1
PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERENCANAAN ANGGARAN DAN POLITIK PENGANGGARAN, DENGAN
TRANSPARANSI PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP SINKRONISASI
DOKUMEN APBD DENGAN DOKUMEN KUA - PPAS PADA KOTA PADANG
Ria Silvi1, Popi Fauziati1, Novia Rahmawati 1 1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email: [email protected]
Email : [email protected]
Abstract
Revenue expenditure budget area (budget) is the local budget (budget) is one of the cornerstones in the development planning for local governments. The purpose of this study was to observe the effect of the capacity of human resources, budget planning and budgeting politics on synchronization between Local Revenue and Expenditure (budget) document and Public Policy Local Revenue and Expenditure (KUA) budget -While Priority Ceiling (PPAS) documents and to examine the role of public transparency in memoderasi.Metode sampling used purposive sampling criteria this study uses primary data, 85 respondents working in government departments in the city of Padang, had participanted in this research. Multiple linear regression through SPSS 16 From kenam feels hypothesis, it was found that the political capacity of human resources and the budget does not significantly influence the budget document by synchronizing documents KUA-PPAS, budget planning variables significantly influence the budget document by document synchronization KUA-PPAS. The test results indicate that the interaction of public transparency can not moderate the relationship between human resource capacity and budget planning budget document by document synchronization PPAS- KUA. Public transparency test results may moderate the relationship between political budgeting budget document with the document synchronization KUA-PPAS.
Keywords: APBD, KUA-PASS, Human Resource Capacity, Budget Planning, Budgeting Politics, Public Transparency
I. PENDAHULUAN
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yakni merupakan suatu hal dimana salah satu pilar dalam melakukan perencanaan pembangunan bagi suatu pemerintahan daerah dalam melakukan perbaikan terhadap adanya pengelolaan pembangunan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan dalam upaya
perbaikan perencanaan pembangunannya, dalam APBD ini strategi yang dilakukan untuk peningkatan dan percepatan pembangunan dilakukan strategis yang tepat untuk pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan kemasyarakatan daerah tersebut.
Apabila dalam melakukan perencanaan APBD itu terjadi kesalahan berarti suatu
2 perencanaan yang dilakukan pemerintah daerah dikatakan gagal dalam membuat perencanaan APBD dalam pengentasan kemiskinan, ini akan mempengaruhi dampaknya laju pemerintah disuatu pemerintahan pada daerah.
Pelaksanaan pengelolaan keuangan didaerah yang ditetapkan dalam undang-undang peraturan mendagri No 21 Tahun 2011 tentang sebagai pedoman dalam melakukan pelaksanaan, penatausahaan APBD serta pelaporan keuangan yang telah mencakup dalam kebijakan akuntansi, atas perubahan peraturan mendagri No 13 Tahun 2006 tentang pedoman keuangan daerah.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dalam nasional sangat penting dengan adanya keterbukaan terhadap pelaksanaan pembangunan tersebut, bahwa pelaksanaan itu harus diketahui oleh publik karena dana juga berasal dari uang rakyat dari APBD dan APBN, yang selayaknya masyarakat mengetahui dari jalannya pembangunan daerah itu sendiri (www.sumbarprov.go.id) Penganggaran yang telah melibatkan antara berbagai pihak yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik dalam tingkat pemahaman dalam suatu anggaran maupun untuk kepentingan anggaran daerah, perbedaan inilah yang akan terjadi ketidaksinkronan antara dokumen APBD dengan dokumen
KUA-PPAS, hal ini sering terjadi disuatu pemerintah daerah di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh sopanah (2003) menunjukan bahwa pengetahuan anggaran yang berpengaruh singnifikan terhadap pengawasan APBD. Dengan adanya partisipasi masyrakat dan transparansi kebijakan publik dalam proses penyusunan APBD yang akan semakin baik.
Mekanisme perubahan pada APBD dalam melakukan pergeseran anggaran dan penambahan terhadap anggaran dengan cara mengubah peraturan kepala tentang penjabaran anggaran daerah tersebut (Tarigan 2012). Evaluasi yang dilakukan Kementrian dalam Negeri terdapat akan ketidaksesuaian antara KUA-PPAS dengan rancangan APBD dalam penjabaran program anggaran dan kegiatan pada tahap-tahap perencanaan disepakati bersama (Tumbo, 2012).
Proses anggaran di DPR masih banyak yang tidak transparansi, dan akibatnya masih banyak melakukan penyalahgunaan anggaran seperti pengalokasian untuk pembangunan DPR, dan fasilitas dengan nilai yang tinggi dapat saja terjadi.
Permasalahan lain yang timbul masih dapat dilihat perbedaan antara aparat pemerintah dan melaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan koordinasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanan pembangunan menjadi sulit dilaksanakan.
3 Akibatnya proses tersebut kurang optimal bahkan sasaran yang diingin tidak dapat terlaksana.
II. LANDASAN TEORI DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan hasil suatu kesesuaian yang terjadi antara dokumen kebijakan yang satu dengan dokumen kebijakan yang lain. Dalam suatu sinkronisasi ini bertujuan untuk mengimplementasikan dalam landasan pengaturan-pengaturan tentang mekanisme terhadap penyusunan anggaran yang telah diatur dalam sejumlah peraturan perundang-undangan, peraturan Menteri dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang pedoman dalampelaksanaan, penatausahan APBD serta pelaporan keuangan yang mencakuo dlam kebijakan akuntansi (Arniati,2010 dan Iskandar,2013).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan dokumen Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS)
Menurut peraturan Mendagri No. 21 tahun 2011, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, ditetapkan dengan peraturan daerah.
Berdasarkan peraturan Mendagri No. 21 Tahun 2011 yang dimaksud dengan kebijakan umum anggaran adalah suatu dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 tahun. Selanjutnya Proritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yakni rancangan suatu program prioritas dan panduan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program dalam pedoman penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia adalah suatu kemampuan dari seseorang atau individu, dan dari organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang baik atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan dimana dalam mencapai kinerja, dan menghasilkan suatu keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (Zetra,2009). Kapasitas Sumber daya manusia yakni suatu kemampuan dari anggota eksekutif dan legislatif dalam menjalankan suatu fungsi dan peran masing-masing dalam suatu proses penyusunan perencanaan maupun suatu penganggaran daerah (Rasyid, 2012).
4 Perencanaan Anggaran
Suatu proses dimana akan dilakukannya proses penetapatan tujuan organisasi yaitu menentukan strategi untuk pencapaian tujuan secara menyeluruh serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengawasi jalannya seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan yang direncanakan (Bastian,2010).
Mardiasmo (2009), perencanaan merupakan suatu cara dimana organisasi menetapkan tujuan dan sasaran organisasi. Perencanaan meliputi suatu aktivitas yang sifatnya strategis, taktis, dan melibatkan aspek operasional. Proses perencanaan juga melibatkan aspek perilaku, yaitu partisipasi dalam pengembangan sistem perencanaan, penetapan tujuan, dan pemilihan alat yang paling tepat untuk memonitor perkembangan pencapaian tujuan.
Politik Penganggaran
Politik merupakan pembentukan dalam pembagian kekuasaan akan adanya kelompok atau golongan masyarakat yang antara lain berwujud proses pada pembuatan keputusan, khususnya dalam struktur pemerintahan. Yang dimaksud upaya penggabungan antara berbagai artian yang berbeda mengenai hakikat politik dengan yang dikenal dalam ilmu politik yang secara luas. Sedangkan
penganggaran yaitu proses atau cara untuk mempersiapkan suatu proses anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan politik yang tinggi. (Mardiasmo, 2009).
Menurut Arniati dkk (2010) dan Iskandar (2013) politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana suatu kelompok mencapai keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha dalam mendamaikan perbedaan di antara anggota. Dalam suatu pemerintahan, politik yang berkaitan dengan masalah kekuasaan, dan pengambilan keputusan, kebijakan publik alokasi atau distribusi.
Transparansi Publik
Transparansi merupakan suatu prinsip untuk menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi tersebut.
Handayani (2009) berpendapat bahwa transparansi publik adalah adanya keterbukaan tentang anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat secara cepat, transparansi publik juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan.
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, dalam lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses oleh
pihak-5 pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat di mengerti dan di pantau.
Pengembangan Hipotesis
Hasil penelitian yang dilakukan Arniati (2010) dan Iskandar (2013), menyatakan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Sehingga ini membuktikan bahwa perencanaan APBD berkualitas, maka setiap SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang mampu untuk melaksanakan tugasnya, dengan melakukan penyuluhan tentang pengelolaan keuangan daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Amirudin (2009) menemukan hasil penelitian menunjukan ketidaksinkronan antara dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS yang terjadi pada faktor kapasitas sumber daya manusia dan menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 34,89 persen.
Hasil penelitian dari Gobel (2010) menyatakan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap sinkronisasi Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dengan RKA-SKPD APBD.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disusun rumusan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kapasitas sumber daya manusia
berpengaruh terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil Penelitian Iskandar (2013) menyatakan perencanaan anggaran tidak berpengaruh terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Dimana hal ini perencanaan anggaran suatu cara organisasi dalam menetapkan tujuan dan sasaran organisasi. Penelitian Arniati dan Gobel (2010) menyatakan bahwa perencanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Amirudin (2009) hasil penelitian ini menunjukan ketidaksinkronan antara dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS yang terjadi pada faktor perencanaan dan menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 10,92 persen.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disusun rumusan hipotesis sebagai berikut:
H2:Perencanaan anggaran berpengaruh
terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Iskandar (2013) menyatakan politik penganggaran berpengaruh signifikan
6 terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Dimana hal ini untuk cara bagaimana mencapai tujuan yang bersifat kolektif, dan mengikat melalui kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, alokasi dan proses rencana aktivitas ke dalam rencana keuangan dengan acuan KUA dan PPAS sebelum anggaran ditetapkan sebagai peraturan daerah.
Arniati (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa politik penganggaran berpengaruh terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Dalam pembahasan anggaran ini sangat perlu dalam membuat kesepakatan yang dicapai dalam proses politik
Penelitian yang dilakukan Amirudin (2009) menemukan hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi ketidaksinkronan antara dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS yang terjadi pada faktor politik penganggaran, dan menjelaskan variasi seluruh item yang ada sebesar 20,56 persen.
Hasil penelitian dari Gobel (2010) menyatakan bahwa politik penganggaran berpengaruh negatif terhadap sinkronisasi Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dengan RKA-SKPD APBD.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disusun rumusan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Politik penganggaran berpengaruh
terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Pengaruh Transparansi Publik Sebagai
Variabel Moderating Hasil penelitian Iskandar (2013)
transparansi publik tidak dapat memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran, politik penganggaran, terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS, dan transparansi publik bukan variabel moderating.
penelitian yang dilakukan Iskandar (2013), menyatakan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh yang signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Hal ini menandakan agar perencanaan APBD berkualitas, maka setiap SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang mampu untuk melaksanakannya, dengan melakukan pelatihan tentang pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disusun rumusan hipotesis sebagai berikut:
H4a:Pengaruh kapasitas sumber daya
manusia terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS di moderasi oleh transparansi publik.
H4b:Pengaruh perencanaan anggaran
terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS di moderasi oleh transparansi publik.
7 H4c:Pengaruh politik penganggaran
terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS di moderasi oleh transparansi publik.
Model Penelitian
Model Penelitian antara variabel dalam penelitian ini dapat disajikan dalam gambar berikut ini :
III. METODE PENELITIAN.
Populasi untuk sekelompok orang, kejadian atau minat yang ingin peneliti lakukan investigasi, sedangkan sampel adalah suatu kelompok atau sebagian dari populasi (Sekaran, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah DPRD dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kota Padang.
Teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
purposive sampling. Untuk anggota DPRD
kriterianya adalah anggota bagian anggaran yang membidangi pengawasan
terhadap keuangan daerah sedangkan kriteria dalam SKPD yaitu pegawai-pegawai yang terlibat langsung dalam penyusunan RKA-SKPD yang di dalamnya juga meliputi kepala bidang, kepala seksi, kepala sub bagian, kepala sub bidang.
Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini merupakan data primer yang di ambil dengan mengambil data dari sampel yang diteliti. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Dalam jawaban responden terbatas pada alternatif yang telah disediakan.
Teknik Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis adanya pengaruh yang signifikan, maka digunakan alat uji statistik yaitu Moderating Regression Analysis (MRA) merupakan
aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2011) menyatakan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut.
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4
X4+ β5 X1 X4 + β6 X2 X4+ β7 X3 X4+ e
Dimana:
Y =Sinkronisasi dokumen APBD dengan KUA-PPAS α = Konstanta β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefisien regresi Politik Penganggaran (X3) Perencanaan Anggaran (X2) Sinkronisasi Dokumen APBD Dengan Dokumen KUA-PPAS (Y) Transparansi Publik (Variabel Moderating) Kapasitas Sumber Daya Manusia (X1)
8 X1 = Kapasitas sumber daya manusia X2 = Perencanaan anggaran
X3 = Politik penganggaran X4 = Transparansi publik
X1 X4 = Interaksi sumber daya manusia dengan transparansi publik
X2 X4 = Interaksi perencanaan anggaran dengan transparansi publik
X3 X4 = Interaksi politik penganggaran
dengan transparansi publik
e = Term error
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Prosedur Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari anggota DPRD bagian anggaran yang membidangi pengawasan terhadap keuangan daerah dan SKPD yaitu pegawai-pegawai yang terlibat langsung dalam penyusunan RKA-SKPD.
Deskriptif Proses Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Percent
Total kuesioner yang dikirim 100 100 Total kuesioner yang tidak kembali 15 15 Total kuesioner yang kembali 85 85 Total kuesioener yang tidak lengkap 0 0 Total kuesioner yang dapat diolah lebih lanjut 85 85
Pada tabel terlihat bahwa total kuesioner yang kembali 100 lembar kuesioner yang disebar, kuesioner yang tidak kembali 15 lembar (15%) dan 85 lembar kuesioner yang kembali dengan persentase 85%. Dengan demikian jumlah kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 85 kuesioner dengan tingkat persentase 85%.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan statistik deskriptif dari variabel penelitian yang digunakan dalam peneltian pada tabel di bawah ini:
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Keterangan N Kisarn actual Kisaran teorits Mean Std Deviasi Kapasitas sumber daya manusia 85 20-43 9-45 35.5882 3.43058 Perencanaan anggaran 85 24-35 9-45 29.8471 2.63450 Politik penganggaran 85 30-52 12-60 41.7059 4.81521 Transparansi public 85 10-25 5-25 19.1765 2.74806 Sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS 85 14-20 4-20 17.2000 1.70294
Sumber: Hasil olah SPSS (2014)
Tabel Hasil Uji Validitas
Keterangan KMO Factor
Loading
Kesimpulan
Kapasitas sumber daya manusia
0.740 0.550-0.843 Valid
Perencanaan anggaran 0.711 0.579-0.945 Valid Politik penganggaran 0.666 0.453-0.884 Valid Transparansi public 0.719 0.582-0.792 Valid Sinkronisasi dokumen
APBD dengan dokumen KUA-PPAS
0.621 0.625-0.776 Valid
Sumber: Hasil olah SPSS (2014)
Uji validitas adalah suatu instrumen dari seberapa jauh pengukuran oleh instrumen yang bisa mengukur atribut apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas menjelaskan seberapa sah atau tepatnya simpulan yang dilakukan oleh riset tersebut (Sumintono dan Widhiarso,2013). Dari tabel diatas dapat dilihat nilai
9
(KMO – MSA) dari keempat variabel di
atas berada diatas 0,5. Hal ini memberikan arti bahwa item-item dari keempat variabel tersebut valid untuk diuji. Hasil dari factor
loading juga berada di atas 0,4 oleh sebab
itu seluruh variabel tersebut memiliki item pertanyaan yang dinyatakan valid dan dapat terus digunakan dalam pengujian reliabilitas.
Tabel Hasil Pengujian Reliabilitas
Keterangan Cronbach alpha
Nilai batas
Kesimpulan
Kapasitas sumber daya manusia
0.631 0.60 Reliabel
Perencanaan anggaran 0.682 0.60 Reliabel Politik penganggaran 0.666 0.60 Reliabel Transparansi public 0.723 0.60 Reliabel Sinkronisasi dokumen
APBD dengan
dokumen KUA-PPAS
0.658 0.60 Reliabel
Sumber: Hasil olah SPSS (2014)
Berdasarkan tabel diatas hasil uji reliabilitas nilai cronbach alpha untuk seluruh variabel yang digunakan adalah besar dari 0,6 dan ini menunjukan seluruh item pertanyaan dinyatakan reliabel atau handal.
Tabel Pengujian Normalitas
Keterangan Nilai asymp
sig (2-tailed)
Cut off Kesimpulan
Kapasitas sumber daya manusia 0.386 0.05 Normal Perencanaan anggaran 0.270 0.05 Normal
Politik penganggaran 0.144 0.05 Normal
Transparansi public 0.339 0.05 Normal
Sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS
0.145 0.05 Normal
Sumber: Hasil olah SPSS (2014)
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai masing-masing variabel tingkat signifikansi sebesar Asymp. Sig. (2-tailed) X1 (0,558), X2 (0,075) , X3 (0,592) dan Y (0,229). Jika signifikansi nilai Kolmogorov
Smirnov lebih besar dari 0,05 artinya data
terdistribusi normal.
Tabel Pengujian Multikolinearitas
Keterangan Tolerance VIF Kesimpulan Kapasitas sumber daya manusia 0.594 1.684 Tidakterjadi multikolinearitas Perencanaan anggaran 0.684 1.462 Tidakterjadi multikolinearitas Politik penganggaran 0.950 1.052 Tidakterjadi multikolinearitas Transparansi public 0.569 1.758 Tidakterjadi multikolinearitas Sumber: Hasil olah SPSS (2014)
Pengujian Hasil Uji R-Square, F dan t- statistik
Dari tabel diatas diperoleh hasil R
square sebesar 0,853 dengan demikian Variabel Bebas dan Konstanta Koefisien Regresi Sig. Keterangan Kosntanta -13.282 0.100 - X1 -0.119 0.464 H1 ditolak X2 0.887 0.008 H2diterima X3 0.194 0.166 H3ditolak X4 0.898 0.032 H4diterima X1.X4 0.004 0.643 H4a ditolak X2.X4 -0.014 0.369 H4b ditolak X3.X4 -0.014 0.045 H4c diterima F=63.779 - .000a - R2= 0,853 - - -
10 variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 0,853 atau 85,3% sedangkan sisanya sebesar 14,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Dari tabel yang terlihat di atas uji signifikansi simultan menghasilkan nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 63.779 yang diperkuat dengan nilai signifikansi 0,000a dengan demikian nilai signifikan lebih kecil dari nilai alpha 0,05 Maka keputusannya adalah hipotesis diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran, politik penganggaran, dan transparansi publik berpengaruh terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0.464>0.05, sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Hasil yang dilakukan bahwa kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Hal ini sberarti menandakan jika aperatur pemerintah tidak dapat memiliki kompetensi yang baik dalam menyusun RKA-SKPD dan berdampak negatif terhadap sinkronisasi dokumen APBD
dengan dokumen KUA-PPAS. Hasil penelitian ini yang sama dengan Arniati dkk (2010) dimana kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh positif signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian Iskandar (2013) dan Gobel (2010)menyatakan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0.008<0.05, sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Hasil penelitian bahwa perencanaan anggaran berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi dikumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Hal ini menandakan bahwa perencanaan anggaran yang dilakukan oleh eksekutif dan legislatif berpengaruh positif.
Hasil penelitian yang sama yang diteliti oleh Arniati dkk dan Gobel (2010) menyatakan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Hasil dari. Dan hasil penelitian yang tidak sejalan Iskandar (2013) dimana menyatakan bahwa
11 perencanaan anggaran berpengaruh negatif terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil Pengujian Hipotesis 3
Berdasarkan hasil penelitian yang ketiga Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0.166>0.05, sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Dimana diperoleh hasil bahwa politik penganggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Iskandar (2013) menyatakan bahwa politik penganggaran berpengaruh positif terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil penelitian sama dengan yang diteliti oleh Arniati (2010) dimana menyatakan poltik penganggaran berpengaruh negatif terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS. Dan juga hasil penelitian Gobel (2010) dimana politik penganggaran berpengaruh negatif terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil Pengujian Hipotesis 4a,4b,4c Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4a dab 4b yang bertujuan untuk mengetahui Kapasitas Sumber Daya Manusia dan perencanaan anggaran dengan
sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS di Moderasi oleh Transparansi Publik. Hasil yang diperoleh memiliki nilai yang signifikan sebesar 0.643>0.05 dan 0.369>0.05, sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi publik tidak dapat memoderasi hubungan antara kapasitas sumber daya manusia dan perencanaan anggaran terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS.
Hasil pengujian hipotesis 4c yang bertujuan untuk mengetahui politik penganggaran dengan sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS di Moderasi oleh Transparansi Publik. Hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikan sebesar 0.045<0.05, sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi publik dapat memoderasi.
V. PENUTUP Kesimpulan
1. Kapasitas sumber daya manusia dan politik penganggarantidak berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS (dengan tingkat signifikansi 0.781, koefisien beta - 0.007).
12 2. Perencanaan anggaran berpengaruh
signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS (dengan tingkat signifikansi 0.000, koefisien beta 0.589).
3. Politik penganggaran berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS ( dengan tingkat signifikansi 0.000, koefisien beta -0.085).
4. Transparansi publik sebagai variabel moderating dengan kapasitas sumber daya manusia, perencanaan anggaran dan politik penganggaran terhadap sinkronisasi dokumen APBD dengan dokumen KUA-PPAS
Keterbatasan
Peneliti yang menggunakan
instrument kuesioner mempunyai
kelemahan yaitu, terjadi pemahaman yang biasa antara peneliti dengan responden, karena data penelitian yang berasal dari responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner mungkin akan mempengaruhi hasil penelitian karena persepsi responden yang disampaikan belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Implikasi Penelitian
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mewawancara responden secara langsung sehingga akan diperoleh hasil yang lebih maksimal.
Disamping itu beberapa keterbatasan atau kekurangan yang ada dalam penelitian ini seperti waktu dan mendapatkan data dalam jumlah relatif besar juga memberikan pengaruh secara tidak langsung, sehingga masih belum memberikan tingkat keyakinan yang maksimal, untuk itu diharapkan pada peneliti-peneliti yang akan datang untuk dapat membuktikkan penelitian ini dengan variabel yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, & Asmara. (2006). Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik.
Simposium Nasional Akuntansi XII Padang.
Amirudin. (2009). Identifikasi dan Analisis
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Sinkronisasi
Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan
Dokumen Kebijakan Umum
Anggaran dan Prioritas Plafon
Anggaran Sementara (Studi
Kasus Provinsi D.I Yogyakarta TA 2008). Tesis. Yogyakarta:
Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
13 Andriani, W. (2010). Pengaruh Kapasitas
SDA dan Pemanfaatan teknologi Informasi terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan).
Jurnal Akuntansi Manajemen, 5(1). 1-13.
Arniati, E. K., & Imelda. (2010). Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Politik Penganggaran, Perencanaan dan Informasi Pendukung terhadap Sinkronisasi Dokumen APBD dengan Dokumen KUA-PPAS di Lingkungan Pemerintah Kota Tanjung Pinang. Simposium
Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto.
Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor
Publik. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Departemen Dalam Negeri. (2006). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
_______. (2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
_______. (2011). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah tahun 2012. _______. (2002). Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gobel, S. (2010). Sinkronisasi Kebijakan
Umum Anggaran (KUA) dan
Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) dengan RKA-SKPD APBD Provinsi Gorontalo
serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Tesis.
Yogyakarta: Program
Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
Halim, A., & Abdullah, S. (2006). Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintah Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah, 1-11.
Handayani, B. D. (2009). Pengaruh Reformasi Penyusunan Anggaran terhadap Kualitas APBD Kota Semarang. Jurnal Dinamika Akuntansi, 1(1), 31-40.
Iskandar, D. (2013). Pengaruh Kapasitas
Sumber Daya Manusia,
Perencanaan Anggaran, Politk Penganggaran, dan Transparansi
Publik sebagai Variabel
Moderating terhadap Sinkronisasi
Dokumen APBD dengan
Dokumen KUA-PPAS Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis.
Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor
Publik. Yogyakarta: Andi
Musti, M. T. (2012). Daerah Semakin Baik
Kelola APBD Media Keuangan
14 Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri. Rahayu, S. (2010). Persepsi Pemerintah
Daerah Kota Jambi Terhadap Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Jurnal Penelitian Universitas
Jambi, 12(2), 29-34.
Rasyid, Abdul. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sinkronisasi Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah dengan Dokumen Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. Jurnal
Penelitian Universitas Yapis
Papua, 1-11.
Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. _______. (2008). Undang-Undang No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
______. (2005). Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. _______. (2008). Peraturan Pemerintah
No. 32 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja.
Sekaran, U. (2011). Research Methods for
Business Buku. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat.
Sopanah. (2010). Studi Fenomenologis: Menguak Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan APBD.
JAAI, 14(1), 1-21.
Sopanah, & Mardiasmo. (2003). Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan Pengetahuan Antara Pengetahuan Dewan
tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.
Sumintono,&Widharsono. (2013). Aplikasi
Model Research untuk penelitian ilmu-ilmu Sosial. Edisi 1. Cimahi:
Trimkom Publishing house. Tumbo, S. (2012). Permasalahan Aktual
Dalam Evaluasi APBD dan
Solusinya Media Keuangan
Daerah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri. Zetra, A. (2009). Strategi Pengembangan
Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. http://www.republika.co.id/berita/nasional/ politik/12/04/04/mlyd05-icw- penyusu-nan-apbd-kerap-tidak-transparan. http://www.republika.co.id/berita/nasional/ politik/12/01/06/lxdqwb-politik- peng-anggaran-di-dpr-tidak-transparan. http://www.sumbarprov.go.id/read/99/12/1 4/59/79-mengenal-sumbar/berita-terkini.html?start=5.