• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Pembelajaran matematika pada dasarnya dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Pembelajaran matematika pada dasarnya dilakukan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pembelajaran matematika pada dasarnya dilakukan melalui tahapan-tahapan yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan, dan penerapan konsep (Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2011:1). Tahap penanaman konsep memerlukan media pembelajaran untuk membantu guru untuk menanamkan konsep kepada siswa, semakin kongkrit media yang digunakan maka akan semakin mudah siswa menguasai konsep.

Survei Programme for International Students Assesment (PISA) pada tahun 2012 yang dilakukan pada 65 negara, siswa Indonesia menempati peringkat pertama kriteria merasa paling bahagia berada disekolah dan mampu bersahabat (Kompas, 11 Desember 2013). Akan tetapi hasil survei tersebut berbanding terbalik dengan hasil survei PISA yang dilakukan pada tahun yang sama pada bidang kemampuan anak Indonesia. Berdasakan survei tersebut anak Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara yang mengikuti survei. Rata-rata skor metematika siswa Indonesia hanya mampu mencapai skor 375, padahal rata-rata skor Matematika hasil suvei adalah 494 (Kompas, 5 Desember 2013). Keadaan tesebut menunjukan bahwa pembelajaran matematika

(2)

dapat dikatakan belum berhasil dan Indonesia masih berada jauh dibawah negara-negara lain.

Dienes mengemukakan bahwa, tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Hal ini mengandung arti bahwa, jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk nyata akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika (Aisyah, 2008: 8). Pendapat tersebut sejalan dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa anak usia tujuh sampai dua belas tahun berada pada tahap perkembangan opersional konkret (Rahyubi, 2014:131). Sejalan dengan itu klasifikasi yang diadakan oleh Dale yang dikenal dengan „kerucut pengalaman‟ atau

cone of experience menunjukan bahwa anak akan lebih mengingat

pelajaran atau materi sampai 90% ketika siswa melakukan sesuatu.

Salah satu cara untuk meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika adalah dengan pengalaman langsung dan memaksimalkan penggunaan instrumen pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa menguasai konsep atau materi pembelajaran salah satunya adalah media pembelajaran. Media pembelajaran akan membantu siswa memahami berbagai konsep matematika yang bersifat abstrak. Semakin konkret media yang digunakan dalam pembelajaran maka siswa akan semakin memahami materi yang diberikan. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses

(3)

pembelajaran akan lebih optimal apabila melibatkan siswa secara aktif dalam penggunaannya.

Obsevasi awal yang dilakukan dibeberapa Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Banyumas menunjukan bahwa penggunaan media pembelajaran matematika di sekolah masih kurang optimal. Kondisi tersebut membuat siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, sebagian siswa juga ada yang kurang memperhatikan penjelasan guru, dan tidak aktif dalam pembelajaran. Jika kondisi tersebut dibiarkan maka akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas V SD (Guru Y) di Unit Pendidikan Kecamatan (UPK) Sokaraja menjelaskan bahwa materi jaring-jaring bangun ruang baru diajarkan dikelas V, sehingga dalam pembelajaran guru harus menanamkan konsep baru kepada siswa. Media pembelajaran yang digunakan masih sederhana dan kurang menarik perhatian siswa. Guru Y menambahkan bahwa media yang digunakan untuk mengajarkan materi jaring-jaring bangun ruang berupa gambar yang terbuat dari kertas dan tidak tahan lama. Hal tersebut menunjukan siswa hanya diberikan pengetahuan oleh guru melalui contoh gambar. Lebih lanjut Guru Y juga menjelaskan bahwa dalam materi jaring-jaring bangun ruang beberapa siswa masih sering lupa bentuk dari jaring-jaring bangun ruang. Maka dari itu dipelukan media pembelajaran untuk menanamkan

(4)

konsep mengenai jaring-jaing bangun ruang yang lebih konkrit dan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Y, selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap media jaring-jaring bangun ruang yang telah ada. Kekurangan pada media jaring-jaring bangun ruang berdasarkan hasil evaluasi diantaranya siswa tidak dapat menemukan sendiri bentuk dari jaring-jaring bangun ruang, bahan yang digunakan kurang awet untuk dipakai berulang kali dan warna yang kurang menarik.

Dari hasil evaluasi tesebut, peneliti mencoba mengembangkan media pembelajaran jaring-jaring bangun ruang yang sebelumnya tidak bisa melibatkan siswa secara aktif dan tidak awet menjadi media puzzle

jaring-jaring bangun ruang yang bisa membuat siswa menemukan sendiri berbagai pola jaring-jaring banggun ruang. Pengembangan media puzzle

jaring-jaring banggun ruang nantinya akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPS). Pengembangan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran khususnya materi jaring-jaring bangun ruang.

Media puzzle jaring-jaring bangun ruang diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih menguasai materi jaring-jaring bangun ruang. Selain itu pengetahuan yang didapatkan siswa akan lebih mendalam karena dengan menggunakan media puzzle

(5)

bangun ruang didasarkan pada tahapan perkembangan siswa sekolah dasar yaitu operasional kongkrit sehingga siswa lebih mudah menguasai konsep yang diberikan. Pada tahap operasional kongkrit dalam belajar siswa masih memerlukan benda kongkrit untuk memahami konsep yang abstrak. Dengan demikian prestasi belajar siswa dapat meningkat. Lebih dari itu siswa memiliki ketrampilan untuk menyusun jaring-jaring bangun ruang menjadi bangun ruang dan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa akan memiliki pengalaman bekerjasama dalam kelompok.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi faktual pemanfaatan media pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana di kelas V sekolah dasar?

2. Bagaimana pengembangan media pembelajaran matematika pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana menggunakan puzzle di kelas V SD?

3. Bagaimana penilaian pakar terhadap kelayakan media pembelajaran matematika puzzle jaring-jaring bangun ruang di kelas V SD?

4. Apakah pengaruh pemanfaatan media pembelajaran matematika puzzle

(6)

5. Bagaimana penilaian guru dan respon siswa tehadap media pembelajaran matematika pada puzzle jaring-jaring bangun ruang di kelas V SD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan antara lain:

1. Mengetahui kondisi faktual pemanfaatan media pada materi jaring-jaring bangun uang sederhana di kelas V sekolah dasar

2. Mengetahui pengembangan media pembelajaran matematika pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana menggunakan puzzle di kelas V SD

3. Mengetahui penilaian pakar terhadap kelayakan media pembelajaran matematika puzzle jaring-jaring bangun ruang di kelas V SD

4. Mengetahui pengaruh pemanfaatan media pembelajaran matematika

puzzle jaring-jaring bangun ruang di kelas V SD

5. Mengetahui penilaian guru dan respon siswa tehadap media pembelajaran matematika pada puzzle jaring-jaring bangun ruang di kelas V SD

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat diambil adalah:

(7)

a. Menemukan cara baru dalam mengembangkan media pembelajaran matematika.

b. Menambah pengetahuan pengembangan media pembelajaran matematika pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana. 2. Manfaat Praktis

Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari pihak-pihak yang terkait yaitu:

a. Siswa

1) Media pembelajaran Matematika puzzle jaring-jaring bangun ruang sederhana dapat menarik perhatian peserta didik, menumbuhkan minat dan motivasi dalam belajar, serta dapat memberikan pemahaman konsep kepada peserta didik.

2) Dengan adanya media pembelajaran puzzle jaring-jaring bangun ruang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Guru

Guru dapat memeroleh media pembelajaran matematika baru pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana yang lebih efektif dan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik.

c. Sekolah

1) Menambah tersedianya media pembelajaran matematika yang lebih efektif dan efisien yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

(8)

2) Mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekolah yang dapat memaksilamalkan proses pembelajaran.

d. Peneliti

1) Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan media pembelajaran matematika pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana.

2) Menerapkan ilmu yang sudah didapatkan peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran matematika pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana.

Referensi

Dokumen terkait

Frisian Flag Indonesia adalah agar penulis mampu mengetahui cara pengujian bahan baku berupa susu sapi murni serta mampu mengetahui karakteristik dari bahan baku yang

Orientasi ke bagian pengolahan air dilakukan pada tanggal 02 maret 2018 Water Treatment digunakan sebagai menyuplai kebutuhan air yang digunakan dalam proses

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara komunikasi interpersonal yang efektif dan organizational citizenship behavior.. Variabel-varibel dalam

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

[r]

Apabila yang hadir bukan direktur atau penerima kuasa yang namanya tercantum pada akta pendirian atau perubahan, maka POKJA berhak menolak dan perusahaan saudara

Dari kunjungan wisatawan yang meningkat dari tahun ke tahun tersebut muncul sebuah kebutuhan akan suatu tempat berupa bangunan penginapan yang memiliki berbagai

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2