• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PATEN DAN SYARAT PENDAFTARAN. Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan undang-undang diberikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PATEN DAN SYARAT PENDAFTARAN. Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan undang-undang diberikan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PATEN DAN SYARAT PENDAFTARAN

2.1 Pengertian Paten

Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan undang -undang diberikan

kepada si pendapat/si penemu (uitvibnder) atau menurut hukum pihak yang berhak

memperolehnya, atas permintaannya yang diajukannya kepada pihak penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan b aru dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang industri.

Paten dalam Pasal 1 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 dirumuskan sebagai berikut :

Paten adalah hak ekslusif yang diberikan negara kepada inventor atas “hasil invensinya” di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.”

Pembuat Undang-Undang menegaskan bahwa yang dimaksud haknya, yaitu berupa ide yang lahir dari penemuan tersebut. Jadi bukan hasil dalam bentuk produk materil, bukan bendanya. Oleh karena itu, jika yang dimaksudkan itu adalah

idenya, maka pelaksanaan dari ide itu yang kemudian membuahkan hasil dalam

bentuk benda materil. Ide itu sendiri adalah benda immateril yang lahir dari proses

(2)

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi invensi dalam bidang teknologi dan teknologi yang pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang dapat diterapkan dalam proses industri.

Sementara pengertian paten menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Dani K. menyebutkan :

Paten surat pernyataan atau ijin dari pemerintah yang menyatakan bahwa orang/atau perusahaan boleh membuat barang pendapatannya sendiri. Orang/atau perusahaan lain tidak boleh membuatnya, barang yang mendapat

paten tidak boleh ditiru.1

Dari pengertian menurut undang-undang dan pengertian menurut bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa paten adalah merupakan hak bagi seseorang yang telah mendapat penemuan baru atau cara kerja baru dan perbaikannya, yang kesemua istilah itu tercakup dalam satu kata, yakni “invensi” dalam bidang teknolo gi yang diberikan

oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya diperkenankan untuk

menggunakannya sendiri atau atas izinnya mengalihkan penggunaan hak itu kepada orang lain.

2.1.1 Dasar Hukum Paten

Dasar hukum Paten di Indoensia diatur dalam Undang -Undang Nomor 14 Tahun 2001 dan secara internasional dasar hukum pengaturan paten adalah Paris

1 D a n i K , 2 0 0 2 , K a m u s L e n g k a p B a h a s a I n d o n e s i a d i L e n g k a p a i d e n g a n E Y D , P u t r a H a r s a S ur a b a ya , h. 3 8 8

(3)

Convention, Paten Cooperation Treaty (PCT), European Paten Convention (EPC) dan TRIPs Agreement.

2.1.2 Subyek dan Obyek Paten a. Subyek Paten

Mengenai subjek paten dalam Pasal 10 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyebutkan :

(1) Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima

lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan.

(2) Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama

-sama hak atas invensi tersebut dimiliki secara ber-sama --sama oleh para inventor yang bersangkutan.

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 disebutkan : “Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai inventor adalah seseorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai inventor dalam permohonan.

Selanjutnya dalam Pasal 12 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 disebutkan :

(1) Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang

dihasilkan dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang

memberikan pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan lain.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku

(4)

yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan invensi.

(3) Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak

mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut.

(4) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan :

a. dalam jumlah tertentu dan sekaligus;

b. persentase;

c. gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau

bonus;

d. gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau

e. bentuk lain yang disepakati para pihak;

yang besarnya ditetapkan oleh pihak -pihak yang bersangkutan.

(5) Dalam hal ini tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan

dan penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga.

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

sama sekali tidak menghapuskan hak inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten.

Dari ketentuan di atas dapat dijelaskan bahwa ketentuan ini memberi penegasan bahwa hanya inventor, atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan, yang berhak memperoleh paten atas invensi yang bersangkutan.

(5)

Penerimaan lebih lanjut hak inventor tersebut dapat terjadi karena pewarisan, hibah, wasiat atau perjanjian, sebagaimana diatur oleh undang -undang ini.

b. Objek Paten

Apabila berbicara tentang objek sesuatu, maka itu tidak dapat terlepas dari pembicaraan tentang benda. Jika hal ini kita kaitkan dengan paten, maka objek tersebut adalah suatu benda tak berwujud, oleh karena paten itu adalah benda tak berwujud yang merupakan bagian dari hak atas kekayaan perindustrian. Paten mempunyai objek terhadap temuan atau

invensi (uitvinding) atau juga disebut dengan invention dalam bidang

teknologi yang secara praktis dapat dipergunakan dalam bidang perindustrian. Pengertian industri disini bukan saja terhadap industri tertentu akan tetapi dalam arti seluas -luasnya termasuk di dalamnya hasil perkembangan teknologi dalam industri bidang pertanian, industri bidang teknologi peternakan, dan bahkan industri dalam bidang teknologi pendidikan.

2.1.3 Sistem Perlindungan Paten

Perlindungan hukum atas Paten diperoleh melalui sistem pendaftaran, yaitu dalam hal ini dianut Sistem Konstitutif.

Menurut Sistem Konstitutif, Hak atas Paten diberikan atas dasar pendaftaran yaitu proses pendaftaran dengan melalui tahapan permohonan oleh inventor dan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dalam sistem ini titik beratnya adalah pada proses pendaftaran melalui tahap permohonan dan pemeriksaan. Sistem ini dikena l pula dengan

sebutan Sistem Ujian (Examination System).2

(6)

Pengajuan permohonan pendaftaran Paten harus memenuhi persyaratan -persyaratan yang telah ditentukan yaitu : -persyaratan formal/administrasi dan substantif, yang nantinya juga melahirkan dua tahap p emeriksaan yaitu pemeriksaan formal/administrasi dan pemeriksaan substantif.

Persyaratan formal mencakup kelengkapan dalam bidang administratif dan fisik, seperti : tanggal, bulan dan tahun surat permintaan Paten, nama lengkap dan kewarganegaraan dari si penemu/inventor, alamat lengkap, judul penemuan, klaim yang terkandung dalam penemuan, deskripsi tertulis tentang penemuan, gambar serta abstraksi mengenai penemuan. Pemeriksaan pertama terhadap kelengkapan persyaratan formal harus sudah selesai sebelum mem asuki tahap pemeriksaan substantif.

2.1.4 Jenis-Jenis dan Jangka Waktu Perlindungan Paten

Paten yang menggunakan hasil -hasil riset yang diterapkan dalam praktik memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa dan negara. Dalam bidang industri yang merupakan media untuk pembangunan ekonomi secara terus-menerus dicari sumber pengembangannya, oleh karena itu, perlindungan

hukum bagi temuan (invention) paten adalah mutlak demi merangsang kreativitas

penemu sekaligus menciptakan kepastian hu kum.

Di Indonesia Paten dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu Paten Biasa dan Paten Sederhana. Yang mendapat perlindungan dalam Paten (Paten Biasa) adalah penemuan di bidang produk dan proses. Paten sederhana hanya menyangkut penemuan di bidang produk , tidak ada Paten Sederhana untuk proses. Persyaratan perlindungan Paten Sederhana lebih

mudah, hanya melihat unsur kebaruan (new) dan kemanfaatan dari inovasi

produk, sedangkan langkah inventif step tidak dipersyaratkan.3

(7)

Penemu (inventor) dalam proses baru atau produk baru tidak boleh dibebani dengan resiko penanaman modal yang seringkali tidak sedikit jumlahnya dalam pembiayaan peralatan, produksi atau riset, serta perkembangan pemasarannya, apabila seorang saingan adalah bebas untuk meniru atau memperg unakan temuannya tanpa mengorbankan berbagai bentuk yang diperlukan untuk sebuah penemuan.

Setiap bagian besar dari riset dalam bidang teknologi dan industri yang diterapkan, tidak dapat dibiarkan begitu saja proteksinya tanpa adanya perlindungan hukum bagi invensi tersebut sehingga harus dirahasiakan secara ketat.

Perkembangan mengenai paten dewasa ini, menunjukkan bahwa masalah paten tidak lagi merupakan sistem perlindungan hak individu terhadap penemuan baru dalam bidang teknologi, tetapi semakin maju d an meluas ke percaturan politik dan ekonomi antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju dengan segala kaitan dan akibatnya. Berkenaan dengan rasa keadilan dan jerih payah tersebutlah maka negara-negara di dunia memberikan penghargaan yang waj ar bagi sesuatu temuan baru tersebut, Namun demikian sama dengan hak atas benda lainnya, tidak ada hak yang dapat digunakan tanpa batas. Suatu hak haruslah menjalankan fungsi sosial. Ini adalah asas yang dianut oleh hukum benda dalam Pasal 570 KUHPerdat a yang membat asi penggunaan hak milik, pas al 6 UUPA yang membat asi penggunaan hak hak at as t anah, demiki an juga pas al 27 Undang -undang Nomor 7 Tahun 1987, pas al 10 (3) Undang --undang Nomor 6 Tahun 1982.

Oleh karena itu, terhadap hak paten juga berlaku asas ini . Hak paten haruslah menjalankan fungsi sosialnya, karena itu sewaktu -waktu ia dapat menjadi milik publik, melalui ketentuan masa berlakunya. Hal ini berarti setiap orang (masyarakat) bebas untuk menggunakan paten tersebut tanpa meminta izin dari pemilik paten dan hal ini tidak dianggap pelanggaran hak

(8)

atas paten. Dengan kata lain bila jangka waktu paten berakhir, maka akan

hapuslah hak atas paten tersebut.4

Selain hak yang diberikan kepada pemegang paten, juga kepadanya diberikan kewajiban untuk melaksanakan patennya dalam industri. Hal ini merupakan upa ya untuk m enj aga kes ei mbangan hak dan kewaj iban. Adan ya kewaj iban i ni juga dimaksudkan untuk mem beri kan m akna fungsi sosi al , mencegah pen yal ahgunaan hak yang diberi kan. At as das ar it u pul a, m aka Undang-undang P at en Nomor 14 Tahun 2001 yang mengatur pembat al an pat en.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tent ang P aten mengat ur cara pem bat al an hak at as pat en ini dengan ti ga cara yaitu :

1. paten yang batal demi hukum,

2. pembatalan paten atas permintaan pemegang paten dan;

3. pembatalan karena gugatan.

Pas al 88 Undang -Undang P at en Nomor 14 Tahun 2001, m en yat akan bahwa pat en di n yat akan bat al demi hukum apabil a P em egang Pat en tidak mem enuhi kewaj ibann ya mem ba yar bi a ya tahunan dal am wakt u yang dit entukan dal am undang-undang ini .

Bat aln ya paten demi hukum t ersebut diberi tahukan s ecara t ertuli s ol eh Kantor Pat en kepada pemegang pat en dan pem egang l is ensi pat en, dan mul ai berl aku s ej ak tanggal pemberi tahuan ters ebut (Pasal 88 Undang -undang P at en Nomor 14 t ahun 2001 ). P at en yang bat al demi hukum ters ebut dicat at dal am daft ar Um um P at en dan dium umkan dalam Berit a R esmi Pat en.

(9)

Sedangkan pem bat al an paten atas permi ntaan pemegang pat en di atur dal am Pasal 89 Undang -undang P at en Nomor 14 Tahun 2001. Menurut ketentuan ini, pat en dapat di batalkan oleh Kant or P at en (Depart em en Kehakiman Republi k Indonesi a) untuk s el uruhn ya at au s ebagi an atas permint aan pemegang pat en yang diaj ukan secara tertulis kepada Kantor P aten.

Pembat al an t ers ebut tidak dapat dil akukan, jika orang yang m enurut catat an dal am daftar umum pat en m em egang lisnesi untuk mel aks anakan pat en yang bersangkutan tidak m em berikan pers etuj uan s ecara t ertulis yang dilam pi rkan pada permintaan pembat al an tersebut .

Keputusan t ent ang pem bat al an paten t ersebut diberitahukan secara tertulis oleh Kantor Pat en kepada pemegang pat en dan pem egang lis ensi pat en. Keputusan pembat al an i ni di cat at dal am daft ar umum pat en dan di umumkan dal am beri ta resmi pat en, P as al 89 a yat (1), (2), Undang -undang P at en Nomor 14 Tahun 2001.

Sel anjut n ya m enurut Pasal 90, suatu pat en dapat di bat al kan karena gugat an. Gugat an i ni dapat dilakukan dal am hal, pat en ters ebut seharusn ya ti dak dapat diberikan menurut ket entuan P as al 2 dan 7 Undang -undang P at en Nom or 14 Tahun 2001. P asal 2 m engatur tent ang s yarat -s yarat invensi yang dapat diberi kan paten yait u mengandung kebaruan, mengandung langkah inventi f dan dapat di terapkan dal am indust ri. S edangkan Pasal 7 mengatur tent ang penemuan -penem uan yang t idak dapat diberi kan pat en dan yang ditunda. Alasan lain adal a h bahwa pat en ters ebut s am a dengan paten lai n untuk penemuan yang s ama berdas arkan undang -undang ini .

(10)

Gugat an t ersebut dapat di aj ukan ol eh pihak ket i ga kepada pem egang pat en m el alui P engadil an Negeri di Indonesi a .Menurut ket entuan P as al 95 Undang-undang P at en Nom or 14 Tahun 2001, pembatalan pat en menghapus segal a aki bat hukum dan hak -hak lai nn ya yang berasal dari pat en ters ebut.

Menurut Pasal 8 Undang -undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 jangka waktu pat en s elam a 20 t ahun t erhit ung sejak t anggal penerim aan dan j angka waktu itu tidak dapat diperpanj ang. S ement ara untuk pat en s ederhana di atur dal am pas al 9 Undang -Undang Pat en Nomor 14 Tahun 2001 di beri kan untuk jangka wakt u 10 t ahun terhitung sej ak t anggal penerim aan dan jangka waktu it u tidak dapat diperpanjang. J angka waktu itu dihitung s ej ak t anggal penerim aan

permint aan pat en (fi ling date). Tanggal tersebut din yat akan dal am Surat Pat en

(Let ter of patent) yang diberikan ol eh Kantor Pat en. Tanggal m ul ai dan berakhi rn ya j angka waktu pat en dicatat dal am Daft ar Umum P at en dan diumum kan dal am B eri ta Resmi P at en.

Sel anjut n ya perlu pul a di catat bun yi Penj el as an P as al 8 a yat (2) Undang-undang P at en Nomor 14 Tahun 2001, yang men yatakan bahwa : perubahan penentuan j angka waktu perlindungan pat en s el am a 20 tahun dari semula 14 tahun dan kem ungkinan perpanj angan untuk s el ama 2 t ahun i ni dimaksudkan untuk men yes uaikan dengan tingkat perlindungan yang di anggap mem adai dan s es uai dengan st andar yan g dit ent ukan dal am Perset ujuan TR IPs. Perpanj angan paten i ni s ebenarn ya dapat lebi h m erangs ang dan mendorong para penelit i dan m as yar akat pada umumn ya untuk lebih giat m el akukan peneliti an

(11)

membutuhkan pengorbanan tenaga, wakt u, dan bia ya yang dari segi ekonom i seringkali bernil ai cukup bes ar. Dal am hal demi kian maka sudah s epant as n ya mas a perl indungan pat en juga diacukan pada pert imbangan perlun ya m em berikan kes empat an yang cukup untuk mengembalikan bi a ya yang s udah di kel uarkan. Dengan pertim bangan ini maka jangka waktu pe rli ndungan yang l ebi h panj ang akan m emberi pel uang kepada m ereka untuk m eni km ati m anfaat ekonom i s ecara lebi h m em adai dari hasil penemuann ya.

Di Negara Indonesia jangka waktu paten itu dihitung mulai tanggal pemberian paten atau mulai tanggal pengumuman pa ten itu. Salah satu pertimbangan untuk pemberian hak atas paten adalah untuk memberi imbalan kepada si penemu atas usaha dan investasi yang telah ditanamkan dalam penemuannya itu, maka jangka waktu berlakunya paten itu penting karena masa itu si pemegang p aten dapat

memanfaatkan hak khususnya dengan cara memberikan lisensi (licence) atau izin

khusus kepada seseorang atau badan hukum, bahwa pihak yang diberi izin itu boleh membuat barang, cara kerja atau melakukan perbuatan -perbuatan mengenai pendapat si pemegang yang sudah dipatenkan, sedangkan bagi pihak lain yang tidak diberi izin tidak diperkenankan untuk melakukan hal yang sama. Ia hanya dapat melakukan hal

yang sama bila paten itu menjadi public domain (milik masyarakat), setelah jangka

waktu paten itu berakhir. Sayangnya setelah masa 20 tahun invensi itu sering menjadi tertinggal. Bahkan tidak hanya 20 tahun, 5 tahun saja invensi baru sudah ditemukan untuk jenis produk (atau proses) yang sama.

(12)

2.2 Syarat Pendaftaran Paten 2.2.1 Pendaftran Administratif

Adapun syarat-syarat administratif yang harus dipenuhi untuk

mengajukan permintaan paten dapat dilihat dalam Pasal 24 Undang -Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut :

1.2.1 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada

Direktorat Jenderal.

1.2.2 Permohonan harus memuat :

a. tanggal, bulan, dan tahun permohonan;

b. alamat lengkap dan alamat jelas pemohon;

c. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;

d. nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui

kuasa;

e. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;

f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;

g. judul invensi;

h. klaim yang terkandung dalam invensi;

i. deskripsi tentang invensi yang secara lengkap memuat keterangan

tentang cara melaksanakan invensi;

j. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk

memperjelas invensi; dan

k. abstraksi invensi.

1.2.3 Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengajuan permohonan diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Prinsip ideal perlindungan paten adalah sama dengan perlindungan HKI lainnya sepanjang kesemuanya bermaksud untuk melindungi seseorang yang menemukan hal sesuatu agar supaya buah pikiran dan pekerjaannya tidak dipergunakan begitu saja oleh orang lain dan m enikmati hasilnya dengan merupakan hasil jerih payah mereka yang telah bekerja keras, berpikir dan mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Jika dibandingkan antara hak cipta

(13)

dngan paten, perbedaan antara keduanya adalah wujud hak cipta oleh hukum dalam prinsipnya diakui sejak saat semula, dan hukum hanya mengatur dalam hal perlindungannya.

“Sedangkan paten adalah hak yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang menemukan sesuatu hal (invensi) dalam bidang teknologi yang dapat diterapkan dalam bidang i ndustri, terhadap satu-satunya orang (ekslusif) yang menemukannya melalui buah pikiran atau buah pekerjaan,

dan orang lain dilarang mempergunakannya, kecuali atas izinnya.”5

Oleh karena itu, lahirnya paten tergantung dari pemberian negara. Dalam hal ini H.OK Saidin menulis :

“Perkataan Oktroi atau paten berarti juga suatu privilege, suatu pemberian istimewa, seolah-olah hak yang diberikan itu bukan hak azasi, sedangkan

sebetulnya hak ini adalah hak azasi, tidak berbeda dari hak cipta.”6

H. OK Saidin benar dalam pandangannya jika dilihat dari bentuknya tidak ada perbedaan yang mendasar antara paten dengan hak cipta. Sebab dalam paten terkandung pula unsur hak cipta. Kedua -duanya mengandung unsur temuan (invensi) yang semula merujuk pada ilmu pengetahuan. Il mu pengetahuan itu sendiri dilindungi melalui hak cipta. Jika diklasifikasikan lebih lanjut sebenarnya paten itu dapat dikatakan sebagai bagian dari hak cipta atau hak cipta dalam arti sempit. Tetapi karena hak cipta sudah dibatasi hanya berupa temuan dala m bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dan dibatasi pula hanya sepanjang untuk mengumumkan atau memperbanyak hak tersebut, maka ada juga perbedaannya dengan paten. Paten membatasi dirinya hanya sepanjang komposisi temuannya, cara serta proses. Misalnya berapa persentase kadar zat -zat kimia tertentu untuk sebuah produk obat

5 B ud i A g u s R i s wa nd i , 2 0 0 5 , H a k K e k a y a a n I n t e l e k t u a l d a n B u d a y a H u k u m, P T . R a j a G r a f i nd o P e r s a d a , J a k a r t a , h. 9 9 .

(14)

batuk dan itu akan membedakannya dengan obat batuk yang lain. Demikian juga misalnya untuk satu produk minyak pelumas. Komposisi zat -zat kimia dalam produk Pertamina dengan Merek Mesran (hak merek) itu berbeda dengan minyak pelumas produk British Petrolium dengan merek BP. Perbedaan pada komposisi itu adalah paten. Tetapi perlu diingat perbedaan pada komposisi tidak dilakukan begitu saja. Itu dilakukan berdasarkan pertimbangan pertimbangan tertentu, melalui penelitian -penelitian. Temuan penelitian itu adalah hak cipta yaitu berupa temuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Itu sebabnya untuk mengobati berbagai jenis batuk tidak dapat digunakan untuk semua jenis obat batuk. Batuk kering, batu k berdahak, batuk disebabkan masuk angin itu berbeda jenis obat batuk yang digunakan, tergantung pada komposisi zat kimia yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, landasan ilmu pengetahuan untuk satu produk itu adalah hak cipta, sedangkan komposisi dalam satu produk itu adalah hak paten, jika kemudian temuan itu diberi merek, misalnya Laserin, OBH, Benadril maka yang terakhir ini disebut hak merek. Ini kalau kita ambil contohnya produk obat -obatan. Akan tetapi paten juga meliputi invensi bidang teknologi otomotif, pesawat terbang, peralatan rumah tangga, tekstil, konstruksi dan lain-lain.

2.2.2 Pendfatran Substantif

Pemeriksaan kedua yaitu mengenai substansinya mencakup pemeriksaan terhadap kebaruan suatu penemuan, ada atau tidaknya langkah inventif, serta dapat atau tidaknya penemuan tersebut diterapkan dalam industri.

(15)

1 Suatu penemuan dapat diberikan Paten apabila merupakan hasil penemuan

baru dalam bidang teknologi, dengan kata lain harus merupakan hal yang baru (new),

penemuan itu merupakan penemuan baru yang memiliki kebaruan atau Novelty,

syarat kebaruan atau novelty ini merupakan syarat mutlak. Suatu penemuan dapat

dikatakan baru jika penemuan tersebut tidak diantisipasi oleh prior art. Prior art

adalah semua pengetahuan yang telah ada sebelum tanggal penerimaan Paten yang

bersangkutan, baik melalui pengungkapan tertulis maupun lisan.7

2. Persyaratan substantif yang kedua adalah persyaratan langkah inventif (inventife steps). Suatu penemuan dikatakan mengandung langkah inven tif, jika penemuan tersebut bagi seorang yang mempunyai keahlian tertentu dibidang tehnik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

3. Persyaratan terakhir adalah dapat diterapkan dalam industri (industrial applicability). Suatu penemuan agar layak diberi Paten harus dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan praktis, artinya penemuan tidak dapat bersifat teoritis semata -mata, melainkan harus dapat dilaksanakan dalam praktek. Jika penemuan itu dimaksudkan sebagai produk atau bagian dari produk, maka prod uk harus mampu dibuat. Jika penemuan dimaksudkan sebagai proses atau bagian dari proses, maka proses itu harus

mampu dijalankan atau digunakan dalam praktek.8

Persyaratan substantif sebagaimana dikemukakan diatas yaitu yang

mempersyaratkan suatu invensi dapat dimohonkan Paten apabila memenuhi syarat yaitu : Harus Baru, Mengandung Langkah Inventif, serta dapat diterapkan dalam dunia

7 Ar y M . S i gi t, O p . C i t , h. 8 . 8I b i d , h. 1 0 .

(16)

Industri, hal tersebut dapat diketahui melalui ketentuan pasal 2 hingga pasal 5 Undang-Undang Paten.

Referensi

Dokumen terkait

Jika seseorang pelaku telah memenuhi syarat untuk dapat dimintai pertanggungjawaban pidananya, dan dalam hal ini adalah terkait dengan kesengajaannya untuk

dari masyarakat (lapangan) yang sesuai dengan permasalahan. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan yang bersifat mendukung data primer. Bahan Hukum

Penerapan siklus tebang dan limit diameter tebang yang seragam untuk semua kondisi hutan mungkin tidak rasional karena keragaman pertumbuhan dan dinamika tegakan Pendekatan

Di sisi lain, multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, di mana media tersebut dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video,

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Indikator mutu buah yang diamati di antaranya kadar vitamin C, keberadaan kapang serta susut berat buah tomat varietas Servo pasca panen.. Jenis penelitian ini eksperimen

1) Ibu susuan. Termasuk dalam ibu susuan adalah ibu yang menyusukan, yang menyusukan ibu susuan, yang melahirkan ibu susuan dan seterusnya garis lurus ke

Tonggak sejarah pengembangan refrigerasi adalah pada tahun 1834 ketika Jacob Perkins, berkebangsaan Amerika, mendapatkan paten nomer 6662 dari Inggris untuk mesin