• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di Perusahaan "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di Perusahaan "X" Kota Bandung."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan derajat Resilience at Work. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Responden pada penelitian ini berjumlah 31 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan dengan teori Maddi dan Koshaba (2005). Berdasarkan uji validitas denan menggunakan rumus Rank Spearman diperoleh adalah 45 item valid dengan validitas berkisar 0,300 – 0,819, dan reliabilitas 0,925 yang berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas sangat tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki derajat Resilience at Work yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja medical reprentative di perusahaan “X” kota Bandung kurang dapat mengembangkan sikap dan kemampuannya dalam keadaan yang tertekan

Kata Kunci : deskriptif, resilience at work, medical representative

(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the description of Resilience at Work in Medical Representative at Company “X” Bandung. The method that the researcher uses is descriptive method with survey technique. The total of the respondent are 31 persons.

The measuring tool that the researcher uses is questionnaire, which has been modified by the researcher based on Maddi and Koshaba (2005) theory. Based on the validity by using Rank Spearman’s formula, the researcher finds 45 valid items with the validity between 0,300 – 0,819 and 0,925 reliability using Alpha Croncbach Formula, so this measuring tool have high reliability.

The conclusion from this research is most of the Medical Representative of Company “X” have a low level of Resilience at Work. So it shows that most of the Medical Representatives of Company “X” Bandung doesn’t really develop their attitudes and skills during a stressful situation

Keyword : descriptive, resilience at work, medical representative

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...………...ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian...………...iii

Abstrak...iv

Abstrak......………v

Kata Pengantar...…..……..………vi Daftar Isi...ix

Daftar Tabel...xiii

Daftar Bagan...xv

Daftar Lampiran...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian…………...……10

1.3.1 Maksud Penelitian...………...10

1.3.2 Tujuan Penelitian...……...10

1.4 Kegunaan Penelitian...10

1.4.1 Kegunaan Teoritis...10

1.4.2 Kegunaan Praktis...11

1.5 Kerangka Pemikiran...11

(4)

1.6 Asumsi...20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...21

2.1 Resilience at Work...21

2.1.1 Pengertian Resilience at Work...21

2.1.2 Aspek-aspek Resilience at Work...21

2.1.3 Faktor-faktor yang Memepengaruhi Resilience at Work...28

2.2 Stres...31

2.2.1 Pengertian Stres...31

2.2.2 Penyebab Stres atau Stressor...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...33

3.1 Rancangan Penelitian... ...33

3.2 Skema Prosedur Penelitian...34

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian...34

3.3.1 Variabel Penelitian... ...34

3.3.2 Definisi Operasional...34

3.4 Alat Ukur...35

3.4.1 Kuesioner Resilience at Work…...35

3.4.2 Kisi-kisi Alat ukur...36

3.4.3 Prosedur Pengisian...37

3.4.4 Sistem Penilaian...38

(5)

3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang…...39

3.4.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...39

3.4.6.1Validitas Alat Ukur...39

3.4.6.2Reliabilitas Alat Ukur...41

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...42

3.6 Teknik Analisis Data...43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...44

4.1 Gambaran Responden...44

4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin...44

4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Lama Bekerja...45

4.1.3 Gambaran Responden berdasarkan Usia...45

4.2. Hasil Penelitian...46

4.2.1 Derajat Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46

4.2.2 Derajat Attitude pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46

4.2.3 Derajat Skill pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...47

4.2.4 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Commitment...47

4.2.5 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan

(6)

derajat Control...48

4.2.6 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Challange...49

4.2.7 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Attitude...50

4.2.8 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Transformational Coping...51

4.2.9 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Social Support...52

4.2.10 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Skill...53

4.3. Pembahasan...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...58

5.2 Saran...59

5.2.1 Saran Teoretis...59

5.2.2 Saran Praktis...59

Daftar Pustaka... ...60

Daftar Rujukan... .61

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi alat ukur resilience at work...36

Tabel 3.2 Tabel sistem penilaian ...39

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Validitas...41

Tabel 3.4 Tabel Kriteria Reliabilitas dengan Skala Guilford...42

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin...44

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Lama Bekerja...45

Tabel 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Usia...45

Tabel 4.4. Derajat Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46

Tabel 4.5 Derajat Attitude pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46

Tabel 4.6 Derajat Skill pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...47

Tabel 4.7 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Commitment...47

Tabel 4.8 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Control...48

Tabel 4.9 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Challenge...49

Tabel 4.10 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan

(8)

derajat Attitude...50

Tabel 4.11 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan

derajat Transformational Coping...51

Tabel 4.12 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan

derajat Social Support...52

Tabel 4.13 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan

derajat Skill...53

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir...19

Bagan 3.1 Bagan Skema Rancangan Penelitian...33

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Letter of Contcent dan alat ukur (data utama, data penunjang, dan kisi-kisi alat

ukur)……….….xvii

Lampiran 2 Validitas dan reliabilitas……….………...li

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian………..…...lviii

Lampiran 4 Biodata Peneliti………...……lix

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan teknologi sudah semakin maju. Melalui

perkembangan teknologi ini maka semakin banyak bidang lain yang

berpengaruh dalam kehidupan kita, salah satunya adalah kesehatan.

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan

manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

agar tetap sehat dan melakukan aktivitas sehari-hari mereka, karena tanpa

kesehatan seseorang tidak akan dapat melakukan aktivitas mereka dengan

baik. Akibat dari pentingnya kesehatan ini, banyak perusahaan – perusahaan

yang juga sekarang bergerak di bidang kesehatan atau lebih dikenal dengan

perusahan farmasi. Perusahaan farmasi sangat banyak di Indonesia, salah

satunya adalah perusahaan “X”.

Perusahaan “X” merupakan sebuah perusahaan farmasi yang berdiri

pada tahun 1963 yang kemudian bergabung dengan sebuah grup perusahaan

pada tahun 1981. Perusahaan “X” sendiri merupakan salah satu perusahaan

yang cukup berpengaruh di bidang farmasi. Di bandung sendiri perusahaan ini

memiliki dua cabang dan sedang dalam proses pembukaan pabrik barunya di

daerah lembang. Selain sebagai distributor obat, perusahaan ini juga memiliki

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha Medical Representative atau sering juga disebut dengan Medrep adalah suatu jenis pekerjaan dibidang farmasi yang bertugas untuk

mempresentasikan produk-produk berupa obat yang ditawarkan kepada user

atau target produk, agar user tertarik untuk menggunakannya. Maka dari itu,

biasanya Medrep juga sering disebut dengan Detailer. Untuk menjadi pekerja

medical representative di perusahaan “X”, mereka harus mengikuti training selama 26 hari kemudian melakukan masa percobaan selama 3-6 bulan.

Apabila sesuai dengan kriteria seperti dapat melakukan tindakan dengan

cepat, melakukan persuasi, maka mereka akan dipekerjakan untuk bekerja

sebagai karyawan tetap medical representative di perusahaan “X” ini.

Medrep sendiri berperan untuk menjembatani pertemuan antara pihak perusahaan farmasi dengan user ataupun pihak-pihak lainnya yang

berwenang. Tugas utama (job description) seorang medical representative di

perusahaan “X” ini yaitu 1) melakukan kunjungan rutin kepada user untuk

mempromosikan atau mempresentasikan produk-produk dari perusahaan “X”

agar user menggunakan produk mereka tersebut ketika memberikan resep

kepada pasien, 2) melakukan survei apotek untuk mengecek stok dan

mengetahui pemakaian resep user yang sering digunakan sehingga pekerja

medrep dapat mengetahui produk yang akan ia presentasikan kepada user, 3) melakukan follow up untuk mengetahui apakah produk tersebut sudah

digunakan oleh user tersebut atau tidak dan 4) membuat laporan mengenai

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha Tugas dari Pekerja Medrep diatas membuat medrep dituntut untuk

terjun ke lapangan. Pekerja medrep harus mencapai target berupa sejumlah

uang/ nominal yang harus dicapai dengan menjual produk-produk (dalam hal

ini obat-obatan) kepada user. Apabila pekerja medrep tidak dapat

menjalankan tugasnya dengan baik, hal ini akan memberikan dampak negatif

kepada pekerja medical representative dan perusahaan “X” tersebut. Dampak

negatif dari medical representative ini sendiri, yaitu mereka akan

mendapatkan surat peringatan bahkan harus dikeluarkan dari perusahaan “X”,

dan dampak negatif yang diterima dari perusahaan “X” yaitu mengalami

kerugiaan khususnya dalam hal biaya dan keuntungan perusahaan.

Di perusahaan “X” ini sendiri, setiap pekerja medical representative

memiliki tim yang dibagi-bagi berdasarkan dengan wilayah/area Kota

Bandung. Setiap tim terdiri dari 2 – 5 orang (tergantung dari besarnya

wilayah) termasuk dengan satu atasan atau dalam hal ini adalah supervisor.

Untuk mencapai target yang diberikan perusahaan, mereka akan diberikan

target individu sesuai dengan kesulitan dari tempat yang akan ditugaskan oleh

pekerja medical representative tersebut berdasarkan data-data yang

didapatkan dari 3 bulan sebelumnya.

Dalam hal ini, apabila pekerja medical representative ini dapat

mencapai target individu, mereka akan mendapatkan insentif bulanan, namun

target tim harus dicapai selama 3 bulan berturut-turut untuk mendapatkan

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha mengulang kembali target tersebut dari awal agar mendapatkan insentif

triwulan, sehingga apabila tidak dapat mencapai target individu, hal tersebut

akan berdampak kepada tidak tercapainya target tim.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh medrep untuk mencapai target

adalah melakukan presentasi kepada user mengenai produk dari perusahaan

“X” ini, namun untuk melakukan presentasi itu tidaklah mudah karena mereka

harus menunggu hingga user menyelesaikan pekerjaan mereka. Seperti

menunggu user menyelesaikan pekerjaannya hingga selesai baru kemudian

medrep akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan user. Terkadang dalam bertemu dengan user, biasanya waktu yang diberikan tidak

banyak. Hal ini membuat medrep dituntut untuk dapat menjelaskan manfaat

obat/produk tersebut secara efektif dan cepat. Selain itu, dibutuhkan relasi

yang baik antara medrep dan user untuk melakukan persuasi dan akhirnya

produk tersebut digunakan oleh user yang bersangkutan.

Hal berikutnya adalah masalah jam kerja. Pekerja medrep ini harus

bekerja mulai dari senin hingga jumat untuk bekerja diluar lapangan. Setiap

sabtu mereka harus membuat laporan mengenai hal-hal yang telah dilakukan

selama lima hari tersebut. Pekerja medrep ini selalu bertemu dengan tim pada

pukul 08.00 tiap pagi hari untuk melakukan absensi dan diskusi hingga pukul

11.00. Mulai dari pukul 11.00 mereka harus keluar lapangan, dan mereka

ditargetkan untuk bertemu dengan minimal 10 user setiap harinya. Hal ini

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha menunggu user dan mempromosikan produknya, sehingga pekerja medrep

dituntut untuk siap kapanpun.

Masalah lainnya adalah persaingan dengan medrep dari perusahaan

farmasi lain. Dalam menemui user, pekerja medrep juga harus menunggu

bersama pekerja medrep dari perusahaan lainnya. Terkadang walaupun sudah

menunggu lama namun, belum tentu user tersebut menggunakan produk yang

dikeluarkan dari perusahaan “X” ini. Hal ini menyebabkan Pekerja medrep

harus memiliki cara yang berbeda dan pendekatan yang rutin agar dapat

bersaing dengan perusahaan farmasi lain.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 5 pekerja medrep di

perusahaan “X”, 4 dari 5 orang pekerja medrep (80%) ketika menghadapi

pencapaian target, mereka memberikan reaksi baik pada gejala fisik maupun

psikologis. Pada gejala fisik misalnya mereka menjadi pusing, mudah lelah,

bahkan ada yang sampai sakit hingga bedrest. Pada gejala psikologis misalnya

mereka menjadi sulit bahkan tidak dapat tidur karena mereka memikirkan

bagaimana cara untuk mencapai target, menjadi malas untuk bekerja, tidak

konsentrasi, bahkan ada yang memilih untuk mengalihkan sementara masalah

pekerjaan yang dialami dengan cara refreshing ataupun pergi bersama

teman-teman mereka.

Dari reaksi yang diberikan oleh pekerja medrep dalam pencapaian

target tersebut, maka bekerja sebagai medrep ini merupakan pekerjaan yang

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha merupakan keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial

membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk

mengatasinya. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi

fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,

dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 5 orang pekerja

medrep di perusahaan “X”, 5 dari 5 (100%) pekerja medical representative menghayati bahwa mereka akan tetap terlibat dengan kejadian dan

orang-orang disekitarnya walaupun berada pada saat situasi yang menekan. Kelima

pekerja medrep menghayati bahwa bekerja sebagai medrep merupakan

pekerjaan yang penting karena mereka merupakan ujung tombak sekaligus

penjembatan antara perusahaan dengan user, sehingga tanpa pekerjaan ini

maka akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan. Sesulit apapun

situasi pada pekerjaan mereka, khususnya dalam hal pencapaian target,

mereka akan tetap terlibat untuk mengerahkan usaha untuk mencapai target

mereka.

4 dari 5 (80%) pekerja medical representative di perusahaan “X”

menghayati untuk memberikan pengaruh positif pada hasil dari perubahan

yang terjadi di sekitarnya. Para pekerja medical representative mengaku untuk

mencapai target tidaklah mudah, sehingga mereka akan melakukan strategi

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha sebelum menuju ke lapangan agar dapat mencapai target tersebut. Selain itu

setiap pekerja di tim tersebut dapat saling berbagi ilmu baru sehingga

menambah pengetahuan mereka terhadap pekerjaan tersebut. 80% pekerja

medical representative mengaku bahwa ketika mereka tidak dapat mencapai target mereka akan semakin berusaha untuk memperbaiki cara mereka, seperti

lebih melakukan follow up lebih dan melakukan lebih menggencarkan survei

apotek.

4 dari 5 (80%) pekerja medical representative menghayati bahwa

situasi yang menekan sebagai hal yang haru dihadapi dan mendapatkan

sesuatu yang baru dari situasi tersebut, misalnya saat mereka tidak dapat

mencapai target pada bulan tertentu, mereka menjadi bersemangat dan

menjadikan hal tersebut tantangan untuk dapat mencapai bahkan melebihi

target dari bulan sebelumnya. Namun, 20% pekerja medical representative

merasa putus asa apabila dari awal sudah merasa tidak dapat mencapai target

di bulan tersebut sehingga membuatnya menjadi malas untuk mencapai target.

Hal lain yang membuat mereka menantang adalah pendekatan ke user, karena

mereka harus selalu siap walaupun bertemu dengan user yang tidak ramah

bahkan acuh, sehingga pekerja medical representative di perusahaan “X” ini

akan melakukan persuasi yang lebih untuk mendapatkan respon yang baik

dari user tersebut.

5 dari 5 (100%) pekerja medical representative di perusahaan “X”

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha situasi yang memilki manfaat bagi dirinya, dengan melakukan coping, seperti

melakukan pencarian informasi, melakukan analisis serta membuat strategi

yang efektif agar dapat mencapai target

5 dari 5 (100%) pekerja medical representative di perusahaan “X”

menghayati bahwa mereka siap memberikan dukungan serta bantuan kepada

rekan kerja/timnya. Saat salah satu anggota tim memiliki masalah, mereka

akan saling mendukung dan memberikan kepercayaan bahwa bawahannya

tersebut mampu mengatasi masalahnya. Setelah itu, setiap anggota tim

memberikan saran berdasarkan dari pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki agar anggota tim tersebut dapat menyeselaikan masalahnya.

Dari situasi yang membuat pekerjaan medrep menjadi stress dan

penghayatan yang ditampilkan oleh pekerja medical representative di

perusahaan “X”, maka diperlukan resilience at work. Resilience at work

merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengolah sikap dan

kemampuan yang dimiliki untuk dapat menolong dirinya sendiri agar dapat

bangkit kembali dari keadaan stres, memecahkan masalah, belajar dari

pengalaman, serta menjadi lebih sukses dan mencapai kepuasan di dalam

suatu proses atau kemampuan seseorang untuk berada dalam keadaan tertekan

namun mereka dapat tetap berusaha memecahkan masalahnya dan merubah

keadaan yang mengganggu ke arah yang baru dan lebih baik dari sebelumnya

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha Resilience at work tersebut terbentuk dari hardiness yang didalamnya terdiri dari attitudes dan skills. Individu yang dikatakan memiliki resilience at

work akan terlihat dari Attitudes yang terdiri dari : Commitment, control, dan challange (atau disebut juga dengan 3C). Selain attitudes, terdapat juga skills yang terdiri dari : transformational coping, dan social support. Dengan kata

lain, dapat dikatakan bahwa resilience merujuk pada bagaimana cara

seseorang mengolah sikap dan kemampuannya untuk dapat bertahan dan

keluar dari keadaan tertekan dan tidak meratapi keterpurukan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa penghayatan para

pekerja medical representative di perusahaan “X” mengenai sikap dan

kemampuan mereka ketika berada situasi yang menekan berbeda-beda,

sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui resilience at work pada pekerja

Medical Representative di perusahaan “X” kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui resilience at work pada pekerja Medical

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran resilience at work pada pekerja Medical

Representative di perusahaan “X” kota Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran resilience at work pada pekerja Medical

Representative di perusahaan “X” kota Bandung yang ditinjau dari dua aspek,

yaitu Attitudes (yang terdiri dari Commitment, controlI dan challenge) dan

skills (yang terdiri dari transformational coping dan social support).

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Untuk memberikan informasi di bidang psikologi industri dan

organisasi mengenai derajat resilience at work pada pekerja medical

representative di perusahaan “X” , Kota Bandung

2. Sebagai referensi dan pendorong bagi peneliti lain yang akan meneliti

lebih lanjut mengenai Resilience at work, khususnya pada pekerja

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi pada pekerja medical represntative di

perusahaan “X” kota Bandung bahwa resilience at work yang mereka

miliki diharapkan dapat membantu mereka untuk bertahan pada situasi

yang menekan saat bekerja.

2. Memberikan informasi pada atasan ataupun HRD di perusahaan “X”

bahwa resilience at work dapat membantu mereka untuk mengatasi

stress yang dihadapi dalam pencapaian target.

1.5 Kerangka pemikiran

Medical Representative atau sering juga disebut dengan Medrep adalah suatu jenis pekerjaan dibidang farmasi yang bertugas untuk

menerangkan produk-produk dari perusahaan farmasi , dalam hal ini obat

kepada user atau target produk. Maka dari itu, biasanya Medrep juga sering

disebut dengan Detailer. Medrep berperan untuk menjembatani pertemuan

antara pihak perusahaan farmasi dengan user seperti user dan apotik, ataupun

pihak-pihak lainnya yang berwenang.

Pekerja medrep sendiri juga dituntut untuk mencapai target selama

bekerja namun, untuk mencapai target ini tidaklah mudah bahkan hal ini dapat

menimbulkan tekanan yang dialami oleh pekerja medrep tersebut. Hal yang

membuat pekerja medrep menjadi tertekan adalah pencapaian target. Untuk

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha dimana mereka harus menunggu user selesai bekerja terlebih dahulu dan

melakukan persuasi dengan menyelesaikan karakteristik user yang

berbeda-beda. Selain itu mengenai jam kerja, karena mereka memiliki target

kunjungan per hari serta target berupa nominal sehingga membuat mereka

harus bekerja hingga larut malam, dan hal yang terakhir yaitu persaingan

dengan medrep dari perusahaan farmasi lainnya yang dapat menghambat

mereka mencapai target karena mungkin saja user yang bersangkutan lebih

memilih produk dari perusahaan farmasi lain.

Situasi pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja medrep di perusahaan

“X” diatas akan mendapatkan tekanan yang berujung pada stress. Menurut

Lazarus dan Folkman (1986) stress merupakan keadaan internal yang dapat

diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial

yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi

kemampuan individu untuk mengatasinya. Stressor dapat berasal dari

berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga

muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan

luar lainnya. Dari situasi pekerjaan yang membuat stress tersebut maka

diperlukan resilience at work. Resilience at work adalah kapasitas seseorang

untuk bertahan dan berkembang meskipun dalam keadaan stress. (Maddi &

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha Resilience at work bukan hanya kemampuan yang secara langsung muncul sejak seseorang dilahirkan, namun hal tersebut dapat dipelajari dan

diperbaiki. Seorang pekerja medical representative agar dapat menjadi

resilience, perlu mengolah attitudes dan skills yang terdapat di dalam hardiness. Hardiness merupakan kemampuan untuk mengolah pola attitudes dan skills yang berfungsi untuk bertahan dan berkembang meskipun dalam

keadaan stress. Attitudes ini sendiri terdiri dari 3C, yaitu : commitment,

control, dan challenge. Selain attitudes, untuk menjadi resilience seseorang membutuhkan skills yang terdiri atas transformational coping dan social

support.

Ketika berada pada situasi yang menekan, pekerja medrep di

perusahaan “X” akan mengolah aspek yang pertama pada attitudes yaitu

commitment. Commitment merupakan sejauh mana pekerja medrep tetap terlibat dengan kejadian dan orang-orang disekitarnya walaupun pada saat di

situasi yang menekan, juga memandang pekerjaannya sebagai suatu hal yang

penting dan cukup berarti untuk mempertaruhkan perhatian yang penuh,

imajinasi, dan usaha. Komitmen sebagai salah satu bentuk sikap ini membantu

individu untuk terlibat penuh dalam tugas pekerjaan dan kehidupan, juga

membentuk pemahaman dari kejadian disekitarnya dan sebagai dasar untuk

mengevaluasi hasil yang situasional. apabila pekerja Medrep memiliki

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha menghadapi masalah dan bersedia menunggu dalam waktu yang lama ketika

mencapai target karena mereka menilai pekerjaan ini penting sebagai

penjembatan antara perusahaan “X” dengan user. Namun apabila pekerja

Medrep memiliki resilience at work yang rendah maka pekerja medrep akan merasa pekerjaan ini tidak penting dan tidak dapat dipertahankan dalam

mencapai target secara maksimal.

Aspek yang kedua yaitu control. Control merupakan sejauh mana

pekerja medrep tetap berupaya memberikan pengaruh positif pada hasil dari

perubahan yang terjadi disekitarnya daripada membiarkan diri tenggelam

dalam kepasifan dan ketidakberdayaan, dan melakukan yang terbaik untuk

menemukan solusi atas masalah pekerjaan sehari-hari. Pekerja medrep akan

menentukan situasi mana yang terbuka untuk berubah. Sikap ini membantu

pekerja medrep untuk percaya bahwa perubahan kondisi stres itu penting dan

cukup berarti mendedikasikan diri untuk memengaruhi kondisi disekitarnya

kearah yang menguntungkan. Medrep memiliki resilience at work yang tinggi

maka mereka akan mencoba untuk membuat sesuatu yang tidak pasti menjadi

pasti, dan mencoba menyusun strategi dalam mencapai target, namun apabila

medrep yang memiliki resilience yang rendah akan merasa pasif dan putus asa ketika berada dalam situasi yang menekan.

Aspek yang terakhir dari sikap ini adalah challenge. Challenge

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha menemukan sesuatu yang baru. Ketika pekerja medrep menghadapi perubahan

situasi stres, mareka akan mencoba memahaminya, dan belajar dari keadaan

stress tersebut. Pekerja medrep berani menghadapi situasi yang menekan

sebagai sebuah tantangan, bukan menghindarinya. Hal tersebut menunjukkan

optimisme ke arah masa depan daripada dirinya takut. Sikap ini membuat

pekerja medrep merasakan perubahan sebagai proses kehidupan yang normal.

Hal ini membuat pekerja medrep memandang bahwa pekerjaan tersebut

melihat tantangan dari setiap kesulitan dalam mencapai target. Medrep

memiliki resilience at work yang tinggi maka mereka akan merasa tertantang

untuk dapat mencapai target dan menjadikan kesulitan sebagai peluang.

Namun apabila pekerja Medrep memiliki resilience at work yang rendah

maka pekerja medrep akan menyerah dan merasa pesimis untuk mencapai

target karena mereka merasa target yang diberikan merupakan beban.

Ketika commitment, control dan challenge pada pekerja medrep di

perusahaan “X” ini tersebut terbentuk, mereka kemudian akan mengolah dan

mengembangkan skill untuk dapat bertahan dalam pekerjaannya. Terdapat dua

aspek skill yang kemudian menunjang hardiness dan membentuk resilience at

work pada pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung. Aspek yang pertama yaitu Transformational coping, yaitu kemampuan

pekerja medrep untuk mengubah situasi stressful menjadi situasi yang

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha negatif yang muncul saat berada pada situasi stressful akan berkurang dan

membuka pikiran individu untuk menemukan solusi agar dapat bertindak

secara efektif.

Untuk dapat membentuk kemampuan untuk transformational coping,

Pekerja medrep yang memiliki kemampuan untuk transformational coping,

Pekerja medrep akan mencoba untuk memperluas persektif mengenai situasi

stressful, kemudian mereka akan memahami situasi stressful ini secara mendalam dan akhirnya mereka mencari solusi yang terbaik agar dapat

mencapai target. Transformational coping akan melibatkan proses mentalnya

untuk keluar dari situasi stressful dan pekerja medrep akan mendapatkan

umpan balik dengan mengevaluasi pemecahan masalah yang dilakukan oleh

dirinya, sehingga pekerja medrep yang memiliki resilience yang tinggi akan

berusaha untuk mencari informasi lain agar mendapatkan solusi dan strategi

terbaik khususnya dalam hal pencapaian target. Hal ini akan meningkatkan

ketahanan sikap dari commitment, control, dan challenge yang dimiliki oleh

pekerja medrep.

Aspek yang kedua yaitu kemampuan pekerja medrep untuk

berinteraksi dengan orang lain agar mendapatkan dan memberikan dukungan

sosial. Pekerja medrep harus mampu berelasi dengan orang lain didalam

lingkungan kerja, baik sesama tim maupun dengan atasan. Pekerja medrep

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha dukungan kepada rekan kerja terlebih dahulu. Ketika pekerja medrep telah

memberikan dukungan, kemudian mereka akan memberikan bantuan kepada

rekan kerja. Hal ini akan membuat rekan kerja lain akan melakukan hal yang

sama kepada pekerja medrep yang telah memberikan dukungan dan bantuan

kepada mereka sehingga hal tersebut membentuk kemampuan social support.

Social support akan membantu pekerja medrep di perusahaan “X” memecahkan konflik interpersonal dalam pekerjaan dengan berinteraksi

secara konstruktif, membantu dan mendukung untuk mencapai win-win

solutions untuk semua pihak. Mereka percaya bahwa permasalahan adalah kesempatan untuk mempererat hubungan. Medrep memiliki resilience at

work yang tinggi maka mereka akan lebih mampu untuk menanggulangi kesulitan dengan mencari pemecahan masalah dan saling memberikan

dukungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Namun apabila pekerja

Medrep memiliki resilience at work yang rendah maka pekerja medrep akan membuat dirinya merasa pesimis, mudah menyerah (putus asa) dalam

menghadapi situasi yang sulit dan menarik dirinya dari orang-orang yang ada

disekitarnya.

Selain attitudes dan skills, Terdapat 3 faktor berupa feedback yang

mempengaruhi Resilience at work pada pekerja medrep yaitu Personal

(28)

18

Universitas Kristen Maranatha melihat dirinya melakukan apa yang dibutuhkan, sehingga dengan pekerja

medrep bertahan akan memperkuat sikap commitment, control, dan challenge. Selanjutnya adalah other people. Other people merupakan pengamatan atas

tindakan individu yang dibuat orang lain, sehingga komentar mereka akan

memotivasi individu untuk mengatasi masalah secara konstruktif,

memperkuat pembelajaran, memperdalam koneksi kepada mereka.

Faktor yang terakhir adalah results. Results sendiri adalah dampak

aktual dari tindakan pekerja medrep pada target kejadian dan/atau orang. Jika

feedback yang diberikan positif, pekerja medrep merasa lebih terlibat dan kurang merasa terasing dalam keadaan stress, mereka juga akan merasa lebih

terkendali dan belajar dari tantangan, daripada merasa terancam melainkan

membuat mereka merasa lebih commitment, control, dan challenge di

dalamnya.

Ketika pekerja medrep di perusahaan “X” telah mengolah dan

membentuk attitudes dan skills maka akan terlihat derajat resilience at work

pada pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung. Derajat

resilience at work ini terbagi menjadi dua yaitu tinggi dan rendah. Pekerja medical representative yang memiliki derajat resilience at work yang tinggi memiliki derajat attitudes dan skills yang tinggi sehingga mereka akan

mengembangkan dirinya dalam mengolah sikap dan kemampuannya ketika

(29)

19

Universitas Kristen Maranatha representative yang memiliki derajat resilience at work yang rendah memiliki salah satu atau kedua aspek antara attitudes dan skills yang rendah, sehingga

mereka akan mengalami keterpurukan dan merasa terbebani ketika

menghadapi masalah dalam pencapaian target.

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Pekerja Medrep di

perusahaan “X” kota Bandung

Stress Resilience at work

Rendah Tinggi Faktor yang mempengaruhi :

- Feedback personal reflection

- Feedback other people

- Feedback Result

Situasi yang menekan:

- Pencapaian Target - Jam kerja

- Persaingan dengan Medrep dari perusahaan farmasi lain

Aspek Resilience at Work

Attitudes :

- Commitment

- Control

- Challenge

Skill :

- Transformational coping

(30)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Tugas-tugas pekerja medrep dalam mencapai target yang tinggi melalui

keuletan mereka untuk melakukan kunjungan rutin kepada user,

melakukan presentasi dalam waktu yang sempit, persaingan dengan

medrep dari perusahaan farmasi lain merupakan situasi yang sulit

2. Kendala yang dirasakan oleh pekerja medrep di perusahaan “X” untuk

mencapai target yaitu dalam hal menemui user, jam kerja dan persaingan

dengan medrep dari perusahaan lain.

3. Agar dapat bertahan dan berkembang dalam situasi yang menekan untuk

pencapaian target ini dibutuhkan Resilience at work.

4. Pekerja Medrep memiliki derajat Resilience at work yang berbeda-beda.

5. Resilience at work memiliki tiga aspek sikap yang terkandung dalam hardiness, yaitu control, commitment dan challange serta dua aspek skill yaitu transformational coping dan social support.

6. Terdapat tiga sumber feedback yang merupakan faktor dari resilience at

(31)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap 31 pekerja medical representative di

perusahaan “X” kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat 22 pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung

memiliki derajat resilience at work yang rendah, dan 9 pekerja yang memiliki

derajat resilience at work yang tinggi

2. Semua pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung yang

memiliki derajat resilience at work yang tinggi juga memiliki derajat yang

tinggi pada semua aspek attitudes dan skills.

3. Transformational coping merupakan aspek yang paling rendah pada pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung yang memiliki derajat resilience at work yang rendah

4. Aspek yang paling tinggi pada resilience at work dari seluruh pekerja medical

(32)

59

Universitas Kristen Maranatha 5.2Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih

lanjut dengan melakukan uji korelasi antara faktor-faktor yang

mempengaruhi resilience at work dengan derajat resilience at work

agar dapat terlihat seberapa besar hubungan faktor-faktor tersebut

terhadap derajat resilience at work.

5.2.2 Saran Praktis

1. Sehubungan aspek yang paling rendah pada pekerja medical

representative di perusahaan “X” kota Bandung adalah transformational coping, disarankan agar diberikan training dan konsultasi yang berhubungan dengan transformational coping

(33)

60

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing :Design, Analysis, and Use. USA: University of North California.

Guilford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and education. New York : McGRAW-HILL Book Company, inc

Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Lazarus, R, S, and Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company

Maddi, S. R & Deborah, M. K. 2005. Resilience at Work : How to Succeed No Matter What Life Throws at You. United States of America, Amacon Maddi, Salvatore R.2009. The Journal of Positive Psychology, vol.4, 566 -577

Nazir, Muhammad 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Sudjana, M.A. 2002. Metode Statistika, Edisi 6 Bandung : Tarsito

(34)

61

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Fakultas Psikologi, 2009, Panduan Penelitian Skripsi Sarjana. Bandung Universitas Kristen Maranatha

Frissilia, Gian. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada Anggota Regu Rescue Dinas Kebakaran Kota Bandung, Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Parameswari, Fergie Tami. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work

Prajurit Perwira Perta TNI AD Satuan “X” di Cimahi. Skipsi. Bandung :

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Santoso, Felicia Ayu. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada

Karyawan Medical Representative PT “X” TBK di Kota Bandung. Skripsi.

Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf , diakses pada tanggal 20 Oktober 2013

Referensi

Dokumen terkait

gereja, maka dengan demikian upaya gereja dalam menanggulangi konflik Porto-Haria.. selama ini bukan dengan kekerasan ( violence ) melainkan tanpa kekerasan (

Berikut ini adalah hasil dari monitoring management bandwidth pada jaringan wifi menggunakan access point : 1.. Melakukan pengaturan bandwidth

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari Hukum Administrasi Negara, kebijakan pengendalian kendaraan bermotor merupakan suatu instrumen yang

[r]

[r]

[r]

Hendaknya dapat menerapkan design analisis tersebut kedalam pengajaran analisis, apresiasi karya sastra berjenis prosa dan drama dengan menggunakan media film sebagai objek

Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun ditempat dimana kemantapannya tidak dapat