PERPINDAHAN
KALOR
KEADAAN TAK TUNAK
PADA PRODUKSI
PARTITION PLATE
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh:
SOEHARTANTO
NIM : 095214068
Kepada
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
HEAT TRANSFER
IN UNSTEADY STATES
OF A PARTITION PLATE PRODUCTION
FINAL PROJECT
Presented As Partial Fulfillment of The Requirements
To Obtain Sarjana Teknik Degree
Mechanical Engineering Study Program
Mechanical Engineering Department
By:
SOEHARTANTO
Student Number : 095214068
To
SCIENCE AND
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
i
TUGAS AKHIR
PERPINDAHAN KALOR
KEADAAN TAK TUNAK
PADA PRODUKSI
PARTITION PLATE
Disusun oleh:
SOEHARTANTO
NIM: 095214068
Telah disetujui oleh:
Pembimbing 1
Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T.
Tanggal, 04 Pebruari 2011
ii
TUGAS AKHIR
PERPINDAHAN KALOR
KEADAAN TAK TUNAK
PADA PRODUKSI
PARTITION PLATE
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
SOEHARTANTO
NIM: 095214068
Telah dipertahankan didepan panitia penguji
pada tanggal
17 Pebruari 2011
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Ketua
: Ir. Fransciscus Asisi Rusdi Sambada, M.T.
Sekretaris : Budi Sugiharto, S.T., M.T.
Anggota
: Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T.
Yogyakarta, 24 Pebruari 2011
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Dekan
(Yosef Agung Cahyanta, ST., M.T.)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 02 Pebruari 2011
Penulis
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
:
SOEHARTANTO
Nomor Mahasiswa : 095214068
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERPINDAHAN KALOR KEADAAN TAK TUNAK PADA PRODUKSI
PARTITION PLATE
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 02 Pebruari 2011
Yang menyatakan
v
ABSTRAK
Partition plate
merupakan salah satu part dari produk
register box
yang
berbentuk pelat
(sheet metal)
yang berfungsi sebagai pembatas data file/arsip.
Proses pemanasan
partition plate
dilakukan secara massal dalam suatu
ruangan/oven dengan suhu tertentu dan dalam waktu yang tertentu pula.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi suhu dan laju
perpindahan kalor keadaan tak tunak pada produksi
partition plate
dengan (1)
variasi jenis material dan (2) variasi nilai koefisien perpindahan kalor konveksi
h
.
Penelitian dilakukan pada produk
partition plate
yang mempunyai
dimensi luar, panjang 150 mm, lebar 72 mm dan tebal 1 mm. Material dari logam
dengan suhu awal sama dan merata sebesar Ti, diambil Ti=30 °C, kemudian
dikondisikan pada lingkungan baru dengan suhu fluida sebesar T
∞=150 °C.
Penelitian dilakukan dengan (1) memvariasikan jenis logam yaitu Besi murni,
Tembaga murni, Kuningan (70%Cu, 30%Zn), Perak murni dan Aluminium murni
pada nilai
h
tertentu,
h
=100 W/m
2.°C. (2) memvariasikan nilai perpindahan kalor
konveksi
h
, dengan nilai
h
berturut-turut sebesar 100, 150, 200, 250, 300 W/m
2.°C
pada material besi. Penelitian dilakukan secara simulasi numerik, dengan metode
beda hingga cara eksplisit dan dianalisis dalam kasus 2 dimensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Jenis material berpengaruh
terhadap distribusi suhu dan laju aliran kalor. Pada pemanasan selama t=30 detik,
diperoleh: (a) Suhu untuk material Aluminium murni=140,81 °C; Perak
murni=140,34 °C; Kuningan (70%Cu, 30%Zn)=132,39 °C; Tembaga
murni=130,35 °C dan Besi murni=129,26 °C (b) Nilai laju aliran kalor
Aluminium murni=15,834 W; Perak murni=16,571 W; Kuningan (70%Cu,
30%Zn)=30,475 W; Tembaga murni=33,728 W dan Besi murni=36,002 W.
Aluminium murni memiliki suhu yang paling tinggi dan nilai laju aliran kalor
yang paling rendah, ini menunjukkan bahwa material jenis Aluminium memiliki
nilai
m.cp
yang paling kecil (kemampuan menyimpan panas) sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan tunak lebih cepat dibandingkan dengan
keempat jenis material lainnya. (2) Variasi
h
pada pemanasan selama t=30 detik,
diperoleh (a) suhu pada masing-masing
h
(W/m².°C) yaitu:
h
=100
Æ
129,26 °C;
h
=150
Æ
141,47 °C;
h
=200
Æ
146,52 °C;
h
=250
Æ
148,59 °C dan
h
=300
Æ
149,43 °C. (b) pada t=5 detik nilai laju aliran kalor untuk masing-masing
h
(W/m².°C)
yaitu:
h
=100
Æ
152,59 W;
h
=150
Æ
197 W;
h
=200
Æ
225,8 W;
h
=250
Æ
242,31 W; dan
h
=300
Æ
249,29 W. Ini berarti bahwa semakin besar
nilai koefisien perpindahan panas konveksi
h,
suhu pada benda akan semakin
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas rahmat, petunjuk dan kemudahan dari-Nya penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.
Dengan berbekal ilmu yang didapat selama mengikuti kuliah teori selama
3 semester, beberapa buku referensi serta bimbingan dari dosen terkait, penulis
akhirnya berhasil menyelesaikan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
a.
Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa
kepada penulis. Semoga rahmat Allah SWT senantiasa tercurah untuk
beliau berdua.
b.
Istriku tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan
bantuan dalam penyusunan Tugas Akhir.
c.
Saudara-saudara penulis tercinta yang senantiasa memberikan doa dan
dukungannya meski dari jarak jauh.
d.
Romo Andreas Sugijopranoto, S.J., selaku Direktur ATMI Surakarta.
e.
Romo Clay Pareira, S.J., selaku Pudir ATMI Surakarta.
f.
Bapak Ir. PK. Purwadi , M.T., selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.
g.
Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains
vii
h.
Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin, Universitas Sanata Dharma.
i.
Segenap dosen pengajar, staf dan karyawan pada Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Sanata Dharma.
j.
Teman-teman ATMI seperjuangan yang selalu kompak dalam kegiatan
perkuliahan.
k.
Teman-teman di ATMI yang senantiasa memberikan bantuan dan
dukungan untuk kelancaran dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
l.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu saran dan masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat baik bagi
penulis sendiri maupun bagi para pembaca, dan semoga pula apa yang tertulis
dalam Tugas Akhir ini dapat memberikan sedikit sumbangan ilmu pengetahuan
kepada semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, 17 Januari 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR NOTASI/LAMBANG ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang ... 1
1.1
Tujuan ... 3
1.2
Manfaat ... 3
1.3
Batasan Masalah ... 4
1.3.1
Bentuk Geometri Benda ... 4
1.3.2
Kondisi Awal ... 5
1.3.3
Kondisi Batas ... 5
ix
BAB II DASAR TEORI ... 6
2.1
Pendahuluan ... 6
2.2
Perpindahan Kalor Konduksi ... 7
2.2.1
Definisi Umum ... 7
2.2.2
Konduktivitas Termal Bahan ... 8
2.2.3
Difusivitas Termal ... 9
2.3
Perpindahan Kalor Konveksi ... 10
2.3.1
Definisi Umum ... 10
2.3.2
Konveksi Bebas ... 12
2.3.3
Konveksi Paksa ... 15
BAB III PERSAMAAN DISKRIT ... 19
3.1
Kesetimbangan Energi ... 19
3.2
Persamaan Suhu di Setiap Node pada
Partition Plate
... 20
3.2.1
Persamaan Suhu di Sudut (Luar-Dalam) ... 22
3.2.2
Persamaan Suhu di Tepi (Atas-Bawah) ... 25
3.2.3
Persamaan Suhu di Sisi Samping (Kanan-Kiri) ... 28
3.2.4
Persamaan Suhu di Tengah ... 31
3.2.5
Persamaan Suhu di Sudut Dalam ... 34
3.2.6
Persamaan Suhu di Lubang Lingkaran ... 37
3.3
Perhitungan Laju Aliran Kalor ... 40
BAB IV METODE PENELITIAN ... 42
4.1
Benda Uji ... 42
x
4.3
Metode Yang Dipakai ... 43
4.4
Variasi Yang Digunakan ... 44
4.5
Cara Pengambilan Data ... 45
4.6
Cara Pengolahan Data ... 46
BAB V HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ... 47
5.1
Hasil Perhitungan ... 47
5.2
Distribusi Suhu pada
Partition Plate
dengan Variasi Jenis Material ... 47
5.2.1
Distribusi Suhu Material Besi murni,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 48
5.2.2
Distribusi Suhu Material Tembaga murni,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 49
5.2.3
Distribusi Suhu Material Kuningan (70%Cu, 30%Zn),
h
=100 W/m
²
.
°
C 51
5.2.4
Distribusi Suhu Material Perak murni,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 53
5.2.5
Distribusi Suhu Material Aluminium murni,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 55
5.3
Laju Perpindahan Kalor pada
Partition Plate
dengan Variasi Jenis Material57
5.3.1
Laju Aliran Kalor Material Besi murni,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 57
5.3.2
Laju Aliran Kalor Material Tembaga murni,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 58
5.3.3
Laju Aliran Kalor Material Kuningan ( 70% Cu, 30% Zn ),
h
=100W/m
²
.
°
C ... 59
5.3.4
Laju Aliran Kalor Material Perak murni,
h
=100W/m
²
.
°
C ... 60
5.3.5
Laju Aliran Kalor Material Aluminium murni,
h
=100W/m
²
.
°
C ... 61
5.4
Distribusi Suhu pada
Partition Plate
Material Besi murni dengan Variasi
Nilai
h
... 62
xi
5.4.2
Distribusi Suhu Material Besi,
h
=150 W/m
²
.
°
C ... 63
5.4.3
Distribusi Suhu Material Besi,
h
=200 W/m
²
.
°
C ... 65
5.4.4
Distribusi Suhu Material Besi,
h
=250 W/m
²
.
°
C ... 66
5.4.5
Distribusi Suhu Material Besi,
h
=300 W/m
²
.
°
C ... 68
5.5
Laju Perpindahan Kalor pada
Partition Plate
Material Besi murni dengan
Variasi nilai
h
... 69
5.5.1
Laju Aliran Kalor Material Besi,
h
=100 W/m
²
.
°
C ... 70
5.5.2
Laju Aliran Kalor Material Besi,
h
=150 W/m
²
.
°
C ... 71
5.5.3
Laju Aliran Kalor Material Besi,
h
=200 W/m
²
.
°
C ... 72
5.5.4
Laju Aliran Kalor Material Besi,
h
=250 W/m
²
.
°
C ... 73
5.5.5
Laju Aliran Kalor Material Besi,
h
=300 W/m
²
.
°
C ... 74
5.6
Pembahasan Hasil Perhitungan ... 75
5.6.1
Distribusi Suhu dari Waktu ke Waktu pada Variasi Jenis Material ... 75
5.6.2
Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu pada Variasi Jenis Material ... 78
5.6.3
Distribusi Suhu dari Waktu ke Waktu pada Variasi Nilai
h
... 81
5.6.4
Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu pada Variasi Nilai
h
... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
6.1
Kesimpulan ... 85
6.2
Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 - 1 Partition Plate pada Register Box ... 2
Gambar 1 - 2 Partition Plate ... 4
Gambar 2 - 1 Perpindahan kalor konduksi pada sebuah dinding ... 7
Gambar 2 - 2 Perpindahan kalor konveksi dari suatu balok panas ... 11
Gambar 2 - 3 Konveksi Bebas ... 12
Gambar 2 - 4 Konveksi paksa ... 15
Gambar 2 - 5 Lapis batas pada permukaan pelat rata pada beberapa rejim aliran
(laminar, transisi dan turbulen) ... 16
Gambar 3 - 1 Kesetimbangan energi dalam volume kontrol ... 20
Gambar 3 - 2 Posisi node pada benda ... 21
Gambar 3 - 3 Kesetimbangan energi pada node 1 ... 22
Gambar 3 - 4 Kesetimbangan energi pada node 2 ... 25
Gambar 3 - 5 Kesetimbangan energi pada node 27 ... 28
Gambar 3 - 6 Kesetimbangan energi pada node 28 ... 31
Gambar 3 - 7 Kesetimbangan energi pada node 55 ... 34
Gambar 3 - 8 Kesetimbangan energi pada node 190 ... 37
Gambar 4 - 1 Geometri benda uji ... 42
Gambar 5 - 1 Posisi node pada benda uji ... 47
Gambar 5 - 2 Distribusi suhu besi dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m
2.
oC ... 49
Gambar 5 - 3 Distribusi suhu tembaga dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m
2.
oC .... 50
Gambar 5 - 4 Distribusi suhu kuningan dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m
2.
oC ... 52
xiii
Gambar 5 - 6 Distribusi suhu aluminium dari waktu ke waktu, h=100 W/m².°C . 56
Gambar 5 - 7 Laju aliran kalor besi dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m
2.
oC ... 57
Gambar 5 - 8 Laju aliran kalor tembaga dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m
2.
oC .. 58
Gambar 5 - 9 Laju aliran kalor kuningan dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m².°C . 59
Gambar 5 - 10 Laju aliran kalor perak dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m².°C ... 60
Gambar 5 - 11 Laju aliran kalor aluminium dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m².°C
... 61
Gambar 5 - 12 Distribusi suhu besi dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m².°C ... 63
Gambar 5 - 13 Distribusi suhu besi dari waktu ke waktu,
h
=150 W/m².°C ... 64
Gambar 5 - 14 Distribusi suhu besi dari waktu ke waktu,
h
=200 W/m².°C ... 66
Gambar 5 - 15 Distribusi suhu besi dari waktu ke waktu,
h
=250 W/m².°C ... 67
Gambar 5 - 16 Distribusi suhu besi dari waktu ke waktu,
h
=300 W/m².°C ... 69
Gambar 5 - 17 Laju aliran kalor besi dari waktu ke waktu,
h
=100 W/m².°C ... 70
Gambar 5 - 18 Laju aliran kalor besi dari waktu ke waktu,
h
=150 W/m².°C ... 71
Gambar 5 - 19 Laju aliran kalor besi dari waktu ke waktu,
h
=200 W/m².°C ... 72
Gambar 5 - 20 Laju aliran kalor besi dari waktu ke waktu,
h
=250 W/m².°C ... 73
Gambar 5 - 21 Laju aliran kalor besi dari waktu ke waktu,
h
=300 W/m².°C ... 74
Gambar 5 - 22 Distribusi suhu dari waktu ke waktu pada beberapa jenis material
... 76
Gambar 5 - 23 Laju aliran kalor dari waktu ke waktu pada beberapa jenis material
... 79
Gambar 5 - 24 Distribusi suhu dari waktu ke waktu pada variasi nilai
h
... 82
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2 - 1 Konduktivitas termal beberapa bahan pada suhu ruang ... 9
Tabel 2 - 2 Difusivitas termal beberapa material pada suhu ruang ... 10
Tabel 2 - 3 Nilai h pada beberapa tipe konveksi ... 11
Tabel 2 - 4 Nilai rata-rata bilangan Nusselt di permukaan dinding pada konveksi
bebas ... 14
Tabel 2 - 5 Nilai rata-rata bilangan Nusselt pada beberapa penampang dengan
aliran melintang pada konveksi paksa ... 18
Tabel 4 - 2 Nilai koefisien perpindahan panas kalor konveksi (
h
) ... 44
Tabel 4 - 1 Nilai
(k)
dan
(
α
)
untuk variasi jenis material ... 44
Tabel 4 - 3 Distribusi suhu dari waktu ke waktu ... 45
Tabel 4 - 4 Laju aliran kalor dari waktu ke waktu ... 45
Tabel 5 - 1 Hasil Perhitungan suhu material besi murni,
h
=100 W/m
2.
oC ... 48
Tabel 5 - 2 Hasil perhitungan suhu material tembaga murni,
h
=100 W/m
2.
oC .... 49
Tabel 5 - 3 Hasil perhitungan suhu material kuningan,
h
=100 W/m
2.
oC ... 51
Tabel 5 - 4 Hasil perhitungan suhu material perak murni,
h
=100 W/m
2.
oC ... 53
Tabel 5 - 5 Hasil perhitungan suhu material alumunium murni,
h
=100 W/m
2.
oC 55
Tabel 5 - 6 Hasil perhitungan kalor material besi murni,
h
=100 W/m
2.
oC ... 57
Tabel 5 - 7 Hasil perhitungan kalor material tembaga murni,
h
=100 W/m
2.
oC .... 58
Tabel 5 - 8 Hasil perhitungan kalor material kuningan,
h
=100 W/m².°C ... 59
Tabel 5 - 9 Hasil perhitungan kalor material perak murni,
h
=100 W/m².°C ... 60
xv
Tabel 5 - 11 Hasil perhitungan suhu material besi,
h
=100 W/m².°C ... 62
Tabel 5 - 12 Hasil perhitungan suhu material besi,
h
=150 W/m².°C ... 63
Tabel 5 - 13 Hasil perhitungan suhu material besi,
h
=200 W/m².°C ... 65
Tabel 5 - 14 Hasil perhitungan suhu material besi,
h
=250 W/m².°C ... 66
Tabel 5 - 15 Hasil perhitungan suhu material besi,
h
=300 W/m².°C ... 68
Tabel 5 - 16 Hasil perhitungan kalor material besi,
h
=100 W/m².°C ... 70
Tabel 5 - 17 Hasil perhitungan kalor material besi,
h
=150 W/m².°C ... 71
Tabel 5 - 18 Hasil perhitungan kalor material besi,
h
=200 W/m².°C ... 72
Tabel 5 - 19 Hasil perhitungan kalor material besi, h=250 W/m².°C ... 73
Tabel 5 - 20 Hasil perhitungan kalor material besi,
h
=300 W/m².°C ... 74
Tabel 5 - 21 Suhu node tengah dengan variasi jenis material pada t=30 detik ... 75
Tabel 5 - 22 Laju aliran kalor dari waktu ke waktu pada variasi jenis material ... 78
Tabel 5 - 23 Suhu node tengah dengan variasi nilai
h
pada t=30 detik ... 81
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A 1 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Besi
murni,
h
=100 W/m
2.
°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
... 90
Lampiran A 2 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Tembaga
murni,
h
=100 W/m
2.
°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
... 95
Lampiran A 3 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Kuningan
(70% Cu, 30% Zn),
h
=100 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30
°
C ; Suhu
Fluida Tf=150
°
C ... 101
Lampiran A 4 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Perak
murni,
h
=100 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
... 107
Lampiran A 5 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material
Aluminium murni,
h
=100 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30
°
C ; Suhu
Fluida Tf=150
°
C ... 114
Lampiran A 6 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Besi
murni,
h
=150 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
... 120
Lampiran A 7 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Besi
murni,
h
=200 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
xvii
Lampiran A 8 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Besi
murni,
h
=250 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
... 130
Lampiran A 9 Tabel Suhu Node Tengah dari Waktu ke Waktu Material Besi
murni,
h
=300 W/m
2.°C Suhu Awal Ti=30 °C ; Suhu Fluida Tf=150 °C
xviii
DAFTAR NOTASI/LAMBANG
A : luas permukaan benda tegak lurus arah perpindahan kalor (m
²
)
Bi
: bilangan Biot = h.L/k
c : kalor spesifik pada tekanan konstan (J/kg.
°
C)
ρ
: massa
jenis
(kg/m
3)
k
: konduktivitas termal (W/m°.C)
h : koefisien perpindahan panas konveksi (W/m
²
.°C)
L
: panjang dinding (m)
k
f: koefisien perpindahan panas konduksi fluida (W/m
²
.°C)
Nu : bilangan
Nusselt
Pr : bilangan
Prandtl
Re : bilangan
Reynold
U
∞: kecepatan fluida (m/s)
µ
: viskositas dinamik (kg/m.s)
C : konstanta
ν
: viskositas kinematik (m
2/s)
g : gravitasi
(m/s
2)
Gr : bilangan
Grashof
Ra : bilangan
Reyleigh
β
: koefisien temperatur konduktivitas termal (1/°C)
δ
: panjang karakteristik, untuk dinding vertikal
δ
=L (m)
Fo
: angka Fourier = (k.
∆
t)/(
∆
x)
2q
: laju perpindahan kalor (watt)
t : waktu
(detik)
T
f: suhu film (K)
T
s: suhu permukaan plat (K)
T
∞: suhu fluida (°C)
Ti
: suhu inlet/suhu benda (°C)
i,j
: posisi node pada penyelesaian numerik
,
: suhu pada posisi i,j dan pada iterasi ke
n
(°C)
,
: suhu pada posisi i,j dan pada iterasi ke
n+1
(°C)
V
: volume benda/kontrol volume (m
3)
x
: posisi sepanjang sumbu horizontal dari titik 0,0 (m)
α
: difusivitas termal (m
2/s)
∆
t
: selisih waktu (detik)
∆
x
: jarak antar node pada arah horizontal (m)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejarah perkembangan kehidupan manusia selalu diikuti dengan
perkembangan teknologi yang semakin lama semakin pesat. Perkembangan
teknologi tersebut salah satunya dipicu oleh tuntutan kebutuhan industri untuk
dapat berproduksi lebih cepat, efektif dan ekonomis.
Dalam dunia industri, baik di lingkungan industri mesin/alat-alat berat,
industri makanan, industri kesehatan, industri otomotif dan lingkup industri yang
lain, banyak sekali ditemukan peralatan-peralatan yang bekerja dengan
berdasarkan pada prinsip perpindahan kalor. Peralatan-peralatan seperti mesin
injeksi plastik, tungku pelebur logam, sistem pemanas dan pendingin ruangan,
pemanas air,
incubator, microwave, refrigerator, radiator,
peralatan
heat
exchanger
, komputer, AC, dll, semuanya menggunakan prinsip ilmu perpindahan
kalor. Secara teoritis ilmu perpindahan kalor
(heat transfer)
adalah ilmu untuk
meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di
antara benda atau material (J.P. Holman).
Demikian juga dalam industri pengerjaan
sheet metal
, ada beberapa
proses dalam produksi yang memanfaatkan mesin kalor seperti oven. Mesin oven
ini pada umumnya digunakan untuk proses pengeringan dan
preheating
sebelum
2
panas itu berpindah dari satu benda/fluida ke benda/fluida yang lain dan juga
dapat digambarkan laju perpindahan kalor yang terjadi dari waktu ke waktu.
Salah satu pijakan yang dipakai penulis dalam menyusun tugas akhir ini
adalah: Laju perpindahan kalor pada benda padat komposit dua dimensi keadaan
tak tunak (Yanto, 2006) . Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perubahan nilai
h
terhadap pola distribusi suhu dan besar perpindahan kalor dari
waktu ke waktu pada benda padat komposit 2 dimensi dengan menggunakan
Metode Beda Hingga
.
Sample yang diambil penulis untuk penelitian ini adalah produk
partition
plate
.
Partition plate
merupakan salah satu part dari produk
register box
yang
berbentuk pelat
(sheet metal)
. Dalam skala ukuran yang lebih besar,
partition
plate
digunakan dalam produk
filing cabinet
.
Partition plate
ini berfungsi sebagai
pembatas data file atau arsip dalam sistem penyimpanan administrasi baik di
lingkungan perkantoran maupun industri. Proses pemanasan
partition plate
dilakukan secara massal dalam suatu ruangan dengan suhu tertentu dan dalam
waktu yang tertentu pula.
3
Dari penelitian yang dilakukan akan diketahui distribusi suhu dan laju
aliran kalor dari waktu ke waktu ketika terjadi proses pemanasan, sehingga waktu
yang dibutuhkan produk untuk mencapai kondisi suhu yang diinginkan dapat
diketahui. Dengan demikian waktu untuk proses pemanasan dapat ditentukan
secara efesien.
1.1
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi suhu dan laju
perpindahan kalor yang terjadi pada produk
partition plate
ketika mengalami
proses pemanasan dalam keadaan tak tunak dengan (1) variasi jenis material pada
nilai koefisien perpindahan kalor konveksi
h
tertentu dan (2) variasi nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi
h
.
1.2
Manfaat
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat,
antara lain:
a.
Dapat mengerti dan mengetahui cara untuk mendapatkan distribusi suhu
dan laju aliran kalor pada produk
partition plate
pada keadaan tak tunak.
b.
Mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai distribusi suhu yang
terjadi pada produk
partition plate
selama proses pemanasan dalam ruang
pemanas. Dengan demikian akan diketahui waktu yang dibutuhkan untuk
proses pemanasan pada masing-masing jenis material produk sehingga
4
c.
Dapat menerapkan teori perhitungan distribusi suhu dan laju aliran kalor
secara komputasi dengan metode numerik beda hingga cara eksplisit
untuk produk-produk sejenis.
d.
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut,
khususnya kasus dua dimensi pada produk-produk pelat dengan variasi
bentuk yang lain.
1.3
Batasan Masalah
1.3.1
Bentuk Geometri Benda
Partition plate
dengan dimensi L=150mm W=72mm T=1mm (lihat
Gambar 1-2). Semua ukuran benda uji dalam millimeter (mm). Material dari pelat
logam dengan suhu awal yang sama dan merata sebesar Ti (°C), kemudian secara
tiba-tiba dikondisikan pada lingkungan yang baru dengan suhu fluida sebesar T
∞(°C) dan koefisien perpindahan kalor konveksi
h
(W/m
2.°C).
T
∞
, h
T
∞
, h
T
∞
, h
T
∞
, h
5
Persoalan yang harus diselesaikan adalah distribusi suhu dan laju aliran
kalor dari waktu ke waktu pada produk
partiton plate
dengan (1) variasi jenis
material dengan nilai
h
tertentu dan (2) variasi nilai
h
untuk satu jenis material
tertentu.
1.3.2
Kondisi Awal
Produk mempunyai suhu yang seragam pada kondisi awal, yakni sebesar
Ti (°C).
1.3.3
Kondisi Batas
Seluruh permukaan produk bersentuhan dengan fluida.
1.3.4
Asumsi
Asumsi yang digunakan untuk penelitian di atas adalah:
a.
Sifat-sifat fisis bahan yaitu massa jenis
(
ρ
)
, kalor jenis
(c)
dan
kondutivitas termal
(k)
seragam dan tetap.
b.
Produk tidak mengalami perubahan bentuk selama proses pemanasan
berlangsung.
c.
Perpindahan panas konduksi yang terjadi dalam produk berlangsung
dalam 2 arah, yaitu arah x dan y.
d.
Tidak terdapat pembangkitan energi di dalam produk.
e.
Suhu awal produk merata sebesar Ti (°C).
f.
Suhu fluida dipertahankan tetap dan merata (T
∞tetap).
g.
Nilai koefisien perpindahan kalor konveksi
h
tetap dan merata.
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Pendahuluan
Perpindahan kalor atau
heat transfer
ialah ilmu untuk meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda
atau material. Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energi kalor itu berpindah dari satu benda ke benda yang lain, tetapi
juga dapat meramalkan laju perpindahan kalor yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu.
Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang
rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila
sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus diperlukan sesuatu benda lain yang
lebih panas, demikian pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu benda,
diperlukan benda lain yang lebih dingin. Sedangkan jumlah energi atau kalor yang
mengalir pada benda padat, cair atau gas tiap satuan waktu disebut dengan laju
perpindahan kalor. Perpindahan kalor dapat kita ketahui melalui perubahan
temperatur. Oleh karena itu perlu ditentukan hubungan antara aliran kalor dan
perubahan atau perbedaan temperatur. Mekanisme perpindahan kalor dibagi
menjadi tiga, yaitu perpindahan kalor konduksi, perpindahan kalor konveksi dan
perpindahan kalor radiasi. Dalam bahasan selanjutnya hanya akan di jelaskan
7
2.2
Perpindahan Kalor Konduksi
2.2.1
Definisi Umum
Konduksi adalah proses dimana kalor mengalir dari daerah yang bersuhu
lebih tinggi ke daerah bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair,
gas) yang tidak bergerak atau diam atau antara medium-medium yang berlainan
yang bersinggungan secara langsung. Dalam aliran kalor konduksi, perpindahan
kalor konduksi terjadi karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya
perpindahan molekul yang cukup besar.
Sehingga pada konduksi panas, tenaga panas dipindahkan dari satu
pertikel zat ke partikel di sampingnya, berturut-turut sampai mencapai bagian zat
yang bertemperatur lebih rendah.
Energi berpindah secara konduksi atau hantaran dan laju perpindahan kalor
sebanding dengan gradient suhu normal:
~
~
∆
∆ ~
∆
… … … . 2.1
Persamaan perpindahan kalor konduksi adalah:
8
∆
∆
∆
… … … … …. 2.2
Pada persamaan (2.2):
q
: laju perpindahan kalor (watt)
∆
T/
∆
x
: gradient suhu ke arah perpindahan kalor (
°
C/m)
k
: konduktivitas termal bahan
(thermal conductivity)
(W/m.
°
C),
tanda minus menunjukkan bahwa panas mengalir ke tempat
yang bersuhu lebih rendah
A
: luas permukaan benda yang tegak lurus terhadap arah
perpindahan panas (m
²
)
2.2.2
Konduktivitas Termal Bahan
Persamaan (2.2) di atas merupakan persamaan dasar tentang
konduktivitas termal. Pada umumnya konduktivitas termal
(k)
itu sangat
tergantung pada bahan/material dan suhu. Jika aliran kalor dinyatakan dalam
watt
,
maka untuk konduktivitas termal ialah W/m.
°
C. Nilai konduktivitas termal
menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan per satuan ketebalan
dan perubahan suhu. Semakin tinggi nilai konduktivitas termalnya menunjukkan
bahwa bahan tersebut merupakan penghantar panas yang baik (konduktor),
sebaliknya semakin kecil nilainya menunjukkan bahwa bahan tersebut memiliki
9
2.2.3
Difusivitas Termal
Difusivitas termal dilambangkan dengan
α
. Difusivitas termal sering
disebut juga dengan kebauran termal
(Thermal Diffusivity)
bahan. Makin besar
nilai
α
makin cepat kalor membaur dalam bahan itu. Satuan difusivitas termal
adalah m
2/s.
Persamaan untuk difusivitas termal:
… … … . . . … … … … . … … … 2.3
Pada persamaan (2.3):
k : konduktivitas termal (W/m.
°
C)
ρ
: massa jenis (kg/m
3)
10
2.3
Perpindahan Kalor Konveksi
2.3.1
Definisi Umum
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi apabila kalor mengalir melalui
media yang bergerak (fluida). Fluida dalam hal ini berfungsi untuk
menghantarkan kalor. Persamaan perpindahan kalor konveksi dapat dituliskan
sebagai berikut:
… … . … … … .. 2.4
Persamaan di atas merupakan rumus dasar perpindahan kalor konveksi
dimana besarnya laju perpindahan kalor
q
(watt) dihubungkan dengan beda suhu
menyeluruh antara dinding fluida dan luas permukaan yang bersentuhan dengan
11
(convection heat transfer coefficient)
, sedangkan
T
∞(
°
C) adalah suhu fluida dan
Ts
(
°
C) adalah suhu benda.
Dari cara menggerakkan alirannya, perpindahan kalor secara konveksi
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu konveksi alami/bebas
(free
convection)
dan konveksi paksa
(forced convection)
.
T
∞
, h
q
T
sA
Gambar 2 - 2 Perpindahan kalor konveksi dari suatu balok panas
12
2.3.2
Konveksi Bebas
Perpindahan kalor konveksi bebas merupakan salah satu cara dari proses
perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor konveksi bebas ditandai dengan
adanya fluida yang bergerak yang dikarenakan beda massa jenisnya. Perbedaan
massa jenis ini disebabkan karena adanya perbedaan temperatur. Jadi pergerakan
aliran fluida tidak disebabkan karena adanya alat bantu pergerakan seperti fan,
kipas, pompa blower, dan lain-lain. Salah satu contoh perpindahan panas konveksi
bebas dapat ditemui pada kasus memasak air. Semua air yang ada di dalam panci
dapat mendidih secara merata karena air melakukan pergerakan. Pergerakan air ini
karena adanya perbedaan massa jenis. Fluida yang mengalami pemanasan akan
mengembang sehingga massa jenisnya akan lebih kecil dari fluida yang dingin.
Untuk menghitung besarnya perpindahan panas konveksi bebas, harus
diketahui nilai koefisien perpindahan panas konveksi
h
terlebih dahulu. Untuk
mencari nilai
h
, dapat dicari dari
bilangan Nusselt (Nu
) dan bilangan Nusselt
diperoleh dengan mencari
bilangan Rayleigh (Ra).
Persamaan untuk bilangan Rayleigh:
.
.
∞
… … … . … . … … . . 2.5
13
Pada persamaan (2.5)
β
: koefisien temperatur konduktivitas termal (1/
°
C)
g
: percepatan gravitasi (m/det
2)
δ
: panjang karakteristik, untuk dinding vertical
δ
= L
T
s: suhu dinding (K)
T
∞: suhu fluida (K)
T
f: suhu film (K)
ν
: viskositas kinematik (m
2/det), dapat dilihat pada tabel lampiran
Pr
: bilangan Prandtl (dapat dilihat pada tabel lampiran)
Tabel 2-4 menyajikan persamaan Nusselt yang dapat dipergunakan untuk
menghitung nilai koefisien perpindahan kalor konveksi atau nilai
h
.
Dari bilangan Nusselt, dapat diperoleh nilai koefisien perpindahan kalor konveksi
(nilai
h
):
… … … … . . … … … 2.6
Pada persamaan (2.6):
Nu
: bilangan Nusselt
h
: koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m
2.
°
C)
δ
: panjang karakteristik (m)
14
Besarnya laju perpindahan kalor konveksi bebas dihitung dengan persamaan (2.4)
Tabel 2 - 4 Nilai rata-rata bilangan Nusselt di permukaan dinding pada konveksi
15
2.3.3
Konveksi Paksa
Perpindahan panas konveksi paksa merupakan salah satu cara dari proses
perpindahan kalor konveksi. Proses perpindahan kalor konveksi paksa ditandai
dengan adanya fluida yang bergerak yang dikarenakan adanya peralatan bantu
untuk menggerakkan fluida. Alat bantu untuk menggerakkan fluida dapat berupa
kipas angin, fan, blower, pompa, dan lain-lain. Untuk menghitung laju
perpindahan panas konveksi, harus diketahui terlebih dahulu nilai koefisien
perpindahan panas konveksi
h
. Sedangkan untuk mencari nilai koefisien
perpindahan panas konveksi
h
dapat dicari dari
bilangan Nusselt (Nu)
. Bilangan
Nusselt yang dipilih harus sesuai dengan kasusnya, karena setiap kasus
mempunyai bilangan Nusselt tersendiri.
Pada kasus pelat datar ada 2 bilangan Nusselt yaitu bilangan Nusselt
lokal dan bilangan Nusselt rata-rata. Bilangan Nusselt lokal, untuk mencari nilai
h
pada jarak x yang ditinjau. Sedangkan bilangan Nusselt rata-rata dari x = 0 sampai
dengan jarak x yang ditinjau.
16
a.
Untuk aliran laminar
b.
Syarat aliran laminar : Re
x< 100.000, bilangan Reynold dapat
dirumuskan sbb:
∞. x
μ … … … . … … … 2.7
Berlaku persamaan Nusselt lokal Nu padak jarak x, untuk Pr > 0.6
. x
0,332
.
… … … . … … … … . . . 2.8
Berlaku persamaan Nusselt rata-rata untuk x = 0 sampai x = L
0,664
.
… … … . … … . 2.9
c.
Untuk kombinasi aliran laminar dan turbulen
Syarat aliran sudah turbulen : 500.000 < Re < 10
7Berlaku persamaan Nusselt rata-rata:
0,037
871
… . … … … 2.10
Persamaan (2.10) berlaku dengan syarat : 0,6
≤
Pr
≤
60
Gambar 2 - 5 Lapis batas pada permukaan pelat rata pada beberapa rejim aliran
17
Pada persamaan (2.7 sampai dengan 2.10):
Re
: bilangan Reynold
ρ
: massa jenis fluida (kg/m
3)
U
∞: kecepatan fluida (m/det)
Nu
: bilangan Nusselt
µ
: viskositas dinamik (kg/m.s)
k
f: koefisien perpindahan panas konduksi fluida (W/m.
°
C)
h
: koefisien perpindahan panas konveksi (W/m
2.
°
C)
Pr
: bilangan Prandtl
L
: panjang dinding (m)
Besarnya laju perpindahan kalor konveksi paksa dihitung dengan persamaan (2.4)
Persamaan untuk Nusselt tersaji pada Tabel 2-5 (untuk beberapa bentuk geometri
benda). Pada persamaan Nusselt, Re adalah bilangan Reynold dan Pr adalah
18
.
Tabel 2 - 5 Nilai rata-rata bilangan Nusselt pada beberapa penampang
19
BAB III
PERSAMAAN DISKRIT
Dalam banyak situasi praktis dihadapi syarat-syarat atau kondisi batas
dan geometri yang sedemikian rupa sehingga penyelesaian dengan cara analitis
tidak memungkinkan untuk dilakukan. Untuk situasi yang demikian, metode yang
banyak dilakukan adalah metode numerik yang didasarkan atas teknik beda
hingga
(finite different method)
.
3.1
Kesetimbangan Energi
Prinsip kesetimbangan energi pada volume kontrol dapat dinyatakan
dengan persamaan:
Seluruh energi yang
masuk volume kontrol
melalui seluruh
permukaan volume
kontrol selama selang
waktu
∆
t
+
Energi yang
dibangkitkan
pada volume
kontrol selama
selang waktu
∆
t
=
Perubahan energi
dalam volume
kontrol selama
selang waktu
∆
t
20
Pada persamaan (3.1):
Ein
: energi yang masuk volume kontrol (Joule) selama selang waktu
∆
t.
Eout : energi yang keluar volume kontrol (Joule) selama selang waktu
∆
t.
Est
: energi yang tersimpan dalam volume kontrol (Joule) selama selang
waktu
∆
t.
Eq
: energi yang dibangkitkan dalam volume kontrol (Joule) selama
selang waktu
∆
t.
3.2
Persamaan Suhu di Setiap Node pada
Partition Plate
Dalam Gambar 3-2 ditunjukkan posisi tiap node yang akan digunakan
untuk menentukan persamaan diskrit, yang selanjutnya akan digunakan untuk
menentukan suhu tiap node sesuai dengan posisinya masing-masing. Benda uji
dibagi dalam 274 volume kontrol diambil
∆
x =
∆
y = 6mm dan pada semua sisi
benda uji bersinggungan dengan fluida.
Gambar
21
22
Dalam penelitian ini terdapat 6 buah persamaan yang menjadi pokok
dalam perhitungan. Persamaan suhu tiap node pada benda uji dinyatakan sebagai
berikut:
3.2.1
Persamaan Suhu di Sudut (Luar-Dalam)
Node: (1, 26, 53, 78, 243, 244, 265, 269, 270, 274)
Kesetimbangan energi:
,
,
∆
1
2
3
4
5
6
∆
2
∆
2
,
∆
,
Dimana:
∆
x=
∆
y
1
∆
2
∞
,
2
∆
2
,
∆
,
3
∆
2
,
∆
,
23
4
∆
2
∞
,
5
∆
2
∆
2
∞
,
6
∆
2
∆
2
∞
,
Dimisalkan:
∞
,
,
,
Maka:
∆
2
∆
2
∆
∆
2
∆
∆
2
∆
2
∆
2
∆
2
∆
2
∆
2
∆
2
,
∆
∆
2
∆
2
∆
∆
2
∆
∆
2
2
∆
2
∆
2
∆
2
∆
2
,
∆
Dikalikan: 2/kt
. ∆
. ∆
. ∆ ∆
1
2
. ∆
∆
,
. ∆
24
2
∆
2
1
,
Dikalikan: 2Fo
4
2
2
2
∆
,
,
4
2
2
2
∆
,
2
2 .
∆
.
1 4
4
2
∆
,
∞
,
,
∆
∞
∆
,
… … … . . … … . … 3.2
Syarat stabilitas:
1 4
4
2
∆
0
4
4
2
∆
1
4
4 2
∆
1
25
3.2.2
Persamaan Suhu di Tepi (Atas-Bawah)
Node: (2-25, 54, 77, 238-242, 245-249, 266-268, 271-273)
Kesetimbangan energi:
,
,
∆
1
2
3
4
5
6
∆
∆
2
,
∆
,
Dimana:
∆
x=
∆
y
1
∆
2
,
∆
,
2
∆
2
,
∆
,
3
∆ .
,
∆
,
4
∆ .
∞
,
5
∆
∆
2
∞
,
6
∆
∆
2
∞
,
26
Dimisalkan:
,
∞
,
,
,
Maka:
∆
2
∆
∆
2
∆
∆ .
∆
∆ .
2 ∆
∆
2
∆
∆
2
,
∆
Dikalikan: 2/kt
2
2
. ∆
2
. ∆ ∆
. ∆
∆
,
. ∆
1
. ∆
∆
2
2
2
∆
1
,
Dikalikan: Fo
2
2
2
∆
,
,
2
2
27
,
2
2 .
2 .
∆
.
1 4
2
2
.
∆
,
,
,
,
. ∞
∆
. ∞
∆
,
… … … 3.4
Syarat stabilitas:
1 4
2
2
∆
0
4
2
2
∆
1
4 2
2
∆
1
28
3.2.3
Persamaan Suhu di Sisi Samping (Kanan-Kiri)
Node: (27, 52, 79, 100, 101, 122, 123, 144, 145, 166, 167, 188, 189, 199,200,
210, 211, 221, 222, 232, 233, 254, 255, 259, 260, 264)
Kesetimbangan energi:
,
,
∆
1
2
3
4
5
6
∆
2 ∆ .
,
∆
,
Dimana:
∆
x=
∆
y
1
∆
2
,
∆
,
2
∆
2
,
∆
,
3
∆ .
,
∆
,
4
∆ .
∞
,
29
5
∆
2 ∆
∞
,
6
∆
2 ∆
∞
,
Dimisalkan:
,
∞
,
,
,
Maka:
∆
2
∆
∆
2
∆
∆ .
∆
∆ .
2
∆
2 ∆
∆
2 ∆ .
,
∆
Dikalikan: 2/kt
2
2
. ∆
2
. ∆ ∆
. ∆
∆
,
. ∆
1
. ∆
∆
2
2
2
∆
1
,
Dikalikan: Fo
2
2
2
∆
30
,
2
2
2
∆
,
2
2 .
2
∆
1 4
2
2
∆
,
,
,
,
. ∞
∆
∞
∆
,
… … … . … … … … . . 3.6
Syarat stabilitas:
1 4
2
2
∆
0
4
2
2
∆
1
4 2
2
∆
1
31
3.2.4
Persamaan Suhu di Tengah
Node: [(28-51), (56-75), (80-99), (102-121), (124-143), (146-165), (168-176),
(179-187), (191-198), (201-209), (213-220), (223-231), (234-236), (251-253),
(256-258), (261-263)]
Kesetimbangan energi:
,
,
∆
1
2
3
4
5
6
∆ . ∆ .
,
∆
,
Dimana:
∆
x=
∆
y
1
∆ .
,
∆
,
2
∆ .
,
∆
,
3
∆ .
,
,
∆
4
∆ .
,
,
∆
5
∆ . ∆
∞
,
6
∆ . ∆
∞
,
32
Dimisalkan:
,
,
,
∞
,
,
Maka:
∆ .
∆
∆ .
∆
∆ .
∆
∆ .
∆
2 ∆ . ∆
∆ . ∆ .
,
∆
Dikalikan: 1/kt
2
. ∆ ∆
. ∆
∆
,
. ∆
1
. ∆
∆
2
∆
1
,
Dikalikan: Fo
2
∆
,
,
2
∆
33
,
,
,
,
,
∆
∞
∆
,
… … … . … … … … . . 3.8
Syarat stabilitas:
1 4
2
∆
0
4
2
∆
1
4 2
∆
1
34
3.2.5
Persamaan Suhu di Sudut Dalam
Node: (55, 76, 177, 178, 237, 250)
Kesetimbangan energi:
,
,
∆
1
2
3
4
5
6
7
8
3
4 ∆ .
,
∆
,
Dimana:
∆
x=
∆
y
1
∆
2
,
∆
,
2
∆ .
,
∆
,
3
∆
2
,
∆
,
4
∆ .
,
∆
,
5
∆
2
∞
,
35
6
∆
2
∞
,
7
3
4 ∆
∞
,
8
3
4 ∆
∞
,
Dimisalkan:
,
,
,
∞
,
,
Maka:
∆
2
∆
∆ .
∆
∆
2
∆
∆ .
∆
∆
2
∆
2
2
3
4 ∆
3
4 ∆ .
,
∆
Dikalikan: 2/kt
2
2
2
. ∆
3
. ∆ ∆
3
2
. ∆
∆
,
. ∆
1
. ∆
∆
2
2
2
36
Dikalikan: 2Fo/3
2
3
4
3
2
3
4
3
4
3
2
∆
,
,
2
3
4
3
2
3
4
3
4
3
2
∆
,
2
3
2
2
2 .
3
∆
1 4
4
3
2
∆
,
,
,
,
,
. ∞
∆
∞
∆
,
… … … . . … … … . 3.10
Syarat stabilitas:
1 4
4
3
2
∆
0
4
4
3
2
∆
1
4
4
3
2
∆
1
37
3.2.6
Persamaan Suhu di Lubang Lingkaran
Node: (190, 212)
Kesetimbangan energi:
,
,
∆
1
2
3
4
5
6
17
28 ∆ .
,
∆
,
Dimana:
∆
x=
∆
y
1
∆ .
,
∆
,
2
∆ .
,
∆
,
3
∆ .
,
∆
,
4
2 ∆ .
∞
,
11
7 ∆ .
∞
,
5
∆
8 ∆
∞
,
∆
11
28 ∆
∞
,
38
5
17
28 ∆
∞
,
6
5
17
28 ∆
∞
,
Dimisalkan:
,
∞
,
,
,
∆
8 ∆
∆
22
56 ∆
17
28 ∆
… … … 3.12
∆
22
7
Maka:
∆ .
∆
∆ .
∆
∆ .
∆
11
7 ∆ .
2
17
28 ∆
17
28 ∆ .
,
∆
Dikalikan: 1/kt
. ∆ 11
7
17
14
. ∆ ∆
17
28
. ∆
∆
,
. ∆
1
. ∆
∆
39
17
14
∆
17
28
,
Dikalikan: 28Fo/17
28
17
28
17
28
17
44
17
2
∆
,
,
28
17
28
17
28
17
44
17
2
∆
,
28
17
44
28
34
28
∆
1
84
17
44
17
2
∆
,
,
,
,
∞
∆
∞
∆
,
… … … … . … … . . … … 3.13
Syarat stabilitas:
1
84
17
44
17
2
∆
0
84
17
44
17
2
∆
1
84
17
44
17
2
∆
1
40
3.3
Perhitungan Laju Aliran Kalor
Persamaan laju aliran kalor dihitung untuk setiap baris sesuai dengan
pembagian node pada benda uji. Hasil perhitungan kalor dari masing-masing baris
ini kemudian dijumlah sehingga didapatkan harga kalor total.
Contoh persamaan laju aliran kalor pada bagian tengah benda (node 145-166)
145
146
147
148
149
166 … . . 3.15
Dimana:
q145 = hA
1(T
∞
-T145)
q156
=
hA
2(T
∞
-T156)
q146 = hA
2(T
∞
-T146)
q157
=
hA
2(T
∞
-T157)
q147 = hA
2(T
∞
-T147)
q158
=
hA
2(T
∞
-T158)
q148 = hA
2(T
∞
-T148)
q159
=
hA
2(T
∞
-T159)
q149 = hA
2(T
∞
-T149)
q160
=
hA
2(T
∞
-T160)
q150 = hA
2(T
∞
-T150)
q161
=
hA
2(T
∞
-T161)
q151 = hA
2(T
∞
-T151)
q162
=
hA
2(T
∞
-T162)
q152 = hA
2(T
∞
-T152)
q163
=
hA
2(T
∞
-T163)
q153 = hA
2(T
∞
-T153)
q164
=
hA
2(T
∞
-T164)
q154 = hA
2(T
∞
-T154)
q165
=
hA
2(T
∞
-T165)
q155 = hA
2(T
∞
-T155)
q166
=
hA
1(T
∞
-T166)
∆
x =
∆
y = 0,006m ; t = 0,001m
2
1
2 ∆ . ∆
∆ .
∆
∆ .
∆ ∆
41
Untuk keseluruhan node:
,
… … … . … 3.16
Keterangan:
Q
: laju aliran kalor (W)
h
: koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m
²
.
°
C)
A
: luas permukaan yang bersentuhan dengan fluida (m
²
)
T
∞: suhu fluida (
°
C)
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Partition Plate
yang merupakan salah satu
part/item
pada produk register box. Dimensi luar dari
benda uji: P=150mm, L=72mm dan T=1mm. Dalam penelitian, benda uji dibagi
dalam 274 volume kontrol (274 node) dengan
∆
x=
∆
y=6mm. Benda uji
divariasikan dalam 5 jenis material yaitu besi murni, tembaga murni, kuningan
(70%Cu, 30%Zn), perak murni dan aluminium murni.
43
4.2
Peralatan Pendukung
a.
Perangkat keras:
Komputer (Laptop) merk Compaq 510. Processor: Intel (R) Core (TM) 2
Duo dengan RAM 1016 MB.
Printer Samsung ML-1640 series
Printer Canon iP1900 series
b.
Perangkat lunak:
Microsoft Office Word 2007
Microsoft Office Excel 2007
Autocad R14 for Dekstop 3
CATIA V5R16
4.3
Metode Yang Dipakai
Metode yang digunakan adalah metode komputasi beda hingga cara
eksplisit. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan metode beda
hingga cara eksplisit adalah sebagai berikut:
a.
Benda uji dibagi dalam elemen-elemen kecil yang disebut dengan
volume kontrol. Suhu pada volume kontrol mewakili suhu pada setiap
node-nya pada masing-masing elemen.
b.
Menuliskan persamaan numerik pada setiap node berdasarkan prinsip
kesetimbangan energi.
c.
Membuat program komputasi untuk mendapatkan distribusi suhu dan
44
d.
Memasukkan data-data untuk menjalankan program. Hasil dari
perhitungan secara komputasi ini merupakan data yang siap diolah.
e.
Mengolah data-data hasil perhitungan untuk ditampilkan dalam bentuk
grafik.
f.
Mengambil kesimpulan dan saran.
4.4
Variasi Yang Digunakan
Ada 2 jenis variasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu variasi jenis
material
(k,
α
)
dan variasi nilai
h
.
Tabel 4 - 2 Nilai koefisien perpindahan panas kalor konveksi (
h
)
No Material
Nilai
h
(W/m².°C)
1 Besi
murni
100
2 Besi
murni
150
3 Besi
murni
200
4 Besi
murni
250
5 Besi
murni
300
Tabel 4 - 1 Nilai
(k)
dan
(
α
)
untuk variasi jenis material
No Logam
Sifat pada 20°C
k
(W/m.°C)
α
(m²/s)
1 Besi
murni
73
0,00002034
2 Tembaga
murni
386 0,00011234
3
Kuningan (70%Cu dan 30%Zn)
111
0,00003412
4 Perak
murni
419 0,00017004
45
4.5
Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara pembuatan program terlebih
dahulu sesuai dengan metode yang digunakan, kemudian input semua data yang
sesuai dengan asumsi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Hasil
perhitungan berupa distribusi suhu dan laju aliran kalor dari waktu ke waktu.
Tabel 4 - 3 Distribusi suhu dari waktu ke waktu
(Sample diambil pada titik tengah benda uji, node 145-166)
No Waktu
Suhu Node
145 146 147 … … … …
….
164 165 166
1
0 30 30 30 30 30 30 30 30
30 30 30
2 0,3 … … … …
…
…
…
…
3 0,6 … … … …
…
…
…
…
4 0,9 … … … …
…
…
…
…
5 1,2 … … … …
…
…
…
…
Tabel 4 - 4 Laju aliran kalor dari waktu ke waktu
No
Waktu t Kalor Q
(detik) (watt)
1 0 ….
2 0,3 ….
3 0,6 ….
4 0,9 …
46
4.6
Cara Pengolahan Data
Setelah dilakukan penurunan rumus kesetimbangan energi untuk
mendapatkan persamaan pada setiap node yang telah ditentukan, selanjutnya
persamaan tersebut dimasukkan dalam program Excel sehingga dapat d