• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORITIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah : ”seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan aktivitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga.”

Sementara itu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

Pengertian pasar modal dalam arti sempit adalah “suatu tempat dimana efek-efek diperdagangkan” (Dahlan Siamat 2004:249)

Menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2006:5) pasar modal pada hakekatnya adalah “Jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder)”.

(2)

Menurut pendapat J. Supranto, dalam bukunya “Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbankan” (2004:6), menjelaskan arti pasar modal sebagai berikut :

Pasar modal menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan menciptakan pasar kerja dan meningkatkan kegiatan perekonomian yang sehat.

Sedangkan menurut Suad Husnan (2003:3) pengertian pasar modal didefinisikan sebagai “pasar untuk instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, publik, authorities maupun

perusahaan swasta.”

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah sarana mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang diperjualbelikan adalah dana jangka panjang. Tujuan utama perusahaan menerbitkan dan menjual sahamnya adalah untuk memperoleh dana yang murah bagi pengembang usahanya, karena tanpa mediasi. Sedangkan tujuan utama pemilik modal melakukan kegiatan investasi adalah untuk memperoleh tambahan penghasilan bagi modalnya.

Pasar modal juga mempunyai peranan penting dalam suatu negara karena pasar modal dapat menunjang dan memfasilitasi keperluan industri dan

(3)

perekonomian negara tersebut dalam hal memenuhi permintaan dan penawaran akan modal.

Tujuan pasar modal berdasarkan undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Mengingat pasar modal memegang peranan penting, maka M. Pulus Situmorang menjelaskan peranan strategis pasar modal tersebut secara garis besar sebagai berikut :

a. Sumber penghimpun dana

Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana secara konvensional.

b. Alternatif investasi para pemodal.

Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap pemodal apat melakukan pemindahan dana dari satu perusahaan ke perusahaan lain atau dari satu industri ke industri lain sesuai dengan perkiraan keuntungan yang diharapkan seperti deviden atau capital gain dan preferensi mereka atau resiko dari saham yang bersangkutan.

(4)

c. Biaya penghimpunan dana relatif.

Dalam melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal perusahaan membutuhkan biaya yang relatif kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam ke bank. Apabila bank menawarkan deposito dengan tingkat bunga 15%, artinya biaya penghimpunan dana bagi bank adalah 15 persen pertahun. Kemudian seandainya bank menjual dana tersebut dalam bentuk kredit dengan tingkat bunga 21% per tahun, maka spread suku bunga sebesar 6% (21% dikurangi 15%). Sedangkan biaya-biaya yang ditanggung perusahaan dalam rangka proses emisi, yaitu biaya konsultan keuangan, biaya administrasi di BAPEPAM, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan jasa penilaian lain, seluruhnya hanya sekitar 3,5% yang ditanggung untuk waktu selama usia sekuritas.

d. Pasar modal mendorong perkembangan investasi.

Jika kondisi perusahaan dalam keadaan sehat akan dapat diproses untuk listing di bursa efek. Kinerja perusahaan yang baik dan rendahnya transaction cost di bursa serta adanya jaminan transparansi, maka akan makin banyak investor yang berminat untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

(5)

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pasar Modal

Pasar modal merupakan pertemuan supply dan demand akan dana jangka panjang yang transferable. Menurut Pandji Anoraga (2003:97), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasar modal, yaitu :

a. Penawaran Sekuritas

Dalam faktor ini harus banyak perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal.

b. Permintaan sekuritas

Faktor ini menerangkan bahwa harus banyak anggota masyarakat yang memiliki dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas yang ditawarkan.

c. Kondisi politik dan ekonomi

Faktor ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran akan sekuritas, kondisi yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi penawaran dan permintaan sekuritas.

d. Nilai tukar rupiah (Exchange Rates)

Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat maka akan berakibat negatif pada pasar modal, begitu pula sebaliknya jika nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar Amerika Serikat, maka akan berdampak positif terhadap pasar modal.

(6)

e. Hukum dan peraturan

Para pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Keberadaan informasi, kecepatan, dan kelengkapan informasi sangat diperlukan oleh para calon investor. Peraturan yang akan melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar menjadi mutlak.

f. Peranan lembaga pendukung pasar modal

Lembaga seperti BAPEPAM, Bursa Efek, Akuntan, Notaris, Konsultan Hukum, Lembaga Kliring, dan lembaga lain sangat diperlukan agar dapat bekerja secara profesional dan dapat diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di Bursa Efek dapat berlangsung dengan cepat, efisien dan dapat dipercaya.

2.2 Saham

3.2.1 Pengertian Saham

Pengertian saham dari situs www.wikipedia.org adalah “satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.”

Menurut Paulus Situmorang (2008:45) saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa :

(7)

a. Deviden, yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham;

b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya;

c. Manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

Menurut E.A Koetin (2002:20) saham adalah “Kertas dicetak dengan bagus, yang membuktikan bahwa pemegangnya turut serta atau berpartisipasi dalam modal suatu perusahaan, biasanya suatu perusahaan Perseroan Terbatas. Kertas ini yang biasanya berpindah tangan kalau seorang pemegang sahamnya menjual miliknya.”

Saham (stock) pada dasarnya adalah bukti pemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Setiap unit usaha berbentuk PT wajib memiliki saham. Anggaran dasar sebuah PT menetapkan modal dasar (authorized capital) perusahaan dengan ketentuan tidak boleh lebih kecil dari Rp 20 juta. Pada saat pengesahaan pendirian PT, sekurang-kurangnya 25% dari modal dasar, yang ditetapkan dalam anggaran dasar tersebut, telah disetor penuh. Bukti penyetoran itulah disebut saham. Umumnya, saham-saham itu memiliki nilai nominal yang berfungsi antara lain sebagai nilai minimum penyetoran dan porsi pemilikian terhadap perusahaan. Karakteristik yuridis pemegang saham, bisa digambarkan dengan tiga kata berikut :

(8)

a. Limited Risk, berarti pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkannya ke dalam perusahaan.

b. Ultimate Control, bermakna pemegang sahamlah yang (secara kolektif) menetapkan tujuan dan arah perusahaan, dan

c. Residual Claim, menunjukkan posisi para pemegang saham sebagai orang terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa aset dalam likuidasi, yaitu setelah hak-hak para kreditur terpenuhi semuanya. (kutipan dari internet www.solusihukum.com)

Jadi dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang go public sebagai tanda kepemilikan dari sebagian perusahaan.

3.2.2 Jenis-jenis Saham

Menurut Paulus Situmorang (2008:46) berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat dibedakan pula atas tiga jenis nilai yaitu :

a. Nilai Nominal (Per Value / Stated Value / Face Value)

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi, namun tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam hal ini jumlah saham yang dikeluarkan oleh perseroan dikaitkan dengan nilai nominalnya adalah modal disetor penuh bagi sutau perseroan, dan di

(9)

dalam pencatatan akuntansi dicatat sebagai modal ekuitas perseroan di dalam neraca.

b. Harga Dasar (Base Price)

Pada hakikatnya harga dasar adalah harga perdana dan dipergunakan dalam penghitungan indeks harga saham. Untuk saham yang baru, maka harga dasar ersebut merupakan harga perdana.

c. Harga Pasar (Market Price)

Harga pasar adalah harga pada pasar yang senyatanya (riil) dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan, karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, dan jika pasar sudah ditutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupannya. Harga pasar tersebut yang sesungguhnya menyatakan naik-turunnya suatu harga saham dan setiap hari diumumkan di media massa.

Di dalam praktek banyak dijumpai beberapa jenis saham yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham, yaitu sebagaimana diuraikan berikut ini:

a. Cara Peralihan Hak

(10)

1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

Saham atas unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pemilik saham ini harus berhati-hati dalam membawa dna menyimpannya, karena jika hilang tidak dapat dimintakan duplikat atau saham pengganti.

2) Saham Atas Nama (Registered Stocks)

Saham atas nama adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedure tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemilik dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham.

Apabila sertifikat ini hilang, maka pemilik dapat meminta penggantian karena namanya sudah ada di dalam buku perusahaan.

b. Hak Tagihan

(11)

1) Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Saham ini biasanya mempunyai harga nominal yang ditetapkan oleh emiten atau disebut nilai pari (per value) yang berbeda dengan harga perdana (primary price) atau harga sebelum saham dicatatkan (listed) di bursa efek. Jika harga saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya, maka selisihnya disebut agio saham.

Saham biasa terdiri dari 5 jenis saham, yaitu :

a) Blue Chip Stock, yakni saham biasadari suatu perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenisnya dan memiliki pendapatan stabil, serta konsisten dalam membayar deviden.

b) Income Stock, yakni saham dari suatu emiten yang dapat membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden secara tunai. Saham ini mempunyai indeks beta (sensitivitas terhadap harga pasar) yang lebih kecil dari 1.

(12)

c) Growth Stock (well-known), yakni saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader perusahaan sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga Growth Stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang bukan sebagai leader dari perusahaan sejenis, tetapi memiliki ciri seperti growth stock (well known).

Umumnya saham ini berasal dari daerah-daerah yang kurang populer di kalangan emiten.

d) Speculative Stock, yakni saham dari emiten yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.

e) Counter Cyclical Stock, yakni saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emiten mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi dalam masa resesi.

2) Saham Preferen (Preferred Stocks)

Saham jenis ini adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dengan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga dapat tidak mendatangkan

(13)

hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena :

a) Memakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lebaran saham tersebut;

b) Membayar deviden

Sedangkan persamaannya dengan obligasi adalah :

a) Ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya;

b) Devidennya tetap selama berlaku (hidup) dari saham;

c) Memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.

Dalam praktek pasar modal di beberapa negara, terdapat beberapa jenis saham preferensi antara lain seperti berikut ini :

a) Cummulative Preferred Stock (CPS)

Saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu prosentase atau jumlah tertentu. Dalam hal ini jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak di bayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya. Pembayaran deviden kepada pemegang saham preferensi selalu didahulukan dari pemegang saham biasa.

(14)

b) Non Cummulative Preferref Stock

Pemegang saham jenis ini mendapatkan prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu prosentase atau jumlah tertentu, tetapi tidka bersifat kumulatif. Hal ini berarti jika pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan kurang dari yang ditentukan atau tidak dibayarkan sama sekali, maka tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya.

Sepanjang pemegang saham preferensi tidak menerima pembagian deviden secara penuh, maka pemegang saham biasa tidak berhak atas pembagian deviden. Apabila pembagian penuh telah di terima oleh pemegang saham preferensi, maka mereka tidak berhak lagi untuk mendapatkan tambahan deviden yang dibagikan untuk para pemegang saham biasa.

c) Participating Preferred Stock

Pemilik saham jenis ini selain memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran itu dapat berupa target penjualan atau keuntungan perusahaan dalam waktu tertentu, misalnya satu tahun.

Deviden reguler saham preferensi ini lebih kecil daripada rata-rata deviden reguler saham preferensi lainnya. Namun setelah deviden dibayarkan penuh kepada seluruh pemegang saham preferensi,

(15)

mereka juga memperoleh deviden ekstra bersama-sama dengan pemegang saham biasa bila target yang ditetapkan tersebut dapat tercapai.

d) Convertible Preferred Stock

Pemegang saham istimewa mempunyai hak lebih dibanding pemegang saham lainnya. Hak itu terutama dalam penunjukaan direksi perusahaan.

3.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Fluktuasi saham dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal maupun internal (Pandji Anoraga 2003:61), yaitu :

a. Faktor Eksternal

1) Tingkat suku bunga

2) Kebijakan moneter dan fiskal 3) Situasi perekonomian 4) Situasi bisnis internasional

5) Perubahan dalam perilaku investasi b. Faktor Internal

1) Laba perusahaan

2) Deviden yang dibagikan 3) Arus kas perusahaan

(16)

2.3 Nilai Tukar Mata Uang

2.3.1 Pengertian Nilai Tukar

Setiap Negara di dunia pasti memiliki mata uang masing-masing dan mempunyai nilai yang berbeda satu sama lain, sehingga pada saat mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lainnya maka haruslah ada penyesuaian perbandingan mata uang tersebut. Ini dinamakan dengan nilai tukar mata uang. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai apa itu nilai tukar mata uang seperti menurut Jose Rizal Joesoef (2008:137), kurs (exchange rate) adalah “Jumlah mata uang tertentu yang dapat ditukar terhadap satu unit mata uang lain”. Definisi menurut Dahlan Siamat (2004:234) “Harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain”

Menurut Sadono Sukirno (2004:397) kurs valuta asing dapat didefinisikan “Sejumlah mata uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing” . Yaitu kurs yang menunjukan bahwa US $1,00 sama dengan Rp 9.4000,- yang berarti untuk memperoleh satu dollar Amerika Serikat dibutuhkan 9.400 rupiah Indonesia.

Sedangkan menurut Purnomo Yusgiantoro (2004:111) nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah “harga mata uang (domestik) terhadap mata uang asing”.

(17)

Menurut Hendra Halwani Nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. Nilai tukar didasari 2 konsep, yaitu:

a. Konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbeaan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain.

b. Konsep riil, yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional.

Menurut Hamdy Hady (2000:26) dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional dikenal dua jenis mata uang yaitu :

a. Hard Currency

Hard currency adalah mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Mata uang seperti ini umumnya berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan lain-lain.

b. Soft Currency

Mata uang yang bersifat lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai mata uang. Soft currency pada umumnya berasal dari negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan negara berkembang lainnya.

(18)

2.3.2 Fluktuasi Nilai tukar

Fluktuasi adalah “perubahan dalam perubahan harga atau suku bunga, baik berupa kenaikan atau penurunan, fluktuasi dapat merujuk ke perubahan sedikit atau drastis dalam harga saham, obligasi atau komoditi.” (Syahrul 2000:389)

Fluktuasi atau pergerakan nilai tukar terdiri dari 2 macam yaitu :

a. Kenaikan (Apresiasi)

Kenaikan (Apresiasi) adalah peningkatan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Hal ini disebabkan oleh :

1) Adanya peningkatan volume perdagangan ekspor

2) Banyak jumlah investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk US $ di Indonesia

3) Meningkatnya jumlah devisa yang dapat dihasilkan di Indonesia baik yang dihasilkan dalam negeri maupun oleh luar negeri dan memperoleh gaji atau upah dalam bentuk US $.

4) Meningkatnya jumlah pinjaman dari luar negeri dalam bentuk US $. Baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.

(19)

b. Penurunan (Depresiasi)

Penurunan (Depresiasi) adalah penurunan harga atau mata uang terhadap mata uang lain. Depresiasi disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain :

1) Berkurangnya investor luar negeri.

2) Adanya para spekulasi yang menginginkan keuntungan dengan menyimpan US $ di negara lain yang memiliki kondisi ekonomi dan politik yang lebih stabil.

3) Adanya kredit macet dari para pengusaha Indonesia yang memiliki kewajiban dalam US $.

Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi maka ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi semakin murah, sedangkan impor untuk negara itu menjadi semakin mahal, apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya. Harga produk negara-negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi semakin lebih murah (Paul Rkrugman dan Maurince Obstfeld, 2001 : 43)

2.3.3 Sistem Nilai Tukar (Exchange Rate System)

Ada beberapa macam nilai kurs valas yang dikenal saat ini, antara lain yaitu :

(20)

a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Dalam sistem kurs tetap, nilai dari suatu mata uang yang ditentukan terhadap nilai mata uang asing dengan nilai yang konstan selama beberapa periode oleh Bank Sentrak. Misalnya 1 USD = Rp. 9500,-; dalam sistem ini kurs tidak akan berubah untuk beberapa periode (misalnya 2 tahun).

Untuk mempertahankan agar kurs ini stabil maka pemerintah dalam hal ini Bank Sentral harus memiliki cadangan devisa yang cukup besar sebagai sarana untuk melakukan intervensi pasar.

Jika seandainya permintaan terhadap USD meningkat, maka untuk menstabilkan kurs tersebut Bank Sentral melakukan intervensi pasar dengan menjual simpanan valuta asing USD-nya ke pasar. Sebaliknya jika penawaran atau supply dari USD terlalu tinggi dipasar, hal ini dapat mengakibatkan turunnya nilai USD.

b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)

Dalam sistem ini kurs mengambang, kurs valuta asing ditetapkan berdasarkan demand dan supply dipasar sehingga nilainya selalu berubah-ubah dari transaksi jual beli di pasar uang. Kurs mengambang ini dapat dibagi menjadi :

(21)

1) Kurs Mengambang Murni (Clean Floating Exchange Rate)

Dalam sistem ini Bank Sentral tidak melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan kurs. Jadi kurs yang terjadi semata-mata tergantung dari permintaan dan penawaran di pasar uang.

2) Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)

Dalam sistem ini Bank Sentral mempersiapkan kurs mengambang pada batasan tertentu. Apabila kurs melampaui batas yang ditentukan oleh Bank Sentral, maka Bank Sentral akan melakukan intervensi.

c. Sistem Kurs Terpatok (Pagged Exchange Rate System)

Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai tukar mata uang lokal dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Misalnya beberapa negara Afrika mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis (FRF). Disamping itu, beberapa negara Eropa yang tergabung dalam EEC sejak April 1972 menjalankan juga plagged exchange rate system ini yang dikenal sebagai “snake system” yang kemudian diubah menjadi European Monetery System (EMS). Dalam system EMS ini, setiap mata uang anggota EEC dikaitkan nilainya dengan ECU (European Currency Unit) dan dapat berfluktuasi dalam batasan 2,25% diatas atau dibawah kurs tengah.

(22)

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Kurs mata uang di negara yang menganut sistem kurs bebas akan berubah sesuai dengan kondisi pasar, artinya nilai kura bergantung pada permintaan dan penawaran mata uang suatu negara. Penawaran valuta asing berasal dari pembayaran yang dilakukan oleh importer atas barang yang dibelinya di luar negeri.

Permintaan dan penawaran asing dipengaruhi oleh faktor:

a. Perbedaan Supply dan Demanf Foreign Currency

Valas atau forex sebagai benda ekonomi mempunyai permintaan dan penawaran pada bursa valas atau forex market.

Sumber-sumber penawaran atau supply valas terdiri atas :

1) Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas

2) Impor modal dan transfer valas dari luar negeri ke dalam negeri

Sumber-sumber permintaan atau demand valas tersebut terdiri atas

1) Impor barang dan jasa yang menggunakan valas atau forex 2) Ekspor modal dan transfer valas dari dalam negeri ke luar negeri

Sesuai dengan teori mekanisme pasar, setiap perubahan permintaan dan penawaran valas yang terjadi di bursa valas tentu akan merubah harga atau nilai valas tersebut yang ditunjukan oleh kurs valuta.

(23)

b. Posisi Balance Of Payment (BOP)

Balance of payment atau neraca pembayaran internasional adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang semua transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk suatu negara dan penduduk luar negeri untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Catatan transaksi ekonomi internasional yang terdiri atas ekspor dan impor barang, jasa dan modal pada suatu periode tertentu akan menghasilkan suatu posisi saldo positif (surplus) atau negatif (deficit) atau equilibrium.

c. Pertumbuhan Pendapatan

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain), maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan impor yang berarti permintaan valuta asing makin meningkat, dan kurs valuta asing cenderung meningkat (harga mata uang sendiri akan menurun).

d. Suku Bunga

Kenaikan suku bunga dalam negeri akan mengakibatkan aliran modal masuk, sehingga penawaran valuta asing akan turun nilainya sementara harga mata uang sendiri akan naik. Sebaliknya jika suku bunga diluar negeri lebih tinggi dari pada suku bunga dalam negeri, maka akan terjadi aliran modal keluar yang menyebabkan naiknya permintaan valuta asing sehingga harga kurs mata uang dalam negeri akan turun.

(24)

e. Inflasi

Menurut teori purchasing power parity, perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ditentukan oleh tingkat suku harga dimasing-masing negara. Misalnya 1 Kg gandum di Amerika Serikat adalah $ 1 sementara di Indonesia harganya Rp. 8.000,- maka kurs mata uang dollar Amerika Serikat adalah Rp. 8.000,- untuk setiap dollar Amerika Serikat. Jika suatu harga gandum di Amerika Serikat tetap sedangkan di Indonesia menjadi Rp. 9.000,- maka nilai kurs mendai Rp. 9.000,- untuk setiap dollar Amerika Serikat. Dengan demikian, adanya inflasi pada suatu negara akan menurunkan nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan dibandingkan negara lainnya.

f. Kebijakan Pemerintah

Dalam keadaan perekonomian yang lesu biasanya pemerintah melakukan inisiatif dengan melakukan pengeluaran pemerintah yang besar. Kenaikan pengeluaran ini secara langsung akan meningkatkan pendapatan masyarakat, akibatnya nilai kurs mata uang sendiri akan turun karena adanya permintaan valuta asing yang meningkat.

g. Faktor-Faktor Lain

Terdapat sejumlah faktor lain yang mempengaruhi perubahan nilai kurs mata uang negara yang tidak selalu berhubungan dengan situasi perekonomian. Misalnya situasi politik yang tidak stabil akan memicu

(25)

aliran modal keluar yang akan menurunkan nilai kurs mata uang suatu negara.

Tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahan kurs mata uang suatu negara. Pelaku pasar memperhitungkan tingkat bunga berdasarkan tingkat bunga nominal setelah dikurangi inflasi. Jika tingkat bunga yang diharapkan tetap sementara inlasi naik, maka tingkat bunga nominal akan naik. Kenaikan tingkat bunga ini merupakan suatu forward premium atas kurs suatu negara. Artinya kenaikan tingkat suku bunga kan menaikan nilai kurs mata uang suatu negara relatif terhadap negara lainnya. Indonesia memiliki tingkat bunga nominal yang tinggi serta inflasi yang juga tinggi, sehingga tingkat bunga yang riil relatif rendah, ini yang menyebabkan nilai kurs rupiah tetap melemah dibandingkan nilai kurs mata uang lainnya.

2.3.5 Macam-Macam Kurs

Kurs yang digunakan untuk kegiatan transaksi luar negeri (selain kontrak kurs berjangka) adalah :

a. Kurs Sport (Sport Rate)

Kurs sport adalah kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung pada saat dilakukan transaksi.

(26)

b. Kurs Historis

Kurs historis adalah kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadi transaksi.

2.4 Tingkat Suku Bunga

Menurut Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, buunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang arus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan biaya yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman.

Sedangkan menurut Jose Rizal Joesoef bunga (interest rate) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pihak satu atas penggunaan dana milik pihak lain selama periode tertentu. Atau harga yang di terima oleh leader karena menyewakan dana kepada borrower.

Menurut Boediono (1992:76) ada beberapa teori yang menerangkan mengenai terjadinya tingkat suku bunga :

a. Teori Klasik

Menurut teori ini suku bunga merupakan harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di “pasar dana investasi”, istilah pasar dana investasi dapat dijelaskan bahwa dalam suatu periode ada suatu anggota masyarakat yang

(27)

menerima pendapatan melebihi kebutuhan konsumsinya. Masyarakatt tersebut kemudian menabung dari kelebihan pendapatannya, jumlah seluruh tabungan mereka berbentuk penawaran akan dana yang dapat dipinjamkan. Dipihak lain, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat atau pengusaha yang memerlukan dan untuk investasi.

b. Teori Keynes

Teori yang dikemukankan oleh Keynes ini lebih dikenal dengan Liquidity Preferences. Menurut teori ini ada 3 motif mengapa orang memegang uang tunai, yaitu :

1) Motif transaksi (Transaction Motive) 2) Motif berjaga-jaga (Precautonary Motive) 3) Motif spekulasi (Speculation Motive)

Ketiga motif inilah yang menyebabkan tumbuhnya permintaan akan uang, yang oleh Keynes diberi nama Liquidity Preferences. Teori Keynes berlandaskan kepada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya teteap likuid dalam memenuhi ketiga faktor tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang membuat orang bersedia membayar harga tersebut disebut bunga dengan unsur permintaan akan uang dengan tujuan spekulasi.

(28)

Fungsi tingkat bunga pada suatu perekonomian adalah :

1) Sebagai daya tarik bagi penabung baik individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

2) Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3) Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka pengendalian penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

4) Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat digunakan untuk mengontrol inflasi.

2.5 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

2.5.1 Pengertian SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

SBI adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan benchmark atau tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan

(29)

swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito, dan pinjaman kepada para nasabahnya.

Berdasarkan situs www.wikipedia.org Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga.

Pengertian lain dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek. Dasar hukum dari SBI adalah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/52/Lep/Dir tertanggal 27 Oktober 1998.

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI Rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI Rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

Pengertian BI Rate berdasarkan situs www.bi.go.id adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

(30)

2.5.2 Fungsi SBI

Dalam kondisi normal, fungsi utam SBI adalah menjaga jumlah uang yang beredar dalam jumlah oprtimal. Namun sejak krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997, SBI juga digunakan oleh Bank Sentral untuk mencegah meningkatnya permintaan dana oleh kalangan masyarakat dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk keperluan transaksi dan berjaga-jaga.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

(31)

2.5.3 Tujuan penerbitan SBI

SBI dimasukan untuk digunakan dalam dua jenis pasar yaitu :

a. Pasar Primer

Pasar primer digunakan sebagai alat pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengatur sistem lelang melalui penggerak pasar (market marker) dengan penjualan SBI atau pembelian SBI. Apabila pemerintah menilai bahwa jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka Bank Indonesia akan menjual SBI. Sebaliknya, apabila pemerintah menilai bahwa perlu ada tambahan dana dalam masyarakat maka Bank Indonesia akan membeli kembali SBI.

b. Pasar Sekunder

1) Cadangan Sekunder (Secondary Reserve)

Untuk menjaga likuiditas pemilik Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jika para pemilik SBI mengalami kekurangan dana, maka mereka dapat menjual SBI kepada Bank Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2) Ambil Untung (Profit Taking)

Pemilik Sertikat Bank Indonesia (SBI) dapat membeli ataupun menjual SBI-nya pada tingkat bunga yang menguntungkan.

(32)

2.5.4 Tata Cara Penerbitan SBI

Lelang Sertifikat Bank Indonesia dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

a. Lelang Harian, yang diadakan sesi dengan kebutuhan

b. Lelang Mingguan, yang diadakan setiap hari rabu. Kecuali hai rabu tersebut jatuh pada hari libur maka lelang mingguan akan dilakukan pada hari kerja berikutnya.

c. Lelang Bilateral, yaitu yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui broker.

2.5.5 Tata Cara Perdagangan SBI

Tata cara perdagangan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Secara Outright

Outright adalah transaksi jual beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dimana penjual tidak memiliki kewajiban untuk membeli kembali SBI sebelum jatuh tempo.

b. Secara Repurchase Agreement

Transaksi ini dilakukan oleh Bank Indonesia dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan dengan jangka waktu yang telah dijanjikan.

(33)

2.5.6 Fungsi Penggerak Pasar dan Perantara Dalam Perdangan SBI

Penggerak pasar (market meker) dan perantara (broker) sangat berperan dalam meningkatkan transaksi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) baik dalam pasar primer maupun pasar sekunder.

a. Penggerak Pasar (Market Meker)

Fungsi dari penggerak pasar dalam pasar primer adalah sebagai agen pelaksana lelang SBI harian atau mingguan. Dalam pasar sekunder penggerak pasar berfungsi sebagai penggerak dan bertindak sebegai dealer.

b. Perantara (Broker)

Perantara beroperasi di pasar sekunder, ia ikut meningkatkan transaksi SBI dengan mempertemukan penjual dan pembeli, dimana perantara akan merahasiakan nama pembeli dan penjual sebelum transaksi terjadi.

2.6 Kajian Penelitian Sejenis

Sebelumnya pernah dilakukan penelitian pengaruh nilai tukar mata uang asing dan tingkat suku bunga terhadap harga saham yang dilakukan oleh Rangga Nugraha Ramadhan yang dilakukan pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia. Dan suku bunga yang dimaksudkan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

(34)

antara nilai tukar mata uang asing (USD) dan tingkat suku bunga (SBI) terhadap harga saham. Dengan kata lain perubahan yang terjadi pada nilai tukar mata uang asing (USD) dan tingkat suku bunga (SBI) sangat mempengaruhi harga saham.

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pengerjaan penelitian ini, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pembuatan model sistem LTE- Advanced tanpa menggunakan relay. Setelah itu,

Namun sebaliknya seseorang yang memiliki kecerdasan rata-rata cenderung sukses dalam kehidupannya karena mampu dalam mengaplikasikan beberapa kemampuan dalam dirinya dan

Pemberdayaan Warga Melalui Usaha (Reni Dwi A.)| 302 Persoalan lain yang dihadapi warga adalah kondisi bambu yang lembab sehingga sangat mudah berjamur. Teknik yang

Hasil: Hasil penelitian dengan uji-t didapatkan p < 0.001 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara yoga dan skor kualitas hidup terkait kesehatan, serta terdapat

WicD` 7jiidc 7VX`8dadg HnhiZb/>cVXi^kZ8Vei^dc. WicD` 7jiidc

2.Pengusaha Zenith mampu menceritakan kepada orang lain tentang bisnis atau usaha yang Setuju,sering berbagai pengalaman kepada karyawan atau suplier misalnya Sangat

Herwasono Soedjito - Research Center for Biology - Indonesian Institute of Sciences, Bogor, Indonesia John Dransfield - Herbarium Kewense, Royal Botanic Gardens Kew,

Judul : Kesesuaian Antara Karakteristik Individu Dengan Karakteristik Pekerjaan Menggunakan Metode DISC (Studi Kasus Pada Hotel Citradream Semarang).. Semarang, 13