1
ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI IBU PASANGAN USIA SUBUR (PUS) YANG TIDAK MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAP
SMEAR UNTUK DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
TAHUN 2014
Darmaisuri1, Erna Mutiara2, Yusniwarti Yusad2 1
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT
Cervical cancer is a kind of dangerous tumor that found in cervical area which can cause death to women in Indonesia. In the Medan Hajj General Hospital from October to December of 2013 there were 722 mothers of productive-age couples who visited to do health check at the obstetrics poly, only 4 (0.5%) mothers performed pap smears check.
This research aimed to reduce variables that influenced mothers of
productive-age couples who did not do the pap smear check as the cervical cancer early detection at Medan Hajj General Hospital period October- December 2013. Data were analyzed by using exploratory factor analysis. Mothers of productive-age couples who did not do pap smear check were the population of this research and were being sample numbered 80 mothers. Data were collected by interviewing using questionnaire.
The result of data analysis showed that out of 8 variables (knowledge, attitude, culture, economic, education, husband's support, trust and fear) after being analyzed it formed two (2) factors namely factor 1 (knowledge, education, attitude economic and trust) as internal factors and factor 2 (culture, husband's support, and fear) as external factors.
It is suggested for future studies that will use factor analysis method should increase the number of variables which will be reduced/summarized.
Key word : productive-age couples, cervical cancer, factor analysis, Pap Smear
Pendahuluan
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim karena infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) yang
menunjukkan adanya sel-sel abnormal yg terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus menerus dan tidak terbatas. Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada
kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi virus HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia. Kanker serviks bisa menyerang dengan pendarahan pada vagina, tetapi gejala kanker serviks tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh. Kanker
2 serviks bisa dilihat dengan menggunakan suatu alat, yaitu pap smear (Tilong, 2012).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2013 menyatakan, penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah sekitar 7 juta orang, dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030 (YKI, 2013).
Di Indonesia, kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara. Setiap harinya, ada 40 sampai 45 kasus baru kanker serviks dan 20 sampai 25 orang meninggal dunia (Samadi, 2010). Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2011 yaitu usia (18 - 74 tahun) sebanyak 74 kasus. Sementara data kasus kanker serviks pada tahun 2012 yaitu usia (12 – 75 tahun) sebanyak 331 kasus (Dinkes Provinsi Sumatera Utara,2012).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan data dari rekam medik tersebut terdapat kasus kanker serviks pada tahun 2010 sebanyak 16 kasus, tahun 2011 sebanyak 34 kasus, tahun 2012 sebanyak 17 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 15 kasus. Banyak wanita yang terjangkit kanker serviks karena tidak secara rutin melakukan pemeriksaan pap smear. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk melakukan pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi secara dini terhadap infeksi HPV yang bisa berkembang menjadi sel prakanker dan pada
tingkat berikutnya menjadi penyebab kanker serviks (Tilong,2012).
Rumah Sakit Haji Medan merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan pap smear yang tentunya dapat memberikan kemudahan kepada ibu pasangan usia subur (PUS) untuk dapat melakukan pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan pap smear dilakukan bagi setiap ibu-ibu yang datang ke Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Namun kenyataannya, dari jumlah kunjungan di poli kebidanan Rumah Sakit Umum Haji Medan dari bulan Oktober sampai bulan Desember tahun 2013 ada sebanyak 722 ibu pasangan usia subur (PUS) yang berkunjung untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan hanya berjumlah 4 orang (0,5%) yang melakukan pemeriksaan pap smear. Hal ini belum mencapai target pemerintah tentang deteksi dini kanker serviks sebesar 80%.
TUJUAN PENELITIAN
Untuk meringkas beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang memengaruhi ibu tidak melakukan pemeriksaan pap smear dengan metoda analisis faktor di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.
MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai bahan masukan bagi praktek/pelayanan Rumah Sakit Umum Haji Medan dalam memberikan konseling tentang pemeriksaan pap smear.
2. Dapat menjadi pertimbangan bagi manajemen Rumah Sakit Umum Haji Medan untuk meningkatkan kebijakan
3 pemeriksaan pap smear bagi ibu pasanagn usia subur (PUS). 3. Sebagai bahan informasi bagi
penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan pap smear. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penerapan analisis faktor
exploratory. Populasi adalah ibu
pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear pada tahun 2014 yaitu sebanyak 718 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan patokan rasio 10:1 yang artinya untuk satu variabel seharusnya ada 10 sampel (Riyanto, 2012). Dengan menggunakan rumus 10k (k = jumlah variabel), dalam penelitian ini jumlah
variabel = 8. Sehingga jumlah responden sebanyak 10 x 8 = 80 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, faktor yang memengaruhi ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear dipengaruhi oleh 8 variabel yaitu pengetahuan, sikap, budaya, pendidikan, ekonomi, dukungan suami, kepercayaan, dan rasa takut. Untuk itu perlu dilakukan uji kelayakan dengan melihat nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure
of Sampling Adequacy) dan Barlett’s Test adalah 0.738 dengan signifikan
0.000 maka variabel dan sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena memiliki nilai KMO diatas 0.5 dan nilai signifikan < 0.05.
Tabel 1 Nilai Anti Image Matrices
Variabel Penget ahuan Sikap Buda ya Pendi dikan Ekono mi Dukungan Suami Keperc ayaan Rasa Takut Pengetah uan 742a Sikap 731a Budaya 650a Pendidika n 836a Ekonomi 837a Dukunga n suami 509a Kepercay aan 798a Rasa Takut 606a
Pada Tabel 1 terlihat sejumlah angka yang membentuk diagonal (dari kiri atas ke kanan bawah) khususnya pada angka korelasi yang bertanda “a” (Nilai
Anti Image Matrics) yang
menunjukkan nilai MSA sebuah
variabel. Pada uji kelayakan I, tidak ada variabel yang mempunyai nilai MSA di bawah 0,5. Sehingga uji kelayakan dilakukan sebanyak satu kali dan semua variabel (8 variabel) dapat dilakukan analisis faktor selanjutnya.
4
Tabel 2 Tabel Communalities
Variabel Ekstraksi Pengetahuan 0,647 Sikap 0,664 Budaya 0,459 Pendididkan 0,514 Ekonomi 0,506 Dukungan Suami 0,573 Kepercayaan 0,352 Rasa Takut 0,681
Dari Tabel 2 di atas variabel pengetahuan yang bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk ada 64,7%, variabel sikap yang bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk
ada 66,4%, variabel budaya yang bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk ada 45,9%, sampai variabel selanjutnya.
Tabel 3 Tabel Total Variance Explained
Komponen Angka Eigenvalues
Total % Varians % Kumulatif
1 3,130 39,129 39,129 2 1,265 15,818 54,947 3 0,844 10,545 65,492 4 0,789 9,864 75,355 5 0,731 9,139 84,494 6 0,531 6,709 91,203 7 0,417 5,218 96,421 8 0,286 3,579 100,000
Pada Tabel 3 terlihat bahwa angka eigenvalue faktor 3 sampai faktor 8 sudah dibawah 1, maka dalam penelitian ini hanya 2 faktor
yang terbentuk yang dapat dilihat pada angka eigenvalue yaitu faktor 1 dan faktor 2.
Tabel 4 Component Matrix
Variabel Component 1 2 Pengetahuan 0,797 0,112 Sikap 0,750 0,319 Budaya 0,570 -0,366 Pendidikan 0,715 0,057 Ekonomi -0,704 0,102 Dukungan suami 0,212 0,727 Kepercayaan 0,578 0,134 Rasa Takut -0,472 0,677
5 Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Terlihat pada variabel pengetahuan, korelasi variabel ini dengan faktor 1 adalah
0,797 dan korelasi pada faktor 2 adalah 0,112, sikap dengan nilai faktor 1 adalah 0,750 dan nilai faktor 2 adalah 0,319, dan vaiabel selanjutnya.
Tabel 5 Rotated Component Matrix
Variabel Component 1 2 Pengetahuan 0,796 -0,117 Sikap 0,809 0,094 Budaya 0,444 -0,512 Pendidikan 0,702 -0,147 Ekonomi -0,647 0,296 Dukungan suami 0,408 0,637 Kepercayaan 0,592 -0,035 Rasa Takut -0,262 0,782
Dari hasil analisis faktor yang telah dilakukan, maka hasil akhir adalah terbentuknya dua (2) faktor dari 8 variabel. Jadi faktor yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Faktor 1 : pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi, kepercayaan.
Faktor 2 : budaya, dukungan suami, rasa takut.
Tabel 4.8 Component Transformation Matrix
Component 1 2
1 0,959 -0,282
2 0,282 0,959
Dari tabel di atas, terlihat angka-angka yang ada pada diagonal antara
component 1 dengan 1 dan
component 2 dengan 2, jauh di atas
0.5 (0,959, 0,959). hal ini membuktikan bahwa kedua faktor
yang terbentuk sudah tepat, karena mempunyai korelasi yang tinggi. Dengan demikian, faktor 1 dan faktor 2 dapat dikatakan tepat merangkum ke-8 variabel.
6 Penamaan Faktor
Faktor yang terbentuk dengan metode principal component analysis dengan model rotasi metode
varimax. Dari hasil rotasi faktor
tersebut, maka penamaan faktor 1 dan faktor 2 dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Faktor 1 termasuk pada faktor internal, yaitu pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi, kepercayaan.
2. Faktor 2 termasuk pada faktor ekternal, yaitu budaya, dukungan suami, dan rasa takut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis faktor, diketahui bahwa hasil dari delapan variabel yang memengaruhi ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Haji Medan menjadi 2 (dua) faktor , yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
Faktor 1 disebut sebagai faktor internal karena pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi, dan kepercayaan merupakan fakor yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, baik bersifat fisik maupun psikis yang memengaruhi ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Faktor 2 disebut sebagai faktor eksternal karena budaya, dukungan suami dan rasa takut merupakan
faktor dari luar diri individu itu sendiri yang memengaruhi ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Berdasarkan hasil analisis faktor menunjukkan bahwa :
1. Faktor pengetahuan memperoleh nilai yaitu 0,742
2. Faktor sikap memperoleh nilai yaitu 0,731
3. Faktor budaya memperoleh nilai yaitu 0,650
4. Faktor pendidikan memperoleh nilai yaitu 0,836
5. Faktor ekonomi memperoleh nilai yaitu 0,837
6. Faktor dukungan suami memperoleh nilai yaitu 0,509 7. Faktor kepercayaan memperoleh
nilai yaitu 0,798
8. Faktor pengetahuan memperoleh nilai yaitu 0,742
9. Faktor sikap memperoleh nilai yaitu 0,731
10. Faktor budaya memperoleh nilai yaitu 0,650
11. Faktor pengetahuan memperoleh nilai yaitu 0,742
12. Faktor sikap memperoleh nilai yaitu 0,731
13. Faktor budaya memperoleh nilai yaitu 0,650
14. Faktor pendidikan memperoleh nilai yaitu 0,836
7 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Setelah dilakukan uji kelayakan analisis faktor sebanyak 1 (satu) kali uji. Dapat disimpulkan bahwa semua variabel (pengetahuan, sikap, budaya, pendidikan, ekonomi, dukungan suami, kepercayaan dan rasa takut) dapat dilakukan analisis faktor karena memiliki nilai KMO di atas 0.5 dengan signifikan 0.001 (p < 0.05)
Dari 8 variabel (pengetahuan, sikap, budaya, pendidikan, ekonomi, dukungan suami, kepercayaan dan rasa takut) semua faktor tersebut dapat memengaruhi ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear, Dari 8 variabel, terbentuk 2 faktor yang memengaruhi ibu untuk pasangan usia subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks dengan metode component
analysis yang membentuk 2
kelompok faktor, yaitu faktor 1 terdiri dari pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi, dan kepercayaan, dan pada faktor 2 terdiri dari budaya, dukungan suami dan rasa takut.
Saran
Disarankan bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan agar memberikan informasi kesehatan bagi ibu Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Umum Haji Medan terutama di bagian Poli Kebidanan tentang faktor-faktor yang memengaruhi ibu Pasangan Usia Subur (PUS) tidak melakukan pemeriksaan pap smear yang berhubungan dengan pendidikan, pengetahuan, ekonomi, sikap ibu, kepercayaan, khususnya tentang
budaya, dukungan suami dan rasa takut terhadap keinginan ibu dalam melakukan pemeriksaan pap smear. DAFTAR PUSTAKA
Tidong AD. 2012. Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. FlashBooks: Yogjakarta. YKI. 2013. Yayasan Kanker
Indonesia.
http://yayasankankerindones ia.org/2013/yki-jakarta-race/. Diakses pada tanggal 10 juni 2014.
Dinkes PROVSU. 2012. Data Kanker Serviks Tahun 2010-2012.
Riyanto, A. 2012. Penerapan Analisis Multivariat
Dalam Penelitian
Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Samadi. Dkk. 2010. Yes, I know Everything About Kanker Cerviks. Cetakan ke I, Tiga Kelana: Jakarta.