• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DI KELAS V SD NEGERI 015 RUMBAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DI KELAS V SD NEGERI 015 RUMBAI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DI

KELAS V SD NEGERI 015 RUMBAI

DISUSUN OLEH

ELISA LISNAWATI

Drs. Damanhuri Daud, S.Pd. Drs. Zulkifli, S.Pd.

Email/telpn:Elisa_Lisnawati@yahoo.com/081365469901/2012

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA di Kelas V SD Negeri 015 Rumbai

ABSTRACT

Based on early observations conducted researchers obtained data that results of evaluation for teaching natural sciences (IPA) in grade V, indicates the tassel Elementary School 015. of the 25 students, 15 students (60%) have not yet reached the value ketuntasan minimum criteria (KKM) i.e. 70 or are on a low-category with an average grade of 63.40. The purpose of this research is to improve the learning results of sciences students in class V semester II Elementary School 015 Cooperative learning models through Tassel type STAD. This research was carried out on Elementary School 015 Tassel. The subject of this research is the grade V Elementary School 015 Tassel with a number of students 25 persons, comprising 14 male students and 11 female students with the academic skills that are heterogeneous. As for the research was carried out on the semester II in class V in the time to learn the IPA began in January to June 2011. From the results of the research, it can be concluded that in detail: 1 teacher Activity cycle) I obtained a score of teachers at the meeting activity 1 of 23 in the second meeting increased to 29, at the cycle II meetings 1 obtained a score of 31 and at the meeting of 2 obtained a score of 33. 2) Activity students experience increased if at the second meeting of the cycle I obtained the percentage of 74% or by category, and at the second meeting of the cycle II obtained the percentage of 79% with the very high category. 3) Student Learning Outcomes after learning patches on the second cycle the better, increased student learning results from cycle 1 to cycle 2. On first cycle obtained an average of 66,60 and at the second cycle obtained average results of student learning with high category 72,80.

(2)

A. PENDAHULUAN

Syah (2003:68) menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Hasil belajar yang dicapai memunculkan pemahaman yang diterima oleh akal. Menurut Bloom dan Krathwohl (dalam Budiningsih, 2005), hasil belajar dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam Taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu: 2. Kawasan Psikomotor, terdiri dari 5 tingkatan, yaitu: 3. Kawasan Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:

Lebih lanjut menurut Sudjana (2008:134) penilaian hasil belajar adalah penilaian yang diperoleh melalui penilaian sumatif yang pelaksanaannya oleh guru dilakukan pada akhir program, seperti akhir materi, akhir semester, tengah semester, dan lain-lain.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan proses kehidupan di alam semesta serta mancari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip saja. Namun, juga merupakan suatu proses penemuan. Tujuan pembelajaran IPA yang diberikan kepada siswa Sekolah Dasar adalah untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dengan harapan siswa dapat mengembangkan sikap, nilai dan keterampilan sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu strategi dari pembelajaran kooperatif yang sederhana adalah STAD (Student Teams Achievement Devision). Dalam STAD, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 orang dari berbagai kemampuan, gender dan etnis. Dalam prakteknya guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa belajar dalam kelompok untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah menguasai materi.

Keunggulan STAD adalah anggota tim menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran, saling membantu untuk memahami pelajaran melalui tutorial, kuis, dan melakukan diskusi.

Salah satu tujuan pembelajaran adalah tingginya pencapaian prestasi belajar siswa. Akan tetapi hasil evaluasi selama mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V SDN 015 rumbai, menunjukkan dari 25 orang siswa, 15 orang siswa (60%) belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 atau berada pada kategori rendah dengan rata-rata kelas sebesar 63.40.

Selain itu berdasarkan pengamatan ditemukan gejala berikut ini:

1. Siswa kurang perhatian terhadap kegiatan belajar. Siswa kurang terlibat secara aktif mengikuti pelajaran

2. Tidak ada kerja sama antar siswa dan siswa tidak berani bertanya.

3. Siswa yang lebih tahu atau pintar kurang mau mengajarkan temannya yang kurang mengetahui materi

4. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Siswa diam saja jika menemui kesulitan dalam belajar

(3)

Berdasarkan analisis sementara yang diketahui bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar, tidak terkecuali pelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anita (2007: 5) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sederhana yang bisa diterapkan di kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Proses pembelajaran di sekolah SDN 015 Rumbai sudah menggunakan kurikulum KTSP, namun kurikulum tersebut belum berjalan sempurna di karenakan proses pembelajaran yang terjadi di kelas masih berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa hanya menjadi pendengar pasif dan penerima informasi saja, sehingga respon siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan guru sangat kurang. Akibatnya siswa melakukan aktivitas lain yang akhirnya menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Lie (2002:17) Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dengan sistem kerja/belajar kelompok berstruktur. Kunandar (2007:337) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan

Model STAD (Sudent Teams Achievement Devision ) adalah suatu bentuk pembelajaran koopertif yang sederhana. Dalam STAD, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 orang dari berbagai kemampuan, gender dan etnis. Dalam prakteknya guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa belajar dalam kelompok untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah menguasai materi. Strategi STAD lebih mementingkan sikap dan proses dari pada prinsip, yaitu sikap dan proses partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Keunggulan lain dari model STAD ini adalah (1) siswa lebih mampu mendengar, menerima dan menghormati orang lain, (2) siswa dapat mengidentifikasi perasaaannya dan juga perasaan orang lain, dan (3) siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain (Slavin, 2009). :143

Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 015 Rumbai?

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa di kelas V semester II SDN 015 Rumbai melalui model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

B. METODOLOGI PENELITIAN

(4)

pembelajaran di kelas secara lebih professional. Masalah yang diungkapkan dan dicari jalan keluarnya dalam PTK adalah masalah yang benar-benar ada dan dialami oleh guru. Oleh karenanya PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran yang dialami oleh guru sehari-hari. Menurut Wardani (2002), PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Kunci utama PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan oleh orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini para guru dapat meminta bantuan orang lain dalam merencanakan dan melaksanakan perbaikan tersebut. Guru dapat berkolaborasi dengan guru lain atau kepala sekolah untuk memperbaiki kualitas belajar siswanya, sehingga dari PTK tersebut dapat dihasilkan suatu model pembelajaran yang efektif.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, agar peneliti merasa lebih yakin dan memperoleh informasi yang lebih akurat sehingga bias menjadi masukan yang berarti untuk mengadakan perbaikan bagi siklus berikutnya. Keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan pasa siklus pertama menjadi acuan untuk pelaksanaan siklus kedua.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 015 Rumbai. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 015 RUMBAI dengan jumlah siswa 25 orang, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dengan kemampuan akademik yang heterogen.

Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran, Lembar Kerja Siswa dan lembar pengamatan. Masing-masing perangkat pembelajaran mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

Silabus dan sistem penilaian berfungsi untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik dan memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bertujuan membantu guru untuk mengarahkan jalannya proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk delapan kali pertemuan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) bertujuan sebagai panduan bagi siswa berlatih untuk memahami materi pembelajaran yang telah disajikan. Didalam LKS ada langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan siswa, sekaligus membantu guru dalam menyajikan materi yang harus dikuasai siswa. Setiap kali pertemuan diberikan satu LKS yang harus didiskusikan oleh siswa dalam kelompoknya. Pada LKS terdapat tujuan yang ingin dicapai, langkah kerja serta pertanyaan untuk dijawab saat melaksanakan diskusi.

(5)

Adapun lembaran observasi aktivitas siswa dinilai berdasarkan indikator berikut ini:

1) Siswa bergabung dengan kelompoknya 2) Siswa memperhatikan penjelasan guru 3) Siswa menanggapi pertanyaan guru 4) Siswa mengemukakan pendapatnya 5) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya 6) siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok 7) Siswa menanggapi pertanyaan kelompok lain 8) Bersama guru membuat kesimpulan

Data yang diperlukan dan dikumpulkan pada penelitian ini adalah data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Selain data tentang aktivitas siswa dan guru, juga dikumpulkan data tentang hasil belajar Sains siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Untuk memperoleh data lengkap yang akan penulis ajukan pada penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data primer, yang artinya adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama penelitian.

Teknik Observasi Adalah pengumpulan dan pencatatan secara sistematis terhadap kekurangan dan kelebihan aktivitas-aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Teknik Tes Teknis tes berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada siswa secara tertulis berdasarkan materi pelajaran yang dipelajari untuk mengukur hasil belajar siswa yang diberikan dalam bentuk ulangan harian dikelas yang dibutuhkan untuk penelitian, dan dilaksanakan setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Teknik dokumentasi Teknik ini dipakai untuk mendapatkan hasil belajar sebelum melaksanakan tindakan. Nilai ini berupa hasil belajar siswa yang telah dikumpulkan oleh guru kelas. Kegunaan nilai ini adalah menentukan skor dasar/ data awal.

Untuk mengetahui ketuntasan dari hasil balajar siswa dapat diolah dengan menggunakan Rumus sebagai berikut (Purwanto, 2009):

S = R X 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah Skor dari item dijawab benar

Analisa data tentang guru adalah hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan tindakan. Pelaksanaan dikatakan berhasil jika semua aktivitas guru pada pembelajaran terlaksana dengan semestinya.

Untuk menganalisa pelaksanaan aktivitas guru diukur menggunakan skala penilaian dari 1 sampai 4. Skala penilaiannya adalah:

(6)

4) Sangat kurang diberi skor 1

Pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dilakukan dengan observasi tertutup. Menurut Wardani (2002) dalam observasi tertutup pengamat menggunakan lembar observasi yang telah disesuaikan dengan unsur-unsur yang akan diamati terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk menentukan klasifikasi penilaiannya adalah dengan kategori berikut ini.

Pengukuran terhadap instrumen “aktivitas siswa” ini adalah dilaksanakan sesuai kriteria. Sehingga apabila semua siswa melakukan seperti harapan pada semua komponen, maka skor maksimal sebesar 180 (6 x 30) dengan persentase maksimal berarti 100%.

Menentuka 4 klasifikasi aktivitas dalam menggunakan metode STAD, dapat dihitung dengan cara berikut.

1. Persentase = 90 – 100 sangat baik 2. Persentase = 70 – 89 baik

3. Persentase = 50 – 69 cukup 4. Persentase = 30 – 49 kurang

5. Persentase = 10 – 29 sangat kurang (Tim Pustaka Yustisia, 2007:367) Adapun skor untuk perkembangan individu adalah sebagai berikut: Tabel. 1. Skor Perkembangan Individu

No Skor tes Nilai perkembangan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

Sedangkan untuk penghargaan kelompok sebagai berikut: Tabel 4. Skor Perkembangan Kelompok

(7)

Adapun rumus ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut (dalam Eri Yasni,

Peningkatan hasil belajar IPA siswa dapat dilihat dengan membandingkan skor dasar ulangan harian I dan ulangan harian II. Skor ulangan harian I dan ulangan harian II dianalisis setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian KKM yang sudah ditetapkan. Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian I lebih dari jumlah siswa yang mencapai KKM pada skor dasar dan jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian II lebih dari jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian I.

Sedangkan secara umum, untuk menentukan persentase digunakan rumus dari Sudijono (2010:43) sebagai berikut:

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase

100% = Bilangan Tetap

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 015 Rumbai Pada Pembelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 015 Rumbai dimulai tanggal 13 April hingga 18 Mei 2011 dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran di V SD Negeri 015 Rumbai. Adapun materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus dan RPP yang telah disusun (terlampir).

Dalam penelitian ini yang menjadi guru adalah peneliti sendiri dan dibantu oleh 2 orang pengamat yang bertugas mengamati aktivitas serta motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada mata pelajaran IPA. Pengamat atau observer yang membantu guru bernama Suriatni, S.Pd guru kelas IV dan Nurmialis, S.Pd. guru kelas V SD Negeri 015 Rumbai.

(8)

April 2011, dan pemberian ulangan harian pada tanggal 27 April 2011. Pada siklus II juga terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 siklus II adalah pada tanggal 4 Mei 2011, sedangkan pertemuan ke 2 tanggal 11 Mei 2011 kemudian pertemuan untuk melaksanakan ulangan harian yaitu pada tanggal 18 Mei 2011. Pemaparan pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II sebagai berikut:

Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dilakukan pengukuran terhadap ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar dapat diperhatikan pada tabel berikut.

Tabel. 2. Tabel Distribusi Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siklus I

Siklus Siswa yang hadir Rata-rata hasil belajar

Skor dasar 25 63.40

Ulangan Harian I 25 66.6

Ulangan Harian II 25 72,8

Sumber: Data Olahan lampiran 11 halaman 117

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA dari skor dasar siklus ke pertama yaitu rata-rata 63.40 menjadi 66.6 dengan peningkatan sebesar 3.2%. Peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua yaitu ari rata-rata 66.6 menjadi 72,8 dengan peningkatan sebesar 6.2.

Peningkatan aktivitas siswa yang terjadi pada siklus kedua, berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Khususnya pada mata pelajaran IPA, rata-rata peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan siklu II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus Tuntas Persentase Tidak Tuntas Persentase

Ulangan Harian I 10 40% 15 60%

Ulangan Harian II 19 76% 6 24%

Sumber : Data olahan lampiran 11 halaman 117

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus pertama diperoleh rata-rata sebesar 66,60 dan pada siklus kedua diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,80 dengan kategori tinggi.

Sedangkan penghargaan kelompok dapat diperhatikan pada tabel berikut ini:

Tabel. 4. Tabel Penghargaan Kelompok Siswa pada Siklus I

Kelompok Rata-Rata Nilai Perkembangan

Kelompok Penghargaan Kelompok

I 16 TIM SANGAT BAIK

II 18 TIM SANGAT BAIK

III 18 TIM SANGAT BAIK

IV 20 TIM SUPER

V 22 TIM SUPER

Sumber: Data olahan lampiran 12 halaman 118

(9)

Selanjutnya pada siklus II, penghargaan kelompok dapat dilihat berdasarkan tabel berikut.

Tabel. 5. Tabel Penghargaan Kelompok Siswa pada Siklus II

Kelompok Rata-Rata Nilai Perkembangan

Kelompok Penghargaan Kelompok

I 21 TIM SANGAT BAIK

II 16 TIM SUPER

III 24 TIM SUPER

IV 23 TIM SUPER

V 24 TIM SUPER

Sumber:Data olahan lampiran 12 halaman 119

Dari keterangan yang diperoleh, kelompok yang memperoleh penghargaan sebagai kelompok super ada sebanyak 4 kelompok, sedangkan kelompok tim baik tidak ada dan tim sangat baik ada satu kelompok. Artinya bahwa dari lima kelompok, terdapat peningkatan, dimana jika dibandingkan pada siklus I, maka yang mendapat penghargaan sebagai kelompok super lebih banyak.

Pembahasan Hasil Penelitian

Sebagaimana dijelaskan pada refleksi siklus kedua, maka tidak perlu lagi diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Karena sudah jelas hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan, sehingga tercapai pada klasifikasi penilaian sangat tinggi.

Proses pembelajaran yang dibawakan guru telah dilaksanakan dengan lebih baik jika dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Karena, perbaikan pembelajaran pada siklus kedua berdampak pada peningkatan aktivitas guru dalam pembelajaran, sehingga aktivitas guru secara keseluruhan diperoleh dengan klasifikasi nilai baik sekali.

Tabel. 6. Aktivitas Guru Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus Pertemuan I Pertemuan II

I 23 29

II 31 33

Sumber: Data olahan lampiran 9 halaman 104

Dari tabel di atas diketahui bahwa pada siklus I diperoleh skor aktivitas guru pada pertemuan 1 sebesar 23 pada pertemuan kedua meningkat menjadi 29, pada siklus II pertemuan 1 diperoleh skor sebesar 31 dan pada pertemuan 2 didapatkan skor sebesar 33.

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada grafik berikut ini:

(10)

Dengan meningkatnya aktivitas guru pada siklus kedua, maka akan berdampak pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD.

Tabel. 7. Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus Pertemuan I Pertemuan II

I 63% 74%

II 76% 79%

Sumber: Data olahan lampiran 10 halaman 110

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada grafik berikut ini:

Grafik 2. Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Aktivitas siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus pertama, hal tersebut dapat dilihat dari hasil refleksi pada siklus kedua. Dimana pada siklus I pertemuan kedua diperoleh persentase sebesar 74% atau dengan kategori tinggi, dan pada siklus II pertemuan kedua diperoleh persentase sebesar 79% dengan kategori sangat tinggi.

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada grafik berikut ini:

Grafik 3. Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

Dari gambaran di atas, menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada mata pelajaran IPA dengan metode STAD dapat dikatakan berhasil.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai yang diperoleh masing-masing individu atau ketuntasan individu sangat mempengaruhi nilai perkembangan individu yang akan dipengaruhi pula dengan nilai penghargaan kelompok. Selain itu dapat pula dilihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mendorong siswa untuk giat belajar sehingga dapat memberikan skor untuk kelompoknya dan kelompok tersebut mendapat penghargaan yang tinggi. Semakin meningkat nilai yang diperoleh masing-masing individu dalam kelompok maka semakin baik pula penghargaan kelompok yang diperoleh, jadi penghargaan kelompok ini sangat berperan dalam memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(11)

Grafik 4. Penghargaan Kelompok Siklus I dan II

Dari urian hasil penelitian, upaya guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kreatifitas siswa dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu strategi dari pembelajaran kooperatif yang sederhana adalah STAD (Student Teams Achievement Devision). Dalam STAD, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 orang dari berbagai kemampuan, gender dan etnis. Dan ternyata, pembelajaran STAD ini telah berhasil dilaksanakan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya khususnya di kelas V SD Negeri 015 Rumbai.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan secara terperinci sebagai berikut: 1. Peningkatan aktivitas guru pada siklus I diperoleh skor aktivitas guru pada

pertemuan 1 sebesar 23 pada pertemuan kedua meningkat menjadi 29, pada siklus II pertemuan 1 diperoleh skor sebesar 31 dan pada pertemuan 2 didapatkan skor sebesar 33.

2. Sedangkan aktivitas siswa mengalami peningkatan jika pada siklus I pertemuan kedua diperoleh persentase sebesar 74% atau dengan kategori tinggi, dan pada siklus II pertemuan kedua diperoleh persentase sebesar 79% dengan kategori sangat tinggi.

3. Diketahui bahwa hasil belajar siswa setelah perbaikan pembelajaran pada siklus kedua menjadi lebih baik, terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus pertama diperoleh rata-rata sebesar 66,60 dan pada siklus kedua diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,80 dengan kategori tinggi.

Bertolak dari kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian di atas, berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran STAD yang telah dilaksanakan, guru mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi Kepala Sekolah, agar pelaksanaan penerapan metode pembelajaran tipe STAD tersebut dapat berjalan dengan baik, maka sebaiknya kepala sekolah lebih sering memerintahkan guru untuk mengaplikasikannya di dalam kelas. 2. Sebaiknya guru dapat memilihkan tingkat kelas yang sesuai, karena siswa

sekolah di tingkat menengah masih kurang mampu dalam berfikir tingkat tinggi, sementara dalam metode ini perlu kegiatan kerjasama.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Budiningsih, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Rineka Cipta.

Eri Yasni. 2008. Peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VII.1 SMPN 1 Kampar Kiri. Pekanbaru: (Skripsi UNRI).

Erna Febru Aries. 2008. Penelitian Deskriptif. (Diakses 2 Maret 2011) http://ardhana21.wordpress.com.

Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Lie. 2002, Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nur & Ibrahim. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Patta Bundu. 2006. Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin. 2009. Cooperative learning Teori, Riset dan Praktis. Bandung: Nusa Media Sudijono. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Tim Pustaka Yustisia. 2007, Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yudistira.

Trianto. 2006. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

(13)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

DI KELAS V SD NEGERI 015 RUMBAI

JURNAL

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ELISA LISNAWATI 0805162605

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

Gambar

Tabel. 1.Adapun skor untuk perkembangan individu adalah sebagai berikut:  Skor Perkembangan Individu
Tabel Distribusi Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siklus I Siklus Siswa yang hadir
Grafik 1. Aktivitas Guru Siklus I dan II
Tabel. 7. Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu “Bahwa pemberian program kesejahteraan karyawan

[r]

[r]

 Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga : Memenuhi Syarat dan Wajar. Demikian untuk diketahui dan dapat dipergunakan

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Background Menentukan gambar yang digunakan untuk background tabel Color Mengatur warna satu sel dalam tabel. Align Mengatur bentuk perataan horizontal valign Mengatur

Sebelum UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 ditetapkan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang fi skal, Menteri Keuangan RI telah

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa p-value sebesar 0,52 yang berarti tidak terdapat perbedaanlama in- volusio uteri pada ibu nifas yang mengguna- kan IUD post placenta