• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TALKING CHIPS DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

Oleh:

Augus Wheniman Waruwu

Guru SMP Negeri Sirombu

Anugerah Tatema Harefa

Dosen Tetap YAPERTI Nias pada IKIP Gunungsitoli

Abstract

This research is a literature study. Examining more deeply about the application of the cooperative learning model of the talking chips type and adapting it to a predetermined theory. This research wants to find out "how is the talking chips type cooperative learning model and is it implemented in accordance with the real thing so that it can improve learning outcomes? This study aims to determine the study of the talking chips type cooperative learning model in the teaching and learning process and its effect on student learning outcomes. Through a more varied learning model it can improve student learning outcomes so that effective and excellent learning is achieved through the talking chips type cooperative learning model. So according to the formulation of the problem, it can be concluded that the study of the talking chips type cooperative learning model can improve student learning outcomes even though in its application it is carried out in various variations.

Keywords : Talking Chips, Learning Outcomes.

PENDAHULUAN

Pengembangan proses pembelajar-an ypembelajar-ang lebih efektif spembelajar-angat diharapkpembelajar-an datang dari seorang guru dengan kemampuan untuk mendesain pem-belajaran dengan tujuan untuk memberhasilkan siswa yang akan di didik karena jika seorang guru tidak mampu mendesain pembelajaran maka tuntutan kurikulum dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Proses pendidikan mewujudkan siswa agar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai bentuk perubahan tingkah laku hasil proses belajar. Siswa merupakan subjek dan juga sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran. semisalnya pada masyarakat yang memiliki identitas yang sama juga dijadikan sebagai pilar untuk

membedakan antara “kita” dan “mereka”.

Keterbatasan kemampuan guru

dalam menggunakan model

pembelajaran sangat mempengaruhi mutu pendidikan disekolah itu sendiri, terkadang model pembelajaran yang tidak sesuai mengakibatkan berkurangnya minat peserta didik dalam belajar. Ini tampak dengan siswa yang jenuh, bosan bahkan mengantuk pada saat guru sedang menjelaskan di depan kelas. Akan tetapi jika guru memiliki potensi dan mengetahui model pembelajaran yang sesuai untuk siswa seiring dengan materi pembahasan akan menciptakan suasana belajar yang menarik dan meningkatkan minat siswa dalam belajar.

Masalah yang paling mendasar pada umumnya kebanyakan siswa tidak

(2)

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam belajar, guru kebanyakan menggunakan cara mengajar yang masih konvensional, yang artinya pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, yang digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang menggunakan model konvensional adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Salah satu model pembelajaran yang dikenal adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips adalah dengan cara guru memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi siswa Lie (2002: 56). Pada model pembelajaran ini akan memudahkan siswa untuk lebih aktif dan juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan gagasan, ide, dalam topik pembahasan.

Meskipun penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking

chips di yakini dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, namun peneliti dalam hal ini perlu menggali, serta menemukan, apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips tersebut sudah dilakukan berdasarkan teori yang ada, sehingga melalui studi kepustakaan ini diharapkan reposisi peneliti yang menjawab bahwa penggunaan model pembelajaran tipe Talking Chips dapat digunakan sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Trianto (2009:21) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Selanjutnya menurut Wina Sanjaya (2010:242), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Kooperatif Tipe Talking Chips pertama kali di kembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan Talking Chips, masing-masing

anggota kelompok mendapat

kesempatan untuk memberikan saran mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Menurut Suprijono (2009:58) bahwa ada 5 unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu: 1. Saling ketergantungan positif

(positive interpendence), unsur ini

menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan.

2. Tanggung jawab individu (personal

responsibility), pertanggung jawaban

muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok, tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. 3. Interakasi promotif (fece to face

promotive interaction), unsur ini

penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif

(3)

4. Komunikasi antar anggota (interpersonal skill)

5. Pemrosesan kelompok (group

processing), pemrosesan

mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam tipe, dimana pada pelaksanaannya memiliki beberapa perbedaan. Pada tipe TalkingChips akan lebih memfokuskan pada keaktifan kreatifitas siswa.

Menurut Mel Silberman (2009:24) model pembelajaran Talking Chips adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Model Talking Chips sendiri menurut Masitoh dan Laksmi Dewi. (2009:244), terdapat lima langkah utama. Langkah tersebut adalah:

1. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing,

2. Setiap siswa dalam kelompok masing-masing mendapatkan dua atau tiga buah kancing,

3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat ide harus menyerahkan salah satu kancing-nya,

4. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka, 5. Jika semua kancing sudah habis,

sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Kagan (2000:1) kelebihan yang diperoleh model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips yaitu: 1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri dan cara memecahkan masalah

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan krestifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya

3. Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka namun tegas 4. Meningkatkan motivasi belajar

siswa

5. Membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran

6. Mendorong motivasi guru untuk menciptakan media pengajaran. Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe talking chips yaitu:

1. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi, seperti belajar kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai kurang kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, yang tidak terbiasa dengan belajar.

2. Selain itu dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips, kelompok yang merasa asing dan sulit untuk bekerja sama.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips adalah model pembelajaran yang menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena guru di tuntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang ada dikelas, oleh karena itu cukup sulit dilakukan terutama jika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.

(4)

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan melaluistudi kepustakaan. Menurut Arikunto (2006:32) “Studi pustaka dalam penelitian adalah metode pengumpulan data dengan mencari informasi lewat buku, majalah, koran, dan literatur lainnya yang bertujuan untuk membentuk sebuah landasan teori”.

Sumber Data

Sumber data adalah jurnal nasional yang terakreditasi, sinta dan portal garuda, buku-buku, sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.

Analisis Data

Penelitian kepustakaan ini menggunakan metode analisis teks yang artinya kegiatan dalam meneliti sebuah teks dengan cermat dan adanya suatu hasil yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Tulisan yang merupakan sumber data yang menjadi acuan dari analisis permasalahan penelitian ini adalah artikel yang ditulis oleh Lilik Suprapti berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Chips”. Di dipublikasikan di

jurnal (BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual Volume 1 Nomor 1, November 2016)

Tulisan kedua adalah artikel yang ditulis oleh Mulia Wahyuni, Rasmiwetti, Asmadi M Noer berjudul “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA 6 SMAN 9 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kelarutan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips” tulisan ini dipublikasikan di jurnal (JOM FKIP VOLUME 5 EDISI 2 JULI – DESEMBER 2018)

Tulisan ketiga adalah artikel yang ditulis oleh Yuliana Wati Dewi berjudul“PenerapanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking ChipsUntuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan HasilBelajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SiswaKelas X Di SMA

Saraswati Singaraja Tahun

Pelajaran2017/2018” tulisan ini dipublikasikan di jurnal (Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha Volume 10 No. 1 Tahun 2018)

Selanjutnya tulisan keempat adalah artikel yang ditulis oleh Rahma Putri, Elya Yasmi, Asmadi M Noer

berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Chips Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Di Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Pekanbaru” tulisan ini dipublikasikan di jurnal (JOM FKIP – UR VOLUME 6 EDISI 1 JANUARI- JUNI 2019).

Tulisan kelima adalah artikel yang ditulis oleh Achmad Basori Alawi

berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Chips Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di MTS. Yatabu Surabaya” tulisan ini dipublikasikan di jurnal (MAJU, Volume 6 No. 2, September 2019)

Berdasarkan hasil penelitian yang di kemukakan pada jurnal pertama diperoleh hasil bahwa model pembelajaran Talking Chips dapat digunakan dalam semua mata pelajaran. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi, mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain ataupun untuk saling mengevaluasi hafalan.

Talking Chips mempunyai dua proses

yang penting, yaitu; proses sosial dan proses dalam penguasaan materi.

Proses sosial berperan penting dalam Talking Chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka

(5)

di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya.

Jadi, dengan menggunakan langkah-langkah tipe Talking Chips yang telah diterapkan maka siswa sudah mulai menunjukkan sikap yang aktif bertanya tentang materi yang belum dipahami dan saling bertukar pendapat dengan menggunakan Talking Chips mengenai materi Globalisasi, sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan, tidak membosankan dan siswa lebih mudah menyerap informasi (materi) dari pembelajaran yang disampaikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang di kemukakan pada jurnal kedua diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik karena model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Chips dapat menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan sehingga menarik minat dan perhatian peserta didik untuk belajar. pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Jadi, dengan diterapkannya model pembelajan tipe Talking Chips dan proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan materi dalam pembelajaran, maka ketika guru menjelaskan materi pelajaran sudah banyak peserta didik yang memperhatikan, peserta didik sudah aktif berdiskusi kelompok karena terus dibimbing dan dipantau oleh guru, aktivitas mengajukan pertanyaan dan menyampaikan jawaban/pendapat sudah mulai merata, guru sudah menyebar pertanyaan dan melemparkan pertanyaan dari peserta didik untuk dijawab oleh peserta didik lainnya sehingga interaksi antar peserta didik lebih berjalan dengan baik, pengaturan waktu sudah lebih sesuai, hal ini dikarenakan guru sudah sangat baik dalam membimbing dan memberi arahan diskusi kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian yang di kemukakan pada jurnal ketiga

diperoleh hasil bahwa dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran Talking Chips

menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas dan hasilbelajar siswa dengan menggunakan sumber data primer yaitu data yang langsung didapatkan dari subjek penelitian, dalam hal ini berupa data aktivitas belajar dan data hasil belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Chips.

Untuk mendapatkan data aktivitas belajar dan data hasil belajar siswa yang lebih baik maka guru melakukan penentuan anggota kelompok secara acak oleh guru supaya mampu menciptakan situasi diskusi kelompok yang lebih baik, dimana setiap siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam kelompok tersebut dapat langsung membantu menjelaskan materi atau permasalahan yang belum dimengerti oleh anggota kelompok yang memiliki kemampuan kurang, sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang tidak menegangkan dan siswa mampu untuk memberikan pemahaman yang dimiliki dengan materi yang sedang dipelajari melalui serangkaian pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Jadi, dengan digunakannya sumber data melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Chips melalui pembagian kelompok

secara acak yang diterapkan oleh guru pada saat proses belajar mengajar maka pembelajaran lebih menyenangkan, tidak membosankan dan siswa lebih mudah mengerti materi dari pembelajaran yang disampaikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang di kemukakan pada jurnal keempat diperoleh hasil bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Chips dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik, pembelajaran kooperatif tersebut dapat melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok dan

(6)

bertanggung jawab terhadap hasil kerja kelompok, menekankan pada kesadaran akan keperluan untuk belajar mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang dimiliki kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Jadi, dengan diterapkannya model pembelajaran tipe Talking Chips dengan menggunakan teknik test untuk pengumpulan data hasil belajar siswa serta proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan materi dalam pembelajaran, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

talking chips bersifat menyenangkan

sehingga mampu membangkitkan semangat belajar peserta didik dan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Peserta didik juga aktif bertanya dan memberikan argumentnya masing-masing, Serta terlatih untuk aktif melakukan kegiatan belajar dan aktif dalam mengungkapkan suatu ide, sehingga tidak ada peserta didik yang mendominasi dan tidak ada peserta didik yang pasif.

Berdasarkan hasil penelitian yang di kemukakan pada jurnal kelima diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking

chips mengalami peningkatan. Hasil

belajar siswa dalam penelitian ini memperhatikan penilaian dalam ranah kognitif atau pengetahuan. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan cara tes hasil belajar siswa melalui posttest dan dengan cara mengamati langsung terhadap objek yang akan diteliti, untuk selanjutnya dianalisis. Selain itu juga untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik maka peneliti menggunakan langkah-langkah dalam pembelajaran.

Dengan demikian melalui penggunaan langkah-langkah Tipe

Talking Chips yang telah diterapkan

maka siswa sudah mulai menunjukkan sikap yang aktif serta mengajak peserta

didik belajar bersama untuk saling menyumbangkan pikiran dan juga bertanggung jawab atas pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok dan pembelajaran di kelas dapat lebih merata serta hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan pada jurnal pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima memiliki persamaan dengan yang peneliti gunakanyakni model pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Chipsmerupakan salah satu

alternatif model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa

Inggris yang berarti berbicara, sedangkan chips yang berarti kartu. Jadi arti talking chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan Talking Chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja.

Berdasarkan hasil dari kelima jurnal tersebut model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips telah diterapkan atau telah dilakukan dalam setiap pembelajaran melalui metode yang berbeda. Jurnal pertama, kedua, ketiga, dan kelima menggunakan metode yang sama yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan jurnal keempat menggunakan metode eksperimen dengan desain pretest dan posttest (Design Randomized Control Group

Pretest-Postest). Dalam menerapkan

model pembelajaran Talking Chips hanya sebagian dari jurnal yang menggunakan langkah-langkah pembelajaran Talking Chips yang sama, yaitu jurnal pertama dan jurnal kelima. Sedangkan pada jurnal kedua, ketiga,

(7)

dan keempat tidak menggunakan langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips tetapi pada jurnal kedua hanya menggunakan dua proses penting yaitu keterampilan sosial dan penguasaan materi, pada jurnal ketiga hanya menggunakan sumber data primer yaitu data yang langsung didapatkan dari subjek penelitian, dalam hal ini berupa data aktivitas belajar dan data hasil belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Chips melalui penentuan anggota kelompok secara acak oleh guru. Sedangkan pada jurnal keempat menggunakan dua proses penting yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan materi, sama seperti pada jurnal kedua.

Dari kelima jurnal tersebut memiliki alasan yang sama dalam menggunakan metode yaitu karena model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips memberikan kesempatan

yang sama pada setiap siswa/ kelompok untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Jadi menurut peneliti alasan yang diungkapkan pada setiap jurnal tersebut benar bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips akan memudahkan siswa

untuk menemukan gagasan, ide, saran pada topik pembahasan materi yang diajarkan serta dapat membangkitkan semangat dan minat peserta didik sehingga siswa tidak jenuh dan bosan tetapi merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.

Selanjutnyadari kelima jurnal tersebut adanya kontradiksi dari jurnal pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima dilihat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Chips bahwa setiap siswa bisa aktif

dalam mengungkapkan ide, gagasan, serta buah pikiran dari materi yang telah dipelajari serta bisa menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada setiap siswa sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran. Kemudian adanya kesamaan dalam penggunaan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Chips pada jurnal pertama dan kelima.

Jadi, dari kelima jurnal tersebut peneliti lebih terarah pada jurnal pertama karena lebih diuraikan setiap materi baik pengertian, metode, serta langkah-langkah, model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips.

Menurut peneliti melalui referensi-referensi dari kelima jurnal tersebut sudah tepat dan bisa digunakan sebagai bahan bagi peneliti untuk memperjelas teori yang peneliti gunakan. Kemudian dari jurnal pertama, kedua, ketiga, dan kelima belum mengungkapkan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips. Tetapi hanya jurnal keempat yang mengungkapkan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Chips yaitu kurangnya pengaturan waktu

atau diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi dalam proses pembelajaran.Jadi menurut peneliti, setuju dengan kelemahan yang diungkapkan pada jurnal keempat karena salah satu kelemahan dari model pembelajaran tersebut sama dengan yang peneliti gunakan, jadi menurut peneliti hal tersebut dapat diatasi dengan cara guru lebih memperhatikan dan mengingatkan kepada peserta didik mengenai alokasi waktu yang direncanakan.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang kajian model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dalam meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips sudah tepat dalam

(8)

yang ada dari kelima jurnal tersebut. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips sudah menciptakan situasi diskusi kelompok yang lebih baik, siswa mampu memberikan ide, gagasan serta aktif dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dimana setiap siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam kelompok tersebut dapat langsung membantu menjelaskan materi atau permasalahan yang belum dimengerti oleh anggota kelompok yang memiliki kemampuan kurang.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dapat menciptakan suasana belajar yang tidak menegangkan sehingga siswa mampu untuk memberikan pemahaman yang dimiliki dengan materi yang sedang dipelajari melalui serangkaian pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga tidak ada peserta didik yang pasif pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Jadi, hasil belajar dari beberapa jurnal tersebut dapat digunakan pada semua bentuk pembelajaran sebagai salah satu alternatif pendukung keaktifan siswa karena melalui model pembelajaran yang lebih bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercapai pembelajaran yang efektif dan sangat baik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Chips. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan agar Selama proses KBM (kegiatan belajar mengajar) berlangsung guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips sebagai salah satu model

pembelajaran yang dipilih dalam

pembelajaran karena model

pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai serta diharapkan supaya lebih memperhatikan kesiapan guru

dalam mengkondisikan siswa di kelas agar selama proses KBM (kegiatan belajar mengajar) dapat berlangsung dengan kondusif dan hasil penelitian ini kiranya dapat disebarluaskan untuk mendukung kualitas belajar siswa yang maksimal dan dimanfaatkan secara lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, 2006, Studi Pustaka, Jakarta, Bumi Aksara.

2. Cooper,Creswell. 2011. Kajian Pustaka dan Tujuannya. Jakarta, Pustaka Belajar.

3. Daryanto, 2012, Model

Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta, Gava Media

4. Degeng. 2010. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, Jakarta, Dirjen Dikti. 5. Djamarah. 2010. Desain

Pembelajaran. Yogyakarta, Insan Madani.

6. Handoko, Jamal. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips. Bandung, Alfabet.

7. Isjoni, H. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta, Pustaka Belajar.

8. Jhonson. 2000. Kelebihan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips. Jakarta, Balai pustaka.

9. Spencer, kagan. 1992. Kooperatif Tipe Talking Chips. Yogkarta, Kencana.

10. Waluyo. 2010. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta. Dirjen Dikti. 11. Widodo. 2009. Model – model

pembelajaran kooperatif. Jakarta. Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa bahwa penggunaan faktor produksi berpengaruh secara simultan terhadap produksi cabai besar petani

perhatian khusus dari Pemerintah Kota Semarang dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis

Hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan pada kemampuan responden dalam melakukan Hands-only CPR menggunakan metode Home Learning dan kemampuan responden melakukan Hands-only

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah metode deskriptif, penulis mengambarkan masalah-masalah yang terjadi dengan

Faktor internal melibatkan human sensory (lebih pada penciuman), pengujian dengan test merokok, analisis kimia, sedangkan faktor eksternal melalui( human vision )

Penelitian ini bertujuan untuk me- ngetahui perbedaanWHR pada mahasiswa obes dan tidak obes di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, mengetahui perbedaan

Dimana fungsi Smartwatch ini adalah menghitung jarak dan waktu yang ditempuh oleh pelari, dan kemudian disinkronkan ke Smartphone sehingga pelari dapat mengetahui jarak dan waktu

Hubungan Praktek Personal Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur The