• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembangunan Manusia Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pembangunan Manusia Di Indonesia"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

Oleh

CHARISMA KURIATA GINTING S.

067018046/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHARISMA KURIATA GINTING S.

067018046/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(3)

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D. Kasyful Mahalli, SE, M.Si. Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Dr. Murni Daulay, M.Si. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.

Tanggal Lulus : 1 September 2008

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D. Anggota : 2. Kasyful Mahalli, S.E, M.Si.

3. Dr. Murni Daulay, M.Si. 4. Dr. Rahmanta, M.Si. 5. Drs. Rujiman, M.A.

(5)

Charisma Kuriata Ginting S, 2008, Analysis of Human Development in Indonesia, under the guidance of Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D. (Head) dan Kasyful Mahalli, S.E, M.Si. (Member).

Most of study of human development focused on human capital as a factor of economic growth. Meanwhile specific factors that determine human development itself unexplored systematically. This research aims to analyze influence of household consumption for food and non-food, government expenditure for education, headcount of poverty ratio and economic crisis in Indonesia.

This research used data of time series and cross section to each research variable covering 26 provinces in year 1996, 1999, 2002, 2004, 2005 and 2006, according to the availability of data for particular variables. Quantitative analysis using random effect method to test the hypothesis. This method have advantage because it able to explain the variance of characteristic of each province behaviors of human development.

Result from this research shows quite significance influence among household consumption for food and non-food, government expenditure for education, headcount of poverty ratio and economic crisis to human development in Indonesia. Amount of influence showed by coefficient of regression of independent variables, which are: –0,9829 for household consumption for food, 1,2774 for household consumption for non-food, 26,6791 for government expenditure for education, –0.214 for rate of poverty. The dummy shows negative influence.

Key words: human development, household consumption, poverty, government expenditure, economic crisis.

(6)

Charisma Kuriata Ginting S, 2008, Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia, di bawah bimbingan Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D. (Ketua) dan Kasyful Mahalli, S.E, M.Si. (Anggota).

Studi tentang pembangunan manusia pada umumnya lebih menekankan pada modal manusia sebagai salah satu faktor pertumbuhan ekonomi. Sementara faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi pembangunan manusia itu sendiri kurang dieksplorasi secara sistematis. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) dan silang tempat (cross section) atas 26 propinsi pada periode 1996, 1999, 2002, 2004, 2005 dan 2006. Analisis data menggunakan metode efek efek acak (random effect). Penggunaan metode ini dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pembangunan manusia masing-masing propinsi, sehingga lebih representatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia di Indonesia. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefien regresi variabel-variabel bebas, yakni: –0,9829 untuk variabel konsumsi rumah tangga untuk makanan, 1,2774 untuk konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan, 26,6791 untuk pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan –0.214 untuk rasio penduduk miskin. Variabel dummy menunjukkan pengaruh negatif.

Kata kunci: pembangunan manusia, konsumsi rumah tangga, kemiskinan, pengeluaran pemerintah, krisis ekonomi.

(7)

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan kasih karuniaNya yang begitu besar sehingga Penulis dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan tesis tentang “Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia” ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Dalam kesempatan ini dengan hati tulus Penulis hendak menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberikan fasilitas beasiswa program pasca sarjana (BPPS) kepada saya, sehingga saya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang magister.

2. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti dan merampungkan pendidikan program magister.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada Penulis boleh menjadi mahasiswa program magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., selaku ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah menyetujui usulan penulisan tesis ini.

5. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D., dan Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, perhatian dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh Guru Besar dan Dosen Sekolah Pascasarjana pada umumnya dan Program Studi Ekonomi Pembangunan pada khususnya.

(8)

8. Para staf Perpustakaan dan ICT Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan BPS Sumatera Utara, Perpustakaan BPS Pusat, atas kerja samanya.

9. Seluruh rekan mahasiswa Angkatan XI Ekonomi Pembangunan, atas kebersamaan yang indah dan saling membantu.

10. Elysabeth Kembaren, isteri tercinta, Charel Erenos Rafael Gintings, putra tersayang, atas dukungan cinta kasihnya. Kedua orang tua Penulis, atas dukungan dan doanya. Kristina, adik Penulis dan suaminya, atas keletihannya membantu mengumpulkan data.

Akhir kata, Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan Penulis dalam menjelaskan fenomena pembangunan manusia di Indonesia. Oleh karena itu Penulis berharap adanya penelitian lanjutan dan lebih mendalam demi kemajuan bangsa.

Medan, 1 – 9 – 2008 Penulis

Charisma Kuriata Ginting S.

(9)

1. NAMA : CHARISMA KURIATA GINTING S.

2. TEMPAT / TGL LAHIR : MEDAN / 30 – 01 – 1970

3. PEKERJAAN : PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

4. AGAMA : KRISTEN

5. ORANG TUA :

a. AYAH : PDT. EM. G. GINTING S, M.MIN.

b. IBU : R. BANGUN

6. ALAMAT : JL. MERAK NO. 71 MEDAN

7. PENDIDIKAN :

a. SD : SD METHODIST 1 MEDAN

b. SMP : SMP METHODIST 1 MEDAN

c. SMA : SMA NEGERI 1 MEDAN

d. S-1 : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

PADJADJARAN BANDUNG

e. S-2 : MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

Halaman

ABSTRACT ………... v

ABSTRAK ………..……….. vi

KATA PENGANTAR ……….. vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

DAFTAR SINGKATAN ………..……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………..………... 8

1.3 Tujuan Penelitian ……….……..………8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Definisi Pembangunan Manusia ... ...10

2.2. Indeks Pembangunan Manusia ... 11

2.2.1. Indeks Harapan Hidup ... 13

(11)

2.4. Penelitian-Penelitian Sebelumnya ... 22

2.4.1. Farhad Noorbakhsh ... 22

2.4.2. Gustav Ranis & Frances Stewart (2002) ... 24

2.4.3. Aloysius Gunadi Brata (2004) ...25

2.4.4. Aloysius Gunadi Brata (2005) ...26

2.4.5. Gustav Ranis & Frances Stewart (2005) ... 27

2.4.6. Valeria Constantini & Salvatore Monni (2006) ... 29

2.4.7. Peter Lanjouw dan kawan-kawan ...30

2.5. Kerangka Pemikiran ...32

2.6. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ...34

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

3.2. Jenis dan Sumber Data ...35

3.3. Model Analisis ...35

3.4. Metode Analisis ... 36

3.5. Uji Kesesuaian ... 38

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...39

3.7. Batasan Operasional ... 40

BAB IV PEMBAHASAN ... 42

(12)

4.1.2.1. Untuk Makanan ... 55

4.1.2.2. Untuk Bukan Makanan ... 58

4.1.3. P. Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan ...65

4.1.4. Perkembangan Rasio Penduduk Miskin ...71

4.2. Hasil Estimasi Model Pembangunan Manusia ... 74

4.3. Hasil Uji Kesesuaian Model ... 75

4.4. Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 77

4.5. Analisis Hasil Estimasi ... 78

4.5.1. Pengeluaran Konsumsi RT untuk Makanan ... 79

4.5.2. Pengeluaran Konsumsi RT untuk B. Makanan ... 80

4.5.3. Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan ... 80

4.5.4. Rasio Penduduk Miskin ...81

4.5.5. Krisis Ekonomi (Dummy) ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 88

(13)

1. Rasio Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan Negara- Negara

ASEAN Tahun 2005 ... .1

2. Nilai & Peringkat HDI dan GDP/capita Negara-Negara ASEAN

Tahun 2005 ... .2

3. Perbandingan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan

Pendidikan Negara-Negara ASEAN Periode 2002-2005 ...6

4. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ……… 13

5. Jenjang Pendidikan dan Faktor Konversi untuk Menghitung

Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) ………..…16

6. Daftar Komoditas yang Digunakan untuk Menghitung Purchasing

Power Parity (PPP) ……….. 18

7. Hasil Estimasi Penelitian Farhad Noorbakhsh (1999) ... 23

8. Hasil Estimasi Penelitian Gustav Ranis & Frances Stewart (2002) .... 24

9. Hasil Estimasi Penelitian Aloysius Gunadi Brata (2004) ... 26

10. Hasil Estimasi Penelitian Aloysius Gunadi Brata (2005) ... 27

11. Hasil Estimasi Penelitian Gustav Ranis & Frances Stewart (2005) .... 28

12. Hasil Estimasi Penelitian Valeria Constantini dan Salvatore

Monni (2006) ... 30

13. Hasil Penelitian Peter Lanjouw, Menno Pradhan, Fadia Saadah,

Hanen Sayed, Robert Sparrow (2001) ... 31

14. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Regional Periode

1996-2006 ... 43

(14)

17. IPM Indonesia dan Beberapa IPM Negara di Dunia Tahun 2005…… 51

18. Pengeluaran Pangan di Indonesia Menurut Kelompok Barang

Tahun 2002-2005 (Rupiah/kapita/bulan) ……….………….... 57

19. Pengeluaran Bukan Pangan di Indonesia Menurut Kelompok

Barang Tahun 2002-2005 (Rupiah/kapita/bulan) ……….... 59

20. Perkembangan Proporsi Konsumsi Pendidikan Rumah Tangga

Periode 1996-2002 ………... 61

21. Perkembangan Proporsi Konsumsi Kesehatan Rumah Tangga

Periode 1996-2002 ………... 63

22. Konsumsi Kesehatan Rumah Tangga di Negara-Negara ASEAN

Tahun 2004 (% PDB) ………... 64

23. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Per

Propinsi Periode 1996-2006 (dalam Rp/kapita) ………... 69

24. Rata-Rata Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan di

Negara-Negara ASEAN Periode 2002-2005 ………... 71

25. Perkembangan Rasio Penduduk Miskin Per Provinsi Periode

1996-2006 (dalam %) ………... 73

26. Hasil Estimasi Metode GLS ………. 74

27. Koefisien Determinasi di Antara Variabel-Variabel Bebas …………. 77

(15)

No. Gambar Judul Halaman

1. Hubungan Pendapatan dan Permintaan Barang ... 21

2. Perkembangan IPM Regional Tahun 2006 ... 44

3. Perkembangan Indikator-Indikator Komposit IPM Periode

1996-2006 ... 50

4. Perkembangan Proporsi Konsumsi Pangan dan Non Pangan

di Indonesia Periode 1996-2006 ……….. 53

5. Perkembangan Konsumsi Pangan Rumah Tangga Tahun 2006 …….. 55

6. Hasil Uji Hausman pada Distribusi Chi-Kuadrat ………...75

(16)

1. Data Penelitian ………..………... 88

2. Hasil Estimasi: Metode Efek Random ………... 92

3. Hasil Estimasi: Metode Efek Tetap ………... 93

4. Hasil Uji Hausman ………... 94

5. Hasil Uji Hausman (Penghitungan Invers Matriks Koefisien Kovarian) ………....………... 96

6. Regresi Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas: PRM ………... 98

7. Regresi Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas: PRB ………. 99

8. Regresi Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas: PPD ……… 100

9. Regresi Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas: RPM ………..…. 101

10. Regresi Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas: D ………... ….102

11. Regresi Uji Heteroskedasitas ……..………..……. 103

(17)

ASEAN = Association of South East Asia Nation

APBN-P = Anggaran Pendapatan Belanja Negara –

Perubahan

BAPPENAS = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BPS = Badan Pusat Statistik

GDP = Gross Domestic Product

GNP = Gross National Product

GLS = General Least Square

HDI = Human Development Index

ICT = International Comparison Project

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

MYS = Mean Years of Schooling

OLS = Ordinary Least Square

PDB = Produksi Domestik Bruto

PDRB = Produksi Domestik Regional Bruto

PPP = Purchasing Power Parity

SDM = Sumber Daya Manusia

SUSENAS = Survey Sosial Ekonomi Nasional

UNDP = United Nation Development Program

(18)

1 1.1. Latar Belakang

Di tengah semakin membaiknya kinerja perekonomian nasional sepanjang

tahun 2007, persoalan pengangguran dan kemiskinan masih saja tak terselesaikan.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasinya. Kebanyakan upaya

yang dilakukan pemerintah adalah bagaimana melapangkan perkembangan investasi

sektor riil yang pada gilirannya akan membuka akses pada lapangan kerja yang

semakin luas. Untuk itu pemerintah bekerja keras membenahi sistem dan aturan agar

lebih ringkas, murah dan memiliki kepastian hukum. Tetapi semua itu tidak

Tabel 1. Rasio Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan Negara-Negara ASEAN Tahun 2005

Populasi di Bawah Garis

Lao People's Democratic Republic 27,0 74,1

(19)

memberikan hasil yang memuaskan bagi kesejahteraan rakyat pada umumnya. Angka

kemiskinan sampai dengan Juni 2007 berjumlah 37,17 juta jiwa atau 17,75 persen

populasi penduduk Indonesia (Kompas, 11/12/2007).

Berdasarkan publikasi UNDP dalam Human Development Report 2007/2008,

rasio penduduk berpenghasilan maksimal US$2 mencapai 52,4 persen, lebih buruk

dibandingkan negara tetangga Malaysia, Thailand dan Filipina (Tabel 1). Fenomena

ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak dengan sendirinya menjamin

terciptanya kesejahteraan masyarakat (trickle down effect).

Tabel 2. Nilai & Peringkat IPM dan PDB/kapita Negara-Negara ASEAN Tahun 2005

I P M PDB/kapita (US$) Negara

2005 Rank 2005 Rank

Singapore 92,2 25 29.663 19

Brunei Darussalam 89,4 30 28.161 22

Malaysia 81,1 63 10.882 57

Thailand 78,1 78 8.677 65

Philippines 77,1 90 5.137 101

Viet Nam 73,3 105 3.071 122

Indonesia 72,8 107 3.843 113

Lao People's Democratic Republic 60,1 130 2.039 139

Cambodia 59,8 131 2.727 124

Myanmar 58,3 132 1.027 164

(20)

Banyak negara – termasuk Indonesia – menerapkan strategi pembangunan

yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk memulihkan

keadaan pasca Perang Dunia II. Dalam kondisi rekontruksi pasca perang, penyediaan

kebutuhan hajat hidup orang banyak menjadi sangat penting untuk diprioritaskan.

Tujuan pembangunan adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

diukur dengan indikator gross domestic product/gross national product (GDP/GNP).

Jadi, dalam hal ini, disadari atau tidak disadari, manusia adalah sebagai input dalam

proses pertumbuhan, bukan sasaran pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 1990 United Nation Development Program (UNDP)

memperkenalkan ”Human Development Index” (HDI) atau Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). Menurut Drapper (1990) dalam kata pengantarnya pada Human

Development Report 1990, munculnya HDI bukan berarti mengenyampingkan peran

GDP, tetapi bagaimana menerjemahkan GDP tersebut ke dalam pembangunan

manusia. Proses penerjemahan itu kadang-kadang berhasil, tetapi tidak jarang yang

gagal. Ada beberapa negara yang berhasil mencapai tingkat pembangunan manusia

yang tinggi dengan pendapatan per kapita yang rendah. Demikian pula sebaliknya,

seperti ditunjukkan Tabel 2.

Pembangunan manusia, menurut definisi UNDP, adalah proses memperluas

pilihan-pilihan penduduk (people’s choice). Dari sekian banyak pilihan, ada tiga

pilihan yang dianggap paling penting, yaitu: panjang umur dan sehat, berpendidikan,

dan akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup yang layak. Pilihan

(21)

manusia, dan penghormatan hak pribadi. Dengan demikian, pembangunan manusia

lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan

dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal.

Alasan mengapa pembangunan manusia perlu mendapat perhatian adalah:

pertama, banyak negara berkembang – termasuk Indonesia – yang berhasil mencapai

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi gagal mengurangi kesenjangan sosial

ekonomi dan kemiskinan. Kedua, banyak negara maju yang mempunyai tingkat

pendapatan tinggi ternyata tidak berhasil mengurangi masalah-masalah sosial, seperti:

penyalahgunaan obat, AIDS, alkohol, gelandangan, dan kekerasan dalam rumah

tangga. Ketiga, beberapa negara berpendapatan rendah mampu mencapai tingkat

pembangunan manusia yang tinggi, jika negara-negara itu mampu menggunakan

secara bijaksana semua sumber daya untuk mengembangkan kemampuan dasar

manusia.

Untuk mengukur ketiga pilihan tersebut, UNDP menyusun suatu indeks

komposit berdasarkan tiga indikator, yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir

(life expectancy at birth), angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy rate)

dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan kemampuan daya beli

(purchasing power parity). Indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan,

indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur

pendidikan dan terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup.

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam

(22)

berkualitas kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini

dapat diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan. Demi

memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia.

Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan kualitas SDM.

Dalam kasus Indonesia, seperti disebutkan dalam Indonesia Human

Development Report 2004, perkembangan pembangunan manusia selama ini sangat

bergantung pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an.

Pertumbuhan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan yang

memungkinkan penduduk untuk mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan dan

pendidikan lebih banyak. Sementara pengeluaran pemerintah untuk pelayanan

kesehatan dan pendidikan relatif sedikit. Alokasi pengeluaran pemerintah untuk

kedua bidang tersebut kalah jauh dibandingkan negara tetangga kita seperti

Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina (Tabel 3).

Rumah tangga masyarakat memegang peranan penting dalam pembangunan

manusia, di mana pengeluaran rumah tangga memiliki kontribusi langsung terhadap

pembangunan manusia, seperti: makanan, kesehatan dan pendidikan. Pengeluaran

rumah tangga ditentukan oleh pendapatan. Penduduk miskin akan lebih banyak atau

bahkan seluruh pendapatannya digunakan untuk kebutuhan makanan, dibandingkan

penduduk kaya. Akibatnya penduduk miskin tidak memiliki kesempatan untuk

mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak jika hanya

mengandalkan pendapatannya. Di sinilah perlunya campur tangan pemerintah untuk

(23)

Tabel 3. Perbandingan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan

Pendidikan Negara-Negara ASEAN Periode 2002-2005

Pengeluaran

Lao People's Democratic Republic 0,8 2,3

Cambodia 1,7 1,9

Myanmar 0,3 1,3

Catatan: n.a. = not available (tidak tersedia). *Rata-rata

Sumber: Idem.

Lanjouw, dkk. (2001) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah

identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan

kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak

miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya

fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan

produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

Noorbakhsh (1999) melakukan penelitian terhadap 86 negara nasabah Bank

(24)

restrukturisasi berpengaruh signifikan terhadap pembangunan manusia, sedangkan

debitur dengan fasilitas restrukturisasi intensif justru tidak. Brata (2004) dalam

penelitiannya menemukan bahwa distribusi pendapatan adalah determinan paling

berperan dalam pembangunan manusia pada seluruh kabupaten/kota di Indonesia, di

samping determinan pendapatan per kapita dan rata-rata lama sekolah perempuan.

Ranis dan Stewart (2002) menyatakan hal yang sama kecuali adanya tambahan

determinan pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan. Ranis dan Stewart

melakukan penelitian atas 22 negara di Amerika Latin. Brata (2005) menyimpulkan

bahwa pengeluaran pemerintah, investasi dan distribusi pendapatan sebagai

determinan-determinan pembangunan manusia atas penelitiannya terhadap seluruh

provinsi di Indonesia. Investasi sebagai penentu pembangunan manusia dipertegas

oleh Ranis dan Stewart (2005) dalam studinya atas 85 negara di dunia, di samping

determinan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk miskin.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis terdorong untuk mendalami

faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia di Indonesia. Besar harapan

penulis, kesimpulan akhir dari tulisan ini bisa lebih membuka pikiran dan nurani para

elit bangsa untuk lebih arif dan segera memperhatikan pembangunan manusia

Indonesia serta kaum intelektual untuk lebih intensif lagi mencari cara dan jalan

keluar yang efektif agar pembangunan manusia di Indonesia dapat maju pesat.

Bagaimana pun kesejahteraan rakyat adalah visi tunggal berdirinya Negara Kesatuan

(25)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang dirumuskan dalam studi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap

pembangunan manusia?

2. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan

terhadap pembangunan manusia?

3. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap

pembangunan manusia?

4. Bagaimanakah pengaruh rasio penduduk miskin terhadap pembangunan manusia?

5. Bagaimanakah pengaruh krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap

pembangunan manusia.

2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan

terhadap pembangunan manusia.

3. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan

terhadap pembangunan manusia.

4. Untuk menganalisis pengaruh rasio penduduk miskin terhadap pembangunan

manusia.

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Permasalahan strategis yang paling mendesak dan sangat dibutuhkan dalam upaya

peningkatan pembangunan manusia dapat diidentifikasi, sehingga dapat menjadi

acuan bagi semua pihak (pemerintah, LSM, parpol, legislatif, swasta/dunia usaha,

dan masyarakat lainnya) untuk meningkatkan kinerja pembangunan manusia di

Indonesia pada masa yang akan datang.

2. Masukan bagi pemerintah sebagai alat bantu perencanaan (planning tool)

pembangunan yang lebih mengakomodasi dimensi pembangunan manusia.

Misalnya melalui peningkatan anggaran pada sektor-sektor yang berhubungan

langsung dengan pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan

pemberdayaan masyarakat pra sejahtera agar dapat mandiri secara ekonomi.

3. Dalam jangka panjang, analisis ini dapat dijadikan alat evaluasi (evaluating tool)

dalam kerangka penilaian arah pembangunan apakah berperspektif pembangunan

manusia atau tidak.

4. Ajakan bagi kaum akademisi untuk lebih banyak lagi melakukan kajian dan

penelitian tentang pembangunan manusia di Indonesia yang relatif masih jarang

dilakukan. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian akan semakin

terbuka informasi dan cara-cara yang efektif guna mencapai pembangunan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (”a process of enlarging peoples’s

choices”). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu

negara adalah manusia sebagai aset negara yang sangat berharga. Definisi

pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang

sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya

menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia,

pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya

dari sisi pertumbuhan ekonominya.

Sebagaimana laporan UNDP (1995), dasar pemikiran konsep pembangunan

manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;

b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk,

bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep

pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara komprehensif dan

(28)

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan

kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan

kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara optimal;

d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas,

pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan;

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan

dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP ini

mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan

pembangunan manusia secara terukur dan representatif, yang dinamakan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1990.

IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara

operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan

upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup

(longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang

hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur

berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun

ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada

paritas daya beli (purchasing power parity).

2.2. Indeks Pembangunan Manusia

(29)

dari 3 (tiga) indeks yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam

memperluas pilihan-pilihan, yaitu:

1. Indeks Harapan Hidup

2. Indeks Pendidikan

3.Indeks Standart Hidup Layak

Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut :

Di mana :

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya

sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam

analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada

dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:

3 Xi - Min Xi

IPM =

Σ

Ii ; Ii =

i=1 Max Xi - Min Xi Di mana:

Ii = Indeks komponen IPM ke i di mana i = 1,2,3

Xi = Nilai indikator komponen IPM ke i

(30)

MaxXi = Nilai maksimum Xi

Min Xi = Nilai minimum Xi

Tabel 4. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen IPM Nilai Minimum

Nilai Maksimum

Angka Harapan Hidup (e0) 25,0 85,0

Angka Melek Huruf (Lit) 0 100

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 0 15

Purchasing Power Parity (PPP) 360.000 737.720

Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004

2.2.1. Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan

dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai

angka kelahiran dan kematian per tahun variabel e0 diharapkan akan mencerminkan

rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.

Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal

pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan

metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel). Data dasar yang dibutuhkan

dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup

dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup

(31)

Σ fi x si MYS =

Σ fi

dengan cara menstandartkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan

minimumnya.

2.2.2. Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka

melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah

penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia

tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih

mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15

tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk

rata-rata lama sekolahnya.

Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat

mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan

proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok

penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan

gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

MYS dihitung secara tidak langsung, pertama-tama dengan memberikan

Faktor Konversi pada variabel “Pendidikan yang Ditamatkan” sebagaimana disajikan

pada Tabel 2.2. Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang

(32)

Di mana :

MYS = Rata – rata lama sekolah

fi = Frekuensi penduduk berumur 10 tahun ke atas pada jenjang pendidikan i, i

= 1,2,…,11

si = Skor masing-masing jenjang pendidikan

Angka melek huruf pengertiannya tidak berbeda dengan definisi yang telah

secara luas dikenal masyarakat, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Pengertian

rata-rata lama sekolah, secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut:

misalkan di Provinsi Sumatera Utara ada 5 orang tamatan SD, 5 orang tamatan SMP,

5 orang tamatan SMA, 5 orang tidak sekolah sama sekali, maka rata- rata lama

sekolah di Provinsi Sumatera Utara adalah {5 (6) + 5 (9) +5 (12) +5 (0) } : 20 = 6,25

tahun.

Setelah diperoleh nilai Lit dan MYS, dilakukan penyesuaian agar kedua nilai

ini berada pada skala yang sama yaitu antara 0 dan 1. Selanjutnya kedua nilai yang

telah disesuaikan ini disatukan untuk mendapatkan indeks pendidikan dengan

perbandingan bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk MYS, sesuai ketentuan UNDP. Dengan

demikian untuk menghitung indeks pendidikan digunakan rumus:

(33)

Tabel 5. Jenjang Pendidikan dan Faktor Konversi untuk Menghitung Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan Faktor Konversi

1. Tidak; belum pernah sekolah 0

2. Belum tamat SD 3

3. Tamat Sd sederajat 6

4. Tamat SLTP 9

5. Tamat SLTA 12

6. Tamat D I 13

7. Tamat D II 14

8. Tamat D III/Sarjana Muda/Akademi 15

9. Tamat D IV/Sarjana 16

10. Tamat S2 18

11. Tamat S3 21

Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2001

2.2.3. Purchasing Power Parity / Paritas Daya Beli (PPP)

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP mengunakan

indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM

sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena

PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan

daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli

penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27

komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap

(34)

bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP

dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):

a. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27

komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (=A).

b. Menghitung nilai pengeluaran riil (=B) yaitu dengan membagi rata-rata

pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.

c. Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan antar

daerah, diperlukan indeks ”Kemahalan“ wilayah yang biasa disebut dengan daya

beli per unit (= PPP/ Unit). Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode

yang dipakai International Comparsion Project (ICP) dalam menstandarkan GNP

per kapita suatu negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per

tahun dari suatu basket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari

Susenas Modul sesuai ketetapan UNDP (Tabel 6). Penghitungan PPP/unit

dilaksanakan dengan rumus :

Di mana:

E (i,j ) = Pengeluaran untuk komoditi j di Provinsi i

P ( i,j ) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i

27

Σ

E(i,j)

j=1 27

Σ

P(i,j) Q(i,j)

j=1

(35)

Tabel 6. Daftar Komoditas yang Digunakan untuk

9. Susu kental manis 397 Gram

10. Bayam Kg

22. Rokok kretek filter 10 Batang

(36)

Untuk kuantitas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah yang

dihitung berdasarkan kualitas dan fasilitas rumah tinggal 7 (tujuh) yang diperoleh

dari daftar isian Susenas.

1. Lantai : keramik, marmer, atau granit =1, lainnya =0

2. Luas lantai perkapita : > 10 m2 =1, lainnya =0

3. Dinding : tembok = 1, lainnya = 0

4. Atap : kayu /sirap, beton = 1, lainnya = 0

5. Fasilitas penerangan : Listrik = 1, lainnya = 0

6. Fasilitas air minum : Ledeng = 1, lainnya = 0

7. Jamban : Milik sendiri = 1, lainnya = 0

h. Skor awal untuk setiap rumah = 1

Indeks Kualitas Rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh

suatu rumah tangga tinggal dan bernilai antara 1 s/d 8. Kualitas dari rumah yang

di konsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8.

Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang

mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kualitas rumah yang dikonsumsi

oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit (=C).

d. Untuk mendapatkan nilai pengeluaran riil yang dapat dibandingkan antar waktu

dan antar daerah maka nilai B dibagi dengan PPP/unit (=C).

e. Menyesuaikan nilai C dengan Formula Aktinson sebagai upaya untuk

(37)

untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, dinyatakan sebagai berikut

(berdasarkan ketentuan UNDP):

D = C Jika C ≤ Z

= Z + 2(C– Z)(1/2) Jika Z < C ≤ 2Z

= Z + 2(Z)(1/2) + 3(C-2Z)(1/3) Jika 2Z < C ≤ 3Z

= Z + 2(Z)(1/2) + 3(Z)(1/3) + 4(C - 3Z)(1/4) Jika 3Z < C ≤ 4Z

Di mana :

C = konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit

Z = threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas

kecukupan yang ditetapkan Rp 1.040.250,- per kapita setahun atau Rp

2.850,- per hari (BPPS, 2005).

2.3. Teori Engel

Engel (1857) melakukan studi tentang prilaku konsumsi rumah tangga

terhadap 153 rumah tangga di Belgia. Engel menetapkan lima jenis konsumsi yang

umumnya dilakukan rumah tangga, yaitu konsumsi makanan, sandang, perumahan

(termasuk penerangan dan bahan bakar minyak), jasa (meliputi pendidikan, kesehatan

dan perlindungan hukum) dan rekreasi. Terhadap konsumsi makanan, peningkatan

pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan permintaan yang progresif. Berdasarkan

hal tersebut dan dengan asumsi harga makanan yang dibayar rumah tangga adalah

(38)

Q2

Kurva Engel

Y″

Y′

KI3

Y KI2

KI1

Q1 Y Y′ Y″

pengeluaran rumah tangga akan semakin berkurang dengan meningkatnya

pendapatan; disebut juga dengan Hukum Engel (Nicholson, 1992).

Gambar 1. Hubungan Pendapatan dan Permintaan Terhadap Barang

dengan Asumsi Harga Barang Tetap; Makanan (Q1)

dan Bukan Makanan (Q2).

Hukum Engel dapat dijelaskan dengan Kurva Engel seperti ditunjukkan

Gambar 2.1. Kurva Engel berdasarkan asumsi harga barang tetap, peningkatan

kesejahteraan penduduk yang ditunjukkan oleh garis anggaran dan kurva indeferen

yang bergeser ke kanan atas akan meningkatkan konsumsi barang dengan proporsi

yang semakin berkurang untuk makanan (Q1) dan proporsi yang semakin meningkat

(39)

pengeluaran untuk belanja makanan yang merupakan barang normal akan semakin

berkurang.

Menurut Engel, pangsa pengeluaran makanan rumah tangga miskin lebih

besar dari rumah tangga kaya, sehingga pangsa pengeluaran makanan terhadap

pengeluaran total dapat dijadikan indikator tidak langsung terhadap kesejahteraan.

2.4. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

2.4.1. Farhad Noorbakhsh (1999)

Penelitian Noorbakhsh ditujukan untuk menganalisis pengaruh restrukturisasi

hutang yang diselenggarakan Bank Dunia (Word Bank) terhadap indeks

pembangunan manusia (human development index = HDI) negara-negara sedang

berkembang. Penelitian dilakukan terhadap 86 negara sedang berkembang pada tahun

1992. Noorbakhsh menyusun model menurut klasifikasi negara-negara yang

dikeluarkan World Bank, yakni: (a) restrukturisasi intensif (early-intensive

adjustment lending = EAL), (b) restrukturisasi (other adjustment lending = OAL) dan

(c) non restrukturisasi (non-adjustment lending = NAL).

Model yang dibangun adalah sebagai berikut:

HDI=α0 +α1d1 +α2d2 +α3dLI+β1GDP+β2(d1GDP)+β3(d2GDP)+β4(dLIGDP)+u

Di mana: d1 adalah dummy untuk negara-negara EAL (=1 untuk EAL dan =0 untuk

lainnya); d2 untuk negara-negara OAL (=1 untuk OAL dan =0 untuk lainnya); dLI

(40)

dan =0 untuk lainnya). GDP untuk negara-negara EAL dikalikan dummy d1, OAL

dikalikan d2 dan GDP low income dikalikan dLI, sedangkan GDP untuk NAL tetap.

Hasil estimasi model pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Estimasi Penelitian Farhad Noorbakhsh (1999)

Koefisien t-tes

GDP 0,00003222 5,56**

d1GDP 0,00000512 0,67

d2GDP 0,00002394 2,62**

dLIGDP 0,00008241 3,68**

d1 -0,010 -0,27

d2 -0,078 -2,23*

dLI -0,293 -6,90**

Konstanta 0,550 17,15**

R2 N

Variabel Independen

Variabel Dependen: HDI

86 0,86

*Koefisien signifikan pada tingkat 5% **Koefisien signifikan pada tingkat 1%

Hasil regresi (Tabel 7) memberikan kesimpulan bahwa negara-negara yang

termasuk kategori EAL tidak signifikan mempengaruhi HDI. Ini menjadi pukulan

bagi World Bank, di mana semestinya negara-negara EAL menerima pengaruh lebih

besar terhadap pembangunan manusianya. Dalam penelitian ini, Indonesia termasuk

(41)

2.4.2. Gustav Ranis & Frances Stewart (2002)

Ranis dan Stewart melaksanakan penelitian tentang pengaruh timbal-balik

antara pertumbuhan ekonomi (economic growth) dan pembangunan manusia (human

development) di negara-negara Amerika Latin. Mereka menggunakan model

persamaan simultan, masing-masing untuk persamaan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan manusia. Pembangunan manusia dengan proksi tingkat kematian bayi

(HD) dipengaruhi oleh variabel-variabel tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita

(GDP growth rate = GDP), persentase belanja pemerintah untuk pendidikan terhadap

PDB (public expenditure on education as a percentage of GDP = PEE) dan tingkat

partisipasi kasar sekolah tingkat dasar perempuan (gross female primary school

enrollment rate = FPS). Hasil regresi ditampilkan pada Tabel 8.

(42)

Pada model di atas, pembangunan manusia tidak signifikan dipengaruhi

pertumbuhan ekonomi, sehingga penelitian ini memiliki kelemahan dalam

menjelaskan pengaruh imbal-balik antara pembangunan manusia dan pertumbuhan

ekonomi. Hanya variabel FPS di luar dummy yang signifikan menjelaskan

pembangunan manusia di negara-negara Amerika Latin. Penggunaan tingkat

kematian bayi sebagai proksi pembangunan manusia diperkirakan sebagai penyebab

tidak baiknya hasil estimasi. Terutama dikaitkan dengan PEE yang relatif tidak

berhubungan dengan tingkat kematian bayi. Akan lebih baik jika menggunakan

variabel pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan.

2.4.3. Aloysius Gunadi Brata (2004)

Penelitian Brata ini dilakukan untuk mengkaji secara empiris hubungan

imbal-balik antara pembangunan manusia dan kinerja ekonomi kabupaten/kota di Indonesia.

Brata dalam model penelitiannya menggunakan variabel-variabel output regional (Y)

proksi kinerja ekonomi, angka harapan hidup (LER) proksi pembangunan manusia,

persentase rumah tangga yang memiliki air bersih (WATER) proksi distribusi

pendapatan, dummy untuk daerah penghasil migas (dOIL) dan dummy untuk daerah

perkotaan (dCITY). Hasil estimasinya ditampilkan pada Tabel 9.

Pada hasil estimasi ditemukan dua variabel penjelas yang berpengaruh

signifikan di luar dummy, yaitu WATER dan Y. WATER berpengaruh negatif terhadap

LER. Secara teoritis antara distribusi pendapatan dan pembangunan manusia berlaku

(43)

sebagai proksi variabel distribusi pendapatan. Sementara koefisien positif dari

variabel Y menunjukkan bahwa kinerja ekonomi yang baik memungkinkan

pembangunan manusia yang baik pula.

Tabel 9. Hasil Estimasi Penelitian Aloysius Gunadi

Brata (2004)

Koefisien t-rasio

Y 2,313 8,321**

WATER -0,00293 -2,645**

dOIL 0,601 1,326

dCITY -0,737 -1,410

Konstanta 68,100 110,059**

Adj R2 N

Variabel Independen

Variabel Dependen: LER

0,216 632

*Koefisien signifikan pada tingkat 5%

**Koefisien signifikan pada tingkat 1%

2.4.4. Aloysius Gunadi Brata (2005)

Pada penelitian ini Brata menguji bagaimana pengaruh pengeluaran

pemerintah daerah khususnya bidang pendidikan dan kesehatan (IPP), investasi

swasta (IS) dan distribusi pendapatan proksi indeks Gini (IG) terhadap indeks

pembangunan manusia (IPM) dalam konteks regional (antar provinsi) di Indonesia.

Hasil estimasi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10.

Variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan

(44)

pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan semakin baik pula IPM dicapai.

Variabel investasi swasta berpengaruh negatif terhadap IPM. Hal ini dimungkinkan

karena karakteristik investasi swasta tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

pembangunan manusia. Variabel IG berpengaruh positif terhadap IPM, artinya

semakin merata distribusi pendapatan semakin baik pula pembangunan manusia.

Variabel lagIG menunjukkan pengaruh negatif yang berarti pada jangka panjang akan

semakin sulit meningkatkan kualitas SDM melalui distribusi pendapatan.

Tabel 10. Hasil Estimasi Penelitian Aloysius Gunadi

Brata (2005)

**Koefisien signifikan pada tingkat 1%

2.4.5. Gustav Ranis & Frances Stewart (2005)

Dalam penelitian lanjutannya, Ranis dan Stewart memperluas cakupan

(45)

dalam hal indeks pembangunan manusianya (IPM). Faktor-faktor yang

mempengaruhi indeks pembangunan manusia (human development index = HDI),

mereka menggunakan variabel penjelas pertumbuhan PDB per kapita (GDP per

capita growth rate = GDP), tingkat melek huruf (literacy shortfall reduction = LIT),

persentase investasi gross domestik terhadap PDB (gross domestic investment as

percentage of GDP = GDI), persentase ekspor terhadap PDB (exports as percentage

of GDP = EXP), jumlah penduduk miskin (poverty headcount = POV) dan dummy

untuk regional Timur Tengah (dME), Asia (dAS) dan Amerika Latin (dAL).

Penelitian dilakukan terhadap 85 negara di dunia. Hasil estimasi penelitian mereka

sebagaimana ditampilkan pada Tabel 11.

(46)

Hasil estimasi menunjukkan tidak semua variabel penjelas (independent

variables) signifikan terhadap indeks pembangunan manusia (HDI). Hanya variabel

pertumbuhan ekonomi (GDP), investasi domestik bruto (GDI) dan jumlah penduduk

miskin (POV) yang signifikan, di luar variabel dummy. Model ini memiliki

kelemahan karena memasukkan variabel penjelas tingkat melek huruf, di mana

variabel tersebut merupakan komponen dari komposit HDI. Di samping itu, variabel

GDP dan GDI sebaiknya tidak dimasukkan bersama-sama karena GDI adalah bagian

dari GDP (kesalahan estimasi akibat multikolinearitas).

2.4.6. Valeria Constantini dan Salvatore Monni (2006)

Constantini dan Monni (2006) menganalisa keterkaitan antara pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan manusia dengan menggunakan model Resource Curse

Hypothesis (RCH) untuk menjelaskan dampak pertumbuhan ekonomi terhadap

kualitas lingkungan hidup. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data panel

dengan menggabungkan data 70 negara di dunia pada periode 1970 dan 2003. Model

yang disusun Constantini dan Monni ini berupaya menerangkan bahwa indeks

pembangunan manusia (Human Development Index = HDI) dipengaruhi oleh variabel

PDB per kapita tahun 1970 (gross domestic product year 1970 = GDP70), rata-rata

aliran modal privat (investment = INV), umur harapan hidup tahun 1970 (life

expectation year 1970 = LE70), tingkat partisipasi sekolah menengah tahun 1970

(47)

2003 (gross domestic product year 2003 = GDP03). Hasil penelitiannya

selengkapnya ditampilkan pada Tabel 12.

Pada hasil estimasi hanya satu variabel bebas yang signifikan mempengaruhi

HDI, yaitu LE70. Model yang dibangun Constantini dan Monni ini mengandung

beberapa kelemahan, yakni: variabel bebas LE dan SE merupakan komponen dari

komposit HDI, begitu pula INV adalah bagian dari GDP.

Tabel 12. Hasil Estimasi Penelitian Valeria Constantini dan Salvatore Monni (2006)

Koefisien t-rasio

GDP70 0,004 0,14

INV 0,082 1,43

LE70 0,841 6,45**

SE70 0,065 0,85

GDP03 -0,002 -0,08

Konstanta 0,379 2,91*

Adj R2 N

Variabel Independen

Variabel Dependen: IPM

0,86 70

*Koefisien signifikan pada tingkat α 5%

**Koefisien signifikan pada tingkat α 1%.

2.4.7. Peter Lanjouw, Menno Pradhan, Fadia Saadah, Hanen Sayed, Robert Sparrow (2001)

Studi ini bermaksud menganalisis bagaimana hubungan antara kemiskinan,

(48)

pelayanan publik. Penelitian dengan metode statistik deskriptif ini menemukan bahwa

penduduk miskin sangat membutuhkan pelayanan/subsidi pendidikan dan kesehatan.

Lanjouw dan kawan-kawan juga hendak membuktikan report Bank Dunia tahun 1990

bertajuk ”Indonesia: Strategy for a sustained Reduction in Poverty” yang menyatakan

bahwa pendidikan dan kesehatan adalah hal yang ciritical (sangat mendesak) untuk

diberikan kepada penduduk miskin di Indonesia, sehingga sangat dibutuhkan

peningkatan investasi di kedua bidang tersebut.

Tabel 13. Hasil Penelitian Peter Lanjouw, Menno Pradhan, Fadia Saadah, Hanen Sayed, Robert Sparrow (2001)

1 (miskin) 2 3 4 5 (kaya)

Dasar 47.898 45.324 40.004 34.375 25.270

Menengah

Pertama 10.446 13.235 14.072 14.299 13.472 Menengah

Atas 4.505 6.708 8.849 11.336 15.987

Pendidikan 62.849 65.267 62.925 60.010 54.729

Puskesmas 10.785 10.734 10.192 10.553 9.097

Rumah Sakit 1.825 2.015 3.656 3.445 7.167

Kesehatan 12.610 12.749 13.848 13.998 16.264 Kuantil

Konsumsi per Kapita

Subsidi Pemerintah (Rp per kapita)

Pada kenyataannya, berselang sepuluh tahun kemudian (terhitung sejak riset

(49)

tersebut justru dinikmati oleh penduduk bukan miskin bahkan kaya (Tabel 13).

Temuan ini menjadi bukti empiris bahwa perhatian pemerintah terhadap penduduk

miskin masih memerlukan pembenahan; tidak sekedar meningkatkan kuantitas, tetapi

juga perlu diperhatikan pengalokasiannya agar benar-benar menyentuh penduduk

miskin. Sense of social responsibility pemerintah masih sangat lemah.

2.5. Kerangka Pemikiran

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Konsumsi rumah tangga untuk makanan berpengaruh negatif terhadap

pembangunan manusia, ceteris paribus.

PEMBANGUNAN MANUSIA DI

INDONESIA PENGELUARAN

PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN

RASIO PENDUDUK MISKIN

KRISIS EKONOMI (DUMMY)

PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK

MAKANAN

(50)

2. Konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan berpengaruh positif terhadap

pembangunan manusia, ceteris paribus.

3. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan berpengaruh positif terhadap

pembangunan manusia, ceteris paribus.

4. Rasio penduduk miskin berpengaruh negatif terhadap pembangunan manusia,

ceteris paribus.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Konsentrasi penelitian ini adalah pada analisis perkembangan pembangunan

manusia di Indonesia dengan representasi variabel Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) karena hingga saat ini IPM adalah alat ukur pembangunan manusia yang

terbaik dan paling banyak digunakan dalam berbagai penelitian sejenis. Dalam

penelitian ini akan dikaji 4 (empat) variabel penjelas dan 1 (satu) variabel dummy

yang dianggap mempengaruhi pembangunan manusia di Indonesia, yaitu:

a) Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan (PRM)

PRM dianggap mempengaruhi IPM berdasarkan publikasi UNDP dalam

Indonesia Human Development Report 2004 dan hasil penelitian Lanjouw, dkk.

(2001).

b) Pengeluaran Rumah Tangga untuk Bukan makanan (PRB).

Penetapan variabel PRB sama halnya dengan PRM.

c) Pengeluaran Pemerintah bidang Pendidikan (PPD)

Variabel PPD dinilai mempengaruhi pembangunan manusia berdasarkan hasil

penelitian Ranis-Stewart (2002) dan Brata (2005) serta publikasi UNDP.

d) Rasio Penduduk Miskin (RPM)

Variabel RPM ditentukan berdasarkan hasil penelitian Brata (2004) dan

(52)

e) Krisis Perekonomian (dummy)

Pemilihan variabel dummy ini berdasarkan pertimbangan bahwa data empiris

memang mengalami perubahan tren akibat krisis perekonomian dan juga

berdasarkan publikasi UNDP dalam Indonesia Human Development Report 2001

serta hasil penelitian Brata (2005).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh BPS,

Bappenas dan UNDP dalam beberapa publikasi. Berhubung terbatasnya data serial,

maka penelitian ini menggunakan pooled data (data panel) yaitu dengan

menggabungkan data tahun 1996, 1999, 2002, 2004, 2005 dan 2006 (T=6) atas 26

provinsi (N=26). Maka banyaknya data dalam penelitian adalah N x T = 6 x 26 sama

dengan 156.

3.3. Model Analisis

Spesifikasi model yang digunakan diadaptasi dari beberapa penelitian

sebelumnya dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dianggap akan

memberikan hasil yang lebih baik untuk menjelaskan faktor-faktor penentu

pembangunan manusia Indonesia. Model yang dibangun merupakan suatu fungsi

matematis sebagai berikut:

(53)

Dari fungsi (1) tersebut dapat dimodifikasi ke dalam model linear dengan spesifikasi

model sebagai berikut:

IPM = x0 + x1 PRM + x2 PRB + x3 PPD + x4 RPM + x5 D + ε1 ... (2)

Di mana:

IPM = pembangunan manusia di Indonesia, indeks.

PRM = pengeluaran rumah tangga untuk makanan per kapita riil menurut harga

konstan 2000, juta rupiah.

PRB = pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan per kapita riil menurut

harga konstan 2000, juta rupiah.

PPD = pengeluaran pemerintah bidang pendidikan per kapita riil menurut harga

konstan 2000, juta rupiah.

RPM = rasio penduduk miskin, persen.

D = dummy krisis perekonomian, sebelum krisis = 0 dan setelah krisis = 1

3.4. Metode Analisis

Mengingat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, maka

untuk menguji hipotesis digunakan model Efek Tetap dan Efek Random (Greene,

2000). Penjelasan model Efek Tetap dan Efek Random adalah sebagai berikut:

1. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

(54)

masing, maka model ini memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan

untuk tiap-tiap individu. Tetapi model ini memiliki kekurangan di mana tidak

dihasilkan satu estimasi umum (general estimates) karena tidak terdapat general

intercept atau konstanta untuk mewakili seluruh individu.

2. Model Efek Random (Random Effect)

Pada Efek Tetap perbedaan antar individu dicerminkan oleh intercept atau

konstanta, tetapi pada metode Efek Random perbedaan tersebut diakomodasi oleh

error terms masing-masing individu. Metode ini memiliki keuntungan karena

menghilangkan heterokedasitas jika memang ada.

Penetapan model yang digunakan, apakah Efek Tetap (Fixed Effect) atau Efek

Random (Random Effect) didasarkan pada uji Hausman (Hausman’s test of

specification model) yang mengikuti distribusi X2. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Estimator random konsisten

H1 : Estimator random tidak konsisten

Apabila H0 diterima, artinya model Efek Random lebih baik digunakan dari

pada model Efek Tetap, demikian sebaliknya. H0 diterima/ditolak jika:

X2hit < X2tab artinya H0 diterima,

X2hit > X2tab artinya H0 ditolak.

Nilai X2hit atau nilai Hausman (H) diperoleh dari perbedaan nilai koefisien dan

kovarian antara kedua metode. Rumusan statistik uji Hausman adalah sebagai berikut

(55)

H = ( βFE – βRE )1

[

cov (βFE) – cov (βRE)

]

-1 ( βFE – βRE )

Di mana:

βFE = Matriks koefisien estimator dari model Efek Tetap

βRE = Matriks koefisien estimator dari model Efek Random

cov (βFE) = Matriks kovarian koefisien estimator dari model Efek Tetap

cov (βRE) = Matriks kovarian koefisien estimator dari model Efek Random

Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi chi-square dengan degree of

freedom sebanyak k, di mana k adalah jumlah variabel bebas. Jika nilai statistik

Hausman lebih besar dari nilai kritisnya, maka model yang tepat adalah Efek Tetap.

Demikian pula sebaliknya jika nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya,

maka model yang tepat adalah model Efek Random.

Selanjutnya, pengolahan data sekunder dan penerapan ketiga metode di atas

akan menggunakan program (software) statisitik EViews versi 4.1.

3.5. Uji Kesesuaian

1. Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel-variabel

bebas (independent variables) secara bersama-sama (uji serempak) terhadap

variabel terikat (dependent variable).

2. Koefisien determinasi (R2), berguna untuk menguji kekuatan variabel-variabel

(56)

3. Uji parsial (t-test), yaitu menguji pengaruh tiap-tiap variabel bebas (secara

parsial) terhadap variabel terikat.

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Agar pengujian hipotesis berdasarkan model analisis tersebut tidak bias atau

bahkan menyesatkan, maka perlu dilakukan uji penyimpangan klasik. Uji

penyimpangan asumsi klasik terdiri dari:

1. Uji Multikolinearitas

Uji ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang

sempurna atau hampir sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas.

Analisis regresi yang baik bilamana tidak terdapat korelasi antar variabel bebas.

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan cara sebagai berikut (Gujarati, 2003):

a. R2 relatif tinggi (0,70 – 1,00) tetapi hanya sebagian kecil atau bahkan tidak

ada variabel bebas yang signifikan menurut t-test, maka diduga terdapat

multikolinearitas.

b. Koefisien korelasi parsial (r2) relatif tinggi (lebih tinggi dari R2), maka cenderung

terdapat multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedasitas

Mengingat data yang digunakan adalah pooled data, maka perlu dilakukan uji

heteroskedasitas untuk menguji apakah variabel gangguan (disturbance/error terms)

(57)

analisis yang baik adalah jika varians gangguan adalah sama (homoskedastik).

Heteroskedasitas dapat dideteksi dengan metode grafik (Gujarati, 2003), yakni:

a. Jika terdapat pola tertentu pada penyebaran titik-titik variabel gangguan, maka

telah terjadi heteroskedasitas.

b. Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas, titik-titik variabel gangguan

menyebar di atas dan di bawah 0 (nol), maka tidak terjadi heterokedasitas.

Permasalahan heteroskedasitas ini dapat diatasi dengan menggunakan

software EViews untuk melakukan transformasi atas data yang mengandung

heterokedasitas dan menghasilkan estimasi regresi yang masalah heterokedasitasnya

telah dieliminasi (white heteroskedasticity).

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi pada error antar serial waktu

(time series), sehingga diperlukan uji autokorelasi ini untuk memastikan model yang

dibangun adalah baik dan representatif. Model analisis yang baik bilamana tidak

terdapat autokorelasi. Mengingat data yang digunakan adalah data panel, maka uji

autokorelasi tidak diperlukan. Ditambah lagi, tidak adanya variabel lag dalam model

penelitian, sehingga uji autokorelasi tidaklah kompeten.

3.7. Batasan Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap variabel-variabel yang digunakan

(58)

a. Pembangunan Manusia adalah ukuran agregat kualitas manusia yang

dikuantifikasi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dihitung dalam

angka 0 – 100.

b. Pengeluaran Rumah tangga untuk Makanan (PRM) adalah pengeluaran konsumsi

rumah tangga untuk makanan per kapita menurut harga konstan 2000, dalam juta

rupiah.

c. Pengeluaran Rumah tangga untuk Bukan makanan (PRB) adalah pengeluaran

konsumsi rumah tangga untuk non-makanan per kapita menurut harga konstan

2000, dalam juta rupiah.

d. Pengeluaran Pemerintah bidang Pendidikan (PPD) adalah pengeluaran

pembangunan untuk bidang pendidikan per kapita menurut harga konstan 2000,

dalam juta rupiah.

e. Rasio Penduduk Miskin (RPM) adalah persentase jumlah penduduk yang berada

di bawah garis kemiskinan per provinsi menurut standar yang dikeluarkan oleh

Badan Pusat Statistik, dalam persen.

f. Krisis Perekonomian (D) adalah dummy variable sebagai representasi krisis

perekonomian yang terjadi sejak tahun 1999, di mana sebelum krisis diberi nilai 0

(59)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Pembangunan Manusia di Indonesia dan

Variabel-Variabel yang Mempengaruhinya

4.1.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia

Perkembangan pembangunan manusia di Indonesia, seperti disebutkan dalam

Indonesia Human Development Report 2004” (UNDP, 2004), sangat tergantung

pada pertumbuhan ekonomi dari awal tahun 1970-an sampai akhir 1990-an.

Pertumbuhan ekonomi memungkinkan penduduk untuk mengalokasikan pengeluaran

untuk pendidikan dan kesehatan menjadi lebih banyak. Sementara itu, pengeluaran

pemerintah untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan relatif sedikit. Kebutuhan

akan peningkatan alokasi pengeluaran pemerintah untuk kedua bidang sosial tersebut

makin sangat dibutuhkan sejak krisis ekonomi menerpa.

Sampai dengan tahun 1996 tingkat pembangunan manusia regional cukup

mengagumkan, seperti tampak dari berkurangnya kemiskinan dan membaiknya

tingkat harapan hidup dan melek huruf (BPS-Bappenas-UNDP, 2001). Namun

pencapaian tersebut segera mendapatkan tantangan ketika krisis ekonomi melanda

Indonesia pada tahun 1997. Akibat krisis ekonomi, tidak satu propinsi pun yang tidak

mengalami penurunan IPM, sehingga IPM 1999 menjadi lebih rendah dari IPM 1996

(Tabel 4.1.). Tahun 2002 IPM kembali mengalami perbaikan, namun perbaikan

(60)

ada satu provinsi yang mampu melampaui IPM 1996, yakni Nusa Tenggara Barat

(NTB) yang merupakan salah satu kantung kemiskinan di Indonesia (Tabel 14).

Karena IPM Provinsi NTB berada pada tingkat yang relatif sangat rendah, sehingga

terpaan krisis ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya. Dengan sedikit stimulus akan

relatif mudah untuk kembali ke kondisi awal.

Tabel 14. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Regional Periode 1996-2006

1996 1999 2002 2004 2005 2006

1. NAD 69,4 65,3 66,0 68.7 69,0 69,4

2. Sumut 70,5 66,6 68,8 71.4 72,0 72,5

3. Sumbar 69,2 65,8 67,5 70.5 71,2 71,6

4. Riau 70,6 67,3 69,1 72.2 73,6 73,8

5. Jambi 69,3 65,4 67,1 70.1 71,0 71,3

6. Sumsel 68,0 63,9 66,0 69.6 70,2 71,1

7. Bengkulu 68,4 64,8 66,2 69.9 71,1 71,3

8. Lampung 67,6 63,0 65,8 68.4 68,8 69,4

9. DKI 76,1 72,5 75,6 75.8 76,1 76,3

10. Jabar 68,2 64,6 65,8 69.1 69,9 70,3

11. Jateng 67,0 64,6 66,3 68.9 69,8 70,3

12. DIY 71,8 68,7 70,8 72.9 73,5 73,7

13. Jatim 65,5 61,8 64,1 66.8 68,4 69,2

14. Bali 70,1 65,7 67,5 69.1 69,8 70,1

15. NTB 56,7 54,2 57,8 60.6 62,4 63,0

16. NTT 60,9 60,4 60,3 62.7 63,6 64,8

17. Kalbar 63,6 60,6 62,9 65.4 66,2 67,1

18. Kalteng 71,3 66,7 69,1 71.7 73,2 73,4

19. Kalsel 66,3 62,2 65,3 66.7 67,4 67,7

20. Kaltim 71,4 67,8 70,0 72.2 72,9 73,3

21. Sulut 71,8 67,1 71,3 73.4 74,2 74,4

22. Sulteng 66,4 62,8 64,4 67.3 68,5 68,8

23. Sulsel 66,0 63,6 65,3 67.8 68,1 68,8

24. Sultra 66,2 62,9 64,1 66.7 67,5 67,8

25. Maluku 68,2 67,2 66,5 69.0 69,2 69,7

26. Papua 60,2 58,8 60,1 60.9 62,1 62,8

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi

Gambar

Tabel 2. Nilai & Peringkat IPM dan PDB/kapita Negara-Negara ASEAN                          Tahun 2005
Tabel 3.   Perbandingan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan       Pendidikan Negara-Negara ASEAN Periode 2002-2005
Tabel 4. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Tabel 5. Jenjang Pendidikan dan Faktor Konversi untuk            Menghitung Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

peningkatan indikator pembangunan manusia melalui belanja rumah tangga untuk. makanan, air bersih, pemeliharaan kesehatan dan sekolah (UNDP,

Bagaimana total pengeluaran konsumsi seluruh anggota rumah tangga untuk beberapa komoditi makanan dan bukan makanan berikut selama 3 bulan terakhir (Oktober—Desember 2014)

Pengeluaran / konsumsi rumah- tangga yang dicakup dalam Susenas Panel - Maret 2010, dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memper-hatikan asal

Pengeluaran / konsumsi rumah- tangga yang dicakup dalam Susenas Panel - Maret 2010, dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memper-hatikan asal

Data pengeluaran dapat mengungkap tentang pola konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Komposisi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan variabel independen Konsumsi rumah tangga, Pengeluaran pemerintah bidang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat, membandingkan pengeluaran pangan pada tiap pola konsumsi makanan pokok sehingga diketahui nilai

Tingkat probabilitas pada varibael pendapatan yaitu 0.0001 padaα = 0.01 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap pengeluaran konsumsi makanan rumah tangga