HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP STATUS SOSIAL GURU DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT
MAHASISWA MENJADI GURU
Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Sari Nolowati NIM: 041334083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP STATUS SOSIAL GURU DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT
MAHASISWA MENJADI GURU
Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Sari Nolowati NIM: 041334083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Bersukac
Marilah
Aku
M
Ke
Perca
citalah da
dan ber
h kepada-K
u akan mem
Oleh ka
Mintalah
Carilah
etuklah, m
ayalah……
M
lam pengh
rtekunlah
Ku semu
mberi kele
arena itu
h, maka a
h, maka
maka pin
(Lu
…….! Tak a
iv
OTTO
harapan, s
dalam do
a yang let
egaan kepa
Aku berk
akan dib
kamu ak
ntu akan
ukas 11 :
ada perju
O
sabarlah d
a! (Roma
tih lesu da
adamu (M
rkata kep
berikan k
kan mend
n dibukak
: 9)
uangan
dalam kes
12 : 22)
an berbeba
Matius 11 :
H
B
Bahwa
Denga Tuh Bun Ora Ch. setia Adi My & sHALAM
Bersyukur
asanya u
n penuh ras
han Yesus
nda Maria
ang tuaku te
Sumarsih y
ap doa-doan
ikku Puteri
y lovely Pap
semangat ya
MAN P
rlah kepa
untuk sela
(M
sa syukur, k
X-tus sah
yang selalu
ercinta Bap
yang selalu
nya
i yang udah
pa Dix’s a
ang udah dib
v
PERS
ada Tuha
ama-lama
Mzm 118:
kupersembahhabat dan ju
u menguatka
pak Als. W
mencintai a
h mau menga
tas segenap berikan untu
SEMB
an, sebab
anya kas
1)
hkan karya uru selamatkan & meny
W. Tjipto S
aku & men
antar jempu
p cinta, kasi
ukku
BAHAN
b Ia baik
sih
kecilku ini ku yalakan sem Subagjo & nyertakan akt aku ke ka
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Status Sosial Guru dan Prestasi Belajar dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dorongan, dan perhatian yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
ix
5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. dan Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan.
6. Seluruh Bapak & Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan, kritik, saran, dan bimbingan selama penulis belajar di USD.
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran dalam proses belajar selama ini.
8. Seluruh Ketua Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian terhadap mahasiswanya.
9. Seluruh keluargaku: Orang tuaku tercinta Bapak Als. W. Tjipto Subagjo & Ibu Ch. Sumarsih yang selalu mencintai aku, menyemangati aku, membimbing aku, & menyertakan aku dalam setiap doa-doanya, adikku Poet-3 yang udah bersedia mengantar jemput aku ke kampus,
x
menghibur aku, Ade Bening yang mungil (melihatmu hilangkan penatku), dan seluruh keluargaku yang tak pernah bosan membantu aku saat aku membutuhkan.
10.Belahan jiwaku Papa Dix’s yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan dan doa kepadaku. Pa,,, akhirnya aku lulus juga. Thanks for all. Aku sayang kamu.
11.Sahabat-sahabat terbaikku: Isna yang jauh disana (thanks udah mau mendengarkan curhatku & menyemangati aku), Octa, Ndut, V-3, Lusi, Dwi Indarti (terimakasih untuk kebersamaannya selama ini), Jenk Ekak (makasih udah kasih tempat untuk istirahat dan makan gratisnya, he he he…), Anastasia Ember (thanks buku psikologinya…) Aroem (ayo Rum… Semangat…!), Oe-Oet (meski kita tak lagi sejalan, tapi makasih untuk persahabatan kita saat lalu), Anna (Thanks yach…. udah diajari interpolasinya), & thanks to segenap komunitas PAK B dan PAK A atas kebersamaan kita selama ini.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan terbuka bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP STATUS SOSIAL GURU DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT
MAHASISWA MENJADI GURU
Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2005
Sari Nolowati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara; (1) Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat menjadi guru; (2) Prestasi belajar mahasiswa dengan minat menjadi guru; (3) Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru.
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan April 2009. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2005 yang sudah mengambil Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II sebanyak 348 orang. Sampel dari penelitian ini sebanyak 70 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat
menjadi guru, hal ini dapat dilihat dari nilai rhitung = 0,684 > rtabel = 0,306 dan nilai
thitung = 7,726 > ttabel = 2,654; (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara
prestasi belajar mahasiswa dengan minat menjadi guru, hal ini dapat dilihat dari nilai rhitung = 0,636 > 0,306 dan nilai thitung = 6,792 > ttabel = 2,654; (3) Ada
hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru, hal ini dapat dilihat dari nilai Rhitung = 0,750 dan R2 = 0,562 serta nilai Fhitung= 42,984 >
xii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S PERCEPTION TOWARD THE TEACHER SOCIAL STATUS, ACADEMIC LEARNING
ACHIEVEMENT AND STUDENT’S INTEREST FOR BEING A TEACHER
A Case Study: Student’s of Faculty of Education and Teacher Training (“FKIP”) Sanata Dharma University Yogyakarta at 2005 generation
Sari Nolowati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The purpose of this research is to find out relationship between; (1) student’s perception toward the teacher social status and student’s interest for being a teacher; (2) academic learning achievement and student’s interest for being a teacher; (3) student’s perception toward the teacher social status, academic learning achievement and student’s interest for being a teacher.
This research took ”Sanata Dharma University” Yogyakarta as the setting of the research on April until May 2009. This research population was 348 student’s of “FKIP” Sanata Dharma University at 2005 generation who have attended the fieldwork training (“PPL”) II. The samples were 70 student’s. The technique in sample taking was proportional random sampling. The instrument of the research were questionnaire, interview, and documentation. This research used coefficient correlation product moment as the data analysis technique.
The research show that; (1) there is positive and significant relationship between student’s perception toward the teacher social status and student’s interest for being a teacher, it can be seen from the value of rcount = 0,684 > rtable =
0,306 and value of tcount = 7,726 > ttable = 2,654; (2) there is positive and
significant relationship between academic learning achievement and student’s interest for being a teacher, it can be seen from the value of rcount = 0,636 > rtable =
0,306 and value of tcount = 6,792 > ttable = 2,654; (3) there is positive and
significant relationship between student’s perception toward the teacher social status, academic learning achievement and student’s interest for being a teacher, it can be seen from the value of Rcount = 0,750 and R2 = 0,562 and value of Fcount=
42,984 > Ftable = 4,138.
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 6
xiv
Minat ... 6
1. Pengertian Minat ... 6
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ... 7
3. Macam-macam Minat ... 8
Persepsi ... 9
1. Pengertian Persepsi ... 9
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 11
Status Sosial ... 12
1. Pengertian Status Sosial ... 12
2. Jenis-jenis Status (Kedudukan) Sosial ... 14
3. Aspek Sosial ... 15
4. Status Sosial Guru ... 15
B. Kerangka Berpikir ... 23
C. Model Penelitian ... 28
D. Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29
1. Subyek Penelitian ... 29
2. Obyek Penelitian ... 30
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
1. Populasi dan Sampel ... 30
2. Teknik Pengambilan Sampel ... 31
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 32
1. Variabel Penelitian ... 32
2. Pengukuran Variabel Penelitian ... 32
xv
1. Teknik Dokumentasi ... 37
2. Wawancara ... 37
3. Kuesioner ... 38
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 38
1. Pengujian Validitas Instrumen ... 38
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 41
H. Teknik Analisis Data ... 43
1. Deskripsi Variabel ... 43
2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 43
3. Pengujian Hipotesis ... 45
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Deskripsi Data ... 51
B. Analisis Deskriptif ... 51
1. Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru ... 52
2. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 53
3. Minat Mahasiswa Menjadi Guru ... 53
C. Analisis Data ... 54
1. Uji Normalitas ... 54
2. Uji Linieritas ... 55
D. Pengujian Hipotesis ... 56
1. Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru dengan Minat Menjadi Guru ... 56
2. Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Minat Menjadi Guru ... 58
3. Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru dan Prestasi Belajar dengan Minat Menjadi Guru ... 60
E. Pembahasan ... 63
xvi
2. Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Minat Menjadi
Guru ... 64
3. Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru dan Prestasi Belajar dengan Minat Menjadi Guru ... 66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Keterbatasan Penelitian ... 70
C. Saran-saran ... 70
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru ... 33
Tabel 3.2. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 35
Tabel 3.3. Minat Mahasiswa Menjadi Guru ... 35
Tabel 3.4. Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru ... 40
Tabel 3.5. Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Mahasiswa Menjadi Guru ... 41
Tabel 3.6. Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 42
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 42
Tabel 3.8. Pedoman untuk Memberikan Inteprestasi terhadap Koefisien Korelasi ... 46
Tabel 3.9. Pedoman untuk Memberikan Inteprestasi terhadap Koefisien Korelasi ... 48
Tabel 4.1. Deskripsi Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru ... 52
Tabel 4.2. Deskripsi Prestasi Belajar Mahasiswa ... 53
Tabel 4.3. Deskripsi Minat Mahasiswa Menjadi Guru ... 54
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 55
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 55
xviii
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru dengan Minat Menjadi Guru ... 57 Tabel 4.8. Hasil Pengujian Korelasi Prestasi Belajar Mahasiswa dengan Minat Menjadi Guru ... 58 Tabel 4.9. Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Prestasi Belajar
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner ... 77
Lampiran 2. Validitas Reliabilitas ... 83
Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 92
Lampiran 4. Distribusi Frekuensi ... 95
Lampiran 5. Pengujian Normalitas dan Linieritas ... 112
Lampiran 6. Pengujian Hipotesis ... 115
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesejahteraan suatu bangsa bergantung pada ekonomi dan teknologi. Sementara, kemajuan teknologi bergantung pada pendidikan. Melalui pendidikan, setiap warga masyarakat mendapatkan kesempatan untuk membina dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal. Pendidikan sering juga dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang lebih baik dikemudian hari.
Guru berada di garis terdepan dalam dunia pendidikan. Guru merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan. Tanpa guru, sistem pendidikan yang dibangun tidak akan berhasil. Banyak orang menjadi sukses karena andil dari seorang guru. Guru mengambil peranan penting dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sebuah kenyataan pahit yang harus diakui bahwa ternyata profesi guru sering dihindari dengan alasan bahwa profesi ini sangat tidak menjanjikan, apalagi diukur secara finansial.
seseorang bukan hanya ditentukan oleh nilai-nilai moral yang intangible, tetapi juga nilai-nilai material yang tangible atau yang tampak. Suatu jabatan atau suatu profesi diikuti oleh tuntutan-tuntutan kehidupan modern yang sifatnya materialistis. Itu artinya, suatu profesi harus diimbangi dengan penghargaan material sesuai dengan kedudukan profesi tersebut (Tilaar, 2005:174-76). Guru adalah guru, yang tetap manusia dengan segala kemanusiaannya yang juga memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk hidup dan untuk menghidupi keluarganya dengan kesejahteraan yang cukup (Buchori, 2005:177).
Dewasa ini, banyak opini mengatakan bahwa menjadi seorang guru tidak akan bisa kaya, justru lebih banyak menderita lahir dan batin. Profesi guru sering kali dikaitkan dengan duka, nestapa dan kesederhanaan. Kalaupun ada guru yang makmur hidupnya, mungkin hanya beberapa persen saja dan selebihnya justru lebih banyak yang hidup dalam kesederhanaan. Persepsi bahwa profesi guru kurang menjanjikan di mata sebagian besar orang tidaklah bisa kita salahkan, karena pada kenyataannya saat ini memang kondisi guru belum dihargai seperti profesi lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang berprofesi ganda. Di negara-negara lain, profesi guru dihargai sama dengan profesi lain, tetapi di negara kita justru sebaliknya. Guru bukan pilihan profesi bagi kebanyakan orang.
yang mereka padang sebagai pintu masuk menuju masa depan yang lebih baik. Ini menandakan bahwa semakin sedikit generasi muda yang berminat untuk menjadi guru. Seandainya mahasiswa yang masuk FKIP mempunyai persepsi yang positif terhadap profesi guru, hal ini tentu akan mendorong minatnya menjadi guru, dan seharusnya mahasiswa tersebut bisa menunjukkan prestasi akademik yang bagus. Akibatnya, prestasi yang bagus mempercepat penyelesaian studinya dan siap memasuki dunia kerja untuk menjadi guru sesuai bidang keahlian yang telah ditekuninya selama studi di FKIP.
Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Status Sosial Guru dan Prestasi Belajar dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru”. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma angkatan 2005 yang telah mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL II). Alasan penulis memilih subjek tersebut adalah sebelumnya penulis telah melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa FKIP dari berbagai prodi yang telah mengikuti PPL II karena mereka telah merasakan menjadi seorang guru. Dengan demikian, minat mahasiswa menjadi guru dengan jelas dapat di ungkap.
B. Batasan Masalah
ekonomi keluarga, dan lingkungan pergaulan. Faktor yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar mahasiswa.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat mahasiswa menjadi guru?
2. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru?
3. Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat mahasiswa menjadi guru.
2. Untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan profesi guru, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan guru. 2. Bagi Universitas
Untuk lebih selektif dalam penerimaan mahasiswa yang ingin masuk kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) supaya nanti dapat terjaring orang-orang yang memang memiliki potensi dan minat menjadi seorang guru yang profesional.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini menambah pengetahuan penulis sehubungan dengan minat mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk bekerja menjadi guru setelah mereka lulus kuliah.
4. Bagi peneliti selanjutnya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang bersifat menetap untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan senang dalam kegiatan yang berkaitan dengan bidang tersebut (Winkel, 1991:533). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Mappiare, 1982:62).
Menurut Walgito (1977:38), minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu subjek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan secara aktif dengan subjek tersebut. Sedangkan menurut Hurlock (1978:114), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang.
pengambilan keputusan untuk bertindak atau berperilaku. Seorang mahasiswa yang mempunyai minat menjadi guru biasanya akan diikuti pengambilan keputusan untuk memilih bekerja menjadi guru.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan seseorang dalam bertingkah laku yang dapat diarahkan untuk memperhatikan suatu objek atau melakukan suatu aktivitas tertentu yang didorong oleh perasaan senang karena dianggap bermanfaat bagi dirinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa minat dalam diri individu sangat penting artinya bagi kesuksesan yang akan dicapai. Individu yang mempunyai minat terhadap suatu objek atau aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat
Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow (1982) terdiri dari: a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang. b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri
untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
Sedangkan menurut Hurlock (1978:150), faktor yang mempengaruhi sikap dan minat anak terhadap pekerjaan adalah:
a. Sikap orang tua
b. Prestis berbagai pekerjaan c. Pekerjaan orang yang dikagumi d. Kemampuan dan minat anak
e. Kemungkinan untuk mandiri dalam pekerjaan f. Stereotip budaya
g. Pengalaman pribadi dengan orang dari berbagai pekerjaan 3. Macam-Macam Minat
Menurut Giyatama (1990:6), minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Minat secara intrinsik
b. Minat secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik antara lain timbul karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan minat teman sebaya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan keputusan karier untuk meraih kesuksesan. Minat menjadi guru adalah suatu kecenderungan yang bersifat menetap di dalam diri seseorang untuk merasa senang dan tertarik pada bidang keguruan yang mendorong dan mengarahkan tindakan individu untuk melakukan atau menekuni pilihan pekerjaan yang diinginkan dan disenanginya. Oleh karena itu, minat menjadi guru merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi atau perpaduan campuran dari perasaan, pikiran dan prasangka yang bisa mengarahkan individu pada suatu pilihan untuk menjadi guru.
1. Pengertian Persepsi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan dapat pula diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2005:141).
Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk (Winkel, 1986:161). Menurut Bimo Walgito (1994:53), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Supaya individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Adanya obyek yang dipersepsikan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera atau reseptor
Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian
sesuatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk mengadakan persepsi ada syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis, dan psikologis.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Irwanto (1988:76), persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
a. Perhatian yang selektif
Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu, sehingga obyek-obyek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai obyek pengamat.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar di antara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnnya paling kuat.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
Dengan demikian, persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru adalah suatu aktivitas mental mahasiswa dalam proses pengorganisasian dan penerjemahan kesan-kesan, penilaian, dan pendapat dalam merasakan serta menginterpretasikan status sosial guru berdasarkan informasi yang ditampilkan orang yang berprofesi sebagai guru. Persepsi mahasiswa terhadap guru berbeda untuk masing-masing mahasiswa sesuai dengan hasil pengalaman mahasiswa tersebut, latar pendidikan, dan karakter psikologi.
1. Pengertian Status Sosial
Menurut Soekanto dalam Narwoko dan Suyanto (2007:152), di dalam setiap masyarakat di mana pun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, status “darah biru” atau keturunan dari keluarga tertentu ang terhormat, atau apapun yang bernilai ekonomis. Sebagian pakar meyakini bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak masyarakat mengenal kehidupan bersama.
memiliki dalam jumlah yang relatif sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali akan dipandang mempunyai kedudukan yang rendah.
Bentuk konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat tersebut bermacam-macam. Namun pada prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas (Narwoko dan Suyanto, 2007:153), yaitu:
a. Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis b. Kelas yang didasarkan pada faktor politis
c. Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat adalah:
a. Kedudukan (status) b. Peran (role)
Status (kedudukan) sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisnya, hak-hak, dan kewajiban-kewajibannya (Narwoko dan Suyanto, 2007:156).
Untuk mengukur status seseorang menurut Sorokin dalam Narwoko dan Suyanto (2007:156) secara rinci dapat dilihat dari:
a. Jabatan atau pekerjaan
b. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan c. Kekayaan
e. Keturunan f. Agama
2. Jenis-jenis Status (kedudukan) sosial
Dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam (Narwoko dan Suyanto, 2007:157-158), yaitu:
a. Ascribed Status
Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta Brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang demikian.
b. Achieved Status
Achieved status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran.
Di samping kedua kedudukan tersebut di atas, sering kali dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status (kedudukan yang diberikan). Assigned status sangat erat hubungannya dengan
Kedudukan seseorang dalam masyarakat sebenarnya dapat dilihat melalui kehidupan sehari-harinya ang merupakan ciri-ciri tertentu. Dalam sosiologi hal ini disebut sebagai status symbol. Symbol status tersebut tampak dalam cara berpakaian, pergaulan, memilih tempat tinggal, dan sebagainya.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan seseorang pada masyarakat, atau dengan kata lain nilai seseorang dari sudut pandang orang lain di lingkungannya (Wijayanti, 2001:367). Aspek sosial ini juga dipertimbangkan dalam memilih karir dalam hal ini adalah menjadi seorang guru. Yang termasuk aspek sosial ini adalah prestis, kepuasan pribadi, kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, serta kesempatan menjalankan hobi di lingkungan masyarakat misalnya dengan membuka les privat.
4. Status Sosial Guru
Kehidupan status sosial guru sangat mempengaruhi prestis guru, karena dalam kehidupan sosial guru dapat dinilai dan dicontoh oleh masyarakat jika dapat menunjukkan martabat dan budi pekerti yang baik. Masyarakatlah yang nantinya akan menghormati dan menyegani keberadaan guru karena memiliki status sosial yang tinggi.
a. Peranannya ialah melaksanakan apa yang diamanatkan masyarakat melalui sekolah agar dapat mempersiapkan anak didik sesuai tujuan yang diharapkan masyarakat.
b. Peranannya ialah melaksanakan tujuan yang diserahkan kepadanya baik di dalam kelas sehari-hari maupun dalam hubungannya dengan tuntutan masyarakat.
Sedangkan menurut Waten dalam Yuniyanti (2005:13) peran guru antara lain:
a. Sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat, sebab ia nampak sebagai seseorang yang punya wibawa.
b. Sebagai penilai, ia member penilaian c. Sebagai nara sumber
d. Sebagai pembantu e. Sebagai wasit f. Sebagai detektif
g. Sebagai objek identifikasi h. Sebagai penyangga rasa takut
i. Sebagai orang yang menolong memahami didik (super ego) j. Sebagai pimpinan kelompok
k. Sebagai orang tua/ wali (parent/surrogates)
Seorang guru dipandang oleh masyarakat mempunyai peranan. Adapun peranan guru dalam suatu masyarakat terdapat beberapa unsur, yaitu:
a. Guru bergaul dengan masyarakatnya, dengan tetap memelihara statusnya bahwa dia adalah orang yang digugu dan ditiru dimana saja dia berada. b. Guru menjauhkan diri untuk memasuki kegiatan-kegiatan masyarakat
tertentu.
c. Guru menerima peranan secara tidak bertentangan dengan kenyataan yang dihadapi.
d. Guru memegang suatu kode tingkah laku tertentu.
e. Guru menyayangi semua golongan sebab kehidupan guru dan keahliannya dicontoh dan diteladani oleh seluruh masyarakat.
f. Guru merupakan perintis pembangunan pada segala bidang kehidupan dalam masyarakat.
Supriadi (2003:34) mengatakan bahwa:
Status sosial profesi guru dan kesejahteraannya berkaitan sangat erat. Kesejahteraan yang tinggi akan membuat profesi ini memiliki status yang tinggi di masyarakat. Sebaliknya, akibat kesejahteraan guru yang rendah (dengan indikator utama gaji), maka status sosialnyapun tidak begitu baik dalam masyarakat. Agak berbeda dengan profesi lain (misalnya kedokteran), tingginya penghormatan pada guru karena perannya yang sangat penting dalam pendidikan tidak dengan sendirinya menjadi jaminan bagi lebih baiknya tingkat kesejahteraan mereka. Sejarah juga mencatat bahwa status sosial, sistem penghargaan dan penggajian guru serta beasiswa bagi (sebagian) calon guru berbeda dari zaman ke zaman, namun intinya adalah makin menurun.
Persepsi terhadap status sosial dan kesejahteraan guru menurut Supriadi (2003:34) adalah sebagai berikut:
Masalah (rendahnya) status sosial dan kesejahteraan guru selalu merupakan isu hangat sepanjang sejarah profesi ini di Indonesia, bahkan sejak lebih dari 1,5 abad yang lalu tatkala untuk pertama kalinya Pemerintah Hindia Belanda mendidik para calon guru dari kalangan Bumiputera. Sekolah guru (Kweekschool, KS) pertama didirikan pada tahun 1852 (Watson, 1975; Ricklefs, 2001). Para siswanya direkrut dari kalangan priyai Jawa yang memiliki status sosial yang tinggi dalam masyarakat, dan materi pendidikannya lebih mengutamakan kebudayaan Jawa. Namun karena prestise
dan gaji guru dinilai tidak setara dengan status ningrat Jawa yang sangat terhormat itu, maka tidak mudah merekrut calon guru dari kalangan mereka. Satu-satunya keuntungan yang diperoleh anak-anak priyai Jawa dengan memasuki sekolah guru dan menjadi guru adalah kemampuan kepemimpinannya yang tidak mereka dapatkan dari statusnya semata-mata sebagai priyai. Mengenai hal ini, Watson (1975:61) mencatat:
Suroso (2002:65) mengemukakan:
Guru sebagai aktor utama dalam praksis pendidikan selama ini belum memperoleh apresiasi yang baik oleh pemerintah termasuk masyarakat. Sebagai penyandang profesi, kedudukan guru belum bisa disejajarkan dengan dokter, hakim, insinyur, wartawan, pengacara, dan akuntan. Padahal tugas yang disandang guru tidak lebih ringan bila dibandingkan dengan profesi tersebut di atas karena guru berhadapan dengan manusia yang senantiasa menghabiskan energi psikis daripada fisik.
Lebih lanjut (Suroso, 2002: 66) menemukakan:
Dalam kehidupan masyarakat seperti sekarang ini tidak terlalu banyak masyarakat yang menghormati kondisi guru yang miskin. Saat ini, banyak orang menomorduakan kasih sayang, akal budi, dan kejujuran dan menomorsatukan materi dan kekayaan. Akibatnya mereka tidak memiliki sense of belonging kepada guru yang pernah mengajarkan nilai-nilai, etika moral, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Hanya sedikit saja anggota masyarakat yang memberi apresiasi yang baik kepada guru.
Denni Iskandar (Webmaster, 26 November 2007) memandang bahwa:
Peningkatan kesejahteraan juga akan menimbulkan image (citra) positif, sehingga profesi guru akan mempunyai prestise yang sejajar dengan profesi lainnya. Kesejahteraan yang memadai secara perlahan tapi pasti akan mengubah cara pandang masyarakat yang menganggap profesi guru merupakan profesi marginal ditinjau dari sudut finansial. Kesejahteraan akan menjadi magnit yang kuat untuk mencuri simpati anak-anak berintelegensi tinggi bercita-cita menjadi guru. Kesejahteraan juga akan mengubah rasa enggan anak-anak kita menjadi rasa suka terhadap profesi guru.
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Sunaryo (1993:10), prestasi belajar adalah perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sedangkan menurut Nasution (1996:17), prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor; sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Syah (1997:132) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah).
1) Aspek fisiologis
2) Aspek psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dipandang esensial dan dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa adalah sebagai berikut:
a) Intelegensi siswa b) Sikap siswa c) Bakat siswa d) Minat siswa e) Motivasi siswa
Motivasi intrinsik Motivasi ekstrinsik
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, tetangga, dan juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
2) Lingkungan non sosial
alat-alat belajar,keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor non sosial ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan siswa yang bersangkutan.
Indikator prestasi belajar menurut Syah (1997:150), pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa, namun pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah tersebut sangat sulit. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan dengan prestasi yang hendak diukur.
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru
Persepsi pada dasarnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Thoha, 2005:141).
Status (kedudukan) sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise-nya, hak-hak, dan kewajiban-kewajibannya (Narwoko dan Suyanto, 2007:156).
Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru adalah proses pemahaman yang dialami mahasiswa tentang status sosial guru dalam arti lingkungan pergaulan guru, prestis guru di masyarakat, hak-hak, dan kewajiban-kewajiban seorang guru dalam masyarakat, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Persepsi mahasiswa satu dengan yang lainnya berbeda-beda ada yang berpersepsi positif dan ada pula yang berpersepsi negatif karena dalam memahami informasi tentang status sosial guru setiap individu tidaklah sama.
sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Hal ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Jika mahasiswa FKIP memiliki minat menjadi guru tentu ia akan memilih menjadi guru sesuai dengan bidang yang telah ditekuni selama studi di FKIP. Sebaliknya, jika mahasiswa memandang status sosial guru rendah hal ini tentu akan melemahkan minat mahasiswa untuk menjadi guru dan cenderung untuk memilih pekerjaan lain selain menjadi guru. Hal ini dikarenakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock 1978:114). Dengan demikian, penulis menduga bahwa ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat mahasiswa menjadi guru.
2. Hubungan antara Prestasi Belajar Mahasiswa dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Bukti keberhasilan mahasiswa dalam belajar ditunjukkan oleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang telah dicapai.
mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut sungguh-sungguh memiliki kemampuan menjadi guru. Dengan kemampuannya itu, minat menjadi guru akan semakin kuat. Hal ini didukung oleh pendapat Hurlock (1978:150) bahwa, kemampuan dan minat anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan minat anak terhadap pekerjaan. Dalam bukunya yang lain ia pun mengatakan bahwa, prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran (Hurlock, 1980:220). Kepuasan akan menguatkan minat seseorang. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Hal ini nampak pada mahasiswa yang mengalami kegagalan dalam studi sehingga IPKnya rendah. Akibatnya, mahasiswa tidak memperoleh kepuasan dalam bidang yang ditekuninya sehingga cenderung tidak mempunyai minat menjadi guru karena merasa tidak memiliki cukup kemampuan untuk menjadi guru.
menduga bahwa ada hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru.
3. Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial guru dan Prestasi Belajar Mahasiswa dengan Minat Mahasiswa Menjadi Guru
Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru adalah suatu aktivitas mental mahasiswa dalam proses pengorganisasian dan penerjemahan kesan-kesan, penilaian, dan pendapat dalam merasakan serta menginterpretasikan status sosial guru berdasarkan informasi yang ditampilkan orang yang berprofesi sebagai guru melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, maupun perasaan. Persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru berbeda untuk masing-masing mahasiswa sesuai dengan hasil pengalaman mahasiswa tersebut, latar pendidikan, dan karakter psikologi.
Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Mahasiswa FKIP yang berminat menjadi guru berkecenderungan untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada minat untuk menjadi guru. Contohnya adalah mahasiswa merasa senang dan tertarik untuk terlibat secara aktif dalam setiap perkuliahan maupun dalam praktik mengajar, mahasiswa rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen, mahasiswa merasa senang dan tertarik untuk mengetahui informasi dalam bidang keguruan dengan mencari dan mengumpulkan informasi tersebut sebanyak-banyaknya baik dengan melihat berita di televisi, melihat langsung bagaimana kehidupan seorang guru, mendengar berita di radio, mendengar langsung pengalaman seorang guru, atau dapat juga dengan mengikuti seminar-seminar kependidikan. Mahasiswa yang demikian biasanya dapat menunjukkan prestasi akademik yang bagus sehingga mahasiswa tersebut bisa cepat lulus kuliah dan siap untuk memasuki dunia kerja sebagai seorang guru.
yang lain ia pun mengatakan bahwa, prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran (Hurlock, 1980:220). Kepuasan akan menguatkan minat seseorang. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Dengan demikian, penulis menduga bahwa ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru.
C. Model Penelitian
Keterangan:
X1 = persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru X2 = prestasi belajar mahasiswa Y = minat mahasiswa menjadi
guru
D. Hipotesis Penelitian
Ha-1 : Ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat mahasiswa menjadi guru.
Ha-2 : Ada hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru.
Ha-3 : Ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar mahasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru.
X1
X2
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini
mengambil obyek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan
penelitian tersebut hanya berlaku bagi obyek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Waktu penelitian : April – Mei 2009
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan
2005 yang telah mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) II.
Alasan penulis memilih subyek tersebut adalah mahasiswa yang
mengikuti PPL II telah memiliki pengalaman menjadi guru sehingga
minat mereka menjadi guru setelah lulus kuliah nanti dapat diungkap
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap
status sosial guru, prestasi belajar mahasiswa, dan minat mahasiswa
menjadi guru.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi menurut Babbie dalam Sukardi (2003:53) tidak lain
adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara
teoritis menjadi target hasil penelitian. Sedangkan di dalam Encyclopedia
of Educational Evaluation (1975) tertulis: A polulation is a set (or collection)
of all elements possessing one or more attributes of interest.
Jadi, populasi pada prinsipnya adalah keseluruhan subjek
penelitian yang secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil
akhir suatu penelitian. Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka
populasinya adalah mahasiswa fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2005 yang telah
mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) II.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Arikunto, 2002:109). Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil
selanjutnya jika subyek lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih dari subjek tersebut (Arikunto, 2002:112).
Sampel yang akan diambil untuk penelitian adalah 20% dari populasi
karena subyek penelitian berjumlah 348 orang.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik
proportional random sampling yaitu proses pemilihan sampel sedemikian
rupa sehingga semua sub kelompok dalam populasi diwakili oleh sampel
dengan perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi dan
pemilihannya dilakukan secara random. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Sanata Dharma angkatan 2005 yang terdiri dari
sembilan program pendidikan (Webmaster: www.usd.ac.id) dan telah
mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) II dengan jumlah 70
orang. Perincian sampel adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa PAK : 17 3 orang
b. Mahasiswa PEK : 16 3 orang
c. Mahasiswa PBI : 107 22 orang
d. Mahasiswa PBSID : 54 11 orang
e. Mahasiswa Pendidikan Sejarah : 12 2 orang
f. Mahasiswa BK : 30 6 orang
h. Mahasiswa PFis : 24 5 orang
i. Mahasiswa IPAK : 30 6 orang
JUMLAH = 70 orang
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian yang bervariasi atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96).
Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah persepsi mahasiswa
terhadap status sosial guru dan prestasi belajar mahasiswa dan variabel
terikatnya adalah minat mahasiswa menjadi guru.
2. Pengukuran Variabel Penelitian a. Variabel bebas
Untuk variabel bebas persepsi mahasiswa terhadap status sosial
guru diukur dengan menggunakan skala likert dengan kuesioner.
Adapun aspek yang digunakan untuk mengungkap persepsi
mahasiswa terhadap status sosial guru yaitu prestise, kesempatan
untuk melakukan kegiatan sosial, dan interaksi dengan masyarakat
(Wijayanti, 2001:367). Sedangkan untuk variabel bebas prestasi
belajar diukur berdasarkan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang telah
Tabel 3.1
Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru
No. Aspek Indikator Pernyataan
positif (Nomor item dalam kuesioner) Pernyataan negatif (Nomor item dalam kuesioner)
1. Prestise a. Guru
merupakan tokoh terhormat dalam masyarakat. b. Penghargaan terhadap profesi guru lebih rendah dari profesi yang lain. c. Pekerjaan guru
identik dengan penghasilan yang rendah. d. Menjadi guru
tidak akan bisa hidup sejahtera. e. Guru adalah
orang yang selalu disegani di masyarakat. f. Guru adalah
profesi impian banyak orang. 1 5 6 2 3 4 2. Kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial.
a. Guru banyak memberikan pemikiran dalam pengelolaan kegiatan organisasi kemasyarakatan b. Guru adalah
profesi yang sibuk sehingga tidak pernah
7
punya waktu untuk mengikuti kegiatan di masyarakat. c. Segala tindakan
guru patut digugu dan ditiru.
d. Guru selalu di undang setiap ada rapat penting atau peristiwa penting di masyarakatnya. e. Guru selalu
menjadi tempat bertanya bagi warga masyarakat yang mengalami kesulitan. . 9 10 11 3. Interaksi dengan masyarakat
a. Guru selalu taat pada norma-norma dalam masyarakat. b. Guru selalu
membina hubungan baik dengan semua orang. c. Guru memegang peranan kepeloporan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan d. Guru selalu
Tabel 3.2
Prestasi Belajar Mahasiswa
No. IPK Keterangan
1. 3,00 – 4,00 Sangat Tinggi
2. 2,50 – 2,99 Tinggi
3. 2,00 – 2,49 Cukup
4. 1,50 – 1,99 Rendah
5. ≤ 1,49 Sangat Rendah
Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007 (halaman13).
b. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:59).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat mahasiswa menjadi
guru yang diukur dengan menggunakan skala likert dengan kuesioner.
Tabel 3.3
Minat Mahasiswa Menjadi Guru No
.
Aspek Indikator Pernyata
an positif (Nomor item dalam kuesioner) Pernyata an negatif (Nomor item dalam kuesioner) 1. Tertarik a. Merasa tertarik
untuk menjadi guru.
b. Masuk FKIP atas pilihan sendiri. c. FKIP menjadi
pilihan pertama ketika mendaftar kuliah.
e. Malas berkomentar bila ditanya soal keinginan menjadi guru. 20 2. Memperhati kan a. Memperhatikan gaya mengajar dosen ketika kuliah. b. Memperhatikan ketika ada orang yang membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan profesi guru. c. Memperhatikan penampilan seorang guru atau dosen. d. Tidak peduli
dengan berita-berita buruk tentang profesi guru.
e. Aktif dan tekun dalam perkuliahan bidang pendidikan. 21 22 23 24 25
3. Senang a. Senang setiap melakukan praktik mengajar. b. Tidak senang
mengerjakan tugas sebagai persiapan menjadi guru. c. Senang membimbing orang lain yang mengalami
26
28
kesulitan belajar. d. Mengajar adalah pekerjaan yang sulit dan menguras pikiran.
29
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2007:422). Cara ini digunakan untuk mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu data
mengenai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa angkatan 2005.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2007:410). Teknik ini digunakan
untuk melengkapi data-data yang digunakan dalam penelitian. Subyek
yang di wawancara adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) untuk mendapatkan informasi tentang persepsi mereka
terhadap status sosial guru dan minat mereka untuk menjadi guru setelah
3. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007:199). Dalam penelitian ini,
kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi status
sosial guru dan minat mahasiswa menjadi guru. Kuesioner disusun
dengan skala likert dengan skala lima. Setiap pilihan jawaban diberi skor
berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk pernyataan positif yaitu mulai dari
sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Sebaliknya untuk pernyataan negatif diberi skor berturut-turut 1, 2, 3, 4,
dan 5 yaitu mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus mempunyai
tingkat validitas yang tinggi agar hasil penelitian lebih dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas
instrumen penelitian digunakan korelasi product moment dari Karl
Pearson. Rumus korelasi Product Moment (Sugiyono, 2007:248) adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
total responden
∑ skor total dari setiap item
∑ skor total dari seluruh item
Koefisien korelasi (
r
xy) yang diperoleh dari hasil perhitunganmenunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur.
Selanjutnya hasil koefisien korelasi (
r
xy) ini dibandingkan dengan rkorelasi Product Moment pada tabel dengan taraf signifikansi 0,05. Jika
hasil lebih besar dari maka butir soal tersebut dapat
dikatakan valid, begitu pula sebaliknya.
Pengujian validitas instrumen dikerjakan dengan bantuan program
computer SPSS pada taraf signifikansi 5%. Koefisien validitas diperoleh
diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor butir atau item dengan skor
total. Adapun sampel yang digunakan berukuran n = 30 dengan
dk = n – 2 (dk = 30 – 2 = 28) sehingga = 0,239 (lihat lampiran 7).
Dalam penelitian ini, hasil pengukuran validitas setiap item dalam
kuesioner mengenai persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru
memperlihatkan bahwa ada dua instrumen yang tidak valid
( < ). Butir instrumen yang tidak valid untuk variabel
Nilai untuk butir instrumen nomor 6 adalah 0,215 dan nomor 7
adalah 0,029. Instrumen yang tidak valid tersebut dihapus dan dilakukan
uji validitas ulang. Berikut ini disajikan hasil pengukuran uji validitas
ulang (perhitungan lihat lampiran 2).
Tabel 3.4
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Status Sosial Guru
No. Item Nilai Nilai Keterangan
1. 0,495 0,239 Valid
2. 0,464 0,239 Valid
3. 0,301 0,239 Valid
4. 0,335 0,239 Valid
5. 0,664 0,239 Valid
8. 0,387 0,239 Valid
9. 0,763 0,239 Valid
10. 0,733 0,239 Valid
11. 0,558 0,239 Valid
12. 0,509 0,239 Valid
13. 0,748 0,239 Valid
14. 0,637 0,239 Valid
15. 0,705 0,239 Valid
Sedangkan untuk minat mahasiswa menjadi guru, hasil perhitungan
validitas setiap butir pernyataan memperlihatkan bahwa ada satu butir
instrumen yang tidak valid ( < ) yaitu butir nomor 24,
dengan sebesar 0,068. Instrumen yang tidak valid tersebut
dihapus dan dilakukan uji validitas ulang. Berikut ini disajikan hasil
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Validitas
Variabel Minat Mahasiswa menjadi Guru
No. Item Nilai Nilai Keterangan
16. 0,665 0,239 Valid
17. 0,521 0,239 Valid
18. 0,370 0,239 Valid
19. 0,619 0,239 Valid
20. 0,489 0,239 Valid
21. 0,456 0,239 Valid
22. 0,378 0,239 Valid
23. 0,639 0,239 Valid
25. 0,664 0,239 Valid
26. 0,544 0,239 Valid
27. 0,335 0,239 Valid
28. 0,327 0,239 Valid
29. 0,315 0,239 Valid
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998:170). Untuk menguji reliabilitas butir
kuesioner dalam penelitian ini digunakan rumus alpha dari Cronbach
(Arikunto, 2003:203) dapat pula dikerjakan dengan bantuan program
computer SPSS pada taraf signifikansi 5%. Menurut Nunnally (Ghozali,
2001:133), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
Sebagai pedoman untuk menentukan keterhandalan variabel
penelitian, digunakan intepretasi nilai r sebagai berikut (Arikunto, 1989:167) sebagai berikut:
Tabel 3.6
Tingkat keterhandalan variabel penelitian No. Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan
1. 0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,600 – 0,799 Tinggi
3. 0,400 – 0,599 Cukup
4. 0,200 – 0,399 Rendah
5. < 0,200 Sangat Rendah
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program komputer SPSS pada taraf signifikansi 5%. Sampel yang digunakan
berukuran n = 30. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil bahwa untuk
variabel persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru = 0,881
sedangkan variabel minat mahasiswa menjadi guru = 0,828
(perhitungan lihat lampiran 2). Oleh karena semua variabel mempunyai
> 0,60 maka dapat dikatakan bahwa instrumen dalam kuesioner ini
dapat diandalkan atau reliabel. Tingkat keterhandalan instrumen dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel
Yang Diukur
Koefisien Alpha
Tingkat Keterhandalan Persepsi mahasiswa
terhadap status sosial guru 0,881 0,800 – 1,00 Sangat Tinggi Minat mahasiswa menjadi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam
kuesioner ini sudah dianggap memenuhi kedua prasyarat instrumen yang baik
yaitu valid dan reliabel. Jadi, instrumen persepsi mahasiswa terhadap status
sosial guru, dan minat mahasiswa menjadi guru dapat diandalkan untuk
memperoleh data.
H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Variabel
Analisis deskriptif merupakan pendeskripsian data hasil penelitian
yang didapat di lapangan yang meliputi responden, variabel persepsi
mahasiswa terhadap status sosial guru, prestasi belajar mahasiswa, dan
minat mahasiswa menjadi guru. Untuk keperluan deskripsi data
digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel.
2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui gejala-gejala yang
diteliti apakah mempunyai sebaran data yang normal atau tidak. Uji
normalitas menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov
(Sugiyono, 1999:255), yaitu:
D = Max
Keterangan:
= Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
= Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan lebih
kecil dari taraf signifikansi 5% berarti sebaran data variabel tidak
normal. Sebaliknya, bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui
perhitungan lebih besar dari taraf signifikansi 5% berarti sebaran data
variabel normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program komputer SPSS.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linear atau tidak dengan
variabel terikatnya. Untuk uji linearitas ini digunakan rumus
persamaan regresi dengan menguji signifikansi nilai F. Adapun rumus
yang digunakan untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut
(Sudjana, 1996:332):
F =
Keterangan:
=
2
=
Keterangan:
F = harga bilangan F untuk garis regresi
= varian tuna cocok
= varian kekeliruan
= jumlah kuadrat tuna cocok
= jumlah kuadrat kekeliruan
Kriteria yang digunakan yaitu jika nilai F hitung < nilai F tabel, maka
hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier.
Dan sebaliknya, jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka hubungan
antar variabel bebas dengan variabel terikat bersifat tidak linier.
Pengujian linieritas data dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program komputer SPSS.
3. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian hipotesis pertama dan kedua tentang persepsi mahasiswa
terhadap status sosial guru dan prestasi belajar mahasiswa dengan
minat mahasiswa menjadi guru dalam, peneliti menggunakan teknik
korelasi Product Moment dengan rumus (Sugiyono, 2007:248),
sebagai berikut:
Keterangan:
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
total responden
∑ skor total dari setiap item
∑ skor total dari seluruh item
Kriteria pengujian yang menyatakan hubungan antara persepsi
mahasiswa terhadap status sosial guru dengan minat mahasiswa
menjadi guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi
guru diinterpretasikan dengan pedoman (Sugiyono, 2007:250) sebagai
berikut:
Tabel 3.8
Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
Untuk menguji signifikansi nilai koefisien korelasi digunakan rumus
uji t sebagai berikut (Sudjana, 1996:380):
t = √ √
Dimana:
r = koefisien korelasi sederhana
diterima jika , artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan ditolak jika , artinya terdapat hubungan yang signifikan.
b. Pengujian hipotesis ketiga tentang hubungan antara persepsi
mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar mahasiswa
dengan minat mahasiswa menjadi guru dalam, peneliti menggunakan
teknik korelasi ganda (Sugiyono, 2007:248) dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
korelasi antara variabel dengan secara
bersama-sama dengan variabel Y
korelasi product moment antara dengan Y
korelasi product moment antara dengan Y
korelasi product moment antara dengan
Hasil perhitungan dengan rumus korelasi ganda tersebut
diinterpretasikan dengan pedoman (Sugiyono, 2007:250) sebagai
Tabel 3.9
Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
Untuk menguji signifikan atau tidak koefisien korelasi berganda
digunakan uji F dengan derajat kebebasan (df) n – k – 1.
F = ⁄
–
Dimana:
R = koefisien korelasi ganda
k = banyaknya variabel bebas
n = jumlah sampel
Jika nilai < maka diterima dan ditolak.
Sedangkan jika nilai > , maka ditolak dan
diterima.
c. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
1) Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui seberapa besar
terhadap nilai variabel terikat. Atau seberapa besar prosentase
yang disumbangkan oleh masing-masing variabel yaitu: dan
terhadap Y.
Prosentase sumbangan relatif dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
SR(%) = ∑
Keterangan:
SR(%) = sumbangan variabel bebas
a = koefisien variabel bebas
∑ jumlah perkalian antara variabel bebas (x) dengan
variabel terikat (y)
= jumlah kuadrat regresi (Hadi, 1987:42)
2) Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui seberapa
besar sumbangan masing-masing variabel bebas atau prediktor
dalam menunjukkan efektivitasnya garis regresi untuk keperluan
pengadaan prediksi.
Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan efek