• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan berat pada perlakuan A (18G;6T)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan berat pada perlakuan A (18G;6T)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Berat

4.1.1 Pertumbuhan Berat Mutlak

Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan berat pada perlakuan A (18G;6T)

mencapai rata-rata 0,893 gram/ekor, perlakuan B (12G;12T) mencapai rata-rata

0,648 gram/ekor, perlakuan C (6G;18T) mencapai rata-rata 0,471 gram/ekor,

perlakuan D (0G;24T) mencapai rata-rata 0,404 gram/ekor, dan perlakuan E

(24G;0T) mencapai rata-rata 1,371 gram/ekor.

Hasil uji ANOVA terhadap pertumbuhan berat ikan menunjukan bahwa

fotoperiode berpengaruh terhadap pertumbuhan berat benih lele dumbo. Semakin

lama periode gelap maka pertumbuhan semakin tinggi. Ikan nokturnal seperti

ikan lele akan bergerak cendrung menjauhi sumber cahaya dan aktif bergerak

mencari makan pada saat kondisi lingkungan gelap (Sudirman, 2004). Pada saat

kondisi gelap tingkat keaktifan ikan dalam mencari makan menjadi lebih tinggi,

dan asupan pakan meningkat. Meningkatnya asupan pakan memicu peningkatan

pertumbuhan berat, semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka pertumbuhan

semakin tinggi. Diketahui pertumbuhan berat tertinggi dengan masa

pemeliharaan selama 30 hari terjadi pada ikan yang dipelihara pada perlakuan E

(24G;0T).Pertumbuhan berat ikan pada perlakuan E mencapai rata-rata 1,371

(2)

pertumbuhan rata-rata berat ikan 0,404 gram/ekor. Berdasarkan hasil uji BNT,

perlakuan A (18G;6T) tidak berbeda nyata dengan berlakuan B (12G;12T), tetapi

berbeda nyata dengan perlakuan C (6G;18T), D (0G;24T) dan E (24G;0T).

Perlakuan C (6G;18T) tidak berbeda nyata terhadap perlakaun D (0G;24T), tetapi

berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T), B (12G;12T) dan E (24G;0T).

Perlakuan E (24G;0T) berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T), B

(12G;12T) , C (6G;18T), dan D (0G;24T). Kurva pertumbuhan berat dapat dilihat

pada Gambar 3 dan hasil uji BNT dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada histogram menunjukkan beda nyata

Gambar 3. Pertumbuhan berat mutlak

a

a

b

b

c

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 18G;6T 12G;12T 6G;18T 0G;24T 24G;0T B e rat Ikan ( gr am )

(3)

4.1.2 Pertumbuhan Berat Harian

Berat benih lele dumbo mengalami peningkatan setiap harinya, pertumbuhan berat

harian pada perlakuan A(18G;6T) mencapai rata-rata 0,030 gram/hari, perlakuan

B (12G;12T) mencapai rata-rata 0,022 gram/hari, perlakuan C (6G;18T), D

(0G;24T) mencapai rata-rata 0,014 gram/hari dan perlakuan E (24G;0T) mencapai

rata-rata 0,46 gram/hari.

Pertumbuhan berat harian tertinggi pada perlakuan E, yaitu mencapai rata-rata

0,046 gram/harinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan Piaia dkk (1999) bahwa silver catfish yang merupakan salah satu ikan

yang memiliki sifat nokturnal tumbuh lebih cepat pada foto periode 0 jam terang

24 jam gelap. Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan A(18G;6T) berbeda

nyata terhadap perlakuan B (12G;12T), C (6G;18T), D (0G;24T) dan E (24G;0T).

Perlakuan B (12G;12T) tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (6G;18T) tetapi

berbeda nyata terhadap perlakauan A ( 18G;6T), D (0G;24T) dan E (24G;0T).

Perlakuan C (6G;18T) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B (12G;12T) dan D

(0G;24T) tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T) dan E (24G;0T).

Perlakuan D (0G;24T) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C (6G;18T) tetapi

berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T), B (12G;12T), D (0G;24T) dan E

(24G;0T). Perlakuan E (24G;0T) berbeda nyata terhadap perlakuan A(18G;6T), B

(12G;12T), C (6G;18T) dan D (0G;24T). Kurva pertumbuhan berat harian dapat

(4)

Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada histogram menunjukkan beda nyata

Gambar 4. Pertumbuhan berat harian ikan

4.2 Pertumbuhan Panjang

4.2.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang pada perlakuan A (18G;6T)

mencapai rata-rata 3,195 cm/ekor, perlakuan B (12G;12T) mencapai rata-rata

2,407 cm/ekor, perlakuan C (6G;18T) mencapai rata-rata 0,940 cm/ekor,

perlakuan D (0G;24T) mencapai rata-rata 0,829 cm/ekor, dan perlakuan E

(24G;0T) mencapai rata-rata 4,518 cm/ekor. Hasil uji ANOVA menunjukan

bahwa fotoperiode berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang benih lele dumbo.

Semakin lama waktu gelap maka pertumbuhan panjang semakin tinggi. Pada saat

kondisi lingkungan gelap, ikan lebih aktif bergerak dan mencari makan. Hal

tersebut dikarenakan ikan lele memiliki sifat nokturnal (Khairuman, 2010).

Semakin lama waktu gelap maka semakin lama ikan aktif mencari makan,

a

b

b-c

c

d

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 18G;6T 12G;12T 6G;18T 0G;24T 24G;0T B e rat ikan ( gr am )

(5)

sehingga asupan pakan menjadi lebih banyak. Peningkatan asupan pakan akan

memicu meningkatnya pertumbuhan panjang ikan. Hasil penelitian menunjukkan

pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terjadi pada perlakuan E (24G;0T)

mencapai rata-rata 4,518 cm pada masa pemeliharaan 30 hari. Sedangkan

pertumbuhan panjang terendah terjadi pada perlakuan D (0G;24T) dengan nilai

rata-rata pertumbuhan panjang mencapai 0,829 cm. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan Piaia dkk. (1999), bahwa fotoperiode yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan Patin (Pangasius sp).

Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakun A (18G;6T) berbeda nyata terhadap

perlakuan B (12G;12T), C (6G;18T), D (0G;24T), dan E (24G;0T). Perlakuan B

(12G;12T) berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T), C (6G;18T), D

(0G;24T), dan E (24G;0T). Perlakuan C (6G;18T) tidak berbeda nyata terhadap

perlakaun D (0G;24T) tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T), B

(12G;12T), dan E (24G;0T). Perlakuan E (24G;0T) berbeda nyata terhadap

perlakuan A (18G;6T), B (12G;12T), C (6G;18T), dan D (0G;24T). Kurva

pertumbuhan panjang mutlak dapat dilihat pada Gambar 5 dan hasil uji BNT

(6)

Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada histogram menunjukkan beda nyata

Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak

4.2.2 Pertumbuhan Panjang Harian

Hasil pengukuran menunjukan bahwa pertumbuhan panjang harian pada

perlakuan A(18G;6T) mencapai 0,106 cm/hari, perlakuan B (12G;12T) mencapai

rata-rata 0,083 cm/hari, perlakuan C (6G;18T) mencapai rata-rata 0,032 cm/ekor,

D (0G;24T) mencapai rata-rata 0,028 cm/hari, dan perlakuan E (24G;0T)

mencapai rata-rata 0,140 cm/hari.

Pertumbuhan panjang harian tertinggi terjadi pada perlakuan E (24G;0T) dengan

rata-rata pertumbuhan panjang harian mencapai 0,140 cm/hari dan pertumbuhan

panjang harian terendah terjadi pada perlakuan D (0G;24T) dengan rata-rata

pertumbuhan panjang harian mencapai 0,028 cm/hari. Hasil uji BNT menunjukan

bahwa perlakuan A (18G;6T) dan B (12G;12T) tidak berbeda nyata, tetapi kedua

perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan C (6G;18T), D (0G;24T),

dan E (24G;0T). Perlakaun C (6G;18T) dan D (0G;24T) tidak berbeda nyata,

a

b

c

c

d

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 18G;6T 12G;12T 6G;18T 0G;24T 24G;0T Pan jan g ikan ( cm )

(7)

tetapi kedua perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T), B

(12G;12T) dan E (24G;0T). Sedangkan perlakuan E (24G;0T) berbeda nyata

terhadap perlakuan A (18G;6T), B (12G;12T), C (6G;18T), dan D (0G;24T).

Kurva pertumbuhan panjang harian dapat dilihat pada Gambar 6 dan hasil uji

BNT dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada histogram menunjukkan beda nyata

Gambar 6. Pertumbuhan panjang harian

4.3 Kandungan Amoniak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan amoniak tertinggi terjadi pada

perlakuan E, mencapai 20,600 ppm. Sedangkan kandungan amoniak yang paling

rendah pada perlakuan C hanya 6,100 ppm. Pada perlakuan E, waktu gelap lebih

lama (24 jam gelap), sehingga periode aktif ikan lebih lama. Hal tersebut

mempengaruhi tingkat keaktifan ikan dalam mencari makan. Dengan demikian

a

a

b

b

c

0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0,120 0,140 0,160 18G;6T 12G;12T 6G;18T 0G;24T 24G;0T Pan jan g ikan ( cm )

(8)

jumlah pakan yang dikonsumsi juga lebih banyak. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan Sudirman (2004) bahwa ikan yang memiliki sifat fototaxis

negative (ikan-ikan nokturnal) seperti seperti halnya ikan lele dumbo akan aktif bergerak mencari makan pada saat kondisi lingkungan gelap. Semakin lama ikan

mencari maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi. Pakan yang dikonsumsi

sebagian dicerna oleh tubuh dan yang tidak tercerna akan diekskresi lewat feses

dan urin (Ridwan, 2002). Semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka jumlah

feses dan urin yang dihasilkan semakin banyak. Diduga hal inilah yang

menyebabkan kandungan amoniak yang menjadi tinggi pada perlakuan E

(24G;0T). Kurva kandungan amoniak dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kandungan amoniak selama masa pemeliharaan ikan

4.4 Suhu, pH dan DO

Suhu berkisar 25-28 °C, pH berkisar 5-8, dan DO berkisar 3-6 ppm. Kondisi suhu,

(9)

minimum untuk lele dumbo adalah 20 °C dan suhu maksimum adalah 30 °C.

Kandungan oksigen minimum 3 ppm. Tingkat keasaman (pH) 4,5-8. Kurva suhu,

pH, dan DO dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.5 Populasi ikan

Populasi ikan semakin menurun dari hari ke hari. Hal tesebut dikarenakan

terjadinya kematian. Faktor penyebab kematian antara lain proses kanibalisme,

ataupun diakibatkan keracunan NH4 yang diakibatkan kandungan amoniak yang

cukup tinggi. Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya

bagi ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi

meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, batas ambang aman nitrit

adalah < 2 ppm (Darmawan dan Sutikno, 2010). Kurva populasi ikan ditunjukkan

pada Gambar 8.

Gambar 8. Populasi ikan

0 5 10 15 20 25 30

hari ke 10 hari ke 20 hari ke 30

Perlakuan A (18G;6T) Perlakuan B (12G;12T) Perlakuan C (6G;18T) Perlakuan D (0G;24T) Perlakuan E (24G;0T)

(10)

4.6 Survival Rate (SR)

Hasil penelitian menunjukan SR paling rendah terjadi pada perlakuan E (24G;0T).

Hal tersebut dikarenakan terjadi kematian yang cukup tinggi yang diakibatkan

oleh tingginya kandungan amoniak pada perlakuan E (24G;0T) yang mencapai

20,600 ppm. Kurva SR dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Survival Rate (SR)

4.7 Food Conversion Ratio (FCR)

Hasil penelitian menunjukan bahwa FCR terendah adalah perlakuan E (24G;0T)

dengan nilai 1,539. Sedangkan FCR tertinggi adalah perlakuan D dengan nilai

FCR 3,137. Semakin rendah nilai FCR maka semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan (Effendie, 1979). Keadaan

lingkungan, kualitas, kuantitas, dan kondisi ikan mempengaruhi pertumbuhan

0 10 20 30 40 50 60 70 A(18G;6T) B(12G;12T) C(6G;18T) D(0G;24T) E(24G;0T) SR ( % )

(11)

ikan, dan memiliki kaitan dengan tinggi rendahnya konversi pakan yang

dihasilkan (Madinawati, 2011). Semakin kecil nilai FCR berarti efisiensi pakan

semakin baik. Pada perlakuan E (24G;0T) ikan lebih lama aktif dalam mencari

makan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Al Jerian dan Younis (1998)

bahwa cahaya tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan, melainkan

bertindak sebagai rangsangan endogen nafsu makan yang dampaknya akan

mempengaruhi pertumbuhan. Ikan lele dumbo memiliki sifat nokturnal, ikan akan

cenderung lebih aktif mencari makan pada saat kondisi minim cahaya (gelap).

Semakin lama waktu gelap, semakin semakin lama juga ikan aktif dalam mencari

makan. Periode aktif ikan yang lebih lama mengakibatkan jumlah pakan yang

dimakan lebih banyak, sehingga pakan yang tersisa lebih sedikit. Hasil uji BNT

menunjukan bahwa perlakuan A (18G;6T) berbeda nyata terhadap perlakuan B

(12G;12T), C (6G;18T), D (0G;24T) dan E (24G;0T). Perlakuan B (12G;12T)

berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T),C (6G;18T), D (0G;24T), dan E

(24G;0T). Perlakuan C (6G;18T) dan D (0G;24T) tidak berbeda nyata, tetapi

kedua perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan A (18G;6T),B

(12G;12T), dan E (24G;0T). Perlakuan E (24G;0T) berbeda nyata terhadap

perlakuan A (18G;6T), B (12G;12T), C (6G;18T), dan D (0G;24T). Kurva FCR

(12)

Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada histogram menunjukkan beda nyata

Gambar 10. Food Conversion Ratio (FCR)

a

b

c

c

d

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 A(18G;6T) B(12G;12T) C(6G;18T) D(0G;24T) E(24G;0T) FCR

(13)

Gambar

Gambar 3. Pertumbuhan berat mutlak
Gambar 4. Pertumbuhan berat harian ikan
Gambar 6. Pertumbuhan panjang harian
Gambar 7. Kandungan amoniak selama masa pemeliharaan ikan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata tinggi bibit kopi umur dua belas minggu setelah tanam pada berbagai perlakuan media tanam.. Media Tanam Rata-rata tinggi

a) Dasar matematika, dari hasil ulangan harian mata pelajaran Matematika kelas V di kedua kelas relatif sama. Rata-rata nilai ulangan harian sebelum materi perbandingan

Nilai laju pertumbuhan bobot harian pada Tabel 4 menunjukan bahwa pertumbuhan strain hybrid, strain Sukabumi dan strain Kalimantan pada perlakuan konsentrasi AS

diatas dapat dilihat bahwa tingkat kematian jangkrik kalung pada umur pengamatan 45 hari, tingkat kematian tertinggi pada perlakuan J0 (kontrol) dengan tingkat kematian

Berdasarkan data tabel 4.2 hasil skor tertinggi pretest kelas eksperimen yaitu 16, skor terendah 10, rata-rata pretest kelas eksperimen memperoleh skor 10 dan

Pertumbuhan berat harian pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter yang rata-rata berat harianya (3,25%), Pertumbuhan panjang mutlak yang terbaik terdapat pada perlakuan A yaitu

Rata – rata laju pertumbuhan mutlak berat dan panjang yang tertinggi terjadi pada perlakuan A (15 cm) Hal ini menunjukan bahwa kedalaman air yang tidak terlalu tinggi

Pengaruh penambahan bahan organik pada media cangkok terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman rambutan pada perlakuan media kokopit (M5) lebih baik meningkatkan panjang