• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal.

2. Variabel terikat : social loafing

B. Definisi Operasional Penelitian

1. Social loafing

Social loafing adalah kecenderungan individu untuk mengurangi usahanya saat bekerja di dalam kelompok dibandingkan saat bekerja sendirian. Social loafing diukur dengan menggunakan Social Loafing Tendency Questionnaire (SLTQ). Semakin tinggi skor yang diperoleh individu dalam skala ini berarti semakin tinggi pula kecenderungan social loafing yang dimiliki individu, sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, berarti semakin rendah kecenderungan social loafing yang dimiliki individu.

2. Locus of control

Locus of control adalah keyakinan individu tentang penyebab kejadian yang terjadi di dalam hidupnya. Locus of control terbagi atas dua jenis, yaituinternal dan eksternal. Locus of control internal adalah keyakinan

(2)

27

individu bahwa peristiwa apapun yang terjadi pada dirinya merupakan hasil dari tindakan dirinya sendiri. Sementara locus of control eksternal adalah keyakinan individu bahwa peristiwa apapun yang terjadi pada dirinya berasal dari pengaruh di luar kendali dirinya. Locus of control diukur dengan menggunakan skala internal-external locus of control yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Rotter (1966). Seseorang dianggap memiliki locus of control internal atau eksternal dengan melihat skor yang diperoleh individu pada skala locus of control. Jika individu memperoleh skor yang tinggi, maka individu dianggap memiliki kecenderungan locus of control eksternal, sebaliknya, jika skor yang diperoleh individu rendah, maka individu dianggap memiliki kecenderungan locus of control internal.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Mahasiswa S1

b. Berstatus sebagai mahasiswa angkatan 2014-2015 di Universitas Sumatera Utara

2. Metode Pengambilan Sampel

Berdasarkan kriteria tersebut metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non-probability sampling yakni metode pengambilan sampel

(3)

yang digunakan apabila tidak semua orang di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian adalah incidental sampling. Metode ini digunakan karena akses yang lebih mudah dan lebih praktis. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 304 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi karena data yang ingin diukur berupa konsep psikologis yang dapat diungkapkan secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000). Metode skala juga dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat merefleksikan diri yang biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan, responden tidak menyadari arah jawaban ataupun kesimpulan yang diungkapkan pernyataan atau pertanyaan (Azwar, 2010).

1. Skala social loafing

Alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Social Loafing Tendency Questionnaire yang dikemukakan oleh Ying (2014). Skala ini diadaptasi dan ditranslasi ke bahasa Indonesia dengan meminta bantuan dari beberapa orang dibidang linguistik untuk menterjemahkan kembali (back translations) ke dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan kembali ke bahasa Indonesia. Alat ukur ini terdiri dari 7 pernyataan dan menggunakan empat

(4)

29

pilihan respon, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Blue print dari skala Social loafing dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Blue Print Skala social loafing

Favorable Unfavorable Total

Social Loafing

Tendency Questionnaire 1,4,5,7 2,3,6 7

2. Skala locus of control

Skala locus of control yang digunakan adalah skala yang disusun peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rotter (1966). Skala ini terdiri dari 23 pernyataan dan dengan tambahan 6 pernyataan filler yang bertujuan untuk mengaburkan tujuan skala yang sebenarnya sehingga total ada 29 pernyataan dalam skala ini. Skala ini menggunakan dua respon yaitu “ya” dan “tidak” dimana para subjek diminta untuk memilih satu diantara dua pilihan yang tersedia. Nilai skor yang tinggi menandakan bahwa seseorang memiliki locus of control internal, sebaliknya nilai skor yang rendah menandakan bahwa seseorang memiliki locus of control eksternal. Blue print dari skala locus of control dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Blue Print Skala Locus of control

Locus of Control Item

Internal

2.b, 3.a, 4.a, 5.a, 6.b, 7.b, 9.b, 10.a, 11.a, 12.a, 13.a, 15.a, 16.b, 17.b, 18.b, 20.b, 21.b, 22.a, 23.b, 25.b, 26.a, 28.a, 29.b

Eksternal

2.a, 3.b, 4.b, 5.b, 6.a, 7.a, 9.a, 10.b, 11.b, 12.b, 13.b, 15.b, 16.a, 17.a, 18.a, 20.a, 21.a, 22.b, 23.a, 25.a, 26.b, 28.b, 29.a

(5)

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas menurut Azwar (2010) diperlukan untuk mengetahui apakah sebuah alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi mengukur sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Selain itu, validitas lainnya adalah validitas tampilan (face validity). Validitas ini menunjukkan apakah tes tersebut terlihat valid bagi peserta tes yang mengikutinya, bagi administator yang memutuskan untuk menggunakannya, dan bagi orang lain (Anastasi & Urbina, 1997).

2. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur merupakan konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Teknik

yang digunakan untuk pengukuran

reliabilitasalatukurpenelitianiniadalahteknik

koefisienAlphaCronbach.Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan bantuan programSPSS versi16.0 forwindows. Penelitian ini memakai alat ukur yang sudah baku, yaitu Social Loafing Tendency Questionnaire dengan koefisien alfa0,58sampai 0,74 (Ying, 2014), dan skala

(6)

31

locus of control memiliki nilai koefisien alfa 0,49 sampai 0,83 (Rotter, 1966). Pada penelitian ini didapatkan reliabilitas pada Social Loafing Tendency Questionnaire sebesar 0,808 dan skala locus of control sebesar 0,622.

F. Prosedur Penelitian

Adapun persiapan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan penelitian yang terdiri dari langkah-langkah berikut. Peneliti menggunakan skala adaptasi yaitu Social Loafing Tendency Questionnaire (2014), dan skala Internal-External Locus of Control Scale (1966). Peneliti lalu melakukan translasi skala sehingga skala bisa dipahami oleh subjek.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan tahap persiapan penelitian peneliti melanjutkan ke tahap pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan memberikan skala kepada sampel penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 304 orang. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa fakultas di Universitas Sumatera Utara.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah data diperoleh maka peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 16 for windows.

(7)

G. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16. Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini dengan melihat koefisien dengan menggunakan teknik One-SampleKolmogorov Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai koefisien p > 0.005. 2. Uji Linearitas

Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel yaitu variabel bebas (locus of control) dan variabel terikat (social loafing) mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan melalui Test for Linearity pada program SPSS.

(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diberikan gambaran umum tentang subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa terhadap data penelitian yang diperoleh. Analisa data pada bab ini berkaitan dengan masalah yang akan dijawab maupun variabel yang akan diteliti peneliti, serta berkaitan dengan analisa tambahan.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berjumlah 304 mahasiswa yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi di Medan. Berikut ini merupakan deskripsi dari subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin.

1.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki-laki 120 orang 39,47%

Perempuan 184 orang 60,53%

(9)

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian adalah perempuan. Subjek perempuan berjumlah 184 orang (60,53%) sedangkan subjek laki-laki berjumlah 120 orang (39,47%).

1.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase

18 tahun 39 orang 12,83% 19 tahun 192 orang 63,16% 20 tahun 67 orang 22,04% 21 tahun 5 orang 1,64% 22 tahun 1 orang 0,33% Total 304 orang 100%

Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian adalah subjek yang berusia 19 tahun yang berjumlah 192 orang (63,16%), dan subjek yang paling sedikit berusia 22 tahun sebanyak 1 orang (0,33%).

1.3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas/Jurusan

Berdasarkan fakultas atau jurusan subjek, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

(10)

35

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas/Jurusan

Fakultas/Jurusan Jumlah (N) Persentase

Hukum 95 orang 31,25%

Fisip/Ilmu Komunikasi 70 orang 23,03% Pertanian/Agribisnis 62 orang 20,39%

Kedokteran 45 orang 14,80%

Ekonomi/Manajemen 17 orang 5,59%

Fasilkom/TI 15 orang 4,93%

Total 304 orang 100%

Dari tabel 5, dapat diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian berasal dari fakultas hukum yaitu sebanyak 95 orang (31,25%), dan subjek paling sedikit berasal dari fakultas ilmu komputer yaitu sebanyak 15 orang (4,93%).

1.4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Preferensi Jumlah Anggota Kelompok

Berdasarkan preferensi jumlah anggota kelompok, penyebaran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Preferensi Jumlah Anggota Kelompok

Jumlah Anggota Jumlah (N) Persentase

2-5 orang 206 orang 67,76%

6-10 orang 98 orag 32,24%

Total 304 orang 100%

Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian adalah memilih untuk berada dalam kelompok yang berjumlah 2-5 orang (67,76%)

(11)

dan 98 orang (32,24%) subjek yang memilih untuk berada di dalam kelompok yang berjumlah 6-10 orang.

2. Hasil Penelitian

2.1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum data yang terkumpul dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

2.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0.05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 7. Normalitas Sebaran Variabel Locus of Control dan Variabel Social-Loafing

Variabel Sig.

Locus of Control 0,191

Social Loafing 0,064

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa data penelitian alat ukur locus of control terdistribusi normal (p>0,05), dan untuk alat ukur social loafing juga terdistribusi normal (p>0,05).

(12)

37

2.1.2. Uji Linieritas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel locus of control dan social loafing memiliki hubungan linear atau tidak. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear jika nilai p<0,05. Hasil uji linearitas adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Pengujian Linearitas

Variabel F P Keterangan

Locus of control

dengan Social loafing 55,442 0,000 Linear

Berdasarkan tabel 8, diperoleh linearitas 0,000 (p<0,05) untuk variabel locus of control dan social loafing. Hal ini dapat menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara variabel locus of control terhadap social loafing.

2.2. Hasil Utama Penelitian

2.2.1. Uji Korelasi

Untuk menjawab hipotesa yang diajukan oleh peneliti, digunakan uji analisis korelasi Person product moment. Adapun hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hₒ (hipotesa nihil) : tidak ada hubungan antara locus of control dengan social loafing pada mahasiswa.

2. Hₐ (Hipotesa alternatif) : ada hubungan antara locus of control dengan social loafing pada mahasiswa.

(13)

Tabel 9. Korelasi Antara Locus Of Control dengan Social Loafing Locus of Control Social Loafing Locus of control Pearson Correlation 1 ,393” Sig. (2-tailed) ,000 N 304 304 Social loafing Pearson Correlation ,393” 1 Sig. (2-tailed) ,000 N 304 304

Tabel di atas menunjukkan bahwa ada hubungan antara locus of control dengan social loafing pada mahasiswa dengan nilai p=0,000 (lebih kecil dari 0,05), maka hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan antara locus of

control dengan social loafing ditolak. Hubungan antara locus of control dan social loafing adalah positif, yaitu semakin rendah skor (artinya semakin internal) locus of control yang diperoleh individu, maka semakin rendah juga kecenderungan individu melakukan social loafing, begitu juga dengan sebaliknya.

2.3. Hasil Tambahan Penelitian

2.3.1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik

a. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Locus of Control dan Social Loafing

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai locus of control dan social loafing dari subjek penelitian. Berikut adalah perbandingan nilai empirik dan nilai hipotetik pada locus of control dan social loafing:

(14)

39

Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian Locus of Control dan Social Loafing

Variabel Data Hipotetik Data Empirik

Mean Min Maks SD Mean Min Maks SD

LoC 11,5 0 23 3,83 9,84 1 19 3,481

SL 17,5 7 28 3,5 12,62 7 23 3,311

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa mean empirik locus of control adalah sebesar 9,84 dengan standar deviasi sebesar 3,481 dan mean hipotetik sebesar 11,5 dengan standar deviasi 3,83. Nilai mean hipotetik lebih besar daripada mean empirik dengan selisih 1,66. Hasil ini menunjukkan bahwa locus of control yang dimiliki subjek penelitian relatif internal.

Berdasarkan tabel 10 diperoleh mean empirik social loafing adalah sebesar 12,62 dengan standar deviasi sebesar 3,311 dan mean hipotetik sebesar 17,5 dengan standar deviasi sebesar 3,5. Nilai mean hipotetik lebih besar daripada mean empirik dengan selisih 4,88. Hasil ini menunjukkan bahwa social loafing yang dimiliki subjek penelitian relatif rendah.

2.4. Kategorisasi Data

2.4.1. Kategorisasi Locus of Control

Norma kategorisasi yang digunakan pada locus of control adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Norma Kategorisasi Locus of Control

Rentang Nilai Kategorisasi

(µ+0.5 SD) < X Internal (µ-0.5SD) ≤ X ≤ (µ+0.5 SD) Netral

(15)

Adapun kategorisasi locus of control pada subjek penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Kategorisasi Skor Locus of Control

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Locus of Control 13,41 ≤ X Eksternal 51 16,78% 9,58 ≤ X < 13,41 Netral 111 36,51% X < 9,58 Internal 142 46,71% Total 304 100%

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa terdapat subjek penelitian dengan locus of control eksternal sebanyak 51 orang (16,78%), subjek yang memiliki locus of control internal dan eksternal (netral) sebanyak 111 orang (36,51%), dan 141 (46,71%) subjek memiliki locus of control internal.

2.4.2. Kategorisasi Social Loafing

Norma kategorisasi yang digunakan pada social loafing adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Norma Kategorisasi Social Loafing

Rentang Nilai Kategorisasi

(µ+0.5 SD) < X Tinggi (µ-0.5SD) ≤ X ≤ (µ+0.5 SD) Sedang

X < (µ-0.5 SD) Rendah

Adapun kategorisasi social loafing pada subjek penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 14. KategorisasiSocial Loafing

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Social loafing 19,25 ≤ X Tinggi 7 2,30% 19,25 ≤ X < 15,75 Sedang 54 17,76% X < 15,75 Rendah 243 79,93%

(16)

41

Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa subjek dengan tingkat social loafing yang tinggi ada sebanyak 7 orang (2,30%), subjek dengan social loafing sedang sebanyak 54 orang (17,76%), dan 243 (79,93%) subjek berada di kategori dengan tingkat social loafing yang rendah.

2.5. Gambaran Locus of Control dan Social loafing Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini diperoleh gambaran locus of control dan social loafing berdasarkan jenis kelamin dilihat dari mean skor subjek.

Tabel 15. Gambaran SkorBerdasarkan Jenis Kelamin Subjek

Jenis Kelamin N Variabel Mean

Laki-laki 120 Locus of Control 9,76

Social Loafing 12,65

Perempuan 184 Locus of Control 9,88

Social Loafing 12,59

Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai mean skor yang didapatkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan nyaris sama. Hal ini menunjukkan tidak begitu ada perbedaan pada locus of control dan social loafing pada laki-laki dan perempuan.

2.6. Gambaran Locus of Control dan Social Loafing Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini diperoleh gambaran locus of control dan social loafing berdasarkan usia dilihat dari mean skor subjek.

(17)

Tabel 16. Gambaran SkorBerdasarkan Usia Subjek Penelitian

Usia N Variabel Mean

18-19 231 Locus of Control 10,06

Social Loafing 12,54

20-22 73 Locus of Control 9,10

Social Loafing 12,82

Dari tabel 16, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan dapat dilihat bahwa nilai mean skor locus of control lebih tinggi dimiliki subjek berusia 18-19 tahun, sedangkan mean skor social loafing lebih tinggi dimiliki oleh subjek berusia 20-22 tahun.

2.7. Gambaran Social Loafing Berdasarkan Fakultas

Pada penelitian ini diperoleh gambaran locus of control dan social loafing berdasarkan fakultas dilihat dari mean skor subjek.

Tabel 17. Gambaran SkorBerdasarkan Fakultas Subjek Penelitian

Fakultas N Variabel Mean

Hukum 95 Locus of Control 9,69

Social Loafing 12,58

Fisip/Ilmu

Komunikasi 70

Locus of Control 10,37

Social Loafing 12,38

Ekonomi/Manajemen 17 Locus of Control 7,35

Social Loafing 11,52

Pertanian/Agribisnis 62 Locus of Control 9,66

Social Loafing 12,91

Kedokteran 45 Locus of Control 9,82

Social Loafing 13,28

Fasilkom/TI 15 Locus of Control 11,8

(18)

43

Dari tabel 17, dapat dilihat bahwa mean skor locus of control yang tertinggi dimiliki subjek penelitian yang berasal dari Fakultas Ilmu Komputer dengan nilai mean 11,8 dan mean skor locus of control terendah dimiliki subjek yang berasal dari Fakultas Ekonomi dengan nilai mean 7,35 dan mean skor locus of control tertinggi berasal dari Fakultas Ilmu Komputer. Hanya mean skor dari Fakultas Ekonomi yang masuk ke dalam kategori locus of control internal.

Sedangkan mean skor social loafing dimiliki subjek yang berasal dari Fakultas Kedokteran dengan nilai mean 13,28 dan mean skor social loafing terendah dimiliki oleh subjek yang berasal dari Fakultas Ekonomi dengan nilai mean 11,8. Semua nilai mean subjek dari setiap fakultas termasuk ke dalam kategori social loafing yang rendah.

B. PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa locus of control memiliki hubungan dengan social loafing pada mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari besar nilai korelasinya (r) yaitu 0,393 dengan p=0,00. Nilai r yang positif menunjukkan bahwa arah hubungan locus of control dengan social loafing adalah positif, yang berarti semakin internal locus of control subjek maka semakin rendah kecenderungan subjek melakukan social loafing, begitu juga sebaliknya. Penelitian oleh Fini dan Yousefzadeh (2006) menyatakan bahwa

(19)

yang diberikan kepada mereka dan percaya prestasi mereka akan sangat bergantung pada usaha yang mereka berikan. Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hart dkk (2004) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan kebal terhadap kecenderungan melakukan social loafing karena mereka akan bekerja keras pada bentuk-bentuk tugas yang bisa meningkatkan prestasi mereka.

Menurut Bernardi (2001), Schultz & Schultz (2009), dan Stewart (2012) individu dengan locus of control internal memiliki ciri-ciri seperti memiliki kontrol diri yang baik, memiliki aspirasi dan inisiatif yang tinggi dalam mencapai tujuan, dan aktif mencari informasi. Berdasarkan karakteristik tersebut, mahasiswa dengan locus of control internal diprediksi memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan social loafing. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryaningrum dkk (2012) individu dengan locus of control internal akan enggan untuk melakukan perilaku yang tidak etis dan bertanggung jawab pada pekerjaan mereka. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, individu dengan locus of control internal akan memiliki kecenderungan untuk melakukan social loafing yang kecil. Mereka akan merasa bertanggung jawab pada tugas yang diberikan baik tugas individual maupun tugas kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian tambahan pada Tabel 12 terlihat bahwa mayoritas subjek penelitian berada di kategori internal dan diikuti dengan subjek penelitian yang berada di kategori netral. Menurut Schultz & Schultz (2009) penelitian menunjukkan bahwa usia berpengaruh pada locus of control

(20)

45

seseorang, dimana seseorang cenderung lebih internal seiring dengan bertambahnya usia, dan puncaknya pada usia dewasa madya. Mereka juga menyebutkan bahwa kebanyakan mahasiswa cenderung memiliki locus of control internal. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 19-22 tahun, jika berpedoman pada penjelasan di atas, wajar jika 46,71% subjek penelitian termasuk dalam kategori. Akan tetapi perlu diingat bahwa faktor usia bukan menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi locus of control, ada juga faktor lain seperti faktor ras, kondisi ekonomi, dan keluarga.

Dari tabel 14, diperoleh hasil bahwa 79,93% subjek penelitian memiliki kecenderungan untuk melakukan social loafing yang rendah, 17,76% subjek dengan kecenderungan yang sedang, dan 2,30% subjek dengan kecenderungan yang tinggi. Dapat dilihat berarti mahasiswa pada beberapa fakultas di Universitas Sumatera Utara memiliki kecenderungan untuk melakukan social loafing yang rendah. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh faktor jumlah kelompok yang biasanya dibentuk saat subjek melakukan tugas kelompok. Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas subjek (67,76%) lebih menyukai untuk bekerja di dalam kelompok yang beranggotakan 2-5 orang dibandingkan bekerja di dalam kelompok yang beranggotakan lebih dari 5 orang. Salah satu faktor yang mempengaruhi social loafing adalah besarnya ukuran kelompok. Latane, Williams, & Harkins (1979) menyatakan bahwa semakin besar anggota kelompok akan meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan social loafing. Individu akan merasa kontribusinya terbagi dengan anggota kelompok yang lain.

(21)

Hasil tambahan lainnya adalah tidak terdapat perbedaan gender yang mencolok baik dari variabel locus of control maupun variabel social loafing. Tidak ada gender yang mendominasi salah satu variabel, dilihat dari tabel 15, mean skor laki-laki dan perempuan nyaris sama dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada tabel 17, hasil mean skor subjek berdasarkan fakultas menyatakan bahwa mayoritas subjek berada pada kategori locus of control yang netral, hanya subjek dari Fakultas Ekonomi yang berada pada kategori locus of control internal. Sedangkan pada mean skor social loafing, semua fakultas berada pada kategori social loafing yang rendah, tetapi fakultas Kedokteran memperoleh skor mean yang paling tinggi yang berarti subjek dari Fakultas Kedokteran memiliki kecenderungan untuk melakukan social loafing yang lebih besar dibandingkan subjek penelitian dari fakultas-fakultas lain.

Salah satu metode pembelajaran dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah tugas kelompok. Dari hasil penelitian, mahasiswa menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan social loafing, hal ini berarti metode pembelajaran tugas kelompok dari KBK berhasil diterapkan karena dari hasil penelitian mahasiswa tidak menunjukkan hambatan dalam melakukan tugas secara berkelompok. Faktor budaya juga mungkin berperan dalam rendahnya kecenderungan mahasiswa melakukan social loafing. Alasan mahasiswa enggan melakukan loafing bisa disebabkan oleh budaya kolektivisme yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Penelitian oleh Early (1989) menyatakan bahwa social loafing lebih sering terjadi pada budaya individualis daripada kolektivis. Individu dengan budaya kolektivis

(22)

47

akan menempatkan tujuan dan pekerjaan kelompok sebagai hal yang utama. Selain itu, mereka juga percaya bahwa kontribusi individu sangat penting bagi keberhasilan kelompok (Earley, 1989). Faktor budaya kolektivisme inilah yang bisa menjadi penyebab mahasiswa USU cenderung enggan melakukan social loafing saat mengerjakan tugas kelompok.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab berikut ini akan berisi mengenai kesimpulan atas sejumlah hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Diawali dengan penjabaran kesimpulan dari penelitian ini dilanjutkan dengan penjabaran saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut.

1. Sesuai dengan hasil penelitian, locus of control terbukti memiliki hubungan positif dengan social loafing. Semakin internal locus of control yang dimiliki individu maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk mengurangi usahanya saat mengerjakan tugas kelompok, demikian sebaliknya.

2. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan subjek penelitian memiliki locus of control internal.

3. Mayoritas subjek penelitian memiliki kecenderungan social loafing yang rendah dan hanya 7 subjek penelitian yang memiliki kecenderungan social loafing yang tinggi.

(24)

49

4. Mayoritas subjek penelitian memilih untuk bekerja di dalam kelompok yang beranggotakan 2-5 orang dibandingkan bekerja di kelompok yang anggotanya lebih dari 5 orang.

5. Tidak ada perbedaan gender baik pada variabel locus of control maupun pada variabel social loafing pada subjek penelitian.

6. Metode pembelajaran tugas kelompok dari Kurikulum Berbasis Kompetensi berhasil diterapkan oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara, terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki kecenderungan social loafing yang rendah.

7. Budaya kolektivisme yang dianut di Indonesia bisa menjadi penyebab mahasiswa USU enggan melakukan social loafing.

B. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Saran Metodologis

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengungkap variabel lainnya yang berhubungan dengan locus of control dan social loafing.

b. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengontrol pengambilan data dengan lebih baik untuk meminimalisir kesalahan yang muncul baik dari partisipan maupun peneliti.

(25)

2. Saran Praktis

a. Untuk mengurangi social loafing pada tugas berbasis kelompok maka mahasiswa diharapkan melakukan evaluasi atau pertemuan rutin agar dapat meningkatkan kohesivitas kelompok dan bisa mengurangi hal-hal yang menjadi penyebab social loafing.

b. Pemberian tugas kelompok sebaiknya disertai dengan reward yang bisa memacu motivasi berprestasi mahasiswa sehingga mahasiswa bisa mengurangi alasan untuk melakukan social loafing.

c. Sebaiknya jenis tugas kelompok yang diberikan disesuaikan juga dengan ukuran kelompok untuk menghindari pembagian tugas yang tidak sama rata yang bisa menjadi penyebab social loafing.

Gambar

Tabel 2. Blue Print Skala Locus of control
Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas/Jurusan
Tabel 7. Normalitas Sebaran Variabel Locus of Control dan Variabel  Social-Loafing
Tabel 8. Hasil Pengujian Linearitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan berbudi

- Edukasi tentang diet sesuai usia dan kebutuhan anak serta menjelaskan kepada orang tua untuk tetap memperhatikan asupan diet anak, baik secara kualitas

Dalam teori Client Centered guru pembimbing berkedudukan sebagai pencipta kondisi-kondisi atau hubungan yang memungkinkan klien untuk beriteraksi dengan baik

dengan kehamilan 37 minggu datang dengan keluhan darah keluar dari kemaluan 3jam SMRS.Darah yang keluar encer dan berwarna merah terang.Pasien menggantikan pembalut

Apabila nilai yang didapatkan pada bab sebelumnya kurang dari 75, maka akan muncul soal dengan tingkat kesulitan rendah seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.17.

Secara internal, dalam diri anak juga terjadi perubahan- perubahan yang mendorongnya untuk lebih interesting (menarik) terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan

Berikan contoh program (pseudo code) yang tidak menganut prinsip lokalitas (temporal dan spatial) terhada data akses. Berikan karakteristik umum jenis

Dengan penambahan satu armada pesawat yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka diasumsikan maksimal jam terbang untuk pesawat CRJ1000 Nextgen menjadi 11 jam terbang untuk 5 pesawat,