• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi drug related problems penggunaan antihipertensi pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah di bangsal rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi drug related problems penggunaan antihipertensi pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah di bangsal rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013 - USD Repository"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

i

EVALUASI

DRUG RELATED PROBLEMS

PENGGUNAAN

ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DENGAN

PENINGKATAN TEKANAN DARAH DI BANGSAL RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Adra Abiyuga Yulius

NIM : 108114007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

EVALUASI

DRUG RELATED PROBLEMS

PENGGUNAAN

ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DENGAN

PENINGKATAN TEKANAN DARAH DI BANGSAL RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Adra Abiyuga Yulius

NIM : 108114007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

TUHAN YESUS

Karena atas segala kasih karunia dan berkat-Nya maka

segala hal terjadi dalam hidupku

Untuk papa, mama, yola dan seluruh keluarga yang selalu

memberikan semangat dan doa bagi kesuksesanku.

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, kasih, serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul

Evaluasi

Drug Related Problems

Penggunaan

Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Dengan Peningkatan Tekanan Darah di

Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013

dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari berbagai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun secara tidak langsung, baik dukungan berupa moral, material

dan spiritual. Oleh sebab itu penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak

yang telah mendukung yaitu :

1.

dr. Y. Wibowo Soerahjo, MMR. selaku direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini.

2.

Ibu Maria Mursilah, Amd. Kep., selaku kepala bangsal rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin sehingga penulis bisa

melakukan penelitian di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.

(9)

viii

4.

Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku Dosen Pembimbing skripsi

atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

5.

dr. Michael Agus Prasetyo, Sp.S., dr. Sigit, dan dr. Rendy selaku dokter yang

telah membantu penulis dengan memberi bantuan dan memberi saran dalam

penyusunan skripsi ini.

6.

Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

7.

Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK sebagai dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.

8.

Ibu Dr. Rita Suhadi M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.

9.

Papa dan mama tersayang yang telah banyak memberikan dukungan kepada

penulis melalui doa, semangat, saran dan perhatian serta melalui dukungan

material berupa dana sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan baik.

10.

Adikku satu

satunya, Yolanda Frelynsischa Yulius yang senantiasa

memberi dorongan dan semangat dengan caranya sehingga penulis

termotivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.

(10)

ix

12.

Kresensiana Yosriani yang selalu memberikan dorongan, nasihat, semangat

dan sebagai pengingat bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan dan

penulisan skripsi.

13.

Teman – teman baik penulis, Dino, Harris, Olek, Ejun, Leny, Septi yang telah

memberikan semangat dan bantuan selama perkuliahan, di luar perkuliahan

dan selama pengerjaan skripsi.

14.

Teman

teman FSM A 2010 dan FKK A 2010, terimakasih atas

kebersamaan dalam perkuliahan maupun praktikum serta pengalaman yang

diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.

15.

Teman

teman kost krisna, Viktor, Danny, Teti, Anes, dan teman

teman

kost yang lain, terimakasih atas bantuan dan saran selama proses penulisan

skrispi, terimakasih atas segala keceriaan yang penulis dapatkan bersama

kalian.

16.

Teman

– teman angkatan 2008

– 2012 yang penulis kenal yang telah

memberikan bantuan kepada penulis selama proses penyusunan dan penulisan

skripsi.

17.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

(11)

x

berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

terutama demi kemajuan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya Farmasi.

Yogyakarta, 14 Maret

2014

(12)

xi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...

A.

Hipertensi...

B.

Antihipertensi...

C.

Geriatri...

D.

Drug Related Problems

(DRPs)...

(13)

xii

BAB III. METODE PENELITIAN...

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian...

B.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...

C.

Subyek Penelitian...

D.

Bahan Penelitian...

E.

Waktu dan Lokasi Penelitian...

F.

Tata Cara Penelitian...

1.

Pengurusan ijin penelitian...

2.

Analisis Situasi...

3.

Pengambilan Data...

4.

Pengolahan Data...

a.

Profil Subyek Penelitian...

b.

Profil Peresepan...

c.

Profil Peresepan Antihipertensi...

d.

Evaluasi

Drug Related Problems

(DRPs)...

G.

Penyajian dan Pembahasan Hasil...

H.

Keterbatasan dan Kesulitan Penelitian...

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

A.

Profil Subyek Penelitian...

1.

Profil Usia dan Jenis Kelamin Subyek Penelitian...

2.

Profil Subyek Penelitian Berdasarkan Diagnosa Masuk...

.

B.

Profil Peresepan...

...

...

C.

Profil Peresepan Antihipertensi...

D.

Evaluasi

Drug Related Problems

(DRPs)...

1.

Indikasi Tanpa Obat...

2.

Obat Tanpa Indikasi...

3.

Dosis Sub-terapi...

4.

Efek Samping Obat dan Interaksi Obat...

5.

Dosis Berlebih...

6.

Ketidakpatuhan...

E.

Rangkuman Evaluasi

Drug Related Problems

...

(14)

xiii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...

A.

Kesimpulan...

B.

Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

BIOGRAFI PENULIS...

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Klasifikasi Hipertensi Menurut

The Seventh Report of the

Joint National Committee on Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure

tahun 2003...

Penyebab Hipertensi Sekunder...

Perubahan Gaya Hidup Untuk Mencegah dan Mengurangi

Hipertensi menurut JNC7 tahun 2003...

Profil Diagnosa Masuk Subyek Penelitian...

Profil Pengobatan Pasien Geriatri Dengan Peningkatan

Tekanan Darah Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta

Periode Agustus 2013...

Profil Peresepan Antihipertensi Pada Pasien Geriatri dengan

Peningkatan Tekanan Darah di Bangsal Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode 2013...

Jenis DRPs Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Geriatri

Dengan Peningkatan Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti

Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013...

Hasil Evaluasi DRPs dan Status Keluar Pasien Geriatri

Dengan Peningkatan Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti

Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013...

8

13

15

39

40

41

44

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Algoritma Penanganan Hipertensi menurut JNC7 tahun

2003...

Rekomendasi Antihipertensi Pada Indikasi Penyerta Menurut

JNC7 tahun 2003...

Jenis Diuretik dan Tempat Kerjanya...

Skema Pemilihan Subyek Penelitian di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Agustus 2013...

Persentase Pengelompokkan Usia Pasien Geriatri Dengan

Peningkatan Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti Rini

Yogyakarta Periode Agustus 2013 Berdasarkan WHO

(2003)...

Perbandingan Jumlah Pasien Geriatri Dengan Peningkatan

Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok Usia di Rumah Sakit

Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013...

17

18

19

30

37

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Profil Peresepan Pada Pasien Geriatri Dengan Peningkatan

Tekanan Darah Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta

Periode Agustus 2013...

...

...

Evaluasi

Drug Related Problems

(DRPs) Penggunaan

Antihipertensi Pada

Pasien Geriatri Dengan Peningkatan

Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti rini Yogyakarta

Periode Agustus 2013...

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Rumah

Sakit Panti Rini Yogyakarta...

Hasil Wawancara Peneliti dengan Dokter di Rumah Sakit

Panti Rini Yogyakarta Mengenai Standar Pengobatan Pasien

Hipertensi...

59

62

120

(18)

xvii

INTISARI

Tekanan darah umumnya akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Pasien geriatri umumnya telah mengalami penurunan fungsi organ serta menerima

banyak obat untuk mengatasi masalah kesehatannya. Dengan demikian, geriatri

rentan untuk mengalami

Drug Related Problems

(DRPs). Penelitian ini bertujuan

mengidentifikasi dan mengevaluasi DRPs yang terjadi pada pasien geriatri dengan

peningkatan tekanan darah di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode

Agustus 2013.

Penelitian ini bersifat observasional deskriptif evaluatif dengan

pengambilan data secara prospektif. Data diambil dari rekam medis meliputi data

tekanan darah, hasil pemeriksaan laboratorium, asuhan keperawatan, serta terapi

obat yang diterima oleh pasien. Pasien yang menjadi subyek penelitian harus

memenuhi kriteria

inklusi yaitu berusia ≥60

tahun, memiliki tekanan darah

140/90 mmHg, serta menerima diuretik dalam terapinya. Kriteria eksklusi yang

diberlakukan adalah pasien yang tidak memiliki data serum kreatinin. Data

dievaluasi secara deskriptif evaluatif.

Antihipertensi yang paling banyak diberikan pada pasien geriatri dengan

peningkatan tekanan darah adalah furosemid sebanyak 94,4%. Antihipertensi lain

yang diberikan adalah amlodipin sebesar 66,7%; klonidin sebesar 33,3%;

valsartan sebesar 16,7%; losartan sebesar 5,6%. Dari 18 pasien yang menjadi

subyek penelitian ditemukan 26 kejadian DRPs. Efek samping obat dan interaksi

obat sebesar 83,3%; dosis berlebih sebesar 33,3%; dosis sub-terapi sebesar 16,7%;

serta indikasi tanpa obat sebesar 11,1%.

(19)

xviii

ABSTRACT

Blood pressure will be increased along with age. Organ function in

geriatric patients generally have been decreased. Geriatric patients received many

drugs to maintain their health. Thus, geriatric prone to experiencing Drug Related

Problems ( DRPs ). The aims of this study are to identify and evaluate the DRPs

that occurred in geriatric patients with hypertension in the Panti Rini Hospital

Yogyakarta in the period of August 2013.

This is a descriptive-evaluative observational study with prospective data

collection. Data retrieved from medical records includes blood pressure data,

laboratory test results, nursing care, as well as drug therapy received by patients.

Patients whose become the subject of this study have to fullfil the inclusion and

exclusion criteria. They have to 60 years old or more, had elevated blood pressure

(≥140/90

mmHg), and received diuretic drug in their treatment. Moreover, the

exclusion criteria is the patient who don’t have creatinine serum data.

The data

were evaluated descriptively evaluative.

Most widely prescribed antihypertensive drug is furosemid (94,4%). The

other antihypertensive drugs are amlodipine (66,7%), clonidine (33,3%), valsartan

(16,7%), and losartan (5,6%). There were 26 cases of DRPs found from the study

subject. The cases are adverse drug reaction and drugs interactions (83,3%);

dosage to high (33,3%); dosage too low (16,7%) and need additional therapy

(11,1%).

(20)

1

BAB I

PENGANTAR

A.

Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang sering disebut

sebagai “

silent killer

”, hipertensi tanpa disadari dapat menimbulkan komplikasi

terhadap organ-organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal (Depkes, 2006).

Menurut

The Seventh Report of the Joint National Committee on the Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC7) tahun 2003 serta

European Society of Hypertension and of the European Society of Cardiology

(ESH/ESC) tahun 2007 tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg telah

tergolong hipertensi tingkat I.

(21)

melihat angka

angka di atas maka bisa dikatakan bahwa hipertensi merupakan

masalah kesehatan yang cukup sering terjadi di masyarakat pada umumnya.

Beberapa

guideline

seperti JNC7 (2003) dan ESC/ESH (2007)

merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk mengontrol tekanan darah

dengan tujuan menghindari terjadinya

cardiovascular event.

The Seventh Report

of the Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure

(JNC7) tahun 2003, juga merekomendasikan

beberapa golongan antihipertensi, yaitu: diuretik tipe thiazid, penghambat reseptor

angiotensin II, penghambat kanal kalsium, penghambat beta serta penghambat

enzim pengubah angiotensinogen sebagai lini pertama untuk mengatasi hipertensi

tingkat I. Pasien dengan hipertensi tingkat II serta memiliki kondisi patologis yang

lain, diuretik thiazid dan diuretik golongan lain masih dapat digunakan tetapi

dikombinasikan dengan antihipertensi lain.

Populasi khusus seperti geriatri lebih rentan terhadap terjadinya DRPs

sebab geriatri telah mengalami penurunan fungsi organ, serta rata

rata menerima

peresepan lebih dari 6 jenis obat (Aronow

et al

, 2011). Organ yang umumnya

mengalami penurunan pada geriatri adalah ginjal. Salah satu cara mengestimasi

fungsi ginjal pada pasien adalah dengan menggunakan perhitungan klirens

kreatinin (Saseen dan MacLaughlin, 2008). Estimasi fungsi ginjal pada pasien

geriatri perlu dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian dosis obat dan jenis

antihipertensi dengan kondisi ginjal pasien geriatri. Penggunaan antihipertensi

bersama dengan obat lain pada pasien geriatri memiliki potensi untuk terjadinya

(22)

mengenai Evaluasi Terapi Diuretik pada Pengobatan Pasien Gagal Jantung yang

Menjalani Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menemukan bahwa

DRPs yang terjadi berkaitan dengan penggunaan diuretik cukup besar (Aronow

et

al

, 2011).

Masalah kesehatan pada usia lanjut timbul akibat interaksi proses menua,

dimana hal ini dapat menurunkan fungsi organ dan penyakit pada satu individu.

Perubahan fisiologik akibat proses menua, multipatologik, presentasi penyakit

yang tidak spesifik, serta penurunan status fungsional dari tubuh pasien geriatri

dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang berujung pada problem yang

berkaitan dengan obat (

Drug Related Problems

) (Pramantara, 2007).

Munculnya DRPs dapat dipicu oleh semakin bertambahnya jenis dan

jumlah obat yang harus dikonsumsi oleh pasien untuk mengatasi berbagai

penyakit yang diderita oleh pasien (Aronow

et al

, 2011). Dengan kondisi

demikian maka kelompok pasien usia lanjut lebih rentan terhadap timbulnya

masalah-masalah yang berkaitan dengan terapi obat (

Drug Related Problems

)

(Pramantara, 2007). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian yang lebih terhadap

DRPs yang terjadi pada geriatri.

1.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(23)

b.

Seperti apa profil peresepan obat dan profil peresepan antihipertensi yang

diresepkan pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah di bangsal

Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013?

c.

Apakah terjadi DRPs terhadap pasien geriatri dengan peningkatan tekanan

darah yang mendapat diuretik di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta

periode Agustus 2013?

2.

Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terkait DRPs yang pernah dilakukan antara lain :

a.

Setiawan (2006) melakukan penelitian mengenai evaluasi terapi diuretik pada

pengobatan pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode Januari

Desember 2006. Penelitian yang

dilakukan bersifat non

eksperimental dengan jenis deskriptif evaluatif dan

rancangan

case-series

serta menggunakan data yang bersifat retrospektif.

Penelitian ini ingin memberikan gambaran penggunaan diuretik pada pasien

gagal jantung serta memberi gambaran DRPs terkait obat diuretik yang terjadi

ditinjau dari ketepatan indikasi, ketepatan dosis serta keamanan terapi. Hasil

penelitian yang didapatkan adalah diuretik paling sering diberikan secara

tunggal, yaitu furosemid (78%). Kombinasi diuretik dan diuretik yang

diberikan adalah kombinasi diuretik lengkung dan diuretik hemat kalium

(21%) dan kombinasi diuretik lengkung dan diuretik tiazid (1%). Gambaran

DRPs yang paling banyak terjadi adalah

adverse effect

(29,41%), interaksi

(24)

b.

Ikawati,dkk. (2008) melakukan peneliti

an tentang “Kajian Keamanan

Pemakaian Obat Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut Instalasi Rawat

Jalan RS dr. Sardjito”.

Penelitian tersebut mengkaji keamanan antihipertensi

yang meliputi interaksi obat dan efek samping yang terjadi pada pasien

geriatri. Penelitian dilakukan dengan rancangan deskriptif dengan

menggunakan data yang diambil secara prospektif. Hasil dari penelitian

menunjukkan ada 27,5% pasien menerima antihipertensi yang justru tidak

menguntungkan terhadap kondisi klinis pasien. Terdapat 41,3% pasien yang

menerima obat dengan potensi terjadi interaksi antar obat. Sebanyak 33,8%

pasien mengalami sedikitnya satu efek samping yang berkaitan dengan

antihipertensi yang dikonsumsi.

c.

Putri (2011) melakukan

penelitian tentang “Penggunaan Obat Anti

-Hipertensi

pada Pasien Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis di Bangsal Penyakit

Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang”. Penelitian tersebut meneliti DRPs yang

terjadi berkaitan dengan peresepan antihipertensi pada pasien dengan

penyakit gagal ginjal kronis. Penelitian dilakukan dengan jenis deskriptif

evaluatif dengan alur penelitian dan data yang bersifat prospektif. Dari hasil

penelitian ditemukan bahwa dari 7 pasien yang diteliti, terdapat 6 pasien yang

menerima antihipertensi yang kontraindikasi dengan kondisi pasien dan tidak

sesuai dengan standar terapi.

(25)

prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18% pasien stroke iskemik

mengalami kejadian indikasi tanpa obat, 9% mengalami ketidaktepatan

pemilihan obat, 11% mengalami kelebihan dan kekurangan dosis obat, 24%

mengalami efek samping obat, dan 52% pasien mengalami kegagalan

memperoleh obat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui DRPs yang terjadi pada pasien

geriatri dengan peningkatan tekanan darah berkaitan dengan antihipertensi di

bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013. Penelitian

bersifat observasional, dengan jenis deskriptif

evaluatif. Cara pengambilan data

secara prospektif. Data yang diambil merupakan data sekunder. Perbedaan

penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian sejenis yang telah diuraikan di

atas terletak pada subyek penelitian, jenis obat yang diteliti, waktu dan tempat

penelitian. Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian di

atas terletak pada pokok permasalahan yaitu DRPs.

Berdasarkan informasi yang didapatkan penulis, penelitian mengenai

Evaluasi

Drug Related Problems

Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien

Geriatri Dengan Peningkatan Tekanan Darah di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rini Yogyakarta

belum pernah dilakukan sebelumnya.

3.

Manfaat Penelitian

a.

Manfaat teoretis

(26)

pada pasien geriatri yang menjalani rawat inap yang telah ada di D.I.

Yogyakarta.

b.

Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi dokter dalam pemilihan serta peresepan antihipertensi bagi pasien

geriatri dengan peningkatan tekanan darah.

B.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1.

Memberikan gambaran profil pasien geriatri dengan peningkatan tekanan

darah yang dirawat di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode

Agustus 2013.

2.

Memberikan gambaran profil peresepan obat dan profil peresepan

antihipertensi pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah di

bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013.

(27)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.

Hipertensi

1.

Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai

silent killer

.

Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau

diastolik yang tidak normal dan persisten (Saseen dan MacLaughlin, 2008).

Menurut JNC7 (2003), yang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik

140

mmHg dan tekanan diastolik

≥90 mmHg. Hipertensi juga merupakan penyakit

degeneratif (Depkes, 2006). Gejala

gejala akibat hipertensi seperti : pusing,

gangguan penglihatan, sakit kepala, seringkali terjadi bila tekanan darah telah

mencapai angka tertentu yang bermakna (Saseen dan MacLaughlin, 2008).

Penggolongan tingkat keparahan hipertensi dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. *Klasifikasi Hipertensi Menurut

The Seventh Report of the Joint

National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High

Bloood Pressure

tahun 2003

Klasifikasi tekanan darah Tekanan sistolik Tekanan diastolik

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89 Hipertensi tingkat 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Keterangan: *Diadaptasi dari The Seventh Report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Bloood Pressure tahun 2003

2.

Epidemiologi

(28)

wanita yang memiliki tekanan darah tinggi hampir berimbang. Sedangkan setelah

melewati usia 65 tahun, wanita dengan tekanan darah tinggi memiliki persentase

yang lebih besar dibandingkan pria. Wanita dengan tekanan darah tinggi di atas

usia 60 tahun kebanyakan telah menderita hipertensi tingkat II (Aronow

et al

,

2011). Data dari

US National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) tahun 1995 menemukan beberapa faktor yang berkontribusi atas

buruknya kendali terhadap tekanan darah lansia wanita antara lain : obesitas

sentral, kenaikan nilai kolesterol total serta penurunan nilai HDL kolesterol.

Kontribusi perubahan hormonal pada wanita setelah menopause terhadap

kenaikan tekanan darah masih kontroversial. Peranan hormon sex dalam

pengaturan tekanan darah sangat kompleks, sebab juga dipengaruhi oleh efek

penuaan serta faktor risiko yang lain seperti berat badan dan kadar lipid (Keenan

dan Rosendorf, 2011; Aronow

et al

, 2011).

Di kawasan Asia Tenggara, diketahui sekitar 35% dari populasi

menderita hipertensi (Khrisnan, 2013). Kasus hipertensi yang terjadi di Indonesia

sendiri telah didata oleh Depkes melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada

tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%

(Departemen Kesehatan, 2012). Untuk provinsi D.I. Yogyakarta khususnya,

hipertensi merupakan 3 penyakit teratas yang diderita oleh warga setelah diare

dan influenza (Dinkes D.I. Yogyakarta, 2013)

(29)

dari tahun 1997

2007 sebesar 17% ditempati oleh hipertensi (

Khrisnan et al

,

2013).

3.

Etiologi

Ada dua jenis hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi

primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer dialami lebih dari

90% pada penderita hipertensi dan kebanyakan penyebabnya tidak diketahui

dengan pasti. Hipertensi sekunder terjadi kurang dari 10% pada penderita

hipertensi. Penyebab dari hipertensi sekunder dapat teridentifikasi dan dapat

disembuhkan secara potensial. Penyebabnya dapat obat – obatan yang dikonsumsi

seperti kortikosteroid, NSAID, estrogen, antidepresan dan penyakit komorbid

seperti

penyakit

ginjal

kronis,

renovaskular,

sindroma

Cushing

,

hiperaldosteronisme primer, tiroid atau paratiroid (Saseen dan MacLaughlin,

2008).

a.

Hipertensi Esensial/Primer

Lebih dari 90% individu dengan hipertensi mengalami hipertensi primer.

Kebanyakan individu dengan hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya

secara pasti. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.

(Saseen dan MacLaughlin, 2008). Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan

hipertensi primer antara lain :

i.

Hiperaktivitas Sistem Saraf Simpatik

(30)

menyebabkan takikardi dan peningkatan

cardiac output

, sehingga terjadi

hipertensi

(Tierney, 2002).

ii.

Sistem Renin

Angiotensin

Aldosteron

Insidensi hipertensi dan komplikasinya mungkin meningkat pada

individu dengan genotipe DD dari

allele coding

untuk

angiotensin

converting

enzyme

. Meskipun berperan dalam sistem pengaturan tekanan darah, hal tersebut

mungkin tidak berperan besar dalam patogenesis kebanyakan hipertensi esensial

(Tierney, 2002).

iii.

Kecacatan Pada Sistem Natriuresis

Individu normal meningkatkan ekskresi sodium renalnya sebagai respon

terhadap peningkatan tekanan arteri dan terhadap peningkatan atau pemasukan

sodium. Pasien hipertensi, khususnya ketika tekanan darah mereka normal,

menunjukkan penurunan kemampuan ekskresi sodium. Kecacatan ini dapat

menyebabkan peningkatan volume plasma dan hipertensi. Namun, pada hipertensi

kronik, pemasukan sodium biasanya dapat ditangani secara normal (Tierney,

2002).

iv.

Kandungan Natrium dan Kalsium Dalam Sel

(31)

v.

Faktor lain

Beberapa faktor lain yang dihubungkan dengan kejadian hipertensi

primer antara lain obesitas, konsumsi garam, konsumsi alkohol, konsumsi kalium

serta merokok. Konsumsi garam yang berlebihan dipercaya dapat meningkatkan

tekanan darah, namun korelasinya dengan hipertensi masih menjadi kontroversi.

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Mekanisme peningkatan

tekanan darah mungkin diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin dalam

darah. Merokok meningkatkan tekanan darah dengan cara meningkatkan kadar

norepinefrin dalam plasma. Polisitemia, baik primer ataupun karena berkurangnya

volume plasma, meningkatkan viskositas darah dan mungkin meningkatkan

tekanan darah. Obat antiinflamasi non-steroid menghasilkan kenaikan tekanan

darah rata

rata sebesar 5 mmHg (Tierney, 2002).

b.

Hipertensi Sekunder

(32)

penyakit) (Saseen dan MacLaughlin, 2008). Tabel 2

menunjukkan beberapa

penyakit dan obat

obatan yang menjadi penyebab hipertensi sekunder.

Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder (Saseen dan MacLaughlin, 2008)

Penyakit Obat yang Berhubungan dengan Hipertrensi pada Manusia

Penyakit ginjal kronis

 Steroid adrenal (prednisolon, fludrokortison)  Amfetamin (fentermin, sibutramin)

Antivascular endothelin growth factor agents (bevacizumab,

sorafenib, sunitinib), estrogen (kontrasepsi oral)  Calcineurin inhibitor (siklosporin, trakolimus)

 Dekongestan (fenilpropanolamin)

 Stimulan eritropoiesis (eritropoietin, darbepoietin)  OAINS, COX-2 inhibitor

 Lain – lain: venlafeksin, bromokriptin, bupropion, buspiron, karba,azepin, klozapin, desulfran, ketamin, metoklopramid Situasi khusus : Penghambat beta atau agonis alfa-2 sentral

(penghentian tiba – tiba)

Obat bebas dan senyawa alam Kokain dan penghentian kokain

Alkaloid efedra (Ma-Huang), “herbal ecstasy”, analoh

fenilpropanolamin lain

Penghentian nikotin, anabolic steroids, penghentian narkotika,

metilfenidat, pensiklidin, ketamin, ergotamin. Bahan makanan

Natrium Etanol

Licorice

Tyramin (jika menerima obat monoamine oxidase inhibitor)

4.

Hipertensi Pada Geriatri

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif, oleh karena itu semakin

bertambahnya usia maka tekanan darah juga akan semakin meningkat. Hipertensi

terjadi pada sebagian besar geriatri (≥65 tahun). Populasi geriatri yang memiliki

hipertensi memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami

cardiovascular

disease

(CVD) (Aronow

et al

, 2011).

(33)

peningkatan kecepatan aliran darah. Peningkatan kecepatan aliran darah akan

menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan meningkatkan kebutuhan oksigen

otot

otot jantung (Aronow

et al

, 2011).

Hipertensi yang muncul pada geriatri umumnya merupakan hipertensi

sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan darah diastolik (sistolik :

140 mmHg;

diastolik : <90 mmHg) (Chobanian

et al

, 2003; Saseen dan MacLaughlin, 2008;

Aronow

et al

, 2011). Penatalaksanaan terapi hipertensi pada geriatri sebagian

besar sudah direkomendasikan oleh beberapa

guideline

dan studi

– studi, namun

dengan perhatian yang lebih terhadap kemungkinan efek samping dan DRPs yang

mungkin terjadi. Perhatian yang lebih perlu diberikan terhadap penatalaksanaan

hipertensi pada geriatri karena terjadinya perubahan kemampuan organ pada

geriatri. Hal ini juga akan mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika

antihipertensi yang diberikan kepada geriatri dengan hipertensi (Midlov

et al

,

2009; Aronow

et al

, 2011).

5.

Penatalaksanaan Hipertensi

a.

Tujuan Terapi

(34)

b.

Terapi Non

Farmakologi

Semua

pasien

dengan

pre-hipertensi

dan

hipertensi

harus

direkomendasikan merubah gaya hidup. Pendekatan ini untuk terapi hipertensi

telah direkomendasikan bail oleh JNC7 (2003) dan AHA (2011). Perubahan gaya

hidup dapat memberikan penurunan tekanan darah ringan sampai moderat.

Disamping menurunkan tekanan darah bagi pasien yang hipertensi, perubahan

gaya hidup juga dapat mengurangi perkembangan orang yang masih dalam tahap

pre-hipertensi menuju tahap hipertensi (Chobanian

et al

, 2003; Aronow

et al

,

2011; Saseen dan MacLaughlin, 2008). Perubahan gaya hidup yang

direkomendasikan oleh JNC7 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perubahan Gaya Hidup Untuk Mencegah dan Mengurangi

Hipertensi menurut JNC7 tahun 2003

Modifikasi

Rekomendasi

Perkiraan Penurunan

Tekanan Darah

Penurunan berat badan Menjaga berat badan ideal

(BMI 18,5 – 24,9 kg/m2) 5 – 20 mmHg Mengadopsi diet ADSH Mengonsumsi banyak buah,

sayur dan olahan susu rendah lemak jenuh dan lemak total.

8 – 14 mmHg

Mengurangi asupan natrium Mengurangi asupan natrium sampai kurang dari 100 mmol/hari (2,4 g natrium atau 6 g NaCl)

2 – 8 mmHg

Aktifitas fisik Melaksanakan aktifitas fisik secara reguler

4 – 9 mmHg Pembatasan konsumsi alkohol Membatasi konsumsi alkohol

sampai menjadi kurang dari 2 gelas perhari (pria), dan kurang dari 1 gelas perhari (wanita)

2 – 4 mmHg

BMI: Body Mass Index

Perubahan gaya hidup dapat menolong penderita hipertensi untuk

mengontrol tekanan darahnya. Kombinasi dari dua (atau lebih) perubahan gaya

hidup seperti yang tertera pada Tabel 3 bahkan dapat menghasilkan

outcome

yang

(35)

pasien dengan hipertensi sangat direkomendasikan untuk berhenti atau tidak

merokok (Chobanian

et al

, 2003).

c.

Terapi Farmakologi

Pemberian dosis awal antihipertensi kepada pasien geriatri dengan

hipertensi harus dimulai dengan dosis terkecil kemudian ditingkatkan sesuai

dengan respon serta toleransi pasien terhadap dosis tertinggi antihipertensi. Jika

respon yang antihipertensi yang diberikan pasien terhadap obat lini pertama tidak

adekuat untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah pasien, maka obat

kedua dari golongan lain harus ditambahkan ke dalam terapi (Lacy

et al

, 2011;

Aronow

et al

, 2011)

Diuretik biasanya merupakan lini pertama pengobatan hipertensi. Jika

bukan diuretik yang pertama kali diberikan, maka biasanya diuretik adalah

golongan obat kedua yang ditambahkan jika tidak dicapai efek yang diinginkan.

Jika respon antihipertensi tidak adekuat setelah mencapai dosis penuh dari dua

golongan obat pertama, maka obat ketiga dari golongan ketiga harus ditambahkan

ke dalam terapi (Aronow

et al

, 2011)

(36)

vasodilator arterial (hidralazin, minoksidil) (Kasper, 2005; Saseen dan

MacLaughlin, 2008). Secara umum, antihipertensi yang sering digunakan adalah 5

golongan antihipertensi yang disebutkan paling awal di atas. Algoritma

penanganan hipertensi diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi menurut JNC7 tahun 2003

ACEI: Angiotensin Converting Enzym Inhibitor/Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin, BB: Beta Blocker/Penghambat Beta, ARB: Angiotensin II Reseptor Blocker/ Penghambat Reseptor Angiotensin II, CCB: Calcium Channel Blocker/Penghambat Kanal Kalsium.

Tidak mencapai target tekanan darah (<140/90 mmHg) (<130/80 mmHg untuk

pengidap diabetes dan penyakit ginjal kronis)

Dengan indikasi lain Tidak ada indikasi lain

Hipertensi Tingkat I

(SBP 140-159 atau DBP 90-99 mmHg) Diuretik tipe Tiazid. Bisa dipertimbangkan

ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi

Hipertensi Tingkat II

(SBP ≥160 atau DBP ≥100 mmHg)

Kombinasi dua antihipertensi (biasanya

Tiazid dan ACEI, atau ARB, atau, BB, atau,

CCB)

Antihipertensi dengan indikasi lain menyesuaikan.

(terdapat dalam gambar 2).

Optimasi dosis obat atau menambahkan antihipertensi lain sampai target tekanan darah

tercapai. Perubahan Gaya Hidup

Terapi Obat Awal

(37)

d.

Pemilihan Antihipertensi

Ada enam indikasi lain yang diidentifikasi oleh JNC7 (2003). Indikasi

lain yang diidentifikasi merepresentasikan kondisi komorbiditas yang telah ada uji

kliniknya untuk penggunaan antihipertensi dari kelas dan golongan tertentu.

Indikasi penyerta yang telah diidentifikasi oleh JNC7 (2003) adalah : gagal

jantung sistolik,

post-myocardial infarction

, penyakit arteri koroner, diabetes

mellitus, penyakit ginjal kronis, serta pencegahan stroke berulang (Chobanian

et

al

, 2003; Saseen dan MacLaughlin, 2008). Indikasi penyerta pasien geriatri

dengan hipertensi perlu diidentifikasi untuk mengetahui rencana terapi yang tepat

agar hasil dari terapi menjadi lebih baik. Indikasi penyerta serta antihipertensi

yang direkomendasikan dapat dilihat di Gambar 2.

Gambar 2. Rekomendasi Antihipertensi Pada Indikasi Penyerta Menurut

JNC7 tahun 2003

*Diadaptasi dari Saseen dan MacLaughlin (2008)

ACEI: Angiotensin Converting Enzym Inhibitor/Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin, BB: Beta Blocker/Penghambat Beta, ARB: Angiotensin II Reseptor Blocker/ Penghambat Reseptor Angiotensin II, CCB: Calcium Channel Blocker/Penghambat Kanal Kalsium, LVH: Left Ventricular Hypertrophy.

LVH

Indikasi penyerta

Infark

Miokard Penyakit Koroner Diabetes Melit

us

Penyakit

Ginjal Kronis Stroke Ulang Pencegahan

Diuretik dan

aldosteron diuretik CCB, Diuretik

(38)

B.

Antihipertensi

1.

Diuretik

Diuretik adalah golongan obat yang mengurangi volume cairan

ekstraseluler, meningkatkan ekskresi sodium klorida urine, dan meningkatkan

volume urine yang terekskresi oleh ginjal. Diuretik utamanya digunakan untuk

mencegah dan meringankan edema dan

ascites

. Kondisi ini muncul pada penyakit

jantung, ginjal dan hati (Gennaro, 2000). Diuretik merupakan salah satu strategi

lini pertama dalam penanganan hipertensi

Banyak diuretik bekerja pada spesifik pada

protein transport

sel epitel

tubulus ginjal. Beberapa diuretik lain bekerja melalui efek osmotik yang

mencegah reabsorpsi air (manitol), menghambat enzim (azetolamide), atau

bekerja dengan menghambat reseptor hormon yang ada di sel epitel ginjal

(antagonis aldosteron) (Katzung

et al

, 2009).

(39)

Diuretik golongan azetolamid bekerja dengan cara menghambat enzim

carbonic anhydrase.

Enzim

carbonic anhydrase

terdapat di beberapa tempat di

nefron, tetapi paling banyak terdapat di membran luminal. Kerja dari enzim ini

adalah membantu reaksi dehidrasi dari H

2

CO

3

. Dengan dihambatnya enzim ini

maka reabsorpsi NaHCO3 juga dihambat sehingga terjadi efek diuresis. Diuretik

golongan ini biasa digunakan dalam terapi glaukoma, pembasaan urin, terapi pada

alkalosis metabolik, dan sebagai adjuvan dalam terapi epilepsi (Katzung

et al

,

2009).

Diuretik selanjutnya ada golongan diuretik lengkung. Salah satu obat

golongan ini adalah furosemid (Saseen dan MacLaughlin, 2008). Diuretik

lengkung bekerja dengan menghambat reabsorpsi Na

+

/K

+

/2Cl

-

secara selektif

yang terjadi di

thick ascending limb

(TAL) yang terdapat di lengkung henle. Pada

pemberian secara IV, furosemid cenderung meningkatkan aliran darah ginjal

tanpa disertai kenaikan nilai laju filtrasi glomerulus (Tanu, 2009). Furosemid

biasa digunakan dalam terapi hiperkalemia, gagal ginjal akut, edema refrakter,

serta gagal jantung (Katzung

et al

, 2009; Tanu, 2009). Selain digunakan untuk

indikasi yang telah disebutkan sebelumnya, furosemid juga memiliki efek

antihipertensi. Furosemid digunakan sebagai antihipertensi pada pasien yang

memiliki nilai klirensi kreatinin <30 ml/menit (Aronow

et al

, 2011; Saseen dan

MacLaughlin, 2008).

(40)

Efek natriuresis dan klorouresis dari tiazid disebabkan oleh penghambatan

mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubulus distal (Katzung

et al

, 2009).

Diuretik golongan Tiazid sering digunakan sebagai terapi lini pertama pada

pasien hipertensi (Aronow

et al

, 2011; Saseen dan MacLaughlin, 2008). Cara

kerja antihipertensi Tiazid bukan hanya karena efek diuresis yang disebabkannya,

tetapi juga karena efek vasodilatasi langsung terhadap arteriol sehingga dapat

menurunkan tekanan darah (Tanu, 2009). Kegunaan diuretik tiazid utamanya

sebagai antihipertensi, terapi pada pasien gagal jantung, terapi diabetes insipidus

yang bersifat nefrogenik (Katzung

et al

, 2009; Saseen dan MacLaughlin, 2008;

Aronow

et al

, 2011).

Diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid, klortalidon, dan bendrofluazid

merupakan agen antihipertensi yang sering diberikan sebagai terapi lini pertama

bagi pasien geriatri dengan hipertensi. Diuretik tiazid dipilih sebagai lini pertama

antihipertensi karena dapat dengan cepat menurunkan volume intravaskular,

menurunkan resintensi perifer, menurunkan tekanan darah pada lebih dari 50%

pasien, dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, serta harganya relatif terjangkau

(Aronow

et al

, 2011).

(41)

karena dikatakan lebih efektif dibanding diuretik tiazid sebagai antihipertensi

(BPOM, 2008; Saseen dan MacLaughlin, 2008; Lacy

et al

, 2011)

Sebagian besar diuretik menghambat reabsorpsi sodium dan/atau klorida

pada tubulus ginjal. Hasilnya akan menyebabkan natriuresis dan diuresis. Akan

tetapi, mekanisme bagaimana diuretik menghambat reabsorpsi dan tempat aksinya

bervariasi; diuretik dapat bekerja pada tubulus proksimal, lengkung Henle,

tubulus distal, tubulus kolektivus, atau kombinasi dari tempat-tempat tersebut

(Gennaro, 2000).

Diuretik cukup sering diresepkan secara berlebihan. Peresepan yang

berlebihan dapat merugikan pasien, terlebih jika diresepkan berlebihan terhadap

pasien geriatri. Pasien geriatri lebih rentan terhadap efek samping obat

dikarenakan fungsi organnya yang telah mengalami penurunan. Sebaiknya

pemberian diuretik pada pasien geriatri diawali dengan dosis yang rendah terlebih

dahulu. Disamping itu, dosis pemberian diuretik terhadap lansia juga harus

disesuaikan dengan kondisi ginjal pasien (BPOM, 2008; Aronow

et al

, 2011;

Midlov

et al

, 2009)

2.

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors

(ACEI)/Penghambat

Enzim Pengubah Angiotensin

(42)

Golongan obat penghambat enzim pengubah angiotensin dapat

digunakan sebagai monoterapi atau dalam regimen terapi kombinasi dengan

antihipertensi golongan penghambat beta

,

penghambat kanal kalsium, atau

diuretik. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antihipertensi golongan ini

jarang. Efek samping yang diketahui termasuk ruam, angioedema, proteinuria,

atau leukopenia, terutama pada pasien dengan kenaikan serum kreatinin (Kasper,

et al.

, 2005).

3.

Angiotensin II

Receptor Blockers

(ARB)/Penghambat Reseptor

Angiotensin II

Golongan obat penghambat reseptor angiotensin II bekerja menahan

langsung reseptor angiotensin tipe 1 yang memperantarai efek angiotensin II,

namun tidak seperti ACEI, antihipertensi golongan ini tidak menginduksi

keluarnya bradikinin sehingga menggurangi efek samping batuk. Contoh

antihipertensi dari golongan penghambat reseptor angiotensin II adalah valsartan

(Saseen dan MacLaughlin, 2008).

4.

Beta

Blockers

/Penghambat Beta

Mekanisme kerja dari antihipertensi golongan penghambat beta belum

begitu jelas dipahami. Penghambat beta

diketahui dapat menginhibisi pelepasan

renin dari ginjal. Contoh obat dari golongan ini adalah yaitu atenolol, labetalol,

dan propanolol (Saseen dan MacLaughlin,

2008). Penghambat beta umumnya

efektif pada pasien muda dengan sirkulasi hiperkinetik. Penggunaannya dimulai

dari dosis rendah (contohnya atenolol 25 mg per hari) dan dikontraindikasikan

pada pasien dengan bronkospasme,

AV block,

bradikardi, dan diabetes tergantung

(43)

mencegah

cardiovascular event

pada pasien yang sebelumnya telah mengalami

infark miokard dan pada pasien dengan gagal jantung (Mancia

et al

, 2013).

5.

Calcium Channel Blockers

(CCB)/Penghambat Kanal Kalsium

Obat golongan penghambat kanal kalsium menyebabkan relaksasi

jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap

tegangan, sehingga mengurangi masuknya ion kalsium ke dalam sel. Relaksasi

otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi

tekanan darah. Contoh obatnya adalah verapamil (Saseen dan MacLaughlin,

2008). Veparamil dan diltiazem dapat menyebabkan bradikardi dan

AV block,

sehingga kombinasi dengan penghambat beta

umumnya dihindari (Kasper,

et al.

,

2005).

C.

Geriatri

Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan

(menurut WHO), yaitu (Walker, 2003) :

a)

Lansia (

elderly

) dengan kisaran usia 60-75 tahun,

b)

Tua (

old

) dengan kisaran usia 76-90 tahun,

c)

Sangat tua (

very old

) dengan kisaran usia > dari 90 tahun

Pasien geriatri merupakan pasien merupakan pasien dengan profil yang

khusus. Pada pasien geriatri telah terjadi penurunan massa dan fungsi organ serta

sistem organ (David, 2010; Aronow

et al

, 2011). Penurunan massa dan fungsi

(44)

dari segi efek samping yang kemungkinan besar dapat terjadi (David, 2010;

Kimble dkk., 2008).

D.

Drug Related Problems

Drug Related Problems

(DRPs) adalah kejadian yang tidak diharapkan

dialami pasien saat terapi yang disebabkan oleh obat atau diduga disebabkan oleh

obat yang kemudian dapat menghalangi tercapainya tujuan terapi. Sejak 2002,

sebanyak 3,3 miliar resep diberikan oleh apotek di Amerika Serikat dan lebih dari

44.000 pasien rawat inap meninggal tiap tahun dikarenakan kesalahan medikasi.

Meskipun ada ribuan obat yang beredar di pasaran, miliaran resep dikeluarkan

tiap tahun, dan banyak penyakit akut dan kronis yang ditangani dengan produk

obat tetapi hanya ada 7 kategori dari DRPs (Cipolle, 2004).

Drug Related

Problems

(DRPs) sendiri sangat perlu diperhatikan pada pasien geriatri. Hal ini

dikarenakan geriatri telah mengalami penurunan fungsi organ serta pasien geriatri

cenderung menerima banyak obat (>6 jenis) untuk mengobati berbagai masalah

medis yang dialami (Aronow

et al

, 2011; Midlov

et al

, 2009).

Cipolle (2004) membagi DRPs menjadi 7 kategori yaitu : indikasi tanpa

obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis sub-terapi, efek samping dan interaksi

obat, dosis berlebih, serta kategori ketidakpatuhan pasien. Sama seperti kasus

klinis kebanyakan, DRPs tidak dapat diselesaikan atau dicegah tanpa mengetahui

apa penyebabnya. Penyebab umum DRPs dari tiap kategori menurut Cipolle

(2004), antara lain:

(45)

risiko dari suatu kondisi klinis yang bertambah parah, serta diperlukannya

tambahan terapi obat untuk mendapatkan efek aditif atau sinergis dengan terapi

obat yang telah diterima sebelumnya.

b.

Obat tanpa indikasi, disebabkan oleh ada terapi obat yang tidak memiliki

indikasi terhadap kondisi klini pasien, ada pemberian beberapa obat untuk

menterapi suatu kondisi klinis yang sebenarnya hanya memerlukan satu jenis

obat saja, kondisi medis pasien lebih cocok untuk di terapi dengan terapi non

obat daripada dengan terapi obat, terapi obat yang dipilih memiliki efek

samping yang sebenarnya bisa dihindari, penyalahgunaan obat.

c.

Obat salah, disebabkan oleh terapi obat yang dipilih bukan merupakan obat

yang paling efektif bagi kondisi medis pasien, kondisi medis yang dialami

pasien bertolak belakang dengan indikasi terapi obat yang dipilih, bentuk

sediaan terapi obat tidak cocok dengan kondisi pasien.

d.

Dosis sub-terapi, disebabkan oleh dosis terapi obat yang diberikan terlalu

rendah untuk menghasilkan efek terapi yang diharapkan, frekuensi pemberian

obat terlalu jarang untuk menghasilkan efek terapi yang diharapkan, interaksi

obat yang menyebabkan berkurangnya bioavailabilitas salah satu atau kedua

obat, durasi kerja obat terlalu singkat untuk menghasilkan efek terapi yang

diharapkan.

(46)

terapi obat menyebabkan reaksi alergi, terapi obat kontraindikasi dengan

kondisi pasien.

f.

Dosis berlebih, disebabkan oleh dosis obat yang diberikan terlalu tinggi,

frekuensi pemberian obat terlalu sering, durasi kerja obat terlalu panjang,

interaksi obat yang menghasilkan efek toksik, dosis obat diberikan terlalu

cepat.

g.

Ketidakpatuhan, disebabkan oleh pasien yang tidak mengerti instruksi cara

penggunaan obat, pasien memilih untuk tidak mengonsumsi obat, pasien lupa

untuk mengonsumsi obat, produk obat tidak terjangkau oleh pasien, pasien

tidak dapat menggunakan atau menggunakan obat secara mandiri.

Dari 7 kategori tersebut, bisa dikerucutkan kembali menjadi 4 kategori

besar, yaitu aspek : 1) Indikasi; terdiri dari indikasi tanpa obat, dan obat tanpa

indikasi; 2) Efektivitas; terdiri dari obat inefektif dan dosis sub-terapi; 3)

Keamanan; terdiri dari efek samping obat dan interaksi obat serta dosis berlebih;

4) Ketidakpatuhan (Cipolle, 2004).

E.

Keterangan Empiris

(47)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai “Evaluasi

Drug Related Problems

Penggunaan

Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Dengan Peningkatan Tekanan Darah di

Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013

merupakan jenis penelitian observasional dengan jenis deskriptif evaluatif dan

rancangan

case-series

serta waktu pengambilan data secara prospektif. Data yang

diambil pada penelitian ini merupakan data sekunder. Pengambilan data dilakukan

dengan cara mencatat perkembangan pasien geriatri dengan hipertensi melalui

lembar rekam medis dan di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta selama

periode penelitian yaitu pada bulan Agustus tahun 2013.

Penelitian observasional dilakukan dengan mengamati sejumlah variabel

dari subyek penelitian tanpa adanya intervensi perlakuan terhadap subyek

penelitian (Imron, 2010). Jenis penelitian deskriptif evaluatif dalam penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan profil pasien, profil pengobatan pasien dan

mengevaluasi DRPs peresepan antihipertensi pada pasien geriatri. Rancangan

penelitian

case-series

adalah sebuah studi deskriptif terhadap suatu kelompok

yang memiliki paparan yang sama atau penyakit yang sama untuk mengetahui

outcome

dari paparan atau penyakit tersebut. Pengambilan data bersifat

(48)

per tanggal 1

31 Agustus 2013. Data yang digunakan merupakan data dari

lembar rekam medis pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini

Yogyakarta.

B.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1.

Profil pasien meliputi jenis kelamin, usia, serta diagnosa masuk rumah

sakit pasien.

2.

Profil peresepan yang diterima pasien meliputi kelas terapi, golongan obat,

dan jenis obat. Misal: kelas terapi analgetika, golongan obat OAINS, jenis

obat Parasetamol.

3.

Antihipertensi merupakan golongan obat yang dapat mengobati hipertensi.

Antihipertensi yang dievaluasi dalam penelitian ini meliputi antihipertensi

golongan diuretik (

i.e.

hidroklorotiazid dan furosemid), penghambat kanal

kalsium (misal : amlodipin), penghambat reseptor angiotensin II (misal :

valsartan), penghambat enzim pengubah angiotensin (misal : kaptopril),

penghambat beta (misal : propanolol) dan antihipertensi golongan lain

(misal : klonidin).

4.

Drug Related Problems

(

DRPs)

dalam penelitian ini adalah DPRs menurut

Cipolle (2004).

C.

Subyek Penelitian

(49)

Agustus 2013. Kriteria inklusi yang diberlakukan adalah pasien dengan usia 60

tahun keatas dengan

dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg

dan tekanan diastolik

≥90 mmHg

serta menerima terapi obat diuretik. Obat diuretik dijadikan sebagai

salah satu kriteria inklusi sebab pada awalnya penelitian akan berfokus pada

DRPs berkaitan dengan obat diuretik saja, tetapi untuk mendapatkan hasil

evaluasi yang lebih komprehansif maka evaluasi DRPs melibatkan semua

antihipertensi sebagai fokus penelitian. Kriteria eksklusi yang diberlakukan adalah

tidak adanya data serum kreatinin. Data serum kreatinin diperlukan untuk menilai

fungsi ginjal pasien. Fungsi ginjal pasien yang menurun pada akhirnya dapat

mempengaruhi dosis dan pemilihan antihipertensi yang diresepkan kepada pasien.

Selama periode penelitian ditemukan 23 pasien yang memiliki dengan

tekanan sistolik ≥140 mmHg

dan tekanan diastolik ≥90 mmHg.

Empat pasien

tidak diikutkan dalam penelitian sebab usianya belum mencapai 60 tahun,

sehingga ada 19 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Setelah diberlakukan

kriteria eksklusi, 1 pasien tereksklusi karena ternyata selama pasien dirawat

pasien tidak memiliki data serum kreatinin, sehingga total jumlah pasien yang

menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 18 pasien.

Gambar 4. Skema Pemilihan Subyek Penelitian di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Agustus 2013

23 pasien dengan tekanan darah

≥140/90 mmHg

Subyek penelitian sebanyak 18 Pasien

(50)

D.

Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

rekam medis pasien geriatri yang telah mengalami peningkatan tekanan darah dan

menerima terapi diuretik pada periode Agustus 2013 di Rumah Sakit Panti Rini

Yogyakarta. Lembar rekam medis adalah catatan pengobatan dan perawatan

pasien yang memuat data profil pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,

diagnosis masuk, instruksi dokter, asuhan keperawatan, catatan penggunaan obat,

hasil laboratorium, lama perawatan yang menerima obat diuretik, serta

outcome

terapi pasien di RS Panti Rini periode Agustus 2013.

E.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi

Drug Related Problems

(DRPs)

antihipertensi pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah dilakukan di

bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dari

bulan Agustus sampai bulan September 2013. Pengambilan data dimulai tanggal

2 Agustus 2013 pada saat pasien pertama yang sesuai kriteria inklusi ditemukan di

rumah sakit. Pengambilan data berakhir tanggal 5 September, yaitu pada saat

pasien terakhir pada bulan Agustus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

keluar dari rumah sakit.

F.

Tata Cara Penelitian

1.

Pengurusan ijin penelitian

(51)

Penelitian dan Pengembangan. Pengurusan ijin diteruskan ke bagian bangsal

rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Dalam hal ini perijinan diurus

melalui kepala perawat dan perawat kepala jaga di bangsal rawat inap Rumah

Sakit Panti Rini Yogyakarta. Pengurusan ijin dilakukan untuk mendapat ijin

melakukan pengambilan data di bangsal rawat inap Rumah Sakit Panti Rini

Yogyakarta.

2.

Analisis situasi

Analisis situasi adalah tahap pencarian informasi terkait insidensi

hipertensi di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta, sehingga didapat

gambaran kisaran kasus hipertensi yang terjadi di bangsal Rumah Sakit Panti

Rini Yogyakarta. Analisis situasi dilakukan dengan menanyakan kepada

perawat jaga di bangsal perihal rata

rata banyak kasus pasien hipertensi yang

dirawat inap di bangsal rumah sakit Panti Rini Yogyakarta.

3.

Pengambilan data

Pasien yang akan diambil datanya dipilih sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Data pasien diperoleh

dari lembar rekam medik serta daftar obat yang diberikan kepada pasien

geriatri hipertensi di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.

(52)

4.

Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan evaluatif.

Pengolahan data secara deskriptif meliputi pengolahan data profil pasien dan

profil pengobatan yang diterima oleh pasien. Pengolahan data secara evaluatif

meliputi evaluasi DRPs yang aktual terjadi dan yang berpotensi terjadi

berkaitan dengan antihipertensi yang diterima oleh pasien.

a.

Profil Subyek Penelitian

Pengelompokkan data mengenai profil pasien dilakukan dengan

mendeskripsikan jumlah pasien berdasarkan beberapa kriteria berikut, yaitu :

jenis kelamin, usia, serta diagnosa masuk rumah sakit. Pendeskripsian jenis

kelamin serta diagnosa masuk pasien dilihat dari rekam medis pasien yang

bersangkutan. Pengelompokkan usia pasien menggunakan acuan dari WHO

dalam Walker (2003) yaitu, usia 60

75 tahun digolongkan sebagai lansia,

usia 76 – 90 tahun digolongkan sebagai tua, dan usia > 90 tahun digolongkan

sebagai sangat tua.

b.

Profil Peresepan

Obat

obatan yang diterima oleh pasien dikelompokkan menurut

kelas terapi, golongan obat dan jenis obat. Penggolongan berdasarkan

Drugs

Information Handbook

(DIH) tahun 2011.

c.

Profil Peresepan Antihipertensi

(53)

d.

Evaluasi

Drug Related Problems

(DRPs)

Drug Related Problems

yang dievaluasi dalam penelitian ini

meliputi 7 kategori menurut Cipolle (2004). Evaluasi DRPs menggunakan

metode SOAP (subyektif, obyektif,

assessment

dan

plan

). Subyektif meliputi

usia, berat badan, gejala dan keluhan yang dirasakan pasien, lama rawat inap

pasien, dan status keluar pasien. Obyektif meliputi tanda vital, hasil

pemeriksaan laboratorium, asuhan keperawatan, serta pemberian terapi obat

kepada pasien.

Assessment

meliputi penilaian terhadap DRPs yang terjadi

dan berpotensi terjadi pada pasien.

Plan

merupakan rencana yang dibuat

untuk mengatasi DRPs yang terjadi dan berpotensi terjadi kepada pasien.

Assessment yang dilakukan dan plan yang dibuat menggunakan beberapa

acuan sebagai berikut : Aronow

et al

(2011), Saseen dan MacLaughlin

(2008), Chobanian

et al

(2003), Baxter (2010) dan Lacy

et al

(2011).

G.

Penyajian dan Pembahasan Hasil

Data hasil analisis deskriptif disajikan dalam bentuk gambar diagram,

tabel dan disertai pembahasan mengenai makna dari gambar dan tabel. Hasil

evaluasi DRPs disajikan dalam bentuk uraian di dalam lampiran dan dibahas di

BAB IV.

H.

Keterbatasan dan Kesulitan Penelitian

(54)

sebab dinilai kurang relevan lagi terhadap pokok evaluasi yang melibatkan semua

obat antihipertensi, bukan hanya obat diuretik saja. Keterbatasan lain dalam

penelitian ini adalah tidak dilakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep

perihal alasan pemberian antihipertensi, sehingga pada beberapa kasus ada

beberapa informasi yang kurang untuk mengevaluasi terjadinya DRPs. Analisis

DRPs yang dilakukan tidak secara prospektif murni, sebab analisis dikerjakan

setelah pasien selesai dirawat dan rekomendasi hasil analisis tidak disampaikan

secara langsung dan segera kepada tenaga kesehatan.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of the
Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi menurut JNC7 tahun
Tabel 1. *Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of the  Joint
Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder (Saseen dan MacLaughlin, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

program-program kegiatan yang dimana disitu tujuan utamanya yaitu mendukung apa yang menjadi program dari madrasah soalnya kami pondok pesantren milik madrasah karena

Sejalan dengan hal di atas, Arikunto (1993) menyatakan bahwa “tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga

Philips, TBK Surabaya Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dengan Analisis Profil Multivariate , sedangkan pada penelitian ini membahas tentang kepuasan kerja

Berdasarkan tujuan tersebut diatas, maka penulisan penelitian ini berguna untuk menambah wawasan berkaitan dengan adanya pasal 197 Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang

penerimaan dan pengeluaran Laporan Rekening Khusus Dana Kampanye yang dilaporkan terhitung sejak 3 (tiga) hari ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu

Dengan segenap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Program Keahlian Teknik Pengecoran adalah jenis pekerjaan dan atau profesi yang relevan dengan kompetensi yang tertuang di dalam tabel

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa para responden telah melakukan prosedur auditing yang wajar dan memenuhi kriteria yang telah