tidak

Kebiasaan makan asam 1. Ya

2. Tidak

Frekuensi konsumsi suplemen 1. Ya

2. Tidak

Tingkat kecukupan vitamin A 1. Defisit (TK < 77% AKG)

2. Normal (TK ≥ 77% AKG) (Gibson 2005)

Tingkat kecukupan vitamin C 1. Defisit (TK < 77% AKG)

2. Normal (TK ≥ 77% AKG) (Gibson 2005)

Konsumsi lemak 1. ≤ 30% AKE

2. > 30% AKE (Ettinger S. 2000)

Konsumsi natrium (Almatsier 2002) 1. cukup (≤ 2400 mg)

2. lebih (> 2400 mg)

(12)

Konsumsi kalium (Budiman 1999 dalam Dwijayanti et al 2008)

1. cukup (≥ 2000 mg) 2. kurang ( < 2000 mg)

(Dwijayanti, Ratnasari, dan Susetyowati 2008)

Kebiasan merokok 1. Ya

2. Tidak

Jumlah rokok yang dihisap per hari 1. Rendah (1-9 batang)

2. Sedang (10-19 batang) 3. Berat (≥ 20 batang)

Lama merokok 1. ≤ 5 tahun

2. > 5 tahun

Usia awal merokok 1. ≤ 15 tahun

2. > 15 tahun

Perokok pasif 1. Sering (>3x sehari)

2. Jarang (< 3x sehari)

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol 1. Ya

2. Tidak

Jumlah alkohol yang dikonsumsi 1. Tidak pernah

2. < 3 botol/minggu, sekali minum < 60 g 3. ≥ 3 botol/minggu, sekali minum ≥ 60 g (Choi, Lim, dan Park 2006)

Jenis alkohol yang dikonsumsi 1. Anggur

2. Bir 3. Lainnya

Kebiasaan olahraga 1. Ya

2. Tidak

Aktivitas fisik (USDHHS 2008) 1. Tidak aktif (tidak melakukan aktifitas sedang)

2. Ringan (<150 menit per minggu) 3. Sedang (150-300 menit per minggu 4. Berat (>300 menit per minggu) (USDHHS 2008)

Kebiasaan mengkonsumsi obat 1.Bukan Pengguna Harian

(< 7 tablet/kapsul/kaplet per minggu) 2. Pengguna Harian

(mengkonsumsi obat setiap hari atau ≥ 7 tablet/kapsul/kaplet per minggu)

(McCintosh, Byth, dan Piper 1985)

Jenis obat-obatan yang dikonsumsi 1. Antasida

2. Obat antiinflamasi 3. Antibiotik

4. Analgesik 5. Lainnya

Tingkat stres 1. Rendah (total skor <29)

2. Sedang (total skor 29-40) 3. Tinggi (total skor >40) (Laela 2008)

Riwayat penyakit gastritis dan tukak peptik (tukak lambung/ tukak duodenum) keluarga (ayah, ibu, kakek, nenek) 1. Ya 2. Tidak Golongan Darah 1. A 2. B 3. O 4. AB

Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensia yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tahapan analisis penelitian ini meliputi: (1) Analisis univariat digunakan pada seluruh variabel yang diamati,

(13)

untuk melihat sebaran contoh berdasarkan variabel yang diamati secara deskriptif; (2) Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel dependen dan independen secara sendiri-sendiri (uji beda dan uji hubungan); (3) Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh paparan secara bersama-sama dari variabel (faktor-faktor) terhadap frekuensi dispepsia (uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik). Uji distribusi (normalitas) data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Uji beda digunakan untuk menganalisis perbedaan antara contoh pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Uji beda yang digunakan adalah uji Chi Square (untuk data berskala nominal), Mann Whitney (untuk data dengan skala ordinal), dan Independent T-test (untuk data dengan skala interval dan rasio). Uji beda dilakukan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada masing-masing variabel di kedua kelompok contoh (kasus dan kontrol).

Uji hubungan menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih (Sugiyono 2009). Uji tersebut digunakan untuk menguji keeratan hubungan antara frekuensi dispepsia dengan variabel faktor resiko yang diteliti. Uji hubungan yang digunakan pada analisis data penelitian ini adalah uji Chi Square (x2) menggunakan tabel 2x2. Digunakan tabel 2x2 dengan tujuan agar dapat menghitung nilai odds ratio (OR), yaitu risiko relatif antara kelompok penderita (kasus) dan bukan penderita (kontrol) secara lebih sederhana. Perhitungan OR dapat dilakukan sebagai berikut:

Tabel 4 Bentuk tabel 2x2 untuk menentukan odd ratio pada studi case kontrol

Faktor Risiko Kasus Kontrol Jumlah

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Odds a/c b/d

OR a/c = ad b/d bc

Bila OR = 1, artinya: tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan dispepsia Bila OR < 1, artinya:faktor risiko dapat menurunkan risiko terkena dispepsia (efek

protektif)

Bila OR > 1, artinya faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena dispepsia Adanya hubungan yang bermakna (p<0,05) pada uji Chi Square antara variabel dependen dan independen menjadi standar seleksi awal untuk menentukan variabel independen yang masuk ke dalam analisis multivariat

(14)

(regresi logistik). Variabel independen (faktor-faktor risiko) dispepsia (tukak lambung atau tukak duodenum) dianalisis menggunakan regresi logistik (Multiple Logistic Regression). Tujuan analisis regresi logistik adalah menemukan model regresi yang sesuai untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen dengan independen dalam populasi. Selanjutnya model tersebut dapat digunakan untuk memprediksikan terjadinya variabel dependen berdasarkan nilai-nilai dari sejumlah variabel independen dan mengukur hubungan antara variabel dependen dengan independen setelah mengontrol pengaruh dari variabel independen lainnya.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah frekuensi dispepsia (gastritis atau tukak peptik), sedangkan variabel independennya adalah kebiasaan makan, status gizi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan, faktor herediter, dan tingkat stres contoh. Variabel dependen memiliki dua kategori (dua kemungkinan variabel respon) sehingga analisis regresi logistik yang digunakan adalah regresi logistik biner. Model yang digunakan pada regresi logistik adalah:

Log (P / 1 – p) = β0 + β1X1 + β2X2 + …. + βkXk

Dimana p adalah kemungkinan bahwa Y = 1, dan X1, X2, X3 adalah variabel independen, dan β adalah koefisien regresi. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor/respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit. Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum, rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah relatif dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang > 1) atau turun (rasio peluang < 1) ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit.

Definisi Operasional

Contoh adalah mahasiswa/mahasiswi TPB IPB tahun ajaran 2010/2011 dan tinggal di asrama putra/putri TPB IPB.

(15)

Kasus adalah contoh yang berdasarkan diagnosis dokter pernah dinyatakan mengalami penyakit/gangguan lambung berupa gastritis atau tukak peptik. Kontrol adalah contoh yang tidak memiliki riwayat penyakit/gangguan lambung. Dispepsia adalah sekumpulan gejala berupa ketidaknyamanan pada perut

bagian atas, yang menjadi tanda-tanda khas adanya gangguan lambung (gastritis dan tukak peptik), meliputi sering bersendawa, muntah, mual, perut penuh/cepat kenyang, perut kembung setelah makan, rasa panas terbakar di dada, dan nyeri epigastrum. Frekuensi dispepsia dinilai secara subjektif berdasarkan berapa kali munculnya gejala dalam seminggu, diskor, kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori (jarang dan sering). Jumlah uang saku adalah jumlah pendapatan atau penerimaan contoh yang

berasal dari pemberian maupun upah hasil kerja yang disetarakan dalam rupiah dalam kurun waktu satu bulan.

Suku/etnis adalah penggolongan contoh berdasarkan garis keturunannya (ayah dan ibu).

Status gizi adalah kondisi tubuh contoh yang menggambarkan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi yang ditentukan melalui perhitungan indeks massa tubuh (IMT) dalam satuan kg/m2.

Kebiasaan makan adalah keteraturan makan, frekuensi makan, jeda waktu makan, kebiasaan makan pagi, mengkonsumsi makanan selingan, melakukan upaya menurunkan berat badan, minum teh, kopi, soda, menkonsumsi makanan pedas, asam, dan mengkonsumsi suplemen. Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, konsumsi lemak, natrium, dan kalium contoh yang dinilai berdasarkan kuesioner anamnesa diet atau anamnesa kebiasaan makan contoh selama tinggal di asrama TPB IPB. Frekuensi makan adalah berapa kali contoh makan dalam sehari. Makanan

yang dimaksud adalah makan makanan berat yang terdiri atas makanan pokok dengan lauk-pauk dan/atau sayuran, bukan makanan selingan. Kebiasaan minum minuman berkarbonasi adalah kebiasaan contoh minum

minuman berkarbonasi dalam jumlah tiga atau lebih botol kecil atau kaleng per minggu.

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan contoh merokok yang meliputi jumlah rokok yang dihisap per hari, lama merokok, dan usia awal merokok.

(16)

Kebiasan mengkonsumsi minuman beralkohol adalah kebiasaan contoh munum minuman keras (minuman beralkohol), meliputi jenis yang dikonsumsi per minggu dan jumlah yang dikonsumsi sekali minum.

Aktivitas fisik jenis dan lama kegiatan yang meibatkan fisik contoh, diperoleh melalui pengisian kuesioner kebiasaan olahraga. Durasi olahraga digunakan sebagai dasar penentuan tingkat aktivitas fisik, yaitu dengan menghitung total waktu atau lama durasi aktivitas olahraga (menit) akumulatif per minggu. Tingkat aktivitas fisik diklasifikasikan menjadi tidak aktif, rendah, sedang, dan berat.

Tingkat stres derajat tekanan yang dialami contoh selama tinggal di asrama yang diukur menggunakan delapan belas pertanyaan terkait frekuensi gejala stres yang dialami, kemudian diskor, dan dikelompokkan dalam dua kategori (rendah dan sedang).

Konsumsi obat-obatan adalah kebiasaan contoh mengkonsumsi obat-obatan, baik karena menderita sakit kronis maupun karena keluhan kesehatan ringan.

Riwayat penyakit keluarga adalah ada tidaknya keluarga contoh yang pernah mengalami gastritis atau tukak peptik.

Golongan darah pengelompokan golongan darah berdasarkan antigen yang terdapat pada permukaan membran sel darah merah, yang terdiri dari golongan A, B, AB, dan O.

Referensi

Dokumen terkait

Pada data yang telah terkunci dengan Folder Lock 5.1.2, maka data tersebut tidak akan bisa diakses, dihapus, diganti nama, atau dipindahkan oleh orang lain tanpa memasukan password

[r]

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: alasan diperbolehkannya jual beli emas secara tidak tunai dalam fatwa DSN-MUI No:77/DSN- MUI/V/2010, DSN-MUI

Bentuk Eksponen dengan Pangkat

menimbulkan bencana dan kerugian bagi manusia, tetapi pada sisi yang bersamaan. proses— proses tersebut memegang peranan penting da1am

servis atas, diperoleh gambaran bahwa tingkat penguasaan keterampilan bermain permainan bolavoli siswa SMAN Blega Bangkalan secara klasikal belum mampu mencapai

TINDAK TUTUR PERFORMATIVE DALAM TERJEMAHAN DOKUMEN HUKUM BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS. I

Hasil wawancara data yang diperoleh sebagai berikut: 28 informan dari 30 orang memberikan.. jawaban bahwa PGMB memiliki