viii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan derajat Resilience at Work pada product design engineer di PT ”X” Kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Responden pada penelitian ini berjumlah 44 orang, yang merupakan populasi.
Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan pada teori Maddi dan Koshaba (2005), yang meliputi 5 sub aspek resilience at work. Berdasarkan uji validitas denan menggunakan rumus Rank Spearman diperoleh adalah 49 item valid dengan validitas berkisar 0,300 – 0,718, dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Croncbach diperoleh reliabilitas berkisar 0,893 yang berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa 77,3% dari responden memiliki derajat Resilience at Work yang rendah dan 22,7% memiliki derajat Resilience at Work yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa 77,3% product design engineer di PT ”X” Kota Bandung kurang mampu mengembangkan sikap dan kemampuannya dalam keadaan yang tertekan dan 22,7% product design engineer di PT ”X” Kota Bandung mampu mengembangkan sikap dan kemampuannya dalam keadaan yang tertekan.
Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian Resilience at work lanjutan pada product design engineer dengan menggunakan kontribusi untuk memeperoleh derajat kontribusi faktor-faktor dngan sub aspek.. Bagi PT ”X” Kota Bandung disarankan untuk memberikan pelatihan resilience at work dan diskusi antar rekan kerja pada product design engineer.
ix Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research aims to know the description of Resilience at Work in product design engineer at Company “X” Bandung. This research using descriptive method with survey technique. The total of the respondent are 44 persons.
The measuring instrument used questionnaire which has been modified by the researcher based on Maddi and Koshaba (2005) theory, that covers 5 sub aspects of resilience at work. Based on the validity test using Rank Spearman’s formula, the researcher finds 49 valid items with the validity between 0,300 – 0,718 and 0,893 reliability using Alpha Croncbach Formula, so this measuring instrument has high reliability.
The conclusion based on the result of the research this research is that 77,3% of the respondent have low level of the Resilience at Work and 22,7% of the responden have high level of the Resilience at Work. It shows that 77,3% of product design engineer of Company “X” Bandung can’t develop their attitudes and skills during a stressful situation and 22,7% of product design engineer of Company “X” Bandung can develop their attitudes and skills during a stressful situation.
Suggestion for the next research is to do further contribution research about Resilience at Work on product design engineer to see contribution degree of factor to sub aspects. For Company "X" Bandung is suggested to provide resilience at work training and discussion between peers for product design engineer.
x Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan……….ii
Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian………iii
Pernyataan Publikasi LaporanPenelitian……….iv
Kata Pengantar...…..……..………...v
Abstrak………..viii
Abstract………...ix
Daftar Isi...x
Daftar Tabel...xiv
Daftar Bagan...xv
Daftar Lampiran...xvi
BAB I PENDAHULUAN……….1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Identifikasi Masalah...8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...………...………...8
1.4 Kegunaan Penelitian...9
1.4.1 Kegunaan Teoritis...9
1.4.2 Kegunaan Praktis...8
1.5 Kerangka Pemikiran...10
xi Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………18
2.1 Resilience at Work...18
2.1.1 Pengertian Resilience at Work…...18
2.1.2 .spek-aspek Resilience at Work...18
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Resilience at Work...24
2.1.4 Hardiness………...26
2.2 Stres Kerja ...27
2.2.1 Pengertian Stres Kerja...27
2.2.2 Penyebab Stres Kerja atau Stressor...29
2.2.3 Akibat Stres……….32
2.2.3.1Gejala Fisiologis……….32
2.2.3.2Gejala Psikologis………33
2.2.3.3 Gejala Perilaku………34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………35
3.1 Rancangan Penelitian... ...35
3.2 Skema Prosedur Penelitian...35
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...36
3.3.1 Variabel Penelitian... ...36
3.3.2 Definisi Operasional...36
3.4 Alat Ukur...37
3.4.1 Kuesioner Resilience at Work…......37
3.4.2 Kisi-kisi Alat ukur...38
3.4.3 Prosedur Pengisian...39
xii Universitas Kristen Maranatha
3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang…...41
3.4.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...42
3.4.6.1Validitas Alat Ukur...42
3.4.6.2Reliabilitas Alat Ukur...43
3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel...45
3.5.1 Populasi Sasaran...45
3.6 Teknik Analisis Data...45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...46
4.1 Gambaran Responden...46
4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja...46
4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia...46
4.2. Hasil Penelitian...47
4.2.1 Derajat Resilience at Work pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47
4.2.2 Derajat Attitudes pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47
4.2.3 Derajat Skill pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...48
4.2.4 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Commitment...48
4.2.5 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Control...49
xiii Universitas Kristen Maranatha
4.2.7 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan
Derajat Transformational Coping...50
4.2.8 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Social Support...51
4.3. Pembahasan...51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...60
5.1. Kesimpulan...60
5.2 Saran...61
5.2.1 Saran Teoretis...61
5.2.2 Saran Praktis...61
DAFTAR PUSTAKA………...62
DAFTAR RUJUKAN………....63
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Resilience at Work………...38
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian……….….... 40
Tabel 3.3 Kriteria Validitas………..43
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas dengan Skala Guilford………...44
Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja………...46
Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia………..46
Tabel 4.3 Derajat Resilience at Work pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47
Tabel 4.4 Derajat Attitudes pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...47
Tabel 4.5 Derajat Skill pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung...48
Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Commitment...48
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Control...49
Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Challenge...49
Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Derajat Resilience at Work dengan Derajat Transformational Coping...50
xv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir………...16
Bagan 2.1 Bagan Model Stres kerja……….28
xvi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LETTER OF CONSENT DAN ALAT UKUR
Lampiran 1.1 Kata Pengantar dan Letter of Concent
Lampiran 1.2 Data Utama
Lampiran 1.3 Data Penunjang
Lampiran 1.4 Kisi-kisi Alat Ukur
LAMPIRAN 2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
Lampiran 2.1 Hasil Uji Validitas
Lampiran 2.2 Hasil Uji Reliabilitas
LAMPIRAN 3 HASIL PENELITIAN
Lampiran 3.1 Hasil Penelitian Resilience at work
Lampiran 3.2 Hasil Penelitian Commitment
Lampiran 3.3 Hasil Penelitian Control
Lampiran 3.4 Hasil Penelitian Challenge
Lampiran 3.5 Hasil Penelitian Transformational Coping
Lampiran 3.6 Hasil Penelitian Social Support
Lampiran 3.7 Data Demografis
Lampiran 3.8 Data Penunjang
LAMPIRAN 4 FREKUENSI, TABULASI SILANG DATA UTAMA – DATA
PENUNJANG
Lampiran 4.1 Tabulasi Silang Antara Data Demografis dengan Resilience at Work
Lampiran 4.1.1 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Resilience at Work
Lampiran 4.1.2 Tabulasi Silang Antara Usia dengan Resilience at Work
Lampiran 4.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection dengan
Commitment, Control, Challenge
Lampiran 4.2.1 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 1)
dengan Commitment
Lampiran 4.2.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 1)
xvii Universitas Kristen Maranatha
Lampiran 4.2.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 1)
dengan Challenge
Lampiran 4.2.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 2)
dengan Commitment
Lampiran 4.2.5 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 2)
dengan Control
Lampiran 4.2.6 Tabulasi Silang Antara Feedback Personal Reflection (item 2)
dengan Challenge
Lampiran 4.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Result dengan Commitment, Control,
Challenge
Lampiran 4.3.1 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 3) dengan
Commitment
Lampiran 4.3.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 3) dengan
Control
Lampiran 4.3.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 3) dengan
Challenge
Lampiran 4.3.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 4) dengan
Commitment
Lampiran 4.3.5 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 4) dengan
Control
Lampiran 4.3.6 Tabulasi Silang Antara Feedback Result (item 4) dengan
Challenge
Lampiran 4.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People dengan Resilience at
Work
Lampiran 4.4.1 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 5)
dengan Commitment
Lampiran 4.4.2 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 5)
dengan Control
Lampiran 4.4.3 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 5)
dengan Challenge
Lampiran 4.4.4 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 6)
xviii Universitas Kristen Maranatha
Lampiran 4.4.5 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 6)
dengan Control
Lampiran 4.4.6 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 6)
dengan Challenge
Lampiran 4.4.7 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 7)
dengan Commitment
Lampiran 4.4.8 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 7)
dengan Control
Lampiran 4.4.9 Tabulasi Silang Antara Feedback Other People (item 7)
dengan Challenge
Lampiran 4.4 Frekuensi Hasil Alat Ukur
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era liberalisasi perdagangan, negara-negara maju berlomba memenangkan
kompetisi pasar dunia, sedangkan negara-negara berkembang masih banyak menghadapi
permasalahan dan cenderung mengalami penyusutan kesempatan bermain bila tidak segera
melakukan langkah-langkah terobosan atau inovasi (Doddy Soepardi H.A.R, 1997). Begitu
juga dalam suatu bisnis, strategi penting yang harus dilakukan adalah melakukan inovasi
produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Inovasi bertujuan untuk mengubah produk tersebut menjadi sesuatu yang berbeda.
Berbeda dalam artian lebih memuaskan klien dan lebih meningkatkan daya jual. Inovasi ini
dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi permintaan pasar sehingga perusahaan tersebut
tidak begitu saja ditinggalkan oleh kliennya dan perusahaan akan bisa terus
mengembangkan bisnisnya. Berinovasi pada produk yang ditawarkan perusahaan
(menambah fitur produk, meningkatkan kualitas produk, menambah layanan), perusahaan
tersebut akan menghasilkan produk yang lebih berbeda dengan produk saingan dan
diharapkan akan memicu pelanggan untuk lebih memilih produk tersebut dibandingkan
dengan produk saingan sehingga perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain
(www.kmplus.co.id, 2014). Maka dari itu, inovasi sangat dibutuhkan oleh
perusahaan-perusahaan atau badan usaha di Indonesia agar bisa bersaing di pasar dunia dan menjadi
2
Universitas Kristen Maranatha
Salah satu badan usaha di Indonesia yang terus berinovasi agar bisa bersaing
dengan perusahaan kelas dunia adalah PT “X”. PT “X” merupakan perusahaan yang
bertanggung jawab mengembangkan bisnis dan produk-produk dalam bidang elektronika
untuk industri dan prasarana yang berfokus di sektor bisnis Transportasi Perkeretaapian,
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Energi Terbarukan, Elektronika Pertahanan, dan
Sistem Navigasi. PT “X” memiliki visi untuk menjadi perusahaan infrastruktur elektronika
kelas dunia dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan stakeholder melalui inovasi produk
elektronika industri dan prasarana (website perusahaan). Direktur Utama PT “X”
menyatakan bahwa PT “X” memiliki tugas utama dalam melakukan penelitian dan
pengembangan, sehingga dapat dikatakan perusahaan ini adalah „core-nya‟ di bidang
pengembangan teknologi. Tidak hanya melakukan penelitian tetapi PT “X” juga
memikirkan bagaimana penelitian itu bisa dibuat menjadi produk
(wawancara.news.viva.co.id, 2015). Kemampuan untuk membuat penelitian menjadi suatu
produk tersebut merupakan keunggulan dari bagian Pusat Teknologi dan Inovasi
(PUSTEKIN) di PT “X” (Media Informasi PT “X”, 2014).
Dalam proses membuat penelitian menjadi suatu produk, PUSTEKIN
membutuhkan product design engineer. Product design engineer merupakan jembatan
antara teknologi dasar dan pengetahuan dasar yang product design engineer miliki dan
dituangkan ke dalam sebuah produk. Menurut Manager bagian Produk Kontrol dan
Elektronika Daya PUSTEKIN, product design engineer merupakan tulang punggung dari
divisi PUSTEKIN. Product design engineer harus bisa mengubah dari daftar requirement
yang berisi kebutuhan klien dan fungsi-fungsi dasar yang harus dipenuhi dari sebuah
3
Universitas Kristen Maranatha
produk yang dihasil oleh PUSTEKIN adalah e-KTP reader. Suatu produk harus memenuhi
fungsi-fungsi dasar, misalkan e-ktp reader harus bisa mengidentifikasi sidik jari, harus bisa
dihubungkan ke komputer, dan banyak fungsi dasar lainnya yang harus dipenuhi. Produk
juga harus mememuhi requirement klien, misalkan e-ktp reader harus compact, ringan,
kecil dan user-friendly, hal-hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan user dan bagaimana
mengoperasikannya. Product design engineer harus bisa menerjemahkan daftar
requirement menjadi sebuah desain produk yang utuh.
Tugas utama (job description) seorang product design engineer di perusahaan “X”
ini yaitu membuat desain produk secara bertahap dan sistematis sesuai requirement klien.
Sebagian besar product design engineer merupakan engineer-engineer muda yang belum
memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, sehingga saat para engineer dihadapkan
dengan masalah dalam pengerjaan atau teknologi yang baru akan banyak menghabiskan
waktu mempelajari teknologi atau masalah yang berada diluar batas kemampuan. Setelah
itu, product design engineer mulai pembuatan desain produk dalam waktu 1 hingga 2 bulan
dan setiap engineer memegang lebih dari 1 projek dalam waktu yang sama. Product design
engineer mendesain komponen demi komponen sampai akhirnya menjadi suatu produk
yang utuh dan proses kerja product design engineer saat mendesain itu berkesinambungan,
sehingga untuk memulai desain dan pembuatan setiap komponen, komponen sebelumnya
harus sudah diselesaikan. Bila komponen tersebut belum selesai akan menghambat
pekerjaan product design engineer selanjutnya sedangkan banyak komponen yang harus di
desain untuk menyelesaikan suatu produk, sehingga deadline projek semakin dekat dan
membuat engineer tertekan. Kemudian product design engineer dan pihak-pihak terkait
4
Universitas Kristen Maranatha
review dilakukan di setiap tahap pengerjaan suatu produk untuk mencegah kesalahan dalam
setiap proses. Saat produk di review, bila ditemukan kesalahan baik desain atau komponen
yang digunakan tidak sesuai, product design engineer harus mengulang desain dari awal
proses atau bahkan harus mendesain ulang dari awal. Sekalipun dilakukan review tetap saja
sering terjadi kesalahan di proses-proses selanjutnya. Tidak jarang juga klien meminta
perubahan requirement yang membuat desain harus kembali disesuaikan.
Kemudian product design engineer mulai melakukan pembuatan prototype
produk lalu menyusun manual dan menyiapkan review metode produksi dengan
pengujian produksi beserta lampiran-lampirannya, bila dalam proses pengujian terjadi
kesalahan maka engineer harus kembali memperbaiki prototype tersebut hingga lulus
proses pengujian. Bila sudah lolos proses pengujian, product design engineer menyusun
manual untuk user dengan sangat jelas agar lebih user-friendly. Kemudian product design
engineer menyiapkan review metode aplikasi, instalasi, operasi, maintenance/
troubleshooting, dan training. Product design engineer lalu memonitor dan mengevaluasi
kegiataan fungsi pendukung yang berada di bawah koordinasinya lalu membantu
melakukan identifikasi dan mitigasi resiko desain produk yang menjadi tanggung
jawabnya. Terakhir, product design engineer akan melakukan kegiatan tindak lanjut atas
audit yang dilakukan.
Product design engineer harus mengikuti perkembangan setiap proses pembuatan
produk, dari awal product design engineer mendesain produk tersebut hingga produk
sudah siap produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mecegah terjadinya kesalahan saat
produk sudah ditangan klien dan konsumen. Para engineer juga mengalami kesulitan
5
Universitas Kristen Maranatha
orang atau lebih hanya dikerjakan oleh 6 orang engineer. Tidak jarang product design
engineer mengerjakan pekerjaan diluar job description, seperti product design engineer
terjun untuk melakukan testing prototype karena kurangnya kapasitas testing engineer.
Product design engineer dituntut untuk bekerja penuh perencanaan dan ketelitian.
Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh product design engineer tersebut akan
memperlambat penyelesaian program-program kerja, sehingga pekerjaan sulit untuk
selesai sesuai tenggat waktu yang ditentukan. Apabila projek sudah melampaui tenggat
waktu, hal tersebut akan memberikan dampak negatif kepada PT.”X” tersebut. Hal ini
juga berakibat pada pengurangan waktu pengerjaan projek selanjutnya, sehingga engineer
mengalami penumpukan projek. Hal tersebut membuat para engineer merasa semakin
tertekan dan menyebabkan turnover pada beberapa karyawan.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 10 product design engineer di
perusahaan “X” yang mengalami situasi menekan seperti kurangnya pengetahuan dan
pengalaman dalam mengerjakan lebih dari 1 projek, SDM yang terbatas, beban kerja
yang berlebih, dan banyaknya perbaikan yang harus dilakukan agar bisa menghasilkan
produk yang berkualitas demi menjaga nama baik perusahaan, ditemukan 8 dari 10 orang
product design engineer (80%) memberikan reaksi baik pada gejala fisik maupun
psikologis. Pada gejala fisik misalnya mereka menjadi sakit kepala, mudah lelah, bahkan
ada yang sampai jatuh sakit. Pada gejala psikologis misalnya mereka menjadi sulit tidur,
menjadi mudah tersinggung, dan tidak konsentrasi pada pekerjaan.
Dari reaksi yang diberikan oleh product design engineer dalam penyelesaian
produk sesuai tenggat waktu tersebut, maka bekerja sebagai product design engineer ini
6
Universitas Kristen Maranatha
kerja merupakan respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu atau proses
psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal
(lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara berlebihan
pada seseorang. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik stressor
ekstraorganisasional, stressor organisasi, stressor kelompok dan stressor individu.
Dari situasi yang membuat pekerjaan product design engineer menjadi stres dan
penghayatan yang ditampilkan oleh product design engineer di PT “X”, maka diperlukan
resilience at work. Menurut Maddi & Koshaba (2005), resilience at work merupakan
kemampuan seseorang untuk dapat mengolah sikap dan kemampuan yang dimiliki untuk
dapat menolong dirinya sendiri agar dapat bangkit kembali dari keadaan stres,
memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, serta menjadi lebih sukses dan mencapai
kepuasan di dalam suatu proses atau kemampuan seseorang untuk berada dalam keadaan
tertekan namun mereka dapat tetap berusaha memecahkan masalahnya dan merubah
keadaan yang mengganggu ke arah yang baru dan lebih baik dari sebelumnya dan menjadi
memuaskan.
Resilience at work tersebut terbentuk dari hardiness yang didalamnya terdiri dari
attitudes dan skills. Individu yang dikatakan memiliki resilience at work akan terlihat dari
Attitudes yang terdiri dari : Commitment, control, dan challange (atau disebut juga dengan
3C). Selain attitudes, terdapat juga skills yang terdiri dari : transformational coping, dan
social support. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa resilience merujuk pada
bagaimana cara seseorang mengolah sikap dan kemampuannya untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam keadaan stres dan menjadikan stres sebagai usaha untuk memecahkan
7
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 10 orang pekerja product design
engineer di PT “X”, untuk aspek attitudes, dilihat dari sub aspek commitment, 80%
product design engineer mengungkapkan bahwa dalam keadaan tertekan product design
engineer memiliki rasa keterikatan dan keterlibatan dalam pekerjaannya yang kuat dalam
dirinya. Para product design engineer tetap berusaha bekerja sebaik mungkin untuk
menyelesaikan 2-3 projek dalam waktu yang berdekatan agar selesai sesuai dengan tenggat
waktu dan juga dengan SDM yang terbatas. Pada sub aspek control, 60% product design
engineer di PT “X” mengungkapkan memiliki usaha yang kuat untuk mencari solusi
positif. Product design engineer berusaha untuk mempelajari teknologi terbaru sesuai
dengan permintaan klien, para engineer juga mengajukan diri untuk mengikuti pelatihan
atau workshop mengenai teknologi terbaru.
Untuk sub aspek challenge, 50% product design engineer di PT “X”
mengungkapkan bahwa mereka dapat memandang keadaan yang stressful merupakan
sarana untuk mengembangkan dirinya. Meskipun pada awalnya engineer merasa kesulitan
saat harus mempelajari teknologi terbaru, namun engineer terus mempelajari dan menjalani
proses trial and error sampai akhirnya bisa menguasai teknologi tersebut dan bisa
mengaplikasikannya pada projek yang akan datang.
Pada aspek skill, dilihat dari sub aspek transformational coping skill, 80% dari
product design engineer di PT “X” mengungkapkan bahwa situasi stressful merupakan
situasi yang memberikan manfaat bagi dirinya dengan melakukan coping, ketika engineer
merasa tertekan dalam menyelesaikan beberapa projek dan memahami teknologi baru,
mereka berusaha memandang bahwa hal tersebut merupakan pengetahuan dan pengalaman
8
Universitas Kristen Maranatha
product design engineer di PT “X” mengungkapkan banyaknya dukungan dari lingkungan
yang kuat untuk dirinya, mereka juga mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungan
pekerjaan yang mendukung mereka, dikarenakan PT “X” di kota Bandung memiliki
budaya kekeluargaan sehingga product design engineer menganggap bahwa rekan kerja
dan atasan sangat supportive.
Berdasarkan hasil survei awal dan wawancara yang telah dilakukan dapat
dinyatakan bahwa product design engineer pada PT “X” Kota Bandung perlu adanya
resilience at work. Dalam kondisi yang masih banyak kekurangan dan dalam keadaan
tertekan atau stres dikarenakan pekerjaannya, diharapkan mereka masih mampu untuk
memaksimalkan usahanya dalam menyelesaikan projek sesuai dengan tenggat waktu yang
ditentukan dan tetap bertahan bekerja di PT “X” Kota Bandung. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Deskriptif Mengenai Resilience At
Work Pada Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung”.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran resilience at work
pada product design engineer di PT “X” Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai resilience at work
pada product design engineer di PT “X” kota Bandung.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran resilience at work pada product
design engineer di PT “X” kota Bandung yang ditinjau dari dua aspek, yaitu Attitudes
(yang terdiri dari Commitment, controlI dan challenge) dan skills (yang terdiri dari
9
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Untuk memberikan informasi di bidang psikologi industri dan organisasi mengenai
derajat resilience at work pada product design engineer di PT “X” , Kota Bandung
2. Memberikan ide dan masukan kepada peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan
penelitian mengenai resilience at work dan sebagai dasar dalam pengembangan
materi-materi yang berkenaan dengan penelitian ini.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada para product design engineer berkenaan resilience at
work pada product design engineer di PT “X” kota Bandung. Informasi ini dapat
dijadikan acuan bagi para product design engineer untuk mengembangkan sikap
dan perilakunya agar bisa bertahan dalam keadaan stres dan menjadikan stres
sebagai usaha dalam memecahkan masalah. di PT “X” Kota Bandung.
2. Memberikan informasi pada atasan ataupun HRD di PT “X” kota Bandung
mengenai gambaran derajat resilience at work pada product design engineer. Hal
ini dapat dijadikan acuan dalam mengevaluasi sistem kerja product design engineer,
dan sebagai acuan untuk memberikan pelatihan-pelatihan khusus baik soft skill
maupun hard skill dalam meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja kepada
10
Universitas Kristen Maranatha
1.5 Kerangka pemikiran
Product design engineer yang bekerja di PT “X” berada pada rentang usia 21-35
tahun, sehingga masih berada pada masa dewasa awal (Santrock, 2004). Pada tahap
perkembangan ini, mereka mengeksplorasi berbagai pilihan karir, merencanakan dan
mengambil keputusan tentang karir. Menurut Santrock (2004), tema yang penting pada
masa dewasa awal adalah mendapatkan penghasilan, memilih pekerjaan, membangun
karier dan mengembangkannya hingga mencapai aktualisasi diri dan menemukan makna
hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Menurut Schaie (Santrock, 2002) fase kognitif
pada masa dewasa awal mencapai tahap prestasi (achieving stage) dimasa dewasa awal
melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam
mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.
Product design engineer di PT “X” kota Bandung sendiri juga dituntut untuk
melakukan rangkaian desain produk yang berkualitas, namun untuk menyelesaikan projek
hingga menghasilkan produk yang berkualitas dengan tepat waktu tidaklah mudah. Hal
yang membuat product design engineer merasa stres adalah beban kerja yang berlebih.
Selama penyelesaian program dan projek, banyak hal yang menghambat product design
engineer untuk menyelesaikan program kerja tepat waktu. Hal-hal yang dapat menghambat
product design engineer antara lain perkembangan teknologi, kurangnya pengetahuan dan
pengalaman, keterbatasan sumber daya manusia, dan banyaknya perbaikan yang harus
dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Hal-hal tersebut menghambat para
engineer untuk menyelesaikan projek tepat waktu sehingga terjadi penumpukan projek dan
11
Universitas Kristen Maranatha
Kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan yang dirasakan oleh product design engineer
di perusahaan “X” merupakan stressor yang berujung pada stres kerja. Menurut Luthans
(2005), stres kerja merupakan respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu
atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian
eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara
berlebihan pada seseorang. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik stressor
ekstraorganisasional, stressor organisasi, stressor kelompok dan stressor individu. Dari
situasi pekerjaan yang membuat stres tersebut maka product design engineer akan memulai
pengolahan grup attitudes dan skills yang dapat membantu seseorang bangkit dari keadaan
stressful. Pola ini disebut dengan hardiness, yang merupakan bagian dari resilience at
work.. Resilience at work adalah kapasitas seseorang untuk bertahan dan berkembang
meskipun dalam keadaan stres. (Maddi & Khoshaba,2005).
Seorang product design engineer dikatakan resilience bila saat dihadapkan dengan
stresor, product design engineer dapat mengolah attitudes dan skills yang terdapat di dalam
hardiness. Hardiness merupakan bagian dari pola attitudes dan skills yang berfungsi untuk
bertahan dan berkembang dalam keadaan stres. Attitudes ini sendiri terdiri dari 3C, yaitu :
commitment, control, dan challenge. Selain attitudes, untuk menjadi resilience seseorang
membutuhkan skills yang terdiri atas transformational coping dan social support.
Aspek yang pertama dari attitudes adalah commitment. Commitment merupakan
seberapa tinggi usaha product design engineer tetap terlibat dengan kejadian dan
orang-orang disekitarnya walaupun pada saat di situasi yang menekan, juga memandang
pekerjaannya sebagai suatu hal yang penting dan cukup berarti untuk mempertaruhkan
12
Universitas Kristen Maranatha
memiliki commitment yang tinggi maka mereka akan terus berusaha mencari informasi dan
mempelajari perkembangan teknologi terbaru dengan mengikuti workshop-workshop
teknologi dan mencari jurnal-jurnal terkait agar bisa memenuhi permintaan klien. Namun
apabila product design engineer di PT “X” memiliki commitment yang rendah, mereka
akan merasa tidak bersemangat dan mengeluh saat tidak menemukan informasi yang
dibutuhkan dalam penyelesaian projek.
Aspek yang kedua adalah control. Control merupakan seberapa tinggi usaha
product design engineer di PT “X” kota Bandung untuk memberikan pengaruh positif pada
hasil dari perubahan yang terjadi disekitarnya daripada membiarkan diri tenggelam dalam
kepasifan dan ketidakberdayaan, dan melakukan yang terbaik untuk menemukan solusi atas
masalah pekerjaan sehari-hari. Apabila product design engineer di PT “X” yang memiliki
control yang tinggi, mereka akan memperbaiki kesalahan rancangan desain dengan cepat
karena memiliki catatan tentang kegagalan dan keberhasilan saat merancang desain produk
sebelumnya. Sedangkan apabila product design engineer di PT “X” memiliki control yang
rendah, mereka akan menunda dan kesulitan untuk memperbaiki kesalahan rancangan
desain.
Aspek yang ketiga adalah challenge. Challenge merupakan seberapa tinggi usaha
product design engineer di PT “X” kota Bandung memandang perubahan atau situasi
menekan sebagai sumber motivasi dan peluang untuk mengembangkan diri dalam
menghadapi situasi yang menekan. Ketika product design engineer di PT “X” menghadapi
situasi stres, mereka akan berusaha untuk memahaminya dan belajar dari situasi stres
tersebut. Mereka menganggap hal tersebut sebagai sebuah tantangan dan sebuah proses
13
Universitas Kristen Maranatha
challenge yang tinggi, mereka akan menghadapi kemajuan teknologi yang terus
berkembang serta kasus-kasus baru dalam setiap projek dan menjadikan kesulitan yang
dihadapi sebagai sebuah peluang. Sedangkan apabila product design engineer di PT “X”
memiliki challenge yang rendah, mereka akan merasa permintaan klien yang menginginkan
teknologi terbaru dalam produknya merupakan beban dan menjadi tidak bersemangat serta
mudah menyerah saat menghadapi kesulitan.
Apabila aspek-aspek dari attitudes sudah terbentuk pada diri product design
engineer di PT “X”, lalu mereka akan mengembangkan skills agar mereka mampu bertahan
di dalam pekerjaannya. Skills memiliki 2 aspek yaitu transformational coping skill dan
social support skill. Aspek yang pertama adalah transformational coping skill.
Transformational coping skill adalah seberapa mampu product design engineer di PT “X”
kota Bandung untuk mengubah situasi stres menjadi situasi yang memiliki manfaat bagi
dirinya, dengan cara memperluas perpektif, memahami secara mendalam mengenai situasi
menekan yang sedang terjadi dan mengambil sebuah tindakan untuk memecahkan masalah.
Product design engineer di PT “X” yang memiliki transformational coping skill yang
tinggi, mereka tidak tenggelam dalam masalah bila komponen yang dibutuhkan tidak
tersedia atau habis pada supplier, mereka sudah memiliki supplier cadangan atau berusaha
mencari komponen lain yang memiliki fungsi dan detil yang serupa. Namun apabila
product design engineer di PT “X” memiliki transformational coping skill yang rendah
mereka akan terus mengeluh karena klien memilih komponen yang sulit didapatkan.
Aspek yang kedua adalah social support skill. Social support skill adalah seberapa
tinggi usaha product design engineer di PT “X” untuk berinteraksi dengan orang lain
14
Universitas Kristen Maranatha
yang stressful. Product design engineer di PT “X” harus mampu berinteraksi dengan orang
lain. Ketika product design engineer di PT “X” bersedia untuk memberikan dukungan atau
bantuan pada engineer lainnya, maka mereka pun akan mendapatkan dukungan atau
bantuan dari engineer lain. Social support membantu product design engineer di PT “X”
memecahkan masalah yang terjadi di pekerjaan dan membantu memberikan dukungan agar
dapat mengatasi masalah yang terjadi. Jika product design engineer di PT “X” memiliki
social support skill yang tinggi, maka mereka akan memberikan informasi dan bahan
bacaan kepada rekan kerja yang sedang mengalami permasalahan yang serupa dengan
projek yang pernah dijalaninya. Mereka juga akan meminta saran kepada engineer yang
sudah lebih berpengalaman atau pernah menjalankan projek yang serupa. Namun jika
product design engineer di PT “X” memiliki social support skill yang rendah, mereka akan
merasa kesal dan mengeluh saat atasan atau rekan kerja menegurnya karena telah
melakukan kesalahan saat menjalankan projek.
Dalam mengembangkan resilience at work dalam diri product design engineer di
PT “X” Kota Bandung, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu
berupa feedback yang bersumber dari Personal reflection, other people dan result.
Feedback personal reflection merupakan pengamatan yang dilakukan oleh product design
engineer di PT ”X” terhadap tindakannya sendiri dan melihat dirinya melakukan apa yang
dibutuhkan sehingga akan memperkuat Commitment, Control, dan Challenge. Feedback
personal reflection dilakukan dengan melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, dan Threat). Kemudian feedback other people merupakan pengamatan atas
tindakan product design engineer di PT ”X” yang dilakukan oleh orang lain, sehingga
15
Universitas Kristen Maranatha
people diberikan dalam bentuk kritik dan saran dari coordinator, rekan kerja dank lien.
Feedback results adalah dampak aktual dari tindakan product design engineer di PT ”X”.
Feedback results dihasilkan dari performance appraisal dan review yang dilakukan. Jika
product design engineer menghayati bahwa feedback yang diberikan merupakan hal yang
positif, maka hal tersebut akan memotivasi product design engineer di PT ”X” dan product
design engineer dapat mengendalikan setiap masalah yang terjadi, bila product design
engineer menghayati bahwa feedback yang diberikan merupakan hal yang negatif, maka
hal tersebut akan mengurangi motivasi product design engineer dan menghambat product
design engineer dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
Apabila product design engineer di PT “X” telah mengolah dan membentuk
attitudes dan skills, maka akan terlihat derajat resilience at work pada product design
engineer di PT “X” ini. Derajat resilience at work terbagi menjadi dua yaitu tinggi dan
rendah. Apabila product design engineer di PT “X” memiliki resilience at work yang
tinggi, mereka akan mengembangkan dirinya dalam mengolah sikap dan kemampuan
ketika mengalami masalah. Resilience at work dikatakan tinggi, apabila semua aspek, baik
dari attitude maupun skill dinyatakan tinggi. Namun jika product design engineer di PT
“X” memiliki derajat resilience at work yang rendah, mereka akan merasa terbebani ketika
mengalami suatu masalah. Resilience at work dikatakan rendah, apabila semua ada salah
satu aspek atau lebih, baik dari attitude maupun skill dinyatakan rendah.
Berikut ini adalah bagan yang menjelaskan mengenai gambaran resilience at work
16
Universitas Kristen Maranatha
\
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Product design
engineer di PT “X” kota Bandung
stressor Resilience at work
Rendah Tinggi
Faktor yang memengaruhi :
- Feedback personal reflection - Feedback other people - Feedback Result
Aspek Resilience at Work
Attitudes :
- Commitment
- Control
- Challenge
Skill :
- Transformational coping
17
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi
1. Tugas-tugas product design engineer dalam menyelesaikan lebih dari 1 design untuk
projek berbeda-beda dan harus memenuhi deadline perusahaan serta klien merupakan
situasi yang sulit.
2. Kendala yang dirasakan oleh product design engineer di PT “X” kota Bandung
menyelesaikan projek tepat waktu yaitu dalam hal perkembangan teknologi yang
pesat, fasilitas yang diberikan kurang mendukung, dan kurangnya SDM dalam
PUSTEKIN.
3. Product design engineer di PT “X” kota Bandung memiliki derajat Resilience at work
yang berbeda-beda.
4. Product design engineer memiliki hardiness dalam dirinya, saat dihadapkan dengan
kendala dan situasi yang sulit akan terjadi pengolahan hardiness dan membentuk
resilience at work pada product design engineer di PT “X” kota Bandung.
5. Resilience at work memiliki tiga aspek sikap yang terkandung dalam hardiness, yaitu
control, commitment dan challange serta dua aspek skill yaitu transformational
coping dan social support.
6. Feedback dari personal reflection, other people dan result memengaruhi control,
commitment dan challange pada product design engineer di PT “X” Bandung.
7. Usia dan masa bekerja memengaruhi resilience at work pada product design engineer
60 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa simpulan mengenai resilience at work pada 44 product design engineer di PT “X” Kota
Bandung sebagai berikut :
1. Sebagian besar product design engineer di PT “X” Kota Bandung memiliki derajat
resilience at work yang rendah.
2. Berdasarkan attitude dengan derajat yang tinggi pada product design engineer di PT “X”
Kota Bandung, Challenge memiliki jumlah frekuensi paling banyak dibandingkan control
dan commitment.
3. Berdasarkan skill dengan derajat yang tinggi pada product design engineer di PT “X” Kota
Bandung, social support memiliki jumlah frekuensi paling banyak dibandingkan
transformational coping.
4. Feedback personal reflection, feedback other people, dan feedback result yang dimiliki oleh
product design engineer di PT “X” Kota Bandung memiliki kecenderungan keterkaitan
dengan commitment, control dan challenge.
5. Karakteristik Responden, yaitu usia dan masa bekerja product design engineer di PT “X”
Kota Bandung tidak memiliki kecenderungan keterkaitan dengan derajat resilience at work
61
Universitas Kristen Maranatha
5.2Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai resilience at work
pada product design engineer dengan menggunakan kontribusi untuk memperoleh
seberapa besar derajat kontribusi faktor- faktor yang mempengaruhi kepada sub-aspek
pada resilience at work.
2. Disarankan bagi peneliti yang akan menggunakan kuesioner resilience at work agar
melengkapi tiap item dengan situasi stressful atau pada instruksi responden diminta
membayangkan situasi stressful untuk menjawab setiap pertanyaan.
3. Disarankan bagi peneliti yang akan menggunakan kuesioner resilience at work agar
melengkapi informed consent sesuai dengan kode etik
5.2.2 Saran Praktis
1. Sehubungan dengan sebagian besar product design engineer memiliki resilience at
work yang rendah, disarankan bagi PT “X” Kota Bandung untuk memberikan
pelatihan resilience at work kepada product design engineer untuk memperkuat
sikap-sikap dan keahlian yang dibutuhkan.
2. Sehubungan dengan sebagian besar product design engineer memiliki resilience at
work yang rendah, disarankan bagi PT “X” Kota Bandung untuk mengadakan diskusi
antara product design engineer sehingga engineer yang memiliki resilience at work
yang tinggi dapat membagikan pengalaman dan saran dalam menghadapi masalah
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI RESILIENCE AT WORK PADA PRODUCT
DESIGN ENGINEER DI PT “X” KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Disusun Oleh:
Raden Rizka Fatiari
1030012
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
kasih-Nya karena telah memperkenankan peneliti untuk menyelesaikan penelitian dengan
judul “Studi Deskriptif mengenai Resilience at Work pada Product Design Engineer di PT
“X” Kota Bandung”. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratn menempuh
sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan, kemampuan, informasi, dan pengalaman,
peneliti menyadari sepenuhnya dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu peneliti terbuka akan kritik maupun saran yang bersifat membangun guna mengoreksi
kesalahan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dan semoga dapat berguna bagi peneliti
di masa yang akan datang.
Dalam penulisan Skripsi ini, peneliti mendapat banyak sekali bantuan dan dorongan
saat menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menyusun penelitian ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih peneliti kepada :
1. Dr. Irene P. Edwina, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha dan pembimbing utama yang telah membimbing peneliti dari MR,
meluangkan banyak waktu, tenaga, serta pikirannya dalam memberikan feedback,
mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi, serta memberikan dorongan dan
semangat untuk segera menyelesaikan penelitian ini secepat dan sebaik mungkin.
2. Gianti Gunawan, M.Psi., Psikolog, selaku pembimbing pendamping yang selalu
meluangkan banyak waktu, tenaga, serta pikirannya dalam membimbing dan
mengajarkan bagaimana menyusun penelitian, memberikan feedback, masukan, serta
memberikan dorongan dan semangat kepada peneliti agar mengerjakan penelitian
ix
3. Bapak Agung Darmawan, Ir. Selaku Kepala Divisi, Bapak Husnan Arofat, ST. selaku
Wakil Kepala Divisi, dan Product Design Engineer di PT “X” Kota Bandung divisi
Pusat Teknologi dan Inovasi (PUSTEKIN), selaku sumber informasi kepada peneliti
dalam penyusunan usulan penelitian ini.
4. Ibu Atini Hasanah, IR. M.Eng selaku Kepala Divisi Human Capital dan General
Affair yang membantu dalam memberikan perizinan serta memberikan informasi
lengkap mengenai PT “X” sehingga akhirnya dapat melakukan penelitian di PT “X”
ini
5. Kedua orang tua dan kakak dari peneliti yang selalu mendukung setiap keputusan
peneliti serta memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan selalu memberikan
dukungan penuh kepada peneliti dalam menyusun usulan penelitian ini.
6. Ilham Anggi Putra, Welly Renato, Estu Laraswati Sukoco, Yerikho Teudas
Litaniwan, Yane Octaria, Santa Angelica, Fatikha Shaffi, Jensen Rantedoping, dan
Gregorio, yang memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
7. Hanna Kathia Septianti, Kara Dinissa Alisjahbana, dan Malika Rizqi Anindita selaku
teman seperjuangan sedari SMA yang selalu memberikan waktu, semangat dan doa
kepada peneliti agar dapat cepat menyelesaikan penelitian ini.
8. Afidah Dzikra, Ahmad Abdul Matin, Tito Muhammad Taufik yang menjadi
penyemangat dan menghibur peneliti selama penyelesaikan penelitian ini
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan penelitian ini yang tidak dapat
x
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan kepada semua pihak
yang telah membantu peneliti dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca, khusunya rekan-rekan di Fakultas Psikologi. yang memerlukan.
Bandung, Juni 2016
Peneliti
62
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Friendenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing :Design, Analysis, and Use. USA: University of North California
Luthans, Fred. 2005. Organizational Behaviour 10th edition. New York :McGraw-
Hill International Editions
Maddi, S. R & Deborah, M. K. 2005. Resilience at Work : How to Succeed No Matter What Life Throws at You. United States of America: Amacon
Maddi, Salvatore R. et al. 2009. The Journal Of Positive Psychology : Hardiness training facilitates performance in college. Vol. 4. CA, USA : San Fransisco State University
Salvatore R. Maddi. 2002. The Story Of Hardiness: Twenty Years of Theorizing, Research, and Practice. University of California, Irvine
Santrock, John. W. 2011. Life-Span Development Ed.13. New York : McGraw-Hill
Soehartono, Irawanto. 2011. Metode Penelitian Sosial: Suatu Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, Cetakan VIII. Bandung: Rosda
Sudjana, M.A. 2002. Metode Statistika, Edisi 6. Bandung : Tarsito .
63
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Fakultas Psikologi, 2009, Panduan Penelitian Skripsi Sarjana. Bandung Universitas Kristen Maranatha
Media Informasi PT “X”. (2014). Pustekin “X” Lakukan Diskusi dengan Litbang POLRI “
Mengubah Penelitian Menjadi Keuntungan” (dalam Buletin “X” Edisi No.15 Maret).
Bandung : PT “X”
Mustakim, Moh Nadlir. (2015). Kita Harus Mandiri Secara Teknologi.
http://wawancara.news.viva.co.id/news/read/596035-kita-harus-mandiri-secara-teknologi, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
Putra, Ilham Anggi. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Resilience at Work pada Pekerja Medical Representative di Perusahaan “X” Kota Bandung. Skipsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Team, KMPlus. (2014). Mengapa Inovasi Harus Dilakukan.