• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TPS

Berbantuan Media Gambar Terhadap

Hasil Belajar IPS Kelas V

I Putu Agus Santika Yasa

1

, Drs. I Nyoman Murda

2

, Luh Putu Sri Lestari

3 1

Jurusan PGSD,

2

Jurusan PGSD,

3

Jurusan BK

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

agussantika469@yahoo.co.id, inyoman.murda@undiksha.ac.id,

srilestaribk@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar yang signifikan pada pembelajaran IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share dan kelompok siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran Think Pair Share kelas V di SDN Gugus I Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Jenis peneltian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SDN Gugus I Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 127 siswa. Sampel penelitian ini yaitu kelas V SDN 1 Pulukan yang berjumlah 25 siswa dan siswa kelas V SDN 3 Pulukan yang berjumlah 24 siswa. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan thitung = 4,51 > ttabel = 2,021 adanya perbedaan yang signifikansi. Jadi model pembelajaran Think Pair Share berpengaruh terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair Share dan kelompok siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Perbaikan dilakukan dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar yang mampu mengatasi kendala-kendala dalam proses pembelajaran dikelas.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model TPS.

Abstract

This study aims to determine the effect of Think Pair Share learning model assisted by a significant image media on IPS learning between groups of students who were taught by Think Pair Share learning model and group of students who did not use Think Pair Share class V learning model at SDN Gugus I District of Pekutatan Regency Jembrana. This type of research is a quasi-experimental study. The population of this research is all class V SDN Gugus I District Pekutatan Jembrana District Lesson Year 2016/2017 which amounted to 127 students. The sample of this research is class V SDN 1 Pulukan which amounted to 25 students and students of grade V SDN 3 Pulukan which amounted to 24 students. Learning result data was collected using multiple choice test. The data obtained were analyzed by using inferential statistical analysis technique t-test. The results of this

(2)

study indicate that there are differences in learning outcomes between students using the model of learning Think Pair Share with students who do not use Think Pair Share learning model with thitung = 4.51> ttable = 2,021 the difference of significance. So the learning model of Think Pair Share influences the learning outcomes in IPS subjects. Based on the results of hypothesis testing and discussion, it can be concluded that there are significant differences in IPS learning outcomes between groups of students using Think Pair Share type of learning models and groups of students who do not use Think Pair Share learning model. Improvements made in the learning process of IPS by using Think Pair Share learning model assisted image media to improve learning outcomes that can overcome the constraints in the process of learning in class.

Keywords:Learning outcomes, TPS model.

PENDAHULUAN

Pendidikan menjadi pilar utama pembentukan manusia yang siap terjun dimasyarakat nantinya. IPS diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mempelajari dan mengetahui bagaimana pentingya sejarah yang ada di Indonesia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Ayat 1 dinyatakan sebagai berikut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Samlawi (1998:1) IPS merupakan “mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaanya bagi siswa dan kehidupannya”. Ilmu sosial (kususnya ilmu sejarah, geogerafi, ilmu ekonomi/koperasi, ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial) sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran IPS dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai “pengetahuan” yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa. Agar dapat mengajarkan mata pelajaran IPS dengan baik maka sangat perlu bagi para guru untuk mengetahui, memahami dan menerapkan konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial.

Untuk dapat mewujudkan harapan pendidikan IPS, proses pembelajarannya harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial (Trianto, 2007). Maka dari itu, dalam proses pembelajran guru harus mampu mengemas pembelajaran IPS secara menyenangkan dan bermakna melalui model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal.

Pada kenyataanya, pembelajaran IPS tidak seperti yang diharapkan. Pembelajaran IPS menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa termasuk pada jenjang sekolah dasar. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2003) bahwa, guru biasa mengajar dengan menggunakan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Kondisi seperti ini mengakibatkan siswa kurang senang untuk belajar, menganggap IPS sebagai mata pelajaran yang sulit, dan identik dengan menghafal teori. Dengan kurangnya minat dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS akan mengakibatkan berkurangnya hasil belajar siswa, sehingga pada

(3)

akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajar IPS siswa kelas V pada SD di Gugus I Kecamatan Pekutatan menujukkan bahwa, 1) di saat guru mengajar, siswa tidak mendengarkan materi yang diberikan oleh guru, 2) di dalam proses pembelajarn guru tidak menggunankan media pembelajaran, 3) saat mengajar guru sangat sering membaca dan menyuruh siswa mencatat, 4) di dalam mengajar guru kurang aktif, guru hanya duduk saat siswa mengerjakan soal, 5) siswa sering melamun saat guru menjelaskan, dan juga ada siswa yang main-main di kelas.

Wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi yang bersangkutan menunjukkan bahwa rendahnya interaksi siswa di dalam kelas dikarenakan dalam pembelajaran siswa tidak mau mengungkapkan masalah yang dihadapinya dan siswa kurang mau bertanya maupun menjawab soal yang diberikan oleh guru, sehingga kesempatan untuk melakukan diskusi maupun berpendapat tidak dapat terlaksana. Sementara hasil pencatatan dokumen peserta didik pada mata pelajaran IPS belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terbukti dari masih rendahnya hasil belajar IPS pada tujuh sekolah dasar di Gugus I Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana.

Menurut Trianto (2009) strategi Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutif Arends (dalam Trianto,2009), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu

berfikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami.

Pembelajaran akan menjadi lebih menarik jika dalam mengimplementasikan menggunakan bantuan media ketika pelajaran IPS disampaikan. Selain itu guru harus mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, seorang guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia. Media yang akan digunakan adalah media gambar. Gerlach dan Evy (dalam Arsyad, 1996) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai lat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memperoses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Jadi media gambar dapat membantu siswa untuk lebih tertarik terhadap pelajaran IPS di kelas.

Kajian empiris model pembelajaran Think Pair Share menurut Santiana (2014) mengartikan bahwa dengan menggunakan model pmbelajaran Think Pair Share terdapat perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan ini bisa dilihat berdasarkan hasil belajar siswanya. Model pembelajaran Think Pair Share mempengaruhi siswanya agar mau bersifat aktif dalam proses pembelajaran dan aktif bertanya kepada teman dan gurunya agar memperoleh apa yang ingin diketahui oleh siswanya itu sendiri sehingga akan sangat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Kajian empiris tentang media gambar menurut Arsyad (1996) bahwa dengan meggunakan media gambar siswa akan lebih memahami suatu materi secara

(4)

kongkrit dan tidak bersifat abstrak. Melalui media gambar juga siswa lebih tertarik dalam proses belajar karena dapat langsung melihat materi yang akan disampaikan oleh guru, sehingga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa nantinya.

Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPS diduga memberi kontribusi terhadap hasil belajar IPS siswa. Hal ini dikarenakan pada tahap Think siswa mengamati gambar yang diperlihatkan oleh guru, kemudian siswa mengungkapkan isi dari gambar yang telah diperlihatkan oleh guru dan tahapan selajutnya siswa menulis isi dari gambar tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengkaji pengaruh model pembelajaran tipe Think Pair Share berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V melalui suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Gugus 1 Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Populasi menurut Agung (2011:45) adalah “keseluruhan subjek dalam penelitian”, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek dalam penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu.

Pemilihan sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen digunakan teknik Simple Random Sampling. Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas. Kelas yang dirandom merupakan kelas dalam jenjang yang sama. Kelas tersebut adalah kelas V dari masing masing sekolah di Gugus I Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana.Sebelum dilakukan penentuan

sampel penelitian, dilakukan uji kesetaraan pada semua sekolah yang ada di Gugus I Kecamatan Pekutatan. Data yang digunakan dalam uji kesetaraan adalah nilai ulangan tengah semester (UTS) ganjil mata pelajaran IPS kelas V sekolah dasar. Uji kesetaraan ini menggunakan analisis anava satu jalur. Hasil analisis dengan anava satu jalur pada taraf signifikansi 5%, diperoleh Fhitung

= 1,10291 dan Ftabel = 3,28. Jadi Ftab> Fhit,

sehingga disimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil ulangan akhir semester 1 siswa kelas V pada mata pelajaran IPS pada SD di Gugus I Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Ini membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Pekutatan setara.

Data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1990:34), Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

Menurut Agung (2011:60) “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang di tes (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi hasil penelitian memaparkan dua hal pokok, yaitu deskripsi data hasil post-test kelompok eksperimen dan deskripsi data hasil post-test kelompok kontrol. skor hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yang digambarkan dalam grafik polygon tampak

(5)

kurva sebaran data merupakan kurva juling negative karena nilai Mo > Md > M yang menunjukan bahwa sebagian besar skor cendrung tinggi.Kemudian, data hasil

belajar kelompok eksperimen disajikan ke dalam bentuk grafik polygon, seperti pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1

Grafik Polygon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

Hal ini berarti lebih banyak siswa mendapat skor tinggi dibandingkan dengan skor rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa model pemblajaran Think Pair Share berbantuan media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Sedangkan skor hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol yang

digambarkan dalam grafik polygon tampak tampak bahwa kurva sebaran data merupakan kurva juling positif karena nilai Mo < Md < M yang menunjukan bahwa sebagian besar skor cendrung sedang. Kemudian data skor kelompok kontrol disajikan kedalam bentuk bentuk grafik polygon, seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2

Grafik Polygon Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol

Hal ini berarti telah banyak siswa mendapat skor rendah dibandingkan dengan skor tinggi. Sehingga dapat

dikatakan bahwa yang tidak menggunakan model Think Pair Share tidak berpengaruh terhadap hasil belajar

M=14,52

Md=15,3

Mo=16,7

M=10,16

M=10,45

Mo=8,83

(6)

IPS siswa. berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat disajikan hasil uji normalitas sebaran data post-test siswa

pada mata pelajaran IPS kelompok kontrol pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Belajar

Sampel

M

Md

Mo

S

S

2

Skor

Maksimal

Skor

Minimal

R

Eksperimen 14,52

15,3

16,7

3,18

1,78

19

7

14,52

Kontrol

10,45

10,16

8,83

3,10

1,76

17

6

10,45

Uji prasyarat analisis data dilakukan sebelum melaksanakan uji hipotesis. Terdapat beberapa persyaratan analisis data yang harus dipenuhi, meliputi: 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas varians.

Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan bantuan SPSS-16.0 for windows uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikan 0,05. Uji ini dilakukan terhadap data post-test terhadap

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila nilai signifikansi lebih besar daripada signifikansi (ɑ) maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Normalitas sebaran data diuji dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menggunakan bantuan SPSS-16.0 for windows yang diperoleh hasil seperti yang disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas Sebaran Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan Taraf Signifikansi 5%

Statistic

Df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Eksperime

n

.162

24

.104

.960

24

.436

Kontrol

.119

24

.200*

.948

24

.245

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov

a

Shapiro-Wilk

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan data pada tabel diatas, menunjukkan bahwa statistik Kolmogorov-Smirnov memiliki angka signifiknsi lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan semua sebaran data hasil belajar sudah berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians antar kelompok bertujuan untuk memeriksa kesamaan varians antar kelompok

perlakuan. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit <

Ftab. Rekapitulasi hasil uji homogenitas

varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Data Fhitung Ftabel Kesimpulan

Post-Test Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol 1,05 2 Homogen

Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhit hasil belajar eksperimen dan

kontrol adalah 1,05, sedangkan Ftab pada

dbpembilang = 24, dbpenyebut = 23, dan taraf

(7)

varians data hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS siswa, dilakukan pengujian terhadap hipotesis nol (H0). Jika terbukti bahwa kedua sampel

berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan variasi yang homogen,

maka dipergunakan analisis uji-t (t-test) dengan taraf signifikansi 5% dengan rumus polled varians perhitungan sebagai berikut.

Kriteria pengujian adalah tolak H0

jika thit > ttab, dimana ttab diperoleh dari

tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = n1 + n2 – 2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditampilkan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4.7 Hasil Uji-T

Kelompok

N

Db

Mean

s

2

thit

ttab

Eksperimen

25

47

14,52

10,17

4,51

2,021

Kontrol

24

10,45

9,65

Berdasarkan tabel analisis di atas, dapat diketahui thit = 4,51 dan ttab = 2,021

untuk db = 47 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena thit

> ttab maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Tinjauan ini didasarkan pada hasil uji-t dan rata-rata skor hasil belajar siswa. Analisis data menggunakan uji-t, diketahui thit = 4,51 dan ttab pada taraf signifikansi

5% = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit > ttab, sehingga

hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Berdasarkan rata-rata skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah 14,52 dan rata-rata skor siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah 10,45. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak menggunakan pembelajaran Think Pair Share.

Menurut Shoimin (2014) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share sebagai berikut:

a). Think Pair Share mudah diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan.

b). Menyediakan waktu berfikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa. c). Siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.

d). Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.

e). Siswa dapat belajar dari siswa lain. f). Setiap siswa dalam kelompoknya

mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya.

Hal ini berbeda dengan siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada kelas kontrol. Yang mana proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Secara teoritis, pembelajaran yang tidak

(8)

menggunakan model pembelajaran adalah pembelajaran tradisional atau pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini, terlihat bahwa pembelajaran kurang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Gerlach dan Evy (dalam Arsyad, 1996) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memperoses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Arsyad (1996) media visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk menyakinkan terjadinya proses informasi. Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan instruktur isi materi; (c) peta yang menunjukan hubungan-hubungan ruang antara unsure-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecendrungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka.

Berdasarkan tinjauan empiris, perbandingan kedua model pembelajaran tersebut dapat dilihat dari perbedaan pelaksanaan pembelajaran antara kedua

model. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pembelajaran berpusat pada siswa (student center) yang mana siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sementara pada model pembelajaran yang tidak menggunakan kooperatif tipe Think Pair Share siswa hanya menunggu informasi dari guru tanpa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Mencermati perbedaan kedua model tersebut baik secara teoritis maupun empiris, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih unggul jika dibandingkan dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Penelitian ini memperoleh rata-rata hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share lebih tinggi yaitu 14,52 dari rata-rata hasil belajar IPS siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran Think Pair Share yaitu 10,45.

Dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Tentu saja dalam hal ini hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih banyak menekankan keterlibatan siswa dalam prose pembelajaran dengan melakukan kegiatan diskusi kelompok sedangkan guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.

Hambatan yang ditemukan ketika dilakukan penelitian pada kelas eksperimen tidak terlalu berarti. Hanya ada beberapa hambatan kecil seperti masih terdapat beberapa siswa yang suka bercanda dalam mengikuti proses pembelajaran tetapi hal tersebut sudah dapat ditanggulangi oleh guru dengan memberikan perhatian lebih kepada siswa. Sementara hambatan di kelas kontrol lebih banyak ditemukan. Hambatan-hambatan tersebut adalah banyak ditemukan siswa yang kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi seperti siswa bermain dengan teman di kelas. Selain itu terdapat pula

(9)

beberapa siswa yang bercanda pada saat proses pembelajaran berlangsung.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair Share dan kelompok siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Hasil analisis menunjukkan bahwa thit = 4,51

dengan ttab = 2,021 hal ini berarti nilai thit >

ttab. Kualifikasi hasil belajar IPS siswa

yang menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair Share berada pada kategori sangat tinggi sedangkan hasil belajar IPS siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair Share berada pada kategori rendah.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Think Pair Share berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS kelas IV di Gugus I Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.

SARAN

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mengunakan model TPS selalu terlibat secara aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar serta mendapatkan pengetahuan baru bagi siswa.

2. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan model TPS sangat memudahkan pembelajaran di kelas dan lebih gampang dalam di jelaskan kepada siswa.

3. Kepada sekolah, khususnya sekolah dengan model pembelajaran kooperaif tipe Think Pair Share menjadi model pembelajaran yang inovatif kreatif yang diterapkan dalam pembelajaran.

4. Peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran kooperaif tipe Think Pair Share dalam mata pelajaran IPS maupun pelajaran lainnya yang sesuai agar nantinya bisa memudahkan tanpa mengalami kendala-kendala dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar). Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

Arsyad, Azhar . 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nurkacana, Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Samlawi, Fakih.1998. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Santiana. 2014. “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Desa Alasangker Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan.

Shoimin. Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Trianto, 2007 Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Perpustakaan Katalog Dalam Terbitan (KDT).

(10)

Trianto, 2009 Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif.

Jakarta: Kencana Pranada Media Grup.

Gambar

Grafik Polygon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Selasa tanggal Lima Belas bulan Mei tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 09.00 Wita, dengan mengambil tempat di LPSE Kabupaten Tanah Laut Pelaihari, berdasarkan

Website Band Bondan Prakoso &amp; Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

ada lima puluh ruangan, sepuluh ruangan dalam kondisi baik. dan empat puluh ruangan lain dalam

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.

Adapun faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu : (1) kurang kesinergian dan peran aktif semua guru di lingkungan sekolah untuk peduli dalam membentuk karakter peserta didik;

Badan usaha pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi badan usaha dan mendapatkan pengakuan

A study was undertaken to determine the effect of the inclusion of chickweed ( Stellaria media ) leaf meal (CLM) on growth per- formance, feed utilization, nutrition retention,

KAJIAN KURIKULUM PAK REMAJA TERHADAP MATERI AJAR SEKOLAH MINGGU KELAS BESAR DI GMITi.