ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan derajat Resilience at Work. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Responden pada penelitian ini berjumlah 31 orang.
Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan dengan teori Maddi dan Koshaba (2005). Berdasarkan uji validitas denan menggunakan rumus Rank Spearman diperoleh adalah 45 item valid dengan validitas berkisar 0,300 – 0,819, dan reliabilitas 0,925 yang berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki derajat Resilience at Work yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja medical reprentative di perusahaan “X” kota Bandung kurang dapat mengembangkan sikap dan kemampuannya dalam keadaan yang tertekan
Kata Kunci : deskriptif, resilience at work, medical representative
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the description of Resilience at Work in Medical Representative at Company “X” Bandung. The method that the researcher uses is descriptive method with survey technique. The total of the respondent are 31 persons.
The measuring tool that the researcher uses is questionnaire, which has been modified by the researcher based on Maddi and Koshaba (2005) theory. Based on the validity by using Rank Spearman’s formula, the researcher finds 45 valid items with the validity between 0,300 – 0,819 and 0,925 reliability using Alpha Croncbach Formula, so this measuring tool have high reliability.
The conclusion from this research is most of the Medical Representative of Company “X” have a low level of Resilience at Work. So it shows that most of the Medical Representatives of Company “X” Bandung doesn’t really develop their attitudes and skills during a stressful situation
Keyword : descriptive, resilience at work, medical representative
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...………...ii
Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian...………...iii
Abstrak...iv
Abstrak......………v
Kata Pengantar...…..……..………vi Daftar Isi...ix
Daftar Tabel...xiii
Daftar Bagan...xv
Daftar Lampiran...xvi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Identifikasi Masalah...9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian…………...……10
1.3.1 Maksud Penelitian...………...10
1.3.2 Tujuan Penelitian...……...10
1.4 Kegunaan Penelitian...10
1.4.1 Kegunaan Teoritis...10
1.4.2 Kegunaan Praktis...11
1.5 Kerangka Pemikiran...11
1.6 Asumsi...20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...21
2.1 Resilience at Work...21
2.1.1 Pengertian Resilience at Work...21
2.1.2 Aspek-aspek Resilience at Work...21
2.1.3 Faktor-faktor yang Memepengaruhi Resilience at Work...28
2.2 Stres...31
2.2.1 Pengertian Stres...31
2.2.2 Penyebab Stres atau Stressor...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...33
3.1 Rancangan Penelitian... ...33
3.2 Skema Prosedur Penelitian...34
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian...34
3.3.1 Variabel Penelitian... ...34
3.3.2 Definisi Operasional...34
3.4 Alat Ukur...35
3.4.1 Kuesioner Resilience at Work…...35
3.4.2 Kisi-kisi Alat ukur...36
3.4.3 Prosedur Pengisian...37
3.4.4 Sistem Penilaian...38
3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang…...39
3.4.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...39
3.4.6.1Validitas Alat Ukur...39
3.4.6.2Reliabilitas Alat Ukur...41
3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...42
3.6 Teknik Analisis Data...43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...44
4.1 Gambaran Responden...44
4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin...44
4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Lama Bekerja...45
4.1.3 Gambaran Responden berdasarkan Usia...45
4.2. Hasil Penelitian...46
4.2.1 Derajat Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46
4.2.2 Derajat Attitude pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46
4.2.3 Derajat Skill pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...47
4.2.4 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Commitment...47
4.2.5 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan
derajat Control...48
4.2.6 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Challange...49
4.2.7 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Attitude...50
4.2.8 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Transformational Coping...51
4.2.9 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Social Support...52
4.2.10 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Skill...53
4.3. Pembahasan...53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...58
5.2 Saran...59
5.2.1 Saran Teoretis...59
5.2.2 Saran Praktis...59
Daftar Pustaka... ...60
Daftar Rujukan... .61
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi alat ukur resilience at work...36
Tabel 3.2 Tabel sistem penilaian ...39
Tabel 3.3 Tabel Kriteria Validitas...41
Tabel 3.4 Tabel Kriteria Reliabilitas dengan Skala Guilford...42
Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin...44
Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Lama Bekerja...45
Tabel 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Usia...45
Tabel 4.4. Derajat Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46
Tabel 4.5 Derajat Attitude pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...46
Tabel 4.6 Derajat Skill pada Pekerja Medical Representative di perusahaan ”X” Kota Bandung...47
Tabel 4.7 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Commitment...47
Tabel 4.8 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Control...48
Tabel 4.9 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan derajat Challenge...49
Tabel 4.10 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan
derajat Attitude...50
Tabel 4.11 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan
derajat Transformational Coping...51
Tabel 4.12 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan
derajat Social Support...52
Tabel 4.13 Tabulasi silang antara derajat Resilience at Work dengan
derajat Skill...53
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir...19
Bagan 3.1 Bagan Skema Rancangan Penelitian...33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Letter of Contcent dan alat ukur (data utama, data penunjang, dan kisi-kisi alat
ukur)……….….xvii
Lampiran 2 Validitas dan reliabilitas……….………...li
Lampiran 3 Data Hasil Penelitian………..…...lviii
Lampiran 4 Biodata Peneliti………...……lix
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan teknologi sudah semakin maju. Melalui
perkembangan teknologi ini maka semakin banyak bidang lain yang
berpengaruh dalam kehidupan kita, salah satunya adalah kesehatan.
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya
agar tetap sehat dan melakukan aktivitas sehari-hari mereka, karena tanpa
kesehatan seseorang tidak akan dapat melakukan aktivitas mereka dengan
baik. Akibat dari pentingnya kesehatan ini, banyak perusahaan – perusahaan
yang juga sekarang bergerak di bidang kesehatan atau lebih dikenal dengan
perusahan farmasi. Perusahaan farmasi sangat banyak di Indonesia, salah
satunya adalah perusahaan “X”.
Perusahaan “X” merupakan sebuah perusahaan farmasi yang berdiri
pada tahun 1963 yang kemudian bergabung dengan sebuah grup perusahaan
pada tahun 1981. Perusahaan “X” sendiri merupakan salah satu perusahaan
yang cukup berpengaruh di bidang farmasi. Di bandung sendiri perusahaan ini
memiliki dua cabang dan sedang dalam proses pembukaan pabrik barunya di
daerah lembang. Selain sebagai distributor obat, perusahaan ini juga memiliki
2
Universitas Kristen Maranatha Medical Representative atau sering juga disebut dengan Medrep adalah suatu jenis pekerjaan dibidang farmasi yang bertugas untuk
mempresentasikan produk-produk berupa obat yang ditawarkan kepada user
atau target produk, agar user tertarik untuk menggunakannya. Maka dari itu,
biasanya Medrep juga sering disebut dengan Detailer. Untuk menjadi pekerja
medical representative di perusahaan “X”, mereka harus mengikuti training selama 26 hari kemudian melakukan masa percobaan selama 3-6 bulan.
Apabila sesuai dengan kriteria seperti dapat melakukan tindakan dengan
cepat, melakukan persuasi, maka mereka akan dipekerjakan untuk bekerja
sebagai karyawan tetap medical representative di perusahaan “X” ini.
Medrep sendiri berperan untuk menjembatani pertemuan antara pihak perusahaan farmasi dengan user ataupun pihak-pihak lainnya yang
berwenang. Tugas utama (job description) seorang medical representative di
perusahaan “X” ini yaitu 1) melakukan kunjungan rutin kepada user untuk
mempromosikan atau mempresentasikan produk-produk dari perusahaan “X”
agar user menggunakan produk mereka tersebut ketika memberikan resep
kepada pasien, 2) melakukan survei apotek untuk mengecek stok dan
mengetahui pemakaian resep user yang sering digunakan sehingga pekerja
medrep dapat mengetahui produk yang akan ia presentasikan kepada user, 3) melakukan follow up untuk mengetahui apakah produk tersebut sudah
digunakan oleh user tersebut atau tidak dan 4) membuat laporan mengenai
3
Universitas Kristen Maranatha Tugas dari Pekerja Medrep diatas membuat medrep dituntut untuk
terjun ke lapangan. Pekerja medrep harus mencapai target berupa sejumlah
uang/ nominal yang harus dicapai dengan menjual produk-produk (dalam hal
ini obat-obatan) kepada user. Apabila pekerja medrep tidak dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, hal ini akan memberikan dampak negatif
kepada pekerja medical representative dan perusahaan “X” tersebut. Dampak
negatif dari medical representative ini sendiri, yaitu mereka akan
mendapatkan surat peringatan bahkan harus dikeluarkan dari perusahaan “X”,
dan dampak negatif yang diterima dari perusahaan “X” yaitu mengalami
kerugiaan khususnya dalam hal biaya dan keuntungan perusahaan.
Di perusahaan “X” ini sendiri, setiap pekerja medical representative
memiliki tim yang dibagi-bagi berdasarkan dengan wilayah/area Kota
Bandung. Setiap tim terdiri dari 2 – 5 orang (tergantung dari besarnya
wilayah) termasuk dengan satu atasan atau dalam hal ini adalah supervisor.
Untuk mencapai target yang diberikan perusahaan, mereka akan diberikan
target individu sesuai dengan kesulitan dari tempat yang akan ditugaskan oleh
pekerja medical representative tersebut berdasarkan data-data yang
didapatkan dari 3 bulan sebelumnya.
Dalam hal ini, apabila pekerja medical representative ini dapat
mencapai target individu, mereka akan mendapatkan insentif bulanan, namun
target tim harus dicapai selama 3 bulan berturut-turut untuk mendapatkan
4
Universitas Kristen Maranatha mengulang kembali target tersebut dari awal agar mendapatkan insentif
triwulan, sehingga apabila tidak dapat mencapai target individu, hal tersebut
akan berdampak kepada tidak tercapainya target tim.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh medrep untuk mencapai target
adalah melakukan presentasi kepada user mengenai produk dari perusahaan
“X” ini, namun untuk melakukan presentasi itu tidaklah mudah karena mereka
harus menunggu hingga user menyelesaikan pekerjaan mereka. Seperti
menunggu user menyelesaikan pekerjaannya hingga selesai baru kemudian
medrep akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan user. Terkadang dalam bertemu dengan user, biasanya waktu yang diberikan tidak
banyak. Hal ini membuat medrep dituntut untuk dapat menjelaskan manfaat
obat/produk tersebut secara efektif dan cepat. Selain itu, dibutuhkan relasi
yang baik antara medrep dan user untuk melakukan persuasi dan akhirnya
produk tersebut digunakan oleh user yang bersangkutan.
Hal berikutnya adalah masalah jam kerja. Pekerja medrep ini harus
bekerja mulai dari senin hingga jumat untuk bekerja diluar lapangan. Setiap
sabtu mereka harus membuat laporan mengenai hal-hal yang telah dilakukan
selama lima hari tersebut. Pekerja medrep ini selalu bertemu dengan tim pada
pukul 08.00 tiap pagi hari untuk melakukan absensi dan diskusi hingga pukul
11.00. Mulai dari pukul 11.00 mereka harus keluar lapangan, dan mereka
ditargetkan untuk bertemu dengan minimal 10 user setiap harinya. Hal ini
5
Universitas Kristen Maranatha menunggu user dan mempromosikan produknya, sehingga pekerja medrep
dituntut untuk siap kapanpun.
Masalah lainnya adalah persaingan dengan medrep dari perusahaan
farmasi lain. Dalam menemui user, pekerja medrep juga harus menunggu
bersama pekerja medrep dari perusahaan lainnya. Terkadang walaupun sudah
menunggu lama namun, belum tentu user tersebut menggunakan produk yang
dikeluarkan dari perusahaan “X” ini. Hal ini menyebabkan Pekerja medrep
harus memiliki cara yang berbeda dan pendekatan yang rutin agar dapat
bersaing dengan perusahaan farmasi lain.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 5 pekerja medrep di
perusahaan “X”, 4 dari 5 orang pekerja medrep (80%) ketika menghadapi
pencapaian target, mereka memberikan reaksi baik pada gejala fisik maupun
psikologis. Pada gejala fisik misalnya mereka menjadi pusing, mudah lelah,
bahkan ada yang sampai sakit hingga bedrest. Pada gejala psikologis misalnya
mereka menjadi sulit bahkan tidak dapat tidur karena mereka memikirkan
bagaimana cara untuk mencapai target, menjadi malas untuk bekerja, tidak
konsentrasi, bahkan ada yang memilih untuk mengalihkan sementara masalah
pekerjaan yang dialami dengan cara refreshing ataupun pergi bersama
teman-teman mereka.
Dari reaksi yang diberikan oleh pekerja medrep dalam pencapaian
target tersebut, maka bekerja sebagai medrep ini merupakan pekerjaan yang
6
Universitas Kristen Maranatha merupakan keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi
fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,
dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 5 orang pekerja
medrep di perusahaan “X”, 5 dari 5 (100%) pekerja medical representative menghayati bahwa mereka akan tetap terlibat dengan kejadian dan
orang-orang disekitarnya walaupun berada pada saat situasi yang menekan. Kelima
pekerja medrep menghayati bahwa bekerja sebagai medrep merupakan
pekerjaan yang penting karena mereka merupakan ujung tombak sekaligus
penjembatan antara perusahaan dengan user, sehingga tanpa pekerjaan ini
maka akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan. Sesulit apapun
situasi pada pekerjaan mereka, khususnya dalam hal pencapaian target,
mereka akan tetap terlibat untuk mengerahkan usaha untuk mencapai target
mereka.
4 dari 5 (80%) pekerja medical representative di perusahaan “X”
menghayati untuk memberikan pengaruh positif pada hasil dari perubahan
yang terjadi di sekitarnya. Para pekerja medical representative mengaku untuk
mencapai target tidaklah mudah, sehingga mereka akan melakukan strategi
7
Universitas Kristen Maranatha sebelum menuju ke lapangan agar dapat mencapai target tersebut. Selain itu
setiap pekerja di tim tersebut dapat saling berbagi ilmu baru sehingga
menambah pengetahuan mereka terhadap pekerjaan tersebut. 80% pekerja
medical representative mengaku bahwa ketika mereka tidak dapat mencapai target mereka akan semakin berusaha untuk memperbaiki cara mereka, seperti
lebih melakukan follow up lebih dan melakukan lebih menggencarkan survei
apotek.
4 dari 5 (80%) pekerja medical representative menghayati bahwa
situasi yang menekan sebagai hal yang haru dihadapi dan mendapatkan
sesuatu yang baru dari situasi tersebut, misalnya saat mereka tidak dapat
mencapai target pada bulan tertentu, mereka menjadi bersemangat dan
menjadikan hal tersebut tantangan untuk dapat mencapai bahkan melebihi
target dari bulan sebelumnya. Namun, 20% pekerja medical representative
merasa putus asa apabila dari awal sudah merasa tidak dapat mencapai target
di bulan tersebut sehingga membuatnya menjadi malas untuk mencapai target.
Hal lain yang membuat mereka menantang adalah pendekatan ke user, karena
mereka harus selalu siap walaupun bertemu dengan user yang tidak ramah
bahkan acuh, sehingga pekerja medical representative di perusahaan “X” ini
akan melakukan persuasi yang lebih untuk mendapatkan respon yang baik
dari user tersebut.
5 dari 5 (100%) pekerja medical representative di perusahaan “X”
8
Universitas Kristen Maranatha situasi yang memilki manfaat bagi dirinya, dengan melakukan coping, seperti
melakukan pencarian informasi, melakukan analisis serta membuat strategi
yang efektif agar dapat mencapai target
5 dari 5 (100%) pekerja medical representative di perusahaan “X”
menghayati bahwa mereka siap memberikan dukungan serta bantuan kepada
rekan kerja/timnya. Saat salah satu anggota tim memiliki masalah, mereka
akan saling mendukung dan memberikan kepercayaan bahwa bawahannya
tersebut mampu mengatasi masalahnya. Setelah itu, setiap anggota tim
memberikan saran berdasarkan dari pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki agar anggota tim tersebut dapat menyeselaikan masalahnya.
Dari situasi yang membuat pekerjaan medrep menjadi stress dan
penghayatan yang ditampilkan oleh pekerja medical representative di
perusahaan “X”, maka diperlukan resilience at work. Resilience at work
merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengolah sikap dan
kemampuan yang dimiliki untuk dapat menolong dirinya sendiri agar dapat
bangkit kembali dari keadaan stres, memecahkan masalah, belajar dari
pengalaman, serta menjadi lebih sukses dan mencapai kepuasan di dalam
suatu proses atau kemampuan seseorang untuk berada dalam keadaan tertekan
namun mereka dapat tetap berusaha memecahkan masalahnya dan merubah
keadaan yang mengganggu ke arah yang baru dan lebih baik dari sebelumnya
9
Universitas Kristen Maranatha Resilience at work tersebut terbentuk dari hardiness yang didalamnya terdiri dari attitudes dan skills. Individu yang dikatakan memiliki resilience at
work akan terlihat dari Attitudes yang terdiri dari : Commitment, control, dan challange (atau disebut juga dengan 3C). Selain attitudes, terdapat juga skills yang terdiri dari : transformational coping, dan social support. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa resilience merujuk pada bagaimana cara
seseorang mengolah sikap dan kemampuannya untuk dapat bertahan dan
keluar dari keadaan tertekan dan tidak meratapi keterpurukan.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa penghayatan para
pekerja medical representative di perusahaan “X” mengenai sikap dan
kemampuan mereka ketika berada situasi yang menekan berbeda-beda,
sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui resilience at work pada pekerja
Medical Representative di perusahaan “X” kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui resilience at work pada pekerja Medical
10
Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran resilience at work pada pekerja Medical
Representative di perusahaan “X” kota Bandung
1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran resilience at work pada pekerja Medical
Representative di perusahaan “X” kota Bandung yang ditinjau dari dua aspek,
yaitu Attitudes (yang terdiri dari Commitment, controlI dan challenge) dan
skills (yang terdiri dari transformational coping dan social support).
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Untuk memberikan informasi di bidang psikologi industri dan
organisasi mengenai derajat resilience at work pada pekerja medical
representative di perusahaan “X” , Kota Bandung
2. Sebagai referensi dan pendorong bagi peneliti lain yang akan meneliti
lebih lanjut mengenai Resilience at work, khususnya pada pekerja
11
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi pada pekerja medical represntative di
perusahaan “X” kota Bandung bahwa resilience at work yang mereka
miliki diharapkan dapat membantu mereka untuk bertahan pada situasi
yang menekan saat bekerja.
2. Memberikan informasi pada atasan ataupun HRD di perusahaan “X”
bahwa resilience at work dapat membantu mereka untuk mengatasi
stress yang dihadapi dalam pencapaian target.
1.5 Kerangka pemikiran
Medical Representative atau sering juga disebut dengan Medrep adalah suatu jenis pekerjaan dibidang farmasi yang bertugas untuk
menerangkan produk-produk dari perusahaan farmasi , dalam hal ini obat
kepada user atau target produk. Maka dari itu, biasanya Medrep juga sering
disebut dengan Detailer. Medrep berperan untuk menjembatani pertemuan
antara pihak perusahaan farmasi dengan user seperti user dan apotik, ataupun
pihak-pihak lainnya yang berwenang.
Pekerja medrep sendiri juga dituntut untuk mencapai target selama
bekerja namun, untuk mencapai target ini tidaklah mudah bahkan hal ini dapat
menimbulkan tekanan yang dialami oleh pekerja medrep tersebut. Hal yang
membuat pekerja medrep menjadi tertekan adalah pencapaian target. Untuk
12
Universitas Kristen Maranatha dimana mereka harus menunggu user selesai bekerja terlebih dahulu dan
melakukan persuasi dengan menyelesaikan karakteristik user yang
berbeda-beda. Selain itu mengenai jam kerja, karena mereka memiliki target
kunjungan per hari serta target berupa nominal sehingga membuat mereka
harus bekerja hingga larut malam, dan hal yang terakhir yaitu persaingan
dengan medrep dari perusahaan farmasi lainnya yang dapat menghambat
mereka mencapai target karena mungkin saja user yang bersangkutan lebih
memilih produk dari perusahaan farmasi lain.
Situasi pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja medrep di perusahaan
“X” diatas akan mendapatkan tekanan yang berujung pada stress. Menurut
Lazarus dan Folkman (1986) stress merupakan keadaan internal yang dapat
diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial
yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya. Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga
muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan
luar lainnya. Dari situasi pekerjaan yang membuat stress tersebut maka
diperlukan resilience at work. Resilience at work adalah kapasitas seseorang
untuk bertahan dan berkembang meskipun dalam keadaan stress. (Maddi &
13
Universitas Kristen Maranatha Resilience at work bukan hanya kemampuan yang secara langsung muncul sejak seseorang dilahirkan, namun hal tersebut dapat dipelajari dan
diperbaiki. Seorang pekerja medical representative agar dapat menjadi
resilience, perlu mengolah attitudes dan skills yang terdapat di dalam hardiness. Hardiness merupakan kemampuan untuk mengolah pola attitudes dan skills yang berfungsi untuk bertahan dan berkembang meskipun dalam
keadaan stress. Attitudes ini sendiri terdiri dari 3C, yaitu : commitment,
control, dan challenge. Selain attitudes, untuk menjadi resilience seseorang membutuhkan skills yang terdiri atas transformational coping dan social
support.
Ketika berada pada situasi yang menekan, pekerja medrep di
perusahaan “X” akan mengolah aspek yang pertama pada attitudes yaitu
commitment. Commitment merupakan sejauh mana pekerja medrep tetap terlibat dengan kejadian dan orang-orang disekitarnya walaupun pada saat di
situasi yang menekan, juga memandang pekerjaannya sebagai suatu hal yang
penting dan cukup berarti untuk mempertaruhkan perhatian yang penuh,
imajinasi, dan usaha. Komitmen sebagai salah satu bentuk sikap ini membantu
individu untuk terlibat penuh dalam tugas pekerjaan dan kehidupan, juga
membentuk pemahaman dari kejadian disekitarnya dan sebagai dasar untuk
mengevaluasi hasil yang situasional. apabila pekerja Medrep memiliki
14
Universitas Kristen Maranatha menghadapi masalah dan bersedia menunggu dalam waktu yang lama ketika
mencapai target karena mereka menilai pekerjaan ini penting sebagai
penjembatan antara perusahaan “X” dengan user. Namun apabila pekerja
Medrep memiliki resilience at work yang rendah maka pekerja medrep akan merasa pekerjaan ini tidak penting dan tidak dapat dipertahankan dalam
mencapai target secara maksimal.
Aspek yang kedua yaitu control. Control merupakan sejauh mana
pekerja medrep tetap berupaya memberikan pengaruh positif pada hasil dari
perubahan yang terjadi disekitarnya daripada membiarkan diri tenggelam
dalam kepasifan dan ketidakberdayaan, dan melakukan yang terbaik untuk
menemukan solusi atas masalah pekerjaan sehari-hari. Pekerja medrep akan
menentukan situasi mana yang terbuka untuk berubah. Sikap ini membantu
pekerja medrep untuk percaya bahwa perubahan kondisi stres itu penting dan
cukup berarti mendedikasikan diri untuk memengaruhi kondisi disekitarnya
kearah yang menguntungkan. Medrep memiliki resilience at work yang tinggi
maka mereka akan mencoba untuk membuat sesuatu yang tidak pasti menjadi
pasti, dan mencoba menyusun strategi dalam mencapai target, namun apabila
medrep yang memiliki resilience yang rendah akan merasa pasif dan putus asa ketika berada dalam situasi yang menekan.
Aspek yang terakhir dari sikap ini adalah challenge. Challenge
15
Universitas Kristen Maranatha menemukan sesuatu yang baru. Ketika pekerja medrep menghadapi perubahan
situasi stres, mareka akan mencoba memahaminya, dan belajar dari keadaan
stress tersebut. Pekerja medrep berani menghadapi situasi yang menekan
sebagai sebuah tantangan, bukan menghindarinya. Hal tersebut menunjukkan
optimisme ke arah masa depan daripada dirinya takut. Sikap ini membuat
pekerja medrep merasakan perubahan sebagai proses kehidupan yang normal.
Hal ini membuat pekerja medrep memandang bahwa pekerjaan tersebut
melihat tantangan dari setiap kesulitan dalam mencapai target. Medrep
memiliki resilience at work yang tinggi maka mereka akan merasa tertantang
untuk dapat mencapai target dan menjadikan kesulitan sebagai peluang.
Namun apabila pekerja Medrep memiliki resilience at work yang rendah
maka pekerja medrep akan menyerah dan merasa pesimis untuk mencapai
target karena mereka merasa target yang diberikan merupakan beban.
Ketika commitment, control dan challenge pada pekerja medrep di
perusahaan “X” ini tersebut terbentuk, mereka kemudian akan mengolah dan
mengembangkan skill untuk dapat bertahan dalam pekerjaannya. Terdapat dua
aspek skill yang kemudian menunjang hardiness dan membentuk resilience at
work pada pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung. Aspek yang pertama yaitu Transformational coping, yaitu kemampuan
pekerja medrep untuk mengubah situasi stressful menjadi situasi yang
16
Universitas Kristen Maranatha negatif yang muncul saat berada pada situasi stressful akan berkurang dan
membuka pikiran individu untuk menemukan solusi agar dapat bertindak
secara efektif.
Untuk dapat membentuk kemampuan untuk transformational coping,
Pekerja medrep yang memiliki kemampuan untuk transformational coping,
Pekerja medrep akan mencoba untuk memperluas persektif mengenai situasi
stressful, kemudian mereka akan memahami situasi stressful ini secara mendalam dan akhirnya mereka mencari solusi yang terbaik agar dapat
mencapai target. Transformational coping akan melibatkan proses mentalnya
untuk keluar dari situasi stressful dan pekerja medrep akan mendapatkan
umpan balik dengan mengevaluasi pemecahan masalah yang dilakukan oleh
dirinya, sehingga pekerja medrep yang memiliki resilience yang tinggi akan
berusaha untuk mencari informasi lain agar mendapatkan solusi dan strategi
terbaik khususnya dalam hal pencapaian target. Hal ini akan meningkatkan
ketahanan sikap dari commitment, control, dan challenge yang dimiliki oleh
pekerja medrep.
Aspek yang kedua yaitu kemampuan pekerja medrep untuk
berinteraksi dengan orang lain agar mendapatkan dan memberikan dukungan
sosial. Pekerja medrep harus mampu berelasi dengan orang lain didalam
lingkungan kerja, baik sesama tim maupun dengan atasan. Pekerja medrep
17
Universitas Kristen Maranatha dukungan kepada rekan kerja terlebih dahulu. Ketika pekerja medrep telah
memberikan dukungan, kemudian mereka akan memberikan bantuan kepada
rekan kerja. Hal ini akan membuat rekan kerja lain akan melakukan hal yang
sama kepada pekerja medrep yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada mereka sehingga hal tersebut membentuk kemampuan social support.
Social support akan membantu pekerja medrep di perusahaan “X” memecahkan konflik interpersonal dalam pekerjaan dengan berinteraksi
secara konstruktif, membantu dan mendukung untuk mencapai win-win
solutions untuk semua pihak. Mereka percaya bahwa permasalahan adalah kesempatan untuk mempererat hubungan. Medrep memiliki resilience at
work yang tinggi maka mereka akan lebih mampu untuk menanggulangi kesulitan dengan mencari pemecahan masalah dan saling memberikan
dukungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Namun apabila pekerja
Medrep memiliki resilience at work yang rendah maka pekerja medrep akan membuat dirinya merasa pesimis, mudah menyerah (putus asa) dalam
menghadapi situasi yang sulit dan menarik dirinya dari orang-orang yang ada
disekitarnya.
Selain attitudes dan skills, Terdapat 3 faktor berupa feedback yang
mempengaruhi Resilience at work pada pekerja medrep yaitu Personal
18
Universitas Kristen Maranatha melihat dirinya melakukan apa yang dibutuhkan, sehingga dengan pekerja
medrep bertahan akan memperkuat sikap commitment, control, dan challenge. Selanjutnya adalah other people. Other people merupakan pengamatan atas
tindakan individu yang dibuat orang lain, sehingga komentar mereka akan
memotivasi individu untuk mengatasi masalah secara konstruktif,
memperkuat pembelajaran, memperdalam koneksi kepada mereka.
Faktor yang terakhir adalah results. Results sendiri adalah dampak
aktual dari tindakan pekerja medrep pada target kejadian dan/atau orang. Jika
feedback yang diberikan positif, pekerja medrep merasa lebih terlibat dan kurang merasa terasing dalam keadaan stress, mereka juga akan merasa lebih
terkendali dan belajar dari tantangan, daripada merasa terancam melainkan
membuat mereka merasa lebih commitment, control, dan challenge di
dalamnya.
Ketika pekerja medrep di perusahaan “X” telah mengolah dan
membentuk attitudes dan skills maka akan terlihat derajat resilience at work
pada pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung. Derajat
resilience at work ini terbagi menjadi dua yaitu tinggi dan rendah. Pekerja medical representative yang memiliki derajat resilience at work yang tinggi memiliki derajat attitudes dan skills yang tinggi sehingga mereka akan
mengembangkan dirinya dalam mengolah sikap dan kemampuannya ketika
19
Universitas Kristen Maranatha representative yang memiliki derajat resilience at work yang rendah memiliki salah satu atau kedua aspek antara attitudes dan skills yang rendah, sehingga
mereka akan mengalami keterpurukan dan merasa terbebani ketika
menghadapi masalah dalam pencapaian target.
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Pekerja Medrep di
perusahaan “X” kota Bandung
Stress Resilience at work
Rendah Tinggi Faktor yang mempengaruhi :
- Feedback personal reflection
- Feedback other people
- Feedback Result
Situasi yang menekan:
- Pencapaian Target - Jam kerja
- Persaingan dengan Medrep dari perusahaan farmasi lain
Aspek Resilience at Work
Attitudes :
- Commitment
- Control
- Challenge
Skill :
- Transformational coping
20
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi
1. Tugas-tugas pekerja medrep dalam mencapai target yang tinggi melalui
keuletan mereka untuk melakukan kunjungan rutin kepada user,
melakukan presentasi dalam waktu yang sempit, persaingan dengan
medrep dari perusahaan farmasi lain merupakan situasi yang sulit
2. Kendala yang dirasakan oleh pekerja medrep di perusahaan “X” untuk
mencapai target yaitu dalam hal menemui user, jam kerja dan persaingan
dengan medrep dari perusahaan lain.
3. Agar dapat bertahan dan berkembang dalam situasi yang menekan untuk
pencapaian target ini dibutuhkan Resilience at work.
4. Pekerja Medrep memiliki derajat Resilience at work yang berbeda-beda.
5. Resilience at work memiliki tiga aspek sikap yang terkandung dalam hardiness, yaitu control, commitment dan challange serta dua aspek skill yaitu transformational coping dan social support.
6. Terdapat tiga sumber feedback yang merupakan faktor dari resilience at
58 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian terhadap 31 pekerja medical representative di
perusahaan “X” kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat 22 pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung
memiliki derajat resilience at work yang rendah, dan 9 pekerja yang memiliki
derajat resilience at work yang tinggi
2. Semua pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung yang
memiliki derajat resilience at work yang tinggi juga memiliki derajat yang
tinggi pada semua aspek attitudes dan skills.
3. Transformational coping merupakan aspek yang paling rendah pada pekerja medical representative di perusahaan “X” kota Bandung yang memiliki derajat resilience at work yang rendah
4. Aspek yang paling tinggi pada resilience at work dari seluruh pekerja medical
59
Universitas Kristen Maranatha 5.2Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
lanjut dengan melakukan uji korelasi antara faktor-faktor yang
mempengaruhi resilience at work dengan derajat resilience at work
agar dapat terlihat seberapa besar hubungan faktor-faktor tersebut
terhadap derajat resilience at work.
5.2.2 Saran Praktis
1. Sehubungan aspek yang paling rendah pada pekerja medical
representative di perusahaan “X” kota Bandung adalah transformational coping, disarankan agar diberikan training dan konsultasi yang berhubungan dengan transformational coping
60
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing :Design, Analysis, and Use. USA: University of North California.
Guilford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and education. New York : McGRAW-HILL Book Company, inc
Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Lazarus, R, S, and Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company
Maddi, S. R & Deborah, M. K. 2005. Resilience at Work : How to Succeed No Matter What Life Throws at You. United States of America, Amacon Maddi, Salvatore R.2009. The Journal of Positive Psychology, vol.4, 566 -577
Nazir, Muhammad 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia
Sudjana, M.A. 2002. Metode Statistika, Edisi 6 Bandung : Tarsito
61
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Fakultas Psikologi, 2009, Panduan Penelitian Skripsi Sarjana. Bandung Universitas Kristen Maranatha
Frissilia, Gian. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada Anggota Regu Rescue Dinas Kebakaran Kota Bandung, Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Parameswari, Fergie Tami. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work
Prajurit Perwira Perta TNI AD Satuan “X” di Cimahi. Skipsi. Bandung :
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Santoso, Felicia Ayu. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada
Karyawan Medical Representative PT “X” TBK di Kota Bandung. Skripsi.
Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf , diakses pada tanggal 20 Oktober 2013