Peningkatan jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia menyebabkan
lonjakan jumlah negara yang menempuh
lockdown
baik secara total
maupun parsial. Tercatat 118 negara mengambil langkah lockdown per 9
September 2020, naik dari 66 negara pada posisi 11 Agustus 2020.
Perkembangan ini tentunya akan berdampak pada permintaan ekspor
Indonesia mengingat pada tahun 2019 eksposur ekspor Indonesia ke 118
negara cukup besar dengan porsi ekspor sebesar 60,9%.
Sejumlah indikator produksi dan konsumsi negara mitra dagang utama,
khususnya pada komoditas utama ekspor Indonesia, menunjukkan tren
yang bervariasi bergantung kepada kebijakan masing-masing negara dalam
merespon perkembangan covid-19. Namun secara umum aktivitas
ekonomi negara mitra dagang masih terkontraksi meski tidak sedalam
bulan sebelumnya. Sementara, di dalam negeri, aktivitas konsumsi masih
terbatas, namun sektor investasi sudah memberikan sinyal ekspansi.
Kinerja ekspor Indonesia Agustus 2020 masih terkontraksi, tetapi sejumlah
komoditas menunjukkan kinerja ekspor yang positif seperti minyak sawit,
besi baja dan logam mulia.
Pada awal krisis, banyak negara yang menerapkan pembatasan ekspor
guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Langkah tersebut sebagian
besar disertai dengan pelonggaran pembatasan impor barang yang sangat
dibutuhkan, seperti obat-obatan, perbekalan kesehatan, dan makanan.
Tetapi secara umum, setiap negara tidak mampu memproduksi secara
efisien semua jenis barang, termasuk jenis produk yang dibutuhkan untuk
melawan COVID-19.
Beberapa negara pemasok terbesar produk COVID-19
Medical Supplies
juga merupakan negara-negara yang hingga saat ini mencatatkan total
kasus covid tertinggi. Di sisi lain, negara tersebut juga merupakan negara
yang paling mengandalkan impor untuk produk tertentu COVID-19
Medical
Supplies
dan pendukungnya. Apabila kebutuhan dalam negeri sudah
terpenuhi, maka Indonesia memiliki celah pasar untuk menangkap
peluang ekspor bagi produk-produk COVID-19
Medical Supplies
yang akan
diulas pada fokus ekspor edisi September 2020. Sehingga, Indonesia
memiliki peluang yang baik untuk meningkat ekspor COVID-19
Medical
Supplies
di tengah belum adanya kepastian kapan pandemi ini berakhir.
Advantages of
Online Recruitment
Indonesia
Ex
port-
Im
port
Monthly Review
September 2020
FOKUS EKSPOR
MENANGKAP CELAH PASAR EKSPOR
UNTUK PRODUK “
COVID-19 MEDICAL SUPPLIES
”
02
Perkembangan COVID-19
Global & Eksposur Ekspor
Indonesia
10
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar
Ekspor untuk Produk
“COVID-19
Medical Supplies
”
Regulasi Tataran Global
Interdependensi Antar
Negara
Supply& DemandGlobal
Peluang Indonesia
07
Perkembangan Ekspor &
Impor Indonesia
04
Perkembangan Ekonomi
Global
Aktivitas Produksi & Konsumsi di Negara Tujuan Ekspor Utama
Perkembangan Harga Dunia
Komoditas Ekspor Indonesia
Highlight Perkembangan COVID-19, Aktivitas Konsumsi & Investasi Indonesia Perkembangan Ekspor Indonesia Perkembangan Impor Indonesia
Salam Ekspor
PERKEMBANGAN COVID-19 GLOBAL & EKSPOSUR EKSPOR INDONESIA
Perkembangan Kasus Dunia
Peta
Lockdown
(Parsial & Total) Dunia per 9 September 2020
Dari seluruh negara yang terinfeksi kasus COVID-19, tercatat 118 negara yang memilih untuk mengunci wilayahnya
(
lockdown
) baik secara menyeluruh maupun parsial per 9 September 2020, termasuk Tiongkok sebagai negara pertama
terdeteksi COVID-19 dan Amerika Serikat sebagai negara dengan kasus positif COVID-19 terbesar di dunia yang
mencapai sekitar 6,25 juta orang per 9 September 2020. Sejumlah negara sudah sempat melonggarkan kebijakan
lockdown
dan memasuki fase
new normal
guna memulihkan perekonomian secara bertahap, namun akhirnya kembali
memilih
lockdown
guna menekan tingkat penyebaran.
Sumber: (I) CEIC Data; (ii) www.trademap.org; (iii) Global Rescue : COVID-19 Country Restrictions; (iv) www.covidcontrols.co, diolah
Terhitung per 9 September 2020, total jumlah kasus positif COVID-19 dunia telah
menembus 19,95
juta orang
dengan angka kematian mencapai 894.983 jiwa yang tersebar di 215 negara. Di sejumlah
negara, seperti: Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina penambahan kasus COVID-19 secara harian
masih pada tren meningkat dan pada level yang cukup tinggi.
Rata-rata penambahan kasus harian tertinggi dalam seminggu terakhir pengamatan (periode 3-9 September 2020)
dicatatkan oleh India (85.801 kasus/hari), diikuti oleh Amerika Serikat (40.087 kasus/hari), dan Filipina (2.532
kasus/hari). Di Asia Tenggara, negara dengan rata-rata penambahan kasus harian terendah adalah Vietnam (1
kasus/hari) dan Thailand (3 kasus/hari). Sejak COVID-19 merebak hingga 9 September 2020, penambahan kasus harian
tertinggi India mencapai 90.802 kasus/hari (pada 7 September 2020), sementara itu AS sebanyak 74.354 kasus/hari (19
Juli 2020).
Tren Penambahan Kasus Positif Terinfeksi COVID-19 Per Hari di Indonesia & Negara Mitra Dagang Utama
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 1 -Ap r-2 0 6 -Ap r-2 0 1 1 -Ap r-2 0 1 6 -Ap r-2 0 2 1 -Ap r-2 0 26 -Ap r-20 1 -M ay -2 0 6 -M ay -2 0 1 1 -M ay -2 0 1 6 -M ay -2 0 2 1 -M ay -2 0 2 6 -M ay -2 0 3 1 -M ay -2 0 5 -Ju n -2 0 1 0 -Ju n -2 0 1 5 -Ju n -2 0 2 0 -Ju n -2 0 2 5 -Ju n -2 0 3 0 -Ju n -2 0 5 -Ju l-2 0 1 0 -Ju l-2 0 1 5 -Ju l-2 0 2 0 -Ju l-2 0 2 5 -Ju l-2 0 3 0 -Ju l-2 0 4 -Au g-2 0 9 -Au g-2 0 1 4 -Au g-2 0 1 9 -Au g-2 0 2 4 -Au g-2 0 2 9 -Au g-2 0 3 -Se p -2 0 8 -Se p -2 0
Jepang Tiongkok Amerika Serikat India
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 7 -Ap r-2 0 1 2 -Ap r-2 0 1 7 -Ap r-2 0 22 -Ap r-20 2 7 -Ap r-2 0 2 -M ay -2 0 7 -M ay -2 0 1 2 -M ay -2 0 1 7 -M ay -2 0 2 2 -M ay -2 0 2 7 -M ay -2 0 1-Ju n -2 0 6 -Ju n -2 0 1 1 -Ju n -2 0 1 6 -Ju n -2 0 2 1 -Ju n -2 0 2 6 -Ju n -2 0 1 -Ju l-2 0 6 -Ju l-2 0 1 1 -Ju l-2 0 1 6 -Ju l-2 0 2 1 -Ju l-2 0 2 6 -Ju l-2 0 3 1 -Ju l-2 0 5 -Au g-2 0 1 0 -Au g-2 0 1 5 -Au g-2 0 2 0 -Au g-2 0 2 5 -Au g-2 0 3 0 -Au g-2 0 4 -Se p -2 0 9 -Se p -2 0
Indonesia Malaysia Singapura
PERKEMBANGAN COVID-19 GLOBAL & EKSPOSUR EKSPOR INDONESIA
Perkembangan
Lockdown
di Negara Mitra Dagang Indonesia
Sumber: (i) https://coronavirus.jhu.edu/data/mortality; (ii) https://covid19.who.int/; (iii) BPS, (iv) www.trademap.org(Note: *data ekspor tahun 2019)
Setelah sejumlah negara sempat melonggarkan
lockdown
pada bulan Mei, Juni & Juli guna
menyelamatkan ekonomi. Akan tetapi,
sejak Agustus hingga awal bulan September 2020 sejumlah
negara tercatat kembali menerapkan
lockdown
guna menekan tingkat pertambahan kasus COVID-19
di wilayahnya.
118 negara dunia kini kembali melaksanakan
lockdown
untuk membatasi angka penularan virus yang meningkat.
Eksposur ekspor Indonesia ke 118 negara cukup besar dengan porsi ekspor sebesar 60,9% dari total ekspor (posisi
2019). Adapun komoditas terbesar ke cakupan negara-negara tersebut adalah batubara, minyak sawit, kendarran dan
bagiannya, serta produk kertas.
Jumlah Negara
Lockdown
5 Besar Komoditas Ekspor dan Impor
Sumber: BPS, diolahEksp
o
r
Batubara (11,6%), Minyak Sawit (10,9%), TPT (8,6%), TPT (8,6%) dan Kendaraan dan bagiannya (4,3%) Batubara (10,64%); Minyak Sawit (9,26%); TPT (8,58%); Mesin peralatan listrik (5,78%); Gas Bumi (5,24%); Batubara (13,9%); TPT(12,9%); Minyak Sawit (10%); Produk Karet(6%); Mesin/peralatan listrik (4,7%); Minyak Sawit (10,9%); Batubara (10,7%); Besi dan Baja (10,6%); Bahan bakar mineral selain migas dan batubara (10,5%); Produk Kertas(8,9%); TPT (15,6%), Batubara (14,7%), Minyak Sawit (10,2%), Produk Karet (6,04%), Alas Kaki (4,65%) Batubara (11,9%); Minyak sawit (9,9%); TPT (8,0%); Kendaraan & Bagiannya (5,5%); Pulp, Kertas/Karton, Buku & Kertas Dicetak lainnya (5,2%) Batubara (11,9%); Minyak sawit (9,8%); TPT (8,4%); Kendaraan & Bagiannya (6,2%); Pulp, Kertas/Karton, Buku & Kertas Dicetak lainnya (5,3%)Im
p
o
r
Mesin mekanik (15,3%), mesin listrik (12,7%), Minyak bumi (9,8%), TPT (5,7%), Besi dan Baja (5,2%) Minyak bumi (19,8%); Mesin mesin Pesawat Mekanik (12,7%); Mesin peralatan listrik (6,7%); Kendaraan dan Bagiannya (5,5%); Besi dan Baja (5,2%); Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (17,3%), Kendaraan dan Bagiannya (8,9%), Besi dan Baja (8,3%), Mesin/peralatan listrik (5,9%), Gandum-ganduman (5%), Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (23,5%), Mesin/peralata n listrik (20,3%), Tekstil dan Produk Tekstil (8,8%), Besi dan baja (4,7%) dan Plastik barang dari Plastik (4,0%) Mesin-Mesin/Pesawat Mekanik (9,8%), Gandum-Ganduman (7,0%), Gas Bumi (5,4%), Minyak Bumi (5,4%), Biji Kedelai (5%) Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (15,5%); Mesin/peralatan listrik (11,2%); Minyak bumi (8,6%); TPT (5,7%); Besi & Baja (4,9%)Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (15,0%); Mesin/peralatan listrik (11,4%); Minyak bumi (8,2%); TPT (5,9%);
Besi & Baja (5,5%)
31 Mar 2020 30 Apr 2020 31 Mei 2020 30 Jun 2020 31 Jul 2020 31 Agu 2020 9 Sep 2020
Share
Ekspor dan Impor Indonesia
Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor
PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL
Aktivitas Produksi & Konsumsi di Negara Tujuan Ekspor Utama
Sumber: CEIC Data, diolah
Rilis terkini aktivitas produksi di negara dan kawasan tujuan ekspor utama yang diamati (AS, Tiongkok, Jepang, India, EU
27, dan Korea Selatan) masih mengalami kontraksi, meski tidak sedalam bulan sebelumnya, kecuali Tiongkok yang tercatat
tumbuh stabil dan sebaliknya Korea Selatan yang terkontraksi lebih dalam. Dari sisi konsumsi, hanya AS, EU 27, dan Korea
Selatan yang mampu mencatatkan pertumbuhan positif namun jumlah konsumsi berupa belanja rumah tangga atau
makan di restoran tidak sebanyak sebelum pandemi mewabah.
Produksi industri Jepang masih kontraksi, kecuali batubara. Hal ini didorong oleh kebijakan Pemerintah untuk menutup 100 pembangkit listrik tenaga batubara domestik yang tidak efisien dan ditargetkan akan tercapai di tahun 2030. Dari sisi konsumsi, penurunan penjualan berlangsung 5 bulan berturut-turut didorong turunnya permintaan produk non-makanan dan minuman yang masih lemah pasca pencabutan status darurat COVID-19 pada akhir Mei lalu. Sedangkan, penurunan konsumsi Minyak dipengaruhi oleh badai dahsyat yang melanda Jepang pada Juli lalu, diikuti meningkatnya kekhawatiran terhadap infeksi COVID-19 baru. Sehingga, masyarakat Jepang lebih memilih untuk melakukan aktivitas di rumah.
Produksi industri India mencatatkan kontraksi dengan laju yang lebih lambat untuk TPT,
Furniture,Pulpdan Kertas, serta kendaraan bermotor. Dari sisi konsumsi, penjualan baik dari kendaraan maupun di luar kendaraan bermotor masih terkontraksi, namun tidak sedalam bulan sebelumnya. Penjualan kendaraan bermotor mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan secara bertahap dipengaruhi preferensi masyarakat India untuk menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum di tengah pandemi.
Aktivitas produksiEU 27secara umum terkontraksi, kecuali kendaraan bermotor sejalan dengan dibukanya kembali beberapa pabrik. Di sisi lain, aktivitas konsumsi mengalami perlambatan meski masih tumbuh positif. Perkembangan ini sejalan dengan pelonggaran lockdown yang dilakukan berbagai negara di kawasan. Konsumsi barang durable goods masih mencatatkan penurunan, terutama produk TPT yang terkontraksi semakin dalam.
Korea Selatan kehilangan momentum perbaikan akibat kebijakan pembatasan sosial yang
kembali diterapkan pasca terjadi lonjakan kasus infeksi COVID-19 baru. Perkembangan ini menyebabkan produksi sejumlah barang msih terkontraksi, kecuali produksi Makanan dan Minuman. Di sisi konsumsi, permintaandurable goodsturun tajam, terutama produk TPT. Namun demikian, penjualan Furniture meningkat didorong oleh keinginan masyarakat mengganti
furniture outdoordanindoordipicu kebutuhan untukwork from home,school from home, dan
staycationsselama pandemi berlangsung.
Aktivitas produksi diASuntuk produk TPT,Pulp
dan Kertas, serta Makanan dan Minuman masih terkontraksi, meski tidak sedalam bulan sebelumnya. Hal ini didorong oleh lebih banyak pabrik yang beroperasi. Pemulihan dengan laju yang lebih cepat tertahan oleh lonjakan kasus infeksi COVID-19 baru. Selama bulan Juli, jumlah kasus baru di AS naik 2 kali lipat di 19 Negara Bagian. Di sisi lain, aktivitas konsumsi di AS mengalami kenaikan selama 2 bulan berturut-turut, didorong oleh kenaikan pendapatan masyarakat yang berasal dari tunjangan pengangguran (tambahan mingguan dari Pemerintah AS sebesar USD600).
Tetapi, konsumsi Batubara terkontraksi semakin dalam akibat sebagian besar pembangkit listrik beralih menggunakan gas alam. Sedangkan, penjualan Kendaraan Bermotor turun dengan laju lebih dalam akibat masyarakat AS bersikap lebih pragmatis dalam melakukan belanja di tengah ketidakpastian ekonomi AS. Namun, kenaikan aktivitas konsumsi masih dibayangi ketidakpastian keberlangsungan program tunjangan di tengah anggota kongres AS yang masih terpecah menjadi beberapa kubu terkait skema penyelamatan ekonomi yang baru. Aktivitas produksi Tiongkok tumbuh positif selama 4 bulan berturut-turut pasca mengalami kontraksi selama triwulan I -2020.
Perkembangan ini didorong oleh pengendalian pandemi yang dilakukan secara efektif. Sehingga, lebih banyak pabrik yang telah beroperasi kembali. Namun demikian, produksi Batubara terus mengalami penurunan hingga Juli 2020. Perkembangan ini sejalan dengan rencanaChina’sNational Energy Administration
(NEA) untuk melakukan instalasi pembangkit listrik sebesar 900gigawatt(GW) dengan bahan bakar non-fosil di tahun 2020. Selain itu, NEA juga akan mempercepat pembangunan jaringan pipa dan fasilitas gas alam cair (LNG).
Hal ini diperkirakan akan menurunkan porsi Batubara dalam bauran energi nasional. Sementara itu, produksi TPT juga terus menurun. Perkembangan ini sejalan dengan konsumsi durable goods yang belum pulih, karena masyarakat Tiongkok masih menghindari pusat-pusat keramaian, seperti pertokoan dan
Department Store. Sebaliknya, produksi Kendaraan Bermotor meningkat akibat stimulus yang diberikan oleh Pemerintah Tiongkok untuk kendaraan energi terbarukan (New Energy Vehicle/NEV).
Merah Tumbuh Negatif (turun dari bulan sebelumnya)
Oranye Tumbuh Negatif (tapi lebih baik/tidak seburuk dibandingkan bulan sebelumnya)
Kuning Tumbuh Positif (tapi melambat dari bulan sebelumnya)
Hijau Tumbuh Positif (meningkat dari bulan sebelumnya)
Catatan :
• Produksi (P) Total: diproksikan denganIndustrial Production
PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL
Aktivitas Produksi & Konsumsi di Negara Tujuan Ekspor Utama (2)
Rilis terkini aktivitas produksi di Kawasan Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam) masih
mengalami kontraksi, meski tidak sedalam bulan sebelumnya, kecuali Malaysia yang tercatat tumbuh positif serta
Singapura dan Vietnam yang terkontraksi lebih dalam. Sementara di sisi konsumsi, hanya Filipina dan Vietnam yang
mampu mencatatkan pertumbuhan positif.
Aktivitas produksiMalaysiamengalamirebound
untuk pertama kalinya sejak Februari lalu. Secara bertahap, aktivitas produksi Malaysia mulai pulih. Hal ini ditandai dengan kebijakan pembatasan sosial yang telah dilonggarkan dari
Movement Control Order (MCO) menjadi
Recovery Movement Control Order (RMCO). Sehingga, mendorong beberapa produksi industri mencatatkan pertumbuhan positif meski tidak setinggi pertumbuhan bulan sebelumnya, antara lain Furniture, Pulp dan Kertas, Kendaraan Bermotor, serta Makanan dan Minuman. Sementara itu, produksi industri pada TPT masih mengalami kontraksi dengan laju lebih lambat. Di sisi lain, aktivitas konsumsi juga membaik, meski masih terkontraksi. Perkembangan ini didorong oleh mulai dibukanya aktivitas bisnis dan ekonomi di Malaysia sejak 4 Mei lalu, sehingga penjualan Kendaraan Bermotor kembali meningkat,
sedangkan penjualan Makanan dan Minuman masih tumbuh positif meski tidak setinggi pertumbuhan di bulan sebelumnya.
Aktivitas produksi Singapura di bulan Juli mencatatkan kontraksi yang paling dalam sejak November 2019. Hal ini disebabkan oleh produksi industri, utamanya dari sektor manufaktur yang mengalami penurunan lebih tajam, antara lain Furniture serta Pulp dan Kertas. Sementara itu, produk manufaktur lainnya seperti TPT dan Kendaraan Bermotor juga turun namun dengan laju yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja sektor konsumsi mulai membaik. Meski penjualan pada produk TPT,
Furniture, dan Kendaraan Bermotor masih terkontraksi, namun tidak setinggi bulan sebelumnya.
DiFilipina,penutupan pabrik dan pembatasan mobilitas telah menyebabkan penurunan pada sebagian besar produksi kelompok barang, antara lain TPT,Furniture,Pulpdan Kertas, serta Makanan dan Minuman. Di sisi lain, produksi Minyak dan Gas meningkat secara signifikan. Sementara itu, aktivitas konsumsi meningkat di bulan Juni. Capaian ini merupakan pertumbuhan paling tinggi dalam kurun waktu 4 bulan terakhir. Penjualan Kendaraan Bermotor mulai mengalami perbaikan, meski masih mencatatkan pertumbuhan negatif. Saat ini, produsen kendaraan bermotor tengah memanfaatkan digital platform untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Penurunan aktivitas produksi diThailandtelah terjadi selama 15 bulan berturut-turut. Kinerja produksi industri menjadi semakin berat akibat dampak pandemi yang berkelanjutan. Penurunan dialami oleh sebagian besar produk, meski tidak setinggi bulan sebelumnya, antara lain TPT, Furniture, Pulp dan Kertas, Kendaraan Bermotor, serta Makanan dan Minuman. Sementara itu, aktivitas konsumsi masih mengalami kontraksi dengan laju sedikit lebih lambat. Hal ini disebabkan sebagian besar produk masih mengalami penurunan penjualan, antara lain TPT, Pulp dan Kertas, serta Makanan dan Minuman. Penjualan Kendaraan Bermotor juga terkontraksi akibat kepercayaan diri masyarakat Thailand untuk membeli mobil baru yang masih lemah di tengah pandemi. Selain itu, prosedur pengajuan kredit kendaraan bermotor di Thailand yang menjadi ketat.
Produksi industri Vietnam kembali mengalami kontraksi di bulan Agustus. Capaian ini merupakan penurunan pertama sejak Mei lalu akibat penurunan produksi dengan laju yang lebih cepat di sektor pertambangan seperti Batubara serta Minyak dan Gas. Sementara itu, produksi di sektor manufaktur seperti TPT,Pulpdan Kertas dan Kendaraan Bermotor tercatat meningkat pada Agustus 2020. Sementara itu, aktivitas konsumsi mencatatkan pertumbuhan positif ke-3 secara berturut-turut sejak Februari lalu, meski tidak setinggi bulan sebelumnya. Perkembangan ini didorong oleh mulai pulihnya permintaan pasca kebijakan pembatasan yang diterapkan oleh Pemerintah Vietnam. Di tengah Pandemi COVID-19, Pemerintah Vietnam memberikan stimulus untuk mendorong penjualan kendaraan bermotor dengan memberikan pengurangan biaya registrasi hingga 50% bagi kendaraan bermotor yang diproduksi di Vietnam. Meski masih terkontraksi, namun penurunan penjualan kendaraan bermotor tidak setinggi bulan sebelumnya.
Sumber: CEIC Data, diolah Merah Tumbuh Negatif (turun dari bulan sebelumnya)
Oranye Tumbuh Negatif (tapi lebih baik/tidak seburuk dibandingkan bulan sebelumnya)
Kuning Tumbuh Positif (tapi melambat dari bulan sebelumnya)
Hijau Tumbuh Positif (meningkat dari bulan sebelumnya)
Catatan :
• Produksi (P) Total: diproksikan denganIndustrial Production
Tabel Perkembangan Harga Dunia Komoditas Ekspor Indonesia
Note: Turun dibandingkan bulan (data historis)/triwulan (data proyeksi) sebelumnya Naik dibandingkan bulan (data historis)/triwulan (data proyeksi) sebelumnya Tetap dibandingkan bulan (data historis)/triwulan (data proyeksi) sebelumnya
Data proyeksi harga karet tidak tersedia
Keterangan Cocoa Coffee Palm Oil Rubber Tin Nickel Aluminium Gold Oil Price-WTI Coal Natural Gas
Satuan USD/ Metric Ton cents/ lb MYR/ Metric Ton JPY/ Kg USD/ Metric Ton USD/ Metric Ton USD/
Metric Ton USD/t oz
USD/ Bbl USD/ Metric Ton USD/ M N BTU 9 Sep 2020 2.562 129 2.900 197,4 18.015 14.921 1.784 1.947 38,1 48,8 2,4 10 Ags 2020 2.488 115 2.868 164,7 17.716 14.286 1.786 2.050 41,9 50,5 2,2 Rata-rata (10 Ags 2020 s.d 9 Sep 2020) 2.522 123 2.847 182,1 17.779 14.887 1.782 1.956 41,9 50,0 2,4 Rata-rata (9 Jul 2020 s.d 10 Ags 2020) 2.293 111 2.727 156,6 17.652 13.732 1.714 1.928 41,1 52,0 1,9 Q3-2020 (F) 2.200 105 2.440 - 17.425 13.650 1.667 1.825 37,6 55,0 2,0 Q4-2020 (F) 2.300 110 2.600 - 17.000 14.000 1.650 1.860 39,6 55,0 2,3 Q1-2021 (F) 2.410 113 2.850 - 18.000 14.100 1.625 1.890 43,0 56,3 2,6 Q2-2021 (F) 2.458 115 2.900 - 18.000 14.600 1.650 1.900 45,0 58,5 2,4 Komoditas Pertanian
Harga komoditas pertanian masih menguat, dengan harga minyak sawit yang meningkat akibat adanya potensi penurunan produksi serta kenaikan permintaan dari India untuk mempersiapkan festival Diwali.
Harga komoditas karetpada posisi 9 September 2020 mencapai JPY197,4/Kg, melonjak pesat sebesar 19,85% secara ptp dibanding harga pada posisi 10 Agustus 2020 yang mencapai JPY164,7/Kg. Peningkatan harga karet tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan global serta adanya pelemahan kurs yen Jepang terhadap dollar AS.
Komoditas Logam
Harga komoditas logam dasar dunia sebagian besar masih bertumbuh positif seiring dengan meningkatnya aktivitas manufaktur di Tiongkok selaku negara konsumen utama.
Harga komoditas nikelmencapai USD14.921/MT pada posisi 9 September 2020, melonjak sebesar 4,44% secara ptp dibanding posisi 10 Agustus 2020 yang mencapai USD14.286/MT. Harga nikel melonjak disebabkan oleh tingginya permintaan nikel terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan dasar mobil listrik. Pada triwulan III 2020, harga nikel diprediksi akan berada di kisaran USD13.650/MT.
Komoditas Energi
Harga komoditas energi berupa minyak mentah masih dan batubara mengalami kontraksi akibat permintaan yang menurun dan meningkatnya pasokan.
Harga komoditas gas alamtercatat sebesar USD2,4/MN BTU pada posisi 9 September 2020, naik di level 11,91% secara ptp dibanding posisi 10 Agustus 2020 yang mencapai USD2,2/MN BTU. Kenaikan harga gas alam dipicu oleh melonjaknya permintaan terutama untuk kebutuhan pembangkit listrik. Pada triwulan III 2020, harga gas alam diprediksi akan mencapai sekitar USD2,0/MN BTU.
Harga komoditas kakao pada posisi 9 September 2020 mencapai USD2.562/MT, naik tipis di level 2,97% secarapoint to point(ptp) dibanding posisi satu bulan sebelumnya yang mencapai USD2.488/MT. Meningkatnya harga kakao tersebut terutama disebabkan oleh adanya potensi penurunan produksi karena cuaca kering yang melanda Kawasan Afrika Barat sehingga dapat mengganggu pasokan global. Harga kakao pada triwulan III 2020 diprediksi hanya mencapai USD2.200/MT.
Harga komoditas minyak sawit pada posisi 9 September 2020 mencapai MYR2.900/MT, naik tipis sebesar 1,12% secara ptp dari MYR2.868/MT pada posisi 10 Agustus 2020. Harga minyak sawit meningkat dipicu oleh adanya potensi penurunan produksi di Indonesia dan Malaysia selaku negara produsen utama serta kenaikan permintaan dari India untuk mempersiapkan festival Diwali. Pada triwulan III 2020, harga minyak sawit diprediksi akan berada di kisaran MYR2.440/MT.
Harga komoditas timah pada posisi 9 September 2020 tercatat sebesar USD18.015/MT, naik tipis sebesar 1,69% secara ptp dari USD17.716/MT pada posisi 10 Agustus 2020. Meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok serta kekhawatiran akan defisit pasokan karena adanya rencana pemotongan produksi dari PT Timah selaku salah satu produsen timah utama di diunia menjadi faktor utama di balik meningkatnya harga timah global. Harga timah pada triwulan III 2020 diproyeksikan akan akan mencapai USD17.425/MT.
Harga komoditas minyak WTIpada pada posisi 9 September 2020 tercatat sebesar USD38,1 per barel, terkontraksi cukup dalam di level -9,28% secara ptp dibandingkan posisi 10 Agustus 2020 yang sebesar USD41,9 per barel. Harga minyak mentah mulai terkontraksi akibat berkurangnya permintaan dan meningkatnya pasokan. Harga minyak WTI diproyeksikan akan berada di kisaran USD37,6 per barel pada triwulan III 2020.
Harga komoditas batubaramencapai USD48,8/MT pada posisi 11 Agustus 2020, terkontraksi di level -3,37% secara ptp dari USD50,5/MT pada posisi satu bulan sebelumnya. Harga batubara terus menurun seiring dengan masih lemahnya permintaan dari negara-negara konsumen utama di Asia seperti India, Tiongkok dan Korea Selatan serta meningkatnya fokus negara maju untuk beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan. Pada trwiulan III 2020 ini, harga batubara diestimasikan hanya akan berada di kisaran USD55,0/MT.
Sumber: Bloomberg, diolah
Selama sebulan terakhir (periode 10 Agustus-9 September 2020), harga komoditas global
untuk komoditas ekspor Indonesia sebagian besar masih dalam tren positif baik secara
point-to-point
maupun rata-rata namun harga komoditas energi (minyak mentah dan batubara)
mengalami kontraksi akibat permintaan yang menurun dan meningkatnya pasokan.
PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL
Penurunan
penjualan
ritel
tidak
sedalam
bulan
sebelumnya
didorong
oleh
mulai
beroperasinya
pertokoan.
Masyarakat
terlihat
masih
cenderung
memprioritaskan
berbelanja
kebutuhan
mendasar.
Kontraksi paling dalam terjadi pada subkelompok Pakaian ,
diikuti oleh Barang Seni & Kendaraan.
P
urchasing
Managers’
Index
(PMI)
Manufaktur
Indonesia
pada
bulan
Agustus 2020 berada di level 50,8
membaik dari bulan sebelumnya berada
pada level 46,9.
Posisi PMI Indonesia pada bulan Agustus tercatat
berada pada posisi ekspansi (50,8) untuk pertama
kalinya semenjak Februari 2020, yang diakibatkan
oleh mulai berjalannya roda perekonomian dan
produksi
manufaktur
setelah
diberlakukannya
relaksasi Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) di
beberapa daerah di Indonesia, dan peningkatan
pesanan baru.
Aktivitas Konsumsi
PMI
(
threshold
Ekspansi>50)
46,9
Jul-20
50,8
Agst-20
PERKEMBANGAN EKSPOR & IMPOR INDONESIA
Highlight
Perkembangan COVID-19, Aktivitas Konsumsi &
Investasi Indonesia
Sumber: (i) Bank Indonesia; (ii) CEIC Data (iii) www.markiteconomics.com, diolah
Aktivitas Manufaktur
Keterangan Tumbuh Negatif (turun dari bulan sebelumnya) Tumbuh Negatif (tapi lebih baik/tidak seburuk dibanding bulan sebelumnya)
-17,3 Jun-20 -15,6 Jul-20 IPR: Alat Tele-Komunikasi -26,1 Jul-20 -23,4 Jul-20 IPR: BBM Kendaraan -33,7 Jul-20 -31,2 Agst-20 IPR: Kendaraan -1,9 Jul-20 1,0 Agst-20 IPR: Produk Makanan -21,3 Jun-20 -25,4 Jul-20 IPR: Alat Rumah Tangga -38,7 Jun-20 -35,5 Jul-20 IPR: Barang Seni Jun-20-66,5 -63,8 Jul-20 IPR: Pakaian -60,3 Jun-20 -56,5 Jul-20 IPR: Barang Lainnya Growth(% yoy) Total Indeks Penjualan Ritel (IPR) -12,3 Jul-20 -10,1 Agst-20 Tumbuh Positif (naik dari bulan sebelumnya)
Sumber: CEIC, diolah
Note: * Periode 3-9 September 2020
Tren Penambahan Kasus Positif Terinfeksi COVID-19 Per Hari
Kasus positif COVID-19 Indonesia
hingga 9 September 2020 tercatat sejumlah
203.342
yang menyebar di
seluruh provinsi, dengan rata-rata penambahan 3.242 orang per hari dalam seminggu terakhir (periode
3-9 September 2020).
Provinsi DKI Jakarta mencatatkan rata-rata penambahan kasus harian paling banyak dengan 1.051 orang/hari, diikuti oleh
Provinsi Jawa Timur. Pelonggaran PSBB dan diberlakukannya ganjil genap di DKI Jakarta per 10 Agustus 2020 lalu yang
menyebabkan pengguna transportasi umum meningkat diindikasikan menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus di tengah
masa adaptasi masyarakat dengan kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan.
Grafik Rata-Rata Peningkatan Kasus Harian per Provinsi*
500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 6 -Ap r-2 0 1 3 -Ap r-2 0 2 0 -Ap r-2 0 2 7 -Ap r-2 0 4 -M ay -2 0 1 1 -M ay -2 0 1 8 -M ay -2 0 25 -May -2 0 1 -Ju n -2 0 8 -Ju n -2 0 1 5 -Ju n -2 0 2 2 -Ju n -2 0 2 9 -Ju n -2 0 6 -Ju l-2 0 1 3 -Ju l-2 0 20 -Ju l-20 2 7 -Ju l-2 0 3 -Au g-2 0 1 0 -Au g-2 0 1 7 -Au g-2 0 2 4 -Au g-2 0 3 1 -Au g-2 0 7 -Se p -2 0
Indonesia DKI Jakarta Luar DKI Jakarta 517
1 Aceh 65 2 Sumatera Utara 120 3 Sumatera Barat 99 4 Riau 134 5 Jambi 1 6 Sumetera Selatan 43 7 Bengkulu 6 8 Lampung 11 9 Bangka Belitung 2 10 Kepulauan Riau 35 Sumatera 1,983 1 DKI Jakarta 1,051 2 Jawa Barat 265 3 Jawa Tengah 244 4 DI Yogyakarta 24 5 Jawa Timur 348 6 Banten 52 Jawa 164 1 Sulawesi Utara 20 2 Sulawesi Tengah 2 3 Sulawesi Selatan 96 4 Sulawesi Tenggara 17 5 Gorontalo 22 6 Sulawesi Barat 8 Sulawesi 271 1 Kalimantan Barat 9 2 Kalimantan Tengah 38 3 Kalimantan Selatan 84 4 Kalimantan Timur 140 5 Kalimantan Utara 9 Kalimantan 190 1 Bali 170
2 Nusa Tenggara Barat 17
3 Nusa Tenggara Timur 3
Bali & Nusa Tenggara 69 1 Maluku 45 2 Maluku Utara 6 3 Papua Barat 18 4 Papua 41
PERKEMBANGAN EKSPOR & IMPOR INDONESIA
Perkembangan Ekspor Indonesia
Su mb er : B eri ta R es mi St a ti st ik , B PS
Per Agustus-20, pertumbuhan ekspor Indonesia secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif
Januari-Agustus 2020 (yoy) masih negatif.
Perkembangan Ekspor Indonesia
Nilai ekspor migas pada Agustus 2020 mencapai USD 611,5 juta, terkontraksi -9,95% mtm dibandingkan Juli 2020 (USD679,1 juta) dan secara tahunan masih cukup terkontraksi sebesar -27,45%yoy dari Agutus 2019 (USD 842,9 juta).
Secara kumulatif periode Januari-Agutus 2020, produk migas berkontribusi 5,10% dari total ekspor atau setara USD5,26 miliar, terkontraksi -33,93% yoy dibandingkan periode Januari-Agutus 2019 yang sebesar USD7,96 miliar. Hal ini tidak terlepas dari faktor penurunan harga minyak mentah yang signifikan.
Produk Migas
Produk Non-Migas
Nilai ekspor nonmigas pada Agustus 2020 mencapai USD 12,46 miliar, terkontraksi -4,62% mtm dari Juli 2020 (USD 13 miliar) dan turun -8,36% yoy dibandingkan Agustus 2019 (USD 13,42 miliar).
Secara kumulatif periode Januari-Agustus 2020, produk non-migas berkontribusi 94,90% atau setara USD 97,90 miliar, tumbuh negatif -4,38%yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terbesar ekspor nonmigas Januari-Agustus 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dialami oleh produk kendaraan dan bagiannya (-29,11%yoy) sejalan dengan anjloknya konsumsi otomotif di negara mitra utama.Sedangkan peningkatan terbesar terdapat pada produk Besi dan Baja (34,70%yoy), dimana terjadi peningkatan permintaan untuk kegiatan manufaktur Kelompok minyak nabati yang didominasi oleh CPO juga menunjukkan kinerja yang positif.
Perkembangan Ekspor Indonesia
Ekspor Nonmigas Berdasarkan Sektor Ekonomi
Pertumbuhan 10 Produk Ekspor Nonmigas Terbesar
Pertumbuhan Ekspor ke Negara Tujuan Utama
Berdasarkan negara tujuan ekspor, secara umum ekspor Agustus-2020 masih di zona pertumbuhan negatif, kecuali AS dan
Tiongkok
= Tumbuh negatif (turun dari bulan sebelumnya) = Tumbuh negatif (tidak seburuk bulan sebelumnnya, tetap di zona negatif) = Tumbuh positif (melambat dari bulan sebelumnya) Keterangan 1 3 ,7 0 2 .6 7 1 3 ,0 6 9 .2 0 -4.62%-8.36% -50% -25% 0% 25% 0 5,000 10,000 15,000 20,000 0 8 /2 0 1 9 0 9 /2 0 1 9 10 /2 0 19 1 1 /2 0 1 9 1 2 /2 0 1 9 0 1 /2 0 2 0 0 2 /2 0 2 0 0 3 /2 0 2 0 0 4 /2 0 2 0 0 5 /2 0 2 0 0 6 /2 0 2 0 0 7 /2 0 2 0 0 8 /2 0 2 0 % yo y & % mt m Ju ta U SD
Exports: fob Growth Ekspor %yoy Growth Ekspor %mtm
-16.6% -9.6% -11.5% -17.0% -3.2% 40.7% 40.7% 8.6% 84.5% 50.2% 32.55% 11.62% -22.40% 7.97% 34.70% -6.36% -17.29% -29.11% 2.98% -7.18% -80% -30% 20% 70% 120%
Logam mulia, perhiasaan/permata (71) Lemak dan minyak hewan/nabati (15) Bahan bakar mineral (27) Alas kaki (64) Besi dan baja (72) Garam, belerang, batu, dan semen (25) Timah, dan barang dari timah (80) Kendaraan dan bagiannya (87) Barang dari besi dan baja (73) Bijih, terak, dan abu logam (26)
Jan-Aug 20' %yoy Aug-20 %mtm
8.56% 1.62% -8.33% -16.69% -14.82% -24.07% -23.16% -16.13% -30.01% -5.44% 11.29% 1.56% -12.45% -9.06% -16.99% -5.02% -20.30% -14.06% -22.16% -5.98% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% Tiongkok AS Uni Eropa Jepang India Singapura Malaysia Korea Selatan Thailand Taiwan
Aug-20 %yoy Jan-Aug 20 %yoy
Aug-20 Aug-20 Jan-Aug 20
Aug-19 Jul-20 Aug-20 Jan-Aug 2019 Jan-Aug 2020 %mtm %yoy %yoy
(a) (b) (c) (d) (e) (g)=(c-b)/(b) (f)=(c-a)/(a) (h)=(e-d)/(d) (i)
Total Ekspor 14.262,0 13.702,7 13.069,2 110.348,1 103.159,5 -4,62% -8,36% -6,51% 100,00% Migas 842,9 679,1 611,5 7.959,3 5.259,0 -9,95% -27,45% -33,93% 5,10% Nonmigas 13.419,1 13.023,6 12.457,7 102.388,8 97.900,5 -4,35% -7,16% -4,38% 94,90%
Berdasarkan Sektor Non-migas
Pertanian 337,9 349,7 341,4 2.211,8 2.401,7 -2,37% 1,04% 8,59% 2,33% Industri Pengolahan 11.238,5 11.284,0 10.730,3 83.754,5 82.762,5 -4,91% -4,52% -1,18% 80,23% Pertambangan dan lainnya 1.842,7 1.389,9 1.386,0 16.422,5 12.763,3 -0,28% -24,78% -22,28% 12,37%
Perubahan (%)
Keterangan
Nilai Ekspor FOB (juta USD) Peran terhadap
total ekspor (Jan-Aug 2020)
PERKEMBANGAN EKSPOR & IMPOR INDONESIA
Perkembangan Impor Indonesia
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS
Kegiatan Impor Indonesia mengalami pertumbuhan positif secara mtm dan negatif secara yoy, mengkonfirmasi
mulai berjalannya aktivitas ekonomi dalam negeri pada Agustus 2020. Penurunan impor yang lebih besar
dibandingkan penurunan ekspor menyebabkan neraca perdagangan tercatat surplus.
Perkembangan Impor Indonesia
Nilai impor migas pada Agustus 2020 sebesar USD 949,8 juta, turun signifikan sebesar -0,88% mtm dibandingkan impor Juli 2020 dan turun -41,75% yoy dibandingkan Agustus 2019.
Kontribusi produk migas terhadap total impor Januari-Agustus 2020 adalah 10,25% atau setara USD9,44 miliar. Penurunan harga minyak mentah dan masih terbatasnya aktivitas di dalam negeri
menyebabkan turunnya nilai impor produk migas Indonesia.
Produk Migas
Produk Non-Migas
Nilai impor nonmigas pada Agustus 2020 mencapai USD9,79 miliar, naik ke level 3,01% mtm dibandingkan Juli 2020 (USD9,50 miliar) dan turun -21,91% yoy dibandingkan Agustus 2019 (USD12,54 miliar).
Kontribusi produk nonmigas terhadap total impor Januari-Agustus 2020 adalah 89,75% atau setara USD82,67 miliar.
Perkembangan Impor Indonesia
Impor berdasarkan Penggunaan Barang
Pertumbuhan 10 Produk
Impor Nonmigas Terbesar
Pertumbuhan Impor
dari Negara Tujuan Utama
Posisi Agustus-20, untuk impor barang modal mengalami pertumbuhan negatif,walaupun untuk impor bahan baku/penolong sudah mengalami tren positif yang mengindikasikan mulai bangkitnya aktivitas produksi dalam negeri dimasa pandemic COVID-19. Pertumbuhan impor dari negara asal utama tercatat negatif kecuali dari Taiwan, dimana impor Indonesia dari Taiwan masih berada pada zona ekspansi pada kumulatif Januari-Agustus 2020 dengan produk utama impor adalah Mesin dan Perlengkapan Elektrik (HS 85).
Neraca Perdagangan
= Tumbuh negatif (turun dari bulan sebelumnya) = Tumbuh negatif (tidak seburuk bulan sebelumnnya, tetap di zona negatif) = Tumbuh positif (melambat dari bulan sebelumnya) Keterangan 1 0 ,4 6 4 .3 0 1 0 ,7 4 1 .8 0 -24.19% 2.65% -50% -25% 0% 25% 50% 0 5,000 10,000 15,000 20,000 0 8 /2 0 1 9 1 0 /2 0 1 9 1 2 /2 0 1 9 0 2 /2 0 2 0 0 4 /2 0 2 0 0 6 /2 0 2 0 0 8 /2 0 2 0 % yo y & % mt m Ju ta USD
Imports: cif Growth Impor %yoy Growth Impor %mtm
-40.97% -39.14% -24.30% -17.78% -1.71% 7.93% 23.31% 30.37% 34.36% 42.81% -4.72% 31.47% 51.74% -19.64% -19.51% -19.58% -34.70% -7.10% 9.62% -24.20% -85.00% -40.00% 5.00% 50.00%
Kapal, perahu, dan struktur…
Sayuran (07) Gula dan kembang gula (17)
Barang dari besi dan baja… Mesin dan peralatan… Plastik dan barang dari…
Besi dan baja (72) Serealia (10)
Ampas/sisa industri… Logam mulia,…
Jan-Aug 20 %yoy Aug-20 %mtm
-13.25% -30.55% -13.13% -10.54% -9.15% -28.34% -15.55% -19.65% -13.04% 1.02% -10.25% -60.16% -20.79% -34.46% -20.33% -52.00% -28.56% -8.74% -1.61% 0.52% Tiongkok Jepang Uni Eropa Singapura AS Thailand Korea Selatan Malaysia India Taiwan
Jan-Aug 20 %yoy Aug-20 %yoy
2,327 -338 2,666 11,050 -4,179 15,229
Total Migas Nonmigas
Ju ta U SD Aug-20 Jan-Aug 2020 Perubahan (%)
Aug-20 Aug-20 Jan-Aug 20
Aug-19 Jul-20 Aug-20 Jan-Aug 2019 Jan-Aug 2020 %mtm %yoy %yoy
(a) (b) (c) (d) (e) (g)=(c-b)/(b) (f)=(c-a)/(a) (h)=(e-d)/(d) (i)
Total Impor 14.169,4 10.464,3 10.741,8 112.405,9 92.109,2 2,65% -24,19% -18,06% 100,00% Migas 1.630,5 958,2 949,8 14.270,5 9.438,1 -0,88% -41,75% -33,86% 10,25% Nonmigas 12.538,9 9.506,1 9.792,0 98.135,4 82.671,1 3,01% -21,91% -15,76% 89,75%
Berdasarkan Penggunaan Barang
Barang konsumsi 1.363,8 1.112,2 1.193,5 10.290,8 9.482 7,31% -12,49% -7,86% 10,29% Bahan Baku/Penolong 10.330,0 7.385,2 7.754,7 83.642,2 67.873 5,00% -24,93% -18,85% 73,69% Barang Modal 2.475,6 1.967,0 1.793,6 18.472,9 14.754 -8,82% -27,55% -20,13% 16,02%
Keterangan
Nilai Impor (juta USD) Peran terhadap
total Impor (Jan-Aug 2020)
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar Ekspor untuk Produk
“COVID
-19
Medical
Supplies”
:
Regulasi Tataran Global
Pada awal krisis yang diakibatkan pandemic covid-19, banyak negara yang menerapkan pembatasan ekspor guna
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Langkah tersebut sebagian besar disertai dengan pelonggaran pembatasan
impor barang yang sangat dibutuhkan, seperti obat-obatan, perbekalan kesehatan, dan makanan. Pilihan
kebijakan ini dapat dipahami karena tentunya kebutuhan dalam negeri merupakan suatu prioritas.
Sampai dengan 16 September 2020, terdapat 144 negara yang pernah merilis peraturan sehubungan
perdagangan terkait pandemi COVID-19, dimana 127 negara diantaranya masih mengaktifkan 247 peraturan.
Dari 247 peraturan yang masih aktif, 113 diantaranya bersifat restriksi/membatasi sementara, antara lain dalam
bentuk: larangan ekspor (52 peraturan), perizinan/persyaratan ekspor (27 peraturan), larangan impor (11
peraturan), larangan impor sehubungan
sanitary and phytosanitary
(SPS) (6 peraturan), persyaratan karantina (3
peraturan), kenaikan tarif (2 peraturan), dan sertifikasi (2 peraturan). Sementara itu, 136 peraturan aktif yang
bersifat meliberalisasi sementara, antara lain berupa: pengurangan tariff (99 peraturan), pelonggaran syarat
sertifikasi (7 peraturan), peningkatan kuota (6 peraturan), penghapusan tarif (4 peraturan), dan pengecualian
untuk memfasilitasi impor (4 peraturan).
Sumber Data: https://www.macmap.org/covid19
Peraturan Sementara terkait Impor produk selama Pandemi COVID-19
Peraturan Sementara terkait Impor produk selama Pandemi COVID-19
Indonesia
sendiri
telah
mengeluarkan
8
peraturan
perdagangan sementara selama
pandemi
COVID-19.
Tiga
diantaranya merupakan peraturan
pembatasan, yang saat ini sudah
diterminasi.
Adapun lima (5) peraturan yang
masih berlaku adalah:
•
Persyaratan sertifikasi untuk: (i)
impor hewan hidup dari negara
yang tidak bebas COVID-19; (ii)
Pengecualian Sementara untuk
Penambahan
Zat
Fortifikasi
pada Tepung Terigu; dan (iii)
Penghentian
Sementara
Standar
Nasional
Indonesia
untuk Gula Kristal Putih.
•
Larangan
ekspor
untuk
sejumlah produk perlengkapan
medis, pembersih, bahan baku
masker*.
•
Penghapusan sementara tarif
impor
produk
medis
dan
farmasi
tertentu
yang
digunakan dalam pengobatan
COVID-19**.
Catatan: *HS Code: 30049030, 38089410, 38089420, 56031100, 56039100, 62101019, 62114310, 63079090 **HS Code 29242930, 29242990, 29334990, 29339990, 29419000, 30021500, 30032000, 30036000, 30042091, 30042099, 30045010, 30045029, 30045091, 30046020, 30049030, 30049051, 30049069, 30049089, 30059090, 34011140, 34011150, 34013000, 38085960, 38089410, 38089420, 38089490, 38210010, 38210090, 38220010, 38220020, 38220090, 39269049, 40151100, 40151900, 62101011, 62101019, 62102030, 62102040, 62103030, 62103040, 62104020, 62104090, 62105020, 62105090, 62114310, 63079040, 63079090, 64069091, 65050020, 90049090, 90183110, 90183190, 90189030, 90189090, 90192000, 90200000, 90251919, 90275010, 90278030, 90278040Catatan:
*COVID-19 Medical Supplies mengacu kepada sejumlah produk HS-6 digit yang diklasifikasikan oleh World Customs Organization dan World Health Organization (WHO), dihitung menggunakan data 2019
% terhadap total ekspor/impor negara mengacu pada porsi ekspor COVID-19 Medical Supplies terhadap total ekspor/impor negara
% terhadap total ekspor/impor negara mengacu pada porsi ekspor COVID-19 Medical Supplies per negara terhadap total ekspor/impor Medical Supplies global Intra-industry trade indexdihitung dengan rumus Grubel-Lloyd Index: 𝐺𝐿𝑖,𝑘= 1 − (
𝑋𝑖,𝑘−𝑀𝑗,𝑘
𝑋𝑖,𝑘+𝑀𝑗,𝑘), dimana 𝑋𝑖,𝑘merupakan ekspor negaraiuntuk produkkdan
𝑀𝑖,𝑘merupakan impor negara j untuk produk k. Indikator berada pada kisaran 0-1. Jika suatu negara hanya mengimpor atau mengekspor produk COVID-19 medical supplies maka indeksnya akan menjadi nol, jika mengekspor sebanyak yang diimpor, indikatornya adalah satu.
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar Ekspor untuk Produk
“COVID
-19
Medical
Supplies”
:
Interdependensi Antar Negara
Secara umum, setiap negara tidak mampu memproduksi secara efisien semua jenis barang, termasuk jenis
produk yang dibutuhkan untuk melawan COVID-19 (COVID-19
Medical Supplies
)*. Suatu negara akan produksi
barang yang paling produktif dan efisien untuk diproduksi. Artinya, dengan adanya perdagangan global
memungkinkan produksi untuk: (i) menemukan wilayah/negara yang paling efisien; dan (ii) meningkatkan akses
ke lebih banyak produk dengan harga yang terjangkau. Hal ini tercermin dari adanya spesialisasi produksi
barang, termasuk pada COVID-19
Medical Supplies.
AS dan Jerman cenderung mengkhususkan diri dalam
produksi perangkat medis, sementara Tiongkok dan Malaysia paling mengkhususkan diri dalam memproduksi
pakaian pelindung
Suatu negara mungkin menjadi eksportir terbesar dari suatu jenis COVID-19
Medical Supplies
, namun juga
sebagai importir pada jenis produk lainnya. Impor dilakukan baik untuk produk barang jadi yang akan langsung
dikonsumsi ataupun sebagai bahan baku untuk produksi medical supplies di negara tersebut.
Oleh karenanya, ada ketergantungan yang tinggi antar negara untuk COVID-19
Medical Supplies
yang dapat
diukur melalui
intra-industry trade index.
Indeks ini memiliki skala 1 sampai dengan nol. Tingkat perdagangan
intra-industri yang tinggi ini menunjukkan bahwa negara-negara saling membutuhkan untuk memenuhi
permintaan atau kebutuhan produksi.
Sumber Data: trademap.org, diolah
Peringkat Eksportir % terhadap total ekspor negara % terhadap total ekspor global % terhadap total im por negara % terhadap total im por global Intra-industry trade index 1 Jerman 7.3% 13.8% 5.5% 8.4% 0.77 2 Amerika Serikat 5.5% 11.5% 6.0% 19.0% 0.74 3 Sw iss 24.8% 9.9% 9.2% 3.2% 0.49 4 Belanda 7.6% 7.0% 6.1% 4.9% 0.83 5 Tiongkok 2.2% 6.9% 2.1% 5.5% 0.90 6 Belgia 9.9% 5.6% 9.0% 4.8% 0.93 7 Irlandia 25.0% 5.4% 6.3% 0.8% 0.26 8 Italia 6.4% 4.3% 5.8% 3.4% 0.89 9 Prancis 5.5% 3.9% 4.9% 3.9% 1.00 10 Inggris 5.8% 3.5% 4.1% 3.6% 0.98 11 Meksiko 3.3% 2.0% 2.9% 1.7% 0.94 12 Jepang 2.2% 2.0% 5.1% 4.6% 0.59 13 India 4.8% 2.0% 1.2% 0.7% 0.54 14 Singapura 3.3% 1.6% 2.0% 0.9% 0.71 15 Spanyol 3.7% 1.6% 5.0% 2.3% 0.79 16 Sw edia 6.6% 1.4% 4.1% 0.8% 0.76 17 Austria 5.2% 1.2% 4.5% 1.0% 0.94 18 Kanada 2.0% 1.2% 4.2% 2.4% 0.64 19 Malaysia 3.5% 1.1% 1.8% 0.5% 0.62 20 Polandia 3.0% 0.9% 3.7% 1.1% 0.89
Rata-rata (20 Negara Teratas) 6.9% 4.7% 0.76
Total (20 Negara Teratas) 86.7% 73.5%
41 Indonesia 1.1% 0.2% 1.7% 0.4% 0.76
Suatu negara merupakan net eksportir produkk (surplus) Suatu negara merupakan net importir produkk (defisit)
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar Ekspor untuk Produk
“COVID
-19
Medical
Supplies”
:
Interdependensi Antar Negara (2)
Nilai indeks yang semakin mendekati 1 maka terdapat dua kemungkinan.
Pertama
, ketika ekspor dan impor
COVID-19
Medical Supplies
suatu negara surplus. Artinya, angka ekspor saat ini besar tetapi semakin tinggi
kebutuhan untuk impor COVID-19
Medical Supplies
. Negara-negara dengan skala indeks di area ini memang
memiliki keunggulan untuk produksi sejumlah barang COVID-19
Medical Supplies
untuk diekspor ke negara lain.
Tetapi, negara ini juga memiliki kebutuhan untuk impor dari negara lain karena ada barang-barang tertentu di
mana negara tersebut tidak melakukan produksi.
Kedua
, ketika ekspor dan impor COVID-19
Medical Supplies
suatu negara defisit. Artinya, angka impor saat ini besar tetapi negara ini memiliki peluang untuk ekspor
COVID-19
Medical Supplies
. Negara-negara dengan skala indeks di area ini memang bergantung pada impor untuk
sejumlah barang COVID-19
Medical Supplies
yang diproduksi negara lain. Tetapi, negara ini juga memiliki
keunggulan untuk produksi barang COVID-19
Medical Supplies
yang berpeluang di ekspor ke negara lain.
Sebagai Contoh: Perdagangan Jerman untuk COVID-19
Medical Supplies
surplus dengan nilai indeks 0,77. Maka,
untuk setiap USD1 dari ekspor Jerman (eksportir terbesar) atas produk COVID-19
Medical Supplies
, Jerman
mengimpor produk terkait COVID-19
Medical Supplies
sebesar USD0,77.
Kasus yang berbeda terjadi di AS dimana perdagangan COVID-19
Medical Supplies
defisit dengan nilai indeks
0,75. untuk setiap USD1 dari impor AS atas produk COVID-19
Medical Supplies
, AS mengekspor produk terkait
COVID-19
Medical Supplies
sebesar USD0,75. Demikian pula, untuk setiap USD1 dari impor Indonesia (peringkat
41 eksportir terbesar tahun 2019) atas produk COVID-19
Medical Supplies
, Indonesia mengekspor produk
terkait COVID-19
Medical Supplies
sebesar USD0,76.
Tingkat agregat perdagangan intra-industri yang tinggi ini mengungkapkan bahwa negara-negara saling
membutuhkan untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan produksi.
Peringkat Eksportir % terhadap total ekspor negara % terhadap total ekspor global % terhadap total im por negara % terhadap total im por global Intra-industry trade index 1 Jerman 7.3% 13.8% 5.5% 8.4% 0.77 2 Amerika Serikat 5.5% 11.5% 6.0% 19.0% 0.74 41 Indonesia 1.1% 0.2% 1.7% 0.4% 0.76 Catatan:
*COVID-19 Medical Supplies mengacu kepada sejumlah produk HS-6 digit yang diklasifikasikan oleh World Customs Organization dan World Health Organization (WHO), dihitung menggunakan data 2019
% terhadap total ekspor/impor negara mengacu pada porsi ekspor COVID-19 Medical Supplies terhadap total ekspor/impor negara
% terhadap total ekspor/impor negara mengacu pada porsi ekspor COVID-19 Medical Supplies per negara terhadap total ekspor/impor Medical Supplies global Intra-industry trade indexdihitung dengan rumus Grubel-Lloyd Index: 𝐺𝐿𝑖,𝑘= 1 − (𝑋𝑖,𝑘−𝑀𝑗,𝑘
𝑋𝑖,𝑘+𝑀𝑗,𝑘), dimana 𝑋𝑖,𝑘merupakan ekspor negaraiuntuk produkkdan
𝑀𝑖,𝑘merupakan impor negara j untuk produk k. Indikator berada pada kisaran 0-1. Jika suatu negara hanya mengimpor atau mengekspor produk COVID-19 medical supplies maka indeksnya akan menjadi nol, jika mengekspor sebanyak yang diimpor, indikatornya adalah satu.
Suatu negara merupakan net eksportir produkk (surplus) Suatu negara merupakan net importir produkk (defisit)
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar Ekspor untuk Produk
“COVID
-19
Medical
Supplies”
: Supply
&
Demand
Global
Beberapa negara pemasok terbesar produk COVID-19
Medical Supplies
juga merupakan negara-negara yang
hingga saat ini paling terpapar pandemi COVID-19 (mencatatkan total kasus tertinggi). Di sisi lain, negara
tersebut juga merupakan negara yang paling mengandalkan impor untuk produk tertentu COVID-19
Medical
Supplies
dan pendukungnya (yang tidak efisien apabila diproduksi di dalam negerinya).
Keterkaitan antar negara untuk memenuhi impor atau kebutuhan produksi untuk diekspor (maupun
digunakan untuk keperluan dalam negeri) semakin menyimpulkan bahwa dibutuhkannya pasar yang
lebih terbuka untuk mendukung efektivitas biaya sistem kesehatan, dan untuk memungkinkan
negara mengakses produk yang mereka butuhkan untuk mengatasi krisis kesehatan ini.
Pembatasan ekspor satu negara adalah pembatasan impor di negara lain. Tingginya tingkat saling
ketergantungan akan berdampak lebih luas, terutama di negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah
yang mengandalkan perdagangan untuk mengakses produk COVID-19
Medical Supplies
. Setelah memastikan
pasar dalam negeri tercukupi dan menjadi prioritas utama, selanjutnya menjaga pasar tetap terbuka adalah
kunci untuk memastikan pasokan produk esensial dan memfasilitasi akses kecukupan medis yang lebih merata.
Tabel: Pasokan dan permintaan COVID-19
Medical Supplies
di Negara dengan jumlah kasus
tertinggi
Sumber Data: WHO, trademap.org, diolah
Peringkat
Total Kasus Negara
Jum lah Kasus (per 9 Septem ber
2020) % terhadap total ekspor global % terhadap total im por global 1 Amerika Serikat 6,248,989 11.5% 19.0% 2 India 4,370,128 2.0% 0.7% 3 Brazil 4,147,794 0.3% 1.0% 4 Rusia 1,041,007 0.2% 1.8% 5 Peru 691,575 0.0% 0.2% 6 Kolombia 671,848 0.1% 0.4% 7 Afrika Selatan 640,441 0.3% 0.4% 8 Meksiko 637,509 2.0% 1.7% 9 Spanyol 534,513 1.6% 2.3% 10 Argentina 488,007 0.1% 0.3% 11 Chili 425,541 0.0% 0.3% 12 Iran 391,112 0.0% 0.1% 13 Inggris 352,564 3.5% 3.6% 14 Bangladesh 329,251 0.1% 0.1% 15 Saudi Arabia 322,237 0.0% 0.8% 16 Prancis 317,106 3.9% 3.9% 17 Pakistan 299,659 0.1% 0.1% 18 Turki 283,270 0.3% 0.7% 19 Italia 280,153 4.3% 3.4% 20 Irak 269,578 0.0% 0.2% 21 Jerman 253,474 13.8% 8.4% 22 Filipina 241,987 0.1% 0.3% 23 Indonesia 200,035 0.2% 0.4% 24 Ukraina 143,030 0.0% 0.3% 25 Israel 142,213 0.6% 0.5%
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar Ekspor untuk Produk
“COVID
-19
Medical
Supplies
”:
Peluang Indonesia
Ekspor Produk COVID-19
Medical Supplies
asal Indonesia juga tidak terlepas dari interdependensi dengan
negara lain pada level yang beragam.
Dari 17 kelompok produk yang merupakan bagian dari Covid-19 Medical Supplies, 4 diantaranya Indonesia
hampir sepenuhnya ekspor dan hanya impor relatif sedikit (mencatatkan surplus) yaitu sabun, sarung tangan,
pakaian pelindung untuk bedah/medis dan produk alcohol. Artinya, Indonesia sudah menjadi pemasok bagi
dunia untuk produk-produk ini.
Kemudian, terdapat empat produk yang mencatatkan interdependensi relatif tinggi atau membutuhkan negara
lain untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan produksi pada level yang cukup tinggi adalah: Hidrogen
Peroksida (0,70), Furnitur Medis atau Bedah (0,59), Peralatan Ukur dan Diagnostik Medis (0,54) dan Lain-lain
(0,95). Dari empat produk tersebut, Indonesia tercatat merupakan net importir (defisit) pada perdagangan tiga
produk pertama di pasar global. Dengan kata lain setiap impor USD1 Hidrogen Peroksida, Indonesia mengekspor
senilai USD0,70 produk terkait Hidrogen Perkosida.
Meskipun Indonesia tercatat defisit namun sebenarnya
memiliki kemampuan/keunggulan untuk memproduksi ketiga produk tersebut yang berpeluang untuk
diekspor ke negara lain (atau untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang cukup besar). Sehingga,
pengembangan produksi ketiga produk tersebut (dan komponen pendukungnya) akan terserap baik bagi
pemenuhan di domestik maupun untuk tujuan ekspor.
Tabel: Interdependensi produk COVID-19
Medical Supplies
Indonesia
Catatan:
Intra-industry trade indexdihitung dengan rumus Grubel-Lloyd Index: 𝐺𝐿𝑖,𝑘= 1 − ( 𝑋𝑖,𝑘−𝑀𝑗,𝑘
𝑋𝑖,𝑘+𝑀𝑗,𝑘), dimana 𝑋𝑖,𝑘merupakan ekspor negaraiuntuk produkkdan
𝑀𝑖,𝑘merupakan impor negara j untuk produk k. Indikator berada pada kisaran 0-1. Jika suatu negara hanya mengimpor atau mengekspor produk COVID-19 medical supplies maka indeksnya akan menjadi nol, jika mengekspor sebanyak yang diimpor, indikatornya adalah satu.
Suatu negara merupakan net eksportir produkk (surplus) Suatu negara merupakan net importir produkk (defisit)
Produk
Intra-industry
trade index
Sabun
0.14
Sarung tangan
0.36
Hidrogen Peroksida
0.70
Peralatan Ukur dan Diagnostik Medis
0.54
Kantong plastik untuk limbah dan urin
0.38
Pakaian pelindung untuk bedah/medis
0.07
Alkohol dan jenisnya
0.17
Oksigen dan alat bantu pernapasan
0.12
Jarum, pompa infus, kateter dan alat suntik
0.33
Furnitur Medis atau Bedah
0.59
Masker, pelindung wajah dan mata
0.29
Kain kasa, perban, tongkat kapas dan plat reagen untuk alat uji medis termasuk
untuk swab/rapid test
0.03
Kursi roda dan alat angkutan di faskes
0.14
Wadah Medis
0.08
Disinfektan
0.01
Jeli konduktif/pelumas
0.04
Lain-lain
0.95
v
FOKUS EKSPOR
Menangkap Celah Pasar Ekspor untuk Produk
“COVID
-19
Medical
Supplies
”:
Peluang Indonesia (2)
Langkah pemerintah dengan membuka perdagangan internasional untuk sejumlah produk COVID-19
Medical
Supplies
telah memberikan peluang peningkatan ekspor di tengah lesunya perekonomian domestik dan global.
Kebijakan perdagangan Indonesia ditempuh dengan tetap memprioritaskan dan memastikan ketersediaan
kebutuhan-kebutuhan penting, di dalam negeri seperti masker, peralatan medis dan juga komoditas pangan.
Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk COVID-19
Medical Supplies
Indonesia selama
Januari-Juli 2020 meningkat 30,0% mencapai USD1,29 miliar (dari USD992,8 juta pada periode yang sama tahun
sebelumnya).
Peningkatan terjadi pada hampir seluruh jenis produk: Sabun yang pangsanya paling besar (26,9%) misalnya,
naik 14,9% yoy mencapai USD347,2 juta, diikuti oleh Sarung tangan (pangsa 19,9%) naik 32,1% yoy mencapai
USD256,4 juta dan Hidrogen Peroksida (pangsa 14,6%) naik 35,0% yoy mencapai USD188,5 juta. Adapun jenis
produk yang ekspornya tercatat turun pada periode Januari-Juli 2020 adalah Kantong plastik untuk limbah dan
urin (-5,4% yoy) dan Alkohol dan jenisnya (-16,5% yoy).
Peningkatan Ekspor
COVID-19
Medical Supplies
Peningkatan Ekspor Menurut Produk
30,0% yoy
Peningkatan Ekspor Menurut Negara Tujuan
Berdasarkan
negara
tujuan,
ekspor
COVID-19
Medical
Supplies
Indonesia
selama
Januari-Juli 2020 meningkat ke
sepuluh tujuan ekspor utama
(kecuali ke Jepang yang tercatat
turun 9,8% yoy).
Amerika
Serikat
yang
merupakan
tujuan
ekspor
terbesar
(18,5%)
tercatat
meningkat 38,% yoy mencapai
USD239
juta,
diikuti
oleh
Singapura yang meningkat
57,6% yoy (mencapai USD201,4 juta) dan Tiongkok yang meningkat 144,4% yoy (mencapai USD65 juta).
Penurunan ekspor ke Jepang tersebut dikontribusikan oleh turunnya ekspor produk: Kantong plastik untuk
limbah dan urin, Pakaian pelindung untuk bedah/medis, Peralatan Ukur dan Diagnostik Medis, Furnitur Medis
atau Bedah dan Alkohol dan jenisnya.
Perkembangan ekspor ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang yang baik untuk meningkat ekspor
COVID-19
Medical Supplies
di tengah belum adanya kepastian kapan pandemi ini berakhir.
Disclaimer
The information, data and analysis furnished in this document are disclosed for information purposes only. They do not amount to any type of recommendation, either general or tailored to the personal circumstances of any person. All information and opinions expressed in this document were obtained from sources believed to be reliable and in good faith, but no representation or warranty, express or implied, is made as to its accuracy or completeness. Furthermore, the information, opinions and estimates in this document reflect an evaluation as of the date of initial publication and may be changed without notice.
This report should not be reported as representing the views of Indonesia Eximbank. The views expressed in this report are those of the author(s) and do not necessarily represent those of Indonesia Eximbank or Indonesia Eximbank policy.
Indonesia
Ex
port-
Im
port Monthly Review
September 2020
Penanggungjawab
Agus Windiarto
Tim Penyusun: Indonesia Eximbank Institute
Rini Satriani
Donda Sarah Hutabarat Hayuka Firmansyah Winda Inayati Kus Utami Sarah Zhafira Afifah M Candra Fajar Sodiq Parulian Julio Alberto Faris Izzi Hibaturrahman Fariz Miharja
Indonesia Eximbank
Prosperity Tower
Lantai 1 District 8 - Kawasan SCBD Jl. Jenderal Sudirman,Kav. 52 - 53, Lot 28 Jakarta 12190 - Indonesia
Telepon : +62 21 3950 3600 Fax : +62 21 3950 3699
iebinstitute@indonesiaeximbank.go.id www.indonesiaeximbank.go.id