KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI ALAT GALI-MUAT & ALAT ANGKUT
PADA KEGIATAN PENGUPASAN TOPSOIL DI STOCKPILE
PT. KALTIM PRIMA COAL KALIMATAN TIMUR
Bentrovolta, Inmarlinianto, Abdul Rauf
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia
Abstrak
PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Sistem penambangan yang digunakan oleh PT. KPC adalah sistem tambang terbuka (surface mining).
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (topsoil) pada saat ini dilakukan di stockpile pit Bendili. Material hasil Pengupasan topsoil tersebut diangkut menuju ke kancil dump dengan menggunakan 1 unit alat muat yaitu
backhoe Komatsu PC-750 dan dikombinasikan dengan 6 alat angkut Articulated dump truck yaitu : 2 unit dump truck Volvo A35E/A35F, 2 unit dump truck Hungry board dan CAT A35E/A35F, dan 2 unit dump truck CAT
740. Jarak angkut terjauh dari lokasi penambangan menuju ke dumping point 1400 m.
Kegiatan Pengupasan topsoil PT. KPC di pit Bendili mengunakan rangkaian kerja alat Gali-muat (backhoe) dan alat angkut (articulated dump truck) untuk memindahkan topsoil dari stockpile menuju kancil dump dengan sasaran produksi nyata pengupasan topsoil saat ini hanya 206.525 BCM/bulan, sehingga masih kekurangan terdapat kekurangan produksi sebesar 4.375 BCM/bulan.
Upaya yang dilakukan agar target ptroduksi dapat tercapai yaitu melakukan perbaikan jalan di loading point, dengan penambahan jumlah curah pada bucket dapat mengakibatkan bertambahnya beban pada bak articulted
dump truck sehingga dapat mengakibatkan amblasan di jalan loading point yang menjadi hambatan yang
mempengaruhi produksi untuk itu perlu dilakukan perbaikan agar dapat mengurangi hambatan yang mempengaruhi produksi, kemudian upaya selanjutnya yaitu mengurangi hambatan-hambatan yang dapat di hindari sehingga waktu kerja efektif meningkat dan efisiensi kerja meningkat pula setelah dilakukan perhitungan produksi pengupasan meningkat untuk alat angkut menjadi 209.425,30 BCM/bulan, sehingga target produksi yang di inginkan perusahaan sebesar 211.000 BCM/bulan belum tercapai, upaya selanjutnya dengan penambahan jumlah curah, perkiraan perhitungan produksi alat angkut setelah penambahan jumlah curah yaitu 249.566,44 BCM/bulan, sehingga target produksi tercapai.
Kata Kunci : Sasaran produksi, loading point, waktu kerja efektif, penambahan jumlah curah 1. PENDAHULUAN
Kegiatan pengupasan topsoil dari stockpile menuju
kancil dump menggunakan rangkaian alat gali-muat excavator backhoe PC-750 dan alat angkut articulated dump truck dengan sasaran produksi yang
di tentukan departemen mining services 211.000 BCM/bulan, produksi nyata pengupasan topsoil saat ini hanya 206,625 BCM/bulan sehingga masih terdapat kekurangan produksi sebesar 4.375 BCM/bulan.
Upaya yang dilakukan agar target produksi dapat tercapai yaitu dilakukan perbaikan jalan di loading
point karena penambahan jumlah curah pada bucket,
dapat mengakibatkan bertambahnya beban pada bak
articulated dump truck sehingga dapat mengakibatkan amblasan jalan di loading point yang menjadi hambatan yang mempengaruhi produksi untuk itu perlu dilakukan perbaikan agar dapat mengurangi hambatan, kemudian upaya selanjutnya yaitu mengurangi hambatan-hambatan yang dapat di
hindari sehingga waktu kerja efektif meningkat dan efisiensi kerja meningkat pula setelah dilakukan perhitungan produksi pengupasan meningkat untuk alat angkut menjadi 209.425,30 BCM/bulan, sehingga target produksi sebesar 211.000 BCm/bulan berlum tercapai, upaya selanjutnya dengan penambahan jumlah curah, perkiraan produksi alat angkut setelah penambahan jumlah curah yaitu 249.566,44 BCM/bulan, sehingga target produksi tercapai. Target produksi pengupasan topsoil di stockpile PT. KPC di pit Bendili yang belum sesuai dengan target yang ditetapkan sebesar 211.000 BCM/bulan, target produksi aktual dilapangan sebesar 206,625 BCM/bulan, sehingga masih terdapat kekurangan sebesar 4.375 BCM/bulan. Permasalahan ini disebabkan karena penggunaan waktu kerja alat angkut yang belum efektif. Penyebab lainnya disebabkan oleh faktor alat, maupun faktor alam. Faktor tersebutlah yang menyebabkan penurunan efisiensi kerja alat, sehingga produksi dari alat angkut
tidak dapat memenuhi sasaran produksi yang di inginkan perusahaan.
Lokasi penambangan PT. KPC berada di Kecamatan
Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Secara astronomis koordinat PT. KPC terletak pada 117° 19’ 23” - 117° 42’ 05” BT dan 0° 31’29’’ LU - 0° 58’47’’ LU.
2. HASIL PENELITIAN
Lokasi penelitian berada di stockpile Pit Bendili menuju Kancil dump. Keadaan Lokasi penambangan seperti kondisi jalan angkut dan di mensi jalan angkut sangat mempengaruhi terhadap kegiatan pengupasan material topsoil di stockpile PT. KPC pit Bendili, khusus pada operasi pemuatan dan pengangkutan, sehingga kemampuan kerja dari alat muat dan alat angkut untuk memenuhi sasaran produksi akan sangat di tentukan oleh keadaan lokasi penambangan didaerah tersebut.
Kondisi tempat kerja berada di area stockpile pit Bendili PT. KPC dengan luas area ± 3 Ha yang memiliki permukaan cukup baik karena material yang di tangani merupakan material lempung yang bersifat
kohesive dan plastisitas mengakibatkan kemampuan
untuk menahan beban yang melintas di atasnya kecil. Lokasi kegiatan Rehabilitation penelitian saat ini dilakukan di stockpile pit Bendili. Material hasil pemuatan topsoil tersebut diangkut menuju ke kancil
dump untuk dilakukan rehabilitasi.
Keadaan jalan angkut yang digunakan dalam pengangkutan material topsoil dari Stockpile menuju lokasi kancil dump cukup baik. Akan tetapi pada hari hujan kondisi jalan angkut menjadi licin, mengakibatkan kecepatan alat angkut harus di perlambat, oleh karena itu dilakukan perawatan dengan cara perataan denga menggunakan motor
grader secara kontiyu.. Pada musim kemarau kondisi
jalan angkut selalu berdebu, untuk mengindari adanya pencemaran udara serta ngangguan terhadap kelancaran pengangkutan yang dapat menghalangi penglihatan operator alat angkut (articulated dump
truck) yang nantinya akan mengganggu kelancaran
pengangkutan topsoil. Penanggulangan dilakukan penyiraman secara berkala disepanjang jalan angkut dengan menggunakan truck tangki air (water truck). Geometri Jalan Tambang
Jarak terjauh yang dilalui dalam pengangkutan matarial topsoil dari stockpile ke lokasi kancil dump yaitu ± 1,400 meter. Adapun keadaan jalan angkut pada saat ini yaitu, jalan angkut yang ada di lokasi penambangan merupakan jalan angkut dua jalur yang menghubungkan lokasi stockpile menuju lokasi
kancil dump. Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengukuran di lapangan, pada bagian yang relatif lurus yang mempunyai lebar jalan angkut terbesar 13 meter, sedangkan lebar jalan angkut pada tikungan terbesar 16 meter.
Kemiringan jalan angkut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja alat angkut dalam kegiatan pengangkutan material topsoil dari
stockpile menuju ke lokasi kancil dump, terutama
dalam mengatasi tanjakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan kemiringan jalan angkut (grade) terbesar
adalah6.89 %
Jari-jari Pada Tikungan
Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran dan perhitungan tikungan yang ada di lokasi Jadi jari – jari tikungan minimal yang mampu dilalui oleh
articulad dump truck adalah 23,50 meter.
Berdasarkan pengamatan lapangan, jari – jari tikungan jalan angkut terkecil adalah 25 meter sehingga sudah memenuhi persyaratan.
Daya dukung tanah ini digunakan untuk mengetahui kemampuan lantai kerja tambang untuk menahan alat yang berada di atasnya. Daya dukung tanah mempengaruhi dimensi dan spesifikasi peralatan yang telah di sediakan untuk beroperasi di lantai kerja tambang. Analisis daya dukung tanah ini dilakukan terhadap peralatan articulated dump truck. Data geoteknik yang digunakan untuk menganalisis daya dukung tanah di PT. KPC adalah dinamic cone
penetrometer.
Tujuan dilakukan daya dukung tanah ini adalah untuk membandingkan besarnya daya dukung rata-rata terhadap tekanan yang diberikan oleh ban articulated
dump truck terhadap tanah. Apabila tekanan ban articulated dump truck lebih besar daripada daya
dukung tanah rata-rata maka terjadi amblas sehingga material yang di angkut tidak boleh lebih banyak untuk mencegah terjadinya amblesan di stockpile pit Bendili kegiatan pengangkutan topsoil menuju kancil
dump yang merupakan lokasi untuk kegiatan
reklamasi.
Daya dukung tanah dapat di tentukan dengan dilakukan pengujian dinamic cone penetrometer. Pada penelitian ini Pengujian dilakukan di stockpile, jalan menuju kancil dump, dan kancil dump, dengan jumlah titik penelitian 6. Dari hasil pengujian dinamic
cone penetrometer untuk kedalaman 200 cm di dapat
rata-rata daya dukung tanah.
Distribusi beban untuk tipe dump truck Volvo A35E/A35F, Hungry board dan CAT 740 antara beban depan dan belakang adalah 25% dan 75% (sumber : manual perkerasan jalan dengan alat benkelman beam No. 01/MN/BM/83). Pada dump
truck tersebut jumlah ban Belakang terdapat 4 buah
maka beban di bagi rata terhadap seluruh ban belakang.. Berikut data perhitungan Ground Pressure alat angkut yang digunakan untuk menganalisis daya dukung tanah yang berada di stockpile, jalan angkut, dan Kancil Dump.(Lihat Lampiran D), dalam perhitungan ban roda yang terbesar yang digunakan sebagai dasar penentuan kesesuaian daya dukung tanah dengan beban yang melintas di atasnya yaitu
sebesar 7.82 kg/cm2, sehingga beban roda yang lain tidak di perhitungkan lagi.
Produksi
Kegiatan penambangan batubara yang di lakukan PT. KPC mempunyai target produksi topsoil di pit bendili sebesar 211.000 bcm/bulan. Pada perhitungan produksi terdapat dua macam kemampuan alat, yaitu kemampuan alat saat ini dan kemampuan alat secara nyata dengan perhitungan ini produksi yang di targetkan perusahaan belum tercapai, alat angkut secara perhitungan maupun dengan secara nyata. Perhitungan Produksi Alat Muat dan Angkut Kemampuan produksi alat angkut pada operasi pengupasan topsoil di stockpile pit Bendili ini dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dari kemampuan alat muat dan alat angkut dari masing-masing rangkaian kerja yang telah ditetapkan. Data kemampuan produksi topsoil dalam kegiatan penggalian, pemuatan dan pengangkutan saat ini diperoleh dari pengamatan.
Kegiatan pengamatan waktu edar dilakukan pada saat alat muat berproduksi melayani alat angkut di topsoil
stockpile. Waktu yang diperoleh merupakan waktu
edar rata-rata pada saat alat muat melayani alat angkut. Waktu edar alat muat adalah waktu edar rata-rata yang ditempuh oleh alat muat mulai dari saat menggali sampai pada posisi mulai menggali kembali, sedangkan untuk waktu edar alat angkut adalah waktu edar rata-rata yang ditempuh oleh alat angkut mulai dari waktu menunggu untuk dimuati oleh alat muat sampai pada posisi mulai menunggu untuk dimuati kembali.
Alat muat yang digunakan PT. KPC pengupasan
topsoil di stockpile, yaitu backhoe komatsu PC-750
dengan kapasitas bucket 3,4 m3 dan alat muat yang
digunakan Volvo A35E/A35F, Hungry Board A35E/A35F, dan Cat 750 dengan masing masing
kapasitas 20,5 m3 dan 29 m3.
Pada kegiatan pengupasan topsoil di stockpile pit Bendili PT. KPC menggunakan 1 unit alat muat yaitu
1 unit Backhoe Komatsu PC-750 dan 6 unit
Atriculated Dump Truck terdiri dari 2 unit Articulated Dump Truck Volvo A35E/A35F, 2 unit Articulated Dump Truck Hungry Board A35E/A35F,
dan 2 unit Articulated Dump Truck CAT 740 sebagai alat angkut.
Faktor pengisian (fill factor) merupakan suatu faktor yang menunjukkan besarnya kapasitas nyata bucket dengan kapasitas bucket menurut spesifikasi (bucket
teoritis) alat muat. Kapasitas bucket berdasarkan
spesifikasinya untuk backhoe komatsu PC 750 adalah
3,4 m3. Besarnya faktor pengisian untuk alat muat
adalah, Backhoe Komatsu PC-750 = 99,41 %. Posisi Pemuatan dan Cara Pemuatan
Metode pemuatan berdasarkan posisi pemuatannya yang diterapkan adalah top loading dimana posisi alat muat berada di atas jenjang (bench), sedangkan alat
angkut (Dump Truck) berada di bawah jenjang dan
bottom loading dimana alat muat berada satu level
dengan articulatd dump truck. Cara ini dipakai pada alat muat dengan jenis excavators (backhoe komatsu PC-750). Berdasarkan cara pemuatan yang diterapkan adalah single spotting/ single truck back up dimana sistem gerak alat angkut mundur mendekati alat muat dan memposisikan diri dibawah alat muat untuk dilakukan pengisian. Sedangkan truck kedua menunggu selagi alat muat mengisi truck pertama, setelah truck pertama penuh dan berangkat maka
truck kedua berputar dan mundur, saat truck kedua
diisi, truck ketiga datang dan menunggu untuk melakukan manuver dan seterusnya.
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang benar-benar digunakan oleh alat gali muat dan alat angkut untuk produksi. Besarnya waktu kerja efektif sangat bergantung pada hambatan-hambatan yang terjadi pada saat alat melakukan pekerjaan. Pada kenyataannya di lapangan waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan sepenuhnya karena adanya hambatan-hambatan yang dapat mengurangi waktu kerja yang tersedia. Kegiatan penambangan pemindahan topsoil menuju kancil dump yang merupakan lokasi Rehabilitation persiapan reklamasi di PT. KPC telah menetapkan jadwal waktu kerja dalam 1 hari adalah 2 shift dengan total waktu kerja
23,85 jam/hari = 12 jam/shift. Adapun
hambatan-hambatan yang terjadi terdiri dari hambatan-hambatan yang dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat dihindari dari alat muat maupun alat angkut yaitu : Hambatan Yang Dapat Dihindari
Hambatan ini disebabkan adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap waktu kerja yang telah
dijadwalkan. Hambatan-hambatan yang dapat
dihindari tersebut antara lain :
1. Waktu istirahat lebih awal
Waktu yang terbuang disebabkan pekerja sudah menghentikan pekerjaannya di lokasi kerja sebelum waktu istirahat yang sudah terjadwal yaitu 10 menit/shift dari data yang sering muncul.
2. Terlambat kerja setelah istirahat
Waktu yang terbuang disebabkan oleh operator dan alat belum mulai bekerja kembali tepat setelah jam istirahat selesai yaitu 10 menit/shift.
3. Keperluan Operator
Waktu yangdigunakan untuk istirahat dan minum, serta keperluan operator lainnya, misalnya buang air, mengambil air minum dan lain-lain
4. Keterlambatan datang karyawan 10
menit/shift.
Waktu yang terbuang disebabkan kurang disiplinnya karyawan dalam mematuhi
waktu yang sudah ditentukan 10
Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari
Hambatan ini disebabkan oleh kegiatan atau kejadian yang memang harus terjadi dan tak dapat dihindari. Hambatan yang tidak dapat di hindari tersebut antara lain:
a) Pemeriksaan dan Pemanasan Alat
Waktu yang digunakan untuk pengecekan ringan terhadap kerusakan-kerusakan kecil serta pemanasan terhadap alat.
b) Pengisian bahan bakar
Waktu yang digunakan untuk pengisian bahan bakar terhadap alat agar alat tersebut siap untuk dioperasikan.
c) Perbaikan Front kerja
Waktu yang digunakan untuk memperbaiki
front kerja. Dimana perbaikan dilakukan
karena adanya Gangguan Cuaca. d) Gangguan Cuaca
Disebabkan karena adanya hujan, sehingga dapat dapat mempengaruhi efisiensi kerja (berkurang).
e) Kerusakan dan perbaikan alat
Disebabkan karena adanya kerusakan alat saat alat dioperasikan. Misalnya: ban bocor,
kerusakan mesin dan lain-lain yang
memerlukan waktu untuk perbaikan terhadap alat.
Waktu kerja efektif alat muat dan alat angkut akan meningkat jika adanya perbaikan terhadap waktu hambatan yang dapat dihindari diatas dapat diterapkan.
Efisiensi Kerja
Pengaruh perubahan waktu kerja efektif terhadap efisiensi kerja merupakan hal yang penting dalam usaha pencapaian target produksi. Pengaruh perubahan waktu kerja efektif terhadap efisiensi kerja alat muat dan alat angkut pada setiap harinya dapat dilihat pada tabel. Perhitungan efisiensi kerja.
Karasteristik Material
a. Faktor pengembangan material
Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh data density bank dan density loose maka dapat dicari besarnya nilai faktor pengembangan material (Swell Factor). Topsoil stockpile di pit Bendili Jenis Materialnya lempung.
b. lempung (Clay)
Material Lempung (clay) memiliki density dalam keadaan terbongkar (Loose) adalah 1,73
ton/m3 dan density untuk material dalam
keadaan aslinya (Bank) adalah 1,80 ton/m3,
sehingga dapat di ketahui faktor pengembangan material yang ada sebesar 0,96
Sesuai dengan data pengamatan di lapangan yang telah di jelaskan di atas maka dapat menghitung kemampuan produksi alat muat dan alat angkut pada saat ini. Kemampuan produksi alat gali-muat saat ini sebesar 255.069,140 BCMbulan, dan alat angkut sebesar 201.676,49 BCM/bulan.
Pada perhitungan produksi kemampuan alat secara nyata, produksi nyata Pengupasan material lempung mulai tanggal 23 Maret sampai 20 April 2015 di
stockpile PT.KPC pit bendili sebesar 206.625
BCM/bulan. Target produksi yang diinginkan oleh perusahaan PT. KPC sebesar 211.000 BCM/bulan, sehingga masih terdapat kekurangan sebesar 4.375,00 bcm/bulan
3. PEMBAHASAN
Kondisi Lokasi Penambagan Terhadap Peningkatan Produksi
Usaha Peningkatan produksi, selain memperhatikan faktor-faktor produksi dan kemampuan alat gali-muat dan alat angkut dalam berproduksi juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti Kondisi tempat kerja. Pada lokasi penambangan kontruksi jalan di tambang yang menghubungkan lokasi stockpile ke kancil dump merupakan struktur asli dari material yang ada, karena sifat jalan tambang itu hanya sementara, sehingga tidak ada kontruksi khusus untuk daya dukung tanah. Daya dukung tanah berdasarkan material yang di tangani yaitu lempung yang memiliki data dukung tanah terkecil dititik 1 :
7,59 kg/cm2, titik 2 : 7,45 kg/cm2 berada di stockpile
lihat tabel, pada saat penambahan jumlah curah beban
yang diterima permukaan tanah sebesar 7,82 kg/cm2
yang merupakan beban roda terbesar yang di gunakan sebagai dasar penentuan kesesuaian daya dukung tanah dengan beban yang melintas di atasnya. Jika tanah dasar sudah mampu mendukung bebang roda besar maka bebann roda yang lebih kecil tidak diperhitungkan lagi. Terdapat kelebihan beban
sebesar 0,23 kg/cm2 titik 1 dan 0,37 kg/cm2 di titik 2,
sehingga pada permukaan yang di lewati alat angkut membawah muatan melebih daya dukung tanah permukaan jalan sering bergelombang (Amblas). Untuk kondisi seperti ini penggunaan motor greder sangat di perlukan. Namun kondisi seperti ini operasi produksi akan mendukung apabila dilakukan pemadatan di titik yang memiliki daya dukung tanah rendah di titik 1 dan titik 2 setelah di lakukan pemadatan dan perkerasaan dengan menggunakan material keras (overburden) hasil peledakan dengan bantuan motor grader dan bulldozer daya dukung
tanah meningkat 7,95 kg/cm2 di titik 1 dan 7,94 di
titik 2, untuk jalan angkut dan kancil dump dari hasil pengujian tidak ada masalah tapi tetap perlu di lakukan perawatan jalan, Sehingga dengan hal tersebut diharapkan kondisi jalan dapat mampu menahan beban yang ada dan mengakibatkan kerja alat angkut dapat berkerja dengan baik.
Upaya Peningkatan Produksi
Berdasarkan laporan dari perusahaan produksi nyata alat angkut mulai dari tanggal 23 Mret samapai 21 April 2015 sebesar 206.625 BCM/bulan (Lampiran U), sedangkan perhitungan secara teoritis produksi
excavator backhoe komatsu PC-750 sebesar
255.069,140 BCM/bulan (dapat dilihat Lampiran S), untuk alat angkut kemampuan produksi saat ini
sebesar 201.676,49 BCM/bulan. Adapun sasaran produksi yang ingin di capai perusahaan sebesar 211.000 BCM/bulan.
Upaya yang di lakukan untuk meningkatkan produksi menngunakan 2 Alternatif, Alternatif I adalah dengan meningkatkan efesiensi kerja dan alternatif II adalah dengan penambahan jumlah curah untuk alat angkut yang bak masih memungkinkan yaitu articulated
dump truck hungry board A35E/A35F, dan CAT 740.
Meningkatkan Efisiensi kerja
Produksi pengupasan topsoil yang dihasilkan saat ini belum mampu memenuhi target produksi yang diinginkan perusahaan, salah satu penyebabnya adalah rendahnya waktu kerja efektif sebagai akibat dari hambatan-hambatan yang ada, baik hambatan yang dapat di hindari maupun hambatan yang tidak dapat di hindari. Upaya yang dilakukan adalah pencegahan terhadap hambatan yang dapat di hindari. Pengaruh perubahan waktu kerja efektif terhadap efisiensi kerja merupakan salah satu alternatif dalam usaha pencapaian target produksi. Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang benar-benar digunakan oleh alat gali muat dan alat angkut untuk produksi. Besarnya waktu kerja efektif sangat bergantung pada hambatan-hambatan yang terjadi pada saat alat melakukan pekerjaan. Kenyataannya di lapangan waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan sepenuhnya karena adanya hambatan-hambatan yang dapat mengurangi waktu kerja yang tersedia. Kegiatan penambangan pemindahan topsoil menuju
kancil dump yang merupakan lokasi Rehabilitation
persiapan reklamasi di PT. KPC telah menetapkan jadwal waktu kerja dalam 1 hari adalah 2 shift dengan total waktu kerja 23,85 jam/hari = 12 jam/shift. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi terdiri dari hambatan yang dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat dihindari dari alat muat maupun alat angkut.
Hambatan Yang Dapat Dihindari.
Hambatan ini disebabkan adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap waktu kerja yang telah dijadwalkan. Hambatan tersebut antara lain :
1. Waktu istirahat lebih awal
Waktu yang terbuang disebabkan karena istirahat sebelum waktunya setelah diupayakan dari 10 menit/shift menjadi 5 menit/shift sesuai dengan data yang sering muncul hasil pengamatan.
2. Terlambat kerja setelah istirahat
Waktu yang terbuang disebabkan karena terlambat kerja setelah istirahat diupayakan dari 15 menit/shift menjadi 8 menit/shift sesuai dengan data yang sering muncul hasil pengamatan.
3. Keperluan Operator
Hambatan ini dapat di hindari dan di upayakan dari 10 menit/shift menjadi 6 menit/shift sesuai
dengan data yang sering muncul hasil pengamatan.
4. Keterlambatan datang karyawan
Waktu yang terbuang disebabkan kurang disiplinnya karyawan dalam mematuhi waktu yang sudah ditentukan diupayakan dari 10 menit/shift menjadi 6 menit/shift sesuai dengan data yang sering muncul hasil pengamatan. Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari
Hambatan ini disebabkan oleh kegiatan atau kejadian yang memang harus terjadi dan tak dapat dihindari. Hambatan tersebut antara lain:
a) Pemeriksaan dan Pemanasan Alat
Waktu yang digunakan untuk pengecekan ringan
terhadap kerusakan-kerusakan kecil serta
pemanasan terhadap alat. b) Pengisian bahan bakar
Waktu yang digunakan untuk pengisian bahan bakar terhadap alat agar alat tersebut siap untuk dioperasikan.
c) Perbaikan Front kerja
Waktu yang digunakan untuk memperbaiki front kerja. Dimana perbaikan dilakukan karena adanya Gangguan Cuaca.
d) Gangguan Cuaca
Disebabkan karena adanya hujan, sehingga dapat dapat mempengaruhi efisiensi kerja (berkurang). e) Kerusakan dan perbaikan alat
Disebabkan karena adanya kerusakan alat saat alat dioperasikan. Misalnya: ban bocor, kerusakan mesin dan lain-lain yang memerlukan waktu untuk perbaikan terhadap alat. Dari upaya tersebut di harapkan waktu hilang dapat di tekan, dengan penekanan terhadap hambatan kerja maka waktu kerja efektif semakin meningkatan.
Dari hasil peningkatan jam kerja efektif alat muat maka di peroleh peningkatan efisiensi kerja, untuk alat muat efisiensi kerja yang semula 75, % menjadi 77,775 %.
Setelah Peningkatan effisiensi kerja maka secara teoritis produksi yang akan dihasilkan meningkat dari yang semula 255.069,140 BCM/bulan, menjadi 263.810,446 BCM/bulan.. Alat angkut akan meningkat dari semula 201.676,49 BCM/bulan menjadi 209.425,296 BCM/bulan.
Kemampuan Produksi Alat Angkut Setelah Penambahan Jumlah Curah
Setelah di lakukan peningkatan efesiensi kerja alat muat dan alat angkut ternyata produksi alat angkut belum mencapai target yang ditetapkan perusahaan sebesar 211.000 bcm/bulan, oleh sebab itu dilakukan alternatif II dengan menambahkan jumlah curah pada
atriculated dump truck hungry broad A35E/A35F
dan Cat 740 dengan masing masing penambahan jumlah curah 1, untuk atriculated dump truck Volvo A35E/A35F tetap dengan jumlah curah 4 sebab bak tidak mendukung untuk penambahan jumlah curah.
Tabel 1. Geometri Jalan Angkut
(Sumber : Mine Rehab PT. KPC)
Tabel 2. Daya Dukung Tanah Saat ini
(Sumber : Geology departement PT.KPC)
Tabel 3. Waktu Edar Alat Muat dan Alat Angkut Saat ini
Tabel 4. Efisiensi Kerja Alat Muat Dan Alat Angkut Saat Ini
Tabel 5. Perbaikan Waktu Hambatan Alat Angkut
Keterangan : Sblm = Sebelum perbaikan
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Kekurangan produksi pengupasan topsoil di
stockpile disebabkan Kondisi tempat kerja
yang memiliki daya dukung tanah pada saat ini
dititik 1 : 7,59 kg/cm2 dan titik 2 : 7,45
kg/cm2 tidak mampu menahan beban yang
berlebihan sebesar 7,82 kg/cm2 yang berada di
stockpile sehingga dilakukan pemadatan dan
perkerasan dengan menggunakan material keras hasil peledakan (overburden) dengan bantuan motor grader dan bulldozer daya
dukung tanah meningkat 7,59 kg/cm2 titik 1
dan 7,94 kg/cm2 titik 2, untuk jalan angkut dan
kancil dump tidak ada masalah tapi tetap di
lakukan perawatan jalan, sehingga hal tersebut dapat mampu menahan beban yang ada dan mengakibatkan kerja alat angkut dapat berkerja dengan baik.
2. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan produksi pengupasan topsoil di
stockpile adalah
a) Alternatif I yaitu melakukan
peningkatkan terhadap efektif kerja, Kemampuan produksi alat gali-muat
pada pengupasan topsoil sebesar
263.810,25 BCM/bulan, dan kemampuan produksi alat angkut sebesar 209.425,30 BCM/bulan, sehingga target produksi pengupasan topsoil sebesar 211.000 BCM/bulan belum tercapai.
b) Alternatif II yaitu penambahan jumlah curah untuk alat angkut yang bak masih
memungkinkan, perkiraan produksi
setelah penambahan jumlah curah pada pengupasan topsoil yaitu 249.566,44 BCM/bulan, sehingga target produksi sebesar 211.000 BCM/bulan yang di inginkan perusahaan sudah tercapai. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan, sebagai berikut :
1. Perlu adanya peningkatan pengawasan dan koordinasi antara pengawas lapangan dan operator alat gali-muat, alat gusur dan alat angkut, mengadakan pengarahan-pengarahan kerja serta penyuluhan tentang pentingnya kedisiplinan untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan.
2. Pada pengujian dinamic cone penetrometer agar mewakili pengujian maksimum jarak titik pengujian awal ke pengujian titik berikutnya maksimal 200 meter dan pengujian dilakuan di setiap segmen jalan angkut.
3. Perlu adanya penilitian lanjut terhadap daya dukung tanah untuk setiap lokasi topsoil
stockpile menuju area rehabilitasi yang akan
di lakukakan pengupasan topsoil sehingga target produksi yang di tetapkan dapat tercapai. Tabel 6. Perbaikan Effisiensi Kerja Alat Angkut
Tabel 7. Perkiraan Produksi Kemampuan Alat Angkut Setelah Penambahan Jumlah Curah
5. DAFTAR PUSTAKA
Harry Christady Hardiyatmo.2010. Mekanika Tanah
1. Gajah Mada University press :
Yogyakarta.
Hartono dkk. 2014. Buku Panduan Praktek Tambang
Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan : UPN”Veteran” Yogyakarta. Martin, J., Martin, T., Bennett, T., and Martin, K.,
1982, Surface Mining Equipment, Colorado: Martin Consultants Inc.
Peurifoy,R.L., 1988, Contruction Planing Equipment
and Methods 6th edition,Maryland: McGraw
Hill.
Projosumarto P., 1983, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, FTTM-ITB. Bandung : Departemen Tambang ITB.
Prissilla Lengkong.2013. Hunbungan CBR dan DCP
pada Tanah yang dipadatkan pada luar jalan.
R. Hariyanto dkk. 2015. Buku Penuntut Praktikum Mekanika Tanah : Program Studi Teknik Pertambangan : UPN”Veteran” Yogyakarta. Yanto Indonesianto, 2014, Pemindahan Tanah
Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan :
UPN “Veteran” Yogyakarta.
, Handbook Komatsu Application ed 31.
, Handbook Articulated Dump Truck
Volvo A35E/A35F ed 5
, Spesifikasi rehabilitasi versi 2 PT. KPC.