v
Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat work engagement pada guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung berdasarkan pada dimensi yang dimunculkan yaitu vigor, dedication dan absorption serta fakta-fakta yang memengaruhinya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Responden dalam penelitian ini berjumlah 96 orang.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah dimodifikasi oleh peneliti dari UWES (Utrecht Work Engagement Scale) yang dikembangkan oleh Schaufeli sehingga terdiri dari 18 item. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman dan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, diperoleh 18 item valid dengan validitas sebesar 0,326 sampai dengan 0,834 dan reliabilitas sebesar 0,755. Data diolah secara statistik melalui distribusi frekuensi dan tabulasi silang faktor yang mempengaruhi dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS 21.0.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 58,3% guru memiliki tingkat work engagement yang tergolong tinggi dan 41,7% guru lainnya tergolong rendah. Guru SMK Negeri “X” Bandung memerlihatkan dengan derajat work engagement yang tergolong tinggi pada umumnya memiliki derajat yang tinggi pada ketiga aspek work engagement, sedangkan untuk guru yang memiliki derajat work engagement yang rendah pada umumnya memiliki derajat yang bervariasi pada setiap aspeknya. Saran yang diajukan oleh peneliti kepada para guru SMK Negeri “X” Bandung untuk dapat mempertahankan level energi yang telah dimiliki dengan tetap menjaga semangat, stamina yang tinggi saat bekerja dan terus mengerahkan upaya serta persisten ketika menghadapi hambatan dalam bekerja.
Abstract
The purpose of this research is to identify the level of work engagement on teachers of SMK Negeri "X" in the city of Bandung, based on a dimension that is displayed i.e. vigor, dedication and absorption as well as the facts that influenced them. Research design used is descriptive method with survey technique. The respondents in this study amounted to 96 people.
Measuring instrument used was a questionnaire that has been modified by the researcher of the UWES (Utrecht Work Engagement Scale) developed by Schaufeli that consists of 18 items. Based on a validity test of using Rank Spearman and reliability test using Cronbach Alpha formula, retrieved 18 valid items with the validity of 0.326 up to 0.834 and 0.755 of reliability. Data is processed statistically by frequency distribution and cross tabulate factors that influence by using IBM SPSS 21.0.
Based on the results of the study, it can be concluded that teachers have the level of 58.3% work engagement which belongs to 41.7% higher and the other teachers are categorized as low. Teachers of SMK Negeri “X” Bandung with the level of work engagement that belongs high on generally have a high level on all three aspects of work engagement, while for teachers who have a level of work engagement is low in general have a level which varies on every aspect of it. The suggestions submitted by the researchers to the teachers of SMK Negeri “X” Bandung are maintain the level of energy and while working and continue to exert efforts and persistent when encountering obstacles in work.
Keywords: Work Engagement on SMK Teachers, Vigor, Dedication, Absorption
ix
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORSINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... . iv
ABSTRAK……….. v
ABSTRACT……… vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ………... xii
DAFTAR BAGAN ……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 11
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11
1.5 Kerangka Pemikiran ... 12
1.6 Asumsi ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Work Engagement ... 19
2.2 Aspek-aspek Work Engagement ... 19
2.3 Ciri-ciri Work Engagement ... 21
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Work Engagement ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 27
3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 27
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 27
3.3.1 Variabel Penelitian ... 27
3.3.2 Definisi Operasional ... 27
3.4 Alat Ukur ... 28
3.4.1 Alat Ukur Work Engagement ... 28
3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 30
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 31
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 31
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 32
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 34
xi
Universitas Kristen Maranatha
3.5.2 Karakteristik Populasi ………. 34
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ……… 34
3.6 Teknik Analisa Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden………. 36
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jabatan……….. 36
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Kepegawaian……….. 37
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……….. 37
4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja……… 37
4.2 Hasil Penelitian……… 38
4.2.1 Derajat Work Engagement Guru SMK Negeri “X” Di Kota Bandung….. 38
4.2.2 Derajat Aspek-aspek Work Engagement……….. . 38
4.2.3Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan setiap Aspek Work Engagement... 39
4.2.3.1 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Aspek Vigor….. 39
4.2.3.2 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Aspek Dedication 39 4.2.3.3 Tabulasi Silang antara Work Engagement dengan Aspek Absorption 40 4.3 Pembahasan……… ... .. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………... 48
5.2.1 Saran Teoritis.………. 49
5.2.2 Saran Praktis……… 49
DAFTAR PUSTAKA ... .. 49
DAFTAR RUJUKAN ... .. 50
xiii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
3.3.1 Kisi-kisi Alat Ukur.……….. 28
3.3.2 Skor Penilaian Kuesioner…………..……….. 29
4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jabatan……….………. 36
4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Kepegawaian……….. 37
4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……….. 37
4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja……… 37
4.5 Derajat Work Engagement pada Guru SMK Negeri “X”Kota Bandung……… 38
4.6 Derajat Aspek Work Engagement……… 38
4.7 Work Engagement dengan Vigor………. 39
4.8 Work Engagement dengan Dedication……… 39
DAFTAR BAGAN
1.1 Bagan Kerangka Pikir……….. 18
1
Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan
yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal
yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, di antaranya melalui
jalur pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga
pendidikan yang bertanggungjawab dalam mencetak dan menghasilkan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan akademis sekaligus mempunyai keahlian khusus sesuai dengan
program keahliannya masing-masing. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 66 tahun 2010
“Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.”
Program mata pelajaran di SMK pada prinsipnya terdiri dari tiga kelompok program mata
pelajaran yaitu normatif, adaptif dan produktif. Program mata pelajaran tersebut kemudian
disesuaikan dengan perubahan kurikulum 2013, bahwa untuk kurikulum SMK terdiri atas
kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib merupakan
mata pelajaran yang harus diikuti oleh peserta didik sedangkan mata pelajaran pilihan terdiri
dari pilihan akademik dan vokasional yang disesuaikan dengan fungsi satuan pendidikan di
2
Keberhasilan dalam pendidikan ditopang salah satunya oleh faktor pendidik yang
berkualitas. Salah satunya adalah guru sebagai pelaksana pendidikan secara langsung
(www.enewsletterdisdik.com). Guru memainkan peranan yang sangat besar dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pendidikan. Komponen guru
merupakan salah satu faktor yang sangat esensial dalam keberhasilan pendidikan. Untuk
memperoleh pendidikan yang baik, banyak hal yang harus dipersiapkan agar jalannya proses
belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya dengan kualitas guru yang
ditampilkan dalam aktivitas perilaku guru dalam kesehariannya di sekolah.
Guru SMK merupakan guru yang mengajar di sekolah kejuruan yang memiliki
kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Kompetensi pedagogik ini
menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami
peserta didik melalui perkembangan kognitif peserta didik, merancang pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan peserta didik.
Kompetensi kepribadian adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh
guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri,
bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia
untuk menjadi suri tauladan yang baik. Kompetensi profesional adalah salah satu unsur yang
harus dimiliki oleh guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam. Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan peserta didik dan seluruh
tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Guru adalah profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Untuk di sekolah kejuruan,
3
Universitas Kristen Maranatha satunya selain sudah memiliki sertifikasi guru, juga guru tersebut harus mempunyai
kompetensi khusus sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
Tujuan khusus sekolah menengah kejuruan dalam kurikulum SMK yaitu mengutamakan
pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu,
kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri
di kemudian hari. Sekarang ini terdapat SMK yang sudah menyandang SMK Bertaraf
Internasional untuk menghadapi persaingan global.
SMK Negeri “X” adalah sekolah menengah kejuruan di Kota Bandung dengan bidang
keahlian pariwisata yang memiliki 8 program bidang keahlian yaitu : 1. Usaha Perjalanan
Wisata, 2. Akomodasi Perhotelan, 3. Jasa Boga, 4. Patiseri, 5. Tata Kecantikan Kulit, 6. Tata
Kecantikan Rambut, 7. Tata Busana, 8. Desain Komunikasi Visual.
SMK Negeri “X” merupakan salah satu SMK Negeri yang menjadi SMK unggulan dan
percontohan. Staf pengajar di SMK ini berjumlah 96 orang yang terdiri dari empat tipe guru,
yaitu guru normatif yang mencakup mata pelajaran umum (Pkn, Agama, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris dan Matematika) dengan jumlah 23 orang. Guru adaptif, mencakup
kewirausahaan, Olahraga, Seni budaya dengan jumlah 17 orang. Guru mulok, mencakup
Bahasa Sunda (budaya) dengan jumlah 7 orang. Guru produktif, mencakup bidangnya
masing-masing/jurusan (sesuai dengan kompetensi dan keahlian guru tersebut) dengan
jumlah 46 orang.
Setiap guru di SMK Negeri “X” selain memberikan keahliannya dalam mengajar turut
serta menekankan agar peserta didiknya dapat berwirausaha dan juga mempunyai keahlian
khusus di bidangnya masing-masing. Untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan di
dunia industri, kelompok mata pelajaran produktif diikut sertakan dalam setiap pelatihan
4
kelas perhotelan, maka guru yang bersangkutan beserta peserta didik jurusan perhotelan
mengikuti pelatihan tersebut. Kelompok mata pelajaran produktif ini diajarkan secara
spesifik sesuai dengan kebutuhan setiap program keahlian. Program produktif lebih bersifat
melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia industri.
Disamping itu guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan terlibat langsung dalam
kegiatan manajerial tahunan sekolah yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain penerimaan siswa baru,
penyusunan kurikulum, pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, ujian nasional,
ujian sekolah dan remedial. Khusus untuk SMK ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun
secara mingguan, tapi menggunakan sistem blok atau perpaduan antara sistem mingguan dan
blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semester, tahunan.
Untuk dapat melakukan pendidikan seperti itu, guru wajib membuat dan memenuhi
administrasi guru yaitu RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pada awal semester,
sesuai dengan rencana sekolah. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap
muka. Dalam RPP tersebut, guru dituntut untuk dapat melaksanakan seluruh tugasnya
dengan berpegang pada RPP. RPP ini dijadikan sebagai pedoman oleh guru dalam
menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum pendidikan sehingga pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat
terlaksana dengan baik.
Terkait dengan hal tersebut diatas, para guru di SMK ini perlu untuk melakukan rapat
sebelum, selama dan setelah kegiatan akademik satu semester berlangsung. Selama kegiatan
akademik berlangsung para guru melakukan musyawarah guru mata pelajaran untuk
membahas mengenai persiapan dan penyampaian materi, meningkatan mutu pembelajaran,
5
Universitas Kristen Maranatha pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran dari mulai kegiatan pembelajaran
alat/media/sumber pembelajaran, dan penilaian hasil belajar sehingga dicapai suatu
kesepakatan dalam memberikan pengajaran di kelas. Hal tersebut diharapkan dapat
membantu peserta didik memahami materi yang diberikan serta mengevaluasi secara objektif
apakah peserta didik telah mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Setelah
kegiatan akademik satu semester selesai, tim tinjauan manajemen guru akan melakukan
evaluasi diri dan memperbaiki diri yang merupakan potret selama satu semester sebelumnya.
Para guru diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan baik secara teori maupun praktik sehingga peserta didik memiliki keterampilan
dalam bidangnya masing-masing. Peserta didik harus aktif mencari informasi mengenai
materi pelajaran sehingga terjadi umpan balik dalam proses belajar mengajar. Hal ini
menantang guru-guru untuk mempersiapkan dirinya menjadi sumber informasi, dan untuk itu
guru perlu memperluas pengetahuannya, mengenali potensinya, meng’update’ kurikulum
yang baru, menyiapkan metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran. Guru-guru
juga ditantang untuk selalu bersikap terbuka, ramah, memiliki kedekatan dengan peserta
didiknya sehingga peserta didik tidak sungkan untuk bertanya dan mencari informasi dari
gurunya.
Kurikulum SMK Negeri “X” Bandung yang diterapkan adalah “Competency based
Curriculum” dengan berorientasi pada kebutuhan di dunia kerja saat ini. Peserta didik
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru kemudian mereka diminta untuk
mengerjakan tugas yang tersturktur dan harus selesai pada saat itu juga. Terdapat juga tugas
yang tidak terstruktur yang dapat dikerjakan di rumah. Tugas yang diberikan terdapat tugas
mandiri ataupun tugas kelompok. Peserta didik diberikan stimulus berupa pengalaman
6
kegiatan belajar mengajar lebih panjang yaitu sekitar 8,5 jam sehari untuk menyiapkan
peserta didik agar siap bekerja sesuai kebutuhan industri.
Sistem penilaian terhadap peserta didik yang digunakan oleh guru dilaksanakan secara
periodik melalui ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester dan uji level
serta pengamatan sikap. Disamping itu, terdapat penilaian dari tugas yang diberikan guru
terhadap peserta didik yang berupa tugas mandiri terstruktur dan tugas mandiri tidak
terstruktur. Dengan penekanan pada proses dan hasil belajar peserta didik, diharapkan
peserta didik telah mencapai kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja maupun industri.
Dalam menjalankan perannya, guru menghadapi beraneka ragam permasalahan seperti
kurikulum yang berubah-ubah (belum mencapai 5 tahun sudah berubah kembali) hal tersebut
membuat guru harus bergerak cepat dalam menghadapi perubahan kurikulum supaya peserta
didik mereka tidak tertinggal. Guru dituntut untuk selalu “update” seiring dengan perubahan
zaman terutama dalam dunia pendidikan dan teknologi. Para guru dituntut untuk dapat
berkreatifitas yang inovatif agar proses belajar mengajar berjalan mengikuti perkembangan
global yang sangat cepat ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kurikulum SDM SMK Negeri “X” Bandung,
beberapa guru di sekolah itu ada yang merangkap sebagai guru normatif dan guru produktif
ataupun guru adaptif dan guru produktif, semua itu sesuai dengan kompetensi dan keahlian
guru yang bersangkutan. Beliau juga menambahkan bahwa semua staf guru di SMK ini
wajib hadir di sekolah selama 37,5 jam/minggu.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 29 orang guru di SMK Negeri
“X” Bandung, tampak bahwa 29 orang guru ini menghayati bahwa profesi sebagai guru tidak
semudah yang dibayangkan karena selain mengajar mereka juga dituntut untuk mendidik
7
Universitas Kristen Maranatha pendidik berarti juga menjadi teladan bagi peserta didik. Guru dituntut untuk professional
dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar,
membimbing dan melatih peserta didik. Dalam pelaksanaannya di lapangan, terkadang
mereka mengalami beberapa kesulitan dari mulai karakteristik siswa, kemampuan
konsentrasi, atensi serta sikap siswa yang berbeda-beda dan beraneka ragam. Setiap Guru di
SMK Negeri “X” Bandung selalu berusaha untuk menjadi guru yang profesional,
membentuk siswa ke arah yang lebih baik, membekali ilmu dan keterampilan sehingga siswa
dapat lebih mandiri.
Sebanyak 29 Guru memiliki harapan besar pada kemajuan anak didiknya, hal ini terlihat
dari keinginan guru-guru tersebut menjadikan anak didiknya berprestasi, membekali anak
didik dengan ilmu dan keterampilan yang berkualitas dengan menggunakan kreativitas yang
inovatif dari setiap guru di SMK Negeri “X” Bandung. Tetapi pada kenyataannya ada saja
anak didik yang sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan, tiga orang guru
mengatakan apabila anak didiknya sulit seperti itu maka guru pun merasa prihatin dan tidak
bisa berbuat apa-apa. Saat dalam menghadapi peristiwa dilapangan, mereka mengkespresikan
optimisme dengan memandang penyebab masalah-masalah yang terjadi itu, dari sisi
lingkungan (eksternal) seperti ada siswa yang pada akhirnya tidak dapat dipertahankan (drop
out) karena terlalu banyak pelanggaran yang siswa lakukan yaitu, seperti permasalahan
absensi, nilai-nilai yang kurang bahkan sampai pada perilaku dari peserta didik itu sendiri
yang sudah tidak dapat diberikan toleransi. Guru-guru di SMK Negeri “X” Bandung, memiliki
sikap resiliensi yang baik dimana, para guru mengatakan bahwa dalam menjalankan
profesinya ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri pada diri sang guru sehingga ketika
8
profesinya ini. Guru-guru di SMK Negeri “X” sadar bahwa setiap hambatan atau rintangan
tersebut dapat dilalui dengan terus selalu belajar dan belajar dari pengalaman.
Disamping itu, sebagai data tambahan peneliti juga melakukan wawancara kepada 7
orang guru, 5 orang diantaranya menghayati bahwa mereka tertantang dengan tugas-tugas
sebagai guru SMK. Melakukan persiapan metode pengajaran, memperdalam potensi yang ada,
menjaga stamina dan kestabilan emosi selama 8jam menjadi tantangan yang ingin dihadapi
dengan antusias oleh guru SMK Negeri “X” Bandung.
Selain perasaan tertantang dan antusias, para guru juga menghayati bahwa mereka
memiliki level energi yang tinggi dalam mengajar. Mereka memiliki energi lebih saat
mengajar dan mau mengerahkan usaha dalam mengajar. Guru menghayati bahwa dengan
semakin terampil dan mandirinya peserta didik dalam pelajaran baik itu pelajaran teori
maupun praktek membuat guru bersemangat, memiliki energi yang lebih dan ingin
memberikan usaha lebih dalam mengajar.
Dalam proses belajar mengajar yang dirasakan oleh guru seakan waktu lebih cepat
berlalu. Hasil wawancara menunjukan bahwa 5 dari 7 orang guru menyatakan bahwa mereka
seingkali tidak menyadari waktu pelajaran telah habis. Guru dituntut untuk terus menerus
berkonsentrasi dalam menyampaikan materi, memberi penilaian, mengarahkan,
mengobservasi sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu.
Selain itu para guru harus melibatkan diri dengan masalah-masalah administratif dari
mulai perencanaan pembelajaran hingga menilai hasil pembelajaran seperti yang terdapat pada
RPP. Survey awal dan hasil wawancara terdapat dari 29 sampel dan 3 orang yang di
wawancara mengatakan bahwa terlalu banyak administrasi yang wajib mereka lengkapi.
Disatu sisi mereka harus mengajar anak didik mereka disisi lain mereka harus melengkapi
9
Universitas Kristen Maranatha diadakan pihak industri terkait agar para guru ‘update’ dengan kemajuan industri (permintaan
pasar kerja). Dalam profesinya ini para guru menghayati perannya dan sangat terlibat dalam
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan terutama untuk peserta didiknya di SMK Negeri
“X” Bandung.
Berdasarkan wawancara dengan 7 orang guru, 4 diantaranya menghayati adanya tuntutan
secara mental dalam mengajar yang dimana memperluas pengetahuan dan memperdalam
materi serta terus ‘update’ dengan kurikulum yang ada memerlukan usaha lebih secara mental.
Selain itu 7 orang guru menghayati adanya tuntutan secara fisik dalam mengajar dimana guru
perlu meluangkan waktu untuk rapat secara rutin, melakukan musyawarah guru mata
pelajaran, sistem penilaian membutuhkan konsentrasi yang kuat serta stamina yang baik.
Disamping itu, adanya tuntutan secara emosional dihayati oleh hampir seluruh guru dalam
menghadapi karakteristik yang beraneka ragam dari peserta didik dan juga apabila
menghadapi peserta didik yang kurang kooperatif dalam proses belajar mengajar hal tersebut
menjadi hambatan bagi guru dalam menjaga kestabilan emosi Hasil wawancara kepada 7
orang guru dan mereka menyatakan bahwa mereka mempunyai harapan dan keinginan untuk
mampu melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan juga dapat terus mengembangkan
kemampuan, kompetensi serta keahlian diri yang dimiliki untuk kemudian dibagikan kepada
anak didiknya ilmu maupun pengalaman yang telah dimiliki. Dalam profesinya ini para guru
menghayati perannya dan sangat terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
terutama untuk peserta didiknya di SMK Negeri “X” Bandung.
Sehubungan dengan hal diatas, seorang guru memiliki harga diri yang tinggi karena guru
merupakan profesi terhormat, Smulder (Indrianti & Hadi, 2012) menyatakan bahwa guru juga
merupakan salah satu profesi yang menuntut work engagement yang tinggi selain
10
dengan entrepreneur dan perawat yaitu pekerjaan yang melibatkan kualitas pelayanan sebagai
modal utamanya. Work engagement juga merupakan salah satu konstruk yang dimasukan ke
dalam konteks psikologi positif karena konstruk tersebut menekankan pada kesejahteraan
seorang karyawan (Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma & Bakker, 2001). Work engagement
menurut Schaufeli & Bakker (2010) ialah kondisi mental yang positif, memuaskan, dan
berhubungan dengan pekerjaan yang dikarakteristikkan dengan vigor, dedication dan
absorption. Schaufeli dan Bakker menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi
prediktor penting bagi work engagement. menurut Schaufeli dan Bakker Job demand, job
resources, dan personal resources merupakan faktor-faktor yang kuat bagi work engagement
(Bakker & Leiter, 2010, halm. 87).
Selain itu dalam memenuhi kewajibannya para guru SMK Negeri “X” Kota Bandung
menghayati adanya tekanan kerja, tuntutan mental, tuntutan emosional dan fisik yang disebut
sebagai job demands. Job demands dengan level tinggi ataupun rendah dapat menghasilkan
motivasi yang tinggi dan engagement saat dikombinasikan dengan job resources yang tinggi
(Bakker & Demerouti 2007). Job resources merupakan aspek-aspek dari pekerjaan yang
fungsional untuk mencapai goal yang meminimalkan efek dari job demands atau menstimulasi
personal growth (Bakker, 2010, halm. 153). Job resources meliputi umpan balik, autonomy,
dan dukungan sosial. Job demands yang dihadapi dengan sikap yang positif seperti
optismisme, keyakinan diri untuk menghadapi tuntutan yang ada, resiliensi dan mampu untuk
merencanakan tujuan yang diinginkan meskipun terdapat hambatan dapat meningkatkan work
engagement. Sikap-sikap positif ini disebut personal resources.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa work engagement merupakan hal penting untuk
11
Universitas Kristen Maranatha melakukan suatu penelitian mengenai Work Engagement pada guru di SMK Negeri “X” di
Kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui gambaran work engagement pada guru di SMK Negeri
“X” di Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai work
engagement pada guru di SMK Negeri “X” Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat work engagement pada guru SMK
Negeri “X” di Kota Bandung berdasarkan pada aspek yang dimunculkan yaitu vigor, dedication
dan absorption serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai disiplin ilmu, khususnya di bidang
Psikologi Industri dan Organisasi terutama yang berkaitan dengan Work Engagement di
dunia pendidikan.
2. Memberi informasi tambahan bagi mahasiswa dan peneliti lain yang ingin meneliti dan
12
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi dan penjelasan kepada guru-guru SMK Negeri “X” di Kota
Bandung mengenai work engagement yang dimilikinya sebagai bahan pertimbangan dan
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri maupun kinerjanya dalam kegiatan
mengajar.
2. Memberikan informasi kepada seluruh guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung mengenai
work engagement yang berpengaruh terhadap kepuasan kinerja guru-guru dalam
melaksanakan tugasnya.
1.5 Kerangka Pikir
Guru yaitu pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (diambil dari
undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Guru di Indonesia memiliki
job demands atau tuntutan pekerjaan yang selalu bertambah dari tahun ke tahun. Guru harus
memenuhi berbagai persyaratan sertifikasi yang mulai diselenggarakan pada tahun 2007.
Selain itu untuk guru Sekolah Menengah Kejurusan diperlukan juga keahlian atau
keterampilan-keterampilan khusus untuk menunjang proses pekerjaannya dalam mengajar
sesuai dengan bidang keahliannya. Guru juga harus menyesuaikan diri dengan kurikulum
nasional yang terus berubah.
Bertambahnya tuntutan kerja pada profesi guru secara potensial dapat menimbulkan
tekanan dan menguras segala energi dalam kemampuannya untuk beradaptasi terhadap
pekerjaan. Sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pencapaian visi
13
Universitas Kristen Maranatha divisi khusus dengan program kerja meliputi; pendataan atau analisa kebutuhan karyawan,
penempatan karyawan sesuai dengan bidang keahliannya, peningkatan kualitas karyawan,
promosi serta rotasi karyawan, peningkatan kesejahteraan karyawan.
Dengan seiring perubahan-perubahan kurikulum dari pemerintah, membuat para guru
harus ekstra kerja keras dan terus belajar mengenai sistem perubahan kurikulum yang ada.
Selain itu kurikulum saat ini menuntut guru untuk menyusun materi yang akan disampaikan
sesuai dengan komponen administrasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), melakukan rapat
secara rutin, berdiskusi dengan guru lain untuk bertukar mengenai materi, bekerja 6-8 jam
setiap pertemuan, melakukan penilaian hardskill maupun softskill pada setiap kemampuan
peserta didiknya, memberikan masukan ataupun arahan pada peserta didik, memeriksa
tugas-tugas yang diberikan dan mempersiapkan soal kuis, ujian ataupun remedial. Hal ini tentu
menjadi job demands bagi para guru SMK Negeri “X” Bandung di dalam pekerjaannya dan
menuntut para guru untuk lebih banyak meluangkan waktu, memberikan usaha dan
produktivitas yang lebih sehingga para guru dapat memberikan pengajaran yang terbaik dan
berkualitas bagi peserta didik.
Dalam job demands secara langsung akan memberikan tuntutan juga pada setiap guru
secara mental, dimana para guru harus dan mau berusaha untuk terbuka terhadap
informasi-informasi baru mengenai materi dan teknologi untuk menunjang proses belajar mengajar dan
secara emosional yang dimana guru perlu bersikap terbuka, memiliki ketertarikan ataupun
kedekatan dengan peserta didik. Guru juga dituntut untuk memiliki fisik yang kuat dan
mampu menjaga kesehatan dirinya karena guru memberi penilaian pada para peserta didik
dengan sistem hardskill dan softskill yang membutuhkan konsentrasi terus menerus selama
14
Selain job demands, pekerjaan sebagai guru memiliki job resources. Job resources
didefinisikan sebagai aspek fisik, psikologis, sosial dan organisasi pada pekerjaan yang
antara lain digunakan untuk mengurangi tuntutan pekerjaan (job demands) dan usaha yang
dikeluarkan baik secara fisik maupun psikis ketika mengajar, berusaha dan berfungsi dalam
mencapai tujuan saat mengajar serta menstimulasi perkembangan, pertumbuhan, dan
pembelajaran pribadi bagi guru SMK Negeri “X” Bandung. Job resources guru terdiri dari
autonomy, performance feedback dan social support.
Dalam mengajar, guru SMK Negeri “X” Bandung diberikan kebebasan dalam mengatur
cara mengajar serta dalam mengembangkan materi yang akan disampaikan (autonomy)
dengan berpegang pada KBM, sehingga para guru akan merasa lebih tertantang dalam
mengajar. Umpan balik yang diberikan peserta didik, rekan seprofesi maupun kepala sekolah
mengenai kinerja guru SMK Negeri “X” Bandung (performance feedback) dapat membuat
guru SMK Negeri “X” Bandung merasa berarti serta merasa yakin akan kemampuannya
dalam mengajar. Selain itu, dukungan yang diperoleh dari keluarga maupun kerabat (social
support) dapat meningkatkan kerelaan Guru SMK Negeri “X” Bandung untuk terus berusaha
dan berjuang, membuat guru merasa berharga dengan pekerjannya tersebut. Keyakinan guru
mengenai kemampuannya juga semakin meningkat dengan dukungan tersebut sehingga guru
berharap akan mendapat hasil yang baik. Seluruh resources ini akan mendukung guru
menjadi lebih yakin untuk menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjannya sebagai guru pengajar
SMK Negeri “X” di Kota Bandung.
Sumber daya yang digunakan atau yang lebih dikenal dengan personal resource
merupakan kepercayaan positif terhadap diri sendiri, dibentuk dari phychological capital
yang terdiri dari self-effiicacy, optimism, hope and resiliency. Guru SMK Negeri “X”
15
Universitas Kristen Maranatha bangga dan berarti sehingga rasa bangga dan berarti tersebut (self-efficacy) dapat
meningkatkan keyakinannya untuk menghadapi tuntutan sebagai guru SMK Negeri “X”
Bandung. Selain itu, guru yang berharap akan mendapatkan hasil yang baik (optimism)
ketika mengajar akan merasa lebih tertantang dan antusias. Guru SMK Negeri “X” Bandung
sebelum memulai mengajar membuat perencanaan untuk mencapai tujuannya ketika
mengajar (KBM) dan mengarahkan energi yang dimilikinya (hope) serta mampu untuk
bangkit kembali dari kesulitan yang dialami saat mengajar (resiliency), maka guru tersebut
akan mampu menghadapi hambatan saat mengajar di SMK Negeri “X” Bandung sehingga
menjadi lebih yakin untuk menghadapi tuntutan dalam mengajar di SMK Negeri “X”
Bandung.
Job resources dan personal resources guru SMK Negeri “X” Bandung akan saling terkait
dan akan saling mendukung untuk mengurangi job demands guru, dimana job demands guru
SMK Negeri “X” hanya dapat dipenuhi oleh job resources dan personal resources yang
dimiliki guru SMK Negeri “X” (Bakker & Demerouti, 2007). Hal ini kemudian akan menjadi
faktor yang mempengaruhi terbentuknya work engagement guru SMK Negeri “X” di Kota
Bandung. Bergantung pada seberapa mampu job demands guru dipenuhi oleh job resources
dan personal resources guru SMK Negeri “X” Kota Bandung. Semakin tinggi derajat
personal resources and job resources guru SMK Negeri “X” Bandung maka akan semakin
menunjang dalam mengurangi job demands guru SMK Negeri “X” Bandung (Bakker &
Demerouti, 2007).
Work engagement guru SMK Negeri “X” Bandung adalah suatu keadaan mental positif
yang berhubungan dengan kesejahteraan pekerjaan guru SMK Negeri “X” Bandung dan
memnuhi diri yang memiliki karakteristik energi tinggi dan kuat dan teridentifikasi dalam
16
bahwa energi dan fokus yang terdapat pada work engagement akan memampukan guru SMK
Negeri “X” Bandung mencapai kinerja maksimal saat mengajar. Guru juga mendapat
kapasitas dan motivasi lebih untuk mengajar, bahkan work engagement dapat meningkatkan
komitment organisasi, inisiatif, inovasi dan kreatifitas (Bakker & Demerouti, 2007, 2008).
Untuk mengukur work engagement guru SMK Negeri “X” Bandung, maka perlu
mengukur aspek-aspek dari work engagement itu sendiri. Work engagement terdiri dari tiga
aspek yaitu vigor, dedication and absorption. Aspek yang pertama yaitu vigor, merupakan
tingkat energi yang tinggi dan mental yang kuat yang dimiliki oleh guru SMK Negeri “X”
selama mengajar. Kemauan untuk mengarahkan segala upaya dalam mengajar dan tetap
bertahan meskipun menghadapi kesulitan dalam mengajar. Apabila seorang guru memiliki
vigor yang tinggi, maka guru tersebut akan bersemangat ketika mengajar, mampu
menghadapi situasi kelas yang tidak kondusif untuk belajar, mengupayakan segala cara
untuk melengkapi materi dan memberikan penjelasan yang mendalam mengenai materi.
Sebaliknya, apabila guru memiliki vigor yang rendah maka guru tersebut tidak bersemangat
ketika akan mengajar, kesulitan menghadapi situasi yang tidak kondusif untuk belajar, hanya
memberikan materi dan penjelasan seadanya.
Aspek kedua, yaitu dedication, merupakan keterlibatan guru SMK Negeri “X” yang
sangat tinggi saat mengajar dan guru tersebut mengalami keberartian, antusiasme, inspirasi,
kebanggaan dan tantangan. Apabila guru memiliki dedication yang tinggi, maka guru
tersebut akan antusias untuk mengajar di kelas, memiliki banyak inspirasi dalam
memberikan materi, bangga akan pekerjaannya sebagai guru dan merasa tertantang dengan
pekerjaannya sebagai guru. Sebaliknya, apabila guru memiliki dedication yang rendah maka
17
Universitas Kristen Maranatha memberikan materi, tidak bangga akan pekerjaannya sebagai guru SMK Negeri “X” dan
merasa terbebani dengan pekerjaannya sebagai guru.
Aspek ketiga, yaitu absorption, dimana guru SMK Negeri “X” berkonsentrasi penuh dan
asik ketika mengajar sehingga guru merasa ketika ia mengajar waktu berlalu begitu cepat dan
menemukan kesulitan dalam memisahkan diri dengan mengajar. Apabila guru memiliki
absorption yang tinggi, maka guru tersebut akan berkonsentrasi dan merasa senang ketika
mengajar, merasa waktu begitu cepat berlalu dan seringkali lupa waktu saat mengajar, serta
sulit untuk berhenti ketika sedang menerangkan materi. Sebaliknya, apabila guru memiliki
absorption yang rendah, maka guru tersebut akan mudah terdistraksi ketika mengajar,
merasa waktu begitu lama berlalu saat menyampaikan materi dan lebih cepat untuk
menghentikan proses belajar mengajar ketika waktu kelas akan habis.
Vigor, dedication and absorption akan saling terkait dan membentuk tinggi atau
rendahnya work engagement yang dimiliki oleh guru SMK Negeri “X”, sehingga tinggi atau
rendahnya work engagement guru dilihat melalui vigor, dedication and absorption secara
keseluruhan. Apabila guru SMK Negeri “X” bersemangat ketika mengajar, mampu
menghadapi permasalahan yang dialami dalam mengajar, merasa bangga dan berarti dengan
pekerjaannya serta berkonsentrasi penuh dan merasa waktu begitu cepat berlalu ketika
mengajar maka guru tersebut akan semakin menikmati pekerjaannya, merasa nyaman dengan
pekerjaannya dan engaged dengan pekerjaannya sebagai guru SMK Negeri “X” Bandung.
Sebaliknya, guru yang antusias ketika mengajar dan merasa waktu begitu cepat ketika guru
tersebut mengajar, namun tidak bangga dan tidak meraa berarti dengan pekerjaannya sebagai
guru akan memiliki tingkat work engagement yang lebih rendah dibandingkan dengan guru
18
mengajar dan bangga serta merasa berarti dengan pekerjaannya sebagai guru. Berikut
peneliti gambarkan bagan kerangka pemikiran:
1.1. Bagan Kerangka Pikir
1.6 Asumsi
1) Derajat work engagement yang dimiliki guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung
berbeda-beda.
2) Job demands, job resources dan personal resources berperan dalam work engagement.
3) Job resources dan personal resource guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung akan
mengurangi dampak dari job demands guru SMK Negeri “X” Kota Bandung dan
membentuk work engagement. Guru SMK
48
Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian work engagement terhadap
guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung, maka diperoleh suatu gambaran mengenai work
engagement pada guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung sebagian besar memiliki derajat work
engagement yang tinggi
2. Guru SMK Negeri “X” di Kota Bandung dengan derajat work engagement yang tergolong
tinggi pada umumnya memiliki derajat yang tinggi pada ketiga aspek work engagement,
sedangkan untuk guru yang memiliki derajat work engagement yang rendah pada
umumnya memiliki derajat yang bervariasi pada setiap aspeknya.
3. Aspek work engagement pada Guru SMK Negeri “X” yang paling rendah dengan derajat
work engagement yaitu dedication.
4. Aspek work engagement pada Guru SMK Negeri “X” yang paling tinggi dengan derajat
49
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian work engagement lebih lanjut dengan
responden yang lain.
2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai work engagement dapat melakukan
penelitian lebih lanjut dan spesifik mengenai keterkaitan faktor-faktor yang memengaruhi
work engagement antara lain job demand, job reaources, dan personal resources dalam
memunculkan work engagement.
5.2.2 Saran Praktis
1. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SMK Negeri “X” di Kota Bandung
supaya diberikan “autonomy” dalam hal rancangan pekerjaan yang lebih bervariasi pada
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA GURU SMK NEGERI “X” DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha
Oleh:
RANTI PURNAMASARI
0930212
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas
limpahan rahmat, karunia dan ridha-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi untuk
menempuh sidang sarjana dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement Pada
Guru SMK Negeri “X” Di Kota Bandung”.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, baik berupa moril
maupun materil, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Fifie Nurofia Psikolog, MM selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam
penyusunan penelitian ini.
2. Fundianto M.Psi selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan masukan
dan arahan selama penyusunan penelitian ini.
3. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog selaku dosen wali yang memberikan semangat kepada
peneliti agar menyelesaikan penelitian ini.
4. Keluarga yang secara langsung dan tidak langsung memberikan semangat, dukungan serta
fasilitas kepada peneliti untuk bisa menyelesaikan penelitian ini.
5. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Maranatha yang telah memberikan bantuan
kepeda peneliti untuk pengurusan surat sehingga dapat dilaksanakannya penelitian ini.
6. Para Guru dan staf SMK Negeri “X” di Kota Bandung yang bersedia memberikan
informasi dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
7. Hani, Ameta, dan teman-teman Psikologi lainnya angkatan 2009 yang telah menjadi teman
viii
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan penelitian ini.
Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat peneliti
harapkan. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
pihak-pihak yang memerlukan. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan
penelitian ini.
Bandung, Agustus 2016
49
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, Arnold. B., Leiter, Michael. P. 2010. Work Engagement : A Handbook of Essential Theory and Research. New York : Psychology Press.
Bakker, Arnold. B. Demerouti, E. 2006. The Job Demands-Resources Model: State of The Art. Journal of Managerial Psychology. Volum 22, No. 3.
Bakker, A. B., Hakanen, J. J., Demerouti, E., & Xanthopoulou, D. (2007). Job Resources Boost Work Engagement, Particularly When Job Demands Are High. Journal of Educational Psychology, 274-284.
Bakker, A. B., Schaufeli, W. B., Leiter, M. P., & Taris, T. W. (2008). Work Engagement: An Emerging Concept in Occupational Health Psychology. Journal of Work & Stress, 187-200.
Bakker, Arnold dan Schaufeli, Wilmar. 2003. Utrecht Work Engagement Scale : Preliminary Manual : Occupational Health Psychology Unit Utrecht University.
Basikin. 2007. Vigor, Dedication and Absorption : Work Engagement among Secondary School English Teachers in Indonesia. Journal of Educational Psychology, 274-284
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. USA: University of North California.
Guliford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and education. New York : McGRAW-HILL Book Company, inc
Kumar, Ranjit. 2005. Research Methodology : A step-By-Step guide for beginners. London : Sage.
50
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Adita, I & Widyarini, I, & Yungsiana. Pengaruh Psychological capital dan Organizational Based Self Esteem terhadap Work Engagement. Jurnal Psikologi Industri dan
Organisasi. (Online). Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya Malang.
(
http://psikologi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/JURNAL-ISTIQOMAH-YUNGSIANA-_0911233074_.pdf, diakses 7 April 2016)
Man, S, G & Hadi, C. Hubungan antara Perceived Organizational Support dengan Work Engagement pada Guru SMA Swasta di Surabaya. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. (Online), Vol.2 No. 2 Agustus 2013. (https://journal.unair.ac.id, diakses 26 Oktober 2015)
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi – Juli 2015 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Saroni, M. Sekolah Menengah Kejuruan, Mencetak Tenaga Terampil Berbasis Sekolah. Redaksi e-Newsletterdisdik.(
https://enewsletterdisdik.wordpress.com/2007/12/04/smk-mencetak-tenaga-terampil-berbasis-sekolah/, diakses 23 Oktober 2014)
Soraya, E. 2014. Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Labschool Jakarta. Skripsi. Jatinangor : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
Pengertian dan Definisi guru SMK. (Online).
(www.informasi-pendidikan.com/2013/07/pengertian-dan-definisi-guru.html, diakses
26 Oktober 2015).
Rianawaty, Ida. Buku Pedoman Penghitungan beban Kerja Guru 2008. Uraian Tugas Guru. (Online). 23 April 2011.
(http://idarianawaty.blogspot.co.id/2011/04/uraian-tugas-guru.html, diakses 23
Oktober 2014)
Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Sekolah Menengah Kejuruan.
Zebia, Arintika. 2014. Studi Deskriptif mengenai Work Engagement pada Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Universitas Kristen Maranatha.
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html