vii
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAERAH TEMPAT TINGGAL, DAN SIKAP KONSUMERISME TERHADAP KEPUTUSAN MENABUNG
Studi Kasus : Karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Melania Yossy Christia Delila
Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah tempat tinggal dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah karyawan non edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel adalah acak proporsional dengan jumlah 100 karyawan, dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model regresi dengan variabel dummy.
viii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INCOME LEVEL, EDUCATIONAL LEVEL, RESIDENTIAL AREA, AND CONSUMERISM
ATTITUDE TOWARDS SAVINGS DECISION
A Case Study : Non-educative Employees of Sanata Darma University Yogyakarta Melania Yossy Christia Delila
Sanata Darma University 2012
This research aims to know the influence of educational level, income level, residential area, and consumerism attitude towards savings decision. This research is a descriptive research and non-educative employees of Sanata Dharma University Yogyakarta as the samples. The type of sampling technique is proportional random using 100 employees and questionnaires were used as collecting the data. Model regretion with dummy variable was used for the data analysis technique.
The result shows that: (1) there is no influence of educational level towards employees’ savings decision (significant point 0.444), (2) there is influence of income level towards employees’ saving decision (significant value 0.041); (3) residential area has influences people who live in Gunung Kidul towards employees' savings decision (significant value 0.012) while other residential areas do not influence towards employees’ savings decision since it is not significant; (4) there is no influence of employees’ consumerism attitude towards savings decision (significant value 0.054).
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
6. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
x
8. Karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris) atas segala
pelayanannya dan bantuannya selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
9. Papaku tercinta Alm. Nicolaus Sugeng Haryadi dan mamaku M. M. Bekti
Astati yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan baik material maupun spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakakku tersayang Yohanes Riko Wendy Ristiawan yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
11.Mbakku tercinta Bertha, mbak Lita, mbak Lisa dan mas Arnon yang
memberikan bantuan dan doa kepada penulis.
12.Sahabatku terkasih Theresia Ratna, Cahyarini, Kristian Aditya, Maria S. Irine, Albertha Vera, Fransiska Krisni, yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, dan semangat kepada penulis.
13.Andika Priadiputra terima kasih untuk semua dukungan, cinta, perhatian, pengorbanan, pendampinganmu dan bantuan yang diberikan selama ini sehingga penulis tetap berjuang dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.
14.Teman-teman seperjuanganku Martina, Novi, Vera, Venny, Eta, Rima, Irin, Retno terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
15.Direktur PeMad International Translation, mbak Vita yang telah dengan
sangat baik memberi waktu untuk menyelesaikan skripsi .
16.Teman-teman di PeMad International Translation mbak Catur, mbak Wisni, mas Eka, mbak Asti yang telah mendukung dengan semangat kepada penulis.
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis masih membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….. vi
ABSTRAK ……… vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Batasan Masalah ………. 5
C. Rumusan Masalah ……….. 5
D. Tujuan Penelitian ……… 6
E. Manfaat Penelitian ……….. 6
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Keputusan Menabung ………. 8
1. Pengaruh Tingkat Pendapatan Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Menabung………. 13
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Menabung ………. 14
3. Pengaruh Daerah Tempat Tinggal Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Menabung ………. 15
4. Pengaruh Sikap Konsumerisme Berpengaruh Negatif Terhadap Keputusan Menabung ………. 15
C. Hipotesis Penelitian ……… 16
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 18
xiv
D. Populasi dan Sampel ……….. 19
E. Operasional Variabel Penelitian ……… 20
F. Teknik Pengumpulan Data ………. 25
G. Pengujian Kuesioner ……….…. 26
H. Teknik Analisis Data ………. 31
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ……….. 34
B. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan USD ……….. 37
C. Struktur Organisasi ……… 40
BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ……… 44
B. Pengujian Hipotesis ……… 51
C. Pembahasan ……… 55
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 60
B. Keterbatasan Penelitian ………. 61
C. Saran ……….. 61
DAFTAR PUSTAKA ……… 62
xv
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Variabel Keputusan Menabung Karyawan... ………. 18
Tabel 5.5 Distribusi Faktor Sikap Konsumerisme………. 44
Tabel 5.6 Hasil Data Perhitungan Secara Teroritis ……….. 45
Tabel 5.7 Pengkategorian dan Persentase Sikap Konsumerisme ………. 46
Tabel 5.8 Hasil Data Perhitungan Secara Teroritis ………. 46
Tabel 5.9 Pengkategorian dan Persentase Keputusan Menabung …... 47
Tabel 5.10 Tabel Penyusunan Variabel Dummy………. 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian …...…………. 63 Lampiran 2. Data Pegawai Administrasi Yayasan Sanata Dharma …….. 68 Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Konsumerisme ....…… 74 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Keputusan Menabung ....…… 90 Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian …...…………. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penghasilan yang diperoleh seseorang yang bekerja biasa disebut
pendapatan. Pendapatan adalah sumber pemenuhan kebutuhan. Selain untuk
memenuhi kebutuhan, sebagian dari pendapatan tersebut bisa diinvestasikan
ke dalam berbagai bentuk, misalnya: tabungan, deposito, surat berharga,
emas, atau saham. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,
tabungan merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan jenis produk bank yang
paling banyak diminati oleh masyarakat karena mudah diadakan dan risiko
yang timbul sangat kecil. Pembukaan rekening tabungan juga tidak
memerlukan nominal uang yang besar. Besar kecilnya uang yang ditabung
pun tidak terbatas. Setiap nasabah dapat menabung dengan nominal yang
berbeda-beda tergantung kemampuannya. Model orang yang memiliki
perencanaan dalam keuangan yang baik, akan menyisihkan uang untuk
ditabung terlebih dahulu sebelum digunakan untuk konsumsi. Bukan
2
masyarakat yang membelanjakan pendapatan dulu sebelum menyisihkan
untuk ditabung. Hal tersebut mengakibatkan uang yang ditabung sangat kecil
dibanding pengeluaran yang terjadi atau bahkan tidak menabung sama sekali.
Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah
laku, dan sikap seseorang. Pola pikir setiap individu berbeda karena latar
belakang pendidikan yang berbeda. Jenjang pendidikan tertinggi
mempengaruhi cara berpikir masyarakat dalam manajemen diri, baik dalam
kehidupan pribadi maupun sosial. Buku-buku tentang ajakan menabung
cenderung hanya untuk anak-anak. Kebiasaan menabung memang harus
ditanamkan sejak dini. Tidak ada buku tentang ajakan menabung untuk orang
dewasa karena orang dewasa telah bisa mengelola keuangannya sendiri.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin dewasa cara pengambilan
keputusan dan perencanaan masa depannya. Namun demikian, kenyataan
yang terjadi malah sebaliknya. Banyak orang dewasa yang terjerat utang
karena tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan yang dimiliki seseorang, belum tentu
membentuk pola pikir yang sama dengan orang lain.
Lingkungan tempat tinggal tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda antara satu dan lainnya. Setiap kabupaten memiliki perbedaan, seperti
letak geografis, luas daerah, jumlah penduduk, dan karakteristik penduduk.
Perbedaan tersebut juga mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
kabupaten tersebut dalam bidang perekonomian dan teknologi informasi.
Kabupaten yang cepat dalam menerima infomasi dari luar, akan berkembang
dan memiliki fasilitas lengkap, misalnya: fasilitas perbankan seperti kantor
cabang, ATM (anjungan tunai mandiri), maupun fasilitas pembayaran dengan
menggunakan kartu debit dan kredit di pertokoan. Hal tersebut bisa menarik
minat masyarakat kabupaten ataupun kota madya tersebut untuk memiliki
tabungan dan menggunakan fasilitas serta kemudahan yang diberikan bank.
Seseorang yang tinggal di kabupaten yang memiliki kantor cabang bank dan
ATM cenderung akan berperilaku menyimpan uangnya dalam bentuk
tabungan. Berbeda dengan orang yang tinggal di kabupaten yang belum
banyak kantor cabang bank ataupun ATM. Mereka cenderung memilih
menyimpan uangnya dalam bentuk lain, yaitu membeli ternak atau sebidang
tanah. Meskipun ada juga yang akan tetap menabung di bank dengan mencari
bank di luar kabupaten tempat tinggalnya karena berpikir bahwa menyimpan
uang dalam bentuk tabungan lebih terjamin dan sewaktu-waktu bisa diambil;
berbeda dengan menginvestasikan dalam bentuk ternak yang memerlukan
pemeliharaan baik agar dapat bertahan hidup, dan jika sewaktu-waktu
membutuhkan uang harus menjualnya untuk mendapatkan uang cair.
Menurut Gilarso, kebutuhan (needs) manusia banyak dan beraneka
ragam sifatnya (2002:15). Makin banyaknya kebutuhan manusia tidak lepas
dari pengaruh perkembangan zaman. Zaman yang semakin maju, memacu
masyarakat untuk menjadi semakin modern juga. Masyarakat yang modern
4
gaya hidup masyarakat menjadi sorotan dunia. Misalnya: dulu, makanan perlu
waktu cukup lama untuk memasak; tapi sekarang, banyak beredar makanan
cepat saji, seperti makanan kaleng sampai restoran cepat saji. Walaupun
banyak peneliti makanan yang menilai makanan jenis ini tidak baik untuk
kesehatan tapi tetap menarik bagi masyarakat karena kepraktisannya. Tidak
hanya itu, pakaian juga menunjukkan arah gaya hidup yang lebih glamor. Hal
ini bisa dilihat dari banyaknya butik-butik di sekitar kita, yang selalu dipenuhi
pengunjung. Sebagian orang membeli pakaian karena benar-benar
membutuhkannya tapi ada orang yang membeli hanya sekadar ingin memiliki
pakaian tersebut untuk mengikuti tren dan tidak mau dikatakan ketinggalan
zaman. Selain itu, bisa kita lihat sekarang ini marak handphone Blackberry. Semua orang menginginkan handphone tersebut, padahal fungsi dan fiturnya
tidak jauh berbeda dengan handphone merek lain. Masyarakat memandang
nilai prestige lebih penting dibanding fungsi handphone itu sendiri.
Masyarakat rela menghamburkan uang berjuta-juta hanya untuk membeli
handphone.
Kebiasaan masyarakat menghabiskan uang, menunjukkan bahwa teori
perilaku konsumen sudah tidak lagi bisa dijadikan ukuran. Teori perilaku
konsumen menyatakan bahwa “Y = S + C”. Jadi, ”Y” sebagai pendapatan
dialokasikan pada ”S” sebagai tabungan dan ”C” sebagai konsumsi. Hal yang
kurang menonjol saat ini adalah posisi ”S” pada pola perilaku konsumen,
sehingga kebanyakan yang terjadi hanya Y = C. Mereka menghabiskan
seluruh pendapatannya untuk konsumsi, sehingga masyarakat tidak menabung
dikarenakan uang mereka sudah habis untuk konsumsi. Padahal mempunyai
tabungan sebagai simpanan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan yang
mendadak dan tidak terduga, seperti sakit. Oleh karena itu, diduga ada
pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan
sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tempat
tinggal, dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung; dan studi
kasus pada karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung
pada karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung
6
3. Apakah ada pengaruh tempat tinggal terhadap keputusan menabung pada
karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
4. Apakah ada pengaruh sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung
pada karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan sikap konsumerisme
terhadap keputusan menabung; dan studi kasus pada karyawan non-edukatif
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Karyawan
Penelitian ini diharapkan akan memberi arahan kepada karyawan dalam
mengelola keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
2. Bagi Lembaga Penghimpun Dana
Dengan penelitian ini, diharapkan lembaga penghimpun dana dapat
memahami keinginan masyarakat dan meningkatkan kualitasnya agar
masyarakat semakin percaya dan tertarik untuk menabung.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
mendorong para karyawannya untuk menyisihkan pendapatannya dalam
rangka peningkatan taraf hidupnya dan menyukseskan program “Ayo
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Keputusan Menabung
a. Pengertian Menabung
Menurut Safir Senduk dalam bukunya Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak (1999:33), menabung adalah melakukan investasi ke dalam sebuah produk investasi, untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Freddy Pieloor (2010:53), menabung adalah tindakan lanjutan dari penyisihan yang telah anda lakukan dari setiap gaji atau rezeki yang anda peroleh.
Menabung dapat disimpulkan sebagai investasi di waktu yang akan datang, walaupun mengurangi jumlah uang saat ini. Saat ini dirasakan uang yang kita miliki berkurang, tapi di masa depan kita dapat menggunakannya.
b. Tujuan Menabung
Dalam http://yuknabung.blogspot.com/2008/03/tujuan-menabung.html, disampaikan bahwa tujuan menabung sebagai berikut:
1. Untuk dana darurat keluarga;
2. Untuk dana pendidikan anak-anak, termasuk menyiapkan
warisan atau masa depan yang baik untuk anak cucu; 3. Untuk dana pensiun di hari tua/masa depan lebih baik.
c. Keputusan
Menurut Leon dan Lislie (2008:485) bahwa ”seleksi terhadap dua pilihan altenatif atau lebih. Dengan kata lain, pilihan altenatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.”
Dari pengertian di atas, maka keputusan menabung bisa didefinisikan memilih untuk menabung atau tidak. Seseorang yang telah mengambil keputusan untuk menabung berarti telah menentukan tujuan yang mereka cari karena menabung memberi manfaat untuk hidup yang lebih baik di masa depan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan menabung
Dari hasil penelitian abstraksi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan menabung di Bank Mandiri (Persero), Tbk Cabang Mataram oleh Mohammad Ibnu Haikal (2004) menghasilkan:
10 c) Pelayanan yang baik dan benar,
d) Promosi dan hadiah, e) Lokasi dan keamanan bank.
2. Tingkat Pendapatan
Menurut Biro Pusat Statistik (Mulyanto dan Hans, 1985:93) dikemukakan bahwa ”pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur, dan kerja kadang-kadang dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah, dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah dan dari keuntungan sosial, yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.”
Pendapatan bisa disimpulkan sebagai hak setelah seseorang menyelesaikan atau melakukan pekerjaannya. Baik dari bekerja dengan pendapatan bulanan, mingguan, harian, dan jam kerja.
Mulyanto dan Hans (1985:98) menyebutkan faktor-fakor yang mempengaruhi pendapatan pokok adalah pekerjaan/jabatan, pendidikan, masa kerja, dan jumlah anggota keluarga.
3. Pendidikan
Ki Hajar Dewantara (Idris, 1992:1) mengemukakan bahwa ”pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup.”
Crow dan Crow (Idris, 1992:2) mengungkapkan bahwa ”pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan, serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.”
Menurut Driyarkara sebagaimana dikutip Idris (1992), ”pendidikan ialah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insan itulah yang menjelma dalam perbuatan mendidik.”
Dari beberapa pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses penemuan dan peningkatan kualitas hidup sehingga pola pikir seseorang menjadi lebih luas dan berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.
4. Daerah Tempat Tinggal
Menurut UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
12 misalnya ibu kota kabupaten atau ibu kota kecamatan, yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan.
Dapat disimpulkan kota merupakan suatu daerah yang memiliki wilayah batas administrasi dan penduduk relatif banyak, sektor agraris sedikit atau bahkan tidak ada, dan adanya suatu sistem pemerintahan.
5. Konsumerisme
a. Pengertian Konsumerisme
Menurut para siswi SMA Santa Ursula I (1983:14) bahwa ”konsumerisme berarti pola hidup dengan keinginan membeli barang-barang yang kurang/tidak diperlukan.”
Menurut Scholte dalam Globalization, hlm. 113,
konsumerisme menggambarkan perilaku manusia memperoleh dengan cepat (dan juga biasanya dengan cepat membuang) berbagai ragam barang yang disediakan untuk pengguna dengan segera tetapi kepuasannya berlangsung sebentar saja.
Konsumerisme dapat diartikan sebagai perilaku yang cenderung menghabiskan pendapatannya untuk memuaskan kebutuhannya secara berlebihan.
b. Faktor Penunjang Berkembangnya Konsumerisme
Menurut para siswi SMA Santa Ursula I (1983:14), faktor pendukung berkembangnya konsumerisme ada dua,
yaitu faktor dari luar dan dalam manusia. Kedua faktor tersebut sebagai berikut:
1. Faktor dari luar manusia
Yang termasuk faktor ini, antara lain iklan, kurangnya perlindungan konsumen, dan westernisasi yang juga meliputi kemajuan teknologi.
2. Faktor dari dalam manusia
Faktor ini merupakan faktor penentu dari berkembangnya arus konsumerisme, karena semua tindakan manusia bukanlah berasal dari pemikiran dan hati. Yang termasuk faktor ini, antara lain taraf pendidikan yang rendah dan gengsi, sedangkan hal-hal lain berkembang dari kedua hal tersebut.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Tingkat Pendapatan Berpengaruh Positif Terhadap
Keputusan Menabung
14 Tingkat pendapatan adalah tinggi atau rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Pendapatan setiap karyawan berbeda-beda walaupun berada dalam perusahaan yang sama. Tingkat pendapatan diduga mempengaruhi keputusan menabung karyawan. Karyawan yang memiliki pendapatan tinggi mempunyai uang lebih setelah memenuhi kebutuhan hidupnya. Karyawan yang mempunyai pendapatan rendah diduga tidak memilih untuk menabung karena uang mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Pengaruh tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap
keputusan menabung
Keputusan menabung adalah memilih di antara dua pilihan altenatif untuk menabung atau tidak. Untuk membuat keputusan menabung, diperlukan beberapa pertimbangan, seperti bunga yang akan didapat, biaya administrasi yang dikenakan, serta jenis tabungan yang akan dipilih.
Tingkat pendidikan menunjuk pada jenjang pendidikan karyawan yang membentuk pola pikir dalam manajemen atau pengelolaan keuangan mereka. Tingkat pendidikan diduga mempengaruhi keputusan karyawan untuk menabung. Karyawan berpendidikan tinggi memiliki pola pikir yang lebih luas terhadap manfaat memiliki tabungan dan merencanakan masa depan yang
lebih baik. Karyawan yang pendidikannya rendah tidak berpikir ada manfaat lain dari sebuah tabungan yang dimilikinya.
3. Pengaruh daerah tempat tinggal berpengaruh positif terhadap
keputusan menabung
Keputusan menabung karyawan merupakan pilihan antara perilaku menabung dan tidak, yang dilakukan karyawan atas uang yang dimilikinya. Daerah tempat tinggal adalah wilayah yang dihuni masyarakat untuk menetap. Daerah tempat tinggal yang mempunyai jarak dekat dengan pusat perkotaan dan kemudahan dalam memperoleh fasilitas dan informasi mempengaruhi pembentukan sosial karyawan. Daerah tempat tinggal juga diduga mempengaruhi keputusan menabung karyawan. Karyawan yang tinggal di kabupaten atau kota madya yang berkembang dengan baik akan mendapat informasi perbankan dan akan memutuskan untuk menabung di bank. Karyawan yang tinggal di kabupaten atau kota madya yang bidang perbankannya tidak berkembang, tidak akan tertarik untuk menyimpan uangnya di bank.
4. Pengaruh sikap konsumerisme berpengaruh negatif terhadap
keputusan menabung
16 karyawan banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri, misalnya sikap konsumerisme karyawan itu sendiri.
Sikap konsumerisme adalah sikap pola hidup mengeluarkan uang lebih banyak dari kebutuhan sesungguhnya. Sikap konsumerisme yang akhir-akhir ini sangat mencolok juga mempengaruhi pola penggunaan uang karyawan. Makin tinggi sikap konsumerisme karyawan, makin tinggi pula tingkat pengeluarannya. Karyawan yang memiliki pendapatan tinggi cenderung menghabiskan uangnya untuk konsumsi dan tidak ada alokasi untuk ditabung. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat konsumerisme karyawan mengakibatkan semakin rendahnya keputusan karyawan untuk menabung. Sebaliknya, karyawan yang tingkat konsumerismenya rendah akan memiliki keputusan untuk menabung lebih tinggi.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diungkapkan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap
keputusan menabung,
2. Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap
keputusan menabung,
3. Ada pengaruh positif daerah tempat tinggal terhadap keputusan menabung,
4. Ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi atau gejala sosial.
Menurut Sekaran (Suharsono, 2009:7), dilakukan untuk mengetahui dan mampu dalam menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah Universitas Sanata Dharma. Jl. Affandi, Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002.
Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April- Juni 2011.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma.
Objek penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung.
D. Populasi dan Sampel
“Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan” (Margono, 2007: 118) Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Universitas Sanata Dharma.
Margono (2007:121) menuliskan bahwa “sample adalah sebagai bagian dari populasi”. Sample dalam penelitian ini adalah karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma. Berikut ini daftar karyawan non edukatif Universitas Sanata Dharma yang dijadikan responden penelitian, yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Karyawan Responden Penelitian
No Unit Kerja Total Responden
1 Biro Administrasi Akademik 5
20
13 Fakultas Saints danTeknologi 12
14 Fakultas Sastra 2
22 Perpustakaan 12
23 Rektorat 3
24 Yayasan 3
Jumlah 130
Pengambilan sample untuk penelitian ini menggunakan teknik sampling acak proposional. Teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu karena jumlah setiap unit kerja berbeda. Alasan dipilihnya Universitas Sanata Dharma karena karyawan non edukatif di Universitas mempunyai banyak latar belakang pendidikan, pengalaman, tempat tinggal sehingga diduga mempengaruhi pola hidup masing-masing.
E. Operasional Variabel Penelitian
”Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai variasi nilai (misalnya variabel model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan sebaginya). Variabel dapat juga diartikan sebagi pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih” (Margono, 2007:133).
1. Variabel Keputusan Menabung
Keputusan menabung adalah tindakan karyawan dalam mengambil langkah untuk menabungkan uang hasil pendapatannya.
Dimensi yang mempengaruhi karyawan untuk memutuskan menabung dari hasil penelitian Mohammad Ibnu Haikal (2004):
a) Kepercayaan masyarakat
1) Riwayat suatu bank menjadi poin penting yang
dipertimbangkan sebelum memutuskan menabung 2) Banyaknya nasabah suatu bank
3) menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat 4) Stabilitas keuangan suatu bank menjadi penentu saya
dalam memilih tempat untuk menabung
5) Prestasi yang dicapai suatu bank memberikan nilai
tambah bagi saya untuk memutuskan tempat menabung
b)Tingkat bunga tabungan
1) Tingkat bunga tabungan/ deposito yang tinggi menjadi pertimbangan bagi saya untuk menabung di bank
2) Tingkat bunga kredit yang rendah menjadi
pertimbangan bagi saya untuk memilih bank
3) Dasar perhitungan bunga tabungan memperngaruhi
22
c) Pelayanan yang baik dan benar
1) Karyawan yang bekerja sesuai dengan bidang
keahliannya akan memberikan pelayanan yang lebih memuaskan
2) Gangguan sistem jaringan komputer yang sering terjadi mempengaruhi kualitas pelayanan pada nasabah
3) Petugas teller yang cekatan memberikan kepuasan yang lebih pada nasabah
4) Antrian yang panjang di teller membuat saya tidak
nyaman
d)Promosi dan hadiah
1) Promosi yang bervariasi pada suatu bank membuat saya tertarik untuk menabung
2) Iklan yang berisi himbauan untuk gemar menabung
memberikan nilai tambah bagi saya untuk menabung 3) Hadiah yang bernilai tinggi yang ditawarkan suatu bank
membuat saya tertarik menabung
4) Bank yang sering mengadakan promosi dan pemberian
hadiah membuat daya tarik bagi saya untuk menabung
e) Lokasi dan keamanan bank
1) Saya memilih untuk menabung di suatu bank karena
lokasinya dekat tempat tinggal
2) Saya percaya bahwa uang tabungan di bank akan aman
3) Saya tetap khawatir dengan keamanan uang saya walaupun sudah ditabung di bank
4) Lokasi yang strategis menjadi penentu untuk saya
memutuskan menabung
Dimensi-dimensi tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner dan diukur dengan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat skala. Pemberian skor pada setiap pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor Pernyataan Keputusan Menabung Karyawan
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
2. Variabel Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan karyawan setiap bulannya secara rutin. Yang diukur dari pendapatan riil yang diterima. Pemberian skor untuk variable tingkat pendapatan adalah sebagai berikut:
Rp 750.000- Rp 1.500.000 skor 1
Rp1.500.000- Rp 3.000.000 skor 2 Rp3.000.000- Rp 6.000.000 skor 3
24
3. Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan adalah pendidika terakhir yang ditempuh oleh karyawan selama hidupnya. Yang diukur dari pendidikan terakhir yang ditempuh karyawan. Pemberian skor untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
SMA/SMK skor 1
D I skor 2
D III skor 3
S 1 skor 4
S 2 skor 5
4. Variabel Daerah Tempat Tinggal
Daerah tempat tinggal adalah kabupaten atau kota madya tempat tinggal karyawan saat ini. Pemberian skor untuk variabel daerah tempat tinggal adalah sebagai berikut:
Kotamadya Yogyakarta skor 1
5. Variabel Sikap Konsumerisme
Sikap konsumerisme adalah sikap pola konsumsi karyawan. Dimensi sikap konsumerisme menurut para siswi SMA Santa Ursula I (1983:14) adalah
a. Faktor dari dalam manusia - Taraf pendidikan yang rendah - Gengsi atau prestise
b. Faktor dari luar manusia
- Iklan
- Kurangnya perlindungan konsumen
- Westernisasi
Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner dan diukur dengan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat skala. Pemberian skor pada setiap pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skor Pernyataan Sikap Konsumerisme Karyawan
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4
F. Teknik Pengumpulan Data
26
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden” (Margono, 2007:167). Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data keputusan menabung karyawan dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah tempat tinggal, dan sikap konsumerisme.
G. Pengujian Kuesioner
1. Pengujian Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Imam Ghozali, 2005:45). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor jawaban setiap item pertanyaan dengan skor total. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment (Husein Umar, 2003:78), sebagai berikut:
Keterangan :
r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Y = skor total item
X = skor item
n = jumlah responden
Besarnya nilai r dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi 5 %. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel, maka butir soal tersebut
dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, maka butir soal tersebut tidak valid.
Uji validitas dilakukan pada responden karyawan sebanyak 30 orang yang semuanya termasuk didalam sampel penelitian. Kesimpulan hasil pengujian validitas diperoleh dengan membandingkan r hitung dengan rtabel untuk N=30 sebesar 0,361
dengan taraf signifikasi 5%.
Dari semua pertanyaan yang diuji, yakni 20 pertanyaan untuk keputusan menabung sejumlah 9 item valid setelah 4 kali diuji validitasnya dan 36 pertanyaan untuk sikap konsumerisme diperoleh hasil 30 item valid setelah 2 kali uji validitas.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Item Variabel Keputusan Menabung
Karyawan
No. Item Validitas Keterangan
r hitung r tabel
(taraf signifikan 5%)
2 0,569 0,361 Valid
4 0,609 0,361 Valid
28
Hasil Uji Validitas Item Sikap Konsumerisme
Karyawan
No. Item Validitas Keterangan
r hitung r tabel
15 0,491 0,361 Valid
2. Pengujian Reliabilitas
30
memberikan jaminan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya. Realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Imam Ghozali, 2005:41). Perhitungan reliabilitas didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Husein Umar, 2003:90), sebagai berikut:
Menurut Husein Umar (2003:91), nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor
butir pertanyaan)
Jika nilai alpha lebih dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika nilai alpha kurang dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan tidak reliabel (Husein Umar, 2003:92). Setelah dilakukan pengujian reliabilitas maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sub Variabel Nilai Alpha Chonbach Kesimpulan
Keputusan Menabung 0,885 Reliabel
Sikap Konsumerisme 0,948 Reliabel
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif.
1. Deskriptif Data
32
2. Pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Perumusan Hipotesis
Ho1 = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendapatan
terhadap keputusan menabung
Ha1 = Ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap
keputusan menabung
Ho2 = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendidikan
terhadap keputusan menabung
Ha2 = Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap
keputusan menabung
Ho3 = Tidak ada pengaruh positif daerah tempat tinggal
terhadap keputusan menabung
Ha3 = Ada pengaruh positif daerah tempat tinggal
terhadap keputusan menabung
Ho4 = Tidak ada pengaruh negatif sikap konsumerisme
terhadap keputusan menabung
Ha4 = Ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap
keputusan menabung b. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis menggunakan model regresi dengan variabel dummy.
c. Pengambilan Keputusan
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma
1. PTPG Sanata Dharma (1955-1958)
Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh
Prof. Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo
Societas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini
telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De
Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa
Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van der
Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. Dengan dukungan dari
Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu
menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan
kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma
pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal
17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 jurusan, yaitu
Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat
Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG
Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama “Sanata
Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi
pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali
Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma”
yang artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”.
Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria
et Eclessia).
2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini
Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan
PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958
berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma
dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta.
Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status “disamakan”
dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961 pada tanggal 6 Mei
1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas
Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.
3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universita
Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata
Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah
menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP
No.237/B-Swt/U/1965. Surat keputusan itu berlaku mulai tanggal 1 September 1965.
36
IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program
Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada
tahun 1990 dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD (Pendidikan
Guru Sekolah Dasar).
4. Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK
Mendikbud No.46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi
Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan
perkembangan ini, USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan
guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma
terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping
tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP
(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa
fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas
dengan 25 Program Studi, 3 Program Pasca Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3
Program Khusus Bersertifikat. Sekarang ini banyak hal berkembang di
Universitas Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik
sarana fisik (gedung, lab, perpustakaan, dan fasilitas fisik lainnya),
administrasi (sistem informasi, manajemen, biro/lembaga/pusat/serta unit
pendukung), peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta
pengabdian pada masyarakat.
5. Nama-nama yang pernah menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma:
a. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. (1955-1967)
b. Drs. J. Drost, S.J. (1968-1976)
c. Prof. Dr. A.M. Kadarman, S.J. (1977-1984)
d. Drs. F.X. Danuwinata, S.J. (1984-1988)
e. Drs. A. Tutoyo, M.Sc. (1988-1993)
f. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. (1993-2001)
g. Dr. Paulus Suparno, S.J., MST (2001-2006)
h. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc. (2006-sekarang)
B. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma
1. Visi
Universitas Sanata Dharma (USD) didirikan oleh Serikat Yesus
Provinsi Indonesia bersama dengan rekan imam dan awam Katolik untuk
berpartisipasi dalam usaha melindungi dan meningkatkan martabat manusia
dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai kemanusiaan.
a. Universitas Sanata Dharma terdorong untuk terus mencari, menemukan,
dan mengungkapkan kebenaran secara obyektif dengan kebebasannya. Hal
itu didasarkan pada pengakuan akan kebaikan hakiki dunia sebagai ciptaan
38
dibangun dan dilestarikan demi kesejahteraan umat manusia dan
kemuliaan Allah yang lebih besar.
b. Menyadari peran penting generasi muda dalam mewujudkan masa depan
bangsa Indonesia. Universitas Sanata Dharma merasa terpanggil untuk
memberikan sumbangan positif kepada usaha bersama dalam
pengembangan pikiran, hati, dan kehendak kaum muda, dengan maksud
membangkitkan potensi mereka untuk secara aktif dan kreatif ikut
membangun masyarakat pluralistic yang adil, demokratis, dan sejahtera.
c. Usaha pengembangan itu didasarkan pada nilai kebangsaan dan
kebudayaan nasional seperti terungkap dalam Pancasila dan UUD 1945.
Pada visi kristiani mengenai martabat manusia sebagai ciptaan Allah,
tanggung jawab sosialnya serta tujuannya yang luhur dan pada
spiritualitas Ignatian yang terwujud dalam arah pendidikan Serikat Yesus
seperti “menjadi manusia bagi sesama” (men and women for and with
others), perhatian pribadi (cura personalis), serta semangat keunggulan
(magis) dan dialogis.
2. Misi
a. Mengembangkan sistem pendidikan yang dapat memadukan keunggulan
akademik dan nilai kemanusiaan.
b. Mengembangkan universitas yang dapat menjadi hati nurani kritis
masyarakat.
c. Menyelenggarakan penelitian terutama untuk lebih menggali secara kritis
kebenaran manusiawi dan mengembangkan martabat manusia.
d. Mengembangkan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk dapat
menemukan kebenaran berdasarkan pada etika keilmuan.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang humanis dengan semangat dialogis
yang mengembangkan segi intelektual, moral, emosional, dan spiritual
secara terpadu.
f. Membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan
dapat berguna bagi masyarakat.
g. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus membantu
mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan social terhadap masyarakat.
h. Mempersiapkan tenaga yang professional, baik dalam bidang keilmuan
maupun dalam bidang kependidikan.
3. Tujuan Pendidikan
Pendidikan di USD bertujuan membantu mencerdaskan putra-putri
bangsa dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistic
yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani yang universal dan cita-cita
kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila, sehingga memiliki
kemampuan akademik sesuai dengan bidang studinya dan integritas
40
C. Struktur Organisasi
Keterangan:
: Garis komando : Garis koordinasi
1. Senat Fakultas merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di tingkat
fakultas yang memiliki wewenang dalam menjabarkan kebijakan dan
peraturan universitas untuk fakultas.
SENAT FAKULTAS
Unit MKK Fakultas (MKDK)
LPPM DEKAN FKIP
WD I WD II
Pusat Penelitian & Pelayanan Pendidikan (PA) Unit PPL dan
Laboratorium Micro Teaching Unit Tata Usaha
JIP
2. Dekan FKIP memimpin FKIP dibantu oleh WD I (Wakil Dekan I bidang
akademik) dan WD II (Wakil Dekan II bidang administrasi umum dan bidang
keuangan). Tugas Dekan dan Wakil Dekan (Staf Dekanat) adalah sebagai
berikut:
a. Dekan bertugas memimpin penyelenggaraan pendidikan, pengajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, membina tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi, dan bertanggung jawab
kepada Rektor.
b. Wakil Dekan I (WD I) bertugas membantu dekan dalam memimpin
pelaksanaan kegiatan di bidang akademik yang meliputi pengajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
c. Wakil Dekan II (WD II) bertugas membantu Dekan dalam memimpin
pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan.
d. Tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan di bidang
pendidikan yang bersifat kokurikuler dan ekstrakurikuler serta
kemahasiswaan menjadi tanggung jawab bersama Staf Dekanat,
sedangkan urusan yang berhubungan dengan keuangan kegiatan
kemahasiswaan tingkat fakultas dikelola oleh WD II.
3. Unit MKK Fakultas (MKDK) bertugas mengatur dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan Mata Kuliah Keahlian (MKK) fakultas atau Mata Kuliah
Dasar Keahlian (MKDK) di lingkup fakultas. Unit ini dipimpin oleh WD I
42
4. Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4) bertugas membantu dan
mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat luar dan membagikan berbagai tugas tersebut kepada dosen-dosen
yang terkait dalam koordinasi dengan dekanat FKIP. P4 dipimpin oleh kepala
P4.
5. Unit tata usaha menyelenggarakan administrasi kegiatan akademik pada
tiap-tiap program studi. Unit tata usaha dalam menjalankan tugasnya berada di
bawah koordinasi Wakil Dekan II. Unit tata usaha FKIP dipimpin oleh
seorang Kepala Tata Usaha (KTU) yang bertanggung jawab langsung kepada
WD II.
6. Unit PPL bertugas mengatur dan mengkoordinasikan penyelenggaraan PPL
mahasiswa dalam lingkup fakultas dan mengelola Laboratorium Micro
Teaching fakultas. Unit PPL fakultas dipimpin oleh seorang ketua unit PPL
yang sekaligus menjadi koordinator Laboratorium Micro Teaching fakultas
dan bertanggung jawab langsung kepada dekan.
7. Ketua Jurusan (kajur) bertugas memimpin jurusan, dibantu oleh sekretaris
jurusan (sekjur).
8. Ketua program studi (kaprodi) bertugas memimpin prodi, dibantu oleh
seorang wakil ketua program studi (wakaprodi). Prodi adalah satuan
pelaksana pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk
satu keahlian tertentu.
9. Dosen tetap FKIP USD terdiri dari dosen yang diangkat oleh Yayasan Sanata
Dharma dan dosen PNS yang diperbantukan pada USD menjadi pegawai tetap
di lingkup FKIP dengan tugas untuk mengajar, mengadakan penelitian, dan
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Setiap dosen tetap di lingkup
FKIP diindukkan pada suatu prodi sesuai dengan bidang keahlian yang
dimilikinya.
10.Dosen tidak tetap (DTT) FKIP USD adalah tenaga pendidik yang mendapat
surat tugas dari rektor USD dengan tugas untuk mengajar di suatu prodi di
lingkup FKIP USD untuk jangka waktu tertentu.
11.Mahasiswa FKIP USD adalah orang yang terdaftar sebagai peserta didik di
suatu program studi yang diselenggarakan oleh suatu jurusan atau prodi di
44
BAB V
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2011 sampai dengan akhir
Juni 2011. data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
penyebaran kuesioner. Subjek penelitian ini adalah karyawan non-edukatif
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kuesioner yang dibagikan kepada
karyawan sebagai responden penelitian ini sebanyak 100 kuesioner. Secara
lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Sebaran Responden Penelitian
No Unit Kerja Total Responden
1 Biro Administrasi Akademik 5
2 BAPSI 3
13 Fakultas Saints danTeknologi 10
14 Fakultas Sastra 2
15 Fakultas Teologi 3
16 FKIP 6
17 S2 2
18 MPK 1
19 Lembaga Bahasa 2
20 LPM 2
21 LPPM 3
22 Perpustakaan 10
23 Rektorat 3
24 Yayasan 3
Jumlah 100
Berikut ini diuraikan deskripsi responden penelitian berdasarkan tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, daerah tempat tinggal dan sikap
konsumerisme.
1. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase
1 SMA/SMK 61 61%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat
pendidikan terbanyak pertama adalah SMA/SMK dengan 61 karyawan
atau 61%, tingkat pendidikan terbanyak kedua adalah S1 sebanyak 20
46
atau 15%, selanjutnya tingkat pendidikan keempat dan kelima adalah
S2 dan D I.
a. Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
No Tingkat Pendapatan Frekuensi Presentase
1 Rp 750.000-Rp 1.500.000 25 25%
2 Rp 1.500.000-Rp 3.000.000 74 74%
3 Rp 3.000.000-Rp 6.000.000 1 1%
4 > Rp 6.000.000 0 0%
Total 100 100%
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat
pendapatan terbanyak pertama adalah tingkat pendapatan Rp
1.500.000-Rp 3.000.000 sebanyak 74 karyawan atau 74%, tingkat
pendapatan terbanyak kedua adalah Rp 750.000-Rp 1.500.000
sebanyak 25 karyawan atau 25%, selanjutnya pada tingkat ketiga
adalah Rp 3.000.000-Rp 6.000.000
b. Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal
Distribusi responden berdasarkan daerah tempat tinggal
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal
No Tingkat Pendapatan Frekuensi Presentase
1 Kotamadya Yogyakarta 14 14%
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang tinggal di kabupaten
Sleman terbanyak pertama dengan jumlah responden 66 karyawan
atau 66%, terbanyak kedua adalah kotamadya Yogyakarta 14
karyawan atau 14% dan kabupaten Bantul terbanyak ketiga sebanyak
13 karyawan atau 13%, terbanyak keempat adalah kabupaten Kulon
Progo dengan jumlah 4 karyawan atau 4%. Selanjutanya kabupaten
Gunung Kidul dan kabupaten lainnya.
c. Berdasarkan Sikap Konsumerisme
Tabel 5.5
Distribusi Faktor Sikap Konsumerisme
No. Faktor Frekuensi Presentase
1. Faktor dari luar manusia 1.290 24,54%
48
Dari tabel diatas menunjukkan 75,46% sikap konsumerisme
karyawan dipengaruhi oleh faktor dari dalam manusia dan 24,54%
dipengaruhi oleh faktor dari luar manusia. Sehingga dapat disimpulkan
sikap konsumerisme karyawan lebih dipengaruhi dari dalam manusia.
Untuk mendapatkan gambaran secara umnum mengenai data
penelitian berilut diperoleh hasil pengolahan pada tabel berikut:
Tabel 5.6
Hasil data perhitungan data secara teoritis
Keterangan Data teoritis
Skor max 150
Skor min 30
Range (r) 120
Mean 90
Standar deviasi 3
Skor rentan minimum-maksimum adalah 150 sampai dengan 30
sehingga luas sebaran adalah 120. Dengan demikian setiap satuan
standarnya bernilai 3 dan mean teoritasnya adalah 90.
Dari tabel ditas digunakan penggolongan subjek ke dalam 5 kategori
diagnosis sikap konsumerisme, maka penggolongan keenam satuan
deviasi standar ke dalam 5 bagian, yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah.
Tabel 5.7
Pengkategorian dan prosentase sikap konsumerisme
Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
30-85.5 100 100% Sangat rendah
85,5-88,5 0 0% Rendah
88,5-91,5 0 0% Sedang
91,5-94,5 0 0% Tinggi
94,5-150 0 0% Sangat tinggi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan kriteria sikap
konsumerisme karyawan sangat rendah dengan prosentase 100%
d. Keputusan Menabung
Tabel 5.8
Hasil data perhitungan data secara teoritis
Keterangan Data teoritis
Skor max 45
Skor min 9
50
Mean 27
Standar deviasi 3
Skor rentan minimum-maksimum adalah 45 sampai dengan 9
sehingga luas sebaran (range) adalah 36. Dengan demikian setiap
satuan standarnya bernilai 3 dan mean teoritasnya adalah 27.
Dari tabel ditas digunakan penggolongan subjek ke dalam 5
kategori diagnosis keputusan menabung, maka penggolongan keenam
satuan deviasi standar ke dalam 5 bagian, yaitu, sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah.
Tabel 5.9
Pengkategorian dan prosentase keputusan menabung
Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria
9-22,5 3 3% Sangat rendah
22,5-25,5 11 11% Rendah
25,5-28,5 14 14% Sedang
28,5-31,5 26 26% Tinggi
31,5-45 46 46% Sangat tinggi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan kriteria keputusan
menabung karyawan dikategorikan sangat rendah 3 orang (3%),
rendah 11 orang (11%), sedang 14 orang (14%), tinggi 26 orang (26%)
dan sangat tinggi 46 orang (46%). Dengan demikian keputusan
menabung karyawan cenderung sangat tinggi.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi
dengan variable dummy. Cara pemberian kode dummy menggunakan kategori
yang dinyatakan dengan angka 1 atau 0. Kelompok yang diberi nilai dummy 0 (nol) disebut excluded group, sedangkan kelompok yang diberi niali dummy 1 (satu) disebut included group.
Tabel 5.10
Tabel penyusunan variable dummy
52
Berikut ini disajikan perhitungan model regresi dengan variable dummy:
Tabel 5.11
Hasil Output SPSS
Model Unstandardized a. Dependent Variabel : Keputusan Menabung
1. Pengaruh tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung.
a. Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap
keputusan menabung
Ha = Ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap keputusan
menabung.
b. Pengujian Hipotesis
Dengan bantuan program SPSS for windows versi 12,0 telah
diketahui nilai koefisien tingkat pendapatan sebesar -2,345 dengan tingkat
signifikansi 0,041. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
maka kedua variabel signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara tingkat pendapatan karyawan dengan
keputusan menabung mereka.
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung
a. Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap
keputusan menabung
Ha = Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap keputusan
menabung
b. Pengujian Hipotesis
Dengan bantuan program SPSS for windows versi 12,0 telah diketahui nilai koefisien tingkat pendidikan sebesar 0,298 dengan tingkat
signifikansi 0,444. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka kedua variabel tidak signifikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan pada keputusan
menabung karyawan.
3. Pengaruh daerah tempat tinggal terhadap keputusan menabung
a. Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh positif daerah tempat tinggal terhadap
keputusan menabung
Ha = Ada pengaruh positif daerah tempat tinggal terhadap
54
b. Pengujian Hipotesis
Daerah tempat tinggal disusun secara dummy dengan 6 kategori maka
ada 5 variabel dummy (k-1 atau 6-1=5). Dengan bantuan program SPSS
for windows versi 12,0 telah diketahui nilai koefisien untuk daerah tempat tinggal Sleman adalah -,326 dengan tingkat signifikansi 0,822, untuk
daerah tempat tinggal Kulon Progo adalah -,464 dengan tingkat
signifikansi 0,868, untuk daerah tempat tinggal Bantul adalah -1,604
dengan tingkat signifikansi 0,400, untuk daerah tempat tinggal Gunung
Kidul adalah 9,454 dengan tingkat signifikansi 0,012, sedangkan untuk
daerah tempat tinggal lainnya diluar D. I. Yogyakarta adalah 0,410 dengan
tingkat signifikansi 0,936.
Variabel dummy daerah tempat tinggal menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan daerah tempat tinggal Kotamadya Yogyakarta
(excluded group), daerah tempat tinggal kabupaten Sleman mempunyai
keputusan menabung lebih rendah 32%, daerah tempat tinggal kabupaten
Kulon Progo lebih rendah 46,4 %, daerah tempat tinggal kabupaten Bantul
juga lebih rendah 160,4% dibandingkan dengan daerah tempat tinggal
kotamadya Yogyakarta. Sedangkan daerah tempat tinggal kabupaten
Gunung Kidul lebih tinggi 945,4% dari pada kotamadya Yogyakarta, juga
kabupaten lainnya diluar D. I. Yogyakarta lebih tinggi 41% dibandingkan
kotamadya Yogyakarta. Dilihat dari nilai signifikansi hanya satu daerah
tempat tinggal yang berpengaruh secara signifikan yaitu kabupaten
Gunung Kidul. Sedangkan daerah tempat tinggal lainnya secara statistik
tidak signifikan, yang berarti tidak ada pengaruh variabel dummy terhadap variabel keputusan menabung.
4. Pengaruh sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung
a. Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap
keputusan menabung
Ha = Ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap keputusan
menabung
b. Pengujian Hipotesis
Dengan bantuan program SPSS for windows versi 12,0 telah diketahui nilai koefisien sikap konsumerisme sebesar 0,077 dengan tingkat
signifikansi 0,054. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka kedua variabel tidak signifikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh sikap konsumerisme terhadap
keputusan menabung karyawan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung pada karyawan
Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat
56
1.500.000-Rp 3.000.000. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma adalah cukup.
Tingkat pendapatan karyawan non edukatif Universitas Sanata
Dharma dalam golongan cukup. Hal ini menunjukkan taraf kehidupan mereka
cukup baik. Tingkat pendapatan yang cukup ini bisa dimanfaatkan oleh
karyawan untuk mengelola keuangan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan yang akan datang. Pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari
bisa tercukupi sehingga ada sisa untuk ditabung.
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung pada
karyawan hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat
pendidikan karyawan Sanata Dharma non-edukatif adalah SMA/SMK (61%).
Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan karyawan non-edukatif
Universitas Sanata Dharma adalah rendah.
Tingkat pendidikan mempengaruhi pola berfikir karyawan terhadap
masa depan mereka sendiri dan keluarganya. Pendidikan yang tinggi biasanya
karyawan akan termotivasi untuk menata masa depan mereka agar terjamin,
misalnya keterjaminan atas pendidikan anak mereka, masa pensiun mereka
setelah tidak lagi bekerja dan setiap tindakan yang akan dilakukan pasti akan
mempertimbangkan banyak hal termasuk masalah keuangan. Jika tidak
dipertimbangan secara benar dapat menganggu keuangan keluarga dan
mengakibatkan banyak hutang.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat
pendidikan karyawan terhadap keputusan menabung mereka. Hal ini
dikarenakan tidak ada ketertarikan atau perhatian khusus bagi karyawan untuk
menabung. Keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mendukung
menyebabkan masyarakat tidak berpikir untuk menabung karena harus
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pola pikir ini didasari pada lebih
pentingnya kebutuhan sekarang dari pada dimasa depan.
3. Pengaruh daerah tempat tinggal berpengaruh positif terhadap keputusan
menabung
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua daerah tempat
tinggal berpengaruh signifikan terhadap keputusan menabung. Hanya
kabupaten Gunung Kidul saja yang signifikan berpengaruh terhadap
keputusan menabung. Sedangkan daerah tempat tinggal lainnya tidak
signifikan terhadap keputusan menabung.
Kebiasaan menabung seharusnya tercipta dari lingkungan kecil dahulu
yaitu keluarga, lalu berkembang ke masyarakat. Dari keluarga yang sadar
akan pentingnya menabung membuat keadaan perekonomian keluarga
tersebut menjadi lebih baik. Setiap pengeluaran teratur sehingga pendapatan
58
memunculkan kebiasaan baik dan meningkatkan kualitas hidup keluarga serta
meningkatkan perekonomian daerah tersebut.
Karyawan yang bertempat tinggal di kabupaten Sleman, Kulon Progo,
Bantul, dan kabupaten lainnya tidak tertarik untuk menabung kemungkinan
bisa karena pola hidup di kabupaten mereka yang tidak lagi membiasakan diri
untuk menabung. Lain halnya dengan karyawan yang bertempat tinggal di
kabupaten Gunung Kidul yang lebih sadar akan pentingnya menabung untuk
masa depan dan kualitas hidup mereka.
4. Pengaruh sikap konsumerisme berpengaruh negatif terhadap keputusan
menabung
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh sikap konsumerisme
terhadap keputusan menabung. Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa
sikap konsumerisme karyawan Univeristas Sanata Dharma non-edukatif
adalah sangat rendah.
Tingginya permintaan dari konsumen menunjukkan sikap
konsumerisme yang tinggi. Tingginya sikap konsumerisme masyarakat dapat
mengakibatkan tidak terkontrolnya stabilitas keuangan masyarakat itu sendiri.
Misalnya saja, pendapatan mereka jauh lebih kecil daripada pengeluaran
untuk konsumsi. Sama seperti pepatah ”Besar pasak daripada tiang”, hal
tersebut dapat merugikan masyarakat itu sendiri dan merugikan perekonomian
secara keseluruhan. Orang yang tidak bisa mengatasi sikap konsumerismenya
dengan baik akan merugikan dirinya sendiri di masa depan.
Hasil penelitian menunjukkan sikap konsumerisme yang sangat
rendah dan tidak ada pengaruh pada keputusan menabung mereka. Hal ini
mungkin karena pendapatan yang diperoleh cukup untuk konsumsi
sehari-hari, sehingga kurang tertarik untuk menabung sebagian dari penghasilan
mereka. Kebutuhan sehari-hari mereka sudah cukup membuat mereka untuk
menghabiskan pendapatan yang telah mereka terima setelah bekerja selama
satu bulan. Oleh karena itu, sikap konsumerisme rendah tidak mempengaruhi