• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat)."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

1.1 Identifikasi Masalah

Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan dan berinteraksi dengan orang lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

Orang Indonesia secara sosio kultural merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari keanekaragaman budaya, bahasa, suku, klan, agama dan sebagainya. Keragaman tersebut menjadi kekayaan bagi bangsa Indonesia. Keragaman agama di Indonesia terlihat dari adanya berbagai agama seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu, bahkan berbagai aliran kepercayaan dan agama suku yang masih terpelihara hingga sekarang. Karena itu, di negara Indonesia orang bebas beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

Pada hakikatnya jaminan kebebasan beragama setiap warga masyarakat telah tercantum di dalam Pancasila dan UUD 1945, pasal 29 ayat (1) negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Hal tersebut merupakan perlindungan terhadap hak kebebasan beragama warga masyarakat Indonesia.

Kenyataannya, agama dalam pluralitas di Indonesia masih memicu pertentangan dan konflik. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara ini seperti pembakaran gedung gereja di beberapa tempat, penganiayaan terhadap umat Ahmmadiyah karena dianggap menyebarkan ajaran sesat. Beragam agama di Indonesia dapat terintegrasi dengan baik sebagai kesatuan karena negara Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebaiknya bangsa Indonesia bahkan masing-masing orang Indonesia ber-Tuhankan, Tuhannya sendiri sesuai agama dan kepercayaannya. Hal

(2)

ini merupakan ciri religiusitas bangsa ini sehingga apapun agama yang dianut, kepercayaan tetap pada Tuhan Yang Maha Esa. Pluralitas agama terdapat di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai agama yang hidup dan berkembang bersama dalam masing-masing konteks lokal.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Maluku bagian dari Indonesia yang dalam konteks kehidupan masyarakatnya merupakan masyarakat religius. Agama Islam dan Kristen di Maluku hidup berdampingan sebagai saudara sehingga sebutan yang sering digunakan oleh orang Maluku ialah Salam dan Sarane: Salam untuk Islam dan Sarane untuk Kristen. Bentuk kehidupan beragama inilah yang menjadi identitas orang Maluku. Konflik Maluku tahun 1999 yang menghancurkan tatanan kehidupan orang Maluku dengan hancurnya berbagai wilayah di Maluku, yang berakibat banyak yang kehilangan tempat tinggal maupun kehilangan nyawa orang-orang yang dikasihi. Konflik yang terjadi ini, tidak menjadi penghancur hubungan Salam dan Sarane di Maluku. Hubungan Salam dan Sarane di Maluku tetap menjadi hubungan persaudaraan sampai saat ini. Ikatan adat yang kuat yaitu Pela tetap di utamakan oleh orang Maluku. Pela tetap terpelihara, yang tidak hanya antara negeri-negeri1 Kristen tetapi antara negeri yang Islam dan Kristen juga.

Hubungan Salam dan Sarane bagi orang Maluku sebagai masyarakat dengan pluralitas agama sampai pada aras kelompok-kelompok terdapat pula satuan kekerabatan kecil antara lain komunitas Dusun Yalahatan, Negeri Tamilouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah. Para penduduknya terintegrasi dalam keragaman agama-agama (Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik dan agama Suku). Kehidupan mereka bercampur secara agamawi memberikan ruang hidup bersama yang menyatu, meskipun terjadi konflik tahun 1999 di Maluku, yang terasa sampai di Yalahatan. Hal itu tidak menyebabkan mereka terkotak-kotakan atas nama agama tertentu, mereka bisa tetap hidup berdampingan sebagai saudara, di tengah

1 Negeri merupakan penamaan yang digunakan oleh orang Maluku untuk mengidentifikasi tempat asal-usulnya. Negeri sama halnya dengan desa.

(3)

goncangan kehidupan masyarakat dan konflik yang terjadi di Maluku, orang Yalahatan yang plural dapat hidup berdampingan secara damai.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, maka saya memilih dalam penelitian dengan judul: INTEGRASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT PLURALITAS AGAMA (Tinjauan Kritis dari Perspektif Sosiologis Agama di Dusun Yalahatan,Negeri Tamilouw).

2. Pembatasan Rumusan Masalah 2.1 Masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang dan alasan pemilihan judul, maka masalah yang dianggap penulis penting untuk penulisan ini ialah: Bagaimana masyarakat Yalahatan

terintegrasi dalam pluralitas agama. 2.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pembatasan rumusan masalah sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk memecahkan persoalannya, diajukan dua pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana kehidupan bersama orang Yalahatan yang beragam agama?

2) Bagaimana orang Yalahatan terintegrasi dalam pluralitas agama pasca konflik Maluku?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah: mendeskripsikan integrasi sosial masyarakat Yalahatan dalam Pluralitas Agama dan melakukan tinjauan kritis dari sudut pandang Sosiologis Agama terhadapnya.

(4)

Dari banyak karya ilmiah seperti buku atau jurnal hasil penelitian, penulis melihat bahwa topik tentang integrasi sosial dan pluralitas agama, bukanlah topik yang baru ditulis. Pembahasan tentang keberagaman atau kemajemukan agama telah ada dan selalu diperbincangkan.

Tulisan Anin Nurhayati mengenai “Potensi Lokal sebagai Basis Persaudaraan dan Kerukunan Umat Beragama” dengan menggunkan tiga pendekatan yaitu pendekatan teologis, historis dan sosio-kultural. Oleh karena itu penting dilakukan upaya-upaya untuk saling memahami, menghormati, dan menghargai di antara komunitas sehingga terjalin kerja sama dan komunikasi demi terwujudnya persaudaraan antar sesama. Baik golongan etnis, suku, maupun agama. Tulisannya mengeksplorasi pemaknaan konsep kerukunan umat beragama dan upaya menjadikan potensi lokal sebagai basis persaudaraan antar umat dan menunjukan pentingnya membangun dialog demi terwujudnya kerukunan umat dalam pluralitas agama.2

Tulisan Samuel Asse Bless “Pluralisme dan Masa Depan Indonesia: perspektif lokal”3

menurutnya, pluralisme harus dikritisi dan tentu hal itu berangkat dari perspektif lokal. Dalam perspektif lokal, pluralisme dipandang sebagai pisau bermata dua. Satu sisi, menjadi modal dalam merajut masa depan Indonesia, di sisi lain, pluralisme sebagai ancaman bagi tatanan sosial budaya lokal yang ada karena beragam budaya dari daerah masing-masing yang dapat ditransformasikan dalam komunitas lokal dengan budaya dan interaksi sosial dibangun sehingga dapat memberikan perubahan baru dan dampak di tingkat lokal.

Menurut Bless, pluralisme di Indonesia adalah salah satu modal dan unsur penting dalam proses nation and character building. Pluralisme merupakan proses panjang dalam sebuah dialektika untuk membangun sintesis-sintesis baru melalui proses dialog, kritik menuju penerimaan dan pengakuan terhadap perbedaan yang ada. Karena itu, karakteristik rasa

2

Anin Nurhayati, Potensi Lokal sebagai basis Persaudaraan dan Kerukunan Umat.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/610996106.pdf .

3 Samuel Asse Bless, Pluralisme dan Masa Depan Indonesia: Perspektif Lokal, dlm Elga Sarapung, Prospek Pluralisme Agama di Indonesia (Yogyakarta: Interfidei,2009), 61.

(5)

solidaritas kolektif masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh dua sistem: kelompok saimbol individu dan kolektif kekerabatan. Terdapat dua identitas individu dan kelompok dalam masyarakat Indonesia. Kelompok pertama, kelompok yang memberi identitas diri dengan menggunakan nama marga atau fam. Kelompok kedua ialah kelompok masyarakat yang tidak terbiasa menggunakan nama marga atau fam sebagai penanda diri dan simbol kelompoknya.4

Dalam tulisannya ini melalui penelitian yang dilakukan pada masyarakat Papua, pandangan Bless, bahwa kehidupan keagamaan di Papua sebagai hasil kontak budaya, dibangun melalui jalur keluarga. Berdasarkan kehidupan masyarakat Papua, diklasifikasikan dalam dua tipe. Pertama, tipe masyarakat yang sudah hidup sebagai masyarakat terbuka. Tipe masyarakat ini dapat dijumpai pada umumnya di daerah pesisir dan kepulauan. Mereka telah lama menjalin hubungan dengan budaya luar melalui hubungan perdagangan maupun kebudayaan. Mereka hidup keseharian dalam perbedaan agama, etnis, adat-istiadat dengan individu maupun kelompok lain telah menjadi hal biasa bahkan sudah menjadi tradisi. Komunitas masyarakat ini berada di wilayah fak, Inanwatan, Bintuni, Biak, Yapen dan kepulauan Raja Ampat. Misalnya, di Fak-fak karena komunitas mereka telah lama menerima pengaruh Islam, disusul Kristen (Katolik dan Protestan) maka dalam satu keluarga dikenal dengan konsep tiga batu tungku yang dibangun untuk menjembatani pluralitas yang ada. Terdapat beberapa marga yang menganut agama Katolik, Protestan dan juga Islam. Perbedaan agama tidak menjadi masalah bagi mereka, karena aspek pemersatu bukanlah agama tetapi rasa kebersamaan sebagai satu klan dan marga bahkan yang lebih penting ialah suku.5 Dalam satu keluarga juga ada yang beragama Islam, Kristen Katolik maupun Protestan. Hal ini disebabkan oleh sistem pembagian dalam satu keluarga akibat pengaruh kehidupan komunal yang kuat, tetapi dapat menerima dan mengelola kepelbagaian

4 Sarapung, Prospek Pluralisme Agama.,66. 5 Sarapung, Prospek Pluralisme Agama,74-75.

(6)

nilai-nilai luar tanpa paksaan. Perbedaan agama dalam satu keluarga bahkan juga dalam satu marga telah menjadi tradisi bagi kehidupan masyarakat Papua.

Kedua, tipe kelompok masyarakat yang hidup eksklusif baik agama maupun etnis. Misalnya dalam masyarakat Mirabat di kepala burung Papua; juga beberapa komunitas di wilayah pegunungan Jayawijaya. Masyarakat ini hanya mengenal dua pengaruh saja yaitu Kristen Protestan dan denominasinya juga Katolik. Masyarakat Kamu di daerah Paniai, masyarakat Ngalum di daerah Pegunungan Bintang serta Santani di Jayapura terbiasa untuk menyebut pihak gereja dari pada pihak agama. pada umunya mereka mewariskan tradisi kehidupan budaya maupun manajemen pemerintahan dan lembaga-lembaga sosial ekonomi dengan pola dan gaya manajemen gereja dan manajemen adat.6

Dari dua tulisan di atas, yang menjadi signifikansi dengan tesis ini ialah kehidupan beragam agama yang ada di dusun Yalahatan, negeri Tamilouw dapat terintegrasi walaupun terjadi konflik - Maluku tahun 1999 - yang mengoncangkan kehidupan beragama orang Maluku. Kearifan lokal menjadi identitas bagi orang Yalahatan dan Tamilouw sehingga mereka dapat hidup bersama dalam pluralitas agama

5. Metode Penelitian 5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif.7 Penelitian kualitatif menekankan segi akurasi data, maka akan menggunakan pendekatan induktif artinya data dikumpulkan, didekati dan diabstraksikan.8

5.2 Lokasi Penelitian

6

Sarapung, Prospek Plralisme Agama,75.

7 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remadja Rosdakarya, 2000),16.

8 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Dari Denzin Guba dan Penerapannya (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), 5.

(7)

Penelitian di lakukan di Dusun Yalahatan, Negeri Tamlouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.

5.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terbuka yang diketahui oleh informan.9 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan beberapa informan yang dianggap penting untuk memberi pandangan terkait dengan masalah yang diteliti yakni tokoh masyarakat (Pemimpin Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Agama Suku), anggota Masyarakat mewakili beberapa agama tersebut. Tidak hanya sebatas wawancara yang dilakukan tetapi melalui obsevasi partisipasi (participant observation) ialah peneliti turut ambil bagian dalam keadaan objek yang diobservasi.10 Penelitian ini melalui pengamatan dan partsipasi terhadap kondisi sosial kultural masyarakat dusun Yalahatan.

Data sekuder diperoleh melalui buku, jurnal atau materi-materi tertulis lainnya, yang memuat informasi tentang bahasan dan masalah penelitian ini.

5.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan dilapangan, selanjutnya akan dijelaskan dan diuraikan dalam bentuk deskripsi, dengan menggunakan landasan teori sebagai pisau analisis. kesimpulan dari analisis merupakan temuan baru dari hasil penelitian.

6 Defenisi Istilah-istilah

 Integrasi sosial

Integrasi sosial adalah penyatuan satu dengan yang lain dalam unsur sosial kemasyarakatan. Dalam kamus Sosiologi, integrasi merujuk pada proses yang mana berbagai ras

9 Moleong, Metodologi.,189.

(8)

yang berbeda menjadi lebih erat secara sosial, ekonomi, politik. Dengan demikian maksud integrasi sosial dalam tulisan ini, berkaitan dengan keteraturan atau suatu keadaan yang menyatu dengan berbagai golongan, agama.

 Pluralitas Agama

Kata pluralitas asal dari kata “Plural” yaitu lebih dari satu. Awalnya kata ini dikenal dengan sebutan majemuk, yang berarti terdiri dari beberapa bagian yang merupakan kesatuan11. Agama disebut sistem sosial. Hendak menjelaskan bahwa agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan, suatu sistem sosial yang dapat dianalisis, karena terdiri atas suatu kompleks kaidah dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan kepada tujuan tertentu. Maksud pluralitas agama dalam tulisan ini, ialah agama yang beragam, yang berada dalam suatu komunitas/masyarakat.

 Masyarakat

Dalam kamus Sosiologi, istilah masyarakat (society) diartikan sebagai suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan.12 Istilah masyarakat kadang-kadang dipergunakan dalam artian

gesellschaft atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang

terbatas sifatnya. Jadi, masyarakat merupakan kelompok manusia yang dibentuk secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.13

 Sosiologi Agama

Menurut H. Goddijn, sosiologi agama ialah bagian dari sosiologi umum (versi Barat) yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kelompok keagamaan. Defenisi lainnya menurut Hendropuspito,

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 545.

12 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali, 1983), 332.

13 Soejono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat (Jakarta: Radar Jaya Offset, 1983), 106.

(9)

sosiologi agama ialah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat.14

7 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penelitian tesis ini akan disusun dalam lima bab. Pada Bab I, Penulis memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metode penelitian, defenisi istilah-istilah dan sistematika penulisan. Pada Bab II, yang merupakan landasan teori sebagai pisau analisa untuk menganalisis penelitian ini. Bab ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama pengantar. Bagian kedua sejarah hidup Emile Durkheim, terdiri dari tiga sub bagian. Sub bagian pertama konsep Durkheim mengenai masyarakat, sub bagian kedua yaitu bentuk integrasi sosial, sub bagian ketiga pandangan Durkheim mengenai Agama. Bagian ketiga pluralitas agama: sebuah realitas sosial, yang terdri dari dua sub bagian. Sub bagian pertama mengenai realitas keberagamaan orang Maluku, sub bagian kedua mengenai realitas sosial “dialog” dalam pluralitas keberagamaan, dan bagian keempat kesimpulan bab.

Pada Bab III, penyusunan akan hasil penelitian dilakukan berdasarkan rumusan masalah; bagaimana masyarakat Yalahatan terintegrasi dalam pluralitas agama. Bagian ini terdiri dari empat bagian. Pertama, pendahuluan, kedua mengenai konteks historis masyarakat Yalahatan. Ketiga, megenai konteks sosial masyarakat Yalahatan. Keempat, mengenai faktor-faktor pendukung kehidupan bersama masyarakat. Yang terbagi atas 3 sub bagian yaitu; pertama, hubungan kekerabatan. Kedua, perkawinan. Ketiga, upacara adat.

Pada Bab IV, penulis menganalisis hasil penelitian berdasarkan rancangan yang telah digambarkan di dalam bab tiga dengan memakai landasan teori Bab II. Pada Bab V, penulis mengakhiri penulisan ini dengan Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Waktu reaksi tidak hanya di pengaruhi oleh suatu ransangan tetapi juga tingkat kelatihan yang dapat memberikan efek peningkatan kekuatan otot, kontrol postur dan tubuh,

– Sudah menggunakan memori sekunder yang berkapasitas besar dan bersifat random access – Kecepatannya dari mega hingga nano

Dari 8 variabel (pengetahuan, sikap, budaya, pendidikan, ekonomi, dukungan suami, kepercayaan dan rasa takut) semua faktor tersebut dapat memengaruhi ibu pasangan

Definite infection, ditandai adanya isolasi bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophylus influenzae, Moraxella cattarhalis, Enterobacter,

Kestasioneran data merupakan merupakan kondisi yang diperlukan dalam analisis deret waktu karena dapat memperkecil kekeliruan model, sehingga jika data tidak stasioner maka

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, peneliti merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Manajemen Dana Zakat Infak Sedekah Pada

Peranan manajemen dakwah yang telah diterapkan dalam upaya pengembangan Madrasah Muallimat Aisyiyah Cabang Makassar adalah pengelolaan yang sesuai dengan

Surat kontrak asuransi adalah kontrak dimana satu pihak (asuradur) menerima resiko asuransi signifikan dari lain (pemegang polis) dengan menyetujui