• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 15031147855. Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Kab Wakatobi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 15031147855. Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Kab Wakatobi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan

perundangan terkait, antara lain :

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

a. Pembagian Urusan Pemerintah

Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

i. Urusan pemerintahan absolut : adalah Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan absolut yaitu :

 politik luar negeri;

 pertahanan;

 keamanan;

 yustisi;

 moneter dan fiskal nasional; dan

 agama.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut Pemerintah Pusat:

 melaksanakan sendiri; atau

 melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.

ii. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah

Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan

Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

 Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

 Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

iii. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

iv. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

(2)

b. Kewenangan Pusat dan Daerah

i. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau

 Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional. ii. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenanganDaerah provinsi adalah:

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;

 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau

 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya

iii. kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota adalah:

 Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;

 Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/ kota;

 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau

 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.

Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren berwenang

untuk:

 menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan;dan

 melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah.

Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah , wajib

(3)

c. Perencanaan Pembangunan Daerah

Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencanapembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistemperencanaan pembangunan nasional. Dokumen perencanaan

pembangunan Daerah terdiri atas:

 RPJPD: merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata ruang wilayah.

 RPJMD: merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka

pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan

berpedoman pada RPJPD dan RPJMN

 RKPD : merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah

dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. d. Keuangan Daerah

 Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan UrusanPemerintahan yang diserahkan kepada meliputi:

a. pemberian sumber penerimaan Daerah berupa pajakdaerah dan retribusi daerah;

b. pemberian dana bersumber dari perimbangankeuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah;

c. pemberian dana penyelenggaraan otonomi khususuntuk Pemerintahan Daerah tertentu yang ditetapkandalam undang-undang; dan

d. pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat,dan insentif (fiskal).

 Hubungan keuangan antar daerah, meliputi : 1. bagi hasil pajak dan nonpajak antar-Daerah;

2. pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadikewenangan Daerah yang menjadi

tanggung jawabbersama sebagai konsekuensi dari kerja sama antar-Daerah;

3. pinjaman dan/atau hibah antar-Daerah; 4. bantuan keuangan antar-Daerah; dan

5. pelaksanaan dana otonomi khusus yang ditetapkandalam Undang-Undang.

 Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas : a. pendapatan asli Daerah meliputi:

1. pajak daerah;

2. retribusi daerah;

(4)

dipisahkan; dan

4. lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah; b. pendapatan transfer; dan

c. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.

Pendapatan transfer meliputi:

a. transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:

1. dana perimbangan;

2. dana otonomi khusus;

3. dana keistimewaan; dan 4. dana Desa.

b. transfer antar-Daerah terdiri atas:

1. pendapatan bagi hasil; dan 2. bantuan keuangan.

Dana perimbangan terdiri atas : Dana Bagi Hasil;Dana Alokasi Umum; danDana Alokasi

Khusus.Dana Bagi Hasil bersumber dari: a. pajak;

b. cukai; dan

c. sumber daya alam.

Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhanantar-Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus bersumber dari APBN dialokasikan pada Daerah untukmendanai

kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah 2. Undang-Undang No. 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun 2016. Penerimaan ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran yang dituangkan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

 Dana Alokasi Khusus Reguler untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi sebesar Rp 835.297.480.000,00

 Dana Alokasi Khusus Afirmasi untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi sebesar Rp 512.099.000.000,00

3. Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur.

Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden ini adalah infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial, yang meliputi :

a. infrastruktur transportasi;

b. infrastruktur jalan;

(5)

e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;

f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat; g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;

h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika;

i. infrastruktur ketenagalistrikan;

j. infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi

k. terbarukan;

l. infrastruktur konservasi energi;

m. infrastruktur fasilitas perkotaan; n. infrastruktur fasilitas pendidikan;

o. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga,

p. serta kesenian; q. infrastruktur kawasan;

r. infrastruktur pariwisata;

s. infrastruktur kesehatan;

t. infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan

u. infrastruktur perumahan rakyat.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,

dan ditetapkan dengan peraturan daerah.\

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 47/PRT/M/2015 tentang

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Dana Alokasi Khusus

Bidang Infrastruktur yang selanjutnya disebut DAK Bidang Infrastruktur, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk

membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan prasarana dan sarana Bidang

Infrastruktur masyarakat yang belum mencapai Standar Pelayanan Minimal atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai fokus pembangunan sesuai amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah,

menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya

(6)

Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau

barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.

Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam bentuk:

1. Investasi surat berharga, dan/atau,

2. Investasi langsung.

Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk

mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan

cara :

1. Public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU,

2. Non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing,

3. Investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau surat utang

melalui pasar modal, yakni melalui :

1. Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan

perusahaan.

2. Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat

utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali).

Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk

surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi.

Dari uraian di atas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Cipta Karya, terdapat

beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui:

1. APBN

2. APBD Provinsi

3. APBD Kabupaten/Kota 4. Pinjaman Perbankan

5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan 7. Dana Hibah

(7)

5.2. Potensi Pendanaan APBD

Keuangan daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan pemerintah daerah.Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah

terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD), danaperimbangan, dan lain-lain pendapatandaerah yang sah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah

yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah,retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak,bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus Lain-lain pendapatan yang sah

adalah pendapatan lainnya dari pemerintah pusatdan atau institusi pusat, serta dari daerah lainnya.

Lain-lain pendapatan yang sahterdiri dari pendapatan hibah, dana darurat, dan bagi hasil dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, dan bantuan

keuangan dariprovinsi atau pemerintah daerah lainnya. Belanja daerah adalah semua kewajiban

daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tak langsung Belanja langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program.

Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal belanja

tak langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program. belanja tak langsung terdiri dari belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang

ditetapkan undangundang,belanja bunga, belanja subsidi,belanja hibah, belanja bantuan

sosial,belanja bagi hasil kepadaprovinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, serta belanja tidak

terduga.Pembiayaan adalah bagian dari penerimaan pembiayaan daerah, pengeluaran pembiayaan

daerah dan sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan. Koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

(8)

Tabel 5.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012 – 2014

No Uraian Tahun

2012 2013 2014

1 Pendapatan Daerah 415,190.58 482,495.68 535,111.13

Pendapatan Asli Daerah 13,292.87 19,082.34 24,665.76

Dana Perimbangan 369,977.64 434,744.27 470,186.06

lain - Lain Pendapatan yang Sah 31,920.06 28,669.06 40,259.32 2 Belanja Daerah 428,682.94 494,974.06 572,507.64

Belanja Langsung 241,177.91 285,470.20 327,997.36

Belanja Tidak Langsung 187,505.03 209,503.85 244,510.28

3 Pembiayaan 13,492.36 12,478.37

-Penerimaan Daerah 23,118.15 20,553.50 43,096.51

Pengeluaran Daerah 9,625.79 8,075.12 5,700.00

Sumber: Wakatobi Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan kontribusi masing-masing komponen pendapatan daerah menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan terhadap dana pusat relatif masih tinggi. Pada sisi lain, kemampuan sumber-sumber fiskal

daerah masih terbatas yang ditunjukkan dengan derajat desentralisasi fiskal yang masih rendah.

Mencermati struktur pendapatan daerah di atas, tantangan pengelolaan pendapatan daerah di masa mendatang adalah perlunya optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah yang potensial, dengan

memperhatikan prinsip keberlanjutan fiskal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Untuk meningkatkan kapasitas keuangan daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakannya

untuk membiayai tugas-tugas penyelenggaran pemerintahan daerah. Sumber keuangan yang strategis

adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peningkatan PAD dilakukan tanpa menciptakan ekonomi biaya

tinggi,menghindari terjadinya tumpang tindih pemungutan, dan mempertimbangkan beban yang dipikul masyarakat.

Peningkatan PAD berimplikasi langsung dengan upaya untuk meningkatkan pelayanan dan kegiatan

pembangunan lainnya.Oleh karenanya, pengelolaan PAD di Kabupaten Wakatobiselama tahun 2006-2010 diupayakan pada intensifikasi PAD dari berbagai objek pungutan pajak daerah dan retribusi daerah,

termasuk pula meningkatkan penerimaan dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan maupun

lain-lain PAD yang sah.

Dalam kepentingan yang lebih strategis, penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan

jumlah alokasi dana untuk program dan kegiatan yang menjadi prioritas daerah. Alokasi belanja

daerahsemaksimal mungkin diupayakan keberpihakan kepada pemberdayaan potensi ekonomi lokal,

pengembangan ekonomi kerakyatan, perluasan kesempatan berusaha dan penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan belanja daerah merupakan bagian dari pelaksanaan program pembangunan untuk mewujudkan

visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Oleh karenanya, pengelolaan belanja daerah

(9)

efisiensi, dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja berdasarkan prinsip

transparansi, akuntabilitas.

Belanja daerah diarahkan/difokuskan pada pelaksanaan program-program dan kegiatan dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu,

pemenuhan kebutuhan infrastruktur daerah secara bertahap mulai dilaksanakan.

Dalam pelaksanaannya, anggaran belanja diklasifikasikan menurut belanja tidak langsung dan belanja

langsung. Pengelolaan belanja yang utama adalah mengedepankan alokasi belanja yang ideal antara

belanja tidak langsung dengan belanja langsung.

Harapan masyarakat akan adanya perbaikan sosial ekonomi menjadikan alokasi belanja langsung secara progresif mutlak dilakukan, terutama untuk penyediaan infrastruktur dasar, peningkatan aksesibilitas

pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan pengangguran

dan kemiskinan.

Proyeksi pendanaan APBD terkait langsung dengan kemampuan pendapatan daerah untuk membiayai

berbagai program dan kegiatan pembangunan Kabupaten Wakatobi lima tahun yang akan datang.

Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah dengan tetap mengupayakan peningkatan pada sumber pendapatan yang

baru. Berdasarkan perkembangan pendapatan daerah periode sebelumnya, prediksi pendapatan daerah

Kabupaten Wakatobi tahun 2012 sampai tahun 2014, sebagai berikut

Tabel 5.2. Proyeksi Pendanaan APBD Kab. Wakatobi Tahun 2012 – 2014

No Komponen APBD Realisasi (Rp. Juta)

Presentase

Pendapatan Asli Daerah 19,398.24 23,357.94 16.95 13,292.87 19,082.34 24,665.76 26.49

Pajak Daerah 3,091.28 4,115.74 24.89 1,969.66 2,086.48 2,901.58 16.85

Retribusi 4,032.11 3,891.25 -3.62 1,503.62 2,789.40 7,199.68 53.68

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 7,437.82 7,962.21 6.59 5,651.59 9,500.00 9,500.00 20.25

Lain - Lain PAD 4,837.03 7,388.74 34.54 4,162.00 4,706.45 5,064.50 9.32

2

Dana Perimbangan 444,085.89 481,292.47 7.73 369,977.64 434,744.27 470,186.06 11.22

Bagi Hasil/Bukan Pajak 28,947.91 22,469.48 -28.83 16,449.40 19,606.28 11,363.06 -28.22

Dana Alokasi Umum 358,873.35 387,267.04 7.33 308,676.98 353,873.34 387,267.04 10.70

Dana Alokasi Khusus 61,264.64 71,555.96 14.38 44,851.26 61,264.64 71,555.96 20.59

3 Lain - Lain Pendapatan yang Sah 42,486.35 53,335.92 20.34 31,920.07 28,669.06 40,259.32 8.72

Dana Bagi Hasil Pajak dari Prov/Pemda - 8,175.91 - 3,059.07 3,059.06 6,347.24 25.90

Dana Penyesuaian dan Otonom Khusus - 43,540.01 - 23,465.00 23,485.00 32,292.08 13.68

Bantuan Keuangan dari Prov/Pemda - 1,620.00 - 5,396.00 2,125.00 1,620.00 -92.55

(10)

Dengan demikian, kerangka pendanaan pembangunan dalam APBD Kabupaten Wakatobi yang mencakup

pendapatan daerah dan belanja daerah secara keseluruhan menunjukkan trend kenaikan selama tahun 2012-2014, dengan tetap mengupayakan pembiayaan netto yang semakin tidak konstan setiap tahunnya.

Pemerintah daerah sangat memperhatikan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya, hal tersebut

tercermin dari alokasi anggaran belanja daerah untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3. Alokasi APBD Dalam Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No. Uraian Jumlah (Rp) Alokasi

Anggaran (%) Tahun 2014

1 Belanja Modal Pengadaan Tanah Sarana Umum Tempat Pembuangan akhir Sampah 398,000,000 0.22

2 Belanja Modal Pengadaan Mesin Pompa Air 16,300,000 0.01

3 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan 74,731,242,411 40.95

4 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan 16,136,848,670 8.84

5 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air 8,906,741,000 4.88

6 Belanja Modal Penerangan Jalan, Taman, Dan Hutan Kota 747,000,000 0.41

7 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembangunan Taman 1,449,496,089 0.79

8 Belanja Modal Pengadaan Sistem Informasi Perizinan Bangunan 33,000,000 0.02

JUMLAH TOTAL ALOKASI PENGANGGARAN 182,486,625,364 56.12

TAHUN 2015

1 Belanja Modal 241,332,930,684

JUMLAH TOTAL ALOKASI PENGANGGARAN 422,499,396,697 57.12

TAHUN 2016

1 Belanja Modal 257,592,362,171

JUMLAH TOTAL ALOKASI PENGANGGARAN 431,876,339,882 59.64

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2016

5.3. Alternatif Sumber Pendanaan

Dalam alternatif sumber pendanaan, pemerintah Kabupaten Wakatobi dapat menggunakan

Community Social Responcibility (CSR). CSR saat ini sudah ditegaskan dalam UU. Terdapat 2 UU yakni yang menegaskan tentang CSR yakni UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)

pasal 74 dan UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34. UU Perseroan

Terbatas No.40 tahun 2007 pasal 74 Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, ayat (2) menyatakan bawa tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

(11)

Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Adapun di dalam UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 dan

34 dinyatakan sebagai berikut :

a. Pasal 15, Setiap penanam modal berkewajiban:

 menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

 melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

 membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

 menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

 mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

b. Pasal 17, Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar

kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Pasal 34 (1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang

tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi

administratif berupa:

 peringatan tertulis;

 pembatasan kegiatan usaha;

 pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

 pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain dikenai sanksi

administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Besarnya anggaran CSR berkisar antara 2 – 5% dari laba perusahaan. Perusahaan berskala besar

& dengan laba besar, tentu akan memiliki cadangan dana CSR besar pula. Namun demikian, tidak

berarti perusahaan yang berskala kecil akan kehilanagan kesempatan ataupun kreativitas dalam mengelola CSR.

5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Pendapatan daerah adalah unsur terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah

karena merupakan sumber pembiayaan bagi kegiatan pembangunan. Sumber pendapatan daerah

Kabupaten Wakatobi meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan transfer dan lain-lain

(12)

1. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD, meliputi :

a. Pendapatan pajak daerah; b. Pendapatan retribusi daerah;

c. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Lain-lain PAD yang sah, yang terdiri atas :

 Dana hibah

 Dana darurat

 Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintahan daerah lainnya

 Dana penyesuaian dan otonomi khusus

 Bantuan keuangan dari propinsi

2. Pendapatan Transfer meliputi Dana perimbangan yang terdiri dari :

 Dana bagi hasil pajak

 Dana bagi hasil bukan pajak (Sumber Daya Alam)

 Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintahan daerah lainnya

 Dana penyesuaian dan otonomi khusus

 Bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintahan daerah lainnya

Dalam rangka meningkatkan sumber-sumber penerimaan, Pemerintah Kabupaten Wakatobi melalui Kebijakan Umum Pendapatan daerah sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi

b. Meningkatkan kualitas SDM petugas Dinas Pendapatan Daerah

c. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta rapat evaluasi penerimaan setiap tiga

bulan

d. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional

e. Meningkatkan pengawasan internal khususnya para petugas di lapangan dan eksternal, yaitu

para wajib pajak dan retribusi yang tidak mematuhi PERDA

f. Memperbaharui PERDA yang tidak sesuai dengan perkembangan g. Meningkatkan kegiatan investasi

Upaya-upaya yang dilakukan sebagai usaha dalam mencapai target Pendapatan Daerah tersebut,

yaitu :

1. Kegiatan Intensifikasi

Upaya peningkatan Pendapatan Daerah melalui kegiatan intensifikasi adalah dengan cara

mengintensifkan kembali sumber-sumber penerimaan PAD yang ada sehingga mampu

terealisir secara optimal.

Untuk itu langkah yang ditempuh untuk mencapai kondisi tersebut, adalah:

a. Menghitung kembali sumber-sumber penerimaan yang belum terealisir termasuk

(13)

diadakan penagihan secara intensif yaitu pajak/retribusi yang belum menyelesaikan

kewajibannya. Bahkan kalau dimungkinkan diadakan tindakan penegakan hukum terhadap wajib pajak retribusi yang tidak mentaati ketentuan.

b. Meningkatkan pelayanan melalui pemberian kemudahan dan percepatan pelayanan

dengan melakukan pembinaan dan pengarahan terhadap petugas pungut pajak/retibusi dan menindak tegas setiap penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan pemungutan.

c. Mengadakan sosialisasi tentang arti pentingnya PAD kepada wajib pajak/retribusi

termasuk didalamnya pemasangan pamflet, penyebaran brousr dan sejenisnya sehingga

diharapkan tercipta kesadaran untuk membayar kewajiban pajak/retribusinya.

d. Melakukan evaluasi secara berkala dalam penyesuaian pola penetapan tarif yang ada

dalam peraturan daerah dengan tingkat perkembangan dan kemampuan kondisi sosial

ekonomi masyarakat.

e. Meningkatkan pengawasan baik melalui pengawasan melekat maupun dengan

meningkatkan peran aparat pengawas fungsional terhadap instansi pengelola pajak dan

retribusi daerah melalui pengawasan yang intensif, korektif dan transparan. 2. Kegiatan Ekstensifikasi

Adapun kegiatan ekstensifikasi yang dapat dilakukan adalah :

a) Kebijaksanaan pengelolaan penerimaan PAD harus beorientasi pada pertumbuhan

ekonomi yang dapat menciptakan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga basis PAD dapat dikembangkan dengan menjaring dan memperbanyak wajib pajak/retribusi.

b) Menginventarisir data obyek PAD baru untuk ditelaah dan diobsevasi untuk kemudian

diajukan sebagai jenis pungutan yang baru serta mengembangkan sumber-sumber penerimaan yang telah ada.

c) Melakukan upaya komunikasi dengan Pemerintah Pusat dalam hal penyesuaian atau

peningkatan alokasi Dana Perimbangan, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk kebutuhan pelaksanaan pembangunan di daerah.

3. Meningkatkan Kegiatan Investasi di Daerah

a) Menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi yang akan dilaksanakan di

daerah.

b) Memberikan kemudahan dalam melakukan investasi bagi investor.

c) Menyederhanakan birokrasi yang terlalu panjang sehingga dapat mengurangi ekonomi

biaya tinggi.

d) Menyediakan daya tarik bagi investor utamanya investor asing sehingga mereka berminat

menanamkan modalnya di daerah.

4. Peningkatan Kemampuan Pendapatan

Pendapatan Daerah Kabupaten Wakatobi dari tahun ke tahun semakin mengalami

(14)

atau rata-rata baru mencapai 24,2 % namun Pemerintah Kabupaten Wakatobi terus berusaha

untuk menggali potensi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selama ini belum teridentifikasi (sebagai mana yang telah dikemukakan pada Bab 6.6).

Proporsi pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber-sumber pendapatan yang

diperoleh dari dana perimbangan baik pos bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, DAU maupun DAK. Perkembangan realisasi penerimaan pajak daerah, penerimaan retribusi

daerah.

5. Peningkatan Kapasitas Pendapatan

Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, bukan hanya dilihat dari bagaimana peningkatan kemampuan pendapatan daerah itu sendiri tetapi harus juga dilihat bagaimana

peningkatan kapasitas pendapatan. Jika berbicara masalah peningkatan kapasitas tentu

berhubungan dengan organisasi yang melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dalam hal ini tugas pokok Dinas PPAD Kabupaten Wakatobi berdasarkan PERDA Kabupaten Wakatobi

Nomor 5 Tahun 2009 tentang perubahan atas PERDA Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah yaitu merumuskan, membina, dan mengendalikan, mengelola serta mengkoordinir kebijakan bidang pendapatan daerah.

Pelaksanaan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas antara lain merencanakan target

pendapatan pajak dan retribusi serta Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, melakukan

pemungutan pajak dan retribusi, menatausahakan dan melaporkan penerimaan yang menjadi lingkup kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam

19. Peserta didik dapat melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Peserta didik mendengarkan tujuan pembelajaran dan materi yang akan

dikarenakan meningkatnya modal usaha sehingga para mustahik dapat meningkatkan produksi yang berdampak pada peningkatkan penghasilan. Adapun Peningkatan labasetidaknya

Selain itu tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 49 Tahun 2014 Pasal 2, tidak diberikan kepada pegawai yang nyata-nyata tidak

Saya tidak membagikan link wacana atau berita online seputar politik yang saya dapatkan melalui media sosial yang saya miliki.. Saya merespon status pengguna media sosial lain

Saat saya sakit, orang tua selalu menyalahkan saya karena terlalu sering mengikuti kegiatan Mudika.. Orang tua saya sering bertanya kepada saya tentang kegiatan yang sedang

Skripsi dengan judul PERANAN PUSAT KOPERASI SYARIAH BAITUL TAMWIL MUHAMMADIYAH LAMPUNG (PUSKOPSYAH BTM LAMPUNG) DALAM PEMBERIAN DANA LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN

Apabila pelanggan masih memiliki piutang yang belum lunas maka pada saat jatuh tempo pembayaran berikutnya Bagian Keuangan menugaskan kurir untuk menagih piutang kepada