2.1. Botani Tanaman Brokoli a. Sistematika Tanaman brokoli
Anonimus, 20013 botani tanaman brokoli dapat diklasifikasikan kedalam: Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Capaarales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae L. b. Morfologi
Tanaman brokoli termasuk family Brassicaceae dan merupakan sayuran semusim yang tumbuh dengan biji.
1. Akar
Sistem perakaran tanaman brokoli memiliki perakaran yang dangkal 20-30 cm dan menebar kesamping. Sistem perakaran yang dangkal itu membuat tanaman brokoli ini dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porus (Cahyono, 2001).
2. Batang
Batang tanaman brokoli bewarna hijau berbentuk bulat (Harjadi, 1990). 3. Daun
Secara umum tanaman brokoli biasanya berbentuk bulat telur (oval) dengan tepi daun bergerigi, bewarna hijau dan tumbuh berselang-seling pada
batang tanaman. Daun brokoli agak keras dan berlapis lilin. daun terdalam yang kecil dari brokoli berfungsi untuk melindungi bunga yang baru terbentuk dari sinar matahari (Rukmana, 1999).
4. Bunga
kepala bunga tanaman brokoli tersusun atatas kuntum-kuntum tangkai serta bunganya bertangkai tebal. Warna kepala bunga brokoli tergantung dari varietasnya, terdapat empat macam yaitu hijau, ungu, putih dan hijau muda. Kepala bunga utama. Serta tangkai berdaging tebal. Bagian inilah yng dapat dikonsumsi. (Anonymous, 2013 )
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Brokoli 1. Iklim
Jenis sayur ini dapat hidup di daerah dataran tinggi yaitu 1000-2000 meter diatas permukaan laut. Temperatur optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 150-18ºC. dan maksimum 24ºC.
2. Tanah
Tanah lempung sampai lempung berpasir, tanah yang gembur dan mengandung bahan organik tiggi dengan pH antara 6-6.8 sesuai untuk tanaman brokoli (Wahyudi, 2010)
diidentikkan dengan tempat atau media tumbuh tanaman. Hal ini karena paling tidak tanah memiliki empat fungsi utama:
1. Tempat tumbuh dan berkembangya perakaran yang memungkinkan tanaman tumbuh tegak dan mendapatkan nutrisi makanan.
2. Penyedia kebutuhan pokok tanaman seperti air, udara, dan beberapa nutrisi yang sangat dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, bekembang, dan menghasilkan.
3. Penyedia kebutuhan sekunder yang berfungsi untuk menunjang metabolisme tanaman seperti zat pengatur tumbuh, enzim, dan antibiotik-antibiotik.
4. Habitat biota tanah yang seringkali menunjang pertumbuhan tanaman.
2.3. Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah yang umumnya terdapat di daerah pasang surut yang berasal dari bahan organik yeng mengendap dan kemudian menjadi busuk, terdiri dari bahan organik yang sebagian besar belum terdekomposisi atau sedikit terdekomposisi yang terakumulasi pada keadaan kelembapan yang berlebihan ( Tim Penyusun Kamus PS) 2003
Gambut dibagi kedalam 3 jenis yaitu :
a. Gambut berserat adalah gambut yang banyak mengandung serat, umumnya berasal dari rumput dan herba darat baik digunakan untuk media tumbuh tanaman di rumah kaca, persemaian, dan kebun bunga.
heba empang plankton, dan tumbuhan air lainnya. Tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman.
c. Gambut kayu adalah jenis gambut yang banyak mengandung kayu, umumnya terbentuk dari semak dan tumbuhan lain yang menutupi hutan paya. Daya mengikat airnya rendah, cocok untuk kebun sayur dan lapangan rumput.
Lahan gambut mempunya potensial yang cukup baik untuk usaha budidaya pertanian tetapi memiliki kendala yang cukup banyak seperti tingkat kesuburan yang rendah, miskin unsur hara, dan sangat masam sehingga memerlukan penambahan pupuk dan pemberian amelioran untuk memperbaiki kondisi lahan menjadi baik bagi pertumbuhan tanaman ( Najiyati et al., 2005 )
Tanah gambut merupakan salah satu tanah yang banyak kita jumpai dan belum diusahakan dengan baik di Aceh Barat mencakup areal seluas 105.000 ha. Luas lahan gambut di Kabupaten Aceh Barat berdasarkan ketebalannya, diurutkan dari yang terluas yaitu gambut sedang ( antara 1,0-2 m ) seluas 47.852 ha; gambut dalam ( antara 2,0-4,0 m ) seluas 31.107 ha; gambut dangkal ( <0,5 m ) seluas 16.403 ha; dan gambut dangkal ( antar 0,5-1 m ) seluas 4.591 ha ( Wahyunto et al. 2005 ).
2.4. Tanah Ultisol
tersebut memiliki kapasitas menahan hara (KTK) yang rendah, demikian pula potensi kandungan hara rendah. (Anonymous, 2012).
Anonymous (2012) Pada kondisi demikian, tanaman pada umumnya mengalami kekurangan unsur hara. Dipihak lain kandungan unsur Al sangat tinggi, sehingga mengakibatkan terjadinya keracunan bagi tanaman yang tumbuh di daerah ini. Terkikisnya lapisan tanah atas karena erosi akan menambah seriusnya masalah keracunan Al, karena lapisan bawah memiliki kandungan Al lebih tinggi.
2.5. Tanah Aluvial
Menurut USDA 2013, Tanah alluvial tergolong dalam ordo inseptisol. Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Cirri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai. Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti pada pulau jawa, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak digunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.
2.6. Pupuk Kandang
anorganik, antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, menggemburkan tanah, menaikan daya serap terhadap air, meningkatkan kondisi kehidupan di dalam tanah (Jasad renik pengurai) dan memberikan sumber makanan bagi tanaman (Musmanar, 2006).
Pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang cukup dikenal dikalangan masyarakat. Bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam (Erfandi et al., 2001).
Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda tergantung dari jenis ternak, umur ternak, macam pakan, jumlah amparan, cara penanganan dan penyimpanan pupuk kandang tersebut sebelum digunakan. Pupuk kandang mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah mendorong kehidupan jazal renik yang mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah (Sutejo, 1987).
Rosmarkam (2002) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah pupuk yang bahannya berasal dari campuran kotoran hewan/ternak dan urinenya. Pupuk kandang di bagi menjadi dua macam, yakni pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair.
Nitrogen,Fosfor, serta Kalium, dan unsur hara mikro seperti Kalsium, Magnesium, dan sulfur (Musnamar, 2006).
Pemberian pupuk kandang pada tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, kegunaan dan kandungan unsur hara pupuk, kondisi dan ketersediaan unsur hara tanah, dan kebutuhan tanaman terhadap unsur hara (Setiawan, 2007). Peranan pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai operator yaitu memperbaiki struktur tanah, sebagai penyedia sumber hara makro dan mikro, menambah kemampuan tanah dalam menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara serta melepas hara sesuai kebutuhan tanah dan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme (Setiawan, 2010 ).