BAB 5
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan
perundangan terkait, antara lain :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
a. Pembagian Urusan Pemerintah
Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.
i. Urusan pemerintahan absolut : adalah Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan absolut yaitu :
politik luar negeri;
pertahanan;
keamanan;
yustisi;
moneter dan fiskal nasional; dan
agama.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut Pemerintah Pusat:
melaksanakan sendiri; atau
melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.
ii. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.
iii. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
iv. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
b. Kewenangan Pusat dan Daerah
i. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:
Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau
Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional. ii. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenanganDaerah provinsi adalah:
Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;
Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;
Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau
Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya
iii. kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota adalah:
Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;
Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/ kota;
Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau
Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.
Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren berwenang
untuk:
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan;dan
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah.
Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah , wajib
c. Perencanaan Pembangunan Daerah
Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencanapembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistemperencanaan pembangunan nasional. Dokumen perencanaan
pembangunan Daerah terdiri atas:
RPJPD: merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata ruang wilayah.
RPJMD: merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka
pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN
RKPD : merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah
dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. d. Keuangan Daerah
Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan UrusanPemerintahan yang diserahkan kepada meliputi:
a. pemberian sumber penerimaan Daerah berupa pajakdaerah dan retribusi daerah;
b. pemberian dana bersumber dari perimbangankeuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah;
c. pemberian dana penyelenggaraan otonomi khususuntuk Pemerintahan Daerah tertentu yang ditetapkandalam undang-undang; dan
d. pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat,dan insentif (fiskal).
Hubungan keuangan antar daerah, meliputi : 1. bagi hasil pajak dan nonpajak antar-Daerah;
2. pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadikewenangan Daerah yang menjadi
tanggung jawabbersama sebagai konsekuensi dari kerja sama antar-Daerah;
3. pinjaman dan/atau hibah antar-Daerah; 4. bantuan keuangan antar-Daerah; dan
5. pelaksanaan dana otonomi khusus yang ditetapkandalam Undang-Undang.
Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas : a. pendapatan asli Daerah meliputi:
1. pajak daerah;
2. retribusi daerah;
dipisahkan; dan
4. lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah; b. pendapatan transfer; dan
c. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
Pendapatan transfer meliputi:
a. transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:
1. dana perimbangan;
2. dana otonomi khusus;
3. dana keistimewaan; dan 4. dana Desa.
b. transfer antar-Daerah terdiri atas:
1. pendapatan bagi hasil; dan 2. bantuan keuangan.
Dana perimbangan terdiri atas : Dana Bagi Hasil;Dana Alokasi Umum; danDana Alokasi
Khusus.Dana Bagi Hasil bersumber dari: a. pajak;
b. cukai; dan
c. sumber daya alam.
Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhanantar-Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus bersumber dari APBN dialokasikan pada Daerah untukmendanai
kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah 2. Undang-Undang No. 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun 2016. Penerimaan ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran yang dituangkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dana Alokasi Khusus Reguler untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi sebesar Rp 835.297.480.000,00
Dana Alokasi Khusus Afirmasi untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi sebesar Rp 512.099.000.000,00
3. Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur.
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden ini adalah infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial, yang meliputi :
a. infrastruktur transportasi;
b. infrastruktur jalan;
e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;
f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat; g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
i. infrastruktur ketenagalistrikan;
j. infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi
k. terbarukan;
l. infrastruktur konservasi energi;
m. infrastruktur fasilitas perkotaan; n. infrastruktur fasilitas pendidikan;
o. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga,
p. serta kesenian; q. infrastruktur kawasan;
r. infrastruktur pariwisata;
s. infrastruktur kesehatan;
t. infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan
u. infrastruktur perumahan rakyat.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,
dan ditetapkan dengan peraturan daerah.\
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 47/PRT/M/2015 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur yang selanjutnya disebut DAK Bidang Infrastruktur, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan prasarana dan sarana Bidang
Infrastruktur masyarakat yang belum mencapai Standar Pelayanan Minimal atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai fokus pembangunan sesuai amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah,
menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya
Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau
barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.
Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam bentuk:
1. Investasi surat berharga, dan/atau,
2. Investasi langsung.
Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk
mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan
cara :
1. Public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU,
2. Non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing,
3. Investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau surat utang
melalui pasar modal, yakni melalui :
1. Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan
perusahaan.
2. Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat
utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali).
Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk
surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi.
Dari uraian di atas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Cipta Karya, terdapat
beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui:
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. APBD Kabupaten/Kota 4. Pinjaman Perbankan
5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan 7. Dana Hibah
5.2. Potensi Pendanaan APBD
Keuangan daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan pemerintah daerah.Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah
terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD), danaperimbangan, dan lain-lain pendapatandaerah yang sah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah
yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah,retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak,bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus Lain-lain pendapatan yang sah
adalah pendapatan lainnya dari pemerintah pusatdan atau institusi pusat, serta dari daerah lainnya.
Lain-lain pendapatan yang sahterdiri dari pendapatan hibah, dana darurat, dan bagi hasil dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, dan bantuan
keuangan dariprovinsi atau pemerintah daerah lainnya. Belanja daerah adalah semua kewajiban
daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tak langsung Belanja langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program.
Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal belanja
tak langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program. belanja tak langsung terdiri dari belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang
ditetapkan undangundang,belanja bunga, belanja subsidi,belanja hibah, belanja bantuan
sosial,belanja bagi hasil kepadaprovinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, serta belanja tidak
terduga.Pembiayaan adalah bagian dari penerimaan pembiayaan daerah, pengeluaran pembiayaan
daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan. Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
Tabel 5.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012 – 2014
No Uraian Tahun
2012 2013 2014
1 Pendapatan Daerah 415,190.58 482,495.68 535,111.13
Pendapatan Asli Daerah 13,292.87 19,082.34 24,665.76
Dana Perimbangan 369,977.64 434,744.27 470,186.06
lain - Lain Pendapatan yang Sah 31,920.06 28,669.06 40,259.32 2 Belanja Daerah 428,682.94 494,974.06 572,507.64
Belanja Langsung 241,177.91 285,470.20 327,997.36
Belanja Tidak Langsung 187,505.03 209,503.85 244,510.28
3 Pembiayaan 13,492.36 12,478.37
-Penerimaan Daerah 23,118.15 20,553.50 43,096.51
Pengeluaran Daerah 9,625.79 8,075.12 5,700.00
Sumber: Wakatobi Dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan kontribusi masing-masing komponen pendapatan daerah menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan terhadap dana pusat relatif masih tinggi. Pada sisi lain, kemampuan sumber-sumber fiskal
daerah masih terbatas yang ditunjukkan dengan derajat desentralisasi fiskal yang masih rendah.
Mencermati struktur pendapatan daerah di atas, tantangan pengelolaan pendapatan daerah di masa mendatang adalah perlunya optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah yang potensial, dengan
memperhatikan prinsip keberlanjutan fiskal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Untuk meningkatkan kapasitas keuangan daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakannya
untuk membiayai tugas-tugas penyelenggaran pemerintahan daerah. Sumber keuangan yang strategis
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peningkatan PAD dilakukan tanpa menciptakan ekonomi biaya
tinggi,menghindari terjadinya tumpang tindih pemungutan, dan mempertimbangkan beban yang dipikul masyarakat.
Peningkatan PAD berimplikasi langsung dengan upaya untuk meningkatkan pelayanan dan kegiatan
pembangunan lainnya.Oleh karenanya, pengelolaan PAD di Kabupaten Wakatobiselama tahun 2006-2010 diupayakan pada intensifikasi PAD dari berbagai objek pungutan pajak daerah dan retribusi daerah,
termasuk pula meningkatkan penerimaan dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan maupun
lain-lain PAD yang sah.
Dalam kepentingan yang lebih strategis, penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan
jumlah alokasi dana untuk program dan kegiatan yang menjadi prioritas daerah. Alokasi belanja
daerahsemaksimal mungkin diupayakan keberpihakan kepada pemberdayaan potensi ekonomi lokal,
pengembangan ekonomi kerakyatan, perluasan kesempatan berusaha dan penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan belanja daerah merupakan bagian dari pelaksanaan program pembangunan untuk mewujudkan
visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Oleh karenanya, pengelolaan belanja daerah
efisiensi, dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja berdasarkan prinsip
transparansi, akuntabilitas.
Belanja daerah diarahkan/difokuskan pada pelaksanaan program-program dan kegiatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu,
pemenuhan kebutuhan infrastruktur daerah secara bertahap mulai dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya, anggaran belanja diklasifikasikan menurut belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Pengelolaan belanja yang utama adalah mengedepankan alokasi belanja yang ideal antara
belanja tidak langsung dengan belanja langsung.
Harapan masyarakat akan adanya perbaikan sosial ekonomi menjadikan alokasi belanja langsung secara progresif mutlak dilakukan, terutama untuk penyediaan infrastruktur dasar, peningkatan aksesibilitas
pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan pengangguran
dan kemiskinan.
Proyeksi pendanaan APBD terkait langsung dengan kemampuan pendapatan daerah untuk membiayai
berbagai program dan kegiatan pembangunan Kabupaten Wakatobi lima tahun yang akan datang.
Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah dengan tetap mengupayakan peningkatan pada sumber pendapatan yang
baru. Berdasarkan perkembangan pendapatan daerah periode sebelumnya, prediksi pendapatan daerah
Kabupaten Wakatobi tahun 2012 sampai tahun 2014, sebagai berikut
Tabel 5.2. Proyeksi Pendanaan APBD Kab. Wakatobi Tahun 2012 – 2014
No Komponen APBD Realisasi (Rp. Juta)
Presentase
Pendapatan Asli Daerah 19,398.24 23,357.94 16.95 13,292.87 19,082.34 24,665.76 26.49
Pajak Daerah 3,091.28 4,115.74 24.89 1,969.66 2,086.48 2,901.58 16.85
Retribusi 4,032.11 3,891.25 -3.62 1,503.62 2,789.40 7,199.68 53.68
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 7,437.82 7,962.21 6.59 5,651.59 9,500.00 9,500.00 20.25
Lain - Lain PAD 4,837.03 7,388.74 34.54 4,162.00 4,706.45 5,064.50 9.32
2
Dana Perimbangan 444,085.89 481,292.47 7.73 369,977.64 434,744.27 470,186.06 11.22
Bagi Hasil/Bukan Pajak 28,947.91 22,469.48 -28.83 16,449.40 19,606.28 11,363.06 -28.22
Dana Alokasi Umum 358,873.35 387,267.04 7.33 308,676.98 353,873.34 387,267.04 10.70
Dana Alokasi Khusus 61,264.64 71,555.96 14.38 44,851.26 61,264.64 71,555.96 20.59
3 Lain - Lain Pendapatan yang Sah 42,486.35 53,335.92 20.34 31,920.07 28,669.06 40,259.32 8.72
Dana Bagi Hasil Pajak dari Prov/Pemda - 8,175.91 - 3,059.07 3,059.06 6,347.24 25.90
Dana Penyesuaian dan Otonom Khusus - 43,540.01 - 23,465.00 23,485.00 32,292.08 13.68
Bantuan Keuangan dari Prov/Pemda - 1,620.00 - 5,396.00 2,125.00 1,620.00 -92.55
Dengan demikian, kerangka pendanaan pembangunan dalam APBD Kabupaten Wakatobi yang mencakup
pendapatan daerah dan belanja daerah secara keseluruhan menunjukkan trend kenaikan selama tahun 2012-2014, dengan tetap mengupayakan pembiayaan netto yang semakin tidak konstan setiap tahunnya.
Pemerintah daerah sangat memperhatikan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya, hal tersebut
tercermin dari alokasi anggaran belanja daerah untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Alokasi APBD Dalam Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No. Uraian Jumlah (Rp) Alokasi
Anggaran (%) Tahun 2014
1 Belanja Modal Pengadaan Tanah Sarana Umum Tempat Pembuangan akhir Sampah 398,000,000 0.22
2 Belanja Modal Pengadaan Mesin Pompa Air 16,300,000 0.01
3 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan 74,731,242,411 40.95
4 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan 16,136,848,670 8.84
5 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air 8,906,741,000 4.88
6 Belanja Modal Penerangan Jalan, Taman, Dan Hutan Kota 747,000,000 0.41
7 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembangunan Taman 1,449,496,089 0.79
8 Belanja Modal Pengadaan Sistem Informasi Perizinan Bangunan 33,000,000 0.02
JUMLAH TOTAL ALOKASI PENGANGGARAN 182,486,625,364 56.12
TAHUN 2015
1 Belanja Modal 241,332,930,684
JUMLAH TOTAL ALOKASI PENGANGGARAN 422,499,396,697 57.12
TAHUN 2016
1 Belanja Modal 257,592,362,171
JUMLAH TOTAL ALOKASI PENGANGGARAN 431,876,339,882 59.64
Sumber :Hasil Analisis Tahun 2016
5.3. Alternatif Sumber Pendanaan
Dalam alternatif sumber pendanaan, pemerintah Kabupaten Wakatobi dapat menggunakan
Community Social Responcibility (CSR). CSR saat ini sudah ditegaskan dalam UU. Terdapat 2 UU yakni yang menegaskan tentang CSR yakni UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
pasal 74 dan UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34. UU Perseroan
Terbatas No.40 tahun 2007 pasal 74 Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, ayat (2) menyatakan bawa tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Adapun di dalam UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 dan
34 dinyatakan sebagai berikut :
a. Pasal 15, Setiap penanam modal berkewajiban:
menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan
mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Pasal 17, Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pasal 34 (1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
peringatan tertulis;
pembatasan kegiatan usaha;
pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain dikenai sanksi
administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Besarnya anggaran CSR berkisar antara 2 – 5% dari laba perusahaan. Perusahaan berskala besar
& dengan laba besar, tentu akan memiliki cadangan dana CSR besar pula. Namun demikian, tidak
berarti perusahaan yang berskala kecil akan kehilanagan kesempatan ataupun kreativitas dalam mengelola CSR.
5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Pendapatan daerah adalah unsur terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah
karena merupakan sumber pembiayaan bagi kegiatan pembangunan. Sumber pendapatan daerah
Kabupaten Wakatobi meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan transfer dan lain-lain
1. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi :
a. Pendapatan pajak daerah; b. Pendapatan retribusi daerah;
c. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Lain-lain PAD yang sah, yang terdiri atas :
Dana hibah
Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintahan daerah lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi khusus
Bantuan keuangan dari propinsi
2. Pendapatan Transfer meliputi Dana perimbangan yang terdiri dari :
Dana bagi hasil pajak
Dana bagi hasil bukan pajak (Sumber Daya Alam)
Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintahan daerah lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi khusus
Bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintahan daerah lainnya
Dalam rangka meningkatkan sumber-sumber penerimaan, Pemerintah Kabupaten Wakatobi melalui Kebijakan Umum Pendapatan daerah sebagai berikut :
a. Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi
b. Meningkatkan kualitas SDM petugas Dinas Pendapatan Daerah
c. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta rapat evaluasi penerimaan setiap tiga
bulan
d. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional
e. Meningkatkan pengawasan internal khususnya para petugas di lapangan dan eksternal, yaitu
para wajib pajak dan retribusi yang tidak mematuhi PERDA
f. Memperbaharui PERDA yang tidak sesuai dengan perkembangan g. Meningkatkan kegiatan investasi
Upaya-upaya yang dilakukan sebagai usaha dalam mencapai target Pendapatan Daerah tersebut,
yaitu :
1. Kegiatan Intensifikasi
Upaya peningkatan Pendapatan Daerah melalui kegiatan intensifikasi adalah dengan cara
mengintensifkan kembali sumber-sumber penerimaan PAD yang ada sehingga mampu
terealisir secara optimal.
Untuk itu langkah yang ditempuh untuk mencapai kondisi tersebut, adalah:
a. Menghitung kembali sumber-sumber penerimaan yang belum terealisir termasuk
diadakan penagihan secara intensif yaitu pajak/retribusi yang belum menyelesaikan
kewajibannya. Bahkan kalau dimungkinkan diadakan tindakan penegakan hukum terhadap wajib pajak retribusi yang tidak mentaati ketentuan.
b. Meningkatkan pelayanan melalui pemberian kemudahan dan percepatan pelayanan
dengan melakukan pembinaan dan pengarahan terhadap petugas pungut pajak/retibusi dan menindak tegas setiap penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan pemungutan.
c. Mengadakan sosialisasi tentang arti pentingnya PAD kepada wajib pajak/retribusi
termasuk didalamnya pemasangan pamflet, penyebaran brousr dan sejenisnya sehingga
diharapkan tercipta kesadaran untuk membayar kewajiban pajak/retribusinya.
d. Melakukan evaluasi secara berkala dalam penyesuaian pola penetapan tarif yang ada
dalam peraturan daerah dengan tingkat perkembangan dan kemampuan kondisi sosial
ekonomi masyarakat.
e. Meningkatkan pengawasan baik melalui pengawasan melekat maupun dengan
meningkatkan peran aparat pengawas fungsional terhadap instansi pengelola pajak dan
retribusi daerah melalui pengawasan yang intensif, korektif dan transparan. 2. Kegiatan Ekstensifikasi
Adapun kegiatan ekstensifikasi yang dapat dilakukan adalah :
a) Kebijaksanaan pengelolaan penerimaan PAD harus beorientasi pada pertumbuhan
ekonomi yang dapat menciptakan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga basis PAD dapat dikembangkan dengan menjaring dan memperbanyak wajib pajak/retribusi.
b) Menginventarisir data obyek PAD baru untuk ditelaah dan diobsevasi untuk kemudian
diajukan sebagai jenis pungutan yang baru serta mengembangkan sumber-sumber penerimaan yang telah ada.
c) Melakukan upaya komunikasi dengan Pemerintah Pusat dalam hal penyesuaian atau
peningkatan alokasi Dana Perimbangan, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk kebutuhan pelaksanaan pembangunan di daerah.
3. Meningkatkan Kegiatan Investasi di Daerah
a) Menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi yang akan dilaksanakan di
daerah.
b) Memberikan kemudahan dalam melakukan investasi bagi investor.
c) Menyederhanakan birokrasi yang terlalu panjang sehingga dapat mengurangi ekonomi
biaya tinggi.
d) Menyediakan daya tarik bagi investor utamanya investor asing sehingga mereka berminat
menanamkan modalnya di daerah.
4. Peningkatan Kemampuan Pendapatan
Pendapatan Daerah Kabupaten Wakatobi dari tahun ke tahun semakin mengalami
atau rata-rata baru mencapai 24,2 % namun Pemerintah Kabupaten Wakatobi terus berusaha
untuk menggali potensi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selama ini belum teridentifikasi (sebagai mana yang telah dikemukakan pada Bab 6.6).
Proporsi pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber-sumber pendapatan yang
diperoleh dari dana perimbangan baik pos bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, DAU maupun DAK. Perkembangan realisasi penerimaan pajak daerah, penerimaan retribusi
daerah.
5. Peningkatan Kapasitas Pendapatan
Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, bukan hanya dilihat dari bagaimana peningkatan kemampuan pendapatan daerah itu sendiri tetapi harus juga dilihat bagaimana
peningkatan kapasitas pendapatan. Jika berbicara masalah peningkatan kapasitas tentu
berhubungan dengan organisasi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dalam hal ini tugas pokok Dinas PPAD Kabupaten Wakatobi berdasarkan PERDA Kabupaten Wakatobi
Nomor 5 Tahun 2009 tentang perubahan atas PERDA Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah yaitu merumuskan, membina, dan mengendalikan, mengelola serta mengkoordinir kebijakan bidang pendapatan daerah.
Pelaksanaan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas antara lain merencanakan target
pendapatan pajak dan retribusi serta Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, melakukan
pemungutan pajak dan retribusi, menatausahakan dan melaporkan penerimaan yang menjadi lingkup kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten