• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENDAPATAN NELAYAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) TERHADAP LARANGAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PENDAPATAN NELAYAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) TERHADAP LARANGAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAMPAK PENDAPATAN NELAYAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) TERHADAP LARANGAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN

KABUPATEN LAMONGAN Suyoto dan M. Khoiron

Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan

ABSTRAK

Pro dan kontra penerapan PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia masih terus berlangsung. Seluruh masyarakat nelayan yang menjadikan perikanan sebagai sumber penghidupan merasakan beragam implikasi dengan terbitnya PERMEN-KP/2015 ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pendapatan Anak Buah Kapal (ABK) di Desa Kandangsemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang dilaksanakan pada bulan Juni 2016 menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Dengan pengambilan sampel (sampling) yang penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin. Masyarakat nelayan cantrang pada umumnya dalam 2 bulan dapat melaut sebanyak 3 kali trip, dalam satu trip selama 15 hari, kemudian 5 hari untuk pembongkaran ikan dan perbaikan kapal, jadi dalam kurun waktu 1 tahun dapat melaut sebanyak 17 kali trip, dari total pendapatan akan dipotong perbekalan dan sisanya baru akan di bagi dengan ABK dan pengusaha ( pemilik kapal/alat alat ). Berdasarkan hasil penelitian dari 30 sampel kapal, pendapatkan anak buah kapal (ABK) pendapatan pertahun sebelum PERMEN rata rata tertinggi ( 5.475.000 ) terendah ( 3.175.000 ). Sedangkan pendapatan anak buah kapal (ABK) sesudah PERMEN rata rata ( 2.675.000 ) terendah ( 1.733.000 ). Berdasarkan pendapatan ABK rata-rata diatas sudah memenuhi UMR Kabupaten Lamongan sebesar Rp. 1.573.000 mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun 2015 Tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2016.

Key words : Permen-KP/2015, Alat Tangkap Cantrang

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki lautan yang luas, hampir dua sepertiga dari keseluruhan luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan lautan. Letak geografis Indonesia yang terletak pada wilayah tropis dan terlewati garis khatulistiwa menyebabkan kaya akan biota laut . Oleh karena itu sebagian besar rakyat Indonesia bekerja sebagai nelayan untuk menghidupi keluarganya, salah satu alat tangkapnya adalah cantrang.

Kabupaten Lamongan, Jawa Timur,

memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kawasan industri maritim baru. Posisinya yang berada di sepanjang pantai utara (pantura) jawa, dengan panjang pantai mencapai 47 km dan kedalaman 12 meter menjadi keuntungan alamiah bagi daerah ini.

Selain itu, Lamongan memiliki keuntungan

geografis karena lokasinya yang tidak jauh dari kota Surabaya, ibukota Jawa Timur. Kedekatan dengan kota terbesar kedua setelah Jakarta itu memudahkan arus distribusi barang dan jasa dari Lamongan ke daerah lain di luar Jawa Timur, bahkan akses ke luar negeri pun cukup terbuka lebar.

Desa Kandangsemangkon merupakan desa yang letaknya berada di kawasan bibir pantai,

warga desa Kandangsemangkon mayoritas

pekerjaanya adalah sebagai nelayan, dengan menggunakan jaring cantrang. Sebagian besar dari jumlah kapal nelayan desa Kandangsemangkon adalah pengguna jaring cantrang, dari jumlah keseluruhan armada kapal laut yang ada di desa Kandangsemangkon ini sebanyak 159 kapal, yang 115 adalah pengguna jaring cantrang sedangkan yang 44 adalah pengguna alat tangkap pancing. Dari jumlah tersebut kita bisa menilai seberapa banyak jumlah pengguna jaring cantrang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dari jaring

cantrang.

Pada tahun 2015 terbit Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang, sehingga timbul permasalahan sosial dan ekonomi yang kontroversi dari masyarakat ada yang setuju juga ada yang tidak dengan adanya PERMEN KP

ini, tentunya sangat berpengaruh terhadap

pendapatan nelayan di desa Kandansemangkon kecamatan Paciran kabupaten Lamongan, yang

sebagian besar nelayan di desa tersebut

menggunakan alat tangkap cantrang, oleh karena itu perlu penelitian mengenai pendapatan di Desa Kandansemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, setelah adanya Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh adanya Peraturan Menteri

(2)

2 Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang,

terhadap pendapatan nelayan di Desa

Kandansemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan. Sejak diberlakukannya Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015, menimbulkan dampak positif dan negatif, meski begitu pemerintah tetap memberlakukannya dengan alasan penggunaan jaring cantrang mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan, sedangkan bagi pengguna jaring cantrang Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015, mengakibatkan menurunnya pendapatan anak buah kapal (ABK).

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui pendapatan nelayan di Desa Kandansemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, sebelum dan sesudah adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang.

MATERI DAN METODE PENELITIAN Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kuantitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002: 3) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kuantitatif karena merupakan penelitian yang menggunakan perhitungan. Moleong (2002: 3)

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Arikunto (2010:175)

Pengkajian terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan untuk menemukan generalisasi atas populasi atau karakteristik populasi (parameter), sehingga dapat dilakukan penyimpulan (inferensi) tentang universe. Oleh karena itu, penarikan sampel jangan sampai bias dan harus menggambarkan seluruh unsur dalam populasi secara proporsional.

Penentuan Jumlah Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Penentuan jumlah sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

dimana

n: jumlah sampel N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas

toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan

persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan( Jalair 2014). Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pelaku kegiatan, diamati dan dicatat untuk pertama kali (Marzuki,1986). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi. Dalam hal ini data yang terhimpun adalah cara produksi usaha pengolahan rajungan di desa paciran.

Dalam pengumpulan data peneliti

menggunakan metode pengumpulan data primer sebagai berikut;

(3)

3 1. Observasi (Pengamatan)

Menurut Marzuki, (1986). Observasi adalah

melakukan pengamatan secara sistematis

terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. 2. Interview (Wawancara)

Interview adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan, 3. Kuesioner

Suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama .

4. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002) dokumentasi adalah menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku – buku, majalah, dokumen, peraturan – peraturan, notulen rapat, catatan harian. Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai proses wawancara,

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang luar penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data yang asli (Surakhman, 1994). Data ini dapat diperoleh dari beberapa data, seperti arsip adminstrasi dari lokasi penelitian. Analisis Data

Analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian, termasuk macam-macam variabel dan alat analisis yang releven. Menurut Sugiono (2009) “variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Analisis Pendapatan

Untuk menganalisis tingkat pendapatan

nelayan jaring cantrang di Desa

Kandangsemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan, akan digunakan analisis usaha

pendapatan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan oleh nelayan jaring cantrang, selain itu juga untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh nelayan. Parameter yang digunakan mengacu pada Tim Penulis PS (2008) adalah :

π = TR – TC dimana :

π = Pendapatan Usaha Nelayan

TR = Total Penerimaan Usaha Nelayan TC = Total Pengeluaran Biaya Usaha Nelayan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Kandangsemangkon memiliki luas wilayah kurang lebih 457,9 Ha. dan bisa dibagi menjadi tiga karakteristik wilayah daratnya yaitu: tegal/ladang 287 Ha, pemukiman 140 Ha dan lainnya 59 Ha yang terdiri atas lapangan umum, pasar, kuburan, tambak dan fasilitas lainnya. Batas wilayah administrasi Desa Kandangsemangkon kecamatan Paciran yaitu:

sebelah utara : berbatasan dengan laut jawa. sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Dadapan Kecamatan Solokuro.

sebelah barat : berbatasan dengan Kelurahan

Blimbing Kecamatan Paciran.

sebelah timur : berbatasan dengan Desa Paciran

Kecamatan Paciran.

Desa Kandangsemangkon terdiri dari 2 Dusun Kandang dan Dsun Dengok dengan 2 kepala Dusun, 13 Rukun Warga dan 31 Rukun Tetangga. Sedang kondisi topografi Desa Kandangsemangkon Kecamatan Paciran adalah datar dan termasuk agak rendah dibanding dengan dusun lain, dengan kondisi wilayah desa di sebelah utara berbatasan dengan laut jawa.

Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa awal Januari 2014 jumlah penduduk Desa Kandangsemangkon adalah terdiri dari 1627 Kepala Keluarga, dengan jumlah total 7875 jiwa, dengan rincian 3985 laki-laki dan 3890 perempuan2. Jarak tempuh Desa Kandangsemangkon ke Kecamatan adalah 5 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit. Sedangkan jarak tempuh ke Kabupaten adalah 45 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 60 menit.

Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Faktor pendapatan masyarakat nelayan dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor alam, seperti musim barat dan musim ikan,

mahalnya bahan perbekalan juga dapat

menyebabkan pengaruh pendapatan nelayan. 1. Musim Barat

Musim yang terjadi diantara bulan

(4)

4 kurang mendukung anginya kencang disertai hujan yang deras, hal ini sangat merugikan bagi para nelayan, karena dapat menghambat keberangkatan para nelayan.

2. Musim Ikan

Musim ikan yang terjadi di bulan Maret sampai bulan November. Maret sampai bulan April ini biasanya disibut nelayan musim ikan golok (swangi), Mei dan Juni biasanya disebut nelayan dengan sebutan musim kerek atau jumlah ikan mengalami penurunan. Bulan Juli sampai Bulan September biasanya disebut masyarakat dengan sebutan musim ikan kecil, bulan Oktober sampai November jenis ikan yang bervareasi.

3. Harga Bahan Perbekalan

Dalam sekali trip membutuhkan biaya yang cukup besar untuk perbekalan dan perawatan alat-alat, semua kebutuhan nelayan ini hutang kepada agen toko dan sistem pembayaranya setelah datang dari operasi penangkapan. Seperti solar, es balok, air bersih, air minum, bahan makanan, rokok, gas lpg, alat alat perbaikan kapal, biaya bongkar ikan dan lain lain.

4. Harga Dolar

Harga dolar ini sangat berpengaruh terhadap harga penjualan ikan, sebab ikan hasil tangkapan di pantura Lamongan sebagian besar di ekspor. Pada dasarnya dapat di katakan kalau dolar naik makaa harga ikan juga akan ikut naik karna hasil

tangkapan ini di exspor keluar negri. 5. Pendapatan Masyarakat Nelayan Cantrang

Masyarakat nelayan cantrang pada

umumnya dalam 2 bulan dapat melaut sebanyak 3 kali trip, dalam satu trip selama 15 hari, kemudian 5 hari untuk pembongkaran ikan dan perbaikan kapal, jadi dalam kurun waktu 1 tahun dapat melaut sebanyak 17 kali trip, dari total pendapatan akan dipotong perbekalan dan sisanya baru akan di bagi dengan ABK dan pengusaha ( pemilik kapal/alat alat ). Berdasarkan hasil penelitian dari 30 sampel kapal, pendapatkan anak buah kapal (ABK) pendapatan pertahun sebelum PERMEN KP rata rata tertinggi ( 5.475.000 ) tertinggi ( 3.175.000 ). Sedangkan pendapatan anak buah kapal (ABK)

sesudah PERMEN KP rata rata tertinggi

(2.441.666) terendah (1.575.000). Pembahasan

Pada tahun 2015 terbit Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang, sehingga timbul permasalahan sosial dan ekonomi

yang kontroversi dari masyarakat ada yang setuju juga ada yang tidak dengan adanya Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015

ini, tentunya sangat berpengaruh terhadap

pendapatan nelayan di desa Kandansemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, nelayan banyak yang merasa keberatan karena kurang sependapat dengan adanya permen tersebut sebab dapat menghambat pendapatan para nelayan.

Penetapan UMR didasarkan Permenaker No. 1 Tahun 1999 tentang Upah Minimum, dibagi menjadi 2 yaitu UMR tingkat I yang berada di Propinsi dan UMR tingkat II di Kota/ Kabupaten. Dengan adanya Kepmenakertrans No. 226 Th 2000, UMR tingkat I dirubah namanya menjadi Upah Minimum Propinsi (UMP); dan UMR tingkat II menjadi Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK). Yangmana Upah Minimun itu merupakan standar minimal pengupahan oleh pengusaha kepada seluruh karyawannya berdasar pada ketetapan di suatu daerah tertentu. Dan di daerah Kabupaten Lamongan UMR tingkat II atau UMK sebesar Rp. 1.573.000 berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 68 Tahun 2015 Tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2016.

Berdasarkan tabel di atas dan keterangan mengenai UMR, pendapatan Anak Buah Kapal (ABK) masih memenuhi Upah Minimum Regional

(UMR) Kabupaten Lamongan. Dilihat dari

pendapatan sebelum Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015, rata-rata pendapatan tertinggi 5.475.000 dan pendapatan terendah 3.175.000. Sedangkan Sesudah Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 rata rata pendapatan tertinggi 2.441.666 dan pendapatan terendah 1.575.000.

Pendapatan ABK menurun di sebabkan nelayan ketakutan melaut karna PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 nelayan tidak berani melaut, sehingga dalam jumlah trib sebelum PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 biasanya 17 trib sedangkan sesudah PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 jumlah tribnya berkurang menjadi 15 trib. Pendapatan ABK setelah berlakunya PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 sudah memenuhi UMR Kabupaten Lamongan, tetapi kesejahtraan ABK mengalami penurunan sebab turunnya pendapatan sesudah adanya PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015, namun mengurangi dampak negatif secara ekologis yang

(5)

5 pemulihan terhadap habitat dan juga stok sumber daya ikan.

Tanggapan Masyarakat Nelayan Cantrang Menurut Bapak Agus Mulyono (ketua HNSI

Lamongan) menerangkan bahwa Di Desa

Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran,

Kabupaten Lamongan terdapat 159 usaha

penangkapan ikan yang terdiri dari 44, usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing tangan/ ulur dan 115 usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang, mayoritas warga Desa Kandangsemangkon bekerja sebagai nelayan

yang menggunakan jaring cantrang, untuk

memenuhi kebutuhan hidup, sejak diberlakukannya PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015, menimbulkan pro dan kontra dikalangan nelayan.

Berdasarkan diagram di atas kebanyakan masyarakat menolak, sebab dianggap para nelayan Desa Kandangsemangkon PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 ini sangat merugikan warga. Salah satu

daerah yang nelayannya menolak larangan

penggunaan jaring cantrang dan pukat tarik berkapal adalah Desa Kandangsemangkon, dimana jumlah kapal ikan dengan alat tangkap yang dilarang sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan PerikananNo.2/Permen-KP/2015 sebanyak 159 unit kapal cantrang di desa kandangsemangkon.

Sejumlah nelayan terpaksa kembali melaut meski ada larangan menggunakan alat tangkap cantrang dari pemerintah. Nelayan beralasan sudah tak sanggup lagi menanggung biaya hidup. “Mau tidak mau kami harus melaut untuk menutup keperluan sehari-hari,” kata nakhoda kapal cantrang

bapak Mustamir, 30 tahun, di Desa

Kandangsemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Kamis, 23 Juni 2016. Warga desa Kandangsemangkon meminta agar dicabut PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 tentang pelarangan pengoprasian alat tangkap cantrang.

Supaya warga tetap diprbolehkan melaut

menggunakan alat tangkap cantrang, alat tangkap berjenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan demersal. Ikan demersal adalah ikan yang hidup di dasar laut (zona demersal). Jenis ikan yang masuk klasifikasi kelompok demarsal .

Masyarakat menginginkan pencabutan

PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 tentang

pelarangan jaring cantrang dengan berbagai alasan yang di rangkum dalam diaggram di bawah ini :

Berdasarkan diagram di atas, masyarakat Desa Kandangsemangkon masih memerlukan alat

tangkap cantrang untuk memenuhi kebutuhan

perekonomian masyarakat Desa

Kandangsemangkon. Mayoritas nelayan

berpendapat PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 sangat merugikan. Salahsatunya Bapak Sutaman yang berpendapat bahwa PERMEN-KP No. 2 Tahun 2015 tentang pelarangan alat tangkap cantrang, sangat merugikan menurut beliau, sejak melaut dari usia 16 tahun alat tangkap cantrang ini tidak merusak terumbu karang.

KESIMPULAN

Pengaruh adanya Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang, terhadap pendapatan nelayan di Desa Kandansemangkon

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

Pendapatan nelayan menjadi menurun yang pendapatan tertinggi 49 %, sedangkan pendapatan

terendah 54 % dan tingkat pengangguran

bertambah, meski begitu pendapatan nelayan masih memenuhi UMR Kabupaten Lamongan sebesar Rp. 1.537.000.

Pemberlakuan Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tidak hanya memberikan dampak kepada nelayan saja, juga memberikan dampak kepada lingkungan terutama

terhadap biota laut, sejak diberlakukannya

Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 mengurangi dampak negatif secara ekologis yang awalnya menyebabkan kerusakan menjadi pemulihan terhadap habitat dan juga stok sumber daya ikan.

Diberlakukannya Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 memberikan dampak positif dan negatif, namun dapat diambil manfaat karenanya nelayan pengguna cantrang agar

bijak menggunakan jaring cantrang dengan

memperhatikan habitat sumber daya ikan agar stok ikan tidak berkurang dan dapat bermanfaat bagi para nelayan.

Dapat diketahui pendapatan nelayan di Desa Kandansemangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, sebelum dan sesudah adanya Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 2 tahun 2015 tentang larangan pengoperasian alat tangkap cantrang yang mengalami perubahan, yakni penurunan penghasilan yang cukup signifikan.

(6)

6 DAFTAR PUSTAKA

Farid, 1999. Manajemen Produksi Penangkapan

Ikan cantrang. Fakultas Pertanian.

Universitas Haluoleo Kendari. Kendari. Gama, M, 2002. Metode Penangkapan Ikan. Hang

Tuah University Press. Surabaya.

Gama, M, 1991. Metode Penangkapan Ikan I. Balai Keterampilan Penangkapan Ikan (BKPI). Banyuwangi.

Sadhori, N, 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa. Bandung. 117 hal.

Yulvera Y, 2006. Analisa Produksi Unit

Penangkapan Mini cantrang di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Pelabuhan Tegal Jawa Tengah.

Surakhman, 1994. Data sekunder dari laporan-laporan, pustaka dan arsip daerah atau lokasi Praktek Kerja Lapang.

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/ar ticle/viewFile/3287/894. Diakses tanggal 29 April 2016 pukul 22.52 WIB.

http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/Respo n-FPIK-UB-PERMEN-KP-No-2-Tahun-2015.pdf. Diakses tanggal 28 April 2016 pukul 10.00 WIB.

Tim Penulis PS, 2008. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pemberian air rebusan kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) yang diinduksi asam klorida (HCl) 0,6 N memberikan

1 Banyak studi yang dilakukan pada tikus untuk mengevaluasi respon mukosa terhadap infeksi nematoda intestinal, dimana terdapat mekanisme yang berbeda dalam

pada produk rotan dan tidak memiliki bau menyengat ialah cat Biovarnish. Yang kedelapan dalam hal kemudahan perbaikan, pemilik UKM Rotan Kelompok Pahari

Menurut Anisah ketua Bidang Pangan Dinas Pertanian (2017) mengungkapkan bahwa sosialisasi yang dilakukan secara langsung berupa forum belum menggunakan media cetak

Secara teoritis implikasi dari hasil penelitian ini mendukung pendapat Slameto (2010) yang menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu

Pertanyaan yang sering muncul dalam proses pembelajaran adalah apakah siswa telah belajar apa yang seharusnya mereka pelajari. Langkah pertama untuk menjawab

Ditinjau dari fungsinya, Taman Rekreasi Dunia Fantasi (Dufan) membutuhkan tatanan sirkulasi ruang luar, pengolahan sirkulasi ruang luar, keberadaan fasilitas khusus,

Tabel 5.12 Distribusi skor, frekuensi dan persentase komponen dimensi empati pelayanan perawatan luka home care di Kota