• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung : studi kasus karyawan non-educatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung : studi kasus karyawan non-educatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii 

 

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAERAH TEMPAT TINGGAL, DAN SIKAP KONSUMERISME TERHADAP KEPUTUSAN MENABUNG

Studi Kasus : Karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Melania Yossy Christia Delila

Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah tempat tinggal dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah karyawan non edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel adalah acak proporsional dengan jumlah 100 karyawan, dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model regresi dengan variabel dummy.

(8)

viii 

 

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INCOME LEVEL, EDUCATIONAL LEVEL, RESIDENTIAL AREA, AND CONSUMERISM

ATTITUDE TOWARDS SAVINGS DECISION

A Case Study : Non-educative Employees of Sanata Darma University Yogyakarta Melania Yossy Christia Delila

Sanata Darma University 2012

This research aims to know the influence of educational level, income level, residential area, and consumerism attitude towards savings decision. This research is a descriptive research and non-educative employees of Sanata Dharma University Yogyakarta as the samples. The type of sampling technique is proportional random using 100 employees and questionnaires were used as collecting the data. Model regretion with dummy variable was used for the data analysis technique.

The result shows that: (1) there is no influence of educational level towards employees’ savings decision (significant point 0.444), (2) there is influence of income level towards employees’ saving decision (significant value 0.041); (3) residential area has influences people who live in Gunung Kidul towards employees' savings decision (significant value 0.012) while other residential areas do not influence towards employees’ savings decision since it is not significant; (4) there is no influence of employees’ consumerism attitude towards savings decision (significant value 0.054).

(9)

ix 

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

6. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

(10)

 

8. Karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris) atas segala

pelayanannya dan bantuannya selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Papaku tercinta Alm. Nicolaus Sugeng Haryadi dan mamaku M. M. Bekti

Astati yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan baik material maupun spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakakku tersayang Yohanes Riko Wendy Ristiawan yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

11.Mbakku tercinta Bertha, mbak Lita, mbak Lisa dan mas Arnon yang

memberikan bantuan dan doa kepada penulis.

12.Sahabatku terkasih Theresia Ratna, Cahyarini, Kristian Aditya, Maria S. Irine, Albertha Vera, Fransiska Krisni, yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, dan semangat kepada penulis.

13.Andika Priadiputra terima kasih untuk semua dukungan, cinta, perhatian, pengorbanan, pendampinganmu dan bantuan yang diberikan selama ini sehingga penulis tetap berjuang dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman seperjuanganku Martina, Novi, Vera, Venny, Eta, Rima, Irin, Retno terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

15.Direktur PeMad International Translation, mbak Vita yang telah dengan

sangat baik memberi waktu untuk menyelesaikan skripsi .

16.Teman-teman di PeMad International Translation mbak Catur, mbak Wisni, mas Eka, mbak Asti yang telah mendukung dengan semangat kepada penulis.

(11)

xi 

 

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis masih membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(12)

xii 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….. vi

ABSTRAK ……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Batasan Masalah ………. 5

C. Rumusan Masalah ……….. 5

D. Tujuan Penelitian ……… 6

E. Manfaat Penelitian ……….. 6

(13)

xiii 

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Keputusan Menabung ………. 8

1. Pengaruh Tingkat Pendapatan Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Menabung………. 13

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Menabung ………. 14

3. Pengaruh Daerah Tempat Tinggal Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Menabung ………. 15

4. Pengaruh Sikap Konsumerisme Berpengaruh Negatif Terhadap Keputusan Menabung ………. 15

C. Hipotesis Penelitian ……… 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 18

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 18

(14)

xiv 

 

D. Populasi dan Sampel ……….. 19

E. Operasional Variabel Penelitian ……… 20

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 25

G. Pengujian Kuesioner ……….…. 26

H. Teknik Analisis Data ………. 31

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ……….. 34

B. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan USD ……….. 37

C. Struktur Organisasi ……… 40

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ……… 44

B. Pengujian Hipotesis ……… 51

C. Pembahasan ……… 55

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 60

B. Keterbatasan Penelitian ………. 61

C. Saran ……….. 61

DAFTAR PUSTAKA ……… 62

(15)

xv 

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Variabel Keputusan Menabung Karyawan... ………. 18

Tabel 5.5 Distribusi Faktor Sikap Konsumerisme………. 44

Tabel 5.6 Hasil Data Perhitungan Secara Teroritis ……….. 45

Tabel 5.7 Pengkategorian dan Persentase Sikap Konsumerisme ………. 46

Tabel 5.8 Hasil Data Perhitungan Secara Teroritis ………. 46

Tabel 5.9 Pengkategorian dan Persentase Keputusan Menabung …... 47

Tabel 5.10 Tabel Penyusunan Variabel Dummy………. 48

(16)

xvi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian …...…………. 63 Lampiran 2. Data Pegawai Administrasi Yayasan Sanata Dharma …….. 68 Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Konsumerisme ....…… 74 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Keputusan Menabung ....…… 90 Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian …...…………. 101

(17)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penghasilan yang diperoleh seseorang yang bekerja biasa disebut

pendapatan. Pendapatan adalah sumber pemenuhan kebutuhan. Selain untuk

memenuhi kebutuhan, sebagian dari pendapatan tersebut bisa diinvestasikan

ke dalam berbagai bentuk, misalnya: tabungan, deposito, surat berharga,

emas, atau saham. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,

tabungan merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi

tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro, dan atau alat lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan jenis produk bank yang

paling banyak diminati oleh masyarakat karena mudah diadakan dan risiko

yang timbul sangat kecil. Pembukaan rekening tabungan juga tidak

memerlukan nominal uang yang besar. Besar kecilnya uang yang ditabung

pun tidak terbatas. Setiap nasabah dapat menabung dengan nominal yang

berbeda-beda tergantung kemampuannya. Model orang yang memiliki

perencanaan dalam keuangan yang baik, akan menyisihkan uang untuk

ditabung terlebih dahulu sebelum digunakan untuk konsumsi. Bukan

(18)

masyarakat yang membelanjakan pendapatan dulu sebelum menyisihkan

untuk ditabung. Hal tersebut mengakibatkan uang yang ditabung sangat kecil

dibanding pengeluaran yang terjadi atau bahkan tidak menabung sama sekali.

Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah

laku, dan sikap seseorang. Pola pikir setiap individu berbeda karena latar

belakang pendidikan yang berbeda. Jenjang pendidikan tertinggi

mempengaruhi cara berpikir masyarakat dalam manajemen diri, baik dalam

kehidupan pribadi maupun sosial. Buku-buku tentang ajakan menabung

cenderung hanya untuk anak-anak. Kebiasaan menabung memang harus

ditanamkan sejak dini. Tidak ada buku tentang ajakan menabung untuk orang

dewasa karena orang dewasa telah bisa mengelola keuangannya sendiri.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin dewasa cara pengambilan

keputusan dan perencanaan masa depannya. Namun demikian, kenyataan

yang terjadi malah sebaliknya. Banyak orang dewasa yang terjerat utang

karena tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan yang dimiliki seseorang, belum tentu

membentuk pola pikir yang sama dengan orang lain.

Lingkungan tempat tinggal tentunya mempunyai karakteristik yang

berbeda antara satu dan lainnya. Setiap kabupaten memiliki perbedaan, seperti

letak geografis, luas daerah, jumlah penduduk, dan karakteristik penduduk.

Perbedaan tersebut juga mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

kabupaten tersebut dalam bidang perekonomian dan teknologi informasi.

(19)

Kabupaten yang cepat dalam menerima infomasi dari luar, akan berkembang

dan memiliki fasilitas lengkap, misalnya: fasilitas perbankan seperti kantor

cabang, ATM (anjungan tunai mandiri), maupun fasilitas pembayaran dengan

menggunakan kartu debit dan kredit di pertokoan. Hal tersebut bisa menarik

minat masyarakat kabupaten ataupun kota madya tersebut untuk memiliki

tabungan dan menggunakan fasilitas serta kemudahan yang diberikan bank.

Seseorang yang tinggal di kabupaten yang memiliki kantor cabang bank dan

ATM cenderung akan berperilaku menyimpan uangnya dalam bentuk

tabungan. Berbeda dengan orang yang tinggal di kabupaten yang belum

banyak kantor cabang bank ataupun ATM. Mereka cenderung memilih

menyimpan uangnya dalam bentuk lain, yaitu membeli ternak atau sebidang

tanah. Meskipun ada juga yang akan tetap menabung di bank dengan mencari

bank di luar kabupaten tempat tinggalnya karena berpikir bahwa menyimpan

uang dalam bentuk tabungan lebih terjamin dan sewaktu-waktu bisa diambil;

berbeda dengan menginvestasikan dalam bentuk ternak yang memerlukan

pemeliharaan baik agar dapat bertahan hidup, dan jika sewaktu-waktu

membutuhkan uang harus menjualnya untuk mendapatkan uang cair.

Menurut Gilarso, kebutuhan (needs) manusia banyak dan beraneka

ragam sifatnya (2002:15). Makin banyaknya kebutuhan manusia tidak lepas

dari pengaruh perkembangan zaman. Zaman yang semakin maju, memacu

masyarakat untuk menjadi semakin modern juga. Masyarakat yang modern

(20)

gaya hidup masyarakat menjadi sorotan dunia. Misalnya: dulu, makanan perlu

waktu cukup lama untuk memasak; tapi sekarang, banyak beredar makanan

cepat saji, seperti makanan kaleng sampai restoran cepat saji. Walaupun

banyak peneliti makanan yang menilai makanan jenis ini tidak baik untuk

kesehatan tapi tetap menarik bagi masyarakat karena kepraktisannya. Tidak

hanya itu, pakaian juga menunjukkan arah gaya hidup yang lebih glamor. Hal

ini bisa dilihat dari banyaknya butik-butik di sekitar kita, yang selalu dipenuhi

pengunjung. Sebagian orang membeli pakaian karena benar-benar

membutuhkannya tapi ada orang yang membeli hanya sekadar ingin memiliki

pakaian tersebut untuk mengikuti tren dan tidak mau dikatakan ketinggalan

zaman. Selain itu, bisa kita lihat sekarang ini marak handphone Blackberry. Semua orang menginginkan handphone tersebut, padahal fungsi dan fiturnya

tidak jauh berbeda dengan handphone merek lain. Masyarakat memandang

nilai prestige lebih penting dibanding fungsi handphone itu sendiri.

Masyarakat rela menghamburkan uang berjuta-juta hanya untuk membeli

handphone.

Kebiasaan masyarakat menghabiskan uang, menunjukkan bahwa teori

perilaku konsumen sudah tidak lagi bisa dijadikan ukuran. Teori perilaku

konsumen menyatakan bahwa “Y = S + C”. Jadi, ”Y” sebagai pendapatan

dialokasikan pada ”S” sebagai tabungan dan ”C” sebagai konsumsi. Hal yang

kurang menonjol saat ini adalah posisi ”S” pada pola perilaku konsumen,

(21)

sehingga kebanyakan yang terjadi hanya Y = C. Mereka menghabiskan

seluruh pendapatannya untuk konsumsi, sehingga masyarakat tidak menabung

dikarenakan uang mereka sudah habis untuk konsumsi. Padahal mempunyai

tabungan sebagai simpanan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan yang

mendadak dan tidak terduga, seperti sakit. Oleh karena itu, diduga ada

pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan

sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tempat

tinggal, dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung; dan studi

kasus pada karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung

pada karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung

(22)

3. Apakah ada pengaruh tempat tinggal terhadap keputusan menabung pada

karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

4. Apakah ada pengaruh sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung

pada karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat

pendapatan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan sikap konsumerisme

terhadap keputusan menabung; dan studi kasus pada karyawan non-edukatif

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Karyawan

Penelitian ini diharapkan akan memberi arahan kepada karyawan dalam

mengelola keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

2. Bagi Lembaga Penghimpun Dana

Dengan penelitian ini, diharapkan lembaga penghimpun dana dapat

memahami keinginan masyarakat dan meningkatkan kualitasnya agar

masyarakat semakin percaya dan tertarik untuk menabung.

(23)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan

mendorong para karyawannya untuk menyisihkan pendapatannya dalam

rangka peningkatan taraf hidupnya dan menyukseskan program “Ayo

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Keputusan Menabung

a. Pengertian Menabung

Menurut Safir Senduk dalam bukunya Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak (1999:33), menabung adalah melakukan investasi ke dalam sebuah produk investasi, untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Freddy Pieloor (2010:53), menabung adalah tindakan lanjutan dari penyisihan yang telah anda lakukan dari setiap gaji atau rezeki yang anda peroleh.

Menabung dapat disimpulkan sebagai investasi di waktu yang akan datang, walaupun mengurangi jumlah uang saat ini. Saat ini dirasakan uang yang kita miliki berkurang, tapi di masa depan kita dapat menggunakannya.

b. Tujuan Menabung

Dalam http://yuknabung.blogspot.com/2008/03/tujuan-menabung.html, disampaikan bahwa tujuan menabung sebagai berikut:

(25)

1. Untuk dana darurat keluarga;

2. Untuk dana pendidikan anak-anak, termasuk menyiapkan

warisan atau masa depan yang baik untuk anak cucu; 3. Untuk dana pensiun di hari tua/masa depan lebih baik.

c. Keputusan

Menurut Leon dan Lislie (2008:485) bahwa ”seleksi terhadap dua pilihan altenatif atau lebih. Dengan kata lain, pilihan altenatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.”

Dari pengertian di atas, maka keputusan menabung bisa didefinisikan memilih untuk menabung atau tidak. Seseorang yang telah mengambil keputusan untuk menabung berarti telah menentukan tujuan yang mereka cari karena menabung memberi manfaat untuk hidup yang lebih baik di masa depan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputusan menabung

Dari hasil penelitian abstraksi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan menabung di Bank Mandiri (Persero), Tbk Cabang Mataram oleh Mohammad Ibnu Haikal (2004) menghasilkan:

(26)

10 c) Pelayanan yang baik dan benar,

d) Promosi dan hadiah, e) Lokasi dan keamanan bank.

2. Tingkat Pendapatan

Menurut Biro Pusat Statistik (Mulyanto dan Hans, 1985:93) dikemukakan bahwa ”pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur, dan kerja kadang-kadang dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah, dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah dan dari keuntungan sosial, yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.”

Pendapatan bisa disimpulkan sebagai hak setelah seseorang menyelesaikan atau melakukan pekerjaannya. Baik dari bekerja dengan pendapatan bulanan, mingguan, harian, dan jam kerja.

Mulyanto dan Hans (1985:98) menyebutkan faktor-fakor yang mempengaruhi pendapatan pokok adalah pekerjaan/jabatan, pendidikan, masa kerja, dan jumlah anggota keluarga.

3. Pendidikan

Ki Hajar Dewantara (Idris, 1992:1) mengemukakan bahwa ”pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup.”

(27)

Crow dan Crow (Idris, 1992:2) mengungkapkan bahwa ”pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan, serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.”

Menurut Driyarkara sebagaimana dikutip Idris (1992), ”pendidikan ialah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insan itulah yang menjelma dalam perbuatan mendidik.”

Dari beberapa pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses penemuan dan peningkatan kualitas hidup sehingga pola pikir seseorang menjadi lebih luas dan berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.

4. Daerah Tempat Tinggal

Menurut UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

(28)

12 misalnya ibu kota kabupaten atau ibu kota kecamatan, yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan.

Dapat disimpulkan kota merupakan suatu daerah yang memiliki wilayah batas administrasi dan penduduk relatif banyak, sektor agraris sedikit atau bahkan tidak ada, dan adanya suatu sistem pemerintahan.

5. Konsumerisme

a. Pengertian Konsumerisme

Menurut para siswi SMA Santa Ursula I (1983:14) bahwa ”konsumerisme berarti pola hidup dengan keinginan membeli barang-barang yang kurang/tidak diperlukan.”

Menurut Scholte dalam Globalization, hlm. 113,

konsumerisme menggambarkan perilaku manusia memperoleh dengan cepat (dan juga biasanya dengan cepat membuang) berbagai ragam barang yang disediakan untuk pengguna dengan segera tetapi kepuasannya berlangsung sebentar saja.

Konsumerisme dapat diartikan sebagai perilaku yang cenderung menghabiskan pendapatannya untuk memuaskan kebutuhannya secara berlebihan.

b. Faktor Penunjang Berkembangnya Konsumerisme

Menurut para siswi SMA Santa Ursula I (1983:14), faktor pendukung berkembangnya konsumerisme ada dua,

(29)

yaitu faktor dari luar dan dalam manusia. Kedua faktor tersebut sebagai berikut:

1. Faktor dari luar manusia

Yang termasuk faktor ini, antara lain iklan, kurangnya perlindungan konsumen, dan westernisasi yang juga meliputi kemajuan teknologi.

2. Faktor dari dalam manusia

Faktor ini merupakan faktor penentu dari berkembangnya arus konsumerisme, karena semua tindakan manusia bukanlah berasal dari pemikiran dan hati. Yang termasuk faktor ini, antara lain taraf pendidikan yang rendah dan gengsi, sedangkan hal-hal lain berkembang dari kedua hal tersebut.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Tingkat Pendapatan Berpengaruh Positif Terhadap

Keputusan Menabung

(30)

14 Tingkat pendapatan adalah tinggi atau rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Pendapatan setiap karyawan berbeda-beda walaupun berada dalam perusahaan yang sama. Tingkat pendapatan diduga mempengaruhi keputusan menabung karyawan. Karyawan yang memiliki pendapatan tinggi mempunyai uang lebih setelah memenuhi kebutuhan hidupnya. Karyawan yang mempunyai pendapatan rendah diduga tidak memilih untuk menabung karena uang mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Pengaruh tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap

keputusan menabung

Keputusan menabung adalah memilih di antara dua pilihan altenatif untuk menabung atau tidak. Untuk membuat keputusan menabung, diperlukan beberapa pertimbangan, seperti bunga yang akan didapat, biaya administrasi yang dikenakan, serta jenis tabungan yang akan dipilih.

Tingkat pendidikan menunjuk pada jenjang pendidikan karyawan yang membentuk pola pikir dalam manajemen atau pengelolaan keuangan mereka. Tingkat pendidikan diduga mempengaruhi keputusan karyawan untuk menabung. Karyawan berpendidikan tinggi memiliki pola pikir yang lebih luas terhadap manfaat memiliki tabungan dan merencanakan masa depan yang

(31)

lebih baik. Karyawan yang pendidikannya rendah tidak berpikir ada manfaat lain dari sebuah tabungan yang dimilikinya.

3. Pengaruh daerah tempat tinggal berpengaruh positif terhadap

keputusan menabung

Keputusan menabung karyawan merupakan pilihan antara perilaku menabung dan tidak, yang dilakukan karyawan atas uang yang dimilikinya. Daerah tempat tinggal adalah wilayah yang dihuni masyarakat untuk menetap. Daerah tempat tinggal yang mempunyai jarak dekat dengan pusat perkotaan dan kemudahan dalam memperoleh fasilitas dan informasi mempengaruhi pembentukan sosial karyawan. Daerah tempat tinggal juga diduga mempengaruhi keputusan menabung karyawan. Karyawan yang tinggal di kabupaten atau kota madya yang berkembang dengan baik akan mendapat informasi perbankan dan akan memutuskan untuk menabung di bank. Karyawan yang tinggal di kabupaten atau kota madya yang bidang perbankannya tidak berkembang, tidak akan tertarik untuk menyimpan uangnya di bank.

4. Pengaruh sikap konsumerisme berpengaruh negatif terhadap

keputusan menabung

(32)

16 karyawan banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri, misalnya sikap konsumerisme karyawan itu sendiri.

Sikap konsumerisme adalah sikap pola hidup mengeluarkan uang lebih banyak dari kebutuhan sesungguhnya. Sikap konsumerisme yang akhir-akhir ini sangat mencolok juga mempengaruhi pola penggunaan uang karyawan. Makin tinggi sikap konsumerisme karyawan, makin tinggi pula tingkat pengeluarannya. Karyawan yang memiliki pendapatan tinggi cenderung menghabiskan uangnya untuk konsumsi dan tidak ada alokasi untuk ditabung. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat konsumerisme karyawan mengakibatkan semakin rendahnya keputusan karyawan untuk menabung. Sebaliknya, karyawan yang tingkat konsumerismenya rendah akan memiliki keputusan untuk menabung lebih tinggi.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diungkapkan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap

keputusan menabung,

2. Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap

keputusan menabung,

(33)

3. Ada pengaruh positif daerah tempat tinggal terhadap keputusan menabung,

4. Ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap

(34)

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi atau gejala sosial.

Menurut Sekaran (Suharsono, 2009:7), dilakukan untuk mengetahui dan mampu dalam menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah Universitas Sanata Dharma. Jl. Affandi, Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002.

Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April- Juni 2011.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma.

(35)

Objek penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung.

D. Populasi dan Sampel

“Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan” (Margono, 2007: 118) Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Universitas Sanata Dharma.

Margono (2007:121) menuliskan bahwa “sample adalah sebagai bagian dari populasi”. Sample dalam penelitian ini adalah karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma. Berikut ini daftar karyawan non edukatif Universitas Sanata Dharma yang dijadikan responden penelitian, yaitu:

Tabel 3.1

Daftar Jumlah Karyawan Responden Penelitian

No Unit Kerja Total Responden

1 Biro Administrasi Akademik 5

(36)

20

13 Fakultas Saints danTeknologi 12

14 Fakultas Sastra 2

22 Perpustakaan 12

23 Rektorat 3

24 Yayasan 3

Jumlah 130

Pengambilan sample untuk penelitian ini menggunakan teknik sampling acak proposional. Teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu karena jumlah setiap unit kerja berbeda. Alasan dipilihnya Universitas Sanata Dharma karena karyawan non edukatif di Universitas mempunyai banyak latar belakang pendidikan, pengalaman, tempat tinggal sehingga diduga mempengaruhi pola hidup masing-masing.

E. Operasional Variabel Penelitian

”Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai variasi nilai (misalnya variabel model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan sebaginya). Variabel dapat juga diartikan sebagi pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih” (Margono, 2007:133).

(37)

1. Variabel Keputusan Menabung

Keputusan menabung adalah tindakan karyawan dalam mengambil langkah untuk menabungkan uang hasil pendapatannya.

Dimensi yang mempengaruhi karyawan untuk memutuskan menabung dari hasil penelitian Mohammad Ibnu Haikal (2004):

a) Kepercayaan masyarakat

1) Riwayat suatu bank menjadi poin penting yang

dipertimbangkan sebelum memutuskan menabung 2) Banyaknya nasabah suatu bank

3) menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat 4) Stabilitas keuangan suatu bank menjadi penentu saya

dalam memilih tempat untuk menabung

5) Prestasi yang dicapai suatu bank memberikan nilai

tambah bagi saya untuk memutuskan tempat menabung

b)Tingkat bunga tabungan

1) Tingkat bunga tabungan/ deposito yang tinggi menjadi pertimbangan bagi saya untuk menabung di bank

2) Tingkat bunga kredit yang rendah menjadi

pertimbangan bagi saya untuk memilih bank

3) Dasar perhitungan bunga tabungan memperngaruhi

(38)

22

c) Pelayanan yang baik dan benar

1) Karyawan yang bekerja sesuai dengan bidang

keahliannya akan memberikan pelayanan yang lebih memuaskan

2) Gangguan sistem jaringan komputer yang sering terjadi mempengaruhi kualitas pelayanan pada nasabah

3) Petugas teller yang cekatan memberikan kepuasan yang lebih pada nasabah

4) Antrian yang panjang di teller membuat saya tidak

nyaman 

d)Promosi dan hadiah

1) Promosi yang bervariasi pada suatu bank membuat saya tertarik untuk menabung

2) Iklan yang berisi himbauan untuk gemar menabung

memberikan nilai tambah bagi saya untuk menabung 3) Hadiah yang bernilai tinggi yang ditawarkan suatu bank

membuat saya tertarik menabung

4) Bank yang sering mengadakan promosi dan pemberian

hadiah membuat daya tarik bagi saya untuk menabung

e) Lokasi dan keamanan bank

1) Saya memilih untuk menabung di suatu bank karena

lokasinya dekat tempat tinggal

2) Saya percaya bahwa uang tabungan di bank akan aman

(39)

3) Saya tetap khawatir dengan keamanan uang saya walaupun sudah ditabung di bank

4) Lokasi yang strategis menjadi penentu untuk saya

memutuskan menabung

Dimensi-dimensi tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner dan diukur dengan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat skala. Pemberian skor pada setiap pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skor Pernyataan Keputusan Menabung Karyawan

Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

4

2. Variabel Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan karyawan setiap bulannya secara rutin. Yang diukur dari pendapatan riil yang diterima. Pemberian skor untuk variable tingkat pendapatan adalah sebagai berikut:

Rp 750.000- Rp 1.500.000 skor 1

Rp1.500.000- Rp 3.000.000 skor 2 Rp3.000.000- Rp 6.000.000 skor 3

(40)

24

3. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan adalah pendidika terakhir yang ditempuh oleh karyawan selama hidupnya. Yang diukur dari pendidikan terakhir yang ditempuh karyawan. Pemberian skor untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:

SMA/SMK skor 1

D I skor 2

D III skor 3

S 1 skor 4

S 2 skor 5

4. Variabel Daerah Tempat Tinggal

Daerah tempat tinggal adalah kabupaten atau kota madya tempat tinggal karyawan saat ini. Pemberian skor untuk variabel daerah tempat tinggal adalah sebagai berikut:

Kotamadya Yogyakarta skor 1

(41)

5. Variabel Sikap Konsumerisme

Sikap konsumerisme adalah sikap pola konsumsi karyawan. Dimensi sikap konsumerisme menurut para siswi SMA Santa Ursula I (1983:14) adalah

a. Faktor dari dalam manusia - Taraf pendidikan yang rendah - Gengsi atau prestise

b. Faktor dari luar manusia

- Iklan

- Kurangnya perlindungan konsumen

- Westernisasi

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner dan diukur dengan skala Likert yang dimodifikasi menjadi empat skala. Pemberian skor pada setiap pertanyaan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Skor Pernyataan Sikap Konsumerisme Karyawan

Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

4

F. Teknik Pengumpulan Data

(42)

26

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden” (Margono, 2007:167). Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data keputusan menabung karyawan dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah tempat tinggal, dan sikap konsumerisme.

G. Pengujian Kuesioner

1. Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Imam Ghozali, 2005:45). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor jawaban setiap item pertanyaan dengan skor total. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment (Husein Umar, 2003:78), sebagai berikut:

Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Y = skor total item

X = skor item

n = jumlah responden

(43)

Besarnya nilai r dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi 5 %. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel, maka butir soal tersebut

dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, maka butir soal tersebut tidak valid.

Uji validitas dilakukan pada responden karyawan sebanyak 30 orang yang semuanya termasuk didalam sampel penelitian. Kesimpulan hasil pengujian validitas diperoleh dengan membandingkan r hitung dengan rtabel untuk N=30 sebesar 0,361

dengan taraf signifikasi 5%.

Dari semua pertanyaan yang diuji, yakni 20 pertanyaan untuk keputusan menabung sejumlah 9 item valid setelah 4 kali diuji validitasnya dan 36 pertanyaan untuk sikap konsumerisme diperoleh hasil 30 item valid setelah 2 kali uji validitas.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Item Variabel Keputusan Menabung

Karyawan

No. Item Validitas Keterangan

r hitung r tabel

(taraf signifikan 5%)

2 0,569 0,361 Valid

4 0,609 0,361 Valid

(44)

28

Hasil Uji Validitas Item Sikap Konsumerisme

Karyawan

No. Item Validitas Keterangan

r hitung r tabel

(45)

15 0,491 0,361 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

(46)

30

memberikan jaminan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya. Realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Imam Ghozali, 2005:41). Perhitungan reliabilitas didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Husein Umar, 2003:90), sebagai berikut:

 

Menurut Husein Umar (2003:91), nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n = jumlah responden

X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor

butir pertanyaan)

(47)

Jika nilai alpha lebih dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika nilai alpha kurang dari 0,6 maka instrumen penelitian dinyatakan tidak reliabel (Husein Umar, 2003:92). Setelah dilakukan pengujian reliabilitas maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sub Variabel Nilai Alpha Chonbach Kesimpulan

Keputusan Menabung 0,885 Reliabel

Sikap Konsumerisme 0,948 Reliabel

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif.

1. Deskriptif Data

(48)

32

2. Pengujian hipotesis

Untuk menguji hipotesis dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Perumusan Hipotesis

Ho1 = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendapatan

terhadap keputusan menabung

Ha1 = Ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap

keputusan menabung

Ho2 = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendidikan

terhadap keputusan menabung

Ha2 = Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap

keputusan menabung

Ho3 = Tidak ada pengaruh positif daerah tempat tinggal

terhadap keputusan menabung

Ha3 = Ada pengaruh positif daerah tempat tinggal

terhadap keputusan menabung

Ho4 = Tidak ada pengaruh negatif sikap konsumerisme

terhadap keputusan menabung

Ha4 = Ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap

keputusan menabung b. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis menggunakan model regresi dengan variabel dummy.

(49)

c. Pengambilan Keputusan

(50)

34

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma

1. PTPG Sanata Dharma (1955-1958)

Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh

Prof. Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan

RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo

Societas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini

telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De

Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa

Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van der

Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. Dengan dukungan dari

Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu

menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan

kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma

pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal

17 Desember 1955.

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 jurusan, yaitu

Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat

Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG

Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama “Sanata

Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi

(51)

pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali

Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma”

yang artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”.

Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria

et Eclessia).

2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)

Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini

Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan

PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958

berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma

dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta.

Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status “disamakan”

dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961 pada tanggal 6 Mei

1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas

Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.

3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)

Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universita

Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata

Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah

menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP

No.237/B-Swt/U/1965. Surat keputusan itu berlaku mulai tanggal 1 September 1965.

(52)

36

IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program

Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada

tahun 1990 dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD (Pendidikan

Guru Sekolah Dasar).

4. Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)

Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK

Mendikbud No.46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi

Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan

perkembangan ini, USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan

guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma

terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping

tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP

(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa

fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas

dengan 25 Program Studi, 3 Program Pasca Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3

Program Khusus Bersertifikat. Sekarang ini banyak hal berkembang di

Universitas Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik

sarana fisik (gedung, lab, perpustakaan, dan fasilitas fisik lainnya),

administrasi (sistem informasi, manajemen, biro/lembaga/pusat/serta unit

(53)

pendukung), peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta

pengabdian pada masyarakat.

5. Nama-nama yang pernah menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma:

a. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. (1955-1967)

b. Drs. J. Drost, S.J. (1968-1976)

c. Prof. Dr. A.M. Kadarman, S.J. (1977-1984)

d. Drs. F.X. Danuwinata, S.J. (1984-1988)

e. Drs. A. Tutoyo, M.Sc. (1988-1993)

f. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. (1993-2001)

g. Dr. Paulus Suparno, S.J., MST (2001-2006)

h. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc. (2006-sekarang)

B. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma

1. Visi

Universitas Sanata Dharma (USD) didirikan oleh Serikat Yesus

Provinsi Indonesia bersama dengan rekan imam dan awam Katolik untuk

berpartisipasi dalam usaha melindungi dan meningkatkan martabat manusia

dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai kemanusiaan.

a. Universitas Sanata Dharma terdorong untuk terus mencari, menemukan,

dan mengungkapkan kebenaran secara obyektif dengan kebebasannya. Hal

itu didasarkan pada pengakuan akan kebaikan hakiki dunia sebagai ciptaan

(54)

38

dibangun dan dilestarikan demi kesejahteraan umat manusia dan

kemuliaan Allah yang lebih besar.

b. Menyadari peran penting generasi muda dalam mewujudkan masa depan

bangsa Indonesia. Universitas Sanata Dharma merasa terpanggil untuk

memberikan sumbangan positif kepada usaha bersama dalam

pengembangan pikiran, hati, dan kehendak kaum muda, dengan maksud

membangkitkan potensi mereka untuk secara aktif dan kreatif ikut

membangun masyarakat pluralistic yang adil, demokratis, dan sejahtera.

c. Usaha pengembangan itu didasarkan pada nilai kebangsaan dan

kebudayaan nasional seperti terungkap dalam Pancasila dan UUD 1945.

Pada visi kristiani mengenai martabat manusia sebagai ciptaan Allah,

tanggung jawab sosialnya serta tujuannya yang luhur dan pada

spiritualitas Ignatian yang terwujud dalam arah pendidikan Serikat Yesus

seperti “menjadi manusia bagi sesama” (men and women for and with

others), perhatian pribadi (cura personalis), serta semangat keunggulan

(magis) dan dialogis.

2. Misi

a. Mengembangkan sistem pendidikan yang dapat memadukan keunggulan

akademik dan nilai kemanusiaan.

b. Mengembangkan universitas yang dapat menjadi hati nurani kritis

masyarakat.

(55)

c. Menyelenggarakan penelitian terutama untuk lebih menggali secara kritis

kebenaran manusiawi dan mengembangkan martabat manusia.

d. Mengembangkan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk dapat

menemukan kebenaran berdasarkan pada etika keilmuan.

e. Menyelenggarakan pendidikan yang humanis dengan semangat dialogis

yang mengembangkan segi intelektual, moral, emosional, dan spiritual

secara terpadu.

f. Membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan

dapat berguna bagi masyarakat.

g. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus membantu

mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan social terhadap masyarakat.

h. Mempersiapkan tenaga yang professional, baik dalam bidang keilmuan

maupun dalam bidang kependidikan.

3. Tujuan Pendidikan

Pendidikan di USD bertujuan membantu mencerdaskan putra-putri

bangsa dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistic

yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani yang universal dan cita-cita

kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila, sehingga memiliki

kemampuan akademik sesuai dengan bidang studinya dan integritas

(56)

40

C. Struktur Organisasi

Keterangan:

: Garis komando : Garis koordinasi

1. Senat Fakultas merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di tingkat

fakultas yang memiliki wewenang dalam menjabarkan kebijakan dan

peraturan universitas untuk fakultas.

SENAT FAKULTAS

Unit MKK Fakultas (MKDK)

LPPM DEKAN FKIP

WD I WD II

Pusat Penelitian & Pelayanan Pendidikan (PA) Unit PPL dan

Laboratorium Micro Teaching Unit Tata Usaha

JIP

(57)

2. Dekan FKIP memimpin FKIP dibantu oleh WD I (Wakil Dekan I bidang

akademik) dan WD II (Wakil Dekan II bidang administrasi umum dan bidang

keuangan). Tugas Dekan dan Wakil Dekan (Staf Dekanat) adalah sebagai

berikut:

a. Dekan bertugas memimpin penyelenggaraan pendidikan, pengajaran,

penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, membina tenaga

kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi, dan bertanggung jawab

kepada Rektor.

b. Wakil Dekan I (WD I) bertugas membantu dekan dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan di bidang akademik yang meliputi pengajaran,

penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

c. Wakil Dekan II (WD II) bertugas membantu Dekan dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan.

d. Tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan di bidang

pendidikan yang bersifat kokurikuler dan ekstrakurikuler serta

kemahasiswaan menjadi tanggung jawab bersama Staf Dekanat,

sedangkan urusan yang berhubungan dengan keuangan kegiatan

kemahasiswaan tingkat fakultas dikelola oleh WD II.

3. Unit MKK Fakultas (MKDK) bertugas mengatur dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan Mata Kuliah Keahlian (MKK) fakultas atau Mata Kuliah

Dasar Keahlian (MKDK) di lingkup fakultas. Unit ini dipimpin oleh WD I

(58)

42

4. Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4) bertugas membantu dan

mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pelayanan pendidikan kepada

masyarakat luar dan membagikan berbagai tugas tersebut kepada dosen-dosen

yang terkait dalam koordinasi dengan dekanat FKIP. P4 dipimpin oleh kepala

P4.

5. Unit tata usaha menyelenggarakan administrasi kegiatan akademik pada

tiap-tiap program studi. Unit tata usaha dalam menjalankan tugasnya berada di

bawah koordinasi Wakil Dekan II. Unit tata usaha FKIP dipimpin oleh

seorang Kepala Tata Usaha (KTU) yang bertanggung jawab langsung kepada

WD II.

6. Unit PPL bertugas mengatur dan mengkoordinasikan penyelenggaraan PPL

mahasiswa dalam lingkup fakultas dan mengelola Laboratorium Micro

Teaching fakultas. Unit PPL fakultas dipimpin oleh seorang ketua unit PPL

yang sekaligus menjadi koordinator Laboratorium Micro Teaching fakultas

dan bertanggung jawab langsung kepada dekan.

7. Ketua Jurusan (kajur) bertugas memimpin jurusan, dibantu oleh sekretaris

jurusan (sekjur).

8. Ketua program studi (kaprodi) bertugas memimpin prodi, dibantu oleh

seorang wakil ketua program studi (wakaprodi). Prodi adalah satuan

pelaksana pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk

satu keahlian tertentu.

(59)

9. Dosen tetap FKIP USD terdiri dari dosen yang diangkat oleh Yayasan Sanata

Dharma dan dosen PNS yang diperbantukan pada USD menjadi pegawai tetap

di lingkup FKIP dengan tugas untuk mengajar, mengadakan penelitian, dan

melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Setiap dosen tetap di lingkup

FKIP diindukkan pada suatu prodi sesuai dengan bidang keahlian yang

dimilikinya.

10.Dosen tidak tetap (DTT) FKIP USD adalah tenaga pendidik yang mendapat

surat tugas dari rektor USD dengan tugas untuk mengajar di suatu prodi di

lingkup FKIP USD untuk jangka waktu tertentu.

11.Mahasiswa FKIP USD adalah orang yang terdaftar sebagai peserta didik di

suatu program studi yang diselenggarakan oleh suatu jurusan atau prodi di

(60)

44

BAB V

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2011 sampai dengan akhir

Juni 2011. data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui

penyebaran kuesioner. Subjek penelitian ini adalah karyawan non-edukatif

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kuesioner yang dibagikan kepada

karyawan sebagai responden penelitian ini sebanyak 100 kuesioner. Secara

lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.1

Sebaran Responden Penelitian

No Unit Kerja Total Responden

1 Biro Administrasi Akademik 5

2 BAPSI 3

13 Fakultas Saints danTeknologi 10

14 Fakultas Sastra 2

15 Fakultas Teologi 3

16 FKIP 6

17 S2 2

(61)

18 MPK 1

19 Lembaga Bahasa 2

20 LPM 2

21 LPPM 3

22 Perpustakaan 10

23 Rektorat 3

24 Yayasan 3

Jumlah 100

Berikut ini diuraikan deskripsi responden penelitian berdasarkan tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, daerah tempat tinggal dan sikap

konsumerisme.

1. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan

pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase

1 SMA/SMK 61 61%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat

pendidikan terbanyak pertama adalah SMA/SMK dengan 61 karyawan

atau 61%, tingkat pendidikan terbanyak kedua adalah S1 sebanyak 20

(62)

46

atau 15%, selanjutnya tingkat pendidikan keempat dan kelima adalah

S2 dan D I.

a. Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan disajikan

pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

No Tingkat Pendapatan Frekuensi Presentase

1 Rp 750.000-Rp 1.500.000 25 25%

2 Rp 1.500.000-Rp 3.000.000 74 74%

3 Rp 3.000.000-Rp 6.000.000 1 1%

4 > Rp 6.000.000 0 0%

Total 100 100%

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat

pendapatan terbanyak pertama adalah tingkat pendapatan Rp

1.500.000-Rp 3.000.000 sebanyak 74 karyawan atau 74%, tingkat

pendapatan terbanyak kedua adalah Rp 750.000-Rp 1.500.000

sebanyak 25 karyawan atau 25%, selanjutnya pada tingkat ketiga

adalah Rp 3.000.000-Rp 6.000.000

b. Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal

Distribusi responden berdasarkan daerah tempat tinggal

disajikan pada tabel berikut ini:

(63)

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal

No Tingkat Pendapatan Frekuensi Presentase

1 Kotamadya Yogyakarta 14 14%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang tinggal di kabupaten

Sleman terbanyak pertama dengan jumlah responden 66 karyawan

atau 66%, terbanyak kedua adalah kotamadya Yogyakarta 14

karyawan atau 14% dan kabupaten Bantul terbanyak ketiga sebanyak

13 karyawan atau 13%, terbanyak keempat adalah kabupaten Kulon

Progo dengan jumlah 4 karyawan atau 4%. Selanjutanya kabupaten

Gunung Kidul dan kabupaten lainnya.

c. Berdasarkan Sikap Konsumerisme

Tabel 5.5

Distribusi Faktor Sikap Konsumerisme

No. Faktor Frekuensi Presentase

1. Faktor dari luar manusia 1.290 24,54%

(64)

48

Dari tabel diatas menunjukkan 75,46% sikap konsumerisme

karyawan dipengaruhi oleh faktor dari dalam manusia dan 24,54%

dipengaruhi oleh faktor dari luar manusia. Sehingga dapat disimpulkan

sikap konsumerisme karyawan lebih dipengaruhi dari dalam manusia.

Untuk mendapatkan gambaran secara umnum mengenai data

penelitian berilut diperoleh hasil pengolahan pada tabel berikut:

Tabel 5.6

Hasil data perhitungan data secara teoritis

Keterangan Data teoritis

Skor max 150

Skor min 30

Range (r) 120

Mean 90

Standar deviasi 3

Skor rentan minimum-maksimum adalah 150 sampai dengan 30

sehingga luas sebaran adalah 120. Dengan demikian setiap satuan

standarnya bernilai 3 dan mean teoritasnya adalah 90.

(65)

Dari tabel ditas digunakan penggolongan subjek ke dalam 5 kategori

diagnosis sikap konsumerisme, maka penggolongan keenam satuan

deviasi standar ke dalam 5 bagian, yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang,

rendah dan sangat rendah.

Tabel 5.7

Pengkategorian dan prosentase sikap konsumerisme

Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria

30-85.5 100 100% Sangat rendah

85,5-88,5 0 0% Rendah

88,5-91,5 0 0% Sedang

91,5-94,5 0 0% Tinggi

94,5-150 0 0% Sangat tinggi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan kriteria sikap

konsumerisme karyawan sangat rendah dengan prosentase 100%

d. Keputusan Menabung

Tabel 5.8

Hasil data perhitungan data secara teoritis

Keterangan Data teoritis

Skor max 45

Skor min 9

(66)

50

Mean 27

Standar deviasi 3

Skor rentan minimum-maksimum adalah 45 sampai dengan 9

sehingga luas sebaran (range) adalah 36. Dengan demikian setiap

satuan standarnya bernilai 3 dan mean teoritasnya adalah 27.

Dari tabel ditas digunakan penggolongan subjek ke dalam 5

kategori diagnosis keputusan menabung, maka penggolongan keenam

satuan deviasi standar ke dalam 5 bagian, yaitu, sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah dan sangat rendah.

Tabel 5.9

Pengkategorian dan prosentase keputusan menabung

Kategori Frekuensi Prosentase Kriteria

9-22,5 3 3% Sangat rendah

22,5-25,5 11 11% Rendah

25,5-28,5 14 14% Sedang

28,5-31,5 26 26% Tinggi

31,5-45 46 46% Sangat tinggi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan kriteria keputusan

menabung karyawan dikategorikan sangat rendah 3 orang (3%),

rendah 11 orang (11%), sedang 14 orang (14%), tinggi 26 orang (26%)

(67)

dan sangat tinggi 46 orang (46%). Dengan demikian keputusan

menabung karyawan cenderung sangat tinggi.

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi

dengan variable dummy. Cara pemberian kode dummy menggunakan kategori

yang dinyatakan dengan angka 1 atau 0. Kelompok yang diberi nilai dummy 0 (nol) disebut excluded group, sedangkan kelompok yang diberi niali dummy 1 (satu) disebut included group.

Tabel 5.10

Tabel penyusunan variable dummy

(68)

52

Berikut ini disajikan perhitungan model regresi dengan variable dummy:

Tabel 5.11

Hasil Output SPSS

Model Unstandardized a. Dependent Variabel : Keputusan Menabung

1. Pengaruh tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung.

a. Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap

keputusan menabung

Ha = Ada pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap keputusan

menabung.

b. Pengujian Hipotesis

Dengan bantuan program SPSS for windows versi 12,0 telah

diketahui nilai koefisien tingkat pendapatan sebesar -2,345 dengan tingkat

signifikansi 0,041. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

maka kedua variabel signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan

(69)

bahwa ada pengaruh antara tingkat pendapatan karyawan dengan

keputusan menabung mereka.

2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung

a. Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap

keputusan menabung

Ha = Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap keputusan

menabung

b. Pengujian Hipotesis

Dengan bantuan program SPSS for windows versi 12,0 telah diketahui nilai koefisien tingkat pendidikan sebesar 0,298 dengan tingkat

signifikansi 0,444. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

maka kedua variabel tidak signifikan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan pada keputusan

menabung karyawan.

3. Pengaruh daerah tempat tinggal terhadap keputusan menabung

a. Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh positif daerah tempat tinggal terhadap

keputusan menabung

Ha = Ada pengaruh positif daerah tempat tinggal terhadap

(70)

54

b. Pengujian Hipotesis

Daerah tempat tinggal disusun secara dummy dengan 6 kategori maka

ada 5 variabel dummy (k-1 atau 6-1=5). Dengan bantuan program SPSS

for windows versi 12,0 telah diketahui nilai koefisien untuk daerah tempat tinggal Sleman adalah -,326 dengan tingkat signifikansi 0,822, untuk

daerah tempat tinggal Kulon Progo adalah -,464 dengan tingkat

signifikansi 0,868, untuk daerah tempat tinggal Bantul adalah -1,604

dengan tingkat signifikansi 0,400, untuk daerah tempat tinggal Gunung

Kidul adalah 9,454 dengan tingkat signifikansi 0,012, sedangkan untuk

daerah tempat tinggal lainnya diluar D. I. Yogyakarta adalah 0,410 dengan

tingkat signifikansi 0,936.

Variabel dummy daerah tempat tinggal menunjukkan bahwa

dibandingkan dengan daerah tempat tinggal Kotamadya Yogyakarta

(excluded group), daerah tempat tinggal kabupaten Sleman mempunyai

keputusan menabung lebih rendah 32%, daerah tempat tinggal kabupaten

Kulon Progo lebih rendah 46,4 %, daerah tempat tinggal kabupaten Bantul

juga lebih rendah 160,4% dibandingkan dengan daerah tempat tinggal

kotamadya Yogyakarta. Sedangkan daerah tempat tinggal kabupaten

Gunung Kidul lebih tinggi 945,4% dari pada kotamadya Yogyakarta, juga

kabupaten lainnya diluar D. I. Yogyakarta lebih tinggi 41% dibandingkan

kotamadya Yogyakarta. Dilihat dari nilai signifikansi hanya satu daerah

tempat tinggal yang berpengaruh secara signifikan yaitu kabupaten

(71)

Gunung Kidul. Sedangkan daerah tempat tinggal lainnya secara statistik

tidak signifikan, yang berarti tidak ada pengaruh variabel dummy terhadap variabel keputusan menabung.

4. Pengaruh sikap konsumerisme terhadap keputusan menabung

a. Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap

keputusan menabung

Ha = Ada pengaruh negatif sikap konsumerisme terhadap keputusan

menabung

b. Pengujian Hipotesis

Dengan bantuan program SPSS for windows versi 12,0 telah diketahui nilai koefisien sikap konsumerisme sebesar 0,077 dengan tingkat

signifikansi 0,054. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

maka kedua variabel tidak signifikan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh sikap konsumerisme terhadap

keputusan menabung karyawan.

C. Pembahasan

1. Pengaruh tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara tingkat pendapatan terhadap keputusan menabung pada karyawan

Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat

(72)

56

1.500.000-Rp 3.000.000. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendapatan

karyawan non-edukatif Universitas Sanata Dharma adalah cukup.

Tingkat pendapatan karyawan non edukatif Universitas Sanata

Dharma dalam golongan cukup. Hal ini menunjukkan taraf kehidupan mereka

cukup baik. Tingkat pendapatan yang cukup ini bisa dimanfaatkan oleh

karyawan untuk mengelola keuangan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan yang akan datang. Pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari

bisa tercukupi sehingga ada sisa untuk ditabung.

2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang

signifikan antara tingkat pendidikan terhadap keputusan menabung pada

karyawan hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat

pendidikan karyawan Sanata Dharma non-edukatif adalah SMA/SMK (61%).

Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan karyawan non-edukatif

Universitas Sanata Dharma adalah rendah.

Tingkat pendidikan mempengaruhi pola berfikir karyawan terhadap

masa depan mereka sendiri dan keluarganya. Pendidikan yang tinggi biasanya

karyawan akan termotivasi untuk menata masa depan mereka agar terjamin,

misalnya keterjaminan atas pendidikan anak mereka, masa pensiun mereka

setelah tidak lagi bekerja dan setiap tindakan yang akan dilakukan pasti akan

mempertimbangkan banyak hal termasuk masalah keuangan. Jika tidak

(73)

dipertimbangan secara benar dapat menganggu keuangan keluarga dan

mengakibatkan banyak hutang.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat

pendidikan karyawan terhadap keputusan menabung mereka. Hal ini

dikarenakan tidak ada ketertarikan atau perhatian khusus bagi karyawan untuk

menabung. Keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mendukung

menyebabkan masyarakat tidak berpikir untuk menabung karena harus

memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pola pikir ini didasari pada lebih

pentingnya kebutuhan sekarang dari pada dimasa depan.

3. Pengaruh daerah tempat tinggal berpengaruh positif terhadap keputusan

menabung

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua daerah tempat

tinggal berpengaruh signifikan terhadap keputusan menabung. Hanya

kabupaten Gunung Kidul saja yang signifikan berpengaruh terhadap

keputusan menabung. Sedangkan daerah tempat tinggal lainnya tidak

signifikan terhadap keputusan menabung.

Kebiasaan menabung seharusnya tercipta dari lingkungan kecil dahulu

yaitu keluarga, lalu berkembang ke masyarakat. Dari keluarga yang sadar

akan pentingnya menabung membuat keadaan perekonomian keluarga

tersebut menjadi lebih baik. Setiap pengeluaran teratur sehingga pendapatan

(74)

58

memunculkan kebiasaan baik dan meningkatkan kualitas hidup keluarga serta

meningkatkan perekonomian daerah tersebut.

Karyawan yang bertempat tinggal di kabupaten Sleman, Kulon Progo,

Bantul, dan kabupaten lainnya tidak tertarik untuk menabung kemungkinan

bisa karena pola hidup di kabupaten mereka yang tidak lagi membiasakan diri

untuk menabung. Lain halnya dengan karyawan yang bertempat tinggal di

kabupaten Gunung Kidul yang lebih sadar akan pentingnya menabung untuk

masa depan dan kualitas hidup mereka.

4. Pengaruh sikap konsumerisme berpengaruh negatif terhadap keputusan

menabung

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh sikap konsumerisme

terhadap keputusan menabung. Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa

sikap konsumerisme karyawan Univeristas Sanata Dharma non-edukatif

adalah sangat rendah.

Tingginya permintaan dari konsumen menunjukkan sikap

konsumerisme yang tinggi. Tingginya sikap konsumerisme masyarakat dapat

mengakibatkan tidak terkontrolnya stabilitas keuangan masyarakat itu sendiri.

Misalnya saja, pendapatan mereka jauh lebih kecil daripada pengeluaran

untuk konsumsi. Sama seperti pepatah ”Besar pasak daripada tiang”, hal

tersebut dapat merugikan masyarakat itu sendiri dan merugikan perekonomian

(75)

secara keseluruhan. Orang yang tidak bisa mengatasi sikap konsumerismenya

dengan baik akan merugikan dirinya sendiri di masa depan.

Hasil penelitian menunjukkan sikap konsumerisme yang sangat

rendah dan tidak ada pengaruh pada keputusan menabung mereka. Hal ini

mungkin karena pendapatan yang diperoleh cukup untuk konsumsi

sehari-hari, sehingga kurang tertarik untuk menabung sebagian dari penghasilan

mereka. Kebutuhan sehari-hari mereka sudah cukup membuat mereka untuk

menghabiskan pendapatan yang telah mereka terima setelah bekerja selama

satu bulan. Oleh karena itu, sikap konsumerisme rendah tidak mempengaruhi

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Karyawan Responden Penelitian
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Keputusan Menabung Karyawan
Tabel 3.3 Skor Pernyataan Sikap Konsumerisme Karyawan
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Variabel Keputusan Menabung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak semua informan masyarakat gunung terang menjadikan pengalaman yang sama dalam mengambil tindakan atau tanggapan untuk menonton tayanga mikrofon pelunas hutang,

Tutkimuksessa tarkastellaan, millä tavoin Kelaan suhtaudutaan asuinpaikkakunnilla, joissa Kelan palvelutoiminnan muutokset ovat ilmentyneet toimistojen sulkemisina. Tutkimuksessa

W at ermarking merupakan suat u bent uk dari st eganography, yait u ilmu yang mempelajari bagaimana menyembunyikan suat u dat a pada dat a yang lain. Pada akhir abad 13,

Dengan menampilkan sampul majalah yang mengandung daya tarik seksual menjadi indikasi bahwa materi seks adalah topik yang dijual untuk menarik perhatian

positif dan signifikan berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui kepuasan kerja perajin perak. 6) Lingkungan kerja secara positif dan signifikan

Berdasarkan uraian diatas, maka ketentuan perpajakan yang mengatur tentang Pemeriksaan wajib pajak badan tidak bertentangan dengan peraturan diatasnya, karena apa yang diamanatkan

Pengendalian bahan baku sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan, penulis memberikan rekomendasi hal-hal berikut untuk perbaikan dalam pengendalian bahan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjud ul