• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGANANTARA PERILAKU DELINKUENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA PGRI 2 KOTA JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGANANTARA PERILAKU DELINKUENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA PGRI 2 KOTA JAMBI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGANANTARA PERILAKU DELINKUENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS XI IPS SMA PGRI 2 KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi Untuk memenuhi syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

DIAJUKAN OLEH IMAM MUTTAKIN

RRA1A110070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2016

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Imam Muttakin, Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar terhadap

Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi. Skripsi. Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi. Dosen Pembimbing I Drs.Irwan,M.Pd Pembimbing II Fachruddiansyah Muslim. M,Pd

Kata Kunci : Perilaku Delinkuensi, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar

Prestasi belajar ekonomi pada kelas XI di SMA PGRI 2 Kota Jambi belum bisa memuaskan, disebabkan Perilaku Delinkuensi terbilang Tinggi dan Motivasi belajar terbilang Sedang, Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi faktor internal maupun eksternal salah satunya Motivasi belajar yang baik..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Perilaku Delinkuensi terhadap Prestasi Belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi, Hubungan antara Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi,

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptip regresi serta jenis penelitianya adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (sugiyono, 2013 :7). Responden dalam penelitian ini berjumlah 40 siswa. Data dikumpulkan melalui angket dan disusun berdasarkan indikator variabel. Untuk menganalisis data menggunakan rumus regresi sederhana dan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perilaku delinkuensi terhadap prestasi belajar. R Squere menunjukan nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,069. Dengan demikian menunjukan ada hubungan perilaku delinkuensi terhadap prestasi belajar sebesar 6,9%. Selanjutnya ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. R Square menunjukan nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,013. Dengan demikian menunjukan ada hubungan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa sebesar 1,3%. Selanjutnya ada hubungan signifikan antara perilaku delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. R Square menunjukan nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,184. Dengan demikian menunjukan ada hubungan antara perilaku delinkuensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar 18,4%. Sedangkan sisanya (100% - 18,4% = 81,6% ) merupakan kontribusi faktor yang tidak diteliti.

Dari hasil penelitian tersebut,dapat disimpulkan bahwa perilaku delinkuensi serta motivasi belajar dapat menentukan prestasi belajar seorang siswa, karna akan berdampak terhadap siswa tersebut, kemudian perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara menekan tingginya angka siswa yang berperilaku delinkuensi dan memotivasi siswa dalam pelajaran dengan memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar ke siswa.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Hidayah, Rahmat, Karunia, Hidayah dan Kasih sayang-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis masih diberi kekuatan, motivasi dan semangat yang luar biasa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi”.

Sholawat beriringan salam juga Penulis persembahkan kepada Junjungan Agung Nabi besar Muhhammad Rasulullah SAW.

Saya selaku Penulis skripsi ini menyadari banyak menghadapi berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat kekuatan, motivasi dan semangat yang kuat dari Penulis serta, adanya bimbingan, masukan, arahan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Drs. H. Aulia Tasman, M.Sc selaku Rektor Universitas

Jambi

2. Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd, M.Sc selaku Dekan FKIP Universitas Jambi.

3. Ibu Dr. Farida Kohar, MP selaku ketua jurusan PIPS Universitas Jambi. 4. Ibu Rosmiati, S.Pd, M.Pd selaku ketua Prodi Pendidikan Ekonomi

Umiversitas Jambi.

5. Bapak Drs. Irwan, M,Pd selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan Penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

(7)

6. Bapak Fachruddiansyah Muslim, M.Pd Pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan Penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak Drs. Irzal Anderson, M.Psi selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah membantu dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Bapak Drs. H. Arpizal, M.Pd selaku ketua seminar PIPS Universitas Jambi.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PIPS yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

10. Terkhusus terima kasih untuk orang tuaku, Ayahanda Samin dan Ibunda Latifah yang telah memberikan dukungan yang luar biasa dan do’a,dorongan moril dan materil, serta kesabaran dan perhatian yang tulus selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Penulis menjadi motivasi dan menjadi semangat penulis atas segala perjuangan dan kasih sayang yang tak tergantikan. Semoga Allah memudahkan jalan kita menuju kebaikan.

11. Untuk adik-adikku Nurul Ichsan, Haris Subarkah, Robby Subagja, dan Siti Aisyah Nuriyyah yang tak pernah bosan memberikan semangat kepada penulis selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi.

12. Teman-teman jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) yang tidak bisa disebutkan satu persatu terutama angkatan 2010. Anisa, Jeje, Putri, Desi, Upi, Siti Marpuah, Inggri Sepria, Tika, Tiwi, Febriani, Khairat, Devi, Mardiana, Anna, Sa’anah, Intan, Wirra, Ega, Beni, Toni,

(8)

Ammar, Frengki, Emil, Budi, M. Fadhol, Khomaini, Jupriono, Adi, Sigit, Asari, Ijul, Ari Cupriana, Ijal, Nopri, Dedi, Eko Widiantoro, Eko PH, Ramli, Roni Rumanda. Seperjuangan yang senantiasa memberikan arahan, dorongan dan bantuan menemani penulis disaat suka dan duka, terima kasih atas bantuan motivasi dan Do’a kalian.

13. Kepada teman-teman PPL, Lili Sulistio Rini, Shiddiq, Oliv, Mela, Samsul, Rudi, Setio, Noni, Wirra, Frengki, Roni Rumanda. Dan Teman-taman KUKERTA Posko 15 Kel Simpang, Kec, Berbak, Kab, Tanjabtim. Will Hendri, Joni, Uki, Nanda Rizkie, Fatwa, Desta, Zulkifli, Hendra, Dewi, Mala, Mega, Desri, terima kasih atas bantuan dan Do’a kalian

Semoga Allah SWT memberikan balasan semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada Penulis. Kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa Penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Jambi, 2016

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Batasan Masalah ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar ... 9

2.1.1 Pengertian Prestasi belajar. ... 9

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11

2.2 Perilaku Delinkuensi ... 13

2.2.1 Pengertian Perilaku Delinkuensi ... 14

2.2.2 Macam-Macam Perilaku Delinkuensi ... 16

2.2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Delinkuensi ... 17

2.2.4 Pengaruh Negatif Yang Timbul di Sekolah. ... 21

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku Delinkuensi. ... 22

2.2.6 Indikator Delinkuensi. ... 25

2.3 Motivasi Belajar ... 26

2.3.1 Pengertian Motivasi ... 26

2.3.2 Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik ... 29

2.3.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 30

2.3.4 Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 32

2.3.5 Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar. ... 33

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. ... 37

2.3.7 Indikator Motivasi Belajar. ... 38

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

2.5 Kerangka Berfikir ... 41

2.6 Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 44

3.2 Variabel Penelitian ... 44

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

(10)

3.4.1 Populasi Penelitian ... 46

3.4.2 Sampel Penelitian ... 46

3.5 Instrumen Penelitian ... 46

3.5.1 Angket ... 46

3.5.2 Dokumentasi ... 47

3.6 Uji Coba Instrumen ... 47

3.6.1 Uji Validitas ... 48

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 49

3.7 Teknik Pengumpulan Data. ... 50

3.7.1 Penyebaran Instrumen (Angket)... 51

3.7.2 Penarikan Instrumen. ... 51

3.8 Teknis Analisis Data. ... 52

3.9 Teknis Analisis Data Angket. ... 52

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif. ... 52

3.9.2 Uji Persyaratan Analisis. ... 53

3.9.3 Uji Normalitas Data. ... 53

3.9.4 Uji Linearitas. ... 53

3.9.5 Uji Homogenitas. ... 54

3.9.6 Uji Hipotesis. ... 55

3.9.7 Langkah-Langkah Pengujian Hipotesis. ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Deskripsi Data Perilaku Delinkuensi ... 59

4.1.2 Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 63

4.1.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar ... 67

4.2 Uji Persyaratan Analisis ... 70

4.2.1 Uji Normalitas ... 71

4.2.2 Uji Linieritas ... 72

4.2.3 Uji Homogenitas ... 73

4.3 Uji Hipotesis ... 74

4.3.1 Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi Terhadap Prestasi Belajar ... 77

4.3.2 Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar ... 77

4.3.3 Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar ... 80

4.4 Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 44

4.1 Histogram Data Perilaku Delinkuensi ... 64

4.2 Histogram Data Motivasi Belajar ... 67

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Daftar Perilaku Menyimpang Siswa ... 3

1.2 Daftar Nilai Rata-Rata Ujian Ekonomi. ... 6

3.1 Populasi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi ... 47

3.2 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 56

4.1 Deskriptif Statistik Perilaku Delinkuensi ... 60

4.2 Distribusi Frekuensi Data Perilaku Delinkuensi ... 61

4.3 Deskriptif Statistik Motivasi Belajar ... 64

4.4 Konversi Kategori Variabel X2 ... 67

4.5 Deskriptif Statistik Prestasi Belajar ... 68

4.6 Konversi Kategori Variabel Y ... 70

4.7 Hasil Uji Normalitas Perilaku Delinkuensi (X1) ... 72

4.8 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar (X2) ... 72

4.9 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar (Y) ... 73

4.10 Hasil Uji Linieritas ... 74

4.11 Hasil Uji Homogenitas ... 74

4.12 Analisis Korelasi Perilaku Delinkuensi (Y) dengan Prestasi Belajar ... 75

4.13 Koefisiensi Persamaan Regresi X1 dan Y (Uji-t) ... 76

4.14 Koefisien Determinasi ... 77

4.15 Koefisiensi Persamaan Regresi X2 dan Y (Uji-t) ... 79

4.16 Koefisien Determinasi ... 79

4.17 Koefisiensi Persamaan Regresi X1-X2 dan Y (Uji-t) ... 81

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang paling pokok, karena pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar dilakukan, keberhasilan siswa dalam mempelajari materi ditentukan oleh proses belajarnya. Hasil belajar ini sebagai tingkat keberhasilan belajar dapat dinyatakan dalam bentuk skor dan perubahan perilaku setelah seseorang melakukan proses belajar.

Belajar sebagai proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri,Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan anut, Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.Prestasi belajar dikatakan sempurna jika dipenuhi tiga aspek yakni:kognitif,afektif dan

(14)

psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Rendahnya prestasi belajar itu sendiri karena dipengaruhi faktor-faktor, yakni: faktor eksternal dan faktor internal.

Pada umumnya prestasi belajar adalah keinginan yang dicapai oleh individu,dalam hal ini siswa atas proses belajar yang telah dilakukannya.Prestasi belajar juga adalah implementasi dari suatu keberhasilan siswa setelah melakukan proses belajar.Di dalam proses pendidikan terutama pada sistem pembelajaran siswa diharapkan meningkatkan prestasi belajar yang baik dan bermutu, agar siswa-siswa menjadi lulusan yang berintelektual, kreatif serta menjadi calon-calon tenaga terdidik yang professional maupun pribadi yang bertanggung jawab.

Berdasarkan pengamatan dan observasi singkat pada SMA PGRI 2 Kota Jambi penulis melihat ada ketidak sesuaian yang diharapkan. XI IPS yang berjumlah 40 siswa yang terbagi dalam 2 kelas, banyak permasalahan yang terjadi khususnya dalam proses pembelajaran.Adapun mata pelajaran paling banyak tidak tuntas adalah pelajaran ekonomi,Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar,karena di akibatkan dalam proses pembelajaran berlangsung siswa lebih memilih untuk tidak masuk kelas pada jam pertama mata pelajaran.Alasan terlambat karena jarak rumah yang jauh dengan sekolah,serta ada beberapa siswa juga yang sering terlambat karena sebelum berangkat ke sekolah harus membantu orang tuanya karena keadaan ekonomi.

Kenyataannya, di SMA PGRI 2 Kota Jambi banyak ditemui siswa yang berperilaku menyimpang, Hal ini dapat dilihat dari data siswa selama semester 2 tahun ajaran 2013/2014 sebagai berikut :

(15)

Tabel 1.1 Daftar Perilaku Menyimpang Siswa Tahun ajaran 2013/2014

NO Kasus Banyaknya siswa yang melanggar Keterangan

Kelas X Kelas XI Kelas XII

1 Berkelahi 20 30 35 Jumlah siswa Kelas X =85 KelasXI=115 KelasXII=122 2 Merokok 26 35 41 3 Membolos/Melompat pagar sekolah 24 32 30

4 Tidur di saat jam

pelajaran berlangsung

15 18 16

Jumlah 85 115 122

Sumber Data : Dokumen BP dan TU SMA PGRI 2 Kota Jambi

Dari tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang Kelas X 85 siswa , Kelas XI 115 siswa,dan Kelas XII 122 siswa. Adanya perilaku menyimpang di karenakan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya. Sumber di dapatkan dari hasil observasi awal.

Selain itu, ada beberapa siswa yang sering bolos atau berada diluar kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan sebagian siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru sehingga mereka takut masuk ke

(16)

dalam kelas, dengan alasan takut akan dihukum, dan merasa bosan di dalam kelas. Sebagian siswa lain juga sering bolos dengan alasan malas atau bosan dengan mata pelajaran tertentu maupun ada pengaruh teman dari luar sekolah. Bahkan ada siswa-siswa yang sering keluar masuk pada saat proses pembelajaran berlangsung dan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar, baik siswa laki-laki maupun perempuan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar sehingga mereka mengesampingkan belajar. Akibatnya siswa yang sering melakukan hal ini akan ketinggalan materi pelajaran, sehingga hasil evaluasi tidak mencapai nilai ketuntasan yang sudah ditentukan. Sumber ini di dapatkan sewaktu mengikuti Pengalaman Praktek Lapangan (PPL) di SMA PGRI 2 Kota Jambi.

Melihat hal itu, guru telah berupaya mencarikan solusi maupun mengadakan pendekatan pada siswa itu sendiri, seperti memotivasi siswa dan memberikan pemahaman tentang masa depan mereka jika mereka tidak mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada yang berjudul “ Hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar di SMP Negeri 2 Gamping Sleman” bisa di simpulkan bahwa

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar pada siswa SMP. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar.Variabel bebas adalah kenakalan remaja, variabel tergantung adalah prestasi belajar dan variabel kontrolnya adalah inteligensi.

(17)

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 58 siswa laki-laki, yang terdiri ataskelas IXA sampai IXF di SMP Negeri 2 Gamping, Sleman. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja adalah dengan skala kenakalan remaja yang dibuat sendiri oleh peneliti. Alat ukur untuk mengetahui prestasi belajar menggunakan nilai rata-rata hasil songsong Ujian Akhir Nasional (UNAS) 2007. Alat ukur untuk mengetahui inteligensi siswa menggunakan tes inteligensi SPM dari Rave

Kemudian berdasarkan penelitian yang sudah ada yang berjudul “ Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X dan XI IPS SMA N 1 Minggir Sleman Tahun Ajaran 2009/2010”. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui hubungan motivasi belajar intrinsik terhadap prestasi siswa belajar geografi, (2) Mengetahui hubungan motivasi belajar ekstrinsik terhadap prestasi siswa belajar geografi, (3) Mengetahui hubungan motivasi belajar intrinsik dan secara ekstrinsik secara bersama sama terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas X dan XI IPS SMA N 1 Minggir Sleman Tahun Ajaran 2009/2010.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan variabel motivasi belajar intrinsik siswa dengan prestasi belajar dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,340>0,297). (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan vairabel motivasi belajar ekstrinsik dengan prestasi belajar geografi dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,375>0,297). (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar intrinsik dengan belajar ekstrinsik terhadap prestasi belajar geografi, dimana F hitung sebesar 4,868, sedangkan F tabel 3,22 dengan N=44 pada taraf signifikansi 5%. Jadi

(18)

dihitung lebih besar dari pada f tabel (4,868>3,22), karena hasil penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan maka dengan demikian keseluruhan uji hipotesis ini mendukung penelitian. Jadi semakin tinggi motivasi belajar geografi siswa akan semakin pula prestasi belajarnya.

Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor.Sehingga bagi pelajar itu sendiri adalah penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya.Hal ini menjadi lebih penting tidak hanya bagi pelajar tetapi juga bagi calon-calon pendidik,pembimbing dan pengajar di dalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sehingga terjadi proses belajar yang optimal.

Sesuai dengan kenyataan yang ada di SMA PGRI 2 Kota Jambi nilai rata-rata ulangan semester kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Daftar Nilai Rata-rata Ujian Ekonomi Siswa Semester 2 T.A 2014/2015 NO Kelas Nilai Rata-Rata Siswa Standar Kompetensi Pelajaran Ekonomi 1 XI IPS 1 70,03 75 2 XI IPS 2 71,30 75

Sumber Data : Guru Ekonomi Kelas XI

Dari tabel di atas menunjukan nilai ekonomi siswa di bawah standar kompetensi pelajaran Ekonomi yang ditunjukkan melalui nilai rata-rata siswa. Belum optimalnya hasil belajar yang berdampak minimnya prestasi belajar siswa. Hal ini di pengaruhi oleh berbagai sebab seperti motivasi belajar yang masih rendah dan siswa yang berperilaku menyimpang di sekolah.

(19)

Berdasarkan uraian masalah diatas, masih banyak lagi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa rendah,maka di dalam penelitian ini penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini

“Apa penyebab terjadinya siswa berperilaku menyimpangdan motivasi belajar yang berpengaruh terhadap prestasi siswapada mata pelajaran Ekonomi kelas XIIPSdi SMA PGRI 2 Kota Jambi”?

1. Apakah terdapat hubungan antara perilaku delinkuensi dengan prestasi belajar?

2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar? 3. Apakah terdapat hubungan antara perilaku delinkuensi,motivasi belajar

dengan prestasi belajar secara bersama-sama?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuandiadakan penelitian ini adalah untuk mengetahuipenyebab perilaku delinkuensi atau perilaku menyimpang dan motivasi belajarsiswa pada mata pelajaran ekonomi yg berdampak rendahnya prestasi belajarsiswa kelas XI IPSdi SMA PGRI 2 Kota Jambi.

1. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi dengan prestasi belajar?

(20)

2. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar?

3. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi,motivasi belajar dengan prestasi belajar?

1.4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitiandiharapkan dapat memperkaya kajian tentangpenyebab terjadi hubungan perilaku delinkuensi atau perilaku menyimpang dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Di dalam proses pembelajaran pendidikdapat mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasibelajar sehingga terjadi proses belajar yang optimal.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan agar lebih memperhatikan perkembangansiswadalam kegiatan belajar terhadapmeningkatkan prestasisiswa dan dapatmenjadi masukan bagi sekolah tentang pentingnyamengetahui danmengendalikan faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar terutama dalam layanan bimbingan konseling

1.5. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan masalah, dan terdapat persepsi yang sama dalam menelaah penelitian ini, maka diperlukan batasan masalah,

Adapun batasan masalah yang di teliti sebagai berikut :

1. Perilaku delinkuensi yang di teliti adalah perilaku menyimpang siswa seperti bolos pada jam pelajaran,merokok,berkelahi,tidur di saat jam

(21)

pelajaran yang berdampak pada prestasi siswa di mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi

2. Motivasi yang di teliti dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi, Sebagai berikut, semangat belajar siswa di kelas, antusias dalam menghadapi ujian dan tugas, dan lebih senang mengerjakan tugas secara mandiri.

3. Prestasi siswa yang di teliti dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi, sebagai berikut,prestasidi kelas, mendapatkanrangking yang bagusatau 10 besar di kelas, danjuaraumum di sekolah.

1.6. Defenisi Operasional

1.Prestasi belajar adalah hasil belajar/nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuan/usahanya dalam belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang tertera dalam laporan hasil belajar siswa seperti raport

2. Perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk perbuatan antisosial, melawan hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-norma agama serta perbuatan yang tergolong anti sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat,sekolah maupun keluarga, yang dilakukan oleh anak dan remaja usia 15-19 tahun di bawah usia 21, jika perbuatan itu dilakukan oleh orang dewasa maka dikualifikasikan sebagai tindakan kejahaatan, Adapun kenakalan itu seperti (Kenakalan fisik,Kenakalan materi,Kenakalan sosial,Melanggar peraturan sekolah akan tetapi tidak

(22)

tergolong pidana umum maupun khusus, yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa (anak dan remaja) pada usia 15-19 tahun.

3. Motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.Jadi peran motivasi bagi siswa dalam belajar sangat penting.Dengan adanya motivasi akan meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian prestasi belajar

Prestasi tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar. Prestasi merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur dan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil kecakapan yang baru dari proses belajar seseorang yang mempunyai prestasi yang baik dalam belajarnya, artinya ia mendapatkan kecakapan yang baru dari apa yang dipelajarinya (Suryabrata, 2001:232).

Belajar disekolah mengakibatkan siswa memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, sikap perilaku atau sesuai dengan tujuan belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departement Pendidikan Nasional (1992:700), Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Nasution (1996:17) mengemukakan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Menurut Hamalik (1994:45) prestasi belajar diartikan sebagai

(24)

adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.

Menurut Tu’u (2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Pernyataan ini serupa dengan Muhibin(1999:141) yang mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Selanjutnya Marsun dan Martaniah yang dikutip Tjundjing (2000:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya, prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, hurup, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 2001:43)

Prestasi belajar adalah hasil atas kepandaian atau keterampilan yang dicapai oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan (Hamalik, 2003:45)

Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi

(25)

belajar siswa atau Raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar (Suryabrata, 2001:296). Pendapat ini sejalan dengan Purwanto (2001:2) yang menyatakan prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui prestasi belajar siswa bisa dilihat pada nilai-nilai yang tertera dalam raport. Siswa yang nilai raport nya tinggi dikatakan mempunyai prestasi belajar tinggi, sebaliknya siswa yang nilai raportnya rendah dikatakan mempunyai prestasi belajar rendah.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa secara konseptual prestasi belajar adalah hasil belajar/nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuan/usahanya dalam belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang tertera dalam laporan hasil belajar siswa seperti raport.

Azwar (1996:44) menyatakan prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi angka kelulusan dan predikat keberhasilan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menetapkan indikator-indikator prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata raport siswa SMA PGRI 2 Kota Jambi pada Semester 2 waktu ia dikelas XI yang dinyatakan dengan angka atau huruf.

2.3.1 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara umum,menurut Toto,hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu

(26)

faktor-faktor yang ada dalam diri siswa. Faktor eksternal yaitu faktor-faktorf-aktor yang berada di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal adalah:

1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaanmaupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh,cacat tubuh, dan sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan meliputi: a. Faktor intelektual terdiri atas:

1. Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat. 2. Fakor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

b. Faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.

3. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah: 1. Faktor sosial yang terdiri atas:

a. Faktor lingkungan keluarga b. Faktor lingkungan sekolah. c. Faktor lingkungan masyarakat. d. Faktor kelompok.

2. Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.

3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim, dan sebagainya.

(27)

4. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Menurut Sudjana (2005: 39), “hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor dari luar diri siswa adalah lingkungan belajar, yang paling dominan salah satunya adalah kualitas pengajaran.

Kesimpulannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ada dua, yaitu faktor internal yang meliputi kesehatan jasmani, intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.Faktor eksternal meliputi pola asuh keluarga, keadaan ekonomi keluarga, metode mengajar guru, fasilitas belajar, hubungan siswa dengan guru dan teman, waktu belajar, disiplin sekolah, lingkungan masyarakat.

2.2 Perilaku Delinkuensi

2.2.1 Pengertian Perilaku Delinkuensi

Delinkuensi (delinquency) berasal dari bahasa Latin “delinquere”, yang diartikan terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas menjadi jahat, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror dan tidak dapat diatur.

(28)

Kartono (1998), dalam mengartikan delinkuensi lebih mengacu pada suatu bentuk perilaku menyimpang, yang merupakan hasil dari pergolakan mental serta emosi yang sangat labil dan defektif.

Selanjutnya Kartono (1992) menyatakan bahwa kenakalan atau delikuensi adalah perilaku kejahatan atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk tingkah laku yang menyimpang. Delikuensi itu selalu mempunyai konotasi serangan kejahatan, keganasan dan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan hukum yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun.

Masih menurut Kartono (1992) kasus delikuensi paling banyak dialami remaja berusia dibawah 21tahun, dan angka tertinggi delikuensi remaja terdapat pada usia 15-19 tahun. Dariberbagai definsi di atas tentang kenakalan remaja dapat ditarik kesimpulan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku yang dapat menyakiti atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain dengan melanggar norma-norma hukum, agama, kelompok,sosial seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan membolos.Macam-macam perilaku kenakalan remaja.

Jensen (dalam Sarwono, 2003) mengkategorikan kenakalan remaja ke dalam 4 kategori, yaitu:

a. Kenakalan Remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain.

b. Kenakalan Remaja yang menimbulkan korban materi seperti perusakan,pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

c. Kenakalan Remaja sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat.

(29)

d. Kenakalan Remaja yang melawan status misalnya mengingkari status sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah.

Walgito (dalam Sudarsono, 1997) merumuskan bahwa istilah delinkuensi lebih ditekankan pada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak dan remaja, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan.

Fuad Hasan (dalam Hadisuprapto, 1997), merumuskan perilaku delinkuensi sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak dan remaja yang bila dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.

Simanjuntak (dalam Sudarsono, 1997), memberi tinjauan bahwa suatu perbuatan disebut delinkuensi apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana seseorang tinggal atau suatu perbuatan anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. Suatu perbuatan dikatakan sebagai delinkuensi atau tidak, ditinjau dari dua faktor, yaitu hukum pidana serta norma-norma dalam masyarakat.

Sudarsono(1997), merumuskan bahwa perilaku delinkuensi memiliki arti yang luas, yaitu perbuatan yang menimbulkan keresahan masyarakat, sekolah maupun keluarga, akan tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus. Antara lain, perbuatan yang bersifat anti susila, yaitu durhaka kepada orang tua, membantah, melawan, tidak patuh, tidak sopan, berbohong, memusuhi orang tua, saudara-saudaranya, masyarakat dan lain-lain. Serta dikatakan delinkuensi, jika perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama yang dianut. Farrington (dalam Quay, 1987), mengartikan delinkuensi sebagai perilaku yang

(30)

meliputi pencurian, perampokan, sifat suka merusak (vandalism), kekerasan terhadap orang lain, dan penggunaan obat, pengkategorian delinkuensi juga meliputi perilaku status offenses (status bersalah) seperti minum-minuman beralkohol dan pelanggaran jam malam yang dilakukan oleh remaja.

Seperti yang dikemukakan Lewis (dalam Short, 1987), perilaku delinkuensi merupakan perilaku ilegal yang dilakukan oleh remaja meliputi, membolos, diasosiasikan dengan remaja yang suka melanggar peraturan, dan melanggar jam malam, Sedangkan Sunarwiyati (dalam Masngudin, 2004), merumuskan perilaku delinkuensi meliputi, kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang miliki orang tua/orang lain tanpa izin, serta kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, penganiayaan,penyiksaan,pembunuhan dan lain-lain.

Seiring perkembangannya Papalia (2003), mengartikan perilaku delinkuensi mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan di sekolah, yakni melanggar tata tertib, berkelahi), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah) hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri), yang dilakukan oleh anak dan remaja. Perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk pelanggaran, kesalahan, serangan atau kejahatan yang relatif minor melawan undang-undang legal atau tidak terlalu berat dalam pelanggaran terhadap undang-undang, yang khususnya dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa (Chaplin, 2004).

(31)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk perbuatan anti sosial, melawan hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-norma-norma-normaagama serta perbuatan yang tergolong anti sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat,sekolah maupun keluarga, akan tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus, yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa (anak dan remaja).

2.2.2 Macam-macam Perilaku Delinkuensi

Masyarakat memandang beberapa perilaku sebagai negatif, misalnya perilaku tersebut ilegal karena status usia si pelaku yang masih muda, inilah yang disebut status offenses, meliputi bolos sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, minuman keras, ketidakpatuhan dengan aturan orang tua, berteman dengan orang-orang yang suka melanggar peraturan, lari dari rumah dan melanggar jam malam. Sedangkan index offenses, digunakan dalam pengkategorian perilaku yang lebih serius, meliputi pembunuhan, pemerkosaan, perampokkan dan penyerangan yang masuk dalam ”violent crimes”, yang merupakan suatu tindakan atau perilaku yang ditujukan langsung pada orang lain, sedangkan maling, pencuri kendaraan bermotor dan pembakaran, dimasukkan dalam ”property crimes”, yaitu kejahatan yang tanpa kekerasan tetapi berhubungan langsung dengan properti (Bynum&Thompson, 1996).Department of Justice in the National Crime (dalam Kelley, Loeber, Keenan, & DeLamatre, 1997), membagi perilaku delinkuensi dalam dua kategori. Pertama, ”index offenses” perilaku delinkuensi sebagai perilaku yang melibatkan tindakan pengrusakan dan pencurian barang-barang milik orang lain, kekerasan terhadap orang lain, mengkonsumsi dan memperjualbelikan alkohol dan obat-obatan, dan kepemilikan senjata api. Kedua,

(32)

”status offenses”, dimana tidak merupakan suatu pelanggaran bila dilakukan oleh orang dewasa, antara lain membolos, lari dari rumah, memiliki atau mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan,

pelanggaran jam malam.

Papalia (2003) membedakan perilaku delinkuensi dalam dua kategori yaitu index offenses dan status offenses. Index offenses, merupakan tindakan kriminal, baik yang dilakukan remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Status offenses, merupakan tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras yang melanggar ketentuan usia, pelacuran, dan ketidakmampuan mengendalikan diri sehingga menimbulkan perkelahian. Tindakan-tindakan itu dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia tertentu, sehingga pelanggaran-pelanggaran itu disebut pelanggaran-pelanggaran remaja.

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita lihat bahwa perilaku delinkuensi mencakup dua kategori yaitu pertama, ”index offenses” sebagai perilaku kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain dan kenakalan yang menimbulkan korban materi atau properti. Kedua, ”status offenses”, sebagai perilaku kenakalan yang tidak terlalu serius, yang merupakan pelanggaran-pelanggaran remaja seperti membolos, lari dari rumah, perkelahian, dan pelanggaran-pelanggaran lain melanggar status usia remaja.

2.2.3 Bentuk-bentuk Perilaku Delinkuensi

Bynum dan Thompson (1996), mengkategorikan bentuk-bentuk perilaku delinkuensi yang termasuk dalam status offenses meliputi running away,

(33)

truancy,ungovernable behaviour dan liquor law violations, sedangkan yang

termasuk dalam kategori index offenses, pembunuhan, pemerkosaan, perampokkan, penyerangan, mencuri, pencuri kendaraan bermotor, merampok dan pembakaran. Steinhart (1996), seorang pengacara ahli dalam sistem peradilan anak, menyatakan bahwa status offenses merupakan perilaku yang tidak legal bagi anak-anak, tetapi itu merupakan perilaku yang legal bagi orang dewasa.

Bentuk-bentuk status offenses yang umum yaitu, membolos (truancy), lari dari rumah (runningaway from home), menentang perintah dan aturan orang tua (incorrigibility:disobeying parents), melanggar jam malam bagi anak dan remaja (curfewviolations), dan mengkonsumsi alkohol (alcohol possession by minors).

Sementara itu, index offenses meliputi bentuk pelanggaran lebih serius, yang terdiri dari dua kategori yaitu pelanggaran kekerasan terhadap orang dan pelanggaran kekerasan terhadap barang/properti. Antara lain pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, penyerangan, perampokan, pencurian kendaraan bermotor, dan pembakaran.

United Stated Department of Justice’s Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention (OJJDP) mengindentifikasi index offenses dalam

empatkategori utama (dalam Hund, 1998), yaitu :

a. Pelanggaran kekerasan (violent offenses), yaitu perbuatan-perbuatan yang menimbulkan korban fisik, meliputi kekerasan fisik baik menyebabkan kematian ataupun tidak, pemerkosaan, menyerang, dan merampok dengan senjata.

(34)

b. Pelanggaran properti (property offenses), yaitu perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerusakan property milik orang lain, meliputi pengrusakan, pencurian, pembakaran.

c. Pelanggaran hukum negara (public offenses), yaitu segala perbuatan yang melanggar undang-undang Negara selain dari violent offenses dan property

offenses.

d. Penyalahgunaan obat-obatan dan minuman keras (drug and liquor

offenses), yaitu perbuatan yang melibatkan obat-obatan danminuman

keras, meliputi mengkonsumsi dan memperjualbelikanobat-obatan serta minuman keras.

United Stated Department of Justice’s Office of Juvenile Justice andDelinquency Prevention(OJJDP) mengindentifikasi status offenses dalam

empatkategori utama (dalam Hund, 1998), yaitu :

a. Lari dari rumah (runaway), termasuk pergi keluar rumah tanpa pamit. b. Membolos (truancy) dari sekolah tanpa alasan jelas dan berkeliaran di

tempat-tempatumum atau tempat bermain.

c. Melanggar aturan atau tata tertib sekolah dan aturan orang tua (ungovernability).

d. Mengkonsumsi alkohol (underage liquor violations)

e. Pelanggaran lainnya (miscellaneous category), meliputi pelanggaran jam malam, merokok, berkelahi dan lain-lain.

Sementara itu peneliti di Indonesia, Sunarwiyati (dalam Masngudin,2004), merumuskan bentuk-bentuk perilaku delinkuensi dalam tiga kategori. Pertama,

(35)

kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit. Kedua, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang miliki orang lain tanpa izin. Ketiga, kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, penganiayaan, penyiksaan, pembunuhan dan lain-lain. Bentuk-bentuk perilaku kenakalan yang lazim terjadi pada remaja antara lain : berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit, keluyuran, begadang di luar rumah hingga larut malam, membolos sekolah, buang sampah sembarangan, membaca buku porno, melihat gambar porno, menonton film porno, mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaanobat, berkelahi, hubungan seks diluar nikah, mencuri, mengompas, mengancam/menganiaya, berjudi/taruhan, sedangkan membunuh dan memperkosa termasuk dalam jumlah yang sangat sedikit pada remaja.

Jensen (dalam Sarwono, 2006), mengkategorikan bentuk-bentuk perilaku delikuensi menjadi empat kategori. Pertama, kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, antara lain perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. Kedua, kenakalan yang menimbulkan korban materi, antara lain perusakan, pencurian, pecopetan, pemerasan, dan lain-lain. Ketiga, kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, antara lain pelacuran, penyalahgunaan obat, merokok dan minuman keras. Keempat, kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status sebagai pelajar, dengan cara membolos dan melanggar peraturan sekolah, mengingkari status orang tua, dengan cara minggat dari rumah, melawan orang tua, memusuhi keluarga, dan sebagainya. Bagi remaja, perilaku-perilaku tersebut merupakan

(36)

suatu pelanggaran, memang belum melanggar hukum dalam arti sesungguhnya, karena merupakan pelanggaran dalam lingkungan keluarga dan sekolah.

Perilaku kenakalan remaja yang umum dilakukan antara lain, mulai dari bolos sekolah, keluyuran di tempat wisata, halte, terlibat tawuran, mabuk, pelanggaran lalu lintas, melakukan tindakan pemerasan, hamil di luar nikah, menjadi pekerja seks komersial hingga melakukan tindakan kriminal. Data remaja yang terlibat kenakalan dalam satu tahun mencapai angka 6.664 orang dengan presentase terbesar bolos sekolah/keluyuran di tempat wisata, bioskop, halte dan sebagainya sejumlah 3.485 orang (Syamsiah dan Wiyono, 2001).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi perilaku delinkuensi sebagai berikut : Pertama, index offenses meliputi kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain (violent offenses), antara lain perkelahian, penganiayaan, pengancaman dan perampokan; kenakalan yang menimbulkan korban materi (property crimes), antara lain perusakan, pencurian, dan pemerasan; kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain (drug/ liquor and public), antara lain pelacuran, penyalahgunaan dan memperjualbelikan obat/minuman keras dan berjudi/taruhan.

Kedua, statusoffenses yaitu kenakalan yang melawan status, antara lain mengingkari statussebagai pelajar dan mengingkari status orang tua, meliputi lari dari rumah(runaway), termasuk pergi keluar rumah tanpa pamit; membolos sekolah(truancy) dan keluyuran; melanggar aturan atau tata tertib sekolah dan aturanorang tua (ungovernability), seperti melawan orang tua, berbohong, pakaianseragam tidak lengkap, dan lain-lain; mengkonsumsi alkohol (underage

(37)

liquor violations); dan pelanggaran lainnya (miscellaneous category),

meliputipelanggaran jam malam, merokok, obat-obatan dan lain-lain.

2.2.4. Pengaruh Negatif yang Timbul di Sekolah

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik, misalnya pengisap ganja, cross boys dan cross girls yang memberikan kesan kebebasan tanpa kontrol dari semua pihak terutama pada lingkungan sekolah. Dalam sisi lain, anak-anak yang masuk sekolah ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak-anak dapat menjadi sumber konflik-konflik psikologis yang pada prinsipnya memudahkan anak menjadi delinkuen.

Pengaruh negatif yang menangani langsung proses pendidikan antara lain kesulitan ekonomi yang di alami pendidik dapat mengurangi perhatianya terhadap anak didik. Pendidik sering tidak masuk, akibatnya anak-anak didik terlantar, bahkan sering terjadi pendidik marah kepada muridnya. Biasanya guru marah apabila terjadi sesuatu yang menghalangi keinginanya tertentu. Dia akan marah, apabila kehormatanya direndahkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, atau sumber rejekinya dan sebangsanya dalam keadaan bahaya, sebagian atau seluruhnya atau lain dari itu.

(38)

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman/sanksi yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan,ancaman yang tidak ada putus-putusnya disertai disiplin terlalu ketat, disharmonis anatara peserta didik dan pendidik,kurangnya kesibukan belajar dirumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap peserta didik disekolah sehingga dapat menimbulkan kenakalan remaja (juvinile delinquency).

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku Delinkuensi

Perilaku delinkuensi merupakan perilaku yang mayoritas dilakukan oleh anak dan remaja di bawah usia 21 tahun. Banyak peneliti yang berusaha mengungkapkan faktor-faktor penyebab munculnya perilaku delinkuensi pada masa remaja. Salah satunya Bynum dan Thompson (1996) yang membahas latar belakang timbulnya perilaku delinkuensisi berdasarkan berbagai teori.

a. Teori differential association, teori yang dikemukakan oleh Sutherland ini melandaskan pada proses belajar. Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku delinkuensi adalah perilaku yang dipelajari secara negatif, berarti perilaku tersebut tidak diwarisi. Perilaku delinkuensi inidipelajari dalam interaksi dengan orang lain, khususnya orang-orang dari kelompok terdekat seperti orang tua, saudara kandung, sanak saudara atau masyarakat di sekitar tempat tinggal. Keluarga sebagai unit sosial yang

(39)

memberi pengaruh besar terhadap perkembangan anak,seperti interaksi negatif antar saudara kandung dapat menjadi dasar munculnya perilaku negatif pada anak.

b. Teori Anomie, teori ini diajukan oleh Robert Merton, yang berorientasi pada kelas, berbagai struktur sosial yang mungkin terdapat di masyarakat dalam realitasnya telah mendorong orang-orang cenderung berperilaku menyimpang dari norma-norma. Philip Graham (dalam Sarwono, 2006), membagi faktor-faktor penyebab perilaku delinkuensi lebih mendasarkan pada sudut kesehatan mental remaja,yaitu :

1) Faktor lingkungan, meliputi malnutrisi (kekurangan gizi), kemiskinan, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan lain-lain), migrasi (urbanisasi, pengungsian, dan lain-lain).

a. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain).

b. Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama,dan lain-lain).

c. Gangguan dalam pengasuhan, meliputi kematian orang tua, orang tua sakit atau cacat, hubungan antar anggota keluarga, antar saudara kandung, sanak saudara yang tidak harmonis serta pola asuh yang salah. Hubungan antar anggota yang tidak haarmonis dapat menghambat perkembangan individu, khususnya perkembangan mental dan perilakunya.

2) Faktor pribadi, seperti faktor bawaan yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan lain-lain), cacat tubuh, serta

(40)

ketidakmampuan menyesuaikan diri. Santrock (2003), berdasarkan teori perkembangan identitas Erikson mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku delinkuensi pada remaja:

a. Identitas negatif, Erikson yakin bahwa perilaku delinkuensi muncul karenaremaja gagal menemukan suatu identitas peran.

b. Kontrol diri rendah, beberapa anak dan remaja gagal memperoleh kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan.

c. Usia, munculnya tingkah laku antisosial di usia dini (anak-anak) berhubungan dengan perilaku delinkuensi yang lebih serius nantinya di masa remaja. Namun demikian, tidak semua anak bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku delinkuensi.

d. Jenis kelamin (laki-laki), anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku antisosial daripada anak perempuan. Keenan dan Shaw (dalam Gracia, et al., 2000), menyatakan anak laki-laki memiliki risiko yang lebih besar untuk munculnya perilaku (conduct) merusak. Namun, demikian perilaku pelanggaran seperti prostitusi dan lari dari rumah lebih banyakdilakukan oleh remaja perempuan.

e. Harapan dan nilai-nilai yang rendah terhadap pendidikan. Remaja menjadi pelaku kenakalan seringkali diikuti karena memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan dan juga nilai-nilai yang rendah di sekolah.

(41)

f. Pengaruh orang tua dan keluarga. Seseorang berperilaku nakal seringkaliberasal dari keluarga, di mana orang tua menerapkan pola disiplin secara tidak efektif, memberikan mereka sedikit dukungan, dan jarang mengawasi anak-anaknya sehingga terjadi hubungan yang kurang harmonis antar anggota keluarga, antara lain hubungan dengan saudara kandung dan sanak saudara. Hubungan yang buruk dengan saudara kandung di rumah akan cenderung menjadi pola dasar dalam menjalin hubungan sosial ketika berada di luar rumah.

g. Pengaruh teman sebaya. Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan.

h. Status ekonomi sosial. Penyerangan serius lebih sering dilakukan oleh anak-anak yang berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.

i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Tempat dimana individu tinggal dapat membentuk perilaku individu tersebut, masyarakat dan lingkungan yang membentuk kecenderungan kita untuk berperilaku ”baik”atau ”jahat”.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa salah satufaktor yang paling mempengaruhi terbentuknya perilaku delinkuensi, yaitu faktor keluarga, hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis, seperti hubunganantar saudara kandung yang buruk, akan memberikan kesempatan pada anakuntuk belajar dari pengalamannya

(42)

berinteraksi secara negatif dengan saudara kandungnya di rumah, yang kemudian akan menjadi dasar dalam berperilaku diluar rumah.

2.2.6 Indikator Perilaku Delinkuensi

Menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku delinkuensi merupakan suatu bentuk perbuatan anti sosial, melawan hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-norma agama serta perbuatan yang tergolong anti sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat,sekolah maupun keluarga, yang dilakukan oleh anak remaja usia 15-19 tahun di bawah usia 21 tahun, jika perbuatan itu dilakukan oleh orang dewasa maka dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan, akan tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus, yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa (anak dan remaja), Adapun kenakalan remaja ke dalam 4 kategori,yaitu:

1.(Kenakalan fisik) 2.(Kenakalan materi) 3.(Kenakalan sosial) 4.(Melanggar peraturan sekolah).

Jadi peneliti akan membatasi teori perilaku delinkuensi yaang mengacu ke arah pendidikan, kenakalan remaja yang mengarah ke pendidikan di sekolah.

United Stated Department of Justice’s Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention(OJJDP) mengindentifikasi status offenses dalam empat

kategori utama (dalam Hund, 1998), yaitu :

a. Lari dari rumah (runaway), termasuk pergi keluar rumah tanpa pamit. b. Membolos (truancy) dari sekolah tanpa alasan jelas dan berkeliaran di

(43)

c. Melanggar aturan atau tata tertib sekolah dan aturan orang tua (ungovernability).

d. Mengkonsumsi alkohol (underage liquor violations)

e. Pelanggaran lainnya (miscellaneous category), meliputi pelanggaran jam malam, merokok, berkelahi,mengompas dan lain-lain.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sesuai masalah dan tujuan yang dikemukakan maka rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Ex Post Facto. Penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian itu (Sugiyono, 2006). Penelitian ex post facto disebut demikian karena sesuai dengan arti ex post facto, yaitu “dari apa dikerjakan setelah kenyataan”. Maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian.Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel-variabel terikat dalam suatu kejadian.

(Arikunto,2006:309).Dalam penelitian ini penulis tujuannya yaitu ingin mengetahui tentang Hubungan Antara Perilaku Delinkuensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi

3.2 Variabel penelitian

Arikunto (2002:96) mendefenisikan variabel penelitian adalah suatu objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(45)

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas (independentvariable) adalah variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X).Dalam penelitian terdapat dua variabel bebas (X) yaitu variabel bebas (X1) dalam penelitian ini

adalah Perilaku Delinkuensi.Variabel bebas (X2) Motivasi belajar.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel tidak bebas,variabel tergantung,variabel terikat atau dependent variabel (Y). variabel terikat dalam penelitian ini adalah Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA PGRI 2 Kota Jambi.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 2 Kota Jambi semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berlokasi di Jl. Guru Muchtar No 05, Kecamatan Jelutung, Jambi.

3.4 Populasi dan Sampel penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI di SMA PGRI 2 Kota Jambi.

(46)

No Kelas Jumlah Siswa

1. XI IPS I 20

2. XI IPS II 20

Jumlah 40

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 2 Kota Jambi 3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi, dengan kata lain sampel harus representatif. Sedangkan sugiyono, (2006) menyebutkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang demiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel pada skripsi ini peneliti akan mengambil keseluruhan populasi yaitu sebanyak 40 siswa karena jumlahnya kurang dari 100.

3.5.Instrumen penelitian

Menurut arikunto (2002:126) instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih oleh peneliti untuk memudahkan pengumpulan data. Alat ini digunakan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Angket

Angket atau Quesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab dan digunakan untuk memperoleh informasi dari responden berdasarkan hal-hal yang ingin diketahuinya.Menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawabnya.

Dalam penelitian ini, untuk pemberian skor peneliti menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2008:93-94) “ variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

(47)

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan”. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban tersebut adalah:

1) Untuk jawaban selalu diberi skor 5 2) Untuk jawaban sering diberi skor 4

3) Untuk jawaban kadang-kadang diberi skor 3 4) Untuk jawaban jarang diberi skor 2

5) Untuk jawaban tidak pernah diberi skor 1

3.5.2 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan dan diperoleh melalui dokumen. Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-dokumen dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebarluaskan kepada pemakai informasi.

Untuk melengkapi dan memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi. Dokumentasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan data prestasi hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

3.6 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument penulis dilakukan sebelum angket diberikan kepada responden.Tujuan dari uji coba instrument adalah untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya, menghilangkan kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan, menambahkan atau mengurangi item. Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan.Uji coba instrument

(48)

dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya instrument ttersebut digunakan dalam pengambilan data penelitiian. Instrumen penelitian yang akan di uji cobakan adalah instrumen Perilaku delinkuensi (X1) dan Motivasi belajar (X2). Uji coba instrumen dilakukan pada siswa dari sekolah yang sama yaitu bagian dari siswa kelas XI IPS SMA PGRI 2 Kota Jambi.

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan.Validnya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur (Sugiyono, 2008:121). Untuk itu, uji validitas dilakukan dengan cara pembuatan kisi-kisi instrument berdasarkan indikator-indikator yang akan diukur.

Adapun teknik mengukur validitas pada penelitian ini mengunakan rumus korelasi

Pearson Product Moment berikut ini (Arikunto, 2002:72).

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan: rᵪᵧ : Koefesienkorelasi antara variabel x dan variabel y : Banyaknya sampel

∑ : Jumlah skor subjek pada item soal ∑ : Jumlah skor subjek

∑ : Jumlah hasil kali skor subjek pada item soal dan skor total subjek

2

X : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

2

(49)

Berdasarkan uji coba angket penelitian yang dianalisis menggunakan uji validitas

product moment, dari 27 butir soal angket perilaku delinkuensi sebanyak 5 butir

soal dinyatakan tidak valid, 25 butir soal angket motivasi belajar 3 butir soal dinyatakan tidak valid. Sesuai pada α 0,05 dengan n = 40. Adapun soal yang tidak valid dianggap gugur dan tidak digunakan lagi dalam angket penelitian selanjutnya. Dengan demikian, butir soal yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini sebanyak 22 butir soal untuk variable perilaku delinkuensi dan 22 butir soal untuk variabel motivasi belajar.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya dan yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk mengujinya digunakan teknik Belah Dua (Split-Half Technique).

Dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang relative sama (banyaknya soal sama), sehingga masing-masing test mempunyai dua macam skor, yaitu skor belahan pertama (awal / soal nomor ganjil) dan skor belahan kedua (akhir / soal nomor genap). Koefisien reliabilitas belahan tes dinotasikan dengan r1/2 1/2 dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu korelasi angka kasar Pearson.Selanjutnya koefisien reliabilitas keseluruhan tes dihitung menggunakan formula Spearman-Brown, yaitu:

(50)

Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai berikut:

 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi

 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi

 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang

 0,20< r11 0,40 reliabilitas rendah.

 -1,00 r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable).

Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan rumus (split half technique) teknik belah dua diperoleh koefisien reliabilitas untuk angket perilaku delinkuensi sebesar 1,982 motivasi belajar 1,989 pada α 0.05 dengan n = 40. Karena koefisien reliabilitas r hitung > α 0.05, maka angket tersebut dinyatakan reliabel dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui angket dan dokumentasi. Angket digunakan untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi dan motivasi belajar pada mata pelajaran ekonomi,serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan perilaku delinkuensi (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar (Y) pada mata pelajaran ekonomi yang di ambil dari nilai RAPORT semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3.7.1 Penyebaran Instrumen (Angket)

Setelah diketahui validitas dan realibilitas dari instrument penelitian yang dianggap cermat atau sudah mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka selanjutnya instrument takan disebarkan kepada responden.Penyebaran angket

Gambar

Tabel  1.1  Daftar  Perilaku  Menyimpang  Siswa  Tahun  ajaran  2013/2014
Tabel 1.2 Daftar Nilai Rata-rata Ujian Ekonomi Siswa Semester 2 T.A  2014/2015  NO  Kelas  Nilai Rata-Rata  Siswa  Standar Kompetensi Pelajaran Ekonomi  1  XI IPS 1  70,03  75  2  XI IPS 2  71,30  75
Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Perilaku Delinkuensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil histokimia pada jaringan daun P.crocatum menunjukkan bahwa trikoma biseluler dan sel idioblas epidermis mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid (Tabel 9),

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah

Diffusion bonding : Mono filament diperkuat AMCs terutama dihasilkan oleh ikatan difusi (foil-serat-foil) rute atau oleh penguapan lapisan yang relatif tebal dari

[r]

(1) Kecuali bilamana ada peraturan yang secara tegas telah menentukan bahwa biaya yang diperlukan untuk suatu Panitya Pemeriksaan tanah/rumah dibebankan kepada fihak yang akan

Diharapkan dari hasil penelitian ini para konseli dapat meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya berperilaku tidak baik (akhlak tercela/ akhlak madzmumah ), yaitu: ikut

Penulisan Ilmiah ini berisikan mengenai pembuatan website untuk rumah sakit mom yang bertujuan membantu rumah sakit tersebut dalam menyampaikan informasi mengenai fasilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa pada Telkomsel Selaku penyelenggara operator seluler kartu Simpati berdasarkan