• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu tergantung pada kualitas pendidikannya. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik sehingga mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. “Tujuan-tujuan pendidikan adalah rumusan eksplisit tentang tata cara untuk mengubah siswa melalui proses pendidikan” (Muharam. E.dan Warti,1992:24). Dalam arti

lain pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat

mengembangkan bakat, potensi, dan ketrampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberi pemahaman dan pengetahuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2012:4) berpendapat bahwa: “pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang

(2)

dihadapinya. Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pengaruh prestasi belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran juga tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam.

Dampak kurang optimalnya potensi yang mampu dikembangkan pada diri siswa akan berdampak sebagai salah satu masalah pengajaran di sekolah-sekolah adalah banyaknya siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah. Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, kelas dalam hal ini berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di dalam suatu ruangan dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pembelajaran di kelas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya (Kasbolah Kasihani, 2001: 1)

Sebagai subyek belajar, siswa diharapkan mampu berperan aktif menggali informasi sebanyak-banyaknya dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana belajar agar siswanya memperoleh hasil yang optimal. Bila kita meninjau aktifitas kelas, maka guru adalah ujung tombak proses belajar mengajar. Seorang guru diharapkan memliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran, dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan efektif. Selain itu diharapkan terjadi suasana belajar yang dapat meningkatkan aktifitas, kreatifitas dan keaktifan siswa sebagai subjek belajar.

SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo merupakan salah satu sekolah yang memiliki kualitas hasil belajar yang bervariasi. Hasil belajar yang bervariasi ini menunjukan bahwa peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam. Salah satu materi yang diajarkan adalah berkarya seni tiga dimensi. Dalam materi tersebut guru membimbing siswa dalam menciptakan karya seni tiga dimensi yang menggunakan media kertas dalam berkarya.

(3)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa, 5 Januari 2016 di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo khususnya kelas XI IPA1, dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran dengan materi berkarya seni tiga dimensi kurang digemari sebagian besar siswa, hal ini dikarenakan rendahnya kualitas pembelajaran berkarya seni tiga dimensi. Rendahnya kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses pembelajaran dan nilai yang belum memenuhi standar KKM yaitu 75. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, minat dan motivasi siswa dalam menerima pelajaran masih rendah, sedangkan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru yaitu dengan menggunakan metode ceramah, mencontoh dan penugasan.

Guru menyampaikan materi menggunakan metode ceramah, tetapi dalam proses pembelajarannya guru kurang memperhatikan seberapa sebesar keterlibatan siswa dalam menerima materi. Guru menganggap siswa yang tidak bertanya berarti sudah paham, padahal siswa tidak bertanya karena siswa bingung, tidak minat mendengarkan dan bertanya, bahkan ada yang takut untuk bertanya. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar dan siswa kurang diberi keleluasaan untuk berpendapat, seperti diskusi maupun presentasi. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa, akibatnya siswa menjadi pasif. Didalam kelas awalnya peneliti melihat siswa duduk tegak sebagai tanda semangat dalam menerima pelajaran, tetapi setelah beberapa menit pelajaran berlangsung siswa terlihat tertunduk lemas tidak memperhatikan, ada juga yangsibuk berbicara dengan teman, jenuh, bosan, sehingga membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif.

Metode mencontoh dilakukan oleh guru dengan menunjukkan bagaimana cara pembuatan karya tiga dimensi menggunakan media kertas, kemudian langsung memberikan tugas. Selain itu Selama ini guru sudah menggunakan beberapa media jenis kertas seperti kertas koran, kertas bufalo, kertas marmer, namun hasilnya belum optimal. Karena guru hanya memberikan bimbingan kepada siswa yang bertanya, apabila siswa tidak bertanya guru menganggap bahwa siswa sudah bisa. Pada metode ini guru juga belum memotivasi siswa

(4)

untuk berfikir kreatif dan mengembangkan contoh yang ditunjukkan guru, sehingga siswa belum mampu untuk mengemukakan ide-ide kreatif yang berakibat siswa tidak mampu mengembangkan contoh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Jazuli (2008: 11) “sadar atau tidak, para guru cenderung mengarahkan siswa pada pengayaan pengetahuan teoritis dan piawai meniru karya seni yang ada dari pada berkreasi maupun mengembangkan potensi dan imajinasinya”.

Apabila dilihat dari sisi hasil, nilai yang diperoleh siswa tidak merata. Kemampuan siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam membuat karya seni tiga dimensi kualitas hasilnya masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari minimnya pengetahuan siswa tentang materi seni rupa tiga dimensi, dan metode yang dilakukan oleh guru dalam mengajar kurang inovatif. Sehingga siswa kurang bisa merancang karya seni tiga dimensi dengan paper quilling. Minimnya minat dan motivasi siswa dalam berkarya berakibat pada kurang bertanggung jawabnya siswa dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Selain itu seringkali juga dalam proses praktik berkarya seni tiga dimensi para siswa tidak membawa alat-alat yang digunakan. Sehingga nilai yang diperoleh belum memenuhi standar KKM yaitu 75. Siswa yang benar-benar berminat dan memenuhi standar KKM hanya 8 siswa (26,67%) dari 30 siswa, dan 22 siswa (73,33%) kurang berminat dan belum memenuhi standar KKM. Angka tersebut dapat dikatakan masih rendah. Padahal sebuah pendidikan selain bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, juga bertujuan untuk meningkatkan sikap (atitude) yang baik dan tinggi sebagai manusia yang seutuhnya yang tanggap terhadap dunia disekitarnya (Data nilai selengkapnya lihat lampiran 5).

Berdasarkan realita tersebut penulis melakukan wawancara kepada Bapak Murjito selaku guru pengampu mata pelajaran seni budaya di SMA Muhammdiyah 1 Ponorogo. Dalam wawancara tersebut penulis menanyakan perihal nilai siswa yang tergolong rendah, lalu bagaimana menyikapi hal tersebut. Pada wawancara tersebut guru mengatakan bahwa untuk menyikapi hal tersebut guru memberikan kebijakan untuk memberikan bantuan berupa nilai tambahan

(5)

untuk siswa yang mendapat nilai rendah yang diambil dari berbaikan nilai melalui mengerjakan kembali tugas yang di berikan, sehingga dapat menutup kekurangan nilai meskipun hal tersebut tidak dianjurkan.

Pendidikan dapat mengalami perubahan kearah yang lebih baik sehingga diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan. Dari permasalahan yang dihadapi tersebut, maka perlu perbaikan dan pembenahan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran seni budaya materi karya tiga dimensi dengan paper quilling yang mampu meningkatkan output atau hasil belajar. Jika hal tersebut tidak segera diatasi akan mengakibatkan beberapa permasalahan terhadap siswa, yakni menurunnya kreativitas siswa dalam berkarya seni, keaktifan siswa berkurang, dan siswa menjadi pasif, yang berdampak pada hasil karya siswa kurang dapat berekspresi dalam berkarya seni tiga dimensi sehingga karya siswa terlihat monoton dan mengakibatkan nilai siswa menurun.

Model pembelajaran yang dikembangkan harus mampu meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan lebih efektif, menyenangkan dan menarik bagi siswa agar siswa merasa pengajaran yang dilakukan berpihak untuk membantu siswa dalam membuat dan mengembangkan berkarya seni tiga dimensi dengan paper quilling. Selain itu juga membantu siswa agar lebih mudah dalam mengekspresikan perasaan atau gagasannya untuk membuat karya seni tiga dimensi dengan paper quilling. Model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan penuh dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat lebih banyak berinteraksi dengan siswa lain ataupun guru guna melatih siswa dalam bersosialisasi dan menerapkan pengetahuannya kelak dimasyarakat serta membebaskan siswa dalam berekspresi agar dapat leluasa mengekspresikan perasaan ataupun keinginan pada berkarya seni tiga dimensi dengan paper quilling sehingga siswa tidak bosan serta mampu meningkatkan kreativitas atau gaya belajar siswa agar lebih aktif dan mampu memanfaatkan waktu belajar dengan efisien.

(6)

Untuk mengoptimalkan kreativitassiswa dalam berkarya seni tiga dimensi dengan paper quilling, diperlukan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar, efektif, dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan metode Direct Instruction (pengajaran langsung). Menurut Sofyan Amri dan Iif Khoiru (2010: 39) menjelaskan Model Direct Intruction atau pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang direncanakan untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu dan merangsang untuk berfikir. Sementara Arends dalam Trianto (2009: 41) menjelaskan pengertian Model Direct Intruction atau pembelajaran langsung adalahsalah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjukkan proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Model pembelajaran direct instruction memiliki kelebihan

diantaranya,sebagai berikut: 1) enthusiastic atau antusiasme; 2) warm accepting atau tercipta suasana belajar yang hangat dan demokratis; 3) humorous; 4) supportive; 5) encouraging atau berisi ajakan; 6) adaptable flexible atau penyampaian materi disesuaikan kondisi kelas; 7) knowledgeable atau mengandung unsure pengetahuan; 8) hold-high expectations for student success atau memiliki harapan yang tinggi akan kesuksesan siswa (Wulan, 2010: 18).

Apabila guru menggunakan metode pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik. Metode pembelajaran belajar secara langsung menitikberatkan pada suatu bentuk

(7)

pembelajaran yang membantu siswa mempelajari kemampuan prosedural dan memperoleh informasi yang diajarkan dalam bentuk tahap demi tahap.

Komponen-komponen yang terdapat dalam model pembelajaran directinstruction sangat baik untuk menanamkan konsep dasar pengetahuan pada mata pelajaran Seni Budaya. Dengan metode ini, guru dapat mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada siswanya untuk menguatkan konsep sehingga dapat memperoleh gambaran pengertian tentang konsep yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan menerapkan metode ini dalam pembalajaran Seni Rupa, diharapkan minat belajar siswa akan lebih tinggi dan pemahaman mereka akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Dalam Membuat Karya Seni 3 Dimensi Dengan Paper Quiling Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam membuat karya seni 3 dimensi dengan paper quiling bagi siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berupa Penelitian Tindakan Kelas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengidentifikasi prosedur dan penerapan model pembelajaran direct instruction yang dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam membuat karya seni tiga dimensi dengan paper quiling bagi siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini, yaitu rumusan penerapan upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran dalam membuat karya Seni 3 dimensi dengan paper quiling dengan menerapkan model pembelajarandirect instruction bagi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016, sehingga manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis: a) Dapat menambah pengetahuan tentang model Direct

Instruction, b) Dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang

pembelajaran seni rupa dan memberikan alternatif pilihan dalam Model Pembelajaran direct instruction sebagai upaya meningkatkan hasil belajar menggambar bentuk siswa.

2. Manfaat Praktis, diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan tentang seni rupa dan model pembelajaran bagi :

a. Siswa : a) Meningkatkan aktifitas, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran karya tiga dimensi dengan paper quiling, b) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran karya tiga dimensi dengan paper quiling.

b. Guru : Memberikan pandangan kepada guru supaya lebih kreatif dan menjadi referensi untuk mengembangkan metode belajar yang lebih

(9)

inovatif dalam pembelajaran seni rupa supaya tercipta suasana belajar yang efektif sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang optimal. c. Sekolah : Hasil penelitian dapat dapat diperoleh panduan pembelajaran

seni rupa yang dapat digunakan sebagai sumber atau referensi untuk SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo atau sekolah yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

4) data kualifikasi yang diisikan benar, dan jika dikemudian hari ditemukan bahwa data/dokumen yang disampaikan tidak benar dan ada pemalsuan, maka direktur utama/pimpinan

Keramahan petugas dalam melayani mahasiswa memiliki bobot tingkat kepentingan 5 berdasarkan tabel 4.15 dan berdasarkan hubungan antara whats dan hows memiliki hubungan tinggi

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak

Tujuan dari isi paper ini adalah untuk menganalisa unjuk kerja sistem kompresi citra grayscale asli, apakah informasi data citra hasil rekonstruksi benar-benar dapat

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan manajemen strategi untuk mengetahui lingkungan perusahaan

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak