• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan komitmen afektif, komitmen kontinyu, dan komitmen normatif pada pria dan wanita anggota organisasi : komunitas otomotif - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan komitmen afektif, komitmen kontinyu, dan komitmen normatif pada pria dan wanita anggota organisasi : komunitas otomotif - USD Repository"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANGGOTA ORGANISASI: KOMUNITAS OTOMOTIF

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh

Maria Arintowati Heryudhi Prasanti NIM : 029114093

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Hidup tidak sekedar dijalani,

Hidup tidak berjalan dengan sendirinya,

Kehidupan tidak mengalir begitu saja,

Tidak ada makna hidup yang kau peroleh

jika tak ada yang kamu lakukan untuk hidupmu

dan menunggu semua terjadi begitu saja...

Selalu ada

Persoalan dan masalah

Jika kau berusaha untuk tetap hidup

Yang membuat kau bertanya tentang keadilan dalam kehidupan,

Tetapi..

Selalu ada

Jalan Keluar dan kebahagiaan

Jika kau berusaha untuk mengerti makna kehidupan dibaliknya

Yang membuat kau mensyukuri hidup itu sendiri

.

Masa lalu adalah pengalaman,

Masa depan adalah tujuan,

Hari ini adalah hidupmu...

Maka lakukan hari ini apa yang bisa kau lakukan hari ini

(5)

v

(6)

vi

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2009 Penulis,

(7)

vii Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komitmen organisasi antara pria dan wanita anggota komunitas otomotif dengan melihat dari masing-masing dimensi komitmen organisasi, yaitu dimensi komitmen afektif, kontinyu, dan normatif. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah anggota wanita memiliki komitmen afektif dan normatif yang lebih tinggi daripada pria, anggota pria memiliki komitmen kontinyu yang lebih tinggi daripada wanita.

Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita anggota komunitas otomotif di Yogyakarta, Solo, dan Surabaya yang berjumlah 120 orang. Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert yang dibagikan kepada subjek, yaitu skala komitmen organisasi dalam dimensi afektif, kontinyu, dan normatif. Penelitian menggunakan uji coba terpakai karena keterbatasan subjek wanita yang ada pada tiap komunitas otomotif. Hasil seleksi aitem dengan menggunakan koefisien korelasi aitem total menghasilkan seluruh aitem memiliki koefisien korelasi ≥ 0,3 sehingga seluruh aitem layak digunakan. Hasil estimasi reliabilitas skala menghasilkan koefisien reliabilitas untuk skala komitmen afektif sebesar .966, untuk skala komitmen kontinyu sebesar .964, dan untuk skala komitmen normatif sebesar .971.

Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t . Hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tiap dimensi komitmen antara pria dan wanita. Pada dimensi komitmen afektif wanita (mean=57.77) lebih tinggi daripada pria (mean=34.20) dengan t=-12.675,p<0.005, dimensi komitmen kontinyu pria (mean=55.23) lebih tinggi daripada wanita (mean=31.97) dengan t=13.160,p<0.005, dimensi komitmen normatif wanita (mean=60.07) lebih tinggi daripada pria (mean=36.90) dengan t=-11.194,p<0.005. Hal ini menunjukkan hipotesis pada penelitian ini diterima yang berarti anggota wanita memiliki komitmen yang lebih tinggi pada dimensi komitmen afektif dan normatif daripada anggota pria. Anggota pria memiliki komitmen kontinyu lebih tinggi daripada anggota wanita.

(8)

viii

Department of Psychology, Psychology Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of current research was to identify whether there were differences of organizational commitment between men and women who become the members of automotive community by each dimension of organizational commitment itself: affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. Hypotesis in this research were women have higher commitment than men in affective and normative commitment and men have higher commitment than women in continuance commitment.

120 members of automotive community in Yogyakarta, Solo, and Surabaya were the subject in this research. The data collecting method was using a Likert rating scales gave to the subject, there was organizational commitment scales which divide in three dimensions:affective, continuance, and normative commitment. Used Try-Out was used in this research because of limited women subject in each community. The item selection process which used corrected item total correlation showed that all the items have correlation coefficient ≥ 0,3 so there were no items deleted. The result of reliability scale test for affective commitment is .966, continuance commitment is .964, and normative commitment is .971.

Research data was analyzed by t-test. The result showed there were significant differences in each dimension between men and women. Women’s affective commitment (mean=57.77) is higher than men’s (mean=34.20) with t= -12.675, p<0.005, men’s continuance commitment (mean=55.23) is higher than women’s (mean=31.97), with t=13.160, p<0.005, and women’s normative commitment (mean=60.07) is higher than men’s (mean=36.90) with t=-11.194, p<0.005. These all means that the hypothesis in this research was accepted: women have higher commitment than men in affective and normative dimension, and men have higher commitment than women in continuance dimension.

(9)

ix

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Maria Arintowati Heryudhi Prasanti

No. Mahasiswa : 029114093

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan Dimensi Komitmen Organisasi Antara Pria dan Wanita Anggota Organisasi:Komunitas Otomotif beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 23 November 2009 Yang menyatakan,

(10)

x

”Perbedaan Dimensi Komitmen Organisasi Antara Pria dan Wanita Anggota Organisasi:Komunitas Otomotif” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi dan penelitian ini, penulis telah menerima banyak bantuan berupa bimbingan, masukan, pengarahan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ch. Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Dosen Penguji 1, Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si. atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Dosen Penguji 2, Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Dosen Penguji 3, P. Henrietta P. D. A. D. S, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan, saran, pengarahan, waktu, tenaga, dan terutama untuk kesabaran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu M.M. Nimas E. S., S.Psi., selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih untuk selalu memberikan dorongan dan semangat.

(11)

xi

’kasihmu yang telah menguatkanku’. Terima kasih juga untuk semua cinta dan kasih untuk anak-anakku, menjaga mereka saat aku harus berjuang dengan skripsi ini. Aku buktikan aku bisa menyelesaikan tugasku setelah melalui semua masalah yang menyusahkan kalian, I love you much Dad

and Mom.

8. Deron ’cungkring’ Satwikanaya dan Dewaswa ’ciprut’ Chattranaya, jagoan kecilku yang paling besar memberikan semangat dalam hidupku, satu-satunya penghiburan saat aku terjatuh dan menangis, kulakukan semua untuk kalian. Kalian harus bisa melakukan dan mencapai lebih dari apa yang sudah Ibu capai.

9. Stevanus Sapta Handana, suamiku tercinta, bapak anak-anakku, terima kasih untuk dorongan dan semangat yang diberikan , serta selalu setia untukku. Ayo Panda, kita wujudkan cita-cita kita.

10.Yudho Prabowo, Tri Wiyanti, kakak-kakakku beserta keponakanku Adrian ’ ranger’ Callandra dan Nicolas ’ ico marshmellow’ , terima kasih untuk selalu membuat aunty tertawa.

(12)

xii

karena telah banyak mengajariku tentang hidup dan slalu mengerti kebutuhanku, thanx Bro!

13.Tante Eva, yang selalu bersedia mendengarkan semua keluh kesahku saat aku sedih, marah, bingung, bosan dengan skipsiku, dan tidak ada tempat menangis selain dalam pelukanmu.

14.Tente Atik dan Om Aji atas semua pinjaman buku-bukunya dan semangat yang diberikan.

15.Si Orange Swift, yang telah setia menemani perjalananku kemanapun aku mau dan dalam keadaan apapun, saksi bisu perjalanan hidupku. Akan berat jika harus melepasmu.

16. Nama-nama yang belum disebutkan, maaf tidak ada maksud untuk melupakan, hanya keterbatasan peneliti.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan penelitian skripsi ini, maka berbagai saran dan kritikan akan senantiasa diterima dengan senang hati, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

(13)

xiii

HALAMAN PENGESAHAN……….iii

HALAMAN MOTTO………..iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………..v

Pernyataan Keaslian Karya………..vi

Abstrak……….vii

Abstract………viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………ix

Kata Pengantar……….x

Daftar Isi………..xiii

Daftar Tabel……….xvi

Daftar Diagram………xvii

Daftar Lampiran………..xviii

BAB I. PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang……….1

B. Rumusan Masalah………....11

C. Tujuan Penelitian………..11

D. Manfaat Penelitian………....11

BAB II. LANDASAN TEORITIS………...13

A. Komitmen Organisasi………13

1. Pengertian Komitmen Organisasi………..13

2. Dimensi Komitmen Organisasi………..15

3. Ciri-ciri individu dengan komitmen organisasi tinggi……….17

(14)

xiv

1. Pengertian Komunitas Otomotif………26

2. Keanggotaan dalam Komunitas Otomotif………….28

D. Komitmen Organisasi pada Pria dan Wanita Anggota Organisasi:Komunitas Otomotif……….29

E. Hipotesis Penelitian………32

BAB III. METODE PENELITIAN……….33

A. Jenis Penelitian………....33

B. Variabel Penelitian………..33

C. Definisi Operasional………34

D. Subjek Penelitian……….36

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………..37

F. Validitas dan Reliabilitas………39

1. Validitas………..39

2. Seleksi Item……….40

3. Reliabilitas………...41

G. Analisis Data……….43

1. Uji Asumsi……….43

2. Uji Hipotesis………..43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….44

A. Pelaksanaan Penelitian……….44

B. Deskripsi Subjek Penelitian……….45

C. Kategorisasi……….46

1. Jenis Kelamin Pria………...48

(15)

xv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….60

A. Kesimpulan………..60

B. Saran………61

(16)

xvi

Tabel 3.2 Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasional

Setelah Uji Coba………. ………..41

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Reliabilitas………...42

Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian………...47

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Jenis Kelamin Pria………...48

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Jenis Kelamin Wanita……….48

Tabel 4.4 Kriteria Kategori Komitmen Afektif Pria……….50

Tabel 4.5 Kriteria Kategori Komitmen Afektif Wanita………50

Tabel 4.6 Kriteria Kategori Komitmen Kontinyu Pria……..………50

Tabel 4.7 Kriteria Kategori Komitmen Kontinyu Wanita…..………...51

Tabel 4.8 Kriteria Kategori Komitmen Normatif Pria………..51

Tabel 4.9 Kriteria Kategori Komitmen Normatif Wanita……….52

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas………..53

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas………..53

(17)

xvii

(18)

xviii

Komitmen Normatif... 66

B. Reliabilitas... 80

C. Data Penelitian... 85

D. Uji Normalitas...114

E. Kategorisasi Pria...116

F. Kategorisasi Wanita...119

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mulai membentuk kelompok-kelompok yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi, untuk menyatukan visi yang sama, dan untuk mewujudkan misi yang sama dengan sesama anggota kelompok. Menurut Soekanto (2006), kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Thoha (2007) mengatakan bahwa banyak teori yang mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan tumbuhnya suatu kelompok. Salah satu teori yang agak menyeluruh penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation), yang dikembangkan oleh Newcomb (Luthans, 2005). Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Sekali hubungan tersebut terbentuk, partisipan berusaha mencapai dan menjaga hubungan keseimbangan yang simetris di antara sikap-sikap yang menarik dan bersama.

Weber (Thoha, 2007) mengemukakan bahwa suatu organisasi atau kelompok kerjasama mempunyai unsur kekayaan sebagai berikut :

(20)

1. Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seseorang individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut.

2. Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu (boundaries), dengan demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.

3. Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara orang-orang yang bekerja sama di dalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.

4. Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah terdapatnya hirarki. Konsekuensi dari adanya hirarki ini bahwa di dalam organisasi ada pimpinan atau kepala dan bawahan atau staf.

(21)

dalam event otomotif yang diikuti komunitasnya, serta adanya iuran bulanan yang wajib dipenuhi demi kelangsungan kegiatan-kegiatan komunitas; syarat keanggotaan, dimana para anggota wajib memenuhi syarat-syarat untuk dapat bergabung dalam komunitas tersebut, seperti syarat utama yaitu memiliki kendaraan pribadi yang mencerminkan identitas masing-masing komunitas otomotif itu, seperti misalnya ada komunitas yang hanya menerima anggota yang memiliki mobil hasil modifikasi, atau ada juga komunitas otomotif yang hanya menerima mobil dengan velg berukuran tertentu, dan lain sebagainya; serta struktur kepengurusan, dimana terdapat hirarki yang membuat para anggota memiliki tugas, tanggung jawab, dan fungsi tertentu dalam komunitas tersebut.

Beberapa komunitas otomotif di Yogyakarta yang telah memiliki website di mobiljogja.com, sering terlibat dalam event otomotif, dan anggotanya tidak terpatok pada satu merk dan tipe mobil yaitu komunitas BJG Lifestyle, Customized, DUBcity, Eighteen, Elegant, Freedom, Mobil2an, Option, dan Ordinary, dengan contoh profil komunitas tersebut sebagai berikut:

CUSTOMIZED merupakan sekelompok para pecinta modifikasi extreme, VIP style, minimalis, and elegant. Terbentuk pada tanggal 19 September 2006 di dekat Rumah Coffee Jogja. Kita ga terpatok pada satu merk produk mobil-mobil, di sini kita terserah mau mobil apa aja yang mau masuk CUSTOMIZED dengan syarat sudah dimodifikasi, baik itu modifnya elegant, VIP style, minimalis, Japanese style, dan American Style. Bagi yang suka hangout pake mobil yang gaul dan funky ato sekedar pengen nyari temen2 yang seru… Dateng dan maen-maen aja di tongkrongan kita, sekalian bisa masuk menjadi member CUSTOMIZED.

CUSTOMIZED sendiri kumpul tiap rabu gaul jam 16.00 wib di depan graha saba pramana ugm dan kalo malam minggu jam 22.00 wib di samping soda lounge jl solo.

(22)

Dari banyaknya organisasi dalam masyarakat, komunitas otomotif ini cukup mendapat perhatian di masyarakat karena dapat menjadi wadah bagi anak muda untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bersosialisasi dengan masyarakat diluar komunitas, misalnya seperti dengan adanya kegiatan bakti sosial yang diadakan dalam rangka menjalin sosialisasi dengan masyarakat luas. Selain itu, komunitas ini juga dapat menjadi sarana untuk memperluas pergaulan antar kaum muda antara komunitas yang satu dengan yang lain serta menambah pengalaman dan kreativitas mereka di bidang otomotif. Hal ini terwujud dengan adanya organisasi lebih besar yang merupakan gabungan antar komunitas ini yaitu Jogja Automotive Community, serta sering diadakannya kontes antar komunitas tersebut. Berdasar observasi peneliti, komunitas ini semakin populer dan semakin banyak diminati oleh kalangan anak muda Yogyakarta. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya anak muda yang berminat menjadi anggota baru dalam suatu komunitas, selain itu juga semakin banyak komunitas-komunitas otomotif baru bermunculan.

(23)

aturan-aturan dan pengawasan ketat terhadap apa yang dilakukan anggotanya. Kerelaan para anggota organisasi timbul ketika ada komitmen dalam diri. Dalam organisasi selalu terdapat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggotanya. Komitmen akan muncul ketika terjadi identifikasi dengan tugas, jika tugas dipandang memiliki tantangan dan menarik serta merupakan sarana bagi ekspresi diri. Selain itu komitmen juga akan muncul saat adanya internalisasi organisasi dalam diri anggota, jika tugas yang diterima memberikan kepuasan pada dirinya dan merasa organisasi adalah bagian dari dirinya. Seseorang akan termotivasi menyelesaikan tugas yang diberikan oleh organisasi bila dengan mencapai tujuan organisasi, ia sekaligus mencapai tujuan pribadinya (Antariksa, 2002).

Komitmen dapat didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu dan keterlibatannya di dalam organisasi. Komitmen memiliki tiga ciri, yaitu kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (Meyer dan Allen dalam Northcraft dan Neale, 1990, Steers dalam Dessler, 1994). Anggota organisasi yang berkomitmen tinggi cenderung memiliki catatan daftar hadir yang lebih baik, masa kerja lebih panjang, serta rendah tingkat penghindaran diri atas tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi. Pada beberapa penelitian, rendahnya komitmen anggota organisasi menunjukkan hubungan yang kuat dengan hasrat untuk keluar dari organisasinya (Antariksa, 2002).

(24)

a. Afektif, menunjukkan kelekatan secara emosi atau psikologis dan hasrat untuk mengidentifikasikan diri dengan organisasi. Seseorang yang komitmen afektifnya tinggi akan merasa bahwa organisasinya baik dan dijadikan bagian dari konsep dirinya. Dalam komponen ini, komitmen timbul karena individu benar-benar menginginkan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi (want to). Anteseden dari komponen ini meliputi karakteristik personal, karakteristik kerja, dan pengalaman selama bekerja. Hubungan yang paling kuat dan konsisten dengan komitmen afektif adalah pengalamam selama bekerja. Anggota yang pengalamannya di dalam organisasi konsisten dengan harapan-harapannya serta terpuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya, cenderung mengembangkan kelekatan afeksi yang kuat terhadap organisasi daripada karyawan yang mengalami ketidakpuasan.

b. Kontinyu, timbul ketika individu menyadari bahwa akumulasi investasi mereka akan hilang jika meninggalkan organisasi (side bets) atau individu menyadari tebatasnya alternatif yang sebanding dengan organisasinya pada saat ini sehingga individu memerlukan organisasi (need to). Anteseden potensial komponen ini meliputi usia, masa kerja, dan intensi untuk keluar dari organisasi.

(25)

management). Komitmen rekan kerja mempengaruhi perkembangan komitmen normatif dalam diri individu. Adapun keandalan organisasi dan keterlibatan dalam manajemen secara berangsur-angsur menumbuhkan keharusan moral dalam diri individu untuk membalas jasa kepada organisasi.

Komitmen juga dinilai penting dalam komunitas otomotif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya ditengah persaingan antar komunitas yang satu dengan yang lain. Persaingan yang biasa terjadi antar komunitas ini biasanya dengan melihat banyaknya penghargaan yang telah diterima oleh masing-masing komunitas melalui berbagai event otomotif yang ada, jumlah anggota komunitas, juga dengan melihat modifikasi-modifikasi yang ada pada mobil para anggotanya. Kuat lemahnya komunitas-komunitas otomotif tersebut dalam persaingan itu membuat suatu komunitas lebih dikenal daripada komunitas lainnya, dimana komunitas yang mempunyai nama besar (karena prestasi, jumlah anggota, maupun ke-ekstriman modifikasi mobil para anggotanya) cenderung dapat menarik lebih banyak orang untuk menjadi anggota baru dan mengurangi jumlah anggota yang ingin berpindah ke komunitas otomotif lain. Oleh karena itu diperlukan adanya komitmen dalam diri anggota untuk dapat meningkatkan kondisi komunitas dan menjaga kelangsungan hidup komunitasnya.

(26)

ide-ide kreatifnya untuk memodifikasi mobil dan bersaing dalam kontes-kontes antar komunitas. Namun komunitas-komunitas otomotif ini juga tidak menutup kemungkinan adanya anggota wanita, seperti pada beberapa komunitas yang memiliki pengurus wanita, ada juga komunitas yang mengajak kaum wanita untuk ikut bergabung seperti Elegant Community yang memiliki Elegant Girl

Community dimana pada profilnya dalam http://www.mobiljogja.com/otoclub/elegant dicantumkan bahwa komunitas ini

menerima anggota wanita dan tidak harus memiliki mobil.

(27)
(28)

Beberapa perbedaan karakter yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita memiliki karakter yang lebih emosional, kehidupannya lebih dipengaruhi oleh perasaan dimana hal ini menunjukkan bahwa wanita dapat lebih menunjukkan kelekatan secara afeksi daripada pria yang memiliki karakter yang lebih rasional dalam kehidupannya. Begitu juga dengan karakter wanita yang cenderung lebih berorientasi pada hubungan, mengutamakan relasi emosional, serta lebih menekankan hubungan pribadi dimana hal ini akan mempengaruhi bagaimana ia bersosialisasi dengan lingkungannya, wanita akan lebih mempunyai perasaan tidak enak hati jika ia melakukan hal-hal yang diluar norma, daripada pria yang memiliki karakter yang self oriented dan mereka tidak akan melakukan apa yang tidak perlu dilakukan. Sedangkan karakter pria yang rasional, lebih berorientasi pada pekerjaan, hasil, dan harus selalu ada kompensasi untuk yang dilakukannya, menunjukkan bahwa pria akan lebih memikirkan akibat dari tiap tindakannya berdampak keuntungan atau kerugian bagi dirinya, daripada wanita yang hidupnya tidak terlalu berkaitan dengan hasil. Beberapa perbedaan karakter yang nampak jelas antara pria dan wanita tersebut memunculkan pertanyaan akankah ada perbedaan juga dalam dimensi komitmen mereka dalam organisasi.

(29)

tersebut adalah karena memiliki ketertarikan terhadap dunia otomotif dan modifikasi serta terlibat dalam kegiatan komunitasnya, bukan untuk sekedar sebagai ‘tim penggembira’ saja.

B.Rumusan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah :

Apakah ada perbedaan pada dimensi komitmen organisasi antara pria dan wanita anggota organisasi:komunitas otomitif ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan dimensi komitmen organisasi antara pria dan wanita anggota organisasi:komunitas otomotif.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis.

Bagi Psikologi. Memberi informasi bagi Psikologi Industri dan Organisasi tentang dimensi komitmen organisasi pada pria dan wanita dalam organisasi yang mayoritas anggotanya adalah pria.

2. Manfaat Praktis.

(30)

dengan mengetahui dimensi komitmen pada pria dan wanita di komunitas-komunitas otomotif.

(31)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Komitmen Organisasi

1. Pengertian komitmen organisasi

Pada dekade terakhir ini, konsep komitmen organisasi menjadi perhatian di banyak literatur psikologi industri dan organisasi maupun ilmu perilaku organisasi. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa komitmen organisasi berkaitan dengan perilaku anggotanya. Selama beberapa tahun para peneliti berargumen bahwa para anggota yang menghargai keangggotaannya dalam organisasi akan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku penarikan diri, seperti ketidakhadiran dan kemalasan.

Beberapa peneliti seperti Angel, Perry, Cohen, Mowday, Porter, dan Steers (Cohen dan Gattiker, 1994) memfokuskan diri pada komitmen organisasi karena komitmen telah menunjukkan diri sebagai satu prediktor penting yang berkaitan dengan keluaran organisasi seperti absenteisme, turnover, dan kemalasan. Dengan komitmen yang tinggi, kontrol yang timbul cenderung lebih bersifat internal. Artinya, terjadi melalui disiplin diri dan tangung jawab individu atau kelompok atas tugas-tugas yang diembannya.

Komitmen organisasi merupakan suatu sikap yang relatif stabil dan dapat didefinisikan sebagai suatu keyakinan dan penerimaan yang kuat atas nilai-nilai dan tujuan organisasi, suatu kemauan untuk berusaha menggunakan segala daya

(32)

bagi kepentingan organisasi, dan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (Poter dkk, dalam Cohen dan Gattiker, 1994).

Komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi dan keterlibatan individu dengan organisasi. Komitmen yang tinggi dicirikan dengan tiga hal, yaitu kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, dan ketiga adalah keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tersebut (Meyer dan Allen dalam Nortcraft dan Neale, 1990, Steers dalam Dessler, 1994).

Komitmen muncul dalam tiga bentuk sikap yang terpisah tapi saling berhubungan dengan erat. Pertama, identifikasi dengan misi organisasi. Kedua, keterlibatan secara psikologis dalam tugas-tugas organisasi, dan ketiga adalah loyalitas serta keterikatan dengan organisasi (Desler, 1994).

Komitmen organisasi dapat dikatakan sebagai suatu respon kelekatan individu terhadap organisasi dan penyatuan nilai-nilai maupun tujuan organisasi ke dalam konsep diri seseorang (Rotondy dalam Efraty dkk., 1991). Proses kelekatan itu terjadi ketika individu menginternalisasi norma-norma, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan penting yang berlaku di dalam organisasi. Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai kelekatan emosi, identifikasi, dan keterlibatan individu dengan organisasi, serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi (Meyer dkk., 1993).

(33)

maupun tujuan organisasi ke dalam konsep dirinya. Kelekatan dan penerimaan ini kemudian menimbulkan suatu kemauan untuk berusaha menggunakan segala daya bagi tercapainya tujuan organisasi, dan adanya keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

2. Dimensi komitmen organisasi

Meyer dan Allen (Meyer dkk., 1993) mendefinisikan komitmen organisasi dalam tiga tema berbeda, yaitu komitmen sebagai kelekatan afeksi kepada organisasi, komitmen dipandang sebagai biaya yang timbul jika meninggalkan organisasi, dan komitmen sebagai kewajiban untuk tetap berada di dalam organisasi. Secara umum, ketiga tema ini memandang komitmen organisasional sebagai suatu area psikologis yang a) membedakan hubungan karyawan dengan organisasi, dan b) memiliki implikasi bagi pengambilan keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan keanggotaannya di dalam organisasi.

Berdasarkan tiga tema tersebut, maka Meyer dkk. (1993) mengajukan konsep tiga dimensi komitmen organisasional, yaitu :

(34)

1993) mengatakan bahwa hubungan yang paling kuat dan konsisten dengan komitmen afektif adalah pengalamam selama bekerja. Karyawan yang pengalamannya di dalam organisasi konsisten dengan harapan-harapannya serta terpuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya, cenderung mengembangkan kelekatan afeksi yang kuat terhadap organisasi daripada karyawan yang mengalami ketidakpuasan.

b. Kontinyu, timbul ketika individu menyadari bahwa akumulasi investasi mereka akan hilang jika meninggalkan organisasi (side bets) atau individu menyadari tebatasnya alternatif yang sebanding dengan organisasinya pada saat ini sehingga individu memerlukan organisasi (need to). Anteseden potensial komponen ini meliputi usia, masa kerja, dan intensi untuk keluar dari organisasi.

(35)

3. Ciri-ciri individu dengan komitmen organisasi tinggi

Efraty dkk. (1991) mengatakan bahwa individu yang berkomitmen organisasional tinggi menunjukkan minimal tiga hal, yaitu; a) keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai yang dianut organisasi, b) hasrat untuk sungguh-sungguh menggunakan energi bagi kepentingan organisasi, c) keinginan yang kuat untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.

Lee dkk. (Baron dan Byrne, 1997) mengatakan bahwa individu yang memiliki komitmen tinggi akan menunjukkan tingkat absensi dan keinginan untuk turnover yang rendah. Adapun Meyer dkk. (1993) mengatakan bahwa komitmen afektif dan normatif memiliki korelasi positif dengan performansi dan perilaku keanggotaan.

Robbins (1991) mengatakan bahwa komitmen ditunjukkan dengan tingginya tingkat loyalitas dan dedikasi karyawan terhadap organisasinya. Karyawan akan melakukan segala cara (dedikasi) agar organisasi mampu mencapai kesuksesan. Dalam diri karyawan yang komitmennya tinggi terjadi proses identifikasi, adanya keterlibatan, dan memandang keanggotaan organisasi sebagai suatu aspek penting bagi konsep dirinya.

(36)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi

Menurut Cherrington (1989) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya komitmen organisasional. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori yang disebut sebagai pendahulu (antecedent) komitmen organisasional, yaitu :

a. Faktor personal. Komitmen organisasional umumnya lebih tinggi pada

anggota organisasi yang lebih tua dan lebih lama masa kerjanya. Sebagai suatu kelompok, anggota wanita cenderung lebih berkomitmen tinggi kepada organisasi bila dibandingkan pria, dan karyawan yang berpendidikan rendah cenderung lebih berkomitmen daripada karyawan dengan pendidikan tinggi.

b.Karakteristik peran. Komitmen organisasional cenderung lebih kuat pada

karyawan dengan jabatan yang diperkaya, rendah tingkat ambiguitas maupun konfliknya.

c.Karakteristik struktur. Komitmen organisasional lebih kuat pada anggota

organisasi yang berada dalam organisasi yang desentralis yang lebih melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan.

d.Pengalaman kerja. Komitmen organisasional cenderung lebih kuat pada

(37)

Ouchi (Antariksa, 2002) dalam teori Z-nya mengemukakan bahwa timbulnya komitmen organisasional dalam diri karyawan dipengaruhi oleh:

a. Filosofi organisasi. Filosofi organisasi adalah suatu pemahaman umum atas nilai-nilai yang dianut dan sasaran yang ingin diraih organisasi. Pada umumnya filosofi organisasi dituangkan dalam pernyataan-pernyataan pendek. Filosofi organisasi dapat menjadi alat untuk menyatukan aktivitas karyawan karena filosofi membuat adanya standar respon terhadap problem, menjadi dasar untuk menerangkan mengapa beberapa perilaku mendapat penghargaan, dan menghasilkan citra organisasi yang selanjutnya dapat mempengaruhi citra diri para anggotanya.

b. Budaya organisasi. Budaya organisasi yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai prioritas. Nilai-nilai kemanusiaan akan menumbuhkan kepercayaan, keintiman, kesantunan antara organisasi dengan karyawan. Budaya ini (budaya Z) akan membuat anggota organisasi merasa organisasinya lebih sebagai sebuah keluarga besar atau clan. Tujuan organisasi dipandang identik dengan tujuan pibadi karyawan, sehingga mereka akan menunjukkan komitmen dan loyalitas yang tinggi.

(38)

lama, namun sekali keputusan telah diambil, maka setiap karyawan yang terkena dampaknya cenderung akan mendukungnya.

B. Pria dan Wanita

1.Perbedaan pria dan wanita

Manusia dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu pria dan wanita. Jenis kelamin yang berbeda ini merupakan salah satu contoh perbedaan yang ada pada manusia. Perbedaan yang ada pada pria dan wanita menjadi perhatian para ahli, berikut beberapa penjelasan mengenai perbedaan pria dan wanita berdasarkan karakternya.

Kartono (2006), mengemukakan perbedaan karakter antara pria dan wanita, sebagai berikut :

a. Wanita pada umumnya lebih tertarik pada hal-hal yang praktis daripada yang teoritis.

b. Wanita lebih dekat pada masalah kehidupan yang praktis konkrit, sedangkan pria lebih tertarik pada segi kejiwaan yang abstrak. Misalnya ; wanita sangat menikmati masalah rumah tangga, kehidupan sehari-hari, dan peristiwa lain disekitar rumah tangganya. Pria pada umumnya cuma tertarik jika peristiwa tersebut memiliki latar belakang teoritis untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi tertentu, sesuai dengan minatnya, atau berhubungan dengan dirinya sendiri.

(39)

mengendap sehingga tampak kurang lincah. Hal ini membuat wanita tampak lebih spontan dan impulsif.

d. Wanita lebih bersifat hetero-sentris dan lebih sosial, mungkin dikarenakan lebih banyak mengalami duka derita lahir batin terutama pada saat melahirkan sehingga ia lebih tertarik pada kehidupan orang lain. Pria bersifat lebih egosentris atau berpusat pada diri, mereka lebih objektif dan mengarah pada hal pokok.

e. Wanita lebih banyak mengarah keluar, kepada subyek lain. Misalnya pada cara berdandan dan berhias, secara pokok wanita mengarahkan aktivitasnya keluar, untuk menarik perhatian pihak lain terutama pria. f. Kaum pria cenderung lebih egosentris atau self oriented, berperan sebagai

pengambil inisiatif untuk memberikan rangsangan dan pengarahan, dan menganggap dunia ini miliknya sebagai ruang untuk berprestasi dan bekerja. Wanita merupakan kebalikannya biasanya mereka tidak agresif , sifatnya lebih pasif, suka melindungi, memelihara, mempertahankan. g. Pada wanita fungsi sekunderitas atau fungsi dari tanggapan yang

mempengaruhi secara sekunder kehidupan kejiwaan kita tidak terletak di bidang intelektual melainkan di perasaan. Nilai perasaan dari pengalaman-pengalamannya jauh lebih lama mempengaruhi struktur kepribadiaannya, jika dibandingkan dengan nilai perasaan kaum pria.

(40)

karena itu biasanya wanita memilih bidang dan pekerjaan yang banyak mengandung unsur relasi emosional dan pembentukan perasaan. Misalnya : pekerjaan guru, juru rawat, pekerja sosial, bidan, dokter, dan lain-lain. i. Wanita juga sangat peka terhadap nilai-nilai estetis, hanya saja umumnya

mereka kurang produktif. Hal ini terutama disebabkan oleh sangat kurangnya kesempatan untuk memperdalam ketrampilan seni.

j. Seorang wanita bila sudah memilih sesuatu dan telah memutuskan untuk melakukan sesuatu ia tidak banyak berbimbang hati untuk melakukan langkah selanjutnya. Hal ini berbeda dengan kaum pria yang masih saja berbimbang hati dan terombang-ambing diantara pilihan menolak atau menyetujui. Pada umumnya wanita juga lebih antusias memperjuangkan pendiriannya daripada pria.

k. Pada kaum pria terdapat garis pemisah yang jelas antara kehidupan psikis dengan kehidupan nyata, dan antara ketertarikan pribadi dengan tugas kewajiban yang formal. Wanita sebaliknya memandang kehidupan ini sebagaimana adanya.

(41)

m. Wanita pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetil. Contohnya para mahasiswa puteri akan membuat catatan dan diktat perkuliahan yang lebih lengkap dan teliti dari para mahasiswa putera, tetapi pada umumnya catatan tersebut kurang kritis karena mahasiswa puteri kurang mampu membedakan bagian yang penting dengan bagian yang kurang pokok. n. Perbedaan lain dalam hal aktivitas adalah wanita lebih suka menyibukkan

diri dengan pekerjaan ringan, seperti bercocok tanam, menyulam, membuat kue, dan lain-lain. Kaum pria lebih suka istirahat, tidur, atau bersantai sejenak.

Gray (2003), juga mengatakan beberapa perbedaan pria dan wanita, terutama di tempat mereka bekerja, yaitu :

a. Laki-laki memiliki kecenderungan: • Lebih berorientasi pada pekerjaan.

• Selalu melakukan berbagai hal untuk membuktikan

kemampuan dan mengembangkan kekuatan serta ketrampilan mereka.

• Mengalami pemenuhan terutama dari mencapai hasil dan

melakukan pekerjaan yang sangat memuaskan.

• Lebih tertarik pada hal-hal yang membantu mereka mencapai

hasil daripada pada orang dan perasaan, dalam dunia kerja yang penting adalah hasil dan bukan kelekatan pribadi.

• Pembuatan keputusan juga terutama didasari apa yang

(42)

• Selalu mencari cara untuk berdiri lebih tinggi daripada yang

lain dan menonjol diantara orang banyak.

• Tidak akan melakukan apa yang tidak perlu dilakukan, jika

berbuat lebih mereka harus memastikan akan mendapat kompensasi untuk itu.

b. Wanita memiliki kecenderungan: • Lebih berorientasi pada hubungan.

• Lebih tertarik pada kualitas hubungan dan lingkungan kerja,

mencurahkan lebih banyak waktu serta perhatian untuk saling mendukung, membantu, dan membenarkan.

• Jati diri mereka di tempat kerja terutama ditentukan oleh

kualitas hubungan kerja dan bukan oleh betapa banyak uang yang mereka hasilkan.

• Bekerja bersama dalam rasa keselarasan, komunitas, dan saling

mendukung, mereka tidak terlalu menekankan pencapaian pribadi dan lebih menekankan hubungan pribadi.

• Semangat di tempat kerja lebih berkaitan dengan kualitas

komunikasi dan tidak terlalu berkaitan dengan hasil.

• Memperlihatkan komitmen dengan melakukan yang terbaik

(43)

2. Stereotipe terhadap pria dan wanita

Sejumlah ciri kepribadian yang lain merupakan stereotype masyarakat terhadap pria dan wanita. Maccoby dan Jacklin (Stephan dan Stephan, dalam Henriques, 2008) mengemukakan perbedaan lain yaitu pria lebih perhatian pada persoalan kekuasaan dan dominasi daripada wanita. Penelitian Basow (Stephan dan Stephan, dalam Henriques, 2008) pada anak-anak hingga orang dewasa yang berkuasa mengenai tipe perilaku dominan, seperti misalnya dominasi terhadap percakapan dan bidang fisik, serta peran kepemimpinan dalam kelompok memberi kesan bahwa pria juga tinggi dalam dominasi dibandingkan wanita.

Wanita terstereotipe sebagai pribadi yang lebih suka menolong, memelihara, selalu mengalah, bergantung, dan mudah menyesuaikan diri daripada pria. Pria dikatakan lebih kompetitif daripada wanita, tapi ternyata data laboratorium mengenai tes perilaku pria dan wanita tidak menunjukkan hal itu (Maccoby dan Jacklin, 1974 dalam Stephan dan Stephan, 1985, dalam Henriques, 2008).

(44)

Kesimpulan dari berbagai penjelasan tersebut adalah perbedaan antara pria dan wanita pada dasarnya terletak pada perbedaan struktur biologisnya. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan dalam aktivitas sehari-hari dan perbedaan fungsi sosial di tengah masyarakat. Perbedaan peran dan fungsi sosial tersebut menunjukkan wanita lebih spontan impulsif sedangkan pria tampak kurang lincah. Wanita pada umumnya lebih akurat dan mendetil, lebih suka memelihara dan mempertahankan, sedangkan kaum pria lebih suka hal-hal teoritis, bersifat cenderung memikirkan diri sendiri, menganggap dunia sebagai tempat untuk berprestasi dan bekerja, dan bagi pria faktor eksternal maupun pribadi adalah hal yang relatif dalam mengendalikan hidup mereka. Pada umumnya wanita antusias memperjuangkan pendiriannya dan pria lebih gampang terombang-ambing. Sedangkan di dunia kerja, pria berorientasi pada hasil dengan menunjukkan kemampuan mereka, dan wanita lebih berorientasi pada hubungan dengan meningkatkan kualitas komunikasi dan hubungan pribadi.

C. Komunitas Otomotif

1. Pengertian komunitas otomotif

(45)

(http://en.wikipedia.org/wiki/Non-profit_organizations). Sedangkan dalam situs Spiritus-Temporis.com, organisasi non profit didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki objek utama pada ketertarikan pribadi maupun perhatian publik yang memiliki tujuan non komersial, organisasi ini dapat dikontrol oleh anggotanya sendiri, dan memiliki struktur organisasi.

Komunitas ini memiliki mayoritas anggota pria karena pada umumnya kaum pria lebih memiliki ketertarikan pada dunia otomotif daripada kaum wanita, dimana dasar pembentukannya seperti dalam teori keseimbangan (a balance theory of group information) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb (Newcomb, dalam Luthans, 1981). Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Sekali hubungan tersebut terbentuk, partisipan berusaha mencapai dan menjaga hubungan keseimbangan yang simetris di antara sikap-sikap yang menarik dan bersama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi :

Organisasi adalah (1) kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) dalam perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu; (2) kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi sosial adalah sistem hubungan antarorang dan antarkelompok

(46)

Komunitas adalah kelompok organisme (orang dsb) yang hidup dan saling

berinteraksi di daerah tertentu, masyarakat, paguyuban.

Komunitas otomotif adalah kelompok atau kumpulan orang yang meminati dan

berkecimpung di bidang otomotif.

2. Keanggotaan dalam komunitas otomotif

Dalam http://www.mobiljogja.com/otoclub terdapat beberapa website komunitas otomotif yang terdapat di Yogyakarta yang mencantumkan profil komunitas dan terdapat syarat keanggotaan di dalamnya, beberapa contohnya yaitu:

1. Customized : Kita ga terpatok pada satu merk produk mobil, disini kita terserah mau mobil apa aja yang mau masuk Customized dengan syarat sudah dimodifikasi, baik itu modifnya elegant, vip style, minimalis, japanese style, dan american style. Bagi yang suka hangout pake mobil yang gaul atau funky, atau sekedar pengen nyari2 temen2 yang seru, dateng dan maen-maen aja di tongkrongan kita, sekalian bisa masuk menjadi member Customized.

2. Eighteen : Eighteen communita adalah sebuah komunitas yang anak2nya suka modifikasi boil. Berdiri pada tanggal 24 November 2006 di Jogjakarta. Pertama kali berdiri beranggotakan 5 orang yaitu adict, andha, andhy, roy, n adi, dan boil kami bervelg r18 semuanya maka kami beri nama EIGHTEEN.

(47)

D. Komitmen Organisasi pada Pria dan Wanita Anggota

Organisasi:Komunitas Otomotif

Komunitas otomotif memiliki dominasi anggota kaum pria yang pada umumnya pria memiliki ketertarikan tinggi pada dunia otomotif dan salah satu alasan berdasar karakteristik pria, mengapa komunitas ini lebih banyak diminati kaum pria yaitu karena karakteristik pria cenderung self oriented, menganggap dunia ini miliknya sebagai ruang untuk berprestasi dan bekerja, pria tertarik pada hal yang punya tendensi tertentu, sesuai dengan minatnya, atau berhubungan dengan dirinya sendiri. Dalam komunitas otomotif, pria cenderung lebih bisa mengekspresikan dirinya seperti dengan adanya persaingan antar komunitas meski tidak secara jelas ditampakkan, persaingan ini terjadi misalnya pada saat ada even-even otomotif yang diikuti oleh berbagai komunitas tersebut, mereka bersaing untuk memamerkan kehebatan modifikasi mobil-mobil andalan yang dimiliki masing-masing komunitas tersebut. Hal tersebut mungkin menjadi alasan wanita yg pada umumnya memiliki karakter yang tidak agresif , sifatnya lebih pasif, suka melindungi, memelihara, mempertahankan, serta cenderung tertarik pada kehidupan yang praktis-konkrit, sangat menikmati kehidupan sehari-hari, membuatnya cenderung menjadi kurang suka dengan persaingan dan memodifikasi mobil seperti yang terdapat pada komunitas otomotif.

(48)

memiliki karakter yang lebih rasional dalam kehidupannya. Begitu juga dengan karakter wanita yang cenderung lebih berorientasi pada hubungan, mengutamakan relasi emosional, serta lebih menekankan hubungan pribadi dimana hal ini akan mempengaruhi bagaimana ia bersosialisasi dengan lingkungannya, wanita akan lebih mempunyai perasaan tidak enak hati jika ia melakukan hal-hal yang diluar norma, daripada pria yang memiliki karakter yang self oriented dan mereka tidak akan melakukan apa yang tidak perlu dilakukan. Sedangkan karakter pria yang rasional, lebih berorientasi pada pekerjaan, hasil, dan harus selalu ada kompensasi untuk yang dilakukannya, menunjukkan bahwa pria akan lebih memikirkan akibat dari tiap tindakannya berdampak keuntungan atau kerugian bagi dirinya, daripada wanita yang hidupnya tidak terlalu berkaitan dengan hasil.

(49)

Dimensi komitmen yang berbeda pada pria dan wanita tersebut yaitu wanita yang kehidupannya lebih dipengaruhi oleh perasaan, lebih menunjukkan tanda-tanda emosional, lebih memilih bidang yang banyak mengandung unsur relasi emosional, serta totalitas tingkah laku yang terletak pada kehidupan perasaannya membuat wanita lebih mengembangkan dimensi komitmen afektif yang muncul karena adanya kelekatan secara emosi. Pada wanita juga ada indikasi munculnya dimensi komitmen normatif yaitu karena adanya karakter wanita yang tertarik pada kehidupan orang lain, lebih banyak mengarah pada subjek lain, serta wanita mengartikan perkumpulan lebih sebagai perhatian terhadap hubungan dengan yang lain, sehingga munculnya komitmen cenderung karena merasa memiliki keharusan moral demi terjaganya hubungan dengan pihak lain. Sedangkan pada pria lebih terlihat munculnya dimensi komitmen kontinyu dimana karakter mereka yang tertarik pada sesuatu yang memiliki latar belakang teoritis, mempunyai tendensi tertentu, sesuai dengan minatnya, berhubungan dengan dirinya sendiri, dan self oriented, membuat pria kurang memperhatikan unsur emosi serta norma dalam berkomitmen melainkan lebih pada segala hal yang berkaitan dengan dirinya, dengan kata lain jika pria merasa perlu untuk dirinya maka ia akan berkomitmen. Bagi pria, mereka tidak akan melakukan apa yang tidak perlu dilakukan, jika berbuat lebih mereka harus memastikan akan mendapat kompensasi untuk itu, pembuatan keputusan juga terutama didasari apa yang diperlukan untuk mencapai hasil.

(50)

ini. Goulet dan Frank (2002), melakukan penelitian mengenai komitmen organisasi pada organisasi profit, non profit, dan organisasi kemasyarakatan. Hasilnya menjelaskan bahwa komitmen organisasi tertinggi terdapat pada organisasi profit, kemudian diikuti oleh organisasi non profit, dan komitmen organisasi terendah pada organisasi kemasyarakatan. Sedangkan Ayensa dkk (tanpa tahun), melakukan penelitian mengenai komitmen organisasi pada organisasi non profit dengan menganalisis berbagai dimensi dalam komitmen itu sendiri.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikemukakan yaitu ada perbedaan dimensi komitmen organisasional antara pria dan wanita anggota organisasi:komunitas otomotif :

1. Anggota wanita akan memiliki komitmen afektif lebih tinggi daripada anggota pria.

2. Anggota pria akan memiliki komitmen kontinyu lebih tinggi daripada anggota wanita.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif yang bertujuan untuk melihat dimensi komitmen organisasional antara pria dan wanita pada organisasi yang memiliki anggota campuran yaitu pria dan wanita.

B. Variabel Penelitian

Berikut adalah variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. 2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain, yang keadaannya akan tergantung pada variabel penyebab. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah dimensi komitmen organisasi, yaitu dimensi afektif, kontinyu, dan normatif.

(52)

C. Definisi Operasional

1. Komitmen Organisasional

Komitmen organisasional adalah kelekatan emosi, identifikasi, dan keterlibatan individu dengan organisasi, serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi (Allen dan Meyer, dalam Dunham dkk.,1994).

Beberapa dimensi komitmen terhadap organisasi menurut Meyer dkk. (1993), yaitu :

a. Afektif, menunjukkan kelekatan secara emosi atau psikologis dan hasrat untuk mengidentifikasikan diri dengan organisasi. Anteseden dari komponen ini meliputi karakteristik personal, karakteristik kerja, dan pengalaman selama bekerja.

Data diperoleh melalui skala yang terdiri dari dua puluh pernyataan favourable dan unfavourable dalam komposisi yang seimbang dengan lima kategori respon, yang akan dikenakan pada subjek pria dan wanita anggota komunitas otomotif. Skor atau nilai total yang tinggi menunjukkan semakin tinggi komitmen afektif dalam diri anggota.

(53)

Data diperoleh melalui skala yang terdiri dari dua puluh pernyataan favourable dan unfavourable dalam komposisi yang seimbang dengan lima kategori respon, yang akan dikenakan pada subjek pria dan wanita anggota komunitas otomotif. Skor atau nilai total yang tinggi menunjukkan semakin tinggi komitmen kontinyu dalam diri anggota.

c. Normatif, timbul sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi yang menekankan kepatutan (should to) untuk setia (loyal) kepada pemberi kerja atau karena tunjangan-tunjangan yang diterima (misalnya beasiswa tugas belajar atau pelatihan) yang membuat individu merasa wajib untuk membalasnya. Anteseden dari komponen ini meliputi komitmen rekan kerja, keandalan organisasi, dan keterlibatan dalam manajemen (participatory management).

Data diperoleh melalui skala yang terdiri dari dua puluh pernyataan favourable dan unfavourable dalam komposisi yang seimbang dengan lima kategori respon, yang akan dikenakan pada subjek pria dan wanita anggota komunitas otomotif . Skor atau nilai total yang tinggi menunjukkan semakin tinggi komitmen normatif dalam diri anggota.

2. Pria dan Wanita

(54)

bagian identitas yang harus diisi oleh subjek dalam skala yang disebarkan oleh peneliti.

D.Subjek Penelitian

Menetapkan dan mengetahui terlebih dulu populasi sebelum dilakukan penelitian adalah penting. Populasi atau universum adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel hendak digeneralisasikan, sedangkan sampel adalah sebagian individu yang diselidiki yang nantinya akan menjadi sasaran generalisasi hasil penelitian (Hadi, 1991). Ciri populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memiliki jenis kelamin pria dan wanita. 2. Memiliki persamaan persyaratan keanggotaan.

Sedikitnya wanita yang tertarik untuk bergabung dalam komunitas ini menyebabkan beberapa komunitas membuat pengecualian persyaratan bagi wanita yang ingin bergabung dalam organisasi ini. Untuk menghindari kerancuan maka antara anggota wanita dan pria dalam populasi ini harus memiliki persamaan persyaratan keanggotaan.

3. Memiliki masa keanggotaan aktif minimal enam bulan.

Komunitas Otomotif memiliki kegiatan rutin seminggu dua kali, sehingga dengan adanya batas minimal masa keanggotaan tersebut diharapkan dapat memperoleh subjek yang telah banyak terlibat dalam tiap kegiatan komunitasnya.

(55)

Penelitian ini direncanakan mengambil populasi sejumlah anggota pria dan wanita yang menjadi anggota komunitas otomotif di Yogyakarta, Solo, dan Surabaya. Adapun teknik yang digunakan untuk mengambil sampel penelitian adalah Purposive Sampling, yaitu suatu teknik pemilihan sekelompok subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

E.Metode dan Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode skala untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Skala ini akan diisi oleh subyek. Skala yang digunakan adalah penskalaan subyek dimana skala berorientasi pada subyek yang bertujuan untuk meletakkan individu dalam satu kontinum penilaian sehingga kedudukan relatif individu menurut atribut yang diukur dapat diperoleh. Sebagai contoh dalam penelitian ini jawaban berupa pernyataan yang menunjukkan adanya indikasi komitmen terhadap organisasi dinilai lebih tinggi dibandingkan yang tidak menunjukkan indikasi tersebut.

(56)

Dalam penelitian ini akan digunakan skala komitmen organisasional yang terdiri dari tiga dimensi komitmen, yaitu afektif, kontinyu, dan normatif, yang mengungkap tinggi rendahnya komitmen dari tiap dimensi tersebut. Masing-masing dimensi terdiri dari 20 (dua puluh) aitem, sehingga jumlah aitem keseluruhan adalah 60 (enam puluh). Terdapat pernyataan-pernyataan favourable dan unfavourable dengan lima alternatif pilihan jawaban yaitu : Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Kadang-kadang Sesuai (KS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Pemberian skor dibedakan berdasarkan pada derajat favourable atau unfavourable masing-masing butir.

Pemberian skor favourable : STS TS KS S SS 0 1 2 3 4 Pemberian skor unfavourable : STS TS KS S SS 4 3 2 1 0

Tabel 3.1

Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasional Sebelum Uji Coba

(57)

F.Validitas dan Relibialitas

1. Validitas

Validitas yang dimaksud memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas sebuah alat ukur semakin tinggi bila alat ukur tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. Pengertian validitas tersebut sangat berkaitan dengan masalah tujuan pengukuran, oleh karena itu tidak ada validitas yang berlaku untuk umum (Azwar, 2003).

Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diperkirakan lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional. Validitas dimaksud untuk mencari sejauh mana item-item dalam tes mencakup seluruh kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2003). Jenis validitas yang dikenakan dalam validitas isi, yaitu:

a. Validitas tampang atau kondisi penampilan skala

Validitas tampang diselidiki dengan cara satu orang atau lebih, baik pakar maupun subjek yang hendak dites siminta memeriksa alat ukur tersebut dan menyimpulkan apakah tes tersebut memberi kesan mengukur sifat yang hendak diukur. Validitas tampang hendak melihat segi penampilan skala itu sendiri sehingga mampu menimbulkan respek atau apresiasi dari responden atau subjeknya (Azwar,2004b).

(58)

bertujuan untuk meyakinkan sekaligus memberi motivasi pada responden atau subjek agar dapat memberikan jawaban dengan serius sehingga diharapkan data yang diperoleh merupakan data yang valid.

b. Validitas logis

Peneliti dalam membuat alat ukur sebelumnya telah menyusun blue print (kisi-kisi atau tabel spesifikasi)sehingga menjadi acuan dalam membuat pernyataan-pernyataan untuk dijadikan aitem pada alat ukur. Blue print yang dibuat telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan dan mengandung aspek-aspek serta komponen-komponen dari variabel psikologis yang ingin diukur. Selain itu, agar tidak terjadi bias subjektivitas dalam analisis rasional, maka analisis rasional juga dilakukan oleh penilai lainnya yaitu Dosen Pembimbing. Dari analisis ini maka satu aitem digugurkan karena dianggap tidak relevan dengan variabel yang ingin diukur.

2.Seleksi Item

Seleksi aitem dilakukan untuk memilih aitem-aitem yang berkualitas, sehingga sungguh-sungguh mampu mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian. Seleksi aitem dilakukan dengan melaksanakan uji coba terhadap aitem-aitem yang telah dibuat sesuai dengan blue print.

(59)

adalah ≥0,3 , jadi aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,3 dinyatakan gugur (Azwar,2004b).

Uji coba alat ukur dilakukan pada bulan Mei – September 2009 di daerah Yogyakarta, Solo, dan Surabaya. Dalam pengambilan data peneliti menyebarkan skala kepada 140 anggota komunitas otomotif (77 pria dan 63 wanita). Selain mencari sendiri subjek penelitian, peneliti juga meminta bantuan dari beberapa teman untuk menyebarkan skala. Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai dikarenakan keterbatasan jumlah anggota wanita pada setiap komunitas.

Tabel 3.2

Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasional Setelah Uji Coba

Konstruk Dimensi Aitem Favorable

(60)

sendiri memiliki berbagai nama lain, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas yang dimaksud adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Pendekatan yang digunakan dalam mengukur estimasi reliabilitas penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal dimana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subjek (Azwar, 2003). Pengukuran reliabilitas dilakukan terhadap item yang telah lolos seleksi berdasarkan perhitungan koefisien korelasi item total (rix). Teknik estimasi yang digunakan adalah Alfa

Cronbach. Alat tes dinyatakan reliabel apabila nilai r yang diperoleh paling tidak mendekati 0,90.

Berdasarkan perhitungan Alfa Cronbach, diperoleh reliabilitas item valid dari skala komitmen organisasi dimensi afektif sebesar 0,966 , dimensi kontinu sebesar 0,964 , dan dimensi normatif sebesar 0,971. Angka koefisien alpha hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa skala tersebut dapat diandalkan untuk pengambilan data penelitian

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Reliabilitas Komitmen Koefisien

Reliabilitas

Keterangan

Afektif 0.966 Reliabel

Kontinyu 0.964 Reliabel

(61)

G.Analisis Data

1. Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu harus dipenuhi syarat untuk bisa dianalisis yaitu dengan melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas sebaran dimana uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak.

2. Uji Hipotesis

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Setiap penelitian menghendaki adanya persiapan dari pihak peneliti demi lancarnya proses pengambilan data. Dalam penelitian ini tidak memerlukan ijin secara formal dari pihak-pihak terkait, sehingga peneliti dapat langsung memberikan skala pada pengurus komunitas yang kemudian disebarkan kepada anggotanya saat berkumpul dalam acara rutin komunitas dan peneliti dapat langsung mengumpulkannya kembali.

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2009 hingga September 2009. Keterbatasan anggota wanita juga berpengaruh pada lokasi penelitian dilaksanakan dimana pada awalnya peneliti hanya ingin melakukan penelitian di daerah Yogyakarta namun karena keterbatasan jumlah anggota wanita maka penelitian meluas ke daerah lain yaitu Solo dan Surabaya.

Skala yang disebar pada anggota komunitas otomotif ini hanya satu macam yaitu skala komitmen organisasional yang terdiri dari tiga dimensi yaitu afektif, kontinyu, dan normatif Skala ini dibedakan menjadi dua warna cover untuk membedakan, dimana cover biru untuk responden laki-laki dan cover merah muda untuk responden wanita.

Jumlah skala yang disebar untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Yogyakarta : 50 skala cover biru dan 40 skala cover merah muda. Solo : 9 skala cover biru dan 6 skala cover merah muda.

(63)

Surabaya : 30 skala cover biru dan 25 skala cover merah muda.

Jumlah skala yang kembali adalah 77 skala cover biru dan 63 skala cover merah muda. Skala yang dapat dianalisis adalah 73 skala cover biru dan 60 skala cover merah muda karena ada empat skala cover biru dan tiga skala cover merah muda yang pengisiannya tidak lengkap.

Informasi mengenai subjek diperoleh pada bagian identitas yang terdapat dalam skala yang disebarkan oleh peneliti, yang mencakup informasi mengenai nama inisial subjek, jenis kelamin, usia, masa keanggotaan aktif, dan nama komunitas otomotif yang menaunginya.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

(64)

1. Yogyakarta :

Jumlah Subjek Pria dan Wanita Pada Komunitas Otomotif di Solo

(65)

3. Surabaya

Diagram 4.3

Jumlah Subjek Pria dan Wanita pada Komunitas Otomotif di Surabaya

0 1 2 3 4 5 6

A B C D E F

Pria Wanita

A : Customized C : Option E : Starlight B : Freedom D : Momogi F : Bajoel

Dari 140 subjek yang terkumpul kemudian diambil 120 subjek saja karena melihat keseimbangan jumlah subjek pria dan wanita yang skalanya dapat digunakan untuk dianalisis.

Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Pria 60 orang

2. Wanita 60 orang

(66)

C. Kategorisasi

1. Jenis Kelamin Pria

Tabel 4.2

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa skor nilai rata-rata empirik komitmen afektif dan komitmen normatif lebih rendah dari skor rata-rata hipotetiknya. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata komitmen afektif dan komitmen normatif subjek rendah. Sedangkan skor nilai rata-rata empirik komitmen kontinyu lebih tinggi dari skor rata-rata hipotetiknya dan ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata komitmen kontinyu subjek tinggi.

2. Jenis Kelamin Wanita

Tabel 4.3

(67)

rata-rata hipotetiknya dan ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata komitmen afektif dan komitmen normatif subjek tinggi.

Dalam membuat kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah pada skala komitmen organisasi, peneliti menyusun suatu norma kategori yang dipilih untuk semua norma skala berdasarkan model distribusi normal menurut Azwar (2000).

Skala komitmen organisasi yang terbagi dalam tiap dimensinya ini terdiri dari 59 aitem yang dibagi masing-masing 20 aitem skala komitmen afektif, 19 aitem skala komitmen kontinu, dan 20 aitem skala komitmen normatif. Masing-masing aitem diberi skor 0 sampai dengan 4. Dengan demikian untuk dimensi afektif dan normatif, skor terkecil adalah (20 x 0) = 0, skor terbesar adalah (20 x 4) = 80. Untuk dimensi kontinyu, skor terkecil adalah (19 x 0) = 0, skor terbesar adalah (19 x 4) = 76. Rata-rata teoritisnya diperoleh dari jumlah aitem dikalikan skor tengah dari kategori respon yaitu (20 x 2) = 40. Untuk komitmen kontinyu (19 x 2) = 38. Rentang skor skala diperoleh dari skor terbesar dikurangi skor terkecil yaitu (80 - 0) = 80, untuk komitmen kontinyu (76 - 0) = 76. Kemudian rentang skor skala ini dibagi dalam lima klasifikasi respon untuk memperoleh intervalnya seperti gambar berikut:

Komitmen afektif dan normatif:

Sangat Sangat 0 Rendah 16 Rendah 32 Sedang 48 Tinggi 64 Tinggi 80

(68)

Norma untuk kategori skala dimensi komitmen afektif dan normatif:

Norma untuk kategori skala dimensi komitmen afektif dan normatif: 0 < x ≤ 15,20 : Sangat Rendah

Kriteria Kategori Komitmen Afektif Pria Skala Rentang

Nilai

Jumlah Prosentase Kategori

(69)

Tabel 4.5

Kriteria Kategori Komitmen Afektif Wanita Skala Rentang

Nilai

Jumlah Prosentase Kategori

Komitmen Berdasarkan kategori skor tersebut diketahui bahwa subjek wanita dengan kategori skor tinggi merupakan kategori skor yang paling besar prosentasenya yaitu 56,67 %.

Tabel 4.6

Kriteria Kategori Komitmen Kontinyu Pria Skala Rentang

Nilai

Jumlah Prosentase Kategori

Komitmen

(70)

Tabel 4.7

Kriteria Kategori Komitmen Kontinyu Wanita Skala Rentang

Nilai

Jumlah Prosentase Kategori

Komitmen

Berdasarkan kategori skor tersebut diketahui bahwa subjek wanita dengan kategori skor rendah dan sedang memiliki prosentase yang sama yaitu 48,33 % .

Tabel 4.8

Kriteria Kategori Komitmen Normatif Pria Skala Rentang

Nilai

Jumlah Prosentase Kategori

Komitmen Berdasarkan kategori skor tersebut diketahui bahwa subjek pria dengan kategori skor rendah dan sedang memiliki prosentase yang sama yaitu 40 % .

Tabel 4.9

Kriteria Kategori Komitmen Normatif Wanita Skala Rentang

Nilai

Jumlah Prosentase Kategori

(71)

Berdasarkan kategori skor tersebut diketahui bahwa subjek wanita dengan kategori skor sangat tinggi merupakan kategori skor yang paling besar prosentasenya yaiu 53,33 % .

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis. Uji asumsi dalam penelitian ini adalah uji homogenitas dan normalitas.

A. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama (Santoso, 2005). Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test for Equality of Variances dengan bantuan SPSS 12.0 for Windows. Pengambilan keputusan didasarkan pada jika p>0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang tidak sama.

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas

Variabel F p Keterangan

(72)

B. Uji Normalitas

Responden dalam penelitian ini diwakili oleh sampel sehingga perlu diuji kenormalan distribusinya sebagai bukti kemampuan sampel dalam mewakili karakteristik populasi, data dengan berdistribusi normal menunjukan sampel sudah mewakili karakteristik populasi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi penelitian. Alat uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolmogorov-smirnov test dengan bantuan SPSS 12.0 for Wndows. Distribusi data normal apabila Asymp.sig. (p) lebih besar dari 0,05 (Santoso,2005).

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas

Variabel Kosmogrov Komitmen Kontinyu 1,177 0,125 p > 0.05, normal Komitmen Normatif 1,257 0,085 p > 0.05, normal

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t dengan bantuan SPSS 12.0 for Windows ntuk mengevaluasi perbedaan yang ada. Tabel berikut memperlihatkan ringkasan hasil uji t yang telah dilakukan.

Tabel 4.12 Hasil Uji t

Komitmen Kelas Mean t-hitung P

(73)

Pada komitmen afektif diperoleh t-hitung sebesar -12.675 dengan probabilitas (p) 0.000, nilai p < 0.005 menandakan perbedaan komitmen afektif keduanya adalah signifikan. Anggota wanita memiliki rata-rata sebesar 57.77, lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata pria sebesar 34.20, berarti wanita memiliki komitmen afektif terhadap organisasi lebih baik dibandingkan pria.

Pada komitmen kontinyu dipereh t-hitung sebesar 13.160 dengan probabilitas (p) 0.000, nilai p < 0.005 menandakan perbedaan komitmen kontinyu keduanya adalah signifikan. Anggota pria memiliki rata-rata sebesar 55.23, lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata wanita sebesar 31.97, berarti pria memiliki komitmen kontinyu terhadap organisasi lebih baik dibandingkan wanita.

Pada komitmen normatif diperoleh t-hitung sebesar -11.194 dengan probabilitas (p) 0.000, nilai p < 0.005 menandakan perbedaan komitmen normatif keduanya adalah signifikan. Anggota wanita memiliki rata-rata sebesar 60.07, lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata pria sebesar 36.90, berarti wanita memiliki komitmen normatif terhadap organisasi lebih baik dibandingkan pria.

E.Pembahasan

Gambar

Tabel 3.1   Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasional
Tabel 3.2  Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasional
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Reliabilitas
Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk  menghapus  data  mahasiswa,  Anda  klik  tombol/gambar  Cross  yang  berwarna  merah 

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik

Namun, Kenampakan geothermal berupa air panas yang ada di sekitar Candi Songgoriti dapat dimanfaatkan dengan lebih kreatif lagi, karena potensi air panas

lindungan-Nya.. Analisis Kemampuan Metakognisi dalam Pemecahan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Adversity Quotient pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2

Berdasarkan tujuan dari penelitian dimana sistem identifikasi plat nomor kendaraan bermotor menggunakan Raspberry Pi telah dilakukan pengujian berdasarkan parameter

Penelitian oleh Lela Wahyudiarti, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2012 dengan judul “Pelaksanaan Program Pendampingan Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di

ketersediaan lahan sesuai dengan permintaan pembeli, 4) permintaan lahan meningkat dan terkontrol oleh sistem, 5) harga tanah yang kompetitif cendrung naik dan terjangkau,

As’ad (2011) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara pencapaian hasil (kenyataan) dengan harapan (yang seharusnya)