• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PUBLIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik Yang dibina oleh Bapak Nurjati Widodo, S. AP, M.AP

Disusun Oleh:

1) Ricke Silva Lorenza (145030100111034) 2) Devi Sheila Ismaya (145030100111046) 3) Tasyakurnia Laili Putri (145030101111051) 4) Anastasia Jumriati B. (145030101111057) 5) Yualita Windy Lestari (145030101111048)

Kelas E

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi telah memaksa dunia khususnya kepada negara-negara maupun masyarakat di dalamnya untuk ikut serta terlibat dalam partisipasi berkembangnya aspek-aspek di seluruh kehidupan manusia. Ruang lingkup, dan batasan-batasan antar negara di dunia ini semakin sempit bahkan tidak ada batasan. Globalisasi telah mendunia, memaksa dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan secara mengglobal. Dengan berjalan dan berkembangnya dinamika-dinamika kehidupan secara mengglobal menyebabkan banyak sekali dampak yang melingkupinya. Baik dampak positif maupun negative, baik dalam skala kecil maupun besar. Proses-proses akulturasi memaksa kita agar memfilterisasi segala sesuatu agar tidak terjadi mengilangnya jati diri (Asimilasi).

Sejalan dengan mengglobalnya dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, timbulya hasrat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Terpenuhinya seluruh kebutuhan baik premier, sekunder, maupun tersier tidak lepas dari ikut serta peran Pemerintah di dalamnya karena sebagai pemegang kendali dalam scope negara. Dampak mengglobalnya Globalisasi di Negara Berkembang khususnya di Indonesia, membuka cakrawala akan dahsyatnya pengaruh yang dirasakan baik dari sisi ideology, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dan lain-lain. Kita sekarang hidup dalam dunia tanpa batas, dimana negara-bangsa telah menjadi rekaan dan dimana para politikus telah kehilangan semua kekuatan efektif mereka, ( menurut Harper Collins dalam Anthony Giddens,1995 ).

Informasi publik merupakan hak dasar yang mesti dipenuhi oleh lembaga publik untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Informasi ini ketika dikemas

(3)

sedemikian rupa akan dapat mendukung berkembangnya partisipasi publik dan hubungan yang ideal antara masyarakat dengan aparatur pemerintah. Akan tetapi, faktanya kemampuan sebagian masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi tidak sama baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, bukan saja terhadap media yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi, tetapi juga media konvensional yang telah berkembang sebelumnya. Kesenjangan informasi terjadi antara masyarakat baik dari latar belakang pendidikan, faktor ekonomis dengan faktor lingkungan geografis tempat tinggal.

Kehadiran Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik ini pun dikhawatirkan dapat menimbulkan “kepanikan” di kalangan birokrasi, karena bisa jadi masyarakat berbondong-bondong menyerbu instansi pemerintah dan meminta informasi apa saja yang mereka inginkan. Apa saja. Bisa saja nanti ada yang meminta penjelasan secara teknis maupun non-teknis tentang penanganan bencana lumpur di Sidoarjo, atau permintaan literatur yang sebenarnya sangat lama, misalnya berapa lokasi pekuburan Belanda di Indonesia.

Sistem informasi dapat membantu segala jenis informasi konsumsi publik dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta kapabilitas pelayanan publik dalam bentuk informasi publik elektronik kepada masyarakat. Tidak hanya itu dengan adanya sistem informasi, dapat dijadikan sebagai bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan organisasi publik atau pemerintah dilingkungan global yang dinamis saat ini. Strategi pemerintah merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan perusahaan dan menjadi pedoman dalam penyusunan strategi lainnya. Pengembangan sistem informasi (SI) Pemerintah yang didukung oleh penggunaan teknologi informasi (TI) dapat menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kinerja

(4)

pemerintah dalam komunikasi dan informasi serta pelayananan informasi kepada masyarakat.

Pengembangan Sistem Infomasi berkaitan dengan perkembangan teknologi. Dalam hal ini, bagaimana sistem informasi (SI) dapat memanfaatkan teknologi-teknologi yang semakin berkembang ini agar lebih efisien dan efektif dalam pemanfaatannya. Penggabungan teknologi dengan sistem informasi terutama dalam informasi publik menggunakan metode sehingga terciptalah sistem informasi yang berbasis teknologi informasi. Dalam pengembangan sistem informasi berbasis teknologi memerlukan langkah-langkah yang harus ditempuh dengan menyesuaikan dengan kebutuhan informasi dan teknologi komunikasi serta pengguanaan internet.

Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan sistem dan metoda pelayanan informasi publik yang efisien, dan efektif dengan bobot materi informasi yang terpercaya. Semua hal tersebut hendaknya dilakukan oleh instansi/lembaga penyedia informasi publik secara sinergi; hal ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi/lembaga penyedia informasi publik baik di pusat maupun daerah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep strategi pengembangan manajemen sistem informasi publik ?

1.2.2 Bagaimana pendekatan pengembangan manajemen sistem informasi publik ? 1.2.3 Bagaimana metodologi pengembangan sistem dan perangkat ?

1.2.4 Bagaimana langkah-langkah pengembangan manajemen sistem informasi publik ?

(5)

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis konsep strategi pengembangan manajemen sistem informasi publik.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pendekatan strategi pengembangan manajemen sistem informasi publik.

1.3.3 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis metodologi strategi pengembangan manajemen sistem informasi publik.

1.3.4 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis langkah-langkah strategi pengembangan manajemen sistem informasi publik.

1.3.5 Untuk memberikan contoh studi kasus pengembangan manajemen sistem informasi publik .

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem informasi menurut Loudon (dalam Husein dan Wibowo, 2000:89) didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi adopsi dan desain sistem. Beberapa faktor lingkungan eksternal adalah peningkatan biaya tenaga kerja atau sumber daya lain, persaingan dari perusahaan lain dan perubahan regulasi pemerintah (UU). Sedangkan faktor internal adalah faktor institusional organisasi yang mempengaruhi proses adopsi dan desain sistem informasi. Faktor ini mencakup value (tata nilai), norma, dan hal-hal penting yang dapat membentuk strategi penting dalam organisasi.

Sumber: Loudon (dalam Husein dan Wibowo, 2000)

Glueek, dkk, dalam LAN-RI (2008) mengemukakan ada empat strategi utama, yaitu langkah yang dilakukan setelah menganalisa proses kondisi lingkungan internal dan eksternal adalah menetapkan strategi yang sesuai, antara lain:

(7)

1. Stability Strategy

Industri yang menggunakan strategi stabilitas dapat melanjutkan strategi yang sebelumnya dapat dikerjakan. Keputusan strategi utama difokuskan pada penambahan perbaikan terhadap pelaksanaan fungsinya, alasannya karena industri atau perusahaan telah berhasil dalam taraf kedewasaan, lingkungan relative stabil, tidak terlalu berisiko.

2. Retrenchment Strategy

Strategi penciutan pada umumnya digunakan untuk mengurangi produk pasar, alasannya karena industri atau perusahaan tidak berjalan dengan baik, lingkungan semakin mengancam, mendapat tekanan dari konsumen sehingga peluang tidak dimanfaatkan dengan baik.

3. Growth Strategy

Strategi pertumbuhan banyak dipertimbangkan untuk dapat diterapkan pada industry dengan petimbangan bahwa keberhasilan industry adalah industry yang selalu terus berkembang. Strategi pertumbuhan melalui ekspansi dengan memperluas daerah pemasaran dan penjualan produk atau dapr berupa diversifikasi produk.

4. Combination Strategy

Strategi ini tepat digunakan bila industry banyak menghadapi perubahan lingkungan dengan kecepatan yang tidak sama, tidak mempunyai potensi masa depan yang sama serta mempunyai arus kas negative.

Untuk pengembangan agropolitan di suatu Kabupaten, startegi pertumbuhan (growth strategy) merupakan alternatif strstegi yang patut dipertimbangkan mengingat pembangunan di bidang pertanian terus berkembang dan pemerintah daerah selalu berusaha mencari solusi dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi untuk

(8)

meningkatkan produktifitas, pengolahan hasil yang berkualitas, pemasaran dan penganekaragaman produk guna meningkatkan daya saing.

Menurut Earl (1989), strategi pengembangan sistem informasi meliputi tiga pilar utama, yaitu Information System Strategy (ISS), Information Technology Strategy (ITS), dan Information Management Strategy (IMS).

Sumber: Earl, Michael J. (1989).

ISS, ITS, dan IMS mempunyai fokus yang berbeda namun memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga perubahan pada salah satu strategi akan sangat mempengaruhi strategi yang lain. ISS menekankan pada hubungan antara informasi dan kebutuhan bisnis organisasi. ITS fokus pada teknologi yang harus dimiliki dan dikembangkan organisasi. IMS berorientasi pada teknik manajemen yang akan dipergunakan organisasi.

ISS berkaitan dengan bagaimana mendefinisikan kebutuhan informasi yang mendukung kebutuhan organisasi secara umum, untuk menjamin terjadinya “the flow of information” yang efektif dan berkualitas. Setiap organisasi memiliki kebutuhan informasi yang unik. Keunikan tersebut antara lain terlihat dari (1) jenis dan karakteristik informasi, (2) relevansi informasi yang dihasilkan, (3) kecepatan alir

(9)

informasi dari satu bagian ke bagian lain dalam organisasi, (4) keakuratan informasi, (5) target nilai ekonomis informasi yang diperoleh, (6) batasan biaya yang harus dikeluarkan dalam pengolahan informasi, dan (7) struktur para pengguna informasi. Berdasarkan faktor-faktor keunikan tersebut sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit misalnya akan berbeda dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh bank. Bahkan sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit A akan berbeda dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh rumah sakit B.

Komponen utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah sistem informasi yang efektif dan efisien adalah teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil perkembangan ilmu komputer dan telekomunikasi. Oleh karena itu menurut Jogiyanto (2005:52) ITS berkaitan dengan strategi memilih teknologi sistem komputer (hardware dan software), dan teknologi sistem telekomunikasi yang akan digunakan organisasi. Pada kenyataannya, saat ini terdapat beragam tipe produk yang berkaitan dengan teknologi informasi. Fenomena yang terlihat sehubungan dengan hal ini adalah berlombanya beribu-ribu perusahaan untuk menciptakan produk-produk yang dapat dijadikan standar internasional pada kelasnya masing-masing.

Berdasarkan kenyataan ini sudah terlihat, bahwa perusahaan memerlukan strategi khusus paling tidak dalam memilih teknologi mana saja yang akan dibeli dan dimanfaatkan agar dapat dikembangkan sistem informasi yang dibutuhkan. Alasan lain diperlukannya ITS adalah karena adanya suatu resiko tertentu yang akan menjadi tanggungan perusahaan sehubungan dengan pemilihan suatu teknologi tertentu. Menurut Indrajit (1999) ITS diperlukan karena alasan berikut.

(10)

1. Perkembangan teknologi informasi sedemikian cepatnya (tumbuh secara eksponensial) sehingga usia suatu produk tertentu sangat pendek karena tergantikan dengan versi yang baru yang lebih baik;

2. Untuk satu jenis kelas produk, terdapat beribu-ribu vendor yang menjualnya dengan kelebihan dan kekurangan kualitas produk dan pelayanan yang dimiliki;

3. Sistem teknologi informasi terdiri dari ratusan komponen berbeda yang disatu sisi saling independen, sementara di sisi lain memiliki ketergantungan yang sangat tinggi;

4. Perusahaan dapat melihat infrastruktur teknologi informasi ini dari berbagai sudut pendekatan, seperti teknologi informasi sebagai cost center, profit center, investment center, atau service center yang masing-masing memiliki cara penanganan yang berbeda;

5. Teknologi informasi yang dibangun harus secara signifikan menjawab kebutuhan akan informasi yang telah didefinisikan pada ISS dengan catatan tetap mempertimbangkan keterbatasan perusahaan (misalnya biaya investasi dan kemampuan sumber daya manusia).

IMS berkaitan dengan strategi menentukan orang atau unit organisasi yang akan menangani sistem informasi dalam organisasi. IMS menjabarkan strategi organisasi agar target pembentukan sebuah sistem informasi yang handal dengan menggunakan teknologi informasi yang ada dapat diterapkan secara operasional baik untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, sejalan dengan tumbuhnya organisasi di masa mendatang. Tekanan strategi di sini tidak hanya pada siapa yang akan bertanggung jawab terhadap implementasi sistem informasi, tetapi

(11)

lebih jauh lagi pada bagaimana sistem yang telah dibangun dapat dipelihara dan dikembangkan di kemudian hari. Prinsip-prinsip pengembangan sistem, adalah :

1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen

2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar, maka setiap investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :

- Semua alternatif yang ada harus diinvestigasikan - Investasi yang terbaik harus bernilai

3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik

4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses pengembangan sistem

5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut 6. Jangan takut membatalkan proyek

7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem

2.2 Pendekatan Strategi Pengembangan Sistem

Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu 1. Pendekatan Klasik (classical approach)

Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila mengikuti tahapan pada System Life Cycle. Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut :

(12)

Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan (decision table). diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut.

b. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal.

Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.

c. Kemungkinan kesalahan sistem besar

Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahankesalahan sistem akan menjadi lebih besar.

d. Keberhasilan sistem kurang terjamin.

Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem

(13)

terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya. Mulai awal tahun 1970 muncul suatu pendekatan baru disebut dengan Pendekatan Terstruktur. Pendekatan ini pada dasarnya mencoba menyediakan kepada analis sistem dengan alat-alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem disamping tetap mengikuti ide dari system life cycle. 2. Pendekatan terstruktur (Structured Approach)

Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Beberapa metodologi pengembangan sistem yang terstruktur telah banyak yang diperkenalkan baik dalam buku-buku, maupun oleh perusahaan-perusahaan konsultan pengembang sistem. Metodologi ini memperkenalkan penggunaan alat-alat dan teknik-teknik untuk mengembangkan sistem yang terstruktur.

Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk alat-alat elektronik adalah dua contoh baru konsep ini yang banyak digunakan di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahan-permasalahan yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya sesuai

(14)

dengan anggaran biayanya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih baik (bebas kesalahan). Keuntungan pendekatan terstruktur :

 Mengurangi kerumitan masalah (reduction of complexity).

 Konsep mengarah pada sistem yang ideal (focus on ideal).

 Standarisasi (standardization).

 Orientasi ke masa datang (future orientation).

 Mengurangi ketergantungan pada disainer (less reliance on artistry). 3. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)

Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.

4. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)

Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap

(15)

analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.

5. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)

Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja).

6. Lompatan jauh (great loop approach)

Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.

7. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)

Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.

2.3 Metodologi Strategi Pengembangan Sistem

Metodologi pengembangan sistem berarti metode-metode, prosedur-prosedur, konsep konsep pekerjaan, aturan-aturan untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Berikut beberapa metode pengembangan sistem:

(16)

Model SDLC atau Sekuensial Linier sering disebut juga Model Air Terjun. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan

Model ini disusun bertingkat, setiap tahap dalam model ini dilakukan berurutan, satu sebelum yang lainnya. Model ini biasanya digunakan untuk membuat sebuah software dalam skala besar dan yang akan dipakai dalam waktu yang lama. Sangat cocok untuk pengembangan sistem yang besar.

Dalam tahapan ini dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai informasi. Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan prioritas tertinggi akan dipilih untuk pengembangan. Penyediaan sumber daya baru dan penyediaan dana untuk pengembangan sistem. Rencana kerja yang matang juga disusun untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya.

a. Fase Perencanaan Sistem:  Mendefinisikan Masalah

(17)

 Membuat jadwal proyek

 Menentukan staff yang terlibat dalam proyek  Memulai proses pengembangan proyek

Hasil dari tahapan ini adalah : Langkah-langkah detail rencana kerja dan penugasan untuk anggota tim.

b. Fase Analisis Sistem:

 Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbal-balik yang terkait dalam pengembangan system: definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan kendala-kendala system, ditambah identifikasi biaya, keuntungan dan estimasi jadwal untuk solusi yang berpotensi.  Fase analisis sistem adalah fase profesional sistem melakukan

kegiatan analisis sistem.

 Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek sistem dan memulai fase analisis sistem.

 Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang alasan untuk mengembangkan suatu sistem baru.  Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini.

Profesional sistem mewawancarai calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.  Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin

(18)

dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup pengembangan sistem.

 Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui,tim proyek sistem siap untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju.

Secara singkat tahapan fase analisis adalah:  Mengumpulkan informasi

 Mendefinisikan kebutuhan - kebutuhan sistem

 Membangun prototipe yang sesuai atau memenuhi kebutuhan sistem

 Menentukan prioritas kebutuhan sistem

 Membuat prototipe atas prioritas dan melakukan evaluasi terhadap alternatif yang dipilih

 Mereview rekomendasi terhadap pihak manajemen c. Fase Perancangan (Design)

1) Perancangan Sistem Secara Umum

Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.

(19)

Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.

Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan proyek system dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi dan seleksi sistem.

Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.

2) Perancangan Sistem Secara Detail

Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail. Perencanaan output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang

(20)

dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.

Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah input menjadi output. Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing pemakai dan pesonel operasi agar dapat bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan. Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan.

Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem; instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.

d. Fase Implementasi

Sistem siap untuk dibuat dan diinstalasi. Sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru. Laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu:

(21)

1. Rencana implementasi dalam bentuk Gantt Chart atau Program and Evaluation Review Technique (PERT) Chart.

2. Penjadwalan proyek dan teknik manajemen. Bagian kedua adalah laporan yang menerangkan tugas penting untuk melaksanakan implementasi sistem, seperti : Pengembangan perangkat lunak, Persiapan lokasi peletakkan sistem, Instalasi peralatan yang digunakan, dan Pengujian Sistem.

e. Fase Support

o Memelihara Sistem

o Memperbaiki Sistem

o Mendukung Pengguna

Kelebihan dan Kekurangan pada pendekatan Metode System Development Life Cycle (SDLC) atau waterfall atau ari terjun yaitu:

 Kelebihan

o Mudah diaplikasikan

o Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan

 Kekurangan

 Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir proyrk dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah besar karenaharus mengulang dari awal.

 Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota tim proyek harus menunggu tim lain untuk

(22)

melengkapi tugas karena memiliki ketergantungan hal ini menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.

 Persyaratan sistem "terkunci " setelah ditentukan (tidak dapat berubah).

 Keterlibatan pengguna terbatas (hanya dalam fase analisa kebutuhan sistem).

 Terlalu banyak fokus pada fase SDLC yang dapat merugikan praktek-praktek pengembangan sistem informasi.

2) Wibowo (2000:145), Jogiyanto (2005:479), McLeod (2004:133), dan Susanto (2003:313) menyebutkan metode-metode alternatif meliputi (1) Paket (package), (2) Prototipe (prototyping), (3) Pengembangan oleh pemakai akhir (end-user development atau end-user computing), (4) Outsourcing.

I. Paket (Package)

Pengembangan sistem dilakukan dengan membeli paket yang sudah tersedia. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih paket adalah spesifikasi paket yang dibutuhkan, ketersediaan paket, dan hasil evaluasi kemampuan paket.

II. Prototipe (Prototyping)

Merupakan pengembangan sistem secara bertahap, yaitu dengan mengembangkan prototipe sederhana dulu dan ditingkatkan dari waktu ke waktu sampai sistem selesai dikembangkan.

III. End User Computing

Pengembangan sistem oleh pemakai sistem dan digunakan oleh pemakai sistem itu sendiri.

(23)

Pengembangan sistem dengan bantuan pihak ke tiga dan sekaligus dioperasikan oleh pihak ketiga. Pemakai sistem dapat menggunakan sistem dengan menerima informasi secara periodik oleh pihak ketiga atau dapat menggunakan terminal yang dihubungkan ke tempat pihak ketiga yang mengoperasikan sistem.

Metode Pengembangan Sistem

Pengembang Pengguna

SDLC Analis sistem Departemen sistem

informasi

Paket Pihak ketiga Departemen sistem

informasi Prototyping Analis sistem Pemakai sistem End User Computing Pemakai sistem Pemakai sistem

Outsourcing Pihak ketiga Pihak ketiga

(24)

Bila dalam operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke proses yang pertama. Siklus ini disebut dengan Siklus Hidup suatu Sistem. Siklus Hidup Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup pengembangan sistem informasi saat ini terbagi atas enam fase, yaitu:

a) Perencanaan sistem

Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus mendapatkan

(25)

perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15 tingkat. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem informasi direncanakan secara matang, mencakup:

 Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit organisasi, kegiatan ataun sistem yang mana yang akan dilibatkan dalam pengembangan ini? unit mana yang tidak dilibatkan? Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya yang diperlukan.

 Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial. Perencanaan akan menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan, sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak awal.

 Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah dan harus berjalan secara bersamaan/paralel yang diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.

 Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus dipertegas sejak awal.

b) Analisis sistem

Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah

(26)

ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana penelitian sistem b. Mengorganisasikan tim proyek

c. Mendefinisikan kebutuhan informasi d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem e. Menyiapkan usulan rancangan sistem

f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah- masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.

c) Perancangan sistem secara umum / konseptual

Tahap setelah analisis dari Siklus Hidup Pengembangan Sistem, di dalamnya terdapat pendefinisian dari kebutuhan kebutuhan fungsional, Persiapan untuk rancang bangun implementasi, Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk yang dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen

(27)

yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi, termasuk mengkonfirmasikan.

Dalam Fase ini :

 Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.

 Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.

Jadi, perancangan sistem secara umum berarti untuk menerangkan secara luas bagaimana setiap komponen perancangan sistem tentang output, input, proses, kendali, database dan teknologi akan dirancang. Perancangan sistem ini juga menerangkan data yang akan dimasukkan, dihitung atau disimpan. Perancang sistem memilih struktur file dan alat penyimpanan seperti disket, pita magnetik, disk magnetik atau bahkan filefile dokumen. Prosedur-prosedur yang ditulis menjelaskan bagaimana data diproses untuk menghasilkan output.

(28)

d) Evaluasi dan seleksi sistem

Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan proyek sistem dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi dan seleksi sistem.

Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.

e) Perancangan sistem secara detail

Fase perancangan sistem secara detail menyediakan spesifikasi untuk perancangan secara konseptual. Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail. Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:

 Menetapkan rencana penelitian sistem  Mengorganisasikan tim proyek

 Mendefinisikan kebutuhan informasi  Mendefinisikan kriteria kinerja sistem  Menyiapkan usulan rancangan sistem

(29)

 Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan system

Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan.

f) Pengembangan Perangkat Lunak dan Implementasi sistem

Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertarna kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru didesain. Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi b. Mengumumkan rencana implementasi

c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak d. Menyiapkan database

e. Menyiapkan fasilitas fisik

f. Memberikan pelatihan dan workshop

g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem) h. Penggunaan sistem baru

Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan.

(30)

Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang. g) Pemeliharaan / Perawatan Sistem

Sebuah sistem yang sudah berjalan perlulah sebuah pemeliharaan agar tetap berjalan sesuai fungsinya serta bisa untu dikembangkan menjadi lebih baik.

2.5 Studi Kasus Strategi Pengembangan Sistem

Smart City merupakan suatu konsep pengembangan dan pengelolaan kota

dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Konsep Smart City ini dimaksudkan untuk mempermudah segala urusan

dengan dukungan konektivitas tinggi dari pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Dengan kata lain Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas atau pintar yang membantu masyarakat kota mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat guna kepada masyarakat atau lembaga dalam melakukan aktivitas secara real time.

Bandung Smart City adalah sebuah konsep kota yang memiliki koneksi terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi dalam pengelolaan kota. Segala permasalahan kota mulai dari kemacetan, penumpukan sampah, jalan rusak, keadaan kontur tanah suatu daerah, dan lainnya dapat secara real time diketahui dan dicari solusi terbaiknya dengan cepat. Konsep ini pertama kali diterapkan di “Kota Kembang” yang dipimpin oleh Ridwan Kamil Sebagai Walikota Bandung.

(31)

Smart city di Kota Bandung bertujuan untuk mengontrol birokrasi di internal dengan menggunakan sebuah sistem. Selain itu, samrat city pun dilakukan untuk observasi data internet CCTV dan data-data lain, berkomunikasi dengan warga, serta mengubah kultur laporan dari sebelumnya tekstual menjadi laporan visual. Konsep smart city yang di tawarkan oleh Bandung antara lain: citizen complaint online, Rapor camat/lurah oleh warga (SIP), monitoring program kerja Pemkot (Silakip), Perizinan Online (Hay.U), komunikasi aktif warga melalui akun Twitter tiap Dinas dan lain-lain.

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu membangun enam unsur dimensi dari Smart City yaitu:

1. Ekonomi Pintar (Smart Economi)

Smart Economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika semakin banyak inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.

2. Lingkungan Pintar (Smart Environment)

Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan

(32)

kuantitas air bersih, pengembangan system transportasi, pengembangan perumahan dan permukiman, dan peningkatan konsistensi pengendalian pembangunan infrastruktur.

3. Mobilitas Pintar (Smart Mobility)

Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan public. Menurut undang-undang tentang penataan ruang, mensyaratkan 30 % lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang terbuka hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih tertata merupakan contoh dari penerapan lingkungan yang pintar.

4. Masyarakat Pintar (Smart People)

Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya.

5. Kehidupan Pintar (Smart Living)

Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.

(33)

6. Pemerintah Pintar (Smart Governance)

Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.

Penerapan Konsep Smart City di Kota Bandung

1. Telah Terdapat 5000 Wifi Disetiap Ruang Public. Pengadaan Layanan Akses Internet Di Ruang Terbuka Publik.

Ruang terbuka publik di Bandung semakin banyak sesuai dengan proker walikota Bandung. Fasilitas internet gratis di ruang terbuka publik akan menarik minat masyarakat kota untuk berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu ruang terbuka publik tersebut adalah hadirnya taman di setiap sudut kota.

Dengan demikian, fungsi taman sebagai ruang publik pun akan kembali dengan sendirinya. Fasilitas serupa juga dibangun di tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja dan lainnya. Cara seperti ini akan memudahkan masyarakat dalam mengakses internet meski sedang beribadah. Selain akses penyediaan akses internet di ruang publik,

2. Aplikasi Panic Button

Cara kerja panic button ini, setelah diunduh dan di install di smartphone, pengguna perlu terlebih dahulu mengisi data pribadi yang akurat disertakan dengan nomor telepon orang terdekat yang bisa dihubungi. Dimana pengguna akan teregister

(34)

dengan nomor handphone dan dapat melaporkan apapun. Misalnya ada begal, dia tinggal pencet tombol, lalu nanti pesan itu sampai di command center.

Setelah data dan aplikasi terpasang, pemohon bantuan harus memencet 3 kali tombol panik di layar smartphone. Pemohon bantuan akan langsung terlacak di Bandung Command Centre. Lalu polisi di command center akan segera mengirimkan petugas ke lokasi. Kurang dari 3 menit, petugas akan langsung datang.

Selain memencet tombol „SOS‟ sebanyak 3 kali dari layar ponsel, ke depan PT Telkom Indonesia juga menyediakan tombol khusus yang berfungsi sama. Tombol tersebut cukup dipasang di lubang audio. Tombol tambahan ini rencananya bakal dilempar ke pasaran dengan harga jual sekitar Rp 50.000. Panic button ini kerjasama dengan kepolisian, lebih fokus kepada keamanan. Sebelumnya data handphone diregistrasi terlebih dahulu.

3. Kartu Bandung Pass atau Smart Card. Untuk meningkatkan pelayanan kepada warga, pemerintah Kota Bandung akan meluncurkan Bandung Pass atau Smart Card. Kartu multifungsi tersebut di antaranya bisa digunakan warga dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya.

Sistem diciptakan untuk mempercepat proses pelayanan Pemkot Bandung kepada masyarakat. Kartu ini sangat multifungsi karena bisa digunakan untuk semua kebutuhan warga seperti pendidikan dan kesehatan. Salah satunya bisa digunakan masyarakat untuk membayar tarif trasportasi seperti angkot, bus, dan lainnya. Smart Card didukung oleh lima bank lainnya, yakni Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Mega, Bank BCA, dan Bank BRI. Tahap awal peluncuran Bandung Smart Card ini adalah pengganti alat beberapa jenis pembayaran.

Salah seorang warga saat menunjukan Bandung Smart Card. Kartu tersebut diluncurkan sebagai upaya Pemkot Bandung mengurangi aktivitas transaksi tunai di

(35)

masyarakat. Bandung Smart Card merupakan salah satu dukungan kepada Kota Bandung untuk bisa menjadi kota pintar (smart city). Bandung Smart Card baru bisa melayani pembayaran pada electronic gate Trans Metro Bandung, mesin parkir elektronik, vending machine, dan pembayaran di Alfamart.

4. Sistem penilaian camat secara online, Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung memulai inisiatif open government yang dapat diisi sendiri oleh warga kota.

5. Sistem pelaporan masalah warga melalui SMS dan aplikasi mobile LAPOR, yang difasilitasi oleh UKP4 (unit kerja di bawah Presiden RI).

6. Sistem pengelolaan dana bantuan sosial (bansos) online yang lebih transparan; siapa saja yang mengajukan, siapa saja penerimanya, dan untuk apa dana digunakan.

7. Aplikasi banjir yang dapat memberikan informasi secara realtime, sehingga petugas di lapangan dapat bekerja tanpa harus menunggu laporan dari masyarakat. Aplikasi banjir ini terintegrasi dengan laporan cuaca. Debit air hujan dapat diukur di suatu titik. Tinggal dipantau kalau sensor salurannya merah, berarti ada yang tersumbat.

8. Pelayanan public lewat jaringan sosial media seperti twitter 9. Setiap dinas memiliki data digital

10. Smart goverment dengan mengupgread sistem di pemerintahan dari paper ke paperless dengan sistem informasi yang user friendly

11. Bandung akan punya kota pintar yang akan dinamai Bandung Technopolis seluas 400 hektar. Kota pintar di Gede Bage itu nantinya akan menjadi prototype penerapan smart city di Indonesia

Semua aplikasi tersebut dapat terus dipantau melalui ruangan Command Center yang tengah disiapkan oleh Pemkot Bandung. Di ruangan tersebut, akan siaga tim stakeholder terkait.

(36)

D. Bandung Command Center, Langkah Menuju Smart City

Bandung Command Center yang saat ini dimiliki oleh kota Bandung juga merupakan kolaborasi dari berbagai pihak. Bandung Command Center merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah kota Bandung dengan IBM dan Lembaga Afiliasi Penelitian Industri (LAPI) ITB.

Saat ini, Bandung Command Center berfungsi sebagai pusat terkumpulnya data-data terkait dengan kebutuhanBandung Smart City. Mulai dari SKPD, data dari masyarakat, sampai data dari internal ke luar, akan dipusatkan di sini. Aplikasi Panic Button Bandung juga terhubung langsung dengan Bandung Command Center.

Sebagai salah satu penunjang misi menuju kota pintar (smart city) Pusat kendali Bandung Command Centre menjadi unsur utama. Di instalasi canggih ini, terdapat dua software dan aplikasi unggulan yakni Media Social Mapping dan Panic Button.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjelaskan, Media Social Mapping merupakan software canggih yang dihibahkan oleh pemerintah Norwegia sebagai uji coba. Piranti lunak ini mampu menangkap segala macam percakapan warga di media sosial facebook dan twitter yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik ataupun keluhan-keluhan warga terkait dengan infrastruktur.

Mesin ini bisa mengatract percakapan warga. Dihitung per wilayah per isu masalah. Jika menklik isu macet akan muncul isu macet di kecamatan mana saja. Setelah keluhan-keluhan warga terpetakan sesuai wilayah, Ridwan Kamil bisa langsung mengambil keputusan. Pengalokasian bantuan sumber daya tidak dipukul rata, tapi dijabarkan oleh mapping tadi sesuai pemetaan masalah. Pemkot Bandung mengolah data dan mengambil keputusan manajemen yang akurat. Tanpa Social Media Mapping ini kita hanya mengira-ngira atau menunggu warga complain.

(37)

E. Tujuan Penerapan Konsep Smart City di Kota Bandung

Tujuan penerapan Bandung Smart City ini adalah sebagai solusi dari berbagai permasalahan kemacetan, fasilitas umum yang rusak, penumpukan sampah, mengetahui kondisi tanah yang layak dijadikan lahan pertanian atau lahan mendirikan bangunan.Dalam pertemuan acara Indosat ICT Conference 2.0 "smart ICT for Your Business Succes" yang dihadiri oleh Walikota Bandung di Hotel ritz Carlton Pacific Place Jakarta. Ridwan Kamil menjelaskan penerapan sistem Smart City bertujuan agar masyarakat bisa saling terhubung, sedangkan dalam pemerintah memiliki kemampuan untuk IT.

Sejumlah Langkah dilakukan oleh Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung, untuk mewujudkan Smart City telah berjalan baik, yang bertujuan untuk meramaikan tempat publik seperti taman dan tempat ibadah. Penerapan system Smart City di kota Bandung sudah sewajarnya dilaksanakan, agar Kota Bandung bisa menjadi kota yang dikenal di ASEAN bahkan Internasional sebagai kota berlabel Smart city dan bisa menjadi langkah awal bahwa indonesia akan menjadi negara maju.

Untuk menjadikan Bandung sebagai kota berlabel Smart city ini memang perlu membutuhkan waktu dan biaya dalam pengembangannya. oleh karena itu, pemerintah Kota Bandung bekerjasama dengan PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk yang telah melakukan penandatanganan kerjasama antara Walikota Bandung, general Manager telkom wilayah Jabar, Binuru, dan Direktur IT solution Startegic Portopolio Telkom, Indra Utoyo. F. Manfaat Smart City

· Smart City membuat kota lebih efisien dan layak huni

· Dengan digulirkannya Smart City, maka diharapkan Kota Bandung bisa memiliki daya saing tinggi. Sehingga secara otomatis, para investor akan berdatangan untuk menanamkan modalnya di Kota Bandung.

(38)

· Konsep smart city membuat layanan e-government dapat lebih cepat implikasinya kepada masyarakat. Dengan begitu bisa meningkatkan produktivitas daerah atau daya saing ekonomi

· Smart city meningkatkan pelayanan kesehatan dan kesejahteran masyarakat

· Masyarakat bisa saling terhubung sedangkan dalam pemerintah memiliki kemampuan untuk IT

· Semua perizinan akan dengan cepat dilayani seperti pajak, pendidikan dan kesehatan G. Kelebihan dan Kekurangan Bandung Smart City

Penerapan konsep Bandung Smart City ini memiliki kelebihan yaitu, diantaranya adalah segala permasalahan kota mulai dari kemacetan, penumpukan sampah, jalan rusak, keadaan kontur tanah suatu daerah, dan lainnya dapat secara real time diketahui dan dicari solusi terbaiknya dengan cepat, masyarakatnya bisa saling terhubung, serta pemerintah dapat memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur kehidupan warganya dengan bantuan Informasi dan Teknologi.

Bandung yang sejak awal memiliki potensi perekonomian di bidang jasa dan merupakan pusat bakat dibidang kreatif serta IT (informasi Teknologi) diharapkan (dengan keberadaan Sistem Smart City ) dapat mempunyai kawasan internet yang stabil di pemerintah kota, sambungan internet yang murah di kawasan strategis, serta meningkatnya komunikasi paperless.

Namun penerapan konsep Bandung Smart City juga memiliki beberapa kekurangan yang diharapkan nantinya dapat diatasi agar pengembangan konsep Bandung Smart City dapat berjalan dengan optimal, kekurangan tersebut diantaranya yaitu seperti pada aplikasi mobile Panic Button dalam pelaksanaannya belum ada yang benar-benar nyata, kebanyakan hanya ingin mecoba-coba saja, dan petugas yang merespons panggilan pannic button ini juga tidak beroperasi 24 jam.

(39)

Berdasarkan hasil penelitian manajemen untuk taman, mayoritas taman di Kota Bandung memiliki konsep yang baik tetapi belum dirawat dan dikelola secara sustainable alias berkelanjutan. Saat ini pembenahan infrastruktur Kota Bandung masih belum dikelola secara maksimal. Oleh karena itu perlu penanganan lebih lanjut dalam pelaksanaannya.

H. Kesimpulan dan Pendapat Saya Mengenai Konsep Bandung Smart City

Dengan menerapkan konsep Bandung Smart City, pemerintah kota dapat mengawasi jalannya pekerjaan dan program pemerintah dengan mudah, karena semua saling terhubung. Diharapkan pula dapat meminimalisiasi keterlambatan informasi serta dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi suatu program pemerintah.

Karena konsep Bandung Smart City merupakan sebuah konsep kota yang memiliki koneksi terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi dalam pengelolaan kota. Dengan adanya konsep Bandung Smart City ini diharapkan segala permasalahan kota Bandung mulai dari kemacetan, penumpukan sampah, jalan rusak, dan lainnya dapat secara real time diketahui dan dicari solusi terbaiknya dengan cepat.

Oleh karena itu pemerintah Kota Bandung diharapkan bisa mengembangkan dan lebih mengoptimalkan sistem maupun aplikasi dari konsep Bandung Smart City yang nantinya akan menunjang kemudahan bagi warga Kota Bandung. Selain itu agar harapan warga kota Bandung menjadi sebuah kota pintar dapat terlaksana dengan cepat. Oleh karena itu masyarakat dan pemerintah kota harus saling bekerjasama agar Bandung Smart City ini dapat terwujud dengan efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan waga kota Bandung

(40)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Kebutuhan untuk mensinkronkan perencanaan strategi dengan pengembangan sistem infoemasi sudah semakin mendesak. Organisasi tidak bisa lagi berbangga memiliki beberapa sistem aplikasi yang mempermudah operasional, tetapi juga sudah harus mulai memikirkan bagaimana semua sistem aplikasi yang ada.

Perencanaan strategi nasional untuk organisasi harus diteliti ulang secara menyeluruh karena hal ini merupakan kunci yang akan menjadi titik tolak dari perencanaan strategis sistem informasi. Hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan karena eksekutif belum memiki permainan perencanaan yang telah terdokumentasi secara menyeluruh.

Metodologi perencanaan strategis organisasi sangat besar peranannya dalam hal ini. Dengan melakukan wawancara, kajian, dan menyusun faktor-faktor strategis dalam beberapa dokumen planning, maka akan tercipta sebuh ide untuk menghubungkan semua faktor-faktor strategis tersebut secara logis dan sistematis.

Siklus Hidup Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup pengembangan sistem informasi saat ini terbagi atas enam fase, yaitu : Perencanaan sistem, Analisis sistem, Perancangan sistem secara umum/konseptual, Evaluasi dan seleksi sistem, Perancangan sistem secara detail, Pengembangan Perangkat Lunak dan Implementasi sistem, dan Pemeliharaan/Perawatan Sistem.

Pemerintah menerbitkan Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan E-Government. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang

(41)

kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-government tidak bisa dipungkiri adalah angin bagus bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di pemerintahan. Dalam lampiran Inpres E-goverment, dipaparkan enam strategi yang disusun pemerintah dalam mencapai tujuan strategis e-government.

Dengan menerapkan konsep Bandung Smart City, pemerintah kota dapat mengawasi jalannya pekerjaan dan program pemerintah dengan mudah, karena semua saling terhubung. Diharapkan pula dapat meminimalisiasi keterlambatan informasi serta dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi suatu program pemerintah. Karena konsep Bandung Smart City merupakan sebuah konsep kota yang memiliki koneksi terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi dalam pengelolaan kota.

Oleh karena itu pemerintah Kota Bandung diharapkan bisa mengembangkan dan lebih mengoptimalkan sistem maupun aplikasi dari konsep Bandung Smart City yang nantinya akan menunjang kemudahan bagi warga Kota Bandung. Selain itu agar harapan warga kota Bandung menjadi sebuah kota pintar dapat terlaksana dengan cepat. Oleh karena itu masyarakat dan pemerintah kota harus saling bekerjasama agar Bandung Smart City ini dapat terwujud dengan efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan waga kota Bandung.

3.2 Saran

Setelah pembahasan diatas, kami mempunyai beberapa saran untuk:

 Masyarakat : Untuk masyarakat sebaiknya menggunakan teknologi digunakan dengan benar. Misalnya untuk mencari informasi mengenai kinerja pemerintah daerah masing-masing maupun pemerintah pusat. Selain itu, pemanfaatan teknologi untuk menambah wawasan dengan

(42)

berkembangnya informasi-informasi yang didapat melalui teknologi yang ada.

 Pemerintah : Untuk pemerintah sebaiknya terus mengemangkan layanan publik dengan berbagai model dan type sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Sehingga informasi yang berasal dari pemerintah akan sampai ke masyarakat dan sebaliknya pemerintah dapat mengetahui informasi apa saja yang sedang berkembang dikalangan masyarakat.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Konsep Strategi Pengembangan. Melalui

http://2frameit.blogspot.com/2012/03/konsep-strategi-pengembangan.html. Diakses [21/11/2016].

Iiriadi, Fajar. 2011. Pendekatan Pengembangan Sistem.

Usniatun, Siti. 2012. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Untuk Mendorong Peningkatan Keunggulan Bersaing Pada Perusahaan Dan Organisasi Modern.

Zakiyudin, Ais. 2012. Sistem Infomasi Stategis.

http://windagunawan96.blogspot.co.id/2016/06/konsep-bandung-smart-city-a.html https://id.techinasia.com/bandung-smart-city http://trisatya.blog.widyatama.ac.id/2016/03/13/smart-city/ http://www.infokomputer.com/2015/08/fitur/bandung-smart-city-ridwan-kamil-menuju-bandung-juara/ https://www.scribd.com/doc/266647236/Rangkuman-Masalah-Smart-City-di-Bandung http://regional.kompas.com/read/2015/12/14/15131941/Bandung.Smart.Card.Bisa.Dipakai.un tuk.Belanja.dan.Bayar.Parkir http://jurnalmedia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3709:smart-city-jadikan-bandung-bota-digital&catid=424:advertorial&Itemid=552

Referensi

Dokumen terkait

Lebih rinci, Hancock dalam Andayani (2008: 3) menyatakan bahwa literasi informasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk: (1) mengenali kebutuhan informasi,

Anda harus mengetahui risiko yang terkait dengan keterlambatan pengungkapan informasi yang dapat terjadi dalam kondisi pasar tertentu; harga Kontrak SSF di DGCX

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komparasi model pembelajaran Teaching Factory (TEFA) dengan Project Based Learning ( PjBL) terhadap keaktifan dan hasil belajar

PENGARUH UPAH BURUH TERHADAP PERMINTAAN TENAGA KERJA DI SEKTOR PERKEBUNAN KARET RAKYAT (STUDI KASUS KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN) 88 Hanya ada satu kombinasi input

Dalam kasus permasalahan ini penulis mencoba untuk membuat penelitian awal dengan menganalisa beberapa algoritma tentang perbandingan kata ataupun kalimat dengan

Proses awal peningkatan kualitas citra hasil gambar radar dengan metode neighborhood averaging filters ini adalah melakukan pengambilan citra radar yang berkurang baik