• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Resilience At Work pada Product Design Engineer di PT "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Resilience At Work pada Product Design Engineer di PT "X" Kota Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan derajat Resilience at Work pada product design engineer di PT ”X” Kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Responden pada penelitian ini berjumlah 44 orang, yang merupakan populasi.

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan pada teori Maddi dan Koshaba (2005), yang meliputi 5 sub aspek resilience at work. Berdasarkan uji validitas denan menggunakan rumus Rank Spearman diperoleh adalah 49 item valid dengan validitas berkisar 0,300 – 0,718, dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Croncbach diperoleh reliabilitas berkisar 0,893 yang berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa 77,3% dari responden memiliki derajat Resilience at Work yang rendah dan 22,7% memiliki derajat Resilience at Work yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa 77,3% product design engineer di PT ”X” Kota Bandung kurang mampu mengembangkan sikap dan kemampuannya dalam keadaan yang tertekan dan 22,7% product design engineer di PT ”X” Kota Bandung mampu mengembangkan sikap dan kemampuannya dalam keadaan yang tertekan.

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian Resilience at work lanjutan pada product design engineer dengan menggunakan kontribusi untuk memeperoleh derajat kontribusi faktor-faktor dngan sub aspek.. Bagi PT ”X” Kota Bandung disarankan untuk memberikan pelatihan resilience at work dan diskusi antar rekan kerja pada product design engineer.

(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research aims to know the description of Resilience at Work in product design engineer at Company “X” Bandung. This research using descriptive method with survey technique. The total of the respondent are 44 persons.

The measuring instrument used questionnaire which has been modified by the researcher based on Maddi and Koshaba (2005) theory, that covers 5 sub aspects of resilience at work. Based on the validity test using Rank Spearman’s formula, the researcher finds 49 valid items with the validity between 0,300 – 0,718 and 0,893 reliability using Alpha Croncbach Formula, so this measuring instrument has high reliability.

The conclusion based on the result of the research this research is that 77,3% of the respondent have low level of the Resilience at Work and 22,7% of the responden have high level of the Resilience at Work. It shows that 77,3% of product design engineer of Company “X” Bandung can’t develop their attitudes and skills during a stressful situation and 22,7% of product design engineer of Company “X” Bandung can develop their attitudes and skills during a stressful situation.

Suggestion for the next research is to do further contribution research about Resilience at Work on product design engineer to see contribution degree of factor to sub aspects. For Company "X" Bandung is suggested to provide resilience at work training and discussion between peers for product design engineer.

(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……….ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian………iii

Pernyataan Publikasi LaporanPenelitian……….iv

Kata Pengantar...…..……..………...v

Abstrak………..viii

Abstract………...ix

Daftar Isi...x

Daftar Tabel...xiv

Daftar Bagan...xv

Daftar Lampiran...xvi

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...………...………...8

1.4 Kegunaan Penelitian...9

1.4.1 Kegunaan Teoritis...9

1.4.2 Kegunaan Praktis...8

1.5 Kerangka Pemikiran...10

(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………18

2.1 Resilience at Work...18

2.1.1 Pengertian Resilience at Work…...18

2.1.2 .spek-aspek Resilience at Work...18

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Resilience at Work...24

2.1.4 Hardiness………...26

2.2 Stres Kerja ...27

2.2.1 Pengertian Stres Kerja...27

2.2.2 Penyebab Stres Kerja atau Stressor...29

2.2.3 Akibat Stres……….32

2.2.3.1Gejala Fisiologis……….32

2.2.3.2Gejala Psikologis………33

2.2.3.3 Gejala Perilaku………34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………35

3.1 Rancangan Penelitian... ...35

3.2 Skema Prosedur Penelitian...35

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...36

3.3.1 Variabel Penelitian... ...36

3.3.2 Definisi Operasional...36

3.4 Alat Ukur...37

3.4.1 Kuesioner Resilience at Work…......37

3.4.2 Kisi-kisi Alat ukur...38

3.4.3 Prosedur Pengisian...39

(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang…...41

3.4.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...42

3.4.6.1Validitas Alat Ukur...42

3.4.6.2Reliabilitas Alat Ukur...43

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...45

3.5.1 Populasi Sasaran...45

3.6 Teknik Analisis Data...45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...46

4.1 Gambaran Responden...46

4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja...46

4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia...46

4.2. Hasil Penelitian...47

4.2.1 Derajat Resilience at Work pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47

4.2.2 Derajat Attitudes pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47

4.2.3 Derajat Skill pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...48

4.2.4 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Commitment...48

4.2.5 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Control...49

(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.2.7 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan

Derajat Transformational Coping...50

4.2.8 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Social Support...51

4.3. Pembahasan...51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...60

5.1. Kesimpulan...60

5.2 Saran...61

5.2.1 Saran Teoretis...61

5.2.2 Saran Praktis...61

DAFTAR PUSTAKA………...62

DAFTAR RUJUKAN………....63

(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Resilience at Work………...38

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian……….….... 40

Tabel 3.3 Kriteria Validitas………..43

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas dengan Skala Guilford………...44

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja………...46

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia………..46

Tabel 4.3 Derajat Resilience at Work pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47

Tabel 4.4 Derajat Attitudes pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47

Tabel 4.5 Derajat Skill pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...48

Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Commitment...48

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Control...49

Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Challenge...49

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Transformational Coping...50

(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir………...16

Bagan 2.1 Bagan Model Stres kerja……….28

(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LETTER OF CONSENT DAN ALAT UKUR

Lampiran 1.1 Kata Pengantar dan Letter of Concent

Lampiran 1.2 Data Utama

Lampiran 1.3 Data Penunjang

Lampiran 1.4 Kisi-kisi Alat Ukur

LAMPIRAN 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Lampiran 2.1 Hasil Uji Validitas

Lampiran 2.2 Hasil Uji Reliabilitas

LAMPIRAN 3 HASIL PENELITIAN

Lampiran 3.1 Hasil Penelitian Resilience at work

Lampiran 3.2 Hasil Penelitian Commitment

Lampiran 3.3 Hasil Penelitian Control

Lampiran 3.4 Hasil Penelitian Challenge

Lampiran 3.5 Hasil Penelitian Transformational Coping

Lampiran 3.6 Hasil Penelitian Social Support

Lampiran 3.7 Data Demografis

Lampiran 3.8 Data Penunjang

LAMPIRAN 4 FREKUENSI, TABULASI SILANG DATA UTAMA – DATA

PENUNJANG

Lampiran 4.1 Tabulasi Silang Antara Data Demografis dengan Resilience at Work

Lampiran 4.1.1 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Resilience at Work

Lampiran 4.1.2 Tabulasi Silang Antara Usia dengan Resilience at Work

Lampiran 4.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection dengan

Commitment, Control, Challenge

Lampiran 4.2.1 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 1)

dengan Commitment

Lampiran 4.2.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 1)

(10)

xvii Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 4.2.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 1)

dengan Challenge

Lampiran 4.2.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 2)

dengan Commitment

Lampiran 4.2.5 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 2)

dengan Control

Lampiran 4.2.6 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 2)

dengan Challenge

Lampiran 4.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Result dengan Commitment, Control,

Challenge

Lampiran 4.3.1 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 3) dengan

Commitment

Lampiran 4.3.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 3) dengan

Control

Lampiran 4.3.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 3) dengan

Challenge

Lampiran 4.3.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 4) dengan

Commitment

Lampiran 4.3.5 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 4) dengan

Control

Lampiran 4.3.6 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 4) dengan

Challenge

Lampiran 4.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People dengan Resilience at

Work

Lampiran 4.4.1 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 5)

dengan Commitment

Lampiran 4.4.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 5)

dengan Control

Lampiran 4.4.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 5)

dengan Challenge

Lampiran 4.4.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 6)

(11)

xviii Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 4.4.5 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 6)

dengan Control

Lampiran 4.4.6 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 6)

dengan Challenge

Lampiran 4.4.7 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 7)

dengan Commitment

Lampiran 4.4.8 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 7)

dengan Control

Lampiran 4.4.9 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 7)

dengan Challenge

Lampiran 4.4 Frekuensi Hasil Alat Ukur

(12)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era liberalisasi perdagangan, negara-negara maju berlomba memenangkan

kompetisi pasar dunia, sedangkan negara-negara berkembang masih banyak menghadapi

permasalahan dan cenderung mengalami penyusutan kesempatan bermain bila tidak segera

melakukan langkah-langkah terobosan atau inovasi (Doddy Soepardi H.A.R, 1997). Begitu

juga dalam suatu bisnis, strategi penting yang harus dilakukan adalah melakukan inovasi

produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Inovasi bertujuan untuk mengubah produk tersebut menjadi sesuatu yang berbeda.

Berbeda dalam artian lebih memuaskan klien dan lebih meningkatkan daya jual. Inovasi ini

dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi permintaan pasar sehingga perusahaan tersebut

tidak begitu saja ditinggalkan oleh kliennya dan perusahaan akan bisa terus

mengembangkan bisnisnya. Berinovasi pada produk yang ditawarkan perusahaan

(menambah fitur produk, meningkatkan kualitas produk, menambah layanan), perusahaan

tersebut akan menghasilkan produk yang lebih berbeda dengan produk saingan dan

diharapkan akan memicu pelanggan untuk lebih memilih produk tersebut dibandingkan

dengan produk saingan sehingga perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain

(www.kmplus.co.id, 2014). Maka dari itu, inovasi sangat dibutuhkan oleh

perusahaan-perusahaan atau badan usaha di Indonesia agar bisa bersaing di pasar dunia dan menjadi

(13)

2

Universitas Kristen Maranatha

Salah satu badan usaha di Indonesia yang terus berinovasi agar bisa bersaing

dengan perusahaan kelas dunia adalah PT “X”. PT “X” merupakan perusahaan yang

bertanggung jawab mengembangkan bisnis dan produk-produk dalam bidang elektronika

untuk industri dan prasarana yang berfokus di sektor bisnis Transportasi Perkeretaapian,

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Energi Terbarukan, Elektronika Pertahanan, dan

Sistem Navigasi. PT “X” memiliki visi untuk menjadi perusahaan infrastruktur elektronika

kelas dunia dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan stakeholder melalui inovasi produk

elektronika industri dan prasarana (website perusahaan). Direktur Utama PT “X”

menyatakan bahwa PT “X” memiliki tugas utama dalam melakukan penelitian dan

pengembangan, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini adalah „core-nya‟ di bidang

pengembangan teknologi. Tidak hanya melakukan penelitian tetapi PT “X” juga

memikirkan bagaimana penelitian itu bisa dibuat menjadi produk

(wawancara.news.viva.co.id, 2015). Kemampuan untuk membuat penelitian menjadi suatu

produk tersebut merupakan keunggulan dari bagian Pusat Teknologi dan Inovasi

(PUSTEKIN) di PT “X” (Media Informasi PT “X”, 2014).

Dalam proses membuat penelitian menjadi suatu produk, PUSTEKIN

membutuhkan product design engineer. Product design engineer merupakan jembatan

antara teknologi dasar dan pengetahuan dasar yang product design engineer miliki dan

dituangkan ke dalam sebuah produk. Menurut Manager bagian Produk Kontrol dan

Elektronika Daya PUSTEKIN, product design engineer merupakan tulang punggung dari

divisi PUSTEKIN. Product design engineer harus bisa mengubah dari daftar requirement

yang berisi kebutuhan klien dan fungsi-fungsi dasar yang harus dipenuhi dari sebuah

(14)

3

Universitas Kristen Maranatha

produk yang dihasil oleh PUSTEKIN adalah e-KTP reader. Suatu produk harus memenuhi

fungsi-fungsi dasar, misalkan e-ktp reader harus bisa mengidentifikasi sidik jari, harus bisa

dihubungkan ke komputer, dan banyak fungsi dasar lainnya yang harus dipenuhi. Produk

juga harus mememuhi requirement klien, misalkan e-ktp reader harus compact, ringan,

kecil dan user-friendly, hal-hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan user dan bagaimana

mengoperasikannya. Product design engineer harus bisa menerjemahkan daftar

requirement menjadi sebuah desain produk yang utuh.

Tugas utama (job description) seorang product design engineer di perusahaan “X”

ini yaitu membuat desain produk secara bertahap dan sistematis sesuai requirement klien.

Sebagian besar product design engineer merupakan engineer-engineer muda yang belum

memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, sehingga saat para engineer dihadapkan

dengan masalah dalam pengerjaan atau teknologi yang baru akan banyak menghabiskan

waktu mempelajari teknologi atau masalah yang berada diluar batas kemampuan. Setelah

itu, product design engineer mulai pembuatan desain produk dalam waktu 1 hingga 2 bulan

dan setiap engineer memegang lebih dari 1 projek dalam waktu yang sama. Product design

engineer mendesain komponen demi komponen sampai akhirnya menjadi suatu produk

yang utuh dan proses kerja product design engineer saat mendesain itu berkesinambungan,

sehingga untuk memulai desain dan pembuatan setiap komponen, komponen sebelumnya

harus sudah diselesaikan. Bila komponen tersebut belum selesai akan menghambat

pekerjaan product design engineer selanjutnya sedangkan banyak komponen yang harus di

desain untuk menyelesaikan suatu produk, sehingga deadline projek semakin dekat dan

membuat engineer tertekan. Kemudian product design engineer dan pihak-pihak terkait

(15)

4

Universitas Kristen Maranatha

review dilakukan di setiap tahap pengerjaan suatu produk untuk mencegah kesalahan dalam

setiap proses. Saat produk di review, bila ditemukan kesalahan baik desain atau komponen

yang digunakan tidak sesuai, product design engineer harus mengulang desain dari awal

proses atau bahkan harus mendesain ulang dari awal. Sekalipun dilakukan review tetap saja

sering terjadi kesalahan di proses-proses selanjutnya. Tidak jarang juga klien meminta

perubahan requirement yang membuat desain harus kembali disesuaikan.

Kemudian product design engineer mulai melakukan pembuatan prototype

produk lalu menyusun manual dan menyiapkan review metode produksi dengan

pengujian produksi beserta lampiran-lampirannya, bila dalam proses pengujian terjadi

kesalahan maka engineer harus kembali memperbaiki prototype tersebut hingga lulus

proses pengujian. Bila sudah lolos proses pengujian, product design engineer menyusun

manual untuk user dengan sangat jelas agar lebih user-friendly. Kemudian product design

engineer menyiapkan review metode aplikasi, instalasi, operasi, maintenance/

troubleshooting, dan training. Product design engineer lalu memonitor dan mengevaluasi

kegiataan fungsi pendukung yang berada di bawah koordinasinya lalu membantu

melakukan identifikasi dan mitigasi resiko desain produk yang menjadi tanggung

jawabnya. Terakhir, product design engineer akan melakukan kegiatan tindak lanjut atas

audit yang dilakukan.

Product design engineer harus mengikuti perkembangan setiap proses pembuatan

produk, dari awal product design engineer mendesain produk tersebut hingga produk

sudah siap produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mecegah terjadinya kesalahan saat

produk sudah ditangan klien dan konsumen. Para engineer juga mengalami kesulitan

(16)

5

Universitas Kristen Maranatha

orang atau lebih hanya dikerjakan oleh 6 orang engineer. Tidak jarang product design

engineer mengerjakan pekerjaan diluar job description, seperti product design engineer

terjun untuk melakukan testing prototype karena kurangnya kapasitas testing engineer.

Product design engineer dituntut untuk bekerja penuh perencanaan dan ketelitian.

Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh product design engineer tersebut akan

memperlambat penyelesaian program-program kerja, sehingga pekerjaan sulit untuk

selesai sesuai tenggat waktu yang ditentukan. Apabila projek sudah melampaui tenggat

waktu, hal tersebut akan memberikan dampak negatif kepada PT.”X” tersebut. Hal ini

juga berakibat pada pengurangan waktu pengerjaan projek selanjutnya, sehingga engineer

mengalami penumpukan projek. Hal tersebut membuat para engineer merasa semakin

tertekan dan menyebabkan turnover pada beberapa karyawan.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 10 product design engineer di

perusahaan “X” yang mengalami situasi menekan seperti kurangnya pengetahuan dan

pengalaman dalam mengerjakan lebih dari 1 projek, SDM yang terbatas, beban kerja

yang berlebih, dan banyaknya perbaikan yang harus dilakukan agar bisa menghasilkan

produk yang berkualitas demi menjaga nama baik perusahaan, ditemukan 8 dari 10 orang

product design engineer (80%) memberikan reaksi baik pada gejala fisik maupun

psikologis. Pada gejala fisik misalnya mereka menjadi sakit kepala, mudah lelah, bahkan

ada yang sampai jatuh sakit. Pada gejala psikologis misalnya mereka menjadi sulit tidur,

menjadi mudah tersinggung, dan tidak konsentrasi pada pekerjaan.

Dari reaksi yang diberikan oleh product design engineer dalam penyelesaian

produk sesuai tenggat waktu tersebut, maka bekerja sebagai product design engineer ini

(17)

6

Universitas Kristen Maranatha

kerja merupakan respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu atau proses

psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal

(lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara berlebihan

pada seseorang. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik stressor

ekstraorganisasional, stressor organisasi, stressor kelompok dan stressor individu.

Dari situasi yang membuat pekerjaan product design engineer menjadi stres dan

penghayatan yang ditampilkan oleh product design engineer di PT “X”, maka diperlukan

resilience at work. Menurut Maddi & Koshaba (2005), resilience at work merupakan

kemampuan seseorang untuk dapat mengolah sikap dan kemampuan yang dimiliki untuk

dapat menolong dirinya sendiri agar dapat bangkit kembali dari keadaan stres,

memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, serta menjadi lebih sukses dan mencapai

kepuasan di dalam suatu proses atau kemampuan seseorang untuk berada dalam keadaan

tertekan namun mereka dapat tetap berusaha memecahkan masalahnya dan merubah

keadaan yang mengganggu ke arah yang baru dan lebih baik dari sebelumnya dan menjadi

memuaskan.

Resilience at work tersebut terbentuk dari hardiness yang didalamnya terdiri dari

attitudes dan skills. Individu yang dikatakan memiliki resilience at work akan terlihat dari

Attitudes yang terdiri dari : Commitment, control, dan challange (atau disebut juga dengan

3C). Selain attitudes, terdapat juga skills yang terdiri dari : transformational coping, dan

social support. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa resilience merujuk pada

bagaimana cara seseorang mengolah sikap dan kemampuannya untuk dapat bertahan dan

berkembang dalam keadaan stres dan menjadikan stres sebagai usaha untuk memecahkan

(18)

7

Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 10 orang pekerja product design

engineer di PT “X”, untuk aspek attitudes, dilihat dari sub aspek commitment, 80%

product design engineer mengungkapkan bahwa dalam keadaan tertekan product design

engineer memiliki rasa keterikatan dan keterlibatan dalam pekerjaannya yang kuat dalam

dirinya. Para product design engineer tetap berusaha bekerja sebaik mungkin untuk

menyelesaikan 2-3 projek dalam waktu yang berdekatan agar selesai sesuai dengan tenggat

waktu dan juga dengan SDM yang terbatas. Pada sub aspek control, 60% product design

engineer di PT “X” mengungkapkan memiliki usaha yang kuat untuk mencari solusi

positif. Product design engineer berusaha untuk mempelajari teknologi terbaru sesuai

dengan permintaan klien, para engineer juga mengajukan diri untuk mengikuti pelatihan

atau workshop mengenai teknologi terbaru.

Untuk sub aspek challenge, 50% product design engineer di PT “X”

mengungkapkan bahwa mereka dapat memandang keadaan yang stressful merupakan

sarana untuk mengembangkan dirinya. Meskipun pada awalnya engineer merasa kesulitan

saat harus mempelajari teknologi terbaru, namun engineer terus mempelajari dan menjalani

proses trial and error sampai akhirnya bisa menguasai teknologi tersebut dan bisa

mengaplikasikannya pada projek yang akan datang.

Pada aspek skill, dilihat dari sub aspek transformational coping skill, 80% dari

product design engineer di PT “X” mengungkapkan bahwa situasi stressful merupakan

situasi yang memberikan manfaat bagi dirinya dengan melakukan coping, ketika engineer

merasa tertekan dalam menyelesaikan beberapa projek dan memahami teknologi baru,

mereka berusaha memandang bahwa hal tersebut merupakan pengetahuan dan pengalaman

(19)

8

Universitas Kristen Maranatha

product design engineer di PT “X” mengungkapkan banyaknya dukungan dari lingkungan

yang kuat untuk dirinya, mereka juga mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungan

pekerjaan yang mendukung mereka, dikarenakan PT “X” di kota Bandung memiliki

budaya kekeluargaan sehingga product design engineer menganggap bahwa rekan kerja

dan atasan sangat supportive.

Berdasarkan hasil survei awal dan wawancara yang telah dilakukan dapat

dinyatakan bahwa product design engineer pada PT “X” Kota Bandung perlu adanya

resilience at work. Dalam kondisi yang masih banyak kekurangan dan dalam keadaan

tertekan atau stres dikarenakan pekerjaannya, diharapkan mereka masih mampu untuk

memaksimalkan usahanya dalam menyelesaikan projek sesuai dengan tenggat waktu yang

ditentukan dan tetap bertahan bekerja di PT “X” Kota Bandung. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Deskriptif Mengenai Resilience At

Work Pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran resilience at work

pada product design engineer di PT “X” Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai resilience at work

pada product design engineer di PT “X” kota Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran resilience at work pada product

design engineer di PT “X” kota Bandung yang ditinjau dari dua aspek, yaitu Attitudes

(yang terdiri dari Commitment, controlI dan challenge) dan skills (yang terdiri dari

(20)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Untuk memberikan informasi di bidang psikologi industri dan organisasi mengenai

derajat resilience at work pada product design engineer di PT “X” , Kota Bandung

2. Memberikan ide dan masukan kepada peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan

penelitian mengenai resilience at work dan sebagai dasar dalam pengembangan

materi-materi yang berkenaan dengan penelitian ini.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada para product design engineer berkenaan resilience at

work pada product design engineer di PT “X” kota Bandung. Informasi ini dapat

dijadikan acuan bagi para product design engineer untuk mengembangkan sikap

dan perilakunya agar bisa bertahan dalam keadaan stres dan menjadikan stres

sebagai usaha dalam memecahkan masalah. di PT “X” Kota Bandung.

2. Memberikan informasi pada atasan ataupun HRD di PT “X” kota Bandung

mengenai gambaran derajat resilience at work pada product design engineer. Hal

ini dapat dijadikan acuan dalam mengevaluasi sistem kerja product design engineer,

dan sebagai acuan untuk memberikan pelatihan-pelatihan khusus baik soft skill

maupun hard skill dalam meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja kepada

(21)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka pemikiran

Product design engineer yang bekerja di PT “X” berada pada rentang usia 21-35

tahun, sehingga masih berada pada masa dewasa awal (Santrock, 2004). Pada tahap

perkembangan ini, mereka mengeksplorasi berbagai pilihan karir, merencanakan dan

mengambil keputusan tentang karir. Menurut Santrock (2004), tema yang penting pada

masa dewasa awal adalah mendapatkan penghasilan, memilih pekerjaan, membangun

karier dan mengembangkannya hingga mencapai aktualisasi diri dan menemukan makna

hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Menurut Schaie (Santrock, 2002) fase kognitif

pada masa dewasa awal mencapai tahap prestasi (achieving stage) dimasa dewasa awal

melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam

mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.

Product design engineer di PT “X” kota Bandung sendiri juga dituntut untuk

melakukan rangkaian desain produk yang berkualitas, namun untuk menyelesaikan projek

hingga menghasilkan produk yang berkualitas dengan tepat waktu tidaklah mudah. Hal

yang membuat product design engineer merasa stres adalah beban kerja yang berlebih.

Selama penyelesaian program dan projek, banyak hal yang menghambat product design

engineer untuk menyelesaikan program kerja tepat waktu. Hal-hal yang dapat menghambat

product design engineer antara lain perkembangan teknologi, kurangnya pengetahuan dan

pengalaman, keterbatasan sumber daya manusia, dan banyaknya perbaikan yang harus

dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Hal-hal tersebut menghambat para

engineer untuk menyelesaikan projek tepat waktu sehingga terjadi penumpukan projek dan

(22)

11

Universitas Kristen Maranatha

Kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan yang dirasakan oleh product design engineer

di perusahaan “X” merupakan stressor yang berujung pada stres kerja. Menurut Luthans

(2005), stres kerja merupakan respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu

atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian

eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara

berlebihan pada seseorang. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik stressor

ekstraorganisasional, stressor organisasi, stressor kelompok dan stressor individu. Dari

situasi pekerjaan yang membuat stres tersebut maka product design engineer akan memulai

pengolahan grup attitudes dan skills yang dapat membantu seseorang bangkit dari keadaan

stressful. Pola ini disebut dengan hardiness, yang merupakan bagian dari resilience at

work.. Resilience at work adalah kapasitas seseorang untuk bertahan dan berkembang

meskipun dalam keadaan stres. (Maddi & Khoshaba,2005).

Seorang product design engineer dikatakan resilience bila saat dihadapkan dengan

stresor, product design engineer dapat mengolah attitudes dan skills yang terdapat di dalam

hardiness. Hardiness merupakan bagian dari pola attitudes dan skills yang berfungsi untuk

bertahan dan berkembang dalam keadaan stres. Attitudes ini sendiri terdiri dari 3C, yaitu :

commitment, control, dan challenge. Selain attitudes, untuk menjadi resilience seseorang

membutuhkan skills yang terdiri atas transformational coping dan social support.

Aspek yang pertama dari attitudes adalah commitment. Commitment merupakan

seberapa tinggi usaha product design engineer tetap terlibat dengan kejadian dan

orang-orang disekitarnya walaupun pada saat di situasi yang menekan, juga memandang

pekerjaannya sebagai suatu hal yang penting dan cukup berarti untuk mempertaruhkan

(23)

12

Universitas Kristen Maranatha

memiliki commitment yang tinggi maka mereka akan terus berusaha mencari informasi dan

mempelajari perkembangan teknologi terbaru dengan mengikuti workshop-workshop

teknologi dan mencari jurnal-jurnal terkait agar bisa memenuhi permintaan klien. Namun

apabila product design engineer di PT “X” memiliki commitment yang rendah, mereka

akan merasa tidak bersemangat dan mengeluh saat tidak menemukan informasi yang

dibutuhkan dalam penyelesaian projek.

Aspek yang kedua adalah control. Control merupakan seberapa tinggi usaha

product design engineer di PT “X” kota Bandung untuk memberikan pengaruh positif pada

hasil dari perubahan yang terjadi disekitarnya daripada membiarkan diri tenggelam dalam

kepasifan dan ketidakberdayaan, dan melakukan yang terbaik untuk menemukan solusi atas

masalah pekerjaan sehari-hari. Apabila product design engineer di PT “X” yang memiliki

control yang tinggi, mereka akan memperbaiki kesalahan rancangan desain dengan cepat

karena memiliki catatan tentang kegagalan dan keberhasilan saat merancang desain produk

sebelumnya. Sedangkan apabila product design engineer di PT “X” memiliki control yang

rendah, mereka akan menunda dan kesulitan untuk memperbaiki kesalahan rancangan

desain.

Aspek yang ketiga adalah challenge. Challenge merupakan seberapa tinggi usaha

product design engineer di PT “X” kota Bandung memandang perubahan atau situasi

menekan sebagai sumber motivasi dan peluang untuk mengembangkan diri dalam

menghadapi situasi yang menekan. Ketika product design engineer di PT “X” menghadapi

situasi stres, mereka akan berusaha untuk memahaminya dan belajar dari situasi stres

tersebut. Mereka menganggap hal tersebut sebagai sebuah tantangan dan sebuah proses

(24)

13

Universitas Kristen Maranatha

challenge yang tinggi, mereka akan menghadapi kemajuan teknologi yang terus

berkembang serta kasus-kasus baru dalam setiap projek dan menjadikan kesulitan yang

dihadapi sebagai sebuah peluang. Sedangkan apabila product design engineer di PT “X”

memiliki challenge yang rendah, mereka akan merasa permintaan klien yang menginginkan

teknologi terbaru dalam produknya merupakan beban dan menjadi tidak bersemangat serta

mudah menyerah saat menghadapi kesulitan.

Apabila aspek-aspek dari attitudes sudah terbentuk pada diri product design

engineer di PT “X”, lalu mereka akan mengembangkan skills agar mereka mampu bertahan

di dalam pekerjaannya. Skills memiliki 2 aspek yaitu transformational coping skill dan

social support skill. Aspek yang pertama adalah transformational coping skill.

Transformational coping skill adalah seberapa mampu product design engineer di PT “X”

kota Bandung untuk mengubah situasi stres menjadi situasi yang memiliki manfaat bagi

dirinya, dengan cara memperluas perpektif, memahami secara mendalam mengenai situasi

menekan yang sedang terjadi dan mengambil sebuah tindakan untuk memecahkan masalah.

Product design engineer di PT “X” yang memiliki transformational coping skill yang

tinggi, mereka tidak tenggelam dalam masalah bila komponen yang dibutuhkan tidak

tersedia atau habis pada supplier, mereka sudah memiliki supplier cadangan atau berusaha

mencari komponen lain yang memiliki fungsi dan detil yang serupa. Namun apabila

product design engineer di PT “X” memiliki transformational coping skill yang rendah

mereka akan terus mengeluh karena klien memilih komponen yang sulit didapatkan.

Aspek yang kedua adalah social support skill. Social support skill adalah seberapa

tinggi usaha product design engineer di PT “X” untuk berinteraksi dengan orang lain

(25)

14

Universitas Kristen Maranatha

yang stressful. Product design engineer di PT “X” harus mampu berinteraksi dengan orang

lain. Ketika product design engineer di PT “X” bersedia untuk memberikan dukungan atau

bantuan pada engineer lainnya, maka mereka pun akan mendapatkan dukungan atau

bantuan dari engineer lain. Social support membantu product design engineer di PT “X”

memecahkan masalah yang terjadi di pekerjaan dan membantu memberikan dukungan agar

dapat mengatasi masalah yang terjadi. Jika product design engineer di PT “X” memiliki

social support skill yang tinggi, maka mereka akan memberikan informasi dan bahan

bacaan kepada rekan kerja yang sedang mengalami permasalahan yang serupa dengan

projek yang pernah dijalaninya. Mereka juga akan meminta saran kepada engineer yang

sudah lebih berpengalaman atau pernah menjalankan projek yang serupa. Namun jika

product design engineer di PT “X” memiliki social support skill yang rendah, mereka akan

merasa kesal dan mengeluh saat atasan atau rekan kerja menegurnya karena telah

melakukan kesalahan saat menjalankan projek.

Dalam mengembangkan resilience at work dalam diri product design engineer di

PT “X” Kota Bandung, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu

berupa feedback yang bersumber dari Personal reflection, other people dan result.

Feedback personal reflection merupakan pengamatan yang dilakukan oleh product design

engineer di PT ”X” terhadap tindakannya sendiri dan melihat dirinya melakukan apa yang

dibutuhkan sehingga akan memperkuat Commitment, Control, dan Challenge. Feedback

personal reflection dilakukan dengan melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunities, dan Threat). Kemudian feedback other people merupakan pengamatan atas

tindakan product design engineer di PT ”X” yang dilakukan oleh orang lain, sehingga

(26)

15

Universitas Kristen Maranatha

people diberikan dalam bentuk kritik dan saran dari coordinator, rekan kerja dank lien.

Feedback results adalah dampak aktual dari tindakan product design engineer di PT ”X”.

Feedback results dihasilkan dari performance appraisal dan review yang dilakukan. Jika

product design engineer menghayati bahwa feedback yang diberikan merupakan hal yang

positif, maka hal tersebut akan memotivasi product design engineer di PT ”X” dan product

design engineer dapat mengendalikan setiap masalah yang terjadi, bila product design

engineer menghayati bahwa feedback yang diberikan merupakan hal yang negatif, maka

hal tersebut akan mengurangi motivasi product design engineer dan menghambat product

design engineer dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.

Apabila product design engineer di PT “X” telah mengolah dan membentuk

attitudes dan skills, maka akan terlihat derajat resilience at work pada product design

engineer di PT “X” ini. Derajat resilience at work terbagi menjadi dua yaitu tinggi dan

rendah. Apabila product design engineer di PT “X” memiliki resilience at work yang

tinggi, mereka akan mengembangkan dirinya dalam mengolah sikap dan kemampuan

ketika mengalami masalah. Resilience at work dikatakan tinggi, apabila semua aspek, baik

dari attitude maupun skill dinyatakan tinggi. Namun jika product design engineer di PT

“X” memiliki derajat resilience at work yang rendah, mereka akan merasa terbebani ketika

mengalami suatu masalah. Resilience at work dikatakan rendah, apabila semua ada salah

satu aspek atau lebih, baik dari attitude maupun skill dinyatakan rendah.

Berikut ini adalah bagan yang menjelaskan mengenai gambaran resilience at work

(27)

16

Universitas Kristen Maranatha

\

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Product design

engineer di PT “X” kota Bandung

stressor Resilience at work

Rendah Tinggi

Faktor yang memengaruhi :

- Feedback personal reflection - Feedback other people - Feedback Result

Aspek Resilience at Work

Attitudes :

- Commitment

- Control

- Challenge

Skill :

- Transformational coping

(28)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

1. Tugas-tugas product design engineer dalam menyelesaikan lebih dari 1 design untuk

projek berbeda-beda dan harus memenuhi deadline perusahaan serta klien merupakan

situasi yang sulit.

2. Kendala yang dirasakan oleh product design engineer di PT “X” kota Bandung

menyelesaikan projek tepat waktu yaitu dalam hal perkembangan teknologi yang

pesat, fasilitas yang diberikan kurang mendukung, dan kurangnya SDM dalam

PUSTEKIN.

3. Product design engineer di PT “X” kota Bandung memiliki derajat Resilience at work

yang berbeda-beda.

4. Product design engineer memiliki hardiness dalam dirinya, saat dihadapkan dengan

kendala dan situasi yang sulit akan terjadi pengolahan hardiness dan membentuk

resilience at work pada product design engineer di PT “X” kota Bandung.

5. Resilience at work memiliki tiga aspek sikap yang terkandung dalam hardiness, yaitu

control, commitment dan challange serta dua aspek skill yaitu transformational

coping dan social support.

6. Feedback dari personal reflection, other people dan result memengaruhi control,

commitment dan challange pada product design engineer di PT “X” Bandung.

7. Usia dan masa bekerja memengaruhi resilience at work pada product design engineer

(29)

60 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

beberapa simpulan mengenai resilience at work pada 44 product design engineer di PT “X” Kota

Bandung sebagai berikut :

1. Sebagian besar product design engineer di PT “X” Kota Bandung memiliki derajat

resilience at work yang rendah.

2. Berdasarkan attitude dengan derajat yang tinggi pada product design engineer di PT “X”

Kota Bandung, Challenge memiliki jumlah frekuensi paling banyak dibandingkan control

dan commitment.

3. Berdasarkan skill dengan derajat yang tinggi pada product design engineer di PT “X” Kota

Bandung, social support memiliki jumlah frekuensi paling banyak dibandingkan

transformational coping.

4. Feedback personal reflection, feedback other people, dan feedback result yang dimiliki oleh

product design engineer di PT “X” Kota Bandung memiliki kecenderungan keterkaitan

dengan commitment, control dan challenge.

5. Karakteristik Responden, yaitu usia dan masa bekerja product design engineer di PT “X”

Kota Bandung tidak memiliki kecenderungan keterkaitan dengan derajat resilience at work

(30)

61

Universitas Kristen Maranatha

5.2Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai resilience at work

pada product design engineer dengan menggunakan kontribusi untuk memperoleh

seberapa besar derajat kontribusi faktor- faktor yang mempengaruhi kepada sub-aspek

pada resilience at work.

2. Disarankan bagi peneliti yang akan menggunakan kuesioner resilience at work agar

melengkapi tiap item dengan situasi stressful atau pada instruksi responden diminta

membayangkan situasi stressful untuk menjawab setiap pertanyaan.

3. Disarankan bagi peneliti yang akan menggunakan kuesioner resilience at work agar

melengkapi informed consent sesuai dengan kode etik

5.2.2 Saran Praktis

1. Sehubungan dengan sebagian besar product design engineer memiliki resilience at

work yang rendah, disarankan bagi PT “X” Kota Bandung untuk memberikan

pelatihan resilience at work kepada product design engineer untuk memperkuat

sikap-sikap dan keahlian yang dibutuhkan.

2. Sehubungan dengan sebagian besar product design engineer memiliki resilience at

work yang rendah, disarankan bagi PT “X” Kota Bandung untuk mengadakan diskusi

antara product design engineer sehingga engineer yang memiliki resilience at work

yang tinggi dapat membagikan pengalaman dan saran dalam menghadapi masalah

(31)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI RESILIENCE AT WORK PADA PRODUCT

DESIGN ENGINEER DI PT “X” KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Disusun Oleh:

Raden Rizka Fatiari

1030012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(32)
(33)
(34)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

kasih-Nya karena telah memperkenankan peneliti untuk menyelesaikan penelitian dengan

judul “Studi Deskriptif mengenai Resilience at Work pada Product Design Engineer di PT

“X” Kota Bandung”. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratn menempuh

sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan, kemampuan, informasi, dan pengalaman,

peneliti menyadari sepenuhnya dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu peneliti terbuka akan kritik maupun saran yang bersifat membangun guna mengoreksi

kesalahan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dan semoga dapat berguna bagi peneliti

di masa yang akan datang.

Dalam penulisan Skripsi ini, peneliti mendapat banyak sekali bantuan dan dorongan

saat menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menyusun penelitian ini. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih peneliti kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha dan pembimbing utama yang telah membimbing peneliti dari MR,

meluangkan banyak waktu, tenaga, serta pikirannya dalam memberikan feedback,

mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi, serta memberikan dorongan dan

semangat untuk segera menyelesaikan penelitian ini secepat dan sebaik mungkin.

2. Gianti Gunawan, M.Psi., Psikolog, selaku pembimbing pendamping yang selalu

meluangkan banyak waktu, tenaga, serta pikirannya dalam membimbing dan

mengajarkan bagaimana menyusun penelitian, memberikan feedback, masukan, serta

memberikan dorongan dan semangat kepada peneliti agar mengerjakan penelitian

(35)

ix

3. Bapak Agung Darmawan, Ir. Selaku Kepala Divisi, Bapak Husnan Arofat, ST. selaku

Wakil Kepala Divisi, dan Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung divisi

Pusat Teknologi dan Inovasi (PUSTEKIN), selaku sumber informasi kepada peneliti

dalam penyusunan usulan penelitian ini.

4. Ibu Atini Hasanah, IR. M.Eng selaku Kepala Divisi Human Capital dan General

Affair yang membantu dalam memberikan perizinan serta memberikan informasi

lengkap mengenai PT “X” sehingga akhirnya dapat melakukan penelitian di PT “X”

ini

5. Kedua orang tua dan kakak dari peneliti yang selalu mendukung setiap keputusan

peneliti serta memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan selalu memberikan

dukungan penuh kepada peneliti dalam menyusun usulan penelitian ini.

6. Ilham Anggi Putra, Welly Renato, Estu Laraswati Sukoco, Yerikho Teudas

Litaniwan, Yane Octaria, Santa Angelica, Fatikha Shaffi, Jensen Rantedoping, dan

Gregorio, yang memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti untuk

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

7. Hanna Kathia Septianti, Kara Dinissa Alisjahbana, dan Malika Rizqi Anindita selaku

teman seperjuangan sedari SMA yang selalu memberikan waktu, semangat dan doa

kepada peneliti agar dapat cepat menyelesaikan penelitian ini.

8. Afidah Dzikra, Ahmad Abdul Matin, Tito Muhammad Taufik yang menjadi

penyemangat dan menghibur peneliti selama penyelesaikan penelitian ini

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan penelitian ini yang tidak dapat

(36)

x

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan kepada semua pihak

yang telah membantu peneliti dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membaca, khusunya rekan-rekan di Fakultas Psikologi. yang memerlukan.

Bandung, Juni 2016

Peneliti

(37)

62

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Friendenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing :Design, Analysis, and Use. USA: University of North California

Luthans, Fred. 2005. Organizational Behaviour 10th edition. New York :McGraw-

Hill International Editions

Maddi, S. R & Deborah, M. K. 2005. Resilience at Work : How to Succeed No Matter What Life Throws at You. United States of America: Amacon

Maddi, Salvatore R. et al. 2009. The Journal Of Positive Psychology : Hardiness training facilitates performance in college. Vol. 4. CA, USA : San Fransisco State University

Salvatore R. Maddi. 2002. The Story Of Hardiness: Twenty Years of Theorizing, Research, and Practice. University of California, Irvine

Santrock, John. W. 2011. Life-Span Development Ed.13. New York : McGraw-Hill

Soehartono, Irawanto. 2011. Metode Penelitian Sosial: Suatu Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, Cetakan VIII. Bandung: Rosda

Sudjana, M.A. 2002. Metode Statistika, Edisi 6. Bandung : Tarsito .

(38)

63

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Fakultas Psikologi, 2009, Panduan Penelitian Skripsi Sarjana. Bandung Universitas Kristen Maranatha

Media Informasi PT “X”. (2014). Pustekin “X” Lakukan Diskusi dengan Litbang POLRI “

Mengubah Penelitian Menjadi Keuntungan” (dalam Buletin “X” Edisi No.15 Maret).

Bandung : PT “X”

Mustakim, Moh Nadlir. (2015). Kita Harus Mandiri Secara Teknologi.

http://wawancara.news.viva.co.id/news/read/596035-kita-harus-mandiri-secara-teknologi, diakses pada tanggal 25 Maret 2015

Putra, Ilham Anggi. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di Perusahaan “X” Kota Bandung. Skipsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Team, KMPlus. (2014). Mengapa Inovasi Harus Dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

berperan sebagai siswa adalah teman satu kelompok yang berjumlah sebelas orang dengan seorang dosen pembimbing. Dosen pembimbing memberikan masukan, baik berupa kritik maupun

gereja, maka dengan demikian upaya gereja dalam menanggulangi konflik Porto-Haria.. selama ini bukan dengan kekerasan ( violence ) melainkan tanpa kekerasan (

Berikut ini adalah hasil dari monitoring management bandwidth pada jaringan wifi menggunakan access point : 1.. Melakukan pengaturan bandwidth

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dilihat dari Hukum Administrasi Negara, kebijakan pengendalian kendaraan bermotor merupakan suatu instrumen yang

Dalam rangka pengolahan pangan berbahan baku jagung, biskuit dapat merupakan salah satu alternatif produk pangan yang dapat dibuat dari tepung jagung.. Penggurangan penggunaan tepung

[r]

[r]

Hendaknya dapat menerapkan design analisis tersebut kedalam pengajaran analisis, apresiasi karya sastra berjenis prosa dan drama dengan menggunakan media film sebagai objek