vi Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan derajat dimensi-dimensi religiusitas pada mahasiswa Kristen di Universitas “X” di Bandung. Penelitian ini menggunakan stratified random sampling, dan mengumpulkan delapan ratus enam puluh lima orang sebagai subjek/sampel dalam penelitian ini.
Alat ukur menggunakan kuesioner, yang terdiri dari tiga kuesioner yang telah dimodifikasi dari Wisnu (2013) disesuai dengan sampel, kuesioner yang dibuat ini mengacu pada teori religiusitas oleh Glock dan Stark dengan lima dimensi didalamnya. Berdasarkan validasi dari hasil pengujian dengan menggunakan metode Rank Spearman untuk kuesioner 1, 33 item diterima dengan validitas dimensi ideologis, dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial antara 0,470-0,701 dan dengan reliabilitas untuk dimensi ideologis 0,753, dimensi eksperiensial 0,813 dan dimensi konsekuensial 0,787. Pada kuesioner II, 8 item diukur validitasnya dan didapatkan validitas dengan rentang 0,516-0,749 dan reliabilitas sebesar 0,788. Kuesioner yang terakhir yaitu kuesioner III, menggunakan expert validiy item-item yang disusun dipastikan sudah sesuai dasar pengetahuan agama Kristen dan sampel.
vii Abstract
The aim of this research is to describe the degree of religiosity dimensions of the Christian believers college students in “X” University, Bandung. This research uses stratified random sampling, which finally eight hundred sixty five people have been identified as the sample.
The measurement tool that the researcher uses is a questionnaire, which consist of three questionnaire that have been modified from Wisnu questionnaire, referring to the theory of Religiousity by Glock and Stark which include five dimension. In based on validation of the test result by using the method of Rank Spearman, for questionnaire 1, 33 items accepted with a validation between 0,470-0,701 and with a reliability for each dimension, ideological dimension 0,753, experiential dimension 0,813 and consequential dimension 0,787. In questionnaire II for ritualistic dimension, 8 items were accepted with a validation range between 0,516-0,749 and a reliability of 0,788. And the last questionnaire which is questionnaire III for intellectual dimension, using an expert validity cause of the concern of the basic Christianity knowledge.
The result is the most of Christian believers college students in “X” University, Bandung are in the high degree of religiosity dimensions except the ritualistic dimension which most of Christian believers college students in “X” University in the low degree even the differences between high and the low degree was not significant.
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 7
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud ... 7
1.3.2 Tujuan ... 7
1.4Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8
1.5Kerangka Pikir ... 8
ix BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Religiusitas ... 17
2.1.1 Pengertian Religiusitas ... 17
2.1.2 Lima Dimensi Religiusitas ... 17
2.1.3 Faktor-Faktor Memengaruhi Religiusitas ... 21
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 26
3.2Bagan Rancangan Penelitian ... 26
3.3Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 27
3.3.1 Variabel Penelitian ... ... 27
3.3.2 Definisi Operasional . ... 27
3.4Alat Ukur ... 28
3.4.1 Alat Ukur Tingkat Religiusitas ... 28
3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang... ... 38
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur... ... 38
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur... 40
3.5Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 41
3.5.1 Populasi Sasaran ... 41
3.5.2 Karakteristik Populasi ... 42
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 42
x BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 44
4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 45
4.3 Pembahasan ... 46
4.4 Diskusi... 53
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 54
5.2Saran ... 54
5.2.1 Saran Teoretis ... 54
5.2.2 Saran Praktis ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR RUJUKAN ... 57
xi
DAFTAR TABEL
3.1Tabel Dimensi dan Indikator alat ukur religiusitas (kuesioner religiusitas 1)... ... 29
3.2Tabel Dimensi dan Indikator alat ukur religiusitas (kuesioner religiusitas 2)... ... 30
3.3Tabel Dimensi dan Indikator alat ukur religiusitas (kuesioner religiusitas 3)... ... 30
3.4Tabel Cara Penilaian Alat Ukur... 31
3.5Tabel Validitas Kuesioner 1 ... 39
3.6Tabel Validitas Kuesioner 2 ... 40
3.7Tabel Reliabilitas Keseluruhan ... 41
4.1Gambaran Subyek penelitian berdasarkan angkatan ... 44
4.2Gambaran Subyek penelitian berdasarkan Fakultas ... 44
4.3Gambaran Hasil Derajat Dimensi-Dimensi Religiusitas ... 45 4.4Gambaran Derajat Dimensi Ideologi ... Lampiran (Tabel Data)
4.5Gambaran Derajat Dimensi Praktik ... Lampiran (Tabel Data)
4.6Gambaran Derajat Dimensi Pengalaman ... Lampiran (Tabel Data)
4.7Gambaran Derajat Dimensi Pengetahuan ... Lampiran (Tabel Data)
4.8Gambaran Derajat Dimensi Pengamalan ... Lampiran (Tabel Data)
4.9Tabel Daftar Validitas Kuesioner 1 ... Lampiran
4.10Tabel Daftar Validitas Kuesioner 2 ... Lampiran
4.11Tabel Daftar Reliabilitas ... Lampiran
4.12 Data Penunjang dan Dimensi Ideologis ... Lampiran
4.13Data Penunjang dan Dimensi Eksperiensial ... Lampiran
4.14Data Penunjang dan Dimensi Konsekuensial ... Lampiran
4.15Data Penunjang dan Dimensi Intelektual ... Lampiran
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan Kerangka Pikir ... 15
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kata Pengantar Kuesioner
Lampiran 2 Surat Persetujuan Pengisian Kuesioner
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Agama merupakan suatu lembaga yang terbentuk akibat adanya interaksi terpola
secara kultural dengan wujud di atas manusia yang di asumsikan juga secara kultural dalam
kehidupan manusia, (Spiro, 1969 dalam Jalaludin, 2002) dengan kata lain bahwa agama
merupakan hasil dari budaya. Melalui budaya, muncul ide “Homo Religius” yang artinya
manusia yang memiliki kecerdasan dan pikiran untuk menanggapi bahwa ada kekuatan lain
yang maha besar diatas kekuatan dirinya. Berangkat dari ketakutan manusia akan kekuatan
tersebut, manusia akhirnya memilih untuk menyembahnya sehingga lahirlah dari
macam-macam kepercayaan menjadi agama (Kluckhohn, 1953 dan Toynbee dalam Brouwer, 1986).
Manusia keterkaitannya dengan agama sangat lazim ditemukan. Terdapat banyak agama yang
tersebar dan dianut oleh masyarakat dunia, seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu,
Buddha, Shinto dan banyak agama lain. Dalam The World Factbook (CIA) data Maret 2009,
data penyebaran agama secara keseluruhan yaitu, Islam 85,1%, Kristen 9,2%, Katolik 4,5%,
Hindu 0,9%, Budha dan kepercayaan lain 0,2%. Agama Kristen merupakan salah satu agama
yang diakui dan sangat luas penyebarannya didunia.
Perkembangan agama Kristen di Indonesia dapat dikatakan berkembang pesat,
sehingga dapat terlihat berbagai lembaga Kristen mulai bermunculan di sekitar kehidupan
masyarakat kita. Dimulai dari pembangunan gereja Kristen, partai politik Kristen, lembaga
pendidikan Kristen, lembaga penitipan anak dan lain sebagainya yang mulai mengarahkan diri
kepada ke-Kristenan. Untuk pendidikan, dimulai dari playgroup sampai pendidikan
2
Universitas Kristen Maranatha khususnya di Kota Bandung. Dalam jenjang pendidikan Perguruan Tinggi, Universitas “X” di
Bandung merupakan salah satu institusi Perguruan Tinggi yang berasaskan nilai-nilai hidup
Kristiani dalam kasih dan keteladanan Yesus Kristus (Visi Universitas “X” di Bandung).
Universitas “X” merupakan salah satu Perguruan Tinggi swasta yang cukup besar dan
memiliki ranking 5 Universitas terbaik di Bandung sehingga kapasitas mahasiswa yang ada
diharapkan memiliki kapasitas religiusitas yang kuat sebagai mahasiswa yang berada dalam
kawasan Universitas dengan nilai-nilai Kristiani. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan Badan Pengelola Universitas, diperoleh bahwa pada dasarnya Universitas “X” di
Bandung ini berdiri akibat adanya keinginan mahasiswa untuk membentuk lembaga
pendidikan Perguruan Tinggi Kristen di Bandung, maka keinginan tersebur terwujud dan
dipertahankan hingga saat ini.
Berdasarkan tujuan tersebut, harapan Universitas “X” di Bandung tidak terlepas dari
mahasiswa. Maka dari itu, untuk mendapatkan mahasiswa berkualitas dalam religiusitas,
maka Universitas “X” di Bandung berusaha untuk membekali mahasiswanya dengan
pengalaman-pengalaman dan pengertian-pengertian religius. Berbagai cara telah dilakukan
oleh Universitas “X” di Bandung untuk menumbuhkan iman dalam kehidupan Kristiani
sebagai implementasi dari nilai-nilai Kristiani di Universitas “X” di Bandung dengan adanya
kewajiban mengikuti Student Fellowship bagi mahasiswa yang mengontrak mata kuliah
Pendidikan Agama Kristen, dan juga pertemuan-pertemuan tidak wajib seperti retreat, wadah
PMK bagi setiap Fakultas. Dengan adanya pembekalan Fellowship, pertemuan mahasiswa
dan juga saat teduh harian, mahasiswa di Universitas “X” di Bandung mampu berperilaku
sesuai dengan pedoman-pedoman pada kitab suci juga diharapkan akan menghasilkan
perubahan perilaku yang mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
sehingga hasil dari pengajaran-pengajaran yang diajarkan pada Universitas “X” di Bandung
3
Universitas Kristen Maranatha
diterapkan didalam kehidupan perkuliahannya sehari-hari. Dalam pengembangannya,
Universitas “X” di Bandung memiliki visi dan misi yang dirumuskan secara deskriptif yang
menjadi acuan untuk setiap program-program atau kegiatan-kegiatan apapun yang dilakukan
pada Universitas “X”.
Menurut survei yang dilakukan oleh pihak Badan Kerohanian terhadap mahasiswa di
Universitas “X” di Bandung, mahasiswa Kristen dan Katolik yang ada sekitar 50% dari
jumlah keseluruhan mahasiswa, 30% beragama Islam, 10% beragama Buddha dan 10%
sisanya beragama Hindu dan Kong Hu Cu (Data Badan Kerohanian September 2014).
Penyebaran mahasiswa dengan beragama Kristen dalam setiap Fakultas juga berbeda-beda,
seperti misalnya pada Fakultas Sastra, agama Kristen lebih mendominasi dibandingkan agama
lainnya sedangkan untuk Fakultas besar seperti Ekonomi dan Psikologi penyebarannya
cenderung merata.
Badan Kerohanian juga melayani mahasiswa yang memiliki permasalahan dalam
perkuliahan, pembinaan dan pelayanan kepada mahasiswa. Untuk mewujudkan visi dan misi
tersebut, Universitas “X” membentuk divisi Badan Kerohanian untuk berbagai program
Kerohanian Kristen di Universitas “X” di Bandung yang dikoordinasi seorang Pendeta
Universitas. Badan Kerohanian melakukan berbagai pelayanan dan pembinaan nilai-nilai
agama Kristen berdasarkan Kasih keteladanan Yesus Kristus kepada mahasiswa, agar
mahasiswa dapat menginternalisasi dan mengaktualisasi nilai-nilai Kristen dalam kehidupan
mahasiswa sebagai civitas akademisi. Namun ironisnya, pendeta Universitas “X”
mengonfirmasi bahwa Badan Kerohanian Universitas “X” di Bandung belum pernah
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai internalisasi nilai-nilai Kristiani tersebut. Hal
ini menyebabkan program yang dicanangkan pada setiap mahasiswa Kristen hanya
4
Universitas Kristen Maranatha
Kerohanian yang dilaksanakan seminggu sekali. Selama melakukan survei, peneliti melihat
bahwa terdapat ketidaksesuaian perilaku mahasiswa beragama Kristen dengan ajaran agama
yang diajarkan, seperti misalnya menyontek ataupun menitipkan absen bahkan hal sederhana
seperti berkata-kata kasar ataupun menghina orang lain. Bentuk internalisasi dalam beragama
Kristen ini merupakan bahan kajian teori Religiusitas.
Religiusitas adalah bentuk keyakinan terhadap sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan yang berpusat pada kekuatan yang berasal dari luar diri manusia. Religiusitas
dalam beragama, khususnya dalam melakukan praktik terhadap agama yang dianut, dalam hal
ini Kristen Protestan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan berupa aktivitas yang tampak
dan dapat dilihat oleh mata, serta aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati
seseorang dalam C.Y Glock dan R. Stark (1965). Dalam kehidupan sehari-hari, religiusitas
berperan penting bagi setiap individu untuk mencapai bentuk aktualisasi diri yang terlihat
melalui perilaku yang tampak dari implementasi yang ada didalam hati seseorang. Oleh
karena itu, religiusitas seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang
menurut C.Y Glock dan R. Stark (1965) terdiri dari lima dimensi yaitu; dimensi ideologis
yang berisi pengharapan– pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada
pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin – doktrin tersebut. Dimensi
ritualistik yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal – hal yang dilakukan orang
untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Selain itu terdapat dimensi
eksperiensial yang berkaitan dengan pemahaman keagamaan, perasaan perasaan, persepsi -
persepsi dan sensasi - sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok
keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi dalam suatu esensi ketuhanan,
yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental. Serta dimensi
intelektual yang mengacu kepada harapan bahwa orang beragama paling tidak memiliki
5
Universitas Kristen Maranatha
Dimensi ini menunjuk pada tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran
pokok agamanya. Serta yang terakhir adalah dimensi konsekuensial, hal tersebut berkaitan
dengan perilaku seseorang yang dimotivasi oleh ajaran agamanya atau bagaimana seseorang
mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pelaksanaan perkuliahan sebagai mahasiswa yang beragama Kristen, seseorang
memiliki kecenderungan untuk mengaplikasikan agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa Kristen yang ada dalam Universitas “X” di Bandung memiliki perilaku yang
menunjukkan derajat dimensi religiusitas yang beragam. Dari survei yang dilakukan kepada
100 mahasiswa Kristen pada beragam Fakultas dan angkatan, didapatkan hasil 24% suka
menitipkan absen pada saat mata kuliah tertentu, hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa
kurang memiliki integritas terhadap ajaran agamanya yang berkaitan dengan prinsip dosa.
Selain itu, hanya 16% mahasiswa yang memiliki jadwal dan melakukan saat teduh rutin serta
85% mahasiswa Kristen yang setiap minggunya melakukan ibadah yang menunjukkan bahwa
mahasiswa belum seutuhnya patuh terhadap kegiatan-kegiatan ritual. Disamping itu, ada 18%
mahasiswa melakukan pelayanan di gereja dan hanya sebanyak 34% mahasiswa di
Universitas “X” di Bandung pernah mengikuti kegiatan sosial yang menunjukkan mahasiswa
belum menghayati ajaran agamanya secara keseluruhan. Mahasiswa di Universitas “X” di
Bandung sebesar 91% mengetahui ajaran Kristen dasar yang secara umum memahami konsep
agama Kristen. Kemudian melalui wawancara sekilas dengan mahasiswa tersebut terdapat
juga mahasiswa Kristen yang melakukan pelayanan di gereja namun tidak membaca Alkitab
dan saat teduh secara rutin di rumahnya, serta juga yang memang ada mahasiswa yang tidak
pernah ke gereja namun tetap menganggap diri beragama Kristen walaupun tidak pernah
melakukan kegiatan keagamaan sama sekali. Secara keseluruhan dalam wawancara yang
6
Universitas Kristen Maranatha
ditunjukkan tidak sesuai karena dipengaruhi oleh teman-teman sekitarnya pada saat berkuliah.
(Hasil wawancara dengan Pihak Pengelola Universitas)
Menurut survei, dari perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para mahasiswa, pada
dasarnya mahasiswa sudah mengetahui dasar-dasar Kristiani namun kurang tertarik dengan
perilaku-perilaku yang berkaitan hal-hal ritual agama. Hal ini sesungguhnya sudah di
antisipasi oleh pihak Universitas dengan memberikan wadah PMK dan ibadah setiap hari
Jumat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Kerohanian, hanya sekitar 30% dari
keseluruhan mahasiswa yang beragama Kristen untuk aktif dalam PMK atau ibadah setiap
Jumat ataupun KKR. Berdasarkan survei, untuk mahasiswa yang aktif biasanya mahasiswa
datang untuk memenuhi tugas dari mata kuliah tertentu, tanpa kesadaran dalam dari
pribadinya sendiri untuk beribadah.
Pada mahasiswa beragama Kristen yang memiliki derajat dimensi religiusitas tinggi
yang dilihat melalui dimensi-dimensi, akan sangat memiliki kepekaan dan kehati-hatian
bertindak dalam kesehariannya. Khususnya ketika dalam pergaulan dan perkuliahan seperti
memiliki ketaatan yang tinggi seperti misalnya dalam perkuliahan, tidak memiliki keinginan
untuk menyontek, membolos kuliah, ataupun menitipkan tandatangan absen. Sebaliknya,
mahasiswa Kristen yang tidak memiliki internalisasi nilai-nilai Kristiani di dalam
kehidupannya akan cenderung mudah untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran dan
perilaku yang menyimpang dari ajaran agama, seperti misalnya menyontek, membolos,
berkata-kata kasar dan lain sebagainya. Pada dasarnya, mahasiswa seperti ini kurang
memperhatikan perilakunya dan kurang dapat menginternalisasi agamanya didalam diri
pribadi, sehingga perilaku yang ditunjukkanpun banyak yang menyimpang dari ajaran-ajaran
yang seharusnya dilakukan.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan, terlihat bahwa para
7
Universitas Kristen Maranatha
memiliki derajat religiusitas dalam kehidupan mereka untuk mengarahkan hidup para
mahasiswa kepada kehidupan yang lebih baik menurut keteladanan Yesus Kristus. Maka dari
itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai derajat dimensi-dimensi religiusitas pada
mahasiswa Kristen di Universitas “X” di Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Maksud penelitian ini ingin mengetahui bagaimana derajat dimensi-dimensi religiusitas
yang dimiliki oleh mahasiswa Kristen di Universitas “X” di Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dari derajat
dimensi-dimensi religiusitas yang dimiliki oleh mahasiswa Kristen di Universitas “X” di Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai derajat dimensi
religiusitas yang dimiliki oleh mahasiswa Kristen di Universitas “X” di Bandung berdasarkan
lima dimensi yaitu dimensi ideologis (the ideological dimensions/ religious belief), dimensi
ritualistik agama (the ritualistic dimensions / religious practice), dimensi eksperiensial dan
penghayatan (the experiental dimensions / religious feeling), dimensi intelektual agama (the
intellectual dimensions/ religious knowledge) dan dimensi konsekuensial (the consequential
8
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Sebagai bahan referensi bagi bidang psikologi khususnya psikologi integratif dengan
kajian religiusitas
2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti
topik yang serupa mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan
religiusitas.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan masukan dan informasi terhadap mahasiswa Universitas “X” di Bandung
mengenai gambaran derajat dimensi religiusitas yang dimiliki, sehingga diharapkan
agar dapat mengembangkan diri agar terus dapat meningkatkan kualitas dalam
beragama.
2. Memberikan informasi kepada institusi yaitu Universitas “X” di Bandung untuk
mengetahui derajat dimensi religiusitas para mahasiswanya.
1.5 Kerangka Pikir
Mahasiswa Universitas “X” di Bandung berada pada rentang usia 18-22 tahun yang
masuk didalamnya merupakan masa dewasa awal yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan stabilitas emosi. Menurut Santrock (Santrock, 2003), perkembangan dewasa
awal mahasiswa di Universitas “X” di Bandung berada dalam masa transisi, baik memasuki
transisi fisik (physically transition), transisi secara intelektual (cognitive transition), serta
transisi peran sosial (social role transition). Demikian juga dalam hal mengenai keagamaan,
mahasiswa mulai berusaha memahami ajaran yang bersifat abstrak, merefleksikan,
9
Universitas Kristen Maranatha
mahasiswa. Hal ini sejalan dengan tahap perkembangan kepercayaan menurut James W.
Fowler. Tahap perkembangan religius mahasiswa berada di tahap individuating, reflective
faith dimulai dari usia 18 tahun sampai pada usia sekitar 30 tahun. Pada tahap ini mahasiswa
memiliki tanggung jawab penuh terhadap keyakinan religiusnya secara pribadi. Mahasiswa
sudah dapat mengambil keputusannya sendiri untuk kepercayaannya tanpa dipengaruhi oleh
lingkungannya karena mahasiswa secara pribadi telah memiliki pola pemikiran yang
operasional formal yang sudah digunakan secara optimal, sehingga mampu melihat secara
kritis terhadap keseluruhan nilai, pandangan hidup, keyakinan kepercayaan dan komitmen
dirinya secara pribadi.
Pengertian agama berdasarkan sudut pandang psikologi terbagi dalam tingkat personal
dan tingkat sosial (Rakhmat, 2003). Pada tingkat personal, mahasiswa menghayati bahwa
agama yang diyakininya berfungsi dalam kehidupan kesehariannya. Pada tingkat sosial,
kegiatan keagamaan yang dilakukan mahasiswa tidak hanya saat mereka melakukan ritual
keagamaan saja, tetapi dapat dilihat dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk orang banyak
seperti mengadakan bakti sosial.
Religiusitas merupakan salah satu bentuk keyakinan terhadap sistem nilai, dan sistem
perilaku yang terlembagakan yang berpusat pada kekuatan yang berasal dari luar diri manusia.
Untuk memahami derajat dimensi religiusitas mahasiswa di Universitas “X” di Bandung
secara menyeluruh perlu memahami dimensi-dimensi religiusitas. Menurut Glock dan Stark
(1965) terdapat lima dimensi religiusitas yaitu, dimensi ideologis (the ideological
dimensions/religious belief), dimensi ritualistik agama (the ritualistic dimensions/religious
practice), dimensi eksperiensial dan penghayatan (the experiental dimensions/ religious
feeling), dimensi intelektual agama (the intellectual dimensions / religious knowledge), dan
10
Universitas Kristen Maranatha
Pertama, dimensi ideologis (the ideological dimensions /religious belief) yang
merupakan pengharapan–pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada
pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin–doktrin Kristiani yang
melibatkan proses kognitif yang berisi keyakinan beragama yang mengikuti selama menjadi
mahasiswa. Sebagai mahasiswa Universitas “X” di Bandung, mahasiswa akan mendapatkan
pengajaran tentang Yesus dalam mata kuliah atau tentang agama Kristen Protestan maka dari
itu, menunjang perkembangan pemikiran yang baik tentang agama yang dianut oleh para
mahasiswa. Dengan tingkat kematangan berada dalam tingkat dewasa awal, sehingga
mahasiswa yang memiliki ideologis yang tinggi cenderung tidak meragukan pengajaran yang
ada di dalam gereja maupun diperkuliahan. Namun, apabila mahasiswa memiliki tingkat
ideologis yang rendah cenderung menerima namun tidak sepenuh hati sehingga timbul
keinginan untuk keluar dari agama yang dianutnya dan cenderung melakukan pemberontakan.
Kedua, dimensi praktek agama (the ritualistic dimensions/ religious practice)
merupakan perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal – hal yang dilakukan orang untuk
menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya dan dimensi ini merupakan aspek
konatif yang mengacu pada tingkat kepatuhan para mahasiswa untuk saat teduh pada setiap
harinya sebelum memulai kegiatan sehari-harinya, para mahasiswa tidak memiliki kemalasan
untuk menjalankan kewajibannya untuk bersaat-teduh pada kehidupan sehari-hari. Mahasiswa
yang memiliki tingkat dimensi ritualistik agama tinggi cenderung akan rutin untuk melakukan
saat teduh ataupun saat pendalaman Alkitab, mahasiswa akan antusias mendengarkan dan
melakukan ajarannya dan menghindari alasan untuk absen dalam pertemuan pendalaman
Alkitab seperti retreat ataupun PMK.
Ketiga, dimensi eksperiensial dan penghayatan (the experimental dimensions /
religious feeling) merupakan dimensi yang berkaitan dengan pemahaman keagamaan,
11
Universitas Kristen Maranatha
didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat
komunikasi walaupun kecil, dalam suatu esensi ke-Tuhanan, yaitu dengan Tuhan kenyataan
terakhir, dengan otoritas transedental yang mengacu pada aspek yang berkaitan dengan
perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang dialami oleh para
mahasiswa. Mahasiswa yang tingkat eksperiensial dan penghayatan yang tinggi akan
memandang dan menghayati setiap kejadian terjadi atas ijin Tuhan, mereka diajukan untuk
bersyukur, berserah sepenuhnya kepada Tuhan, merasakan sukacita saat melakukan ritual
keagamaannya dan dalam kehidupan sehari-hari tetap menjalaninya dengan sukacita. Dengan
penghayatan dan pengalaman yang rendah maka akan cenderung pengalaman ataupun
kejadian buruk lebih menyalahkan diri-sendiri dan oranglain yang menyebabkannya.
Keempat, dimensi intelektual agama (the intelectual dimensions / religious
knowledge) memengacu kepada harapan bahwa orang beragama paling tidak memiliki
pengetahuan mengenai dasar - dasar keyakinan, ritus - ritus, kitab suci dan tradisi - tradisi
yang melibatkan proses kognitif yang merujuk pada tingkat pengetahuan dan pemahaman
mahasiswa terhadap ajaran-ajaran pokok agama secara keseluruhan, seperti isi Alkitab,
berbagai tatacara ibadah dalam agama Kristen serta kewajiban umat Kristen. Sementara,
mahasiswa yang memiliki pengetahuan rendah biasanya cenderung kurang mengetahui dan
kurang memahami mengenai ajaran pokok agama secara keseluruhan, seperti isi Alkitab, hari
raya umat Kristen dan tradisi-tradisi yang ada.
Terakhir, dimensi konsekuensial (the consequential dimensions / religious effect)
berkaitan dengan perilaku seseorang yang dimotivasi oleh ajaran agamanya atau bagaimana
seseorang mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan
aspek konatif lain yang menunjukkan bahwa mahasiswa dalam berperilaku sehari-hari
dimotivasi oleh ajaran agamanya. Mahasiswa yang memiliki tingkat konsekuensial yang
12
Universitas Kristen Maranatha
menolong sesama, peka terhadap lingkungan hidup dengan tidak suka membuang sampah
sembarangan dan tidak suka membolos kuliah. Mahasiswa yang memiliki tingkat
konsekuensial yang rendah cenderung kurang dapat mengaplikasikan nilai agama dalam
kehidupan sehari-hari seperti berbohong, suka menitipkan absen, suka membolos kuliah,
mabuk-mabukan ataupun bermain perempuan.
Selain dari kelima dimensi religiusitas untuk dapat mengembangkan potensi
keagamaan mahasiswa memerlukan juga bimbingan dari luar. Adapun faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangan agama, yaitu faktor intern dan ekstern (Jalaludin, 2002). Faktor
Intern meliputi usia dan kepribadian. Usia dapat memengaruhi agama pada tingkat usia yang
berbeda. Pada tingkat usia yang berbeda terlihat adanya perbedaan pemahaman agama.
Perkembangan usia dalam memahami agama sejalan dengan perkembangan kognitifnya. Pada
mahasiswa, yang terdiri dari berbagai usia semakin dewasa atau tua tingkat umurnya maka
semakin dewasa juga pemahaman tentang ajaran agamanya yang berkaitan dengan dimensi
religiusitas dalam dimensi eksperiensial dan penghayatan.
Kepribadian merupakan gabungan antara unsur hereditas dan pengaruh lingkungan
sehingga mahasiswa akan memiliki kepribadian yang bersifat individu dan unik yang menjadi
identitas dirinya. Tipe kepribadian menurut Jung terbagi dorongan untuk bertingkah-laku
yang terdiri ekstroversi dan introversi.
Mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian ekstroversi memiliki dorongan untuk
bertingkah-laku berasal dari lingkungan. Mahasiswa tersebut lebih menyukai berdiskusi
terbuka dalam menjalankan rutinitasnya sebagai mahasiswa dan mendukung adanya
konsekuensial dari agama itu sendiri kepada orang lain. Sementara, mahasiswa yang memiliki
kepribadian introversi, dorongannya lebih berasal dari dalam diri, artinya mahasiswa lebih
senang untuk merenung dan menyendiri dalam menjalankan dan menghayati ajaran agamanya
13
Universitas Kristen Maranatha
Faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga, lingkungan institusional, dan lingkungan
masyarakat (Jalaludin, 2002). Pertama, lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial
pertama yang dikenal oleh mahasiswa. Proses pembentukan agama dilingkungan keluarga
pada mahasiswa dimulai sejak dilahirkan, orang-tua mengajarkan dan mengamalkan
nilai-nilai iman yang baik dan tidak baik sesuai dengan ajaran agama, seperti diajarkan untuk
berdoa, beribadah setiap minggu ke gereja, tidak berbohong sehingga mahasiswa melakukan
proses imitasi dari tingkahlaku agama yang dilakukan orangtuanya. Perilaku mahasiswa
tersebut akan diulang jika mendapatkan penguatan dari orangtuanya berupa reward seperti
pujian dan sebaliknya perilaku yang tidak akan diulang jika mendapat punishment dari orang
tua. Pengajaran agama yang diberikan orang tua sejak kecil pada mahasiswa yang menjadi
dasar mahasiswa untuk nantinya dapat menjadi pemimpin-pemimpin rohani dalam
departeman musik, maka mahasiswa dibentuk oleh orangtua dalam perilaku perkuliahannya
di Universitas “X” di Bandung.
Kedua, lingkungan institusional yang berupa institusi formal maupun institusi
informal. Pada institusi formal, mahasiswa bertumbuh dan mendapatkan pengajaran di
Universitas yang dari awal merupakan institusi formal yang ada pada lingkungan mahasiswa.
Kemudian, adanya institusi non-formal yang berada pada lingkungan mahasiswa seperti
misalnya adanya kelompok kecil Universitas, di mana institusi-institusi ini memengaruhi
eksperiensial dan penghayatan mahasiswa dalam beragama dalam kehidupan sehari-hari
melalui pengalaman teman-teman seiman.
Yang terakhir adalah lingkungan masyarakat yang merupakan lingkungan yang
dibatasi oleh norma dan nilai-nilai masyarakat yang mendukung mahasiswa untuk
menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Sebagai
mahasiswa berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan nilai-nilai
14
Universitas Kristen Maranatha
terutama di Bandung yang mencakup didalamnya peilaku yang melanggar norma seperti
kesenangan malam, narkotika dan pergaulan bebas.
Berdasarkan lima dimensi itu, maka dapat dipahami tingkat dimensi religiusitas
mahasiswa di Universitas “X” di Bandung. Tinggi rendahnya bergantung pada tinggi
rendahnya tingkat dari dimensi religiusitas sehingga tiap dimensi memiliki tingkat yang
berbeda-beda serta faktor-faktor yang memengaruhinya yaitu faktor intern dan ekstern. Untuk
15
Dimensi ideologis (the ideological
dimensions/ religious belief),
Mahasiswa
Universitas “X”
di Bandung
Dimensi konsekuensial (the
consequential dimensions / religious
effect)
Dimensi intelektual (the intellectual
dimensions/ religious knowledge)
Dimensi eksperiensial (the experiental
dimensions / religious feeling)
Dimensi ritualistik agama (the
ritualistic dimensions / religious
16
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian
1. Derajat dimensi religiusitas pada tiap mahasiswa berbeda-beda tergantung pada lima
dimensi religiusitas yaitu dimensi ideologis, dimensi ritualistik agama, dimensi
eksperiensial dan penghayatan, dimensi konsekuensial, dimensi intelektual.
2. Derajat religiusitas atas lima dimensi religiusitas para mahasiswa juga dipengaruhi dari
faktor intern, yaitu melalui usia dan kepribadian.
3. Derajat religiusitas atas lima dimensi religiusitas para mahasiswa juga dipengaruhi dari
54 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian mengenai derajat dimensi-dimensi religiusitas pada mahasiswa Kristen
di Universitas Kristen “X” di Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar dari Mahasiswa Universitas “X” di Bandung memiliki derajat
dimensi yang tinggi, hanya dimensi ritualistik agama yang sebagian besar masih
berada pada derajat yang rendah, walaupun perbedaan yang ada tidak signifikan.
2. Faktor-faktor internal yaitu usia dan kepribadian secara umum tidak memiliki
kecenderungan keterkaitan terhadap derajat dimensi-dimensi religiusitas.
3. Faktor-faktor eksternal yang berupa lingkungan institusional dan masyarakat tidak
memiliki kecenderungan keterkaitan terhadap derajat dimensi religiusitas, sedangkan
faktor keluarga memiliki kecenderungan keterkaitan pada figur Ayah dan figur Ibu.
4. Peran lingkungan keluarga memiliki kecenderungan keterkaitan derajat dimensi
religiusitas mahasiswa Kristen di Universitas “X” Bandung dibandingkan dengan
faktor eksternal lain seperti lingkungan institusional dan masyarakat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Pertimbangan menggunakan metode korelasional baik dengan variabel lain, maupun
korelasi antar dimensi untuk melihat hubungan antar dimensi-dimensi religiusitas agar
55
Universitas Kristen Maranatha
2. Penelitian ini memiliki kelemahan dalam pengembangan data penunjang, karena terlalu
meluas dan kurang spesifik sehingga kurang dapat terlihat data penunjang yang dapat
mempengaruhi terhadap religiusitas.
5.2.2 Saran Praktis
1. Kepada mahasiswa Kristen di Universitas “X” di Bandung diharapkan untuk mulai
menekuni dan melakukan rutinitas ritual agamanya seperti melakukan saat teduh,
melaksanakan doa setiap malam, dan secara rutin melakukan ibadah setiap hari Minggu.
Peran dari Badan Kerohanian di Universitas “X” sangat dibutuhkan mengingat bahwa
mahasiswa pada umumnya membutuhkan pengarahan dan kontrol agar perilaku yang
ditunjukkan sesuai dengan apa yang ada di Alkitab. Hal ini dapat dilakukan seperti
menjalankan buku saat teduh yang harus di laporkan setiap minggunya.
2. Menjadi bahan kajian bagi Badan Kerohanian Universitas “X” untuk membuat
program-program yang dapat menunjang ataupun meningkatkan derajat religiusitas
mahasiswa Kristen sesuai dengan visi Universitas “X” khususnya mahasiwa yang
memiliki agama Kristen seperti retreat, seminar dengan bahasan agama Kristen, ibadah
setiap minggunya agar mahasiswa tidak hanya menjalankan kewajiban agamanya di
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT DIMENSI-DIMENSI
RELIGIUSITAS PADA MAHASISWA KRISTEN DI UNIVERSITAS “X”
DI BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha Bandung
Oleh :
CHRISTIAN RYOTA BIMA PERMANA
1130189
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan – Nya,
peneliti dapat menyelesaikan tugas besar dari mata kuliah Skripsi pada semester X di
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai
Derajat Religiusitas pada Mahasiswa Kristen di Universitas Kristen “X” Bandung”. Peneliti
sangat menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna,
karena itu peneliti sangat terbuka dan sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan tugas ini.
Dalam penyusunan tugas ini, peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan
dan masukkan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
2. Efnie Indrianie, M. Psi., psikolog selaku dosen pembimbing peneliti yang selalu
memberikan arahan, dukungan, saran – saran dan bantuan lainnya kepada peneliti.
3. Cakrangadinata, M.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing kedua peneliti yang selalu
memberikan saran – saran dan bantuan lainnya kepada peneliti.
4. Evi Ema Victoria. Polii, M.A, sebagai dosen wali peneliti yang memberikan semangat
dan dukungan moral kepada peneliti.
5. Ir. Arie Prambodo dan Dra. Hanako Henshiries selaku orangtua peneliti yang selalu
mendukung, mendoakan dan mendorong peneliti untuk menyelesaikan tugas ini.
6. Raissa Hadiman dan Adohari yang selalu mendukung, memberikan semangat,
bantuan dan memberikan saran bagi penulisan tugas ini.
7. Pihak-pihak lainnya yang memberikan dukungan, semangat, arahan, saran, kritik dan
bantuan lainnya kepada peneliti, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu – persatu.
Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
pihak – pihak yang terlibat di dalam penelitian ini.
Bandung, Mei 2016
56
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Ancok dan Suroso. 1995. Psikologi Islami, Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Dr. Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Boland. 1976. Intisari Iman Kristen. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia
Brouwer, M.A.W. Drs.. 1986. Studi Budaya Dasar. Bandung: Alumni.
Cremers, A. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James Fowler. Sebuah
gagasan baru dalam Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius
Gazalba, Sidi. 1985. Ilmu, Filsafat dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Glock, C & R, Stark. 1965. Religion and Society in Social Tension. USA: Rand McNally and Company
Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Johnson, Eric L.2010. Psychology & Christianity Five Views.USA: Intervarsity Press
Kluckhohn, C. 1953. Universal Categories of Culture. New York: McGraw Hil.
Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology: A step by step guide for Begineers. London : SAGE Publications.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indo.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT Pustaka LP3ES.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 1986. Psikologi Kepribadian. Yogyakarya : Rajawali
57
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Arie Asnaldi. 2005. Teori –Teori belajar. http://asnaldi.multiply.com/journal/item/ diakses
tanggal 15 Oktober 2014
Papist, Indonesia. Oktober 2011.Ringkasan Sejarah “Reformasi” Protestan - Indonesian Papist.
http://www.indonesianpapist.com/2011/10/ringkasan-sejarah-reformasi-protestan.html diakses tanggal 10 Oktober 2014
Pemurtadan, Fakta. Prestasi Umat Kristen di Indonesia | Fakta dan Data Pemurtadan. http://faktapemurtadan.wordpress.com/2012/01/10/prestasi-umat-kristen-di-indonesia/ diakses tanggal 10 Oktober 2014
Umum, Ilmu P. 6 Agama di Indonesia. http://ilmupengetahuanumum.com/agama-agama-di-indonesia/ diakses tanggal 10 Oktober 2014
Wisnu. 2009. Studi Komparatif Mengenai Derajat Dimensi – Dimensi Religiusitas Pada Jemaat Katolik Di Gereja Laurentius Bandung: Suatu Studi Perbandingan Antara Jemaat Katolik Yang Mengikuti PDKK Dengan Jemaat Katolik Yang Tidak Mengikuti PDKK. Skripsi.