i
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM
INFORMASI PUBLIK
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Manajemen Sistem Informasi Publik Yang dibina oleh Bapak Nurjati Widodo, S.AP., M.AP.
Disusun Oleh :
Ersa Eldhyanti
(135030107113040)
Salma Venna Auliya
(135030118113002)
Yosan Win Cahya
(135030118113014)
Dewisih Wulandari
(135030118113044)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
ii KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sistem Informasi Publik dengan judul makalah “Strategi Pengembangan Sistem Informasi Publik”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Pembimbing, yaitu Bapak Nurjati Widodo, S.AP., M.AP sebagai dosen Manajemen Sistem Informasi Publik Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik maupun saran sangat diperlukan untuk perbaikan dan pengembangan dikemudian hari. Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri penulis maupun bagi pihak-pihak yang lain.
Kediri, 29 Desember 2014
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Daftar Gambar ... iv Daftar Tabel ... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penulisan ... 3 D. Manfaat Penulisan ... 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sistem ... 5
2.2 Pendekatan Sistem ... 9
2.3 Metodologi Pengembangan Sistem ... 18
2.4 Langkah-Langkah Strategi Pengembangan Sistem ... 19
2.5 Strategi Pengembangan E-Government Di Indonesia ... 32
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA
... 45
iv DAFTAR GAMBAR
BAB II Tinjauan Teori
Gambar 2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sistem ... 9
Gambar 2.2 Tahapan-Tahapan SDLC ... 13
Gambar 2.3 Fase Perencanaan Sistem ... 14
Gambar 2.4 Analisis Sistem ... 14
Gambar 2.5 Fase Perancangan/Design ... 16
Gambar 2.6 Fase Impementasi Sistem ... 17
Gambar 2.7 Fase Support ... 18
Gambar 2.8 Model Prototyping ... 19
Gambar 2.9 RAD Life Cycle ... 21
Gambar 2.10 Langkah Strategi Pengembangan Sistem ... 26
Gambar 2.11 Alat, Tujuan, Objek E-Government ... 34
Gambar 2.12 Grafik Tingkatan Transact ... 38
Gambar 2.11 Kerangka Sistem Pengolahan Dokumen dan Informasi ... 41
v DAFTAR TABEL
BAB II Tinjauan Teori
Tabel 2.1 Faktor Kelayakan dan Strategis ... 27
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi telah memaksa dunia khususnya kepada negara-negara maupun masyarakat di dalamnya untuk ikut serta terlibat dalam partisipasi berkembangnya aspek-aspek di seluruh kehidupan manusia. Ruang lingkup, dan batasan-batasan antar negara di dunia ini semakin sempit bahkan tidak ada batasan. Globalisasi telah mendunia, memaksa dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan secara mengglobal.
Dengan berjalan dan berkembangnya dinamika-dinamika kehidupan secara mengglobal menyebabkan banyak sekali dampak yang melingkupinya. Baik dampak positif maupun negative, baik dalam skala kecil maupun besar. Proses-proses akulturasi memaksa kita agar memfilterisasi segala sesuatu agar tidak terjadi mengilangnya jati diri (Asimilasi).
Sejalan dengan mengglobalnya dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, timbulya hasrat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Terpenuhinya seluruh kebutuhan-kebutuhan baik premier, sekunder, maupun tersier tidak lepas dari ikut serta peran Pemerintah di dalamnya karena sebagai pemegang kendali dalam scope negara.
Perkembangan kondisi stabilitas negara setelah perang dunia ke 2 banyak menunjukan perubahan-perubahannya. Negara-negara maju seperti di benua Eropa dan Amerika berkembang pesat khususnya dalam bidang Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sedangkan di negara-negara berkembang berusaha meningkatkan taraf kondisi ekonomi dan stabilitas di dalam negaranya. Dampak mengglobalnya Globalisasi di Negara Berkembang khususnya di Indonesia, membuka cakrawala akan dahsyatnya pengaruh yang dirasakan baik dari sisi ideology, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dan lain-lain. Kita sekarang hidup dalam dunia tanpa batas, dimana negara-bangsa telah menjadi rekaan dan dimana para politikus telah kehilangan semua kekuatan efektif mereka, ( menurut Harper Collins dalam Anthony Giddens,1995 ).
2 Demokrasi dalam seluruh bidang dan lembaga pemerintah berkembang setelah perang dunia ke-2 dan dikembangkan oleh Negara-negara maju. Mulai dari tahun 1950’an hingga era sekarang. Tolak ukur dilihat dari tindakan, sikap dan akuntabilitas Pemerintah dalam memenuhi harapan-harapan masyarakat tau public serta pertanggungjawaban terhadap diri sendiri, negara, dan publik. Akuntablilitas menunjukan sikap Pemerintah yang terbuka dan transparan dengan apa yang selama ini telah dikerjakan untuk dipertanggungjawabkan kepada public.
Keterkaitan pada era globalisasi saat ini harus didukung dengan penerapan sistem informasi yang baik. Sistem informasi yang baik adalah suatu sistem yang terpadu atau kombinasi teratur baik dari manusia, hardware, software, dan jaringan komunikasi untuk menyediakan informasi yang berguna dalam mendukung kegiatan operasional dan fungsi pengambilan keputusan dari sebuah organisasi.
Sistem informasi dapat membantu segala jenis informasi konsumsi publik dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta kapabilitas pelayanan publik dalam bentuk informasi publik elektronik kepada masyarakat. Tidak hanya itu dengan adanya sistem informasi, dapat dijadikan sebagai bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan organisasi publik atau pemerintah dilingkungan global yang dinamis saat ini.
Strategi pemerintah merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan perusahaan dan menjadi pedoman dalam penyusunan strategi lainnya. Pengembangan sistem informasi (SI) Pemerintah yang didukung oleh penggunaan teknologi informasi (TI) dapat menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kinerja pemerintah dalam komunikasi dan informasi serta pelayananan informasi kepada masyarakat.
Pengembangan Sistem Infomormasi berkaitan dengan perkembangan teknologi. Dalam hal ini, bagaimana sistem informasi (SI) dapat memanfaatkan teknologi-teknologi yang semakin berkembang ini agar lebih efisien dan efektif dalam pemanfaatannya. Penggabungan teknologi dengan sistem informasi terutama dalam informasi publik menggunakan metode sehingga terciptalah sistem informasi yang berbasis teknologi informasi. Dalam pengembangan sistem informasi berbasis teknologi memerlukan langkah-langkah yang harus
3 ditempuh dengan menyesuaikan dengan kebutuhan informasi dan teknologi komunikasi serta pengguanaan internet.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas,maka masalah yang akan dibahas pada penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1 Apa Yang Dimaksud Dengan Konsep Startegi Pengembangan Sistem? 1.2.2 Apa Saja Pendekatan Sistem Yang Digunakan?
1.2.3 Apa Saja Metodelogi Pengembangan Sistem?
1.2.4 Apa Saja Langkah-Langkah Strategi Pengembangan Sistem?
1.2.5 Bagaimana Strategi Pengembangan Sistem E-Government Di Indonesia?
1.2 Tujuan Penulisan
Mengacu pada permasalahan penelitian yang telah dijabarkan diatas, maka penulisan ini bertujuan untuk memahami, mendeskripsikan, mengevaluasi hal-hal sebagai berikut :
1.3.1 Untuk Mengetahui Konsep Startegi Pengembangan Sistem. 1.3.2 Untuk Mengetahui Pendekatan Sistem Yang Digunakan. 1.3.3 Untuk Mengetahui Metodelogi Pengembangan Sistem.
1.3.4 Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Strategi Pengembangan Sistem. 1.3.5 Untuk Mengetahui Strategi Pengembangan Sistem E-Government Di
Indonesia.
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Sebagai instrument kajian teoritis yang bermakna terkait dengan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Publik.
b. Dengan adannya penelitian ini, sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai, Strategi Pengembangan Sistem Informasi Publik.
4 1.4.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai instrument untuk evaluasi maupun pertimbangan dalam upaya mengetahui meningkatkan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Publik.
b. Sebagai instrument evaluasi dalam upaya memperbaiki Strategi Pengembangan Sistem Informasi Publik.
5 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM A. Pengertian Strategi
Strategi adalah seni memadukan atau menginteraksikan antara faktor kunci keberhasilan antar faktor kunci keberhasilan agar terjadi sinergi dalam mencapai tujuan. Strategi merpakan sarana untuk mencapai tujuan. Manfaat strategi adalah untuk mengoptimalkan sumberdaya unggulan dalam memaksimalkan pencapaian sasaran kinerja. Dalam konsep manajemen cara terbaik untuk mencapai tujuan, sasaran dan kinerja adalah dengan strategi memberdayakan sumber daya secara efektif dan efesien (LAN-RI,2008).
Barney, Jay B (1977) dalam LAN-RI (2008) mengemukakan definisi kerja strategi adalah suatu pola alokasi sumberdaya yang memampukan norganisasi memlihara bahkan meningkatkan kinerjanya. Strategi yang baik adalah suatu strategi yang menetralisir ancaman/tantangan, dan merebut peluang-peluang yang ada dengan memanfaatkn kekuatan yang tersedia serta meniadakan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada.
Glueek, dkk, dalam LAN-RI (2008) mengemukakan ada empat strategi utama, yaitu langkah yang dilakukan setelah menganalisa proses kondisi lingkungan internal dan eksternal adalah menetapkan strategi yang sesuai, antara lain:
a. Stability Strategy
Industri yang menggunakan strategi stabilitas dapat melanjutkan strategi yang sebelumnya dapat dikerjakan. Keputusan strategi utama difokuskan pada penambahan perbaikan terhadap pelaksanaan fungsinya, alasannya karena industri atau perusahaan telah berhasil dalam taraf kedewasaan, lingkungan relative stabil, tidak terlalu berisiko.
b. Retrenchment Strategy
Strategi penciutan pada umumnya digunakan untuk mengurangi produk pasar, alasannya karena industri atau perusahaan tidak berjalan dengan baik, lingkungan semakin mengancam, mendapat tekanan dari konsumen sehingga peluang tidak dimanfaatkan dengan baik.
6 c. Growth Strategy
Strategi pertumbuhan banyak dipertimbangkan untuk dapat diterapkan pada industry dengan petimbangan bahwa keberhasilan industry adalah industry yang selalu terus berkembang. Strategi pertumbuhan melalui ekspansi dengan memperluas daerah pemasaran dan penjualan produk atau dapr berupa diversifikasi produk.
d. Combination Strategy
Strategi ini tepat digunakan bila industry banyak menghadapi perubahan lingkungan dengan kecepatan yang tidak sama, tidak mempunyai potensi masa depan yang sama serta mempunyai arus kas negative.
Untuk pengembangan agropolitan di suatu Kabupaten, startegi pertumbuhan (growth strategy) merupakan alternatif strstegi yang patut dipertimbangkan mengingat pembangunan di bidang pertanian terus berkembang dan pemerintah daerah selalu berusaha mencari solusi dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi untuk meningkatkan produktifitas, pengolahan hasil yang berkualitas, pemasaran dan penganekaragaman produk guna meningkatkan daya saing.
B. Sistem Informasi Strategis
Sistem Informasi Strategis adalah dukungan terhadap sistem informasi komputer yang digunakan pada tinggat organisasi yang mengubah tujuan operasional,produk jasa,dan hubungan lingkungan untuk membantu organisasi.
Sedangkan menurut Martin (1994), Sistem Informasi Strategis adalah alat untuk mengimplementasikan strategi dengan menggunakan informasi,pengolahan informasi dan komunikasi informasi.
Menurut Laudon(1997), Sistem Informasi Strategis adalah sistem komputer yang digunakan pada setiap tingkatan organisasi yang mengubah tujuan operasional,produk jasa dan hubungan lingkungan untuk membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif.
Sistem Informasi dapat mempengruhi aktifitas bisnis perusahaan secara keseluruhan sehingga dapat membantu perusahaan dalam persaingan bisnis dengan perusahaan lainnya.Sistem yang dijalankan tidak hanya dalam lingkup organisasi itu sendiri,tapi melibatkan pelanggan atau klien,pemasok,dan pesaing.
7 Sistem Informasi dapat dipandang secara strategis yaitu sebagai, Jaringan Kompetitif Vital (pembaharuan organisasi),dan Invesasi teknologi untuk membantu mencapai tujuan.
C. Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki oleh karena beberapa hal, yaitu:
a. Muncul problem pada sistem yang lama yang berupa
Ketidakberesan pada sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai harapan.
Pertumbuhan organisasi
Kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, perubabahan prinsip dalam kebutuhan organisasi yang menyebabkan sebuah sistem baru harus disusun.
b. Untuk meraih kesempatan
Teknologi komputer berkembang dengan cepat sehingga organisasi mulai merasakan bahwa teknologi infrmasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen.
c. Adanya intruksi-intruksi
Sistem baru dibuat karena ada intruksi dari pimpinan ataupun kekuatan dari luar organisasi, misalnya peraturan pemerintahan.
Pengembangan sistem tentunya harus didukung oleh personal-personal yang kompeten di bidangnya. Suatu Tim biasanya terdiri dari :
a) Manajer Analis Sistem b) Ketua Analis Sistem c) Analis Sistem Senior d) Analis Sistem Junior
e) Pemrogram Aplikasi Senior f) Pemrogram Aplikasi Junior
8 Jumlah personil Tim di atas diperlukan apabila sistem yang akan dikembangkan cukup besar. Apabila sistem yang akan dikembangkan kecil, maka personilnya dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan
Tujuan utama pembangunan/pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut
a. Menyusun sistem informasi yang memenuhi kebutuhan informasi organisasi dan kebutuhan dari fungsi operasi organisasi.
b. Menyusun sistem informasi dengan cara yang efisien dan efektif.
c. Mengorganisasikan suatu sistem informasiyang baru yang dapat menangani semua problem yang terjadi di dalam organisasi.
Prinsip pengembangan sistem informasi yaitu:
a. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
b. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar. c. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
d. Tahapan kerja dan tugas yang harus dilakukan dalam pengembangan sistem.
e. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
f. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem. Beberapa rencana kontrol yang bisa dilakukan da\lam menghadapi masalah-masalah untuk mengantisipasi risiko kegagalan sistem dalam proses pembangunan atau pengembangan yaitu:
a) Menggunakan metodologi pengembangan sistem yang standar dan terdokumentasi dengan baik.
b) Menggunakan peralatan manajemen proyek untuk merencanakan, mengkoordinasi dan mengamati proyek pengembangan sistem informasi.
c) Mengajak pemakai (user), manajer dan auditor untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan/pengembangan sistem.
d) Menguji sistem informasi secara menyeluruh sebelum mengimplementasikan.
e) Menyusun kontrol untuk melakukan perubahan program secara formal guna mencegah terjadinya perubahan yang tidak sah.
9 Berdasarkan tiga konsep yang dijelaskan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa Konsep Strategi Pengembangan Sistem adalah Pengembangan sistem dengan cara menggantikan atau memperbaiki sistem yang telah ada, dalam rangka mengimpelemtasikan strategi dengan menggunakan pengolahan informasi, komunikasi informasi, dan teknologi komputer dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Gambar 2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sistem.
2.2 PENDEKATAN SISTEM
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu Pendekatan Klasik, Pendekatan Terstruktur, Pendekatan Dari Bawah Ke Atas, Pendekatan Dari Atas Ke Bawah.
A. Pendekatan Klasik
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit.
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh pemrogram.
10 Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
3) Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahankesalahan sistem akan menjadi lebih besar.
4) Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
B. Pendekatan Terstruktur
Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle.
Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknikteknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi pengembangan sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan baik dalam bukubuku, maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan pengembang sistem.
Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem yang terstruktur.
Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang banyak digunakan di
11 industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahan permasalahan yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya, sesuai dengan anggaran biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih baik (bebas kesalahan). Keuntungan pendekatan terstruktur :
Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity). Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal). Standarisasi (standardization).
Orientasi ke masa datang (future orientation).
Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry). Metodologi Pengembangan Sistem
C. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.
D. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedurprosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap
12 analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
E. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja).
Pendekatan Sistem (systems approach) Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran organisasi secara global.
F. Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)
Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh, sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).
G. Pendekatan Moduler (modular approach)
Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, tepat waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)
H. Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
I. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasiaplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.
13 2.3 METODELOGI PENGEMBANGAN SISTEM DAN PERANGKAT
Metodologi adalah kesatuan metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan, postulat-postulat yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan, seni atau disiplin lainnya. Metode adalah suatu cara, teknik yang sistematik untuk mengerjakan sesuatu.
Metodologi pengembangan sistem berarti metode-metode, prosedur-prosedur, konsep konsep pekerjaan, aturan-aturan untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Berikut beberapa metode pengembangan sistem:
1. Metode System Development Life Cycle (SDLC)
Model SDLC atau Sekuensial Linier sering disebut juga Model Air Terjun. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan
Model ini disusun bertingkat, setiap tahap dalam model ini dilakukan berurutan, satu sebelum yang lainnya. Model ini biasanya digunakan untuk membuat sebuah software dalam skala besar dan yang akan dipakai dalam waktu yang lama. Sangat cocok untuk pengembangan sistem yang besar. Tidak sesuai atau tidak terlalu disarankan untuk small scale project, karena:
Resource intensive.
Tidak fleksibel.
Sulit untuk aplikasi dengan perubahan cara pengambilan keputusan yang cepat.
Tahapan-tahapan (SDLC):
14 a) Fase Perencanaan Sistem
Gambar 2.3 Fase Perenacaan Sistem
Dalam tahapan ini dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai informasi. Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan prioritas tertinggi akan dipilih untuk pengembangan. Penyediaan sumber daya baru dan penyediaan dana untuk pengembangan sistem. Rencana kerja yang matang juga disusun untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya. Tahapan Fase Perencanaan Sistem :
Mendefinisikan Masalah
Mengkonfirmasikan kelayakan proyek
Membuat jadwal proyek
Menentukan staff yang terlibat dalam proyek
Memulai proses pengembangan proyek
Hasil dari tahapan ini adalah : Langkah-langkah detail rencana kerja dan penugasan untuk anggota tim.
b) Fase Analisis Sistem
Gambar 2.4 Fase Analisis Sistem
Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbal-balik yang terkait dalam pengembangan system: definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan kendala-kendala system,
15 ditambah identifikasi biaya, keuntungan dan estimasi jadwal untuk solusi yang berpotensi.
Fase analisis sistem adalah fase profesional sistem melakukan kegiatan analisis sistem.
Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek sistem dan memulai fase analisis sistem.
Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang alasan untuk mengembangkan suatu sistem baru.
Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini. Profesional sistem mewawancarai calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin tidak diketahui secara penuh pada fase ini, jadi asumsi kritis dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup pengembangan sistem.
Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui,tim proyek sistem siap untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju.
Secara singkatnya, tahapan-tahapan pada Fase Analisa :
Mengumpulkan informasi
Mendefinisikan kebutuhan - kebutuhan sistem
Membangun prototipe yang sesuai atau memenuhi kebutuhan sistem
Menentukan prioritas kebutuhan sistem
Membuat prototipe atas prioritas dan melakukan evaluasi terhadap alternatif yang dipilih
16 c) Fase Perancangan
Gambar 2.5 Fase Perancangan/Design
Perancangan Sistem secara Umum
Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.
Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan proyek system dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi dan seleksi sistem.
Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.
17 Perancangan Sistem secara Detail
Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail. Perencanaan output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.
Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah input menjadi output. Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing pemakai dan pesonel operasi agar dapat bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan.
Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem; instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.
d) Fase Implementasi Sistem
Gambar 2.6 Fase Implementasi Sistem
Sistem siap untuk dibuat dan diinstalasi. Sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru. Laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu:
18 1. Rencana implementasi dalam bentuk Gantt Chart atau Program and
Evaluation Review Technique (PERT) Chart.
2. Penjadwalan proyek dan teknik manajemen. Bagian kedua adalah laporan yang menerangkan tugas penting untuk melaksanakan implementasi sistem, seperti : Pengembangan perangkat lunak, Persiapan lokasi peletakkan sistem, Instalasi peralatan yang digunakan, dan Pengujian Sistem.
e) Fase Support/Dukungan
Gambar 2.7 Fase Support/Dukungan
Memelihara Sistem Memperbaiki Sistem Mendukung Pengguna
Kelebihan dan Kekurangan pada pendekatan Metode System Development Life Cycle (SDLC) atau waterfall atau ari terjun yaitu:
Kelebihan
a. Mudah diaplikasikan.
b. Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Kekurangan
a. Jarang sekali proyek riil mengikuti aliran sekuensial yang dianjurkan model karena model ini bisa melakukan itersi tidak langsung.
b. Pelanggan sulit untuk menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga sulit untuk megakomodasi ketidakpastian pada saat awal proyek.
19 c. Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir
proyrk dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah besar karenaharus mengulang dari awal.
d. Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota tim proyek harus menunggu tim lain untuk melengkapi tugas karena memiliki ketergantungan hal ini menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.
e. Persyaratan sistem "terkunci " setelah ditentukan (tidak dapat berubah). f. Keterlibatan pengguna terbatas (hanya dalam fase analisa kebutuhan
sistem).
g. Terlalu banyak fokus pada fase SDLC yang dapat merugikan praktek-praktek pengembangan sistem informasi.
2. Model Prototyping
Prototyping adalah proses iterative dalam pengembangan sistem dimana requirement diubah ke dalam sistem yang bekerja (working system) yang secara terus menerus diperbaiki melalui kerjasama antara user dan analis. Prototype juga bisa dibangun melalui beberapa tool pengembangan untuk menyederhanakan proses.
20 Tahapan-tahapan Model Prototyping
1) Pengumpulan Kebutuhan
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2) Membangun Prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
3) Menggunakan Sistem
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginann pelanggan.
4) Mengkodekan Sistem
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
5) Menguji Sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain.
6) Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan.
7) Evaluasi Protoptyping
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.
Kelebihan dan Kekurangan Model Prototyping, yaitu: Kelebihan
a) Prototype melibatkan user dalam analisa dan desain.
b) Punya kemampuan menangkap requirement secara konkret. c) Digunakan untuk memperluas SDLC.
Kekurangan
a) Proses analisis dan perancangan terlalu singkat. b) Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.
21 c) Bisanya kurang fleksible dalam mengahdapi perubahan.
d) Protitype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah dan cepat selesai.
3. Model RAD (Rapid Application Development)
RAD adalah metodologi untuk mengurangi desain dan implementasi, penggabungan beberapa metode atau teknik terstruktur. RAD menggunakan metode prototyping dan teknik terstruktur lainnya untuk menentukan kebutuhan user dan perancangan sistem informasi selain itu RAD menekankan siklus perkembangan dalam waktu yang singkat (60 sampai 90 hari) dengan pendekatan konstruksi berbasis komponen.
Gambar 2.9 RAD Life Cycle
Tahapan-tahapan Model RAD 1) Bussiness Modelling
Fase ini untuk mencari aliran informasi seperti: informasi mengendalikan proses bisnis, di mana informasi digunakan, siapa yang memprosenya, dan informasi apa yang dimunculkan.
2) Testing and Turnover
Karena menggunakan kembali komponen yang telah ada, maka akan mengurangi waktu pengujian. Tetapi komponen baru harus diuji dan semua interface harus dilatih secara penuh.
22 3) Aplication Generation
Selain menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga, RAD juga memakai komponen program yang telah ada atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi. Alat-alat baantu bisa dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.
4) Process Modelling
Aliran informasi pada fase data modelling ditransformasikan untuk mendapatkan aliran informasi yang diperlukan pada implementasi fungsi bisnis. Pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus, atu mendapatkan kembali objek data tertentu.
5) Data Modelling
Fase ini menjelaskan objek data yang dibutuhkan dalam proyek. Karakteristik (atribut) masing-masing data diidentifikasikan dan hubungan antar objek didefinisikan.
Kelebihan dan Kekurangan Model RAD (Rapid Application Development) :
Kelebihan
a) RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object).
b) Setiap fungsi dapat dimodulkan dalam waktu tertentu dan dapat dibicarakan oleh tim RAD yang terpisah dan kemudian diintegrasikan sehingga waktunya lebih efesien.
Kekurangan
a) Tidak cocok untuk proyek skala besar
b) Proyek bisa gagal karena waktu yang disepakati tidak dipenuhi. c) Sistem yang tidak bisa dimodularisasi tidak cocok untuk model ini. d) Resiko teknis yang tinggi juga kurang cocok untuk model ini.
23 4. Data Oriented Methodologies
Metodologi ini menekankan pada karakteristik dari data yang akan diproses. Dikelompokkan ke dalam dua kelas, yaitu :
1) Data flow oriented methodologies.
Sistem secara logika dapat digambarkan secara logika dari arus data dan hubungan antar fungsinya di dalam modul-modul di sistem. Yang termasuk dalam metodologi ini adalah SADT (Structured Analysis and Design Techniques), Composite Design, SSAD (Structured System Analysis and Design).
2) Data Structured oriented methodologies
Metodologi ini menekankan struktur dari input dan output di sistem. Yang termasuk dalam metodologi ini adalah JSD (Jackson’s System Development), W/O (Warnier/Orr).
5. JAD (Joint Appplication Development/Design).
JAD merupakan suatu kerjasama yang terstruktur antara pemakai atau pengguna sistem informasi, manajer dan ahli analisis sistem informasi, yang membutuhkan beberapa hari sesi workgroup secara intensif, dengan tujuan untuk menentukan dan menjabarkan atau menjabarkan persyaratan sistem, permintaan pemakai, dan teknik yang dibuthkan dan unsur rancangan eksternal.
Kelebihan :
a) Penerapan JAD jika pengembang dan user bekerjasama dalam satu tim akan sangat mendukung penerapan prototyping.
b) Penentuan keperluan oleh sekumpulan pemegang saham. c) Melibatkan kerjasama tim proyek, pengguna dan pengurusan.
d) Memberikan dukungan yang besar dan penerimaan sistem yang baru dapat menghasilkan sistem dengan kualitas yang lebih tinggi.
e) Dapat mengurangi scope creep hingga 50%.
f) Keterlibatan banyak user akan memudahkan proses implementasi sistem baru dengan biaya training yang lebih rendah.
Kekurangan :
24 b) Dalam analisa sistem akan memakan waktu yang lebih lama, karena
sangat sulit untuk mendapatkan waktu dan ketersediaan user dalam forum diskusi JAD
c) Pendekatan JAD memiliki banyak masalah yang disebabkan oleh proses kelompok membuat seseorang yang mendominasi forum, sedangkan yang lainnya akan menjadi “penonton” saja dan tidak memberikan kontribusi dalam pembahasan (analisa sistem)
Waktu Penggunaan Teknik Joint Application Development (JAD) cocok digunakan untuk proyek yang mmbutuhkan teknik analisis dan perancangan sistem dengan menekankan pengembangan partisipasi antara system owners, users, designer, dan builders.
6. Agile Methodologies
Agile Model adalah suatu metode konvensional untuk membangun berbagai jenis perangkat lunak dan berbagai macam tipe proyek pengembangan perangkat lunak, yang dapat melakukan pengiriman atau penyampaian hasil dari implementasi sistem melalui perangkat lunak dengan cepat. Tiga prinsip kuncil dalam Agile Methodologies yaitu adaptif daripada prediksi, tekankan orang daripada peran, dan self-adaptif proses.
Tahapan Agile Model, yaitu Perencanaan, Requirements analysis, Design, Coding, Testing, dan Dokumentasi.
Kelebihan Agile Model
a) Meningkatkan rasio kepuasan pelanggan.
b) Bisa melakukan review pelanggan mengenai software yang dibuat lebih awal.
c) Mengurangi resiko kegagalan implementasi software dari non-teknis. d) Besar kerugian baik secara material atau imaterial tidak terlalu besar
jiak terjadi kegagalan.
Kelemahan Agile Model: Dokumentasi harus cukup detail agar fase selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
Waktu Penggunaan, Metode Agile cocok untuk proyek yang memberikan kepuasan pelanggan karena resiko kegagalan yang kecil dan lebih cepat dalam penyelesaian software serta perubahan yang cepat dari software yang dibangun untuk meningkatkan kualitas software yang lebih baik.
25 7. Metode Outsoucing
Outsourcing merupakan salah satu metode pengelolaan teknologi informasi dengan cara memindahkan pengelolaannya pada pihak lain, yang tujuan akhirnya adalah efektivitas dan efisiensi kerja. Metode ini seringkali juga disamakan dengan metode lain seperti: sub kontrak, supplier, proyek atau istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada dasarnya adalah sama, yaitu pemindahan layanan kepada pihak lain.
Kelebihan
a) Manajemen TI yang lebih baik, TI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam bidangnya, dengan prosedur dan standar operasi yang terus menerus dikembangkan.
b) Fleksibiltas untuk meresponse perubahan TI yang cepat, perubahan arsitektur TI berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan
c) Akses pada pakar TI yang lebih baik.
d) Fokus pada inti bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana sistem TI-nya bekerja
Kekurangan
a) Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan
b) Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut.
c) Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi sepenuhnya dilakukan oleh vendor.
d) Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem.
e) Dapat terjadi ketergantungan kepada konsultan.
f) Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan.
26 2.4 LANGKAH-LANGKAH STARTEGI PENGEMBANGAN
Bila dalam operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke proses yang pertama. Siklus ini disebut dengan Siklus Hidup suatu Sistem. Siklus Hidup Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup pengembangan sistem informasi saat ini terbagi atas enam fase,
yaitu :
a) Perencanaan sistem b) Analisis sistem
c) Perancangan sistem secara umum / konseptual d) Evaluasi dan seleksi sistem
e) Perancangan sistem secara detail
f) Pengembangan Perangkat Lunak dan Implementasi sistem g) Pemeliharaan / Perawatan Sistem
27 A. Fase Perencanaan Sistem
Dalam fase perencanaan sistem :
Dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan system informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai informasi.
Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan prioritas tertinggi akan dipilih untuk pengembangan.
Sumber daya baru direncanakan untuk, dan dana disediakan untuk mendukung pengembangan sistem.
Selama fase perencanaan sistem, dipertimbangkan :
Faktor-faktor kelayakan (feasibility factors) yang berkaitan dengan kemungkinan berhasilnya sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan.
faktor-faktor strategis (strategic factors) yang berkaitan dengan pendukung sistem informasi dari sasaran bisnis dipertimbangkan untuk setiap proyek yang diusulkan. Nilai-nilai yang dihasilkan dievaluasi untuk menentukan proyek sistem mana yang akan menerima prioritas yang tertinggi.
Tabel 2.1 Faktor Kelayakan dan Strategis
Faktor Kelayakan Faktor Strategis Kelayakan Teknis Produktivitas Kelayakan Ekonomis Diferensiasi Kelayakan Legal Manajemen Kelayakan Operasional
Kelayakan Rencana
Suatu sistem yang diusulkan harus layak, yaitu sistem ini harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
Kelayakan teknis untuk melihat apakah sistem yang diusulkan dapat dikembangkan dan diimplementasikan dengan menggunakan teknologi yang ada atau apakah teknologi yang baru dibutuhkan.
28 Kelayakan ekonomis untuk melihat apakah dana yang tersedia cukup untuk mendukung estimasi biaya untuk sistem yang diusulkan. Kelayakan legal untuk melihat apakah ada konflik antara sistem yang sedang dipertimbangkan dengan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya secara legal.
Kelayakan operasional untuk melihat apakah prosedur dan keahlian pegawai yang ada cukup untuk mengoperasikan sistem yang diusulkan atau apakah diperlukan penambahan/pengurangan prosedur dan keahlian. Kelayakan rencana berarti bahwa sistem yang diusulkan harus telah beroperasi dalam waktu yang telah ditetapkan.
Selain kelayakan, proyek sistem yang diusulkan harus mendukung faktor-faktor strategis,seperti:
Produktivitas mengukur jumlah output yang dihasilkan oleh input yang tersedia. Tujuan produktivitas adalah mengurangi atau menghilangkan\ biaya tambahan yang tidak berarti. Produktivitas ini dapat diukur dengan rasio antara biaya yang dikeluarkan dengan jumlah unit yang dihasilkan. Diferensiasi mengukur bagaimana suatu perusahaan dapat menawarkan produk atau pelayanan yang sangat berbeda dengan produk dan pelayanan dari saingannya. Diferensiasi dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas, variasi, penanganan khusus, pelayanan yang lebih cepat, dan biaya yang lebih rendah.
Manajemen melihat bagaimana sistem informasi menyediakan informasi untuk menolong manajer dalam merencanakan, mengendalikan dan membuat keputusan. Manajemen ini dapat dilihat dengan adanya laporanlaporan tentang efisiensi produktivitas setiap hari.
B. Fase Analisis Sistem Dalam fase ini :
Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbal-balik yang terkait dalam pengembangan sistem; definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan kendala-kendala sistem; ditambah identifikasi biaya, keuntungan dan estimasi jadwal untuk solusi yang berpotensi.
29 Fase analisis sistem adalah fase profesional sistem melakukan kegiatan
analisis sistem.
Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek sistem dan memulai fase analisis sistem. Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang
alasan untuk mengembangkan suatu sistem baru.
Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini. Profesional sistem mewawancarai calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin tidak diketahui secara penuh pada fase ini, jadi asumsi kritis dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup pengembangan sistem.
Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui, tim proyek sistem siap untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju.
C. Fase Perancangan Sistem secara umum/konseptual
Perancangan sistem merupakan tahap setelah analisis dari Siklus Hidup Pengembangan Sistem, di dalamnya terdapat pendefinisian dari kebutuhan kebutuhan fungsional, Persiapan untuk rancang bangun implementasi, Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk yang dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi, termasuk mengkonfirmasikan.
Tujuan dari perancangan sistem yaitu:
a) Untuk memenuhi kebutuhan para pemakai sistem.
b) Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat.
Sasaran Perancangan Sistem:
30 b) Harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan
c) Harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung pengolahan transaksi, pelaporan manajemen dan mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, termasuk tugas-tugas yang lainnya yang tidak dilakukan oleh komputer.
d) Harus dapat mempersiapkan rancang bangun yang terinci untuk masing-masing komponen dari sistem informasi yang meliputi data dan informasi, simponan data, metode-metode, prosedur-prosedur, orang orang, perangkat keras, perangkat lunak dan pengendalian intern.
Dalam Fase ini :
Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.
Jadi, perancangan sistem secara umum berarti untuk menerangkan secara luas bagaimana setiap komponen perancangan sistem tentang output, input, proses, kendali, database dan teknologi akan dirancang. Perancangan sistem ini juga menerangkan data yang akan dimasukkan, dihitung atau disimpan. Perancang sistem memilih struktur file dan alat penyimpanan seperti disket, pita magnetik, disk magnetik atau bahkan filefile dokumen. Prosedur-prosedur yang ditulis menjelaskan bagaimana data diproses untuk menghasilkan output.
D. Fase Evaluasi dan Seleksi Sistem
Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan
31 proyek sistem dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi dan seleksi sistem.
Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.
E. Fase Perancangan Sistem secara Detail/Fungsional
Fase perancangan sistem secara detail menyediakan spesifikasi untuk perancangan secara konseptual. Pada fase ini semua komponen dirancang
dan dijelaskan secara detail.
Perencanaan output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan. Semua input ditentukan dan format input baik untuk layar dan form-form biasa direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.
Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah input menjadi output. Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing pemakai dan pesonel operasi agar dapat bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan. Pada beberapa proyek sistem, teknologi baru dan berbeda dibutuhkan untuk merancang kemampuan tambahan macam-macam komputer, peralatan dan jaringan telekomunikasi. Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang,
32 membuat kode dan menguji sistem; instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.
Meskipun sejumlah orang telah me-review dan menyetujui setiap komponen rancangan sistem, review terhadap rancangan sistem secara detail harus dilakukan kembali secara menyeluruh dan lengkap oleh pemakai sistem dan personel manajemen, sedangkan profesional sistem mungkin tidak terlibat dalam kegiatan ini.
Tujuan dilakukannya review secara menyeluruh ini adalah untuk menemukan error dan kekurangan rancangan sebelum implementasi dimulai. Jika error dan kekurangan atau sesuatu yang hilang ditemukan sebelum implementasi sistem, sumber daya yang bernilai dapat diselamatkan dan kesalahan yang tidak diinginkan terhindari. Setelah semua review secara menyeluruh selesai dilaksanakan, perubahan-perubahan dibuat dan pemakai dan manajer sistem menandatangani laporan perancangan secara detail.
Alat-alat perancangan menolong profesional sistem untuk membentuk struktur sistem yang akan memenuhi kebutuhan pemakai selama aktivitas analisis. Alat-alat perancangan sistem yang digunakan adalah :
Spesifikasi proses untuk menjelaskan bagaimana data ditransformasikan menjadi informasi, seperti Pseudocode, Structure english, dan Tabel keputusan.
Hierachy Plus Input, Process, Output (HIPO) untuk merepresentasikan hirarki modul-modul program tidak termasuk dokumentasi interface antar modul.
Structure chart untuk merepresentasikan hirarki modul-modul program termasuk dokumentasi interface antar modul.
Diagram Warnier-Orr (W/O) untuk merepresentasikan struktur program dari gambaran umum sampai detail.
Diagram Jackson untuk merepresentasikan struktur program. F. Fase Impelemtasi Sistem dan Pemeliharaan Sistem
Pada fase ini sistem siap untuk dibuat dan diinstalasi, sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru. Laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu
33 a) Rencana implementasi dalam bentuk Gantt Chart atau Program and
Evaluation Review Technique (PERT) Chart dan
b) Penjadwalan proyek dan teknik manajemen. Bagian kedua adalah laporan yang menerangkan tugas penting untuk melaksanakan implementasi sistem, seperti :
Pengembangan perangkat lunak
Persiapan lokasi peletakkan system
Instalasi peralatan yang digunakan
Pengujian Sistem
Pelatihan untuk para pemakai system
Persiapan dokumentasi
2.5 STRATEGI PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA E-Government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti:wide area network, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan Pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya. Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain: pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efisien. Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan transparansi, peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan dan/atau pengurangan biaya. Berdasarkan fakta yang ada pelaksanaan e-Government di Indonesia sebagian besar barulah pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada tahap pemberian informasi.
34 Dari definisi tersebut dapat ditarik unsur-unsur obyek, tujuan dan alatnya sebagai terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.11 Alat, Tujuan, dan Objek E-Government
Berdasarkan fakta yang ada pelaksanaan e-Government di Indonesia sebagian besar barulah pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada tahap pemberian informasi. Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs tersebut gagal untuk mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas. Saat ini hanya 85 situs yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap. (Jakarta Post, 15 Januari 2003). Akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa e-Government bukan hanya sekedar publikasi situs oleh pemerintah. Pemberian pelayanan sampai dengan tahap full-electronic delivery service perlu diupayakan. Situs institusi publik di Indonesia selain dapat diakses secara langsung dapat diakses melalui entry point lembaga publik Indonesia
www.indonesia.go.id yang merupakan portal nasional Indonesia. Dari situs ini
selain memperoleh informasi pengunjung juga dapat mengakses secara langsung beberapa situs institusi publik dan media. Beberapa contoh implementasi e-Government yang mendominasi di seluruh dunia saat ini berupa pelayanan pendaftaran warga negara antar lain pendaftaran kelahiran, pernikahan dan penggantian alamat, perhitungan pajak (pajak penghasilan, pajak perusahaan dan custom duties), pendaftaran bisnis, perizinan kendaraan dsb.
35 A. Strategi Nasional Pengembangan E-Government di Indonesia
Sebagai negara berkembang, aplikasi e-government di Indonesia sebenarnya tidak termasuk menggembirakan kendatipun pemerintah sudah berusaha untuk merumuskan banyak peraturan perundangan terkait dengan teknologi informasi. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, misalnya, tampak sekali bahwa aplikasi e-gov Indonesia masih tertinggal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keterlambatan ini, dan tentu saja yang paling menentukan adalah kurang adanya komitmen untuk memperkecil kesenjangan digital kita dengan negara-negara maju disamping faktor infrastruktur dan kondisi geografis yang menyulitkan. Saat ini sebenarnya perangkat perundangan mengenai e-gov di Indonesia sudah cukup lengkap walaupun dibandingkan dengan negara-negara maju relatif terlambat. Dukungan pemerintah mengenai pentingnya e-gov baru mulai tampak pada awal tahun 1990-an walaupun di sektor swasta sudah banyak pelaku bisnis besar yang menggunakan teknologi dengan konsep e-commerce, e-banking atau tele-marketing.
Menyadari pentingnya penerapan konsep e-gov, pemerintah menerbitkan Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan E-Government. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-government tidak bisa dipungkiri adalah angin bagus bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di pemerintahan.
Dalam lampiran Inpres E-goverment, dipaparkan enam strategi yang disusun pemerintah dalam mencapai tujuan strategis e-government. Antara lain:
1. Strategi pertama adalah mengembangkan sistem pelayanan yang andal, terpercaya serta terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau. Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah.
2. Strategi kedua adalah menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini,
36 pemerintah ingin menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.
3. Strategi ketiga adalah memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat dimanfaatkan setiap situs pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan publik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra pemerintah.
4. Strategi keempat adalah meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis e-government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah.
5. Strategi kelima adalah mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat.
6. Strategi keenam adalah melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur Dalam pengembangan e-government, dapat dilaksanakan dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan.
B. Langkah-Langkah Pengembangan E-Government di Indonesia Berdasarkan perkembangan e-Gov di berbagai negara, khususnya Indonesia, maka dapat diperoleh lesson learned dari good practices dan bad practices yang masing-masing negara alami. Apabila lesson learned dipadukan dengan teori yang ada, maka dapat diusulkan suatu metodologi (langkah-langkah) pengembangan e-Gov yang bisa dijadikan panduan untuk lingkungan pemerintah di Indonesia.
37 Menurut Center for Democracy and Technology and InfoDev, proses implementasi e-Government terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan itu harus dilakukan secara berurutan dan masing-masing tahapan harus menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga tahapan tersebut, antara lain, yaitu :
1. Publish
Yaitu tahapan yang menggunakan teknologi informasi untuk meluaskan akses untuk informasi pemerintah, misalnya dengan cara pembuatan situs informasi di setiap lembaga, penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik, serta penyiapan sarana akses yang mudah. Beberapa contoh implementasi e-government yang termasuk tahap publish ini anataralain:
a) Masyarakat dapat melihat profil pejabat serta wakil rakyat di daerahnya, peraturan-peraturan daerah yang telah ditetapkan, Rencana Anggaran Belanja Daerah (RAPBD).
b) Seorang peneliti dapat melihat data statistik daerah tersebut untuk menjadi bahan kajian dan penelitiannya.
c) Seorang investor dapat mengetahui prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan investasi di daerah tersebut.
d) Masyarakat dapat melihat pengumuman lowongan dan penerimaan calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) di kabupatennya.
e) Wisatawan dari luar daerah dapat melihat potensi pariwisata yang dimiliki, pilihan transportasi serta hotel.
2. Interact
Yaitu meluaskan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, misalnya dengan cara pembuatan situs yang interaktif dengan publik, serta adanya antarmuka yang terhubung dengan lembaga lain.Contoh aplikasi yang dapat digunakan adalah; situs portal, e-mail, mailing list, Internet Relay Chatting, telconference, web-TV dan sebagainya. Beberapa contoh penerapan e-government pada tahap ini antara lain:
a) Seorang pasien dapat melakukan pendaftaran ke puskesmas atau rumah sakit yang diinginkan didalam pemeriksaan penyakitnya.
b) Suatu dinas pemerintahan yang membuka lowongan kerja dapat melakukan tes penerimaan secara langsung dan online melalui Internet.
38 c) Masyarakat dapat berdiskusi secara langsung melalui metoda mailing
list dengan wakil rakyatnya.
d) Suatu perusahaan swasta yang akan membuka cabang disuatu daerah dapat berdiskusi dan tanya jawab dengan instansi terkait mengenai prosedur dan persyaratan yang harus ditempuh.
e) Masyarakat dapat memilih atau memberikan pendapat tentang wakil rakyat dan pejabat secara langsung menggunakan media elektronik (electronic voting).
3. Transact
Yaitu menyediakan layanan pemerintah secara online. Pada tahap transaction juga terjadi interaksi dua arah seperti halnya pada tahap interactivity. Hanya disini user dapat mencari dan membeli suatu produk, atau membayar jasa layanan dan mengumpulkan suatu informasi yang akan diolah. Aplikasi yang digunakan disini jauh lebih kompleks, serta melibatkan sistem kemanan (security) yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan dengan aman dan melindungi hak-hak privacy pihak yang bertransaksi. Contoh implementasi e-government apda tahap ini:
a) Masyarakat dapat mengurus permohonan baru atau memperpanjang KTP, SIM atau passport secara langsung melalui Internet.
b) Wajib pajak dapat langsung mengisi formulir-formulir pajak yang panjang serta membayar kewajibanya secara online melalui Internet. c) Proses tender berbagai proyek pemerintah dapat dilangsungkan secara
online dan relatime melalui media Internet (konsep e-Procurement). d) Petani dan nelayan dapat menjual produknya pada pasca panen ke
institusi yang berkaitan.
39 Situs web pemerintah daerah merupakan salah satu strategi didalam melaksanakan pengembangan egovernment secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Pembuatan situs web pemerintah daerah merupakan tingkat pertama dalam pengembangan e-government di Indonesia dengan sasaran agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet.
Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah melalui jaringan informasi, pengembangan e-government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu :
a) Tingkat 1 – Persiapan
Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga.
Sosialisasi situs web untuk internal dan publik.
Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia menuju penerapan e-government.
Penyediaan sarana akses publik antara lain dalam bentuk Multipurpose Community Center (MCC), warung dan kios internet dan lain-lain
Pengembangan motivasi kepemimpinan (e-leadership) dan kesadaran akan pentingnya manfaat e-government (awareness buliding).
Penyiapan peraturan pendukung b) Tingkat 2 – Pematangan
Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif, antara lain dengan menambahkan fasilitas mesin pencari (search engine), fasilitas tanya jawab dan lain lain.
Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain (hyperlink). c) Tingkat 3 – Pemantapan
Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik.
Pembuatan penyatuan penggunaan (interoperabilitas) aplikasi dan data dengan lembaga lain.
d) Tingkat 4 – Pemanfaatan
Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to