42 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
PERAN MUHAMMADIYAH DALAM PENDIDIKAN NASIONAL
Mohammad Siddiq, Hartini Salama Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Surel: [email protected], [email protected]
Abstrak
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sistem pendidikan nasional, dimana dalam gerakan pendidikannya, Muhammadiyah mempunyai landasan-landasan filosofis yang sesuai dengan prinsip pendidikan di Indonesia seperti: keselarasannya dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi, dan politik. Gerakan pendidikan Muhamadiyah bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah) dan bersifat universal dengan standar keilmuan yang termutakhir. Pada akhirnya, Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.
Kata Kunci: Pendidikan, Muhammadiyah
A. Pendahuluan
Eksistensi pergerakan Muhammadiyah tidaklah lepas dari sosok KH. Ahmad Dahlan (1868-1923). Ia merupakan pribadi unik yang lahir di kampung Kauman, Jogyakarta. Keunikan Ahmad Dahlan seperti dinyatakan oleh Nur Cholis Masjid karena usahanya melakukan pembaruan tidak melalui pendahuluan atau prakondisi tertentu sebelumnya jadi ada semacam break trough. Selain
itu, KH. Ahmad Dahlan termasuk pribadi yang selalu gelisah melihat praktik keagamaan umat Islam, Ia memikirkan bagaimana metodologi untuk memahami ajaran Islam agar doktrinnya dapat menjadi spirit untuk melakukan transformasi sosial keagamaan bagi kepentingan masyarakat luas.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah pada berbagai bidang kehidupan tidak bisa dilepaskan dari
43 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
pribadi KH. Ahmad Dahlan, Ia merupakan pribadi yang rasional dengan suatu pendirian yang kuat untuk terus menerus mencari kebenaran yang hakiki yaitu kebenaran yang didasarkan pada akal (rasional) dan wahyu, dengan bekal ilmu serta pengalaman yang diperolehnya selama menunaikan ibadah haji - baik ibadah hajinya yang pertama tahun 1889 maupun ibadah hajinya yang kedua tahun 1903 dan bermukim di timur tengah selama 20 bulan. KH Ahmad Dahlan memang tidak punya pengalaman pendidikan barat tetapi Ia memberi ruang yang luas bagi gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam.
Semangat rasionalitas KH Ahmad Dahlan tidak bisa dilepaskan dari gerakan pembaharuan yang pernah berlangsung di timur tengah yang diprakarsai oleh Jamaludiin Al Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridho serta Tafsir Al Manar, inilah yang menginspirasi gerakan pembaharuan Ahmad Dahlan dan ia membuka pintu ijtihad 1 Syarifuddin Jurdi, dkk.
Pembaruan, Pemberdayaan dan
Pemihakan: Gagasan
Kemanusiaan Muhammadiyah
seluas luasnya dan menolak segala bentuk taqlid, tahayul, bidah, dan khurafat.
Pada masa awal kemunculan Muhammadiyah, Islam di Indonesia telah identik dengan Islam Sinkritisme, sekalipun diakui bahwa peningkatan jumlah penganut Islam di Indonesia sebagai hasil dari proses akulturasi antara Islam murni dengan budaya, tetapi resikonya terjadi kristalisasi penganut Islam yang menyimpang, selain itu sikap taqlid kepada ulama yang dominan. Situasi itu, direkam oleh pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, menurutnya praktik keagamaan tersebut selain kelemahan internal umat Islam juga disebabkan oleh imprealisme kolonial Belanda, implikasi dari konteks sosio-politik tersebut adalah sulitnya proses transformasi sosial di kalangan umat Islam. Kondisi umat Islam pada waktu itu menurut James L. Peacock terdiri dari masyarakat yang menganut Animisme, Hinduisme, dan kuatnya arus Westernisasi.1
dalam 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan. Jakarta: Kompas. 2010. Hlm. Xi.
44 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
Muhammadiyah kemudian berusaha untuk menyebarkan agama Islam seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bukan “agama Islam” yang telah bercampur dengan animisme, dinamisme, dan unsure-unsur sejenis lainnya. Muhammadiyah menyebarkan pengajaran agama Islam yang murni yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah Sahihah. Istilah pengajaran yang dipergunakan dalam anggaran dasar organisasi bermakna penyampaian ajaran dengan penuh pengertian bagi penerima ajaran Islam itu sehingga tidak terbentuk sikap taqlid atau ikut-ikutan tanpa memahami dasar, makna, dan tujuannya. Oleh sebab itu, penyebaran ajaran agama Islam harus dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dan program yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Para anggota
Muhammadiyah juga diminta untuk mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran. Mereka harus menerapkan ajaran Islam dalam dirinya, lingkungan keluarga, lingkungan 2 Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan Muhammadiyah, dan masyarakat luas. 2 Berdasarkan
pemahaman di atas, maka tulisan ini berupaya untuk mengungkapkan mengenai filsafat pendidikan Muhammadiyah, sejarah pendidikan Muhammadiyah, strategi pengembangan pendidikan Muhammadiyah, perjuangan dan amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan.
B. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah mendasari gerakannya kepada sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al Qur’an dan Assunnah, meskipun tidak anti madzhab.Dengan sikap ini, Muhammadiyah dikatakan sebagai gerakan Islam non Madzhab.Dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam, Muhammadiyah mengembangkan sikap tajdid dan ijtihad, serta menjauhi sikap taklid.Oleh karena itu disamping sebagai gerakan sosial keagamaan, gerakan Muhammadiyah juga dikenal
sebagai gerakan
tajdid.Perkataan “tajdid” pada
Pembaruan Sosial Keagamaan. Jakarta: Kompas. 2010. Hlm. 38-39.
45 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
asalnya adalah pembaruan, inovasi, restorasi, modernisasi dan sebagainya.Hal ini mengandung pengertian bahwa kebangkitan Muhammadiyah dalam usaha memperbarui pemahaman kaum Muslimin terhadap agamanya, mencerahkan hati dan pikirannya dengan jalan mengenalkan kembali ajaran Islam sejati sesuai dengan jalan Al Qur’an dan Assunnah. Sejalan dengan hal tersebut dan selaras dengan Anggaran Dasar (Bab III Pasal 6) adalah “menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Untuk itu,
Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, institusi zakat, rumah yatim-piatu, rumah sakit dan masjid-masjid serta menerbitkan buku, majalah dan surat kabar yang pada akhirnya untuk menyebarkan Islam.
Dalam konteks amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, sebenarnya sudah dimulai dirintis sebelum terbentuknya organisasi Islam ini pada 18 Desember 1912. Sebab satu tahun sebelumnya, tepatnya 1 Desember 1911, Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan yang diberi nama
Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Kemudian pada tahun 1915 didirikan Sekolah Dasar pertama di lingkungan Keraton Yogyakarta dan pada tahun 1918 didirikan sekolah baru bernama “Al-Qismul
Arqa”.
Pencapaian
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan amat luar biasa, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi menjadi bukti bahwa Muhammadiyah tidak main-main dalam mencapai tujuannya. Hal ini tentu saja karena dilandasi oleh keinginan dan kesungguhan yang amat kuat. Aspek filosofis, psikologis dan sosiologis menjadi perhatian
utama dalam
menyelenggarakan
pendidikan yang bermutu serta terjangkau oleh masyarakat luas.Karena berdiri dalam rangka memurnikan ajaran Islam maka tak heran bila aspek-aspek ini dilatar belakangi oleh ajaran Islam.
Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensi logisnya, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah
46 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya. Filsafat pendidikan memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Dalam kaitan ini filsafat pendidikan Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari filsafat pendidikan Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi dasar pijakan bagi pembentukan manusia Muslim.Oleh karena itu, sebelum mengkaji orientasi filsafat pendidikan Muhammadiyah perlu menelusuri konsep dasar filsafat pendidikan Islam yang digagas oleh para pemikir maupun praktisi pendidikan Islam.
Filsafat pendidikan Islam membincangkan filsafat tentang pendidikan bercorak Islam yang berisi perenungan-perenungan mengenai apa sesungguhnya pendidikan Islam itu dan bagaimana usaha-usaha pendidikan dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan hukum-hukum Islam. Mohd. Labib Al-Najihi, sebagaimana dikutip Omar Mohammad Toumy Al-Syaibany, memahami filsafat
pendidikan sebagai aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses
pendidikan. Suatu filsafat pendidikan yang berdasar Islam tidak lain adalah pandangan dasar tentang
pendidikan yang
bersumberkan ajaran Islam dan yang orientasi pemikirannya berdasarkan ajaran tersebut. Dengan perkataan lain, filsafat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis dan metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pendidikan Islam.
Al-Syaibany
menandaskan bahwa filsafat pendidikan Islam harus mengandung unsur-unsur dan syarat-syarat sebagai berikut: (1) dalam segala prinsip,
kepercayaan dan
kandungannya sesuai dengan ruh (spirit) Islam; (2) berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi, dan politiknya; (3) bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah); (4) pembinaannya
47 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
berdasarkan pengkajian yang
mendalam dengan
memperhatikan aspek-aspek yang melingkungi; (5) bersifat universal dengan standar keilmuan; (6) selektif, dipilih yang penting dan sesuai dengan ruh agama Islam; (7) bebas dari pertentangan dan persanggahan antara prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasarnya; dan (8) proses percobaan yang sungguh-sungguh terhadap pemikiran pendidikan yang sehat, mendalam dan jelas.
Objek kajian filsafat pendidikan Islam, menurut Abdul Munir Mulkhan, dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat pendidikan Islam adalah bahan dasar yang dikaji dan dianalisis, sementara obyek formalnya adalah cara pendekatan atau sudut pandang terhadap bahan dasar tersebut. Dengan demikian, obyek material filsafat pendidikan Islam adalah segala hal yang berkaitan dengan usaha manusia secara sadar untuk menciptakan kondisi yang memberi peluang berkembangnya kecerdasan, pengetahuan dan kepribadian atau akhlak peserta didik melalui
pendidikan.Sedangkan obyek
formalnya adalah aspek khusus daripada usaha manusia secara sadar yaitu penciptaan kondisi yang
memberi peluang
pengembangan kecerdasan, pengetahuan dan kepribadian sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk menjalani dan menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan menempatkan Islam sebagai hudan dan furqan.
Filsafat pendidikan Muhammadiyah tidak lepas dari pemikiran dan peran yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan. Tidak banyak literature yang membahas tentang pandangan-pandangan beliau tentang pendidikan. Beliau dijuluki “man an
action”, orang yang senang
berkarya. Dalam hal ini muridnya K.H. Ahmad Dahlan adalah KRH. Hadjid, beliau sangat tekun dan menulis apa-apa yang dipapa-aparkan gurunya, ia rangkum dalam sebuah tulisan tujuh falsafah atau tujuh perkara pelajaran Ahmad Dahlan.
1. Mempelajari tentang perkataan ulama tentang manusia itu semuanya mati.
2. mempelajari tentang perkataan ulama tentang manusia yang
48 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
mementingkan diri-sendiri (individual). 3. Mempelajari tentang
perkataan ulama tentang akal fikiran, perasaan, kehendak, dan perbuatan.
4. Mempelajari tentang perkataan ulama tentang golongan manusia dalam satu kebenaran.
5. Mempelajari tentang perkataan ulama tentang penyucian diri. 6. Mempelajari tentang perkataan ulama tentang ikhlas dalam memimpin.
7. Mempelajari tentang perkataan ulama
tentang ilmu
pengetahuan dibagi atas pengetahuan atau teori (belajar ilmu), dan mengerjakan, mempraktekkan (belajar amal).
Dengan demikian, visi dan misi pendidikan Muhammadiyah tentunya selalu konsisten dan berorientasi pada maksud dan tujuan pendidikan
Muhammadiyah itu
sendiri.Dalam konteks ini, menarik memperhatikan pernyataan mantan Ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat Hidayat Salim yang
mengatakan bahwa
Muhammadiyah adalah gerakan tajdid atau pembaruan yang ditujukan pada dua bidang, yaitu bidang ajaran
dan bidang
pemikiran.Pembaruan dalam bidang ajaran dititikberatkan pada purifikasi ajaran Islam dengan berpedoman kembali pada Al Qur’an dan As Sunnah dengan menggunakan akal pikiran yang sehat.
Pembaruan di bidang
pemikiran adalah
pengembangan wawasan pemikiran (visi) dalam menatalaksanakan
(impelementasi) ajaran berkaitan muamalah duniawiyah yang diizinkan syara atau moderninasi pengelolaan dunia sesuai dengan ajaran Islam, seperti pengelolaan Negara dan aspek-aspek yang berkaitan dengan kehidupan di bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Sedangkan misi utama gerakan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam pengertian menatalaksanakan ajaran Islam melalui dakwah Islam
49 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
amar ma’ruf nahi mungkar di berbagai bidang kegiatan.
Mengikuti pemikiran Hidayat Salim di atas, dapat ditegaskan bahwa visi yang diemban oleh pendidikan Muhammadiyah adalah pengembangan wawasan intelektual (berpikir) peserta didik pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah.Sedangkan misi yang diemban pendidikan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam melalui dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di semua aspek kehidupan.
Impelementasi visi dan
misi pendidikan
Muhammadiyah ini tentunya mendapat penekanan atau prioritas yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya. Visi dan misi pendidikan Muhammadiyah selalu berorientasi masa depan (futuristic) sebagai bentuk idealisasi pencapaian output yang dikehendaki oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Dengan kata lain, visi dan misi pendidikan Muhammadiyah mengandung makna bahwa pendidikan di lingkungan Muhammadiyah
di dalam pengembangan sumber daya manusia mengantisipasi berbagai tantangan ke depan, yang tidak dapat tidak memerlukan titik tumpu pengembangan yang strategis. Dalam konteks ini, dua titik tumpu utama yang dijadikan andalan proses antisipasi yaitu upaya penguatan iman dan takwa kepada Allah SWT serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Sejarah Pendidikan Muhammadiyah
Kyai Haji Ahmad Dahlan memiliki latar belakang dan kebiasaan hidup sejak kecil berada dalam bimbingan dan didikan ayahnya Kyai Haji Abu Bakar ( Imam dan Khatib Masjid Besar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat) dalam hal menulis dan membaca, kemudian beliau belajar ilmu agama dan ilmu lain kepada banyak guru , seperti KH, Muhammad Shaleh (Fiqih), KH, Abdul Hamid ( Ilmu Falak) dan lain-lain. Pengaruh pendidikan dan kebiasaaan belajar sejak kecil turut membentuk pribadi Dahlan menjadi seorang yang gelisah dan peduli terhadap kondisi masyarakat dan umat Islam
50 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
yang berada dalam kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakmampuan bersekolah –baik karena terlarang bersekolah atau karena mahalnya biaya sekolah Belanda dan sekolah Kristen.
Terobosan dalam bidang pendidikan yang dilakukan pertama kali oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1904-1905 adalah mendirikan pondok atau asrama untuk menampung pelajar dari luar daerah yang belajar di Yogyakarta. Pada awalnya siswa yang belajar hanya 6 orang, namun setengah tahun kemudian jumlah siswa yang beljajar meningkat pesat. Selain itu Kyai Dahlan turut mengajarkan pendidikan agama Islam kepada para siswa di sekolahan Belanda, seperti Kweeckschool ( Sekolah Raja) di Jetis dan sekolah OSVIA (Opleiding School Voor Inlandech Amtenaren) atau sekolah Pamong Praja di Magelang. Kemudian Kyai Dahlan di sela-sela aktivitas pada tahun 1908 – 1909 mendirikan sekolah formal pertama, yakni sebuah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah yang bertempat di ruang tamu rumah beliah. Sekolah
tersebut merupakan sekolah pribumi pertama yang dikelola secara modern dengan menggunakan metode dan kurikulum baru, serta memakai system pengajaran klasikal dengan menggunakan kursi, bangku, papan tulis dan alat peraga.
Terobosan pendidikan dan rintisan sekolah yang dikembangkan oleh Kyai Dahlan sesuai dan diperkuat
dengan tujuan
Muhammadiyah yang ditetapkan dalam Kongres Muhammadiyah tahun 1914, yaitu :
1. Memajukan dan mengembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda 2. Memajukan dan
mengembirakan cara kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya 3. Mendirikan atau memelihara atau membantu sekolah-sekolah; dan 4. Mengadakan pelbagai perkumpulan untuk membahas perkara Islam Selanjutnya pada tahun 1918 setelah pendirian Hizbul Wathan, Kyai Dahlan juga mendirikan sekolah atau
51 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
madrasah yang dibersi nama
Al-Qism Al-Arqa di Kauman
Yogyakarta. Di sela itu, beliau mengajari pemuda dan remaja yang kurang terbina akhlak dan mentalnya diskusi yang disebut Fathul Asrar Miftahus
Sa’adah. Pesertanya adalah
tokoh muda yang aktif membantu Kyai Dahlan mengurus Muhammadiyah seperti Kyai Haji Ibrahim, Haji Mochtar dan lain-lain. Selanjutnya dua tahun setelah itu Kyai Dahalan mengubah madras tersebut menjadi Pondok Muhammadiyah. Tetapi karena ada kebutuhan akan guru, maka pondok tersebut diubah menjadi Sekolah Guru (Kweek School). Dengan kegigihan dan pengorbanan yang luar biasa, Kyai Dahlan hingga tahun 1922 atau 1 tahun sebelum beliau wafat (1923), beliau telah berhasil mendirikan 8 jenis sekolah dengan 75 orang guru dan 1.019 orang siswa, serta 50 tempat kursus. Sekolah-sekolah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Opleiding School di Malang 2. Kweek School di Magelang dan Purworejo 3
Zamah Sari et.al., Kemuhammadiyahan. Jakarta: 3. Normaal School di Blitar 4. NHS di Bandung 5. Algameene Middle School (AMS) di Surabaya 6. TS di Yogyakarta 7. Sekolah Guru di Kotagede (didirikan bekerjasama dengan Perkumpulan Krido Mataram Kotagede) dan 8. Hoogere Kweek School di Purworejo3 Untuk mengurusi sekolah-sekolah tersebut, maka Muhammadiyah membentuk bagian pengajaran/sekolaan dan penilik/pemeriksa pelajaran agama. Dalam perkembangannya didirikanlah Majlis Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan pada tahun 1923, yang belakangan dipecah menjadi Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majlis Pendidikan Tinggi.
Setelah Kongres Muhammadiyah ke-23 tahun 1934, dihasilkan suatu ketetapan untuk mengubah nama sekolah Muhammadiyah dengan nama yang
Uhamka Press. 2013. Hlm. 250-252.
52 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Arab, seperti: 1. Kweekschool Moehammadijah dan Kweekschool Istri diubah menjadi madrasah Moe’alimin dan Moe’alimat Moehammadijah 2. Volkschool , Vervolksschoo; dan standard School Moehammadijah diubah menjadi Sekolah Moehammadijah I 3. H.I.S Moehammadiyah menjadi Sekolah Moehammadijah I 4. Schakel School Moehammadijah diubah menjadi Sekolah Persamboengan Moehammadijah . 5. Normaal School Moehammadijah diubah menjadi Sekolah Goeroe Moehammadijah. 6. H.I.K Moehammadijah diubah menjadi Sekolah Goeroe Moehammadijah.II 7. Dsb. Selain penggantian nama dan penataan
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang sudah didirikan sebelumnya, Muhammadiyah juga
mendirikan dan
mengembangkan pendidikan non formal dan informal yanga bertujuan untuk memperkuat kemampuan sumber daya kader Muhammadiyah yang militan, memliki kemampuan berdakwah dan berorganisasi . serta kematangan . maka diadakan Kursus keagamaan secara khusus .
Selanjutnya pada Kongres seperempat abad Muhammadiyah tahun 1937 di Jakarta ditetapkan program pemberantasan buta huruf dan tercetuslah ide untuk mendirikan perguruan tinggi Islam. Namun sayang ide tersebut tidak terlaksana, tetapi ide tersebut paling ridak mendorong lahirnya Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Adapun pembentukan perguruan tinggi Muhammadiyah baru terlaksan pada tahun 1955. Dalam perkembangannya, pertumbuhan sekolah dan
perguruan tinggi
MUhammadiyah merupakan yang terbesar di Indonesia dan di dunia sebagaimana diakui oleh James I. Peacock (1992) dalam bukunya “Purifing The Faith: The Muhammadiyah
53 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
Movement in Indonesian Islam. Saat ini menurut Pusat Data Muhammadiyah terdapat tidak kuran 4623 TK/TPQ, 2604 SD/MI, 1772 SMP/MTs., 1143 SMA/SMK/MA dan 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah 4 Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan, menukar sistem pondok pesantren dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman. Mengajarkan agama dengan cara yang mudah di faham, didaktis, dan pedagogis, selalu menjadi
pemikiran dalam
Muhammadiyah. Berdirinya
Muhammadiyah juga didasari
oleh faktor
pendidikan.Sutarmo, Mag
dalam bukunya
Muhammadiyah, Gerakan Sosial, Keagamaan Modernis
mengatakan bahwa
Muhammadiyah didirikan oleh KHA.Dahlan didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara 4 Ibid, hlm. 254-255.
menyeluruh dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam.Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan.Kita ketahui bahwa pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan.Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya.Pada umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan
54 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode
Halaqah) dalam
pengajarannya. Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat catatan tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa
pengertian dan
memperhitungkan daya nalar.Kedua adalah pendidikan sekuler yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.
Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat dalam menjalankan perintah agama, sedangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya
diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan berpandangan negatif terhadap agama. D. Strategi Pengembangan Pendidikan Muhammadiyah Secara terminologi, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan , perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam sebuah startegi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memilikik tema, mengidenrifikasi faktor-faktor pendukung, efisensi, dan taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Istilah strategi di kalangan Muhammadiyah lazim dikenal dengan khittah (langkah). Khittah
pengembangan pendidikan Muhammadiyah berarti langkah-langkah yang diambil oleh Muhammadiyah dalam kurun waktu tertentu sebagai upaya untuk mengembangkan
pendidikan di
Muhammadiyah. Dalam rapat kerja Majelis Dikdasmen PWM DIY Periode 2010 – 2015, Dr. Tasman Hamami Koordinator Bidang Pendidikan, menuturkan pentingnya strategi baru dalam
55 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
upaya membangun pendidikan Muhammadiyah. “ ada 6 (enam) rencana strategis dalam mengembangkan pendidikan di Muhammadiyah yang harus menjadi perhatian Majelis periode ini." tutur Tasman.
Pertama,
Pengembangan Kurikulum yang berwujud: strategi pengembangan kurikulum; kurikulum yang integratif; kurikulum yang bersifat kompetensi; kurikulum yang humanistik; dan kurikulum yang mengandung nilai sosial dan antisipatif.
Kedua, Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdiri dari : peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan; peningkatan loyalitas pada persyarikatan
Muhammadiyah; peningkatan kualitas akademik bagi pendidik dan tenaga kependidikan, peningkatan
kompetensi dan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; serta peningkatan kemampuan manajerial kepemimpinan lembaga pendidikan. Ketiga, Reformasi Manajemen Pendidikan, meliputi: membangun hubungan antara lembaga
pendidikan Muhammadiyah dengan masyarakat, pemerintah dan persyarikatan; sistem pengawasan pendidikan Muhammadiyah; sistem keuangan berbasis kinerja; penerapan prinsip-prinsip good governance.
Keempat,
Pemberdayaan Kelembagaan. Ini berkaitan dengan fungsi-fungsi pendidikan, da’wah, pengkaderan, dan fungsi pelayanan.
Kelima, Penanaman Kultur yang positif di lingkungan sekolah, di antaranya, disiplin ibadah, waktu, belajar, dan bekerja; kesantunan; keteladanan; kejujuran; kesederhanaan; kebersihan; suka beramal saleh; layanan; hemat; percaya diri; sabar dan bersyukur; bijak dan bertanggungjawab; dinamis; dan berpikiran maju.
Keenam,
Pengembangan Sarana dan Prasarana yaitu melakukan pendataan aset pendidikan Muhammadiyah; standarisasi sarana dan prasarana pendidikan Muhammadiyah; pengembangan ICT, penerbitan dan perpustakaan. E. Perjuangan
Muhammadiyah di Bidang Pendidikan
56 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
Apabila melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah secara umum, dan khususnya perjuangan Muhammadiyah di bidang pendidikan. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammadiyah itu adalah sebagai berikut.
1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam 2) Muhammadiyah
adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar 3) Muhammadiyah
adalah gerakan tajdid Persyarikatan
Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagai hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling
utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan
Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang
57 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan
dan pengajaran,
kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan
melaksankan ajaran Islam.
Tegasnya gerakan
Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Ciri kedua dari gerakan pendidikan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan
dalam jati diri
Muahammadiyah.
Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat: 104 inilah
Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah,
58 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa
khurafat, syirik, maupun
bid’ah lewat gerakan dakwah.
Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan
tajdid yang diawali oleh ulama
besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik,
khurafat, bid’ah dan tajdid,
sebab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.
Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga
termasuk upaya
Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara 5
http://www.muhammadiyah.or.i
d/id/content-176-det-ciri-pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurban dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.5 F. Amal Usaha Muhammadiyah di Bidang Pendidikan Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT, yang dicerminkan oleh kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan yang luas dan merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak amal usahanya atas prinsip yang tersimpul dalam muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu:
perjuangan.html diakses pd tgl 9 november 2013
59 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
1) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah. 2) Hidup manusia
bermasyarakat.
3) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa Islam itu satu-satunya landasan dan ketertiban untuk kebahagiaan dunia akherat.
4) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada manusia. 5) “Ittiba” kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW. 6) Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
7) Pedoman Perjuangan Muhammadiyah Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan 6
http://www.muhammadiyah.or.i
d/id/content-8-det-amal-tunggalnya, harus berpedoman pada:
“Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasulnya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah subhanahu Wata’ala.”
Berikut ini data amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah6
No Jenis Amal Usaha Jumlah
1 TK/TPQ 4.623 2 Sekolah Dasar (SD)/MI 2.604 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.772 4 Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.143 5 Pondok Pesantren 67 6 Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah 172 7 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 457 8 Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 318 9 Panti jompo * 54 10 Rehabilitasi Cacat * 82 usaha.html diakses pd tgl 9 november 2013
60 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018 11
Sekolah Luar Biasa (SLB) * 71 12 Masjid * 6.118 13 Musholla * 5.080 14 Tanah * 20.945.504 M² Perhatian dan komitmen Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tidak pernah surut, hal ini nampak dari keputusan-keputusan persyarikatan yang dengan konsisten dalam setiap muktamar (sebagai forum tertinggi persyarikatan Muhammadiyah) senantiasa ada agenda pembahasan dan penetapan program lima tahunan bidang pendidikan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dalam lima belas tahun terakhir (tiga kali muktamar) dapat dilihat bahwa Muhammadiyah senantiasa memiliki agenda yang jelas berkenaan dengan program pendidikan, keputusan-keputusan dalam muktamar sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut:
Rincian program bidang pendidikan keputusan Muktamar 43 Banda Aceh:
1. Peningkatan kualitas Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah dilakukan dengan empat tema pokok, yaitu pengembangan kualitas,
pengembangan
keunggulan, pengembangan
kekhasan program, dan pengembangan
kelembagaan yang mandiri. Empat tema
pokok ini
diimplementasikan dalam proses belajar mengajar agar secara terpadu merupakan aktivitas alih pengetahuan, alih metode dan alih nilai. 2. Menata kembali
kurikulum Pendidikan dasar dan Menengah Muhammadiyah pada semua jenjang dan jenis sekolah Muhammadiyah yang meliputi pendidikan al-Islam
Kemuhammadiyahan dan sebagai kekhasan sekolah
Muhammadiyah, spesifikasi setiap wilayah sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, pendidikan budaya dan seni yang bernafas Islam. 3. Menyusun peta Nasional Pendidikan Muhammadiyah yang memuat spesifikasi tiap wilayah/daerah, agar didapatkan relevansi
61 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018 pendidikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. 4. Merespon secara positif pengembangan “sekolah unggulan” dengan tetap mengembangkan kekhasan pendidikan Muhammadiyah, terutama dalam pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar, sehingga misi pendidikan Muhammadiyah tetap terlaksana. 5. Dalam pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), penyelenggaraan pendidikan diorientasikan kepada peningkatan kompetensi lulusan yang elastis dan antisipatif terhadap
tuntutan dan
kebutuhan masa depan, yang meliputi kompetensi akademik, kompetensi profesional, kompetensi menghadapi perubahan, kompetensi kecendekiaan dan
kompetensi iman dan takwa.
6. Mengarahkan program
PTM untuk
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan masa depan.
7. Kaidah pendidikan dasar dan menengah serta kaidah PTM perlu disempurnakan, sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat. 8. Koordinasi dan pengawasan pelaksan aan kaidah pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi perlu ditingkatkan. 9. Meningkatkan dan
memantapkan kerja sama antara Majelis Dikdasmen dan Majelis Dikti.
10. Mengupayakan beasiswa
Muhammadiyah bagi para siswa dan atau mahasiswa yang berprestasi.
11. Melalui amal usaha pendidikan
meningkatkan kualitas kader-kader ulama yang tersebar di
62 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018 seluruh pelosok Indonesia. 12. Mengembangkan berbagai lembaga pendidikan khusus seperti pesantren dan madrasah diniyah, taman pendidikan Al-Qur’an, serta taman kanak-kanak Al-Qur’an. Penanganan pondok pesantren dan madrasah menjadi tanggung jawab dan wewenang dari Majelis Dikdasmen
Rencana Strategis Pendidikan
Muhammadiyah
membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan dan
pengembangan sumber daya insani, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional atau regional.
Keputusan setiap Muktamar berkenaan dengan program pendidikan bukan hanya sekedar daftar keinginan, akan tetapi program-program tersebut merupakan bentuk komitmen persyarikatan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, keputusan-keputusan muktamar berkenaan dengan bidang pendidikan tersebut menggambarkan betapa Muhammadiyah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pilar yang strategis dalam
mendukung tujuan
Muhammadiyah. program-program tersebut juga mencerminkan dinamika pendidikan yang dikelola oleh persyarikatan Muhammadiyah A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Dari pembahasan makalah ini dapat kita simpulkan bahwa pendidikan muhammadiyah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sistem pendidikan nasional dimana dalam
63 | Jurnal MUQADDIMAH, Vol. 14 No. 3, September – Desember 2018
pendidikan muhammadiyah mempunyai landasan-landasan filosofis yang sesuai dengan prinsip pendidikan Indonesia seperti: berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi, dan politiknya, bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah) bersifat universal dengan standar keilmuan, dan lain-lain. Muhammadiyah mempunyai tujuan pendidikan yang berpengaruh besar dalam pendidikan di Indonesia. Referensi Jurdi, Syarifuddin, dkk. 2010. Pembaruan, Pemberdayaan dan Pemihakan: Gagasan Kemanusiaan Muhammadiyah. Jakarta: Kompas Majelis Diktilitbang dan LPI
PP Muhammadiyah. 2010. 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan. Jakarta: Kompas. Sari, Zamah, dkk. 2013. Kemuhammadiyahan.
Jakarta: Uhamka Press http://www.muhammadiyah.o r.id/id/content-8-det-amal-usaha.html diakses pd tgl 9 november 2013 http://www.muhammadiyah.o r.id/content-176-det-ciri-perjuangan. diakses pd tgl 9 november 2013 http://www.muhammadiyahja watengah.org/index.ph p?tj=hal&id=14 diakses pd tgl 9 november 2013 http://blog.umy.ac.id/angga/2 012/01/10/amal-usaha- muhammadiyah-pendidikan/ diakses pd tgl 9 november 201