• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE IMPLEMENTATION OF HISTORY LEARNING BY THE TEACHERS NON TEACHING IN HISTORY TO IMPROVE STUDENTS UNDERSTANDING OF HISTORY IN SMAN 12 KERINCI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE IMPLEMENTATION OF HISTORY LEARNING BY THE TEACHERS NON TEACHING IN HISTORY TO IMPROVE STUDENTS UNDERSTANDING OF HISTORY IN SMAN 12 KERINCI."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

THE IMPLEMENTATION OF HISTORY LEARNING BY THE

TEACHERS NON TEACHING IN HISTORY TO IMPROVE STUDENTS

UNDERSTANDING OF HISTORY IN SMAN 12 KERINCI

Jurnal

ORIE YENIKA

NIM.12020005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

The Implementation of History Learning By The Teachers Non Teaching in

History to Improve Students Understanding of History in SMAN 12 Kerinci

Orie Yenika1 Zulfa2 Juliandry3

[email protected], [email protected],

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

The background of this research by the problem of there is no the teachers of history who have expertise in their field. It has impact in implementation process in history learning in classroom. The purpose of this research is to know the process of implementation in learning history by non history teacher to improve students understanding history in SMAN 12 Kerinci. The design of this research is qualitative research. This result of this research show that the implementation in learning history by non history teacher in SMAN 12 Kerinci still not maximal, in pre-teaching, appersepsi, and in whilst teaching, there are the conclude of material in learning given assignment and evolution an teaching material in the next meeting that teacher do. The conclusion in this research is to improve students understand in learning history by non history teacher in SMAN 12 Kerinci not effective, it is caused the students prone to memories than understanding. The students just learned by heart without they know what the happening. In generally, the students can memories, the name of years, names, and just places and they don’t know the phenomenon happened.

(4)

Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Oleh Guru Non Bidang Studi Dalam

Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Sejarah di SMAN 12 Kerinci

Orie Yenika1 Zulfa2 Juliandry3

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah tidak adanya guru bidang studi sejarah yang memiliki keahlian dibidangnya. Hal ini berdampak pada proses pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah di SMA Negeri 12 Kerinci. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi di SMA Negeri 12 Kerinci masih belum maksimal. Pada kegiatan membuka pelajaran, appersepsi, kemudian pada kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, serta kegiatan penutup yang meliputi kegiatan menyimpulkan materi pelajaran, pemberian tugas dan penilaian, seterusnya penyampaian materi pada pertemuan berikutnya masih banyak kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah di SMA Negeri 12 Kerinci masih belum efektif, hal ini dikarenakan siswa lebih cenderung disuruh menghafal dari pada memahami. Siswa hanya menghafal saja tanpa harus tahu dengan proses terjadinya suatu peristiwa. Hal ini dibuktikan bahwa siswa pada umumnya hafal dengan tahun-tahun, nama-nama, dan tempat-tempat saja dan tidak tahu jalan peristiwa.

(5)

PENDAHULUAN

Standar proses pendidikan setiap guru dan pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran baik apabila dapat mencapai standar proses. Dengan demikian, pencapaian standar proses

untuk meningkatkan pendidikan dapat

dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran.

Ada banyak komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen

secara serempak. Guru merupakan

komponen penting dalam dalam kegiatan belajar mengajar.

Kepada guru diserahkan bahan mentah

berupa siswa yang menginginkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baik yang akan digunakan oleh mereka untuk menghadapi masa depan dalam

kehidupannya. Pendidikan mempunyai

peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu bidang pendidikan harus dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kemajuan zaman.

Kurangnya tenaga pendidik juga menjadi

persoalan utama dalam perkembangan

pendidikan yang ada di Indonesia,

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 12 Kerinci dapat di simpulkan yaitu:

Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah Pelaksanaan

Pembelajaran Sejarah Oleh Guru Non

Bidang Studi Dalam Meningkatkan

Pemahaman Siswa Tentang Sejarah di SMA Negeri 12 Kerinci”.

Tujuan dari pelaksanaan penelitian

adalah untuk mengetahui mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang Sejarah di SMA Negeri 12 Kerinci.

Menurut Hamka (2012: 19-20) Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat.

Digugu artinya diindahkan atau dipercayai.

Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau

diikuti. Ditilik dari bahasa aslinya, sanskerta, kata “guru” adalah gabugan dari kata gu dan

ru. Gu artinya kegelapan, kejumudan atau

kekelaman. Sedangkan ru artinya

melepaskan, menyingkirkan atau

membebaskan. Jadi guru adalah manusia yang “berjuang” terus menerus dan secara gradual untuk melepaskan manusia dari kegelapan. Jadi guru adalah profesi dimana seseorang menanamkan nilai-nilai kebajikan kedalam jiwa manusia.

Oemar Hamalik (2010: 27) “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah rohaniah sedangkan unsur motoris adalah jasmaniah.

Proses ini melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. Bambang Warsita (2008: 62) “Belajar adalah suatu proses yang kompeks terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai keliang lahat nanti”.

METODOLOGI

Berdasarkan masalah yang diteliti jenis

penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 1-2) penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif.

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Sesuai dengan judul penelitian, maka lokasi penelitian ini di SMA Negeri 12 Kerinci pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.

Adapun yang menjadi Informan dalam Penelitian ini adalah:

1. Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum SMA Negeri 12 Kerinci

2. Informan guru Sejarah Kelas X SMA

Negeri 12 Kerinci

3. Informan Guru Sejarah XI Negeri 12

Kerinci

4. Informan Siswa-siswi kelas X dan XI

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum

1. Sejarah SMA Negeri 12 Kerinci SMA Negeri 12 Kerinci berdiri pada tahun 2006, yang menjadi kepala sekolahnya

pada waktu itu adalah Bapak

Drs.Muhammad Madar kemudian setelah 5 tahun kepemimpinannya, pada tahun 2012

kepemimpinan bapak Drs.Muhammad

Madar digantikan oleh Bapak Zubir, S.Pd hingga pada tahun 2014. Seterusnya pada tahun 2015 SMA Negeri 12 Kerinci dipimpin oleh Bapak Drs.Khaidir.

B. Temuan Khusus

2. Informasi Tentang Guru Non Bidang Studi

Standar profesional guru sangat penting untuk mewujudkan guru yang berkualitas, tanpa adanya guru yang berkualitas tentu berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan penelitian penulis di SMA Negeri 12 Kerinci pada tanggal 19 April 2016, penulis melihat bahwa benar tidak adanya guru bidang studi yang benar-benar memiliki dasar ilmu yang kuat dalam proses pembelajaran sejarah.

Setelah dilakukan konfirmasi dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum melalui wawancara, tidak adanya guru bidang studi sejarah karena minimnya lulusan sejarah di kabupaten Kerinci. Seperti yang dijelaskan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang mengatakan:

Dak do guru sejarah ngan ngaja sini, kerno guru sejarah payah nala kinci. Kami jak pihak sekolah lah beberapo kali melapor masalah ini kik dinas pendidikan, dinas pendidikan bae ngato guru sejarah nyan ngan payah nala kinci. (wawancara 20 April 2016)

Artinya:

Tidak adanya guru sejarah yang mengajar di disini, karena lulusan sejarah susah dicari di Kerinci. Kami dari pihak sekolah telah beberapa kali melaporkan masalah ini ke dinas pendidikan, memang dari dinas pendidikanpun mengatakan guru sejarah memang susah dicari.

Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak adanya guru bidang studi sejarah di SMA Negeri 12

Kerinci yang memenuhi standar profesional seorang guru yang dikemukakan oleh Arifin

dalam Iskandar Agung (2013: 71)

mengemukakan bahwa guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan memiliki dasar ilmu yang kuat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, penguasaan kiat-kiat praktis profesi berdasarkan riset penelitian dan

praktis pendidikan, kemudian

pengembangan kemampuan profesional

harus berkesenambungan. C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang

penulis lakukan di SMA Negeri 12 Kerinci, penulis melihat bahwa tidak adanya guru mata pelajaran sejarah yang memenuhi standar profesional seorang guru yang di kemukakan oleh Arifin dalam Iskandar Agung (2013: 71) yang menyatakan bahwa

guru Indonesia yang profesional

dipersyaratkan memiliki dasar ilmu yang kuat sesuai dengan kompetensi, penguasaan kiat-kiat praktis profesi berdasarkan riset penelitian dan praktis pendidikan serta

kemampuan profesional harus

berkesinambungan. Guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 12 Kerinci pada

umumnya memiliki latarbelakang

pendidikan yang berbeda.

Proses pelaksanaan pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi di SMA Negeri 12 Kerinci, ada dua metode yang digunakan, yaitu metode diskusi dan metode hafalan. Tetapi guru mata pelajaran sejarah lebih cenderung menggunakan metode dengan

cara menghafal. Terciptanya proses

pelaksanaan pembelajaran yang efektif guru harus mampu menerapkan tiga langkah kegiatan tersebut. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di SMA Negeri 12

Kerinci terhadap proses pelaksanaan

pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah memperlihatkan hasil bahwa sebagian besar proses pembelajaran tersebut masih belum sesuai dengan tuntutan permendiknas Nomor 41 tahun 2007.

Kegiatan pendahuluan masih banyak kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru, mulai dari tidak adanya guru memotivasi siswa, dan tidak adanya

appersiasi ketika guru memulai

pembelajaran. Didalam kegiatan inti, guru-guru lebih cenderung menggunakan metode

(7)

hafalan dalam proses pembelajaran sejarah akan tetapi penerapan metode tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan karena dalam pelaksanaan metode tersebut membuat suasana lokal menjadi tidak kondusif, pada umumnya siswa cenderung merasa bosan karena terlalu banyak menghafal.

Sehingga kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi tidak terlaksana secara

maksimal. Selanjutnya dalam kegiatan

penutup minimal ada dua kegiatan yang

harus dilaksanakan, yaitu menarik

kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari dan penyampaian materi pembelajaran untuk minggu selanjutnya. Dalam menyimpulkan materi pembelajaran, guru ataupun peserta didik belum tampak menyimpulkan materi pembelajaran.

Penilaian yang seharusnya dilaksanakan pada waktu kegiatan penutup, karena menggunakan metode hafalan guru tidak melaksanakan penilaian di kegiatan penutup melainkan melakukan peniaian pada kegiatan inti, dengan menggunakan metode hafalan siswa cenderung merasa bosan dalam belajar. Sedangkan penyampaian materi untuk pertemuan minggu yang

selanjutnya masih belum tampak

dilaksanakan oleh guru non bidang studi pada pembelajaran sejarah.

Pemahaman siswa tentang sejarah bisa dikatakan belum maksimal, karena peserta

didik kebanyakan tidak tahu proses

terjadinya suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Siswa lebih dituntut untuk menghafal materi dari pada memahami,

sehingga siswa hanya hafal dengen

peristiwa-peristiwa, nama-nama tokoh, dan

tahun-tahun tanpa memahami proses

terjadinya. Hal ini jelas guru sejarah yang berlatar belakang pendidikan yang berbeda

akan kesulitan untuk memahami

pembelajaran sejarah. A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 12 Kerinci dapat diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah oleh guru non bidang studi di SMA Negeri 12 Kerinci belum berjalan efektif. Hal ini terlihat bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah masih belum terlaksana dengan semestinya, baik itu pada kegiatan membuka pelajaran,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup belum berjalan efektif.

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang ingin penulis sarankan antara lain:

1. Di harapkan kepada dinas pendidikan, dan kepala sekolah hendaknya selalu mengadakan pelatihan atau penataran untuk guru.

2. Di harapkan guru mata pelajaran

sejarah yang latar belakang

pendidikannya berbeda mengikuti

MGMP sebagai forum diskusi untuk

memecahkan masalah terutama

masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami

penelitian kualitatif. PT Rineka cipta: Jakarta

Bambang warsita. 2008. Teknologi

pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hamka Abdul Aziz. 2012. Karakter Guru

Profesional. Jakarta. Al-Mawardi Prima

Iskandar Agung. 2014. Mengembangkan

Profesionalitas Guru. Jakarta: Bee Media Pustaka

Oemar Hamalik. 2010. Proses Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Metode merupakan cara yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik (siswa), sehingga dalam hal ini metode pembelajaran

Grafik besar gaya yang diberikan satu benda pada yang lainnya pada saat tumbukan, sebagai fungsi waktu kira-kira sama dengan yang ditunjukkan oleh kurva pada Gambar 1.4...

murni (senyawa pembanding) ditambah ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (placebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan

Linear Regression and Simple Parametric

budaya baca siswa kelas 5 SDPN Sabang Kota Bandung secara signifikan.. dengan tingkat hubungan

Tabel perbandingan MAPE, MSE

Kemampuan Siswa Menciptakan Motif Gerak Dalam Proses Pembelajaran Seni Tari Dengan Penerapan Model Classroom Meeting .... Kemampuan Siswa Menciptakan Motif Gerak

[r]