• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMP DARUL ULUM PEMALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMP DARUL ULUM PEMALANG"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMP DARUL ULUM PEMALANG

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko, Ahmad Hamid1 ni’amulilahlam@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional pesera didik Kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang, mengetahui hasil belajar PAI kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang serta mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar PAI peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini meliputi kecerdasan emosional (variable bebas) dan hasil belajar (variabel terikat). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kela VIII di SMP Darul Ulum Pemalang sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 29 peserta dididk yang diambil secara acak Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket untuk mengetahui kecerdasan emosional dan instrumen untuk mengetahui hasil belajar adalah dengan dokumentasi. Terknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferensial dengan menggunakan analisa regresi sederhana.Dari hasil penelitian, diperoleh nilai R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,095. Ini berarti bahwa sumbangan efektif yang diberikan oleh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar sangat kecil, yaitu sebesar 9,5%, sedangkan sisanya yaitu 94,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Persamaan regresi pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar adalah Y= 89,424 + (-0,239x). Dari hasil uji hipotesis dengan uji parsial diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,104 dimana nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,104 > 0,05).dan nilai Thitung

sebesar (-1,648), sedangkan nilai Ttabel untuk n (jumlah responden) = 29 sebesar

(2,051). Maka diperoleh Thitung (-1,648) < Ttabel (2,051) yang artinya bahwa Ho diterima

dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional

tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang.

Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Hasil Belajar PAI

A. Pendahuluan

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia untuk mewujudkan perubahan kearah kemajuan dan kesejahteraan hidup suatu bangsa sehingga pendidikan tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Tanggung jawab kependidikan juga merupakan tugas wajib yang harus dilaksanakan, karena tugas ini salah satu dari beberapa instrument dalam rangka mengembangkan manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Untuk itu berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

1

(2)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang dinyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Salah satu upaya pemerintah untuk melaksanakan Undang-undang tersebut, maka ditetapkan juga peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan bukan hanya mengatur tentang standar isi, tetapi juga standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.3 Berdasarkan Undang-undang tersebut, pemerintah memberikan hak kepada warganya untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak di setiap tingkatan pendidikan, baik dasar, menengah, atas maupun tingkat perguruan tinggi sesuai dengan UU No. 20 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 agar tercapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan amanat Undang-undang.

Untuk mewujudkan pengembangan kemampuan dan pembentukan watak manusia yang seutuhnya, terutama pada peserta didik di sekolah, dibutuhkan pembinaan, pengelolaan dan pengembangan kecerdasan yang tidak hanya terfokus pada Intelligence Quotient (IQ) saja, tetapi harus diimbangi dengan pembinaan, pengelolaan dan pengembangan-pengembangan kecerdasan yang lainnya, seperti kecerdasan emosional (EQ).

Pada umumnya kecerdasan inteligensi (IQ) selalu diyakini menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan anak di masa depan. Semua itu sah-sah saja, namun perlu diketahui bahwa orang bisa mendapatkan hasil ujian IQ yang tinggi tetapi mereka tidak berhasil dalam kehidupan pribadi sedangkan orang yang IQ-nya rata-rata atau normal justru lebih berhasil dan dapat hidup sukses. Ini disebabkan karena mereka yang ber IQ tinggi kurang memiliki kecerdasan emosi (EQ).

Dalam sebuah survey di Negara Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ ditemukan paradox membahayakan, ketika skor IQ anak-anak semakin tinggi, justru kecerdasan emosi mereka menurun. Terlebih lagi data pada tahun 1970 dan 1980 terhadap para orang tua dan guru menunjukan bahwa anak-anak pada generasi itu lebih sering mengalami masalah emosi

2

Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, (Jakarta: 2003).

3

(3)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

daripada generasi terdahulunya.4 Survey tersebut kemudian berlanjut dengan penelitian terhadap ratusan ribu pekerja, dari level bawah hingga eksekutif puncak. Penelitian ini mencakup perusahaan-perusahaan besar sekelas AT & T di Amerika Serikat, hingga perusahaan kecil, bahkan wirausahawan. Dalam pengkajiannya ditemukan suatu inti kemampuan pribadi dan sosial yang sama, yang terbukti menjadi kunci utama keberhasilan yaitu kecerdasan emosi.5

Dari hasil survey tersebut di atas, ditemukan bahwa kecerdasan emosi terbukti menjadi kunci utama keberhasilan. Jika pendidikan fokus mengembangkan kemampuan kecerdasan inteligensi dan kecerdasan emosional peserta didik. Dimana terjadi keseimbangan antara

Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) maka akan menjadi kunci

keberhasilan di sekolah. Dari hasil pengamatan ditemukan banyak anak yang cerdas pada kognitifnya, namun lemah dalam pengembangan kecerdasan emosionalnya seperti kesadaran diri yang kurang dalam memahami emosinya, motivasi diri yang rendah, kurang ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, kurang menyesuaikan diri dengan orang lain, sehingga ada peserta didik yang terhambat dalam kegiatan belajar di sekolahnya dan kurang menghargai orang lain.

Dalam aktifitas belajar pun tidak selamanya dapat berjalan secara wajar, terkadang lancar dan terkadang tidak, terkadang dapat menangkap dengan cepat apa yang dipelajarinya, terkadang amat sulit, terutama pada pelajaran agama Islam seperti yang pernah peneliti obsevasi di SMP Darul Ulum. Hal ini dapat berpengaruh pada hasil belajar, sehingga masih ada peserta didik yang memiliki nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Oleh karena itu, penguasaan intelegensi dalam lingkungan pendidikan formal perlu diiringi dengan penguasaan emosional yang baik, dikarenakan kemauan belajar setiap peserta didik dipengaruhi oleh emosi. Dengan kecerdasan emosional, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sehingga kemungkinan besar mereka akan berhasil dalam kehidupan karena mereka memiliki motivasi untuk meraih prestasi. Kecerdasan emosional peserta didik yang rendah akan membuatnya sulit untuk memusatkan perhatian (konsentrasi) pada saat proses belajar mengajar sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik.

4

Ary Ginanjar, Emotional Spiritual Quetient, (Jakarta: Agra Publishing, 2018), hlm. 6.

5

(4)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

B. Kajian Teori

1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian Kecerdasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kecerdasan berarti kesempurnaan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).6 Kecerdasan atau inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memugkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.7 Inteligensi bukan merupakan sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilakau individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. 8

Masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun krmampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Sementara menurut pandangan kaum awam inteligensi diartikan sebagai ukuran kepandaian.9 Menurut C.P Chaplin mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.10 Dalam definisi lain Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan pada tantangan.11 Dalam pengertian ini, kecerdasan terkait dengan kemampuan memahami lingkungan atau alam sekitar, kemampuan penalaran atau berpikir logis, dan sikap bertahan hidup dengan menggunakan sarana dan sumber-sumber yang ada.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang dibawa dari lahir yang menggambarkan kepribadian , kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru yang dihadapi.

b. Pengertian Emosi

Kata emosi secara sederhana bisa didefinisikan sebagai menerapkan "gerakan" baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengelurkan perasaan. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi

6

KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kecerdasan di unduh pada tanggal 15 Agustus 2019.

7

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 52.

8

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 106.

9

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 58.

10

Syamsu Yusuf LN, loc.cit.

11

(5)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya "jiwa yang menggerakkan kita".12 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) emosi dapat diartikan sebagai: 1) luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.13 Menurut English and English, emosi adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pafa tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam). Maksud dari warna afektif di sini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu.14 Contohnya, bahagia, gembira, putus asa, terkejut, benci, marah dan sebagainya.

Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis maupun psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.15 Emosi pada dasarnya yaitu dorongan untuk bertindak, emosi bereaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri manusia. Contohnya emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menagis.

Sejumlah teoretikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang golongan itu. Calon-calon utama dan anggota golongan tersebut adalah:16

1) Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan dan barangkali yang paling hebat, tindakan kekerasan dan kebencian patologis.

2) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan kalau menjadi patologis, depresi berat.

3) Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.

12

Ibid, hlm. 62.

13

Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 145.

14

Syamsu Yusuf LN, op.cit, hlm. 114-115.

15

Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 411.

16

(6)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

4) Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikamatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, maniak.

5) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

6) Terkejut : terkejut, terkesiap, takjub, terpana.

7) Jengkel : hina, jijik, mual, muak, benci, tidak suka, mau muntah.

8) Malu : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan perasaan, efek yang terjadi pada pribadi individu ketika berada dalam suatu kondisi atau keadaan akibat rangsangan, baik dari luar atau dari dalam diri individu yang ditandai dengsn perilaku yang merefleksikan (mengekspresikan) kondisi senang atau tidak nya individu tersebut terhadap yang dialaminya.

c. Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan Jhon Mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan.17 Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran anda pada suara hati. Tiga pertanyaan yang selanjutnya perlu ditanyakan adalah, apakah anda jujur pada diri sendiri? Seberapa cermat anda merasakan perasaan terdalam pada diri anda? Seringkah anda tidak memperdulikannya? Suara hati itulah yang seharusnya dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan, dan kebijaksanaan.18

Menurut Goleman, Kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenggangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a.19

Salovy memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosional dalam lima wilayah utama yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, kemapuan mengenola emosi diri,

17

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 68.

18

Ary Gynanjar, ESQ Emotional Spiritual Question, (Jakarta: Agra Publishing, 2018), hlm. 9.

19

(7)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.20

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan dan ketrampilan indvidu dalam mengenal dirinya sendiri serta membina hubungan dengan lingkungan sosial yang mencerminkan kepedulian individu terhadap etik sosial dimana seseorang dapat mengenali perasaan diri maupun orang lain, mampu memotivasi diri,mengelola emosi dengan baik dan mampu membina hubungan dengan orang lain yang mencerminkan kepedulian seseorang terhadap etika dan moral, kejujuran, perasan, amanah, kesopanan dan toleransi.

d. Aspek-aspek kecerdasan emosional

Goleman menjelaskan pendapat Salovy yang menempatkan kecerdasan pribadi Gardner sebagai dasar dalam mendefinisikan kecerdasan emosional yang dicetuskannya. Dalam hal ini, Salovy memperluas kemampuan kecerdasan emosional dalam lima wilayah utama, yaitu sebagai berikut:21

1) Mengenali emosi diri, yaitu Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri adalah kesadaran terus-menerus terhadap keadaan batin seseorang. Kemampuan untuk memantau perasaan diri dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.

2) Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas. Kecakapan ini bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam ketrampilan ini aksn terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementar mereka yang pintar dapat kembali bangkit dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam hidup.

3) Memotivasi diri sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Hal ini sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.

4) Mengenali emosi orang lain, yaitu empati, kemampuan yang juga brrgantung pada kesadaran diri emosional, yang merupakan "ketrampilan bergaul" dasar. Orang yang

20

Ibid, hlm. 57.

21

(8)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan dan manajemen.

5) Membangun hubungan sosial. Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Dalam hal inu ketrampilan dan ketidakterampilan sosial, dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang berkaitan. Orang-orang yang hebat dalam ketrampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulud dengan orang lain; mereka adalah bintang-bintang pergaulan.

Dalam penelitian ini kecerdasan emosional mengarah pada kemampuan peserta didik untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (berempati) dan membina hubungan (bekerjasama) dengan orang lain.

2. Hasil Belajar a. Definisi belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Belajar memiliki arti perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.22 Morgan menyebutkan dalam bukunya Introduction to Psichology (1997) belajar adalah suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.23

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.24 Namun secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.25 Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan peserta didik dalam membangun pemahaman dyang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

22

KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/belajar di unduh pada tanggal 15 Agustus 2019.

23

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 84.

24

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 2.

25

(9)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai siswa dalam proses kegaiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.26 Ciri hasil belajar adalah perubahan, seseorang dikatakan sduah belajar apabila perilakunya menunjukan perubahan, dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari awalnya tidak bias menjadi bias, dari tidak mampu menjadi mampu dan dari tidak terampil menjadi terampil.27 Tingkah laku yang tampak pada hakikatnya merupakan hasil belajar, yaitu reflekasi dari kerja “struktur kognitif”. Jadi tingkah laku tampak yang dapat diukur adalah wujud dari proses internal dalam penyesuaian diri dengan lingkungan melalui proses belajar.28

Proses belajar di sini ialah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.29 Jadi secara sederhana belajar adalah proses untuk berubah dan hasil belajar adalah bentuk perubahannya. Hasil belajar merupakan suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada tiap semester.30 Hasil yang dicapai di sini menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Darmadi dalam bukunya Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam

Dinamika Belajar Siswa menyatakan bahwa yang menjadi indikator utama hasil belajar

peserta didik adalah sebagai berikut:

1) Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.31

26

Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 252.

27

Karwono, Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 13.

28

Ibid, hlm. 19.

29

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 22.

30

Darmadi, op.cit, hlm, 251.

31

(10)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

c. Klasifikasi Hasil Belajar

Menurut Bloom, hasil belajar (output) mencakup kemampuan kgnitif, afektif dan psikomotorik32. Ketiga domain tersebut terbagi lagi menjadi beberapa aspek di antaranya yaitu:

1) Domain kognitif, berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan inteletual. Domain ini terdiri dari enam aspek yaitu :

a) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa ha rus mengerti atau dapat menggunakannya.

b) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik memahami tetnag materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.

c) Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-toeri dalam situasi baru dan konkret.

d) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam komponen pembentukannya.

e) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghilangkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh berupa tulisan, rencana atau mekanisme.

f) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.

2) Domain afektif, berkenaan dengan sikap, kemampaun dan penguasaan segi-segi emosional. Domain ini terdiri dari lima aspek, yaitu:

a) Penerimaan, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Dalam hal ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Jawaban atau reaksi, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseroang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

32

(11)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

c) Penilaian, yaitu berkenaan dengan nilai terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai terhadap satu sistem oragnisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain.

e) Internalisasi atau karakteristik nilai, yaitu ketrpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalam nya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristik.

3) Domain psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemamouan bertindak individu. Domain ini terdiri dari enam aspek, yaitu:

a) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar

c) Kemampuan persepsual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan

yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang diraih peserta didik pasti akan berbeda-beda, banyak sekali faktor yang perlu diketahui. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar: 1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor

internal ini terbagi menjadi beberapa aspek, di antaranya sebagai berikut:

a) Aspek fisiologis atau kondisi jasmaniah. Aspek ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

(1) Kesehatan badan. Agar seseorang dapat dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.33

33

(12)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

(2) Keadaan fungsi panca indra atau cacat tubuh. Keadaan cacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang empurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.34

b) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut35:

(1) Inteligensi siswa. Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan memeolajarinya dengan cepat.36 (2) Sikap. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

(3) Bakat. Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Dengan demikian, peserta didik yang berbakat dalam bidang tertentu akan jauh lebih cepat menyerap informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut.

(4) Minat. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik dalam bidang studi tertentu.

(5) Motivasi. Secara umum motif dapat dijelaskan sebagai daya dan upaya yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu.37 Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

34

Ibid.

35

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.146-147.

36

Slameto, op.cit, hlm. 56.

37

Karwono, Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 49.

(13)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnnya.38

c) Aspek kelelahan

Kelelahan pada manusia walaupun susah dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan menurunnya daya tahan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kurangnya minat belajar, kelesuan dan kebosanan untuk belajar sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor kelelahan dalam diri seseorang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu cara atau gaya belajar yang berbeda.39

2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar. Beberapa faktor dari luar yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain adalah: a) Faktor keluarga. Sesorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa antara lain metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin atau tat tertib sekolah, suasana belajar, standar pelajaran, keadaan gedung, letak sekolah dan lainnya. Faktor guru misalnya, kepribadian guru, kemampuan guru memfasilitasi siswa dan hubungan antara guru dengan siswa turut mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa.

c) Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi terhadap gaya belajar siswa. Faktor-faktor masyrakat yang mempengaruhi gaya belajar siswa meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.40

3) Faktor pendekatan belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik yang dipaprkan di atas, faktor pendekatan belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Sehingga semakin mendalam cara bealajar peserta didik maka semakin baik hasilnya. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi

38

Slameto, op.cit, hlm. 58.

39

Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 172-173.

40

(14)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

pelajaran.41 Banyak pendekatan yang dapat diajarkan kepada peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran atau bidang studi yang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern.

Berdasarkan teori kecerdasan emosional, penelitian ini mengambil faktor internal peserta didik, yaitu psikologi mengenai kecerdasan emosional dengan melihat lima aspek di dalam kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi diri, mengnedalikan emosi, meotivasi diri, empati dan hubungan sosial. Dalam penelitian ini ingin ditunjukan faktor kecerdasan emosional peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar PAI. Kemudian disusun konsep yang menjelaskan pengaruh antar variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini.

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional ditujukan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisein korelasi.42 Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat di SMP Darul ULum Pemalang, yang beralamat di Jalan KH Samanhudi, No. 177 Pelutan Kecamatan Pemalang

41

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 144.

42

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 82. Kecerdasan emosioanal Kerjasam a Empati Motivas i Diri Pengaturan Diri Kesadara n diri Hasil Belajar

(15)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Kabupaten Pemalang dengan rencana waktu penelitian yang dilaksanakan bulan Juni – Desember 2019.

Jenis populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi terhingga, di mana populasinya yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang, terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 117 peserta didik. Peneliti mengambil 25% dari total populasi sebanyak 29 peserta didik (117 x 25% = 29,25) kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang. Dalam pengambilan sampel ini peneliti menggunakan teknik probability

sampling dengan cara simple random sampling di mana pengambilan sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.43 Sumber penelitian yang digunakan ada dua yaitu teknik kuisinoer dan teknik dokumentasi dengan pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan yaitu teknik kuesioner (angket) dan dokumentasi. Teknik kuisioner digunakan dengan memberikan daftar pernyataan yang kemudian diisi oleh peserta didik dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang dikaji. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS untuk mengetahui hasil dari data yang telah di tabulasikan. Adapun hipotesis statistika dari penelitian ini sebagai berikut:

1. : Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang tahun ajaran 2019/2020. 2. : Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil

belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang tahun ajaran 2019/2020.

D. Hasil dan Pembahasan 1. Analisis Data

a. Data Kecerdasan Emosional

Output hasil sebaran angket dengan jumlah 15 item pertanyaan yang sebarkan kepada 29 responden. Skor total didapatkan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil jawaban responden menjawab 15 item pertanyaan. Dari keseluruhan hasil yang didapat, semua pertanyaan dapat dijawab oleh reponden. Tidak ada satupun pertanyaan yang tidak terjawab.

Uji Validitas Data Kecerdasan Emosional

43

(16)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.44 Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya tiap-tiap butir pertanyaan yang telah diisi oleh 29 responden dalam penelitian ini. Uji validitas dari hasil korelasi antara skor item dengan skor total kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, r table dicari pada signifikan 0,05 dengan jumlah data (n) = 29. Maka didapat hasil nilai r table sebesar 0,367 (dilihat pada tabel r). Adapun dasar pengambilan keputan dalam uji validitas adalah sebagai berikut:

1) Jika hasil korelasi lebih besar dari 0,367 maka pertanyaan itu valid, sedangkan 2) Jika hasil korelasi lebih kecil dari 0,367 maka pertanyaan itu tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen

Indikator

Nomor Item Nomor Item

Positif Negatif Tidak Valid

Mengenali emosi diri 1, 2, 3 - 1, 2 3

Mengelola emosi diri 4, 6 5 4, 6 5

Motivasi diri 7, 8 ,9 - 8 7, 9

Empati 11, 12 10 10, 11, 12 -

Kecakapan dalam membina

hubungan 13, 14, 15 - 13, 14, 15 -

Total 13 2 11 4

Dari tabel hasil uji validitas diatas, sebanyak 15 butir pertanyaan yang diujikan. 11 butir pertanyaan dinyakan valid, dan 4 butir pertanyaan yang dianggap tidak valid. Butir pertanyaan-pertanyaan yang gugur pada uji validitas ini yaitu untuk indikator mengenali emosi diri sebanyak 1 butir pertanyaan pada nomor 3. Untuk indikator mengelola emosi diri sebanyak 1 butir pertanyaan pada nomor5. Dan untuk indikator motivasi diri sebanyak 2 butir pertanyaan pada nomor 7 dan 9. Adapun untuk indikator empati dan kecakapan dalam membina hubungan, tidak ditemukan adanya butir pertanyaan yang dianggap tidak valid.

Uji Reliabilitas Data Kecerdasan Emosional

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran suatu instrument penelitian. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila dites kan berkali-kali.45 Untuk

44

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25, (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2018), hlm. 51.

45

Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 157.

(17)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

reliabilitas perhitungan menggunakan aplikasi SPSS for windows version 25.00 Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.60 maka kuesioner dinyatakan reliabel. 2) Jika nilai cronbach alpha lebih kecil dari 0.60 maka kuesioner dinyatakan tidak

reliabel.

Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items 0,633 0,672 15

Dari tabel diatas dapat diketahui karena nilai cronbach alpha 0.633 > 0.60 maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas diatas dapat disimpulkan bahwa kuesioner untuk variabel kecerdasan emosional dinyatakan reliabel.

b. Data Variabel Kecerdasan Emosional

Dalam bagian ini disajikan deskriptif data untuk variabel kecerdasan emosional berdasarkan data yang diperoleh secara deskriptif. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran angket kepada peserta didik sebagai instrument penelitian sebanyak 11 butir pertanyaan.

Deskripsi Statistik Angket Kecerdasan Emosional

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation kecerdasan.emosi 29 14,00 30,00 44,00 35,6207 3,35318 Valid N (listwise) 29

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai Range sebesar 14,00, nilai Minimum sebesar 30,00, nilai Maximum sebesar 44,00, nilai Mean sebesar 35,62 dan untuk standar deviasi nya sebesar 3,35. Setelah diketahui mean dan standar deviasi, dari nilai-nilai tersebut akan dicari kategorinya, manakah yang termasuk kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk itu seluruh skor tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1) Tinggi : 2) Sedang : 3) Rendah : Keterangan : = rata-rata = standar deviasi

(18)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Kualifikasi kecerdaasan emosional adalah sebagai berikut: a) Indikasi yang tergolong tinggi

35,6+1.(3,35) = 38,95 38,95 ke atas adalah kategori tinggi b) Indikasi yang tergolong sedang

35,6-1.(3,35) = 32,25 35,6+1.(3,35) = 38,95 Antara 32,25 dan 38,95 adalah kategori sedang c) Indikasi yang tergolong rendah

35,6-1.(3,35) = 32,25 32,25 kebawah adalah kategori rendah

Kualifikasi Kecerdasan Emosi

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 Tinggi 7 24,14%

2 Sedang 20 68,96%

3 Rendah 2 6,9%

Jumlah 29 100%

Untuk menentukan nilai persentase diatas, digunakan rumus sebaagai berikut:

Keterangan : P = Presentasi F = Frekuensi

N = Jumlah responden

Dari tabel diatas, untuk kategori tinggi mendapatkan frekuensi sebesar 7 peserta didik dengan nilai persentase 24,14%, untuk kategori sedang mendapatkan frekuensi sebesar 20 peserta didik dengan persentase 68,96%, dan pada kategori rendah didapatkan frekuensi sebesar 2 peserta didik dengan persentase 6,9%. Berdasarkan data tersebut, maka kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum tergolong ke dalam kategori sedang dengan persentase 68,96%.

c. Data Hasil Belajar

Peneliti memperoleh data tentang hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang dari ibu Ulin Inayah, S.Pd. sebagai guru PAI. Peneliti mengambil data tersebut untuk dijadikan acuan hasil belajar pada mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang. Data hasil belajar diambil dengan cara menghitung rata-rata nilai PAI pada semester 1 setelah dilaksanakan penilaian tengah semester. Setalah dihitung

(19)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

didapatkan rata-rata nilai PAI diangka 80 ke atas, ini berarti rata-rata nilai dapat dikatakan cukup baik.

Analisis Data Variabel Hasil Belajar

Data hasil belajar diambil dari nilai rata-rata peserta didik kelas viii pada penilaian tengah semester ganjil yang didapatkan guru PAI.

Deskripsi Statistik Hasil Belajar Peserta Didik

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Hasil.Belajar 29 10,29 75,71 86,00 80,9011 2,60292

Valid N (listwise) 29

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai Range sebesar 10,29, nilai Minimum sebesar 75,71, nilai Maximum sebesar 86,00, nilai Mean sebesar 80,901 dan untuk standar deviasi nya sebesar 2,602. Setelah diketahui mean dan standar deviasi, dari nilai-nilai tersebut akan dicari kategorinya, manakah yang termasuk kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk itu seluruh skor tersebut dianalisis dengan hasil sebagai berikut:

a) Indikasi yang tergolong tinggi

80,9 +1.(2,6) = 83,5 83,5 ke atas adalah kategori tinggi b) Indikasi yang tergolong sedang

80,9 -1.(2,6) = 78,3 80,9 +1.(2,6) = 83,5 Antara 78,3 dan 83,5 adalah kategori sedang c) Indikasi yang tergolong rendah

80,9 -1.(2,6) = 78,3 78,3 kebawah adalah kategori rendah

Kualifikasi Hasil Belajar

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 Tinggi 6 20,8%

2 Sedang 19 65,5%

3 Rendah 4 13,7%

Jumlah 29 100%

Untuk menentukan nilai persentase diatas, digunakan rumus sebaagai berikut:

Keterangan : P = Presentasi F = Frekuensi

(20)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Dari tabel diatas, untuk kategori tinggi mendapatkan frekuensi sebesar 6 peserta didik dengan nilai persentase 20,8%, untuk kategori sedang mendapatkan frekuensi sebesar 19 peserta didik dengan persentase 65,5%, dan pada kategori rendah didapatkan frekuensi sebesar 4 peserta didik dengan persentase 13,7%. Berdasarkan data tersebut, maka hasil belajar peserta didik kelas viii di SMP Darul Ulum tergolong ke dalam kategori sedang dengan persentase 65,5%.

d. Analisis Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Maka dilakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi SPSS for

windows version 25.00 dapat dilihat sebagai berikut:

Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 29

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 2,47619064 Most Extreme Differences

Absolute ,133 Positive ,122 Negative -,133

Test Statistic ,133

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance. Pedoman pengambilan keputusan:

1) Jika nilai signifikansi < 0,05 distribusi adalah tidak normal. 2) Jika nilai signifikansi > 0,05 distribusi adalah normal

Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai signifikansi sebesar 0,200. Karena nilai signifikansi 0.2 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

(21)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Uji Linearitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak dalam penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan yang linear atau tidak antara variabel kecerdasan emosional (x) dan variabel hasil belajar (y).

Uji Linearitas Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Hasil.Belajar * Kecerdasan.Emosi Between Groups (Combined) 43,110 10 4,311 ,529 ,848 Linearity 18,023 1 18,023 2,213 ,154 Deviation from Linearity 25,088 9 2,788 ,342 ,948 Within Groups 146,595 18 8,144 Total 189,705 28

Dasar pengambilan keputusan:

1) Jika nilai sig deviation from linearity > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel kecerdasan emosional dengan hasil belajar.

2) Jika nilai sig deviation from linearity < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear antara variabel kecerdasan emosional dengan hasil belajar.

Berdasarkan diatas, diperoleh nilai signifikansi 0,948 > 0,05, yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan hasil belajar.

Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data regresi.

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 89,424 5,084 17,590 ,000 Kecerdasan.Emosi -,239 ,142 -,308 -1,684 ,104

a. Dependent Variable: Hasil.Belajar

Persamaan regresi pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar peserta didik adalah = 89,424 + (-0,239 ), yang berarti bahwa setiap penambahan satu nilai

(22)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

kecerdasan emosional akan mengurangi hasil belajar sebedar 0,239. Dari persamaan regresi ini didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh negatif kecerdasan emosional terhadap hasil belajar PAI peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang.

e. Hasil Pengujian Hipotesis

Pada bagian ini penulis melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis ajukan sebelumnya yaitu terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Uji Determinasi

Uji determinasi digunakan untuk mencari seberapa besar variasi variabel independen dapat menjelaskan secara keseluruhan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap naik turunnya variasi nilai variabel dependen.

Uji Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 ,308a ,095 ,061 2,52163 ,095 2,834 1 27 ,104 a. Predictors: (Constant), Kecerdasan.Emosi

b. Dependent Variable: Hasil.Belajar

Berdasarkan hasil dari tabel diatas, diketahui nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,095 atau sama dengan 9,5%. Angka tersebut mengandung arti bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 9,5%. Sedangkan sisanya dioengaruhi oleh variabel lain diluar model regresi ini. Besarnya pengaruh variabel lain sering disebut sebagai error (e).

Uji Parsial (T)

Uji parsial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu variabel terikat (dependent). Diketahui tabel sebagai berikut:

Uji Parsial (T) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 89,424 5,084 17,590 ,000 Kecerdasan.Emosi -,239 ,142 -,308 -1,684 ,104

(23)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji parsial diperoleh hasil Thitung variabel kecerdasan emosional sebesar -1,684 dengan signifikansi 0,104 sedangkan nilai Ttabel untuk n (jumlah responden) = 29 sebesar 2,051. Diperoleh Thitung (-1,648) < Ttabel (2,051) dan nilai signifikansi (0,104) > (0,05), yang artinya diterima dan ditolak, maka kecerdasan emosional peserta didik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kela viii di SMP Darul Ulum Pemalang.

2. Pembahasan

a. Hasil Penelitian Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Darul Ulum Pemalang

Hasil analisis deskriptif pada variabel kecerdasan emosional pesrta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang memiliki tingkatan pada kategori sedang. Dari 7 peserta didik (24,14%) tergolong dalam kategori tinggi, 20 peserta didik (64,96%) tergolong dalam kategori sedang dan terdapat 2 peserta didik (6,9%) yang tergolong dalam kategori rendah.

Dari 29 peserta didik terdapat 7 peserta didik (24,14%) tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan 7 orang peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu memusatkan perhatian dalam memahami materi pelajaran, memotivasi diri sendiri untuk terus maju, optimis dalam menghadapi kesulitan, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain cakap memahami orang lain dan memiliki hasil belajar yang baik. Sedangkan sebanyak 20 peserta didik (64,96%) tergolong dalam kategori sedang. Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yang sedang akan cukup mampu memusatkan perhatian dalam memahami materi pelajaran, memotivasi diri untuk terus maju, cukup optimis dalam menghadapi kesulitan, memiliki hubungan yang cukup baik dengan orang lain, cukup dapat memahami orang lain dan memiliki hasil belajar yang cukup baik.

Selebihnya, terdapat 2 peserta didik (6,9%) tergolong dalam kategori rendah. Peserta didik yang memiiki kecerdasan emosional rendah akan sulit memusatkan perhatian dalam memehami materi pelajran, memotivasi diri sendiri untuk terus maju, kurang optimis dalam menghadapi kesulitan, memiliki hubungan yang kuraang baik dengan orang lain, kurang dapat memahami oraang lain dan memiliki hasil belajar yang kurang baik.

(24)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

b. Hasil Belajar Kelas VII SMP Darul Ulum Pemalang

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada variabel hasil belajar peserta didik di kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang memiliki tingkat hasil belajar pada kategori sedang. Dari 6 peserta didik (20,8%) tergolong dalam kategori tinggi. 19 peserta didik (65,5%) tergolong dalam kategori sedang. Dan terdapat 4 peserta didik (13,7%) yang tergolong kategori rendah.

Sesuai dengan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar hasil belajar pada peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang memilik tingkat yang sedang dengan jumlah 19 peserta didik (65,5%) dari 29 peserta didik yang menjadi subjek penelitian. Dengan data tersebut mengindikasikan bahwa peserta didik keals VIII SMP Darul Ulum Pemalang sduah mampu memahami pelajaran dengan baik meskipun belum mampu mengaplikasikan pelajaran dengan baik.

c. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang

Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah, diketahui tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini berarti kecerdasan emosional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur tingkat hasil belajar. Namun, Menurut Daniel Goleman, kecerdasan intelektual menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain46, di antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengatur suasana hati (mood), berempati dan ketrampilan sosial. Pada kenyataannya di lapangan teori Goleman tidak berbanding lurus dengan hasil belajar.

Hal ini dibuktikan pada data yang diuji terkait hubungan antara dua variabel, yaitu dengan menggunakan perbantingan Thitung dan Ttabel. Pada variabel pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar peserta didik diperoleh Thitung sebesar (-1,648) dan setelah dikonsultasikan pada Ttabel dengan N = 29 taraf signifikansi (0,05) maka Thitung (-1,648) < Ttabel (2,051). Karena Thitung lebih kecil dari nilai Ttabel maka berarti Hipotesis nihil ( ) yang mengemukakan “Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang” dinyatakan diterima. Hal ini berarti menolak Hipotesis Pengaruh ( ) yang mengemukakan “Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang.”

46

(25)

Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211

Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Darul Ulum Pemalang.

E. Penutup

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP darul Ulum Pemalang. Oleh karenanya, para guru harus menggali terus apa yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar selain dari kecerdasan emosional. Agar tidak terjadi kesenjangan dengan mengutamakan kecerdasan intelektual saja. Pihak sekolah perlu meningkatkan hal-hal yang mempengaruhi tingkat prestasi belajar peserta didik agar prestasi belajar peserta didik dapat lebih baik lagi, seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Serta lebih ditingkatkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel Goleman, Daniel. (2007). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Darmadi. (2017). Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Ginanjar, Ary. (2018). Emotional Spiritual Quetient. Jakarta: Agra Publishing.

Karwono, Heni Mularsih. (2017). Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber

Belajar. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Ngalim Purwanto, Ngalim. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sary, Yessy Nur Endah. (2018). Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:

Deepublish.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. (2018). Motode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (2014). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Uno, Hamzah B. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widoyoko, Eko Putro. (2018). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf LN, Syamsu . (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pemantauan kontaminasi udara agar dapat diambil tindakan untuk keselamatan radiasi, bilamana tingkat radioaktivitas α atau β dapat membahayakan personil dan/atau

Koridor ekonomi pusat kota berfungsi sebagai bagian pusat kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa, dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota dan pusat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel ekspansi pembiayaan, kualitas pembiayaan, modal penyangga (capital buffer), rasio modal, size, jenis kontrak jual beli

Untuk mengetahui tingkat bahaya erosi yang terjadi pada berbagai kemiringan lereng di kebun kopi rakyat di Desa Jungke dan Desa Seni Antara Kecamatan Permata,

[penjelasani barang dan jasa] sesuai persyaratan-persyaratan dalam dokumen lelang tersebut dengan jumlah harga _________________ [dalam huruf], __________________[dalam angka]

Inpainting merupakan teknik memodifikasi citra tanpa terdeteksi. Tujuan aplikasi ini yaitu mulai dari restorasi lukisan dan fotografi yang rusak hingga menghilangkan atau

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

Ulead Video Studio ini sangat cocok digunakan untuk kalangan pemula yang ingin belajar editing video, selain itu program ini memiliki tampilan yang menarik dan menu-menu