PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
Penelitian dilaksanakan pada Siswa Kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
OLEH:
Gabriela Niken Pratiwi NIM 061334030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
Penelitian dilaksanakan pada Siswa Kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
OLEH:
Gabriela Niken Pratiwi NIM 061334030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
v MOTTO
“Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”
“Mati satu tumbuh seribu”
“Hidup itu merupakan sebuah pilihan, ketika kita memilih untuk tidak memilih, sebenarnya kita sudah memilih”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2012
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Gabriela Niken Pratiwi
Nomor Mahasiswa : 061334030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA. Penelitian dilaksanakan pada Siswa Kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Februari 2012 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI SIKLUS AKUNTANSI
PERUSAHAAN JASA
Penelitian dilaksanakan pada Siswa Kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Gabriela Niken Pratiwi
Universitas Sanata Dharma 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa di kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto melalui penerapan metode role playing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING METHOD AS THE EFFORT TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF ACCOUNTING CYCLE MATERIALS OF A SERVICE PRODUCING COMPANY OF THE
12 th GRADE OF SOCIAL STUDENTS OF DE BRITTO COLLEGE SENIOR HIGH SCHOOL
A Case Study of the 12th Grade of the 1st Students of Social Department of De Britto College Senior High School
Gabriela Niken Pratiwi Sanata Dharma University
2012
This research aims to know the improvement of understanding of accounting cyle materials of a service producing company of the 12th grade of the 1st students through the implementation of role playing method. This research is a classroom action research. It was conducted in August 2010 in the 12th class of Social department of De Britto College Senior High school yogyakarta.
The data were collected through observation, interviews, and documentation. The classroom action research was done in a cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using observation sheets of teacher’s activity, students’ activity, and classroom activity, teacher’s activity in the learning processes, instrument of classroom observation, students’ learning activity in a group, and reflection instrument. The data collected were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang Maha Kasih atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini, yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi, berisi tentang penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa. Penelitian dilaksanakan pada Siswa Kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dan selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran yang membangun hingga skripsi ini telah diselesaikan dengan baik.
xi
5. Bapak dan Ibu staf dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi, yang telah memberikan bekal ilmu selama proses perkuliahan.
6. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi, yang telah membantu demi kelancaran proses belajar selama ini.
7. Bapak Y. Iwan Prasetyo, S.Pd. selaku guru akuntansi di SMA Kolese De Britto yang telah memberikan saya kesempatan untuk mempraktikan metode pembelajaran role playing di kelas XII sosial 1.
8. Siswa kelas XII Sosial 1, yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk mencoba model pembelajaran role playing.
9. Kedua orangtua saya, Bapak R. Joko dan Mami Ch. Suryani, yang selalu memberikan moral dan materi, cinta, serta doa dan harapan yang tiada henti.
10. My lovely sista Irene Sulistya Utami yang paling cerewet, my brother in law troy dan my nephew Vincenc yang selalu mewarnai duniaku dengan kenakalan dan kebodohannya.
11. Sahabat-sahabatku Ninin (untuk waktu dan tenaga menemaniku mengerjakan skripsi serta pinjaman kamarnya), Galih (yang selalu cerewet dan mengingatkanku), Djinonk (untuk masa-masa kuliah yang penuh dengan kegalauan dan hip-hip hura), Dolvin (yang selalu memberikan semangat dan waktu luangnya mengantarkanku kekampus), X_Man (untuk semangat, dukungan dan kisah-kisah yang indah).
xii
13. Saudaraku Gina, Ika, Eci untuk keluarga galau dan gilanya selama ini; Bude Tinah, Bulek Nanik, Om Nandus, Bulek Restin atas doa dan dukungannya selama ini.
14. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Yogyakarta, 28 Februari 2012
Penulis,
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…. ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT …. ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas... 7
B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing ... 17
C. Pemahaman ... 22
D. Mata Pelajaran Akuntansi ... 24
E. Kerangka Berpikir ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 28
D. Prosedur Penelitian... 29
E. Instrumen Penelitian... 34
F. Pengumpulan dan Analisis Data ... 36
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 40
B. VISI, MISI dan Tujuan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 44
C. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 47
D. Kurikulum SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 51
E. Organisasi SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 53
F. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur ... 54
G. Sumber Daya Manusia SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 58
H. Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta ... 70
xv
J. Proses Belajar Mengajar SMA Kolese De Britto ... 78
K. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto dengan Instansi Lain ... 82
L. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 83
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 87
1. Observasi pendahuluan ... 87
2. Deskripsi awal pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 98
3. Siklus pertama ... 101
4. Pemahaman siswa terhadap Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 122
B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Role Playing ... 124
C. Pembahasan ... 128
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 130
B. Keterbatasan ... 130
C. Saran ... 131
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komparasi Perbandingan Siswa sebelum dan sesudah role playing ... 38
Tabel 4.1 Tenaga Edukatif ... 66
Tabel 4.2 Pendamping Ektrakurikuler ... 68
Tabel 4.3 Karyawan dan Bidang Tugasnya ... 69
Tabel 4.4 Karyawan Yayasan De Britto dan Tugasnya ... 70
Tabel 4.5 Distribusi Siswa ... 70
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 89
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa sebelum Penerapan Role Playing ... 93
Tabel 5.3 Hasil Pre Test Siswa Kelas XII Sosial 1 ... 100
Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Metode Role Playing ... 110
Tabel 5.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Role Playing ... 114
Tabel 5.6 Hasil Rangkuman Refleksi Siswa ... 118
Tabel 5.7 Hasil Refleksi Guru ... 121
Tabel 5.8 Hasil Post Test Siswa Kelas XII Sosial 1 ... 123
Tabel 5.9 Hasil Komparasi Peningkatan Pemahaman Siswa ... 125
Tabel 5.10 Pengujian Normalitas Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 126
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru ... 134
Lampiran 2 Lembar Observasi Terhadap Kelas ... 135
Lampiran 3 Lembar Observasi Terhadap Siswa ... 136
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 137
Lampiran5 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 144
Lampiran 6 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pada Saat Penerapan Role Playing ... 147
Lampiran 7 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role Playing ... 150
Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 151
Lampiran 9 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan Metode Role Playing ... 152
Lampiran 10 Instrumen Refleksi Guru Mitra ... 153
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa ... 154
Lampiran 12 Lembar Observasi Terhadap Guru ... 155
Lampiran 13 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum Penerapan Role Playing ... 157
Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru Terkait dengan Metode Pembelajaran ... 160
Lampiran 15 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 161
Lampiran 16 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum Penerapan Metode Role Playing ... 163
Lampiran 17 Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 164
Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan Guru Terkait Keadaan Kelas ... 166
Lampiran 19 Hasil Wawancara dengan Guru Terkait Pemahaman Siswa ... 167
Lampiran 20 Hasil Pre Test ... 168
xix
Lampiran 22 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Pada Saat Penerapan
Metode Role Playing ... 172
Lampiran 23 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Metode Role Playing ... 174
Lampiran 24 Hasil Refleksi Siswa ... 176
Lampiran 25 Hasil Refleksi Guru Mitra ... 178
Lampiran 26 Hasil Post Test ... 179
Lampiran 27 Bukti-Bukti Transaksi ... 180
Lampiran 28 Buku Akuntansi ... 191
Lampiran 29 Papan Nama ... 200
Lampiran 30 Uang-Uangan ... 204
Lampiran 31 Instruksi Tiap bagian ... 205
Lampiran 32 Materi Pelajaran... 217
Lampiran 33 Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 218
Lampiran 34 Uji Paired Sample Test ... 219
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang akan berperan di masa yang akan datang. Pendidikan adalah proses dimana terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik, dan terjadi perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak paham menjadi paham, dan yang tidak mengerti menjadi mengerti. Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik bisa terjadi secara formal maupun nonformal. Proses interaksi yang nonformal bisa terjadi di rumah, masyarakat, dan lainnya. Sedangkan, untuk bentuk formal terjadi dalam sekolah, bimbingan belajar, dan sebagainya.
sehingga mampu membangkitkan minat belajar siswanya dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ditemukan banyak guru yang masih menggunakan metode yang konvensional atau belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Proses belajar cenderung satu arah di mana guru akan menjelaskan materi yang ada di dalam buku secara penuh dan siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Akibatnya siswa merasa bosan, dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini tentu berdampak terhadap hasil pembelajaran tidak optimal dan proses belajar mengajar tidak kondusif lagi.
Situasi semacam ini juga saya amati terjadi dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran akuntansi di XII sosial 1 SMA Kolese De Britto. Di mana kelas tersebut sebagian siswanya belum memahami dengan baik materi siklus akuntansi perusaan jasa. Metode ceramah yang sering dilakukan guru belum mampu membawa pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa secara baik. Siswa terlihat sibuk dengan aktivitasnya sendiri seperti menggambar di buku, ngobrol dengan teman, dan tidur-tiduran. Sehingga siswa kurang memahami materi yang ada dan hasil belajar menjadi kurang maksimal.
adalah metode role playing. Role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa memainkan secara langsung apa yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa akan memainkan perannya sendiri-sendiri dan mereka diharapkan mampu untuk menemukan pengetahuan berdasarkan kemampuan mereka. Selain itu siswa diharapkan lebih mampu mengalami proses belajar yang nyata atas berbagai peran yang dilakukannya. Role playing akan mendorong siswa untuk mengapresiasikan perasaannya dan juga melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan. Dalam pembelajaran akuntansi, metode role playing dimaksudkan untuk membantu siswa mengalami praktik langsung setelah mendapatkan berbagai teori sebelumnya.
Melalui penggunaan metode role playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi, bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal. Praktik nyata di dunia usaha ini dapat siswa perankan di kelas. Guru dapat membuat rangkaian pembelajaran yang mengajak siswa untuk memerankan secara langsung peran-peran yang terkait dengan praktik nyata misalnya sebagai akuntan atau bagian keuangan perusahaan. Setiap peran yang diperankan oleh siswa memiliki tugas atau wewenang masing-masing. Misalnya siswa yang berperan sebagai akuntan bertugas untuk mencatat bukti transaksi ke dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan keuangan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan membuat bukti transaksi. Ketika memainkan peran tersebut, siswa langsung berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan praktik nyata. Siswa dihadapkan langsung dengan bukti transaksi, membuat bukti transaksi, mencatat bukti transkasi ke dalam jurnal, membuat buku besar dan laporan keuangan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan siswa lebih memahami siklus akuntansi perusahaan jasa, dan memiliki gambaran konkrit tentang praktik akuntansi di dunia usaha secara nyata. Diharapkan dengan peran yang dialami masing-masing siswa pada masing-masing bagian, siswa dapat terbantu untuk semakin memahami materi siklus akuntansi perusahaan jasa.
judul "Penerapan Metode Role Playing sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.” Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada penerapan metode role playing dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai siklus akuntansi perusahaan jasa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi
perusahaan jasa pada siswa kelas XII Sosial 1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru agar guru lebih kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan materi sehingga diharapkan kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak monoton dan tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didik.
2. Bagi Peserta Didik
Dengan penelitian ini, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan pemahamannya mengenai materi siklus akuntansi perusahaan jasa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa bagaimana praktik akuntansi sesungguhnya di dalam dunia usaha.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan dapat memberikan informasi bagi mahasiswa FKIP untuk mengetahui penelitian tindakan kelas dan mampu menerapkan penelitian tindakan kelas.
4. Bagi Peneliti
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas (PTK), berasal dari terjemahan bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR). Dari istilah tersebut terdapat tiga kandungan isi yaitu penelitian, tindakan, dan kelas (Arikunto, 2006:3): a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas yang sama.
bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Pendapat Mc. Niff tersebut sejalan dengan pandangan Kemmis (dalam buku Pedoman Penelitian Tindakan Kelas:6) menyatakan bahwa:
Action research is a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out.
PTK merupakan sebuah bentuk inkuiri yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk pendidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari: (a) praktik sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik-praktik-praktik pembelajaran.
Tidak berbeda dengan Mc. Niff (1992:1) dan Kemmis, Raka Joni (1998:5) mendefinisikan PTK sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
hasil belajar siswa dapat meningkat. Sejalan dengan pendapat Wijaya (2009:9), Susilo (2007:16) berpendapat bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan memberikan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian PTK tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang bersifat reflektif, oleh pelaku tindakan (guru) secara kolaboratif dan partisipasif untuk memperbaiki proses pembelajaran.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas memiliki perbedaan dengan jenis penelitian yang lain. Beberapa karakteristik umum yang membedakan PTK dengan penelitian lain menurut Raka Joni (1998:6) adalah:
a. An inquiry on practice within
Kegiatan PTK ditimbulkan oleh masalah-masalah praktis yang terjadi pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Permasalahan yang menjadi fokus PTK adalah permasalahan yang kontekstual dan spesifik dengan tujuan untuk memperbaiki masalah-masalah yang dihadapi pada proses pembelajaran sekarang.
b. A collaborative effect between school teacher and techer educator PTK merupakan upaya bersama antara guru dan peneliti. Kolaborasi ini tidak hanya bersifat sementara tetapi harus nampak kerja sama mereka di dalam proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan refleksi. c. A reflective practice
Pendapat Raka Joni (1998:6) tersebut tidak berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kunandar (2009:58-63), menurutnya ada beberapa karakteristik PTK yaitu;
a. On the job problem oriented
Masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti. Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang benar – benar dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas.
b. Problem solving oriented
PTK yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran di kelasnya.
c. Improvement oriented
PTK dilaksanakan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelas. PTK juga bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik suatu proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa.
d. Cyclic
Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahap yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan refleksi.
e. Action oriented
PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas. Tindakan dalam PTK merupakan suatu alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru di kelas. Di dalam PTK harus ada perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu dalam konteks dan situasi saat itu pula.
f. Pengkajian terhadap dampak tindakan
Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif yang lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.
g. Specifics contextual
h. Partisipatory
PTK dilakukan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain seperti teman sejawat. Dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat.
i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
Kegiatan yang penting dilakukan dalam PTK adalah refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.
j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan observasi, dan selanjutnya diulang lagi dalam beberapa siklus.
3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (1993:57-61) dalam buku Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (6) ada enam dasar prinsip PTK:
a. Tugas guru dan dosen yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Upaya penelitian tindakan yang dilakukan guru dan dosen bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada. Ketika penerapan penelitian tindakan dilakukan kemungkinan tidak ditemukannya pemecahan masalah akan muncul namun guru tidak boleh berhenti. Pemecahan masalah harus tetap dicari dengan menggunakan alternatif lain.
b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntun kekhususan waktu maupun penggunaan metode penelitian. Penelitian tindakan tidak boleh mengganggu proses pembelajaran, sehingga pelaksanaannya menyesuaikan dengan pembelajaran. Tahap-tahap penelitian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Penelitian harus diselenggarakan dengan bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Penelitian dimulai dengan menganalisis permasalahan yang ada di dalam kelas. Dari permasalahan yang ada tersebut dicari penyebabnya dan kemungkinan cara–cara pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur penelitian yang berlaku.
d. Masalah penelitian adalah masalah-masalah yang riil. Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian tindakan adalah masalah–masalah yang timbul dalam proses pembelajaran secara nyata.
tindakan tidak boleh dijalankan sambil lalu. Perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh harus diperhatikan.
f. Masalah penelitian tidak hanya dibatasi di ruang kelas tetapi dapat dilakukan di luar kelas. Masalah yang diangkat dalam penelitian tindakan tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat masalah di luar kelas misalnya mengenai masalah sistem pendidikan. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas pendidikan.
4. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki beberapa alur atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2008:17-20):
a. Planning
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.
b. Acting
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat.
c. Observing
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
d. Reflecting
Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008:17-20).
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
5. Syarat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2008:23-24), ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas:
a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.
d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.
e. Penelitian harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dibandingkan dengan rencana yang ada.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.
6. Tujuan PTK
PTK mempunyai beberapa tujuan yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Tujuan dari Penelitian tindakan kelas antara lain (Susilo, 2007:17):
a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.
e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
7. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat bagi peneliti, dalam hal ini khususnya adalah guru selaku pelaku penelitian. Menurut Wijaya (2009:13), secara umum manfaat PTK adalah:
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
kelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
b. Menumbuhkan kebiasaan menulis
Melalui PTK guru akan terbiasa untuk menulis. Hal ini penting karena guru-guru sekarang ini lebih dituntut untuk membuat banyak karya tulis.
c. Menumbuhkan budaya meneliti
Budaya meneliti dari pihak guru pada waktu-waktu yang lalu dirasakan masih minim. Dengan adanya PTK ini diharapkan guru termotivasi untuk meneliti dari hal yang paling sederhana yaitu kelas di mana mereka mengajar.
d. Menggali ide baru
Masalah-masalah yang dihadapi guru di dalam kelas tentunya sangatlah banyak dan sering terjadi. Masalah-masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi melalui PTK. Dengan demikian ada pemecahan baru atau ide baru yang muncul dari adanya penelitian tindakan kelas.
e. Melatih pemikiran ilmiah
Guru diharapkan dapat berpikir secara ilmiah untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Dalam hal ini masalah yang diangkat haruslah masalah yang berkaitan dengan pembelajaran bukan masalah yang lain. Langkah untuk menemukan masalah dilakukan dengan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan dilanjutkan dengan menganalisis, dan merumuskan masalah, dan merencanakan PTK dalam bentuk perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. f. Mengembangkan keterampilan
Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku guru, peserta didik, peningkatan atau perbaikan kualitas pembelajaran, dan mengubah kerangka pelaksanaan pembelajaran guru di kelas. Jadi, dapat disimpulkan PTK bermaksud untuk mengembangkan keterampilan guru mengenai pendekatan dalam pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat Wijaya (2009:13), Kunandar berpendapat (2008:68) bahwa manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
b. Manfaat praktis dari PTK adalah: 1. Inovasi pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun, oleh sebab itu melalui PTK guru melakukan inovasi pembelajaran di kelas.
2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas
Pada saat melaksanakan PTK, guru berarti mampu melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, sehingga kurikulum dapat berjalan efektif melalui pembelajaran yang aktif dan kreatif.
8. Instrumen PTK
Menurut Reed dan Bergemen (1992) seperti tersaji dalam buku Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (22), instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sejalan adalah:
a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)
Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.
b. Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)
Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas.
c. Pengamatan Perilaku siswa (observing students)
Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.
d. Wawancara
B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing 1. Pengertian Metode Role Playing
Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu role dan playing yang berasal dari bahasa Inggris. Adapun arti dari role adalah peran atau tugas, sedangkan untuk playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat diartikan bermain peran. Menurut Hisyam (2008:98), role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.
Sementara menurut Djajadisastra (1982:34), metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Berdasarkan pengertian role playing tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode role playing adalah suatu metode yang digunakan dalam meningkatan penguasaan materi ajar dimana siswa diberi kebebasan memerankan secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter materi ajar.
a. Secara implisit bermain peran mendukung situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan pada situasi saat ini. Metode ini berkeyakinan peserta didik mampu menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata.
b. Bermain peran memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya. Bermain peran dalam pembelajaran memandang pemeranan dan keterlibatan emosional serta intelektual penting untuk dipahami.
c. Bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide dapat ditingkatkan pada taraf sadar melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selalu datang dari dalam diri seseorang, pengalaman orang lain terkadang sangat membantu dalam memecahkan suatu masalah. Belajar dari pengalaman orang lain akan membantu peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal.
d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya
Role playing di dasarkan pada tiga aspek umum suatu
pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Zaini (2008:98), tiga aspek utama tersebut antara lain:
a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga. b. Membuat peran (role-making), yaitu kemampuan pemegang peran
untuk berubah secara dramatis dari suatu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.
c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.
Role playing merupakan suatu metode yang sangat baik
dan bersifat simulasi. Dengan adanya role playing siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa dalam kaitannya dengan suatu bidang ilmu tertentu.
2. Pendekatan Role Playing
Ada beberapa pendekatan role playing yang biasa digunakan di dalam kelas. Menurut Zaini (2008:101-104), pendekatan-pendekatan tersebut antara lain:
a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based aprroach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:
1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.
2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.
3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.
b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approch)
Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk:
1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.
2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh manusia tertentu. 3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang posisi
yang sama.
4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.
5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.
c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu tertentu. 2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat.
5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan berdasarkan alasan yang dibenarkan.
d. Pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based approach)
Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan : 1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi
yang diketahui dengan yang tidak diketahui.
2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang mendasar. 3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk
menganalisis peristiwa.
3. Fase-Fase dalam Role Playing
Menururt Zaini (2008:104-116), role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:
a. Perencanaan dan persiapan
Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:
1) Mengenal peserta didik.
Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.
2) Menentukan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.
3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran
skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat. 4) Menentukan posisi guru
Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing. 5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.
6) Merencanakan waktu
Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.
7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.
b. Interaksi
Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana kedalam aksi adalah:
(1) Membangun aturan dasar.
(2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. (3) Membuat langkah-langkah yang jelas. (4) Mengurangi ketakutan di depan publik. (5) Mengambarkan skenario atau situasi. (6) Memulai role playing.
c. Refleksi dan evaluasi (1) Refeleksi
Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.
(2) Evaluasi
4. Kelebihan dan kelemahan role playing
Menurut Djajadisastra (1988:41-43), ada beberapa kelebihan dan kekurangan role playing
a. Kelebihan metode role playing
1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.
2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial.
3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.
4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.
5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran.
b. Kelemahan role playing
1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam role playing belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata. 2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau
keputusan.
3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. 4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang
ada.
5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran. 6) Rasa malu akan menghambat proses bermain peran.
C. Pemahaman.
pendapat pikiran. Pemahaman sendiri diartikan sebagai proses berbuat memahami atau memahamkan.
Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh selama proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dinilai melalui evaluasi pembelajaran. Evaluasi atau penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu (Purwanto, 2009:3). Dari evaluasi pembelajaran, diperoleh data-data mengenai pencapaian skor yang diperoleh siswa. Skor siswa tersebut akan diolah guru menjadi nilai. Nilai dari hasil belajar ini menunjukan sejauh mana peserta didik memahami suatu materi pelajaran yang selama ini dipelajari. Siswa yang memiliki nilai di atas standar kelulusan atau kriteria tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu materi ajar. Jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan maka siswa tersebut dikatakan belum paham.
Menurut Arikunto (2007:241-243), ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari materi mata pelajaran, yaitu:
1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal
2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.
3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.
D. Mata Pelajaran Akuntansi
Akuntansi dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Akuntansi dapat diartikan (Suwardjono, 2002:7)
sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Tidak berbeda menurut Suwardjono (2002:7), American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai seni
pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Semakin luasnya fungsi akuntansi dan semakin berkembangnya praktik akuntansi AICPA mengajukan revisi definisi akuntansi. Dalam revisi ini AICPA mendefinisikan akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pengadaan, pengabsahan, pencatatan, pengklasifikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisisan, penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggungjawaban pengurus keuangan dan lainnya.
berpendapat bahwa akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan dan pertimbangan yang benar.
Jadi dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu penggolongan, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian atau transaksi yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 memasukan akuntansi sebagai salah satu mata pelajaran. Materi yang dipelajari dalam akuntansi adalah tentang akuntansi pengantar, siklus akuntansi perusahaan jasa dan siklus akuntansi perusahaan dagang. Untuk siklus akuntansi perusahaan jasa materi yang diajarkan mulai dari pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum, posting jurnal ke buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, posting jurnal penyesuaian ke buku besar, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, jurnal penutup, dan neraca saldo setelah penutupan.
E. Kerangka Berpikir
dalam menghadapi ulangan jika soal berbeda dengan yang diajarkan. Selain itu, siswa juga kurang memahami akuntansi dengan baik.
Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi siklus akuntansi perusahaan jasa dapat diatasi dengan menerapkan metode role playing dalam pembelajaran. Menurut Hisyam (2008:98), role playing merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Sementara menurut Djajadisastra (1982:34), metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa materi yang diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai dari bukti transaksi, pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan jasa diawali oleh bukti transaksi yang diperoleh karena adanya suatu transaksi keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan disusun laporan keuangan.
pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi yang terjadi di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan membuat bukti transaksi yang diperlukan. Siswa yang berperan sebagai akuntan bertugas untuk mencatat transaksi ke dalam jurnal sampai dengan pembuatan laporan keuangan. Siswa yang berperan sebagai pihak yang ada di luar perusahaan bertugas untuk menyediakan bukti transaksi atas transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran akan dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan role playing diterapkan. Ketika memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami tugas dari tiap peran sehingga role playing dapat berjalan sesuai dengan praktik akuntansi yang nyata.
28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru sebagai pelaku tindakan dan peneliti sebagai mitra kerja. Dengan PTK ini diharapkan masalah-masalah yang ada di dalam kelas dapat diatasi dan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Kolese De Britto Jl. Laksda Adisucipto No. 161.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian
2. Objek penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan metode role playing.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
1. Observasi awal
Observasi awal bertujuan untuk mengetahui masalah yang ada di dalam kelas. Berdasarkan hasil pengamatan, masalah yang ditemukan akan dirumuskan. Observasi awal penelitian mencakup observasi kelas, observasi perilaku siswa, dan observasi perilaku guru. Sedangkan untuk mengetahui pemahaman siswa akan siklus akuntansi perusahaan jasa dilakukan pre-test. Selain memperoleh data melalui observasi dan pre-test, peneliti juga mengumpulkan data dengan cara wawancara kepada
a. Observasi terhadap perilaku guru
Peneliti mendeskripsikan tentang bagaimana perilaku guru selama proses pembelajaran berlangung. Cakupan pengamatan meliputi kegiatan guru pada kegiatan pembuka, kegitan inti dan kegiatan penutup. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku guru adalah instrumen observasi aktivitas guru di kelas.
b. Observasi terhadap kelas
Peneliti mendeskripsikan bagaimana keadaan kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi deskripsi lingkungan fisik kelas, tata letak kelas, dan manajemen kelas. Bentuk instrumen observasi terhadap kelas adalah catatan anekdoktal.
c. Observasi perilaku siswa
Peneliti mendeskripsikan tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Cakupan pengamatan meliputi kesiapan siswa dalam pembelajaran, dan perhatian siswa dalam pembelajaran. Bentuk instrumen observasi terhadap perilaku siswa adalah instrumen observasi aktivitas siswa di kelas.
2. Siklus pertama
Pada siklus pertama, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu: a. Menyusun rencana tindakan (planing).
tersebut, kapan akan dilangsungkan penelitian, oleh siapa penelitian tersebut akan dilaksanakan, dan bagaimana penelitian tersebut akan berlangsung. Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana penelitian yang meliputi:
1) Peneliti dan guru akan mengumpulkan data dan melakukan observasi sebelum melakukan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tiap siswa. Setelah diketahui kemampuan tiap siswa maka siswa di dalam kelas tersebut akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Selain membagi kelompok, guru dan peneliti juga merancang materi pembelajaran, alur pelaksanaan, alat-alat yang dibutuhkan, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang meliputi: a) Lembar observasi perilaku guru
Lembar observasi perilaku guru digunakan untuk mengetahui perilaku guru selama siklus pertama pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.
b) Lembar observasi perilaku siswa
c) Lembar observasi kelas.
Lembar observasi kelas digunakan untuk mencatat keadaan kelas selama siklus pertama pembelajaran dengan menerapkan metode role playing berlangsung.
d) Instrumen refleksi.
Setelah siklus pertama proses pembelajaran selesai, maka guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Refleksi bertujuan untuk menganalisis, memaknai, dan membuat kesimpulan dari pembelajaran. Refleksi dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Tahap ini merupakan implementasi mengenai apa yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. Dalam tahap ini hendaknya guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada tahap ini diterapkan penggunaan metode role playing dengan rencana kegiatan sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan secara singkat tentang metode role playing yang akan diterapkan pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa. 2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Setiap
3) Guru menjelaskan tugas dari masing-masing peran dalam role playing. Adapun peran-peran yang akan diperankan siswa adalah
akuntan, bagian keuangan, pelaku transaksi dan pihak di luar perusahaan. Akuntan bertugas untuk mencatat transaksi yang terjadi sampai dengan pembuatan laporan keuangan. Bagian keuangan bertugas untuk mengatur keluar masuknya uang dan membuat bukti transaksi yang diperlukan. Petugas transaksi bertugas untuk melakukan transaksi. Pihak di luar perusahaan bertugas untuk menyediakan bukti-bukti transaksi yang diperlukan terkait dengan transaksi yang dilakukan perusahaan.
4) Guru bersama dengan peneliti memberikan simulasi mengenai prosedur role playing.
5) Guru melakukan post test untuk mengetahui pemahaman siswa akan siklus akuntansi perusahaan jasa.
6) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran dengan menggunakan metode role playing yang baru saja berlangsung.
c. Pengamatan (observing)
dan bagaimana keadaan kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perilaku siswa, perilaku guru, dan keadaan kelas. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan mendokumentasikan dalam video recorder.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan suatu tindakan memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan kegiatan yang telah berlangsung. Pada tahap refleksi guru dan siswa menganalisis, memaknai, dan menyimpulkan pembelajaran yang baru saja berlangsung. Refleksi digunakan untuk perbaikan pada siklus kedua.
E. Instrumen Penelitian 1. Observasi pendahuluan
Instrumen yang diperlukan dalam observasi pendahuluan adalah
a. Instrumen observasi terhadap perilaku guru (lampiran 1, halaman 134) b. Instrumen observasi terhadap kelas (lampiran 2, halaman 135)
c. Instrumen observasi terhadap perilaku siswa (lampiran 3, halaman 136) 2. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
a. Tahap perencanaan
kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi pembelajaran. RPP akan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. (lampiran 4, halaman 137)
b. Tahap observasi
Pada tahap observasi instrumen yang dibutuhkan yaitu:
1) Instrumen observasi aktivitas guru di kelas sebelum penerapan role playing (lampiran 5, halaman 144)
2) Instrumen observasi aktivitas guru di kelas saat role playing. (lampiran 6, halaman 147)
3) Instrumen observasi keadaan kelas saat role playing (lampiran 7, halaman 150)
4) Instrumen observasi aktivitas siswa di kelas sebelum penerapan metode role playing(lampiran 8, halaman 151)
5) Instrumen observasi aktvitas siswa di kelas saat role playing. (lampiran 9, halaman 152)
c. Tahap Refleksi
Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran dengan menerapkan metode role playing. Pada tahap refleksi ini guru dan siswa memaknai, menganalisis, dan menyimpulkan pembelajaran dengan penerapkan metode role playing.
F. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa cara diantaranya:
a. Observasi
Menurut Margono dalam Zuriah (2005:173), observasi sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis mengenai objek yang diamati. Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai mitra guru untuk mengetahui secara langsung kondisi kelas dan proses belajar mengajar. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
b. Wawancara
Menurut Black dan Champion dalam Zuriah (2005:179), wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan dalam bentuk komunikasi verbal antara peneliti dan responden. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai pendapat siswa dan pendapat guru tentang penerapan metode role playing. Selain itu, melalui wawancara peneliti ingin mengetahui pendapat siswa mengenai pemahamannya terhadap materi siklus akuntansi perusahan jasa dengan menerapkan metode role playing. Wawancara dengan guru bertujuan untuk mengetahui
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sarwono (2006:225) adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari surat-surat kabar, pengumuman, dan pernyataan tertulis lainnya. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti data-data siswa dan hasil belajar siswa. Selain dokumentasi dalam bentuk seperti kegiatan pembelajaran juga didokumentasikan dalam video recorder.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan komparatif, hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi perusahaan jasa.
a. Analisis deskriptif
Seluruh data yang didapat dari observasi, wawancara maupun data dokumen dianalisis secara deskriptif, artinya data dipaparkan menurut pemikiran peneliti berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas. Hasil dari pemaparan dapat berupa cerita maupun rangkuman dalam sebuah tabel.
b. Analisis komparatif
dari analisis komparasi. Tujuan yang pertama untuk melihat apakah ada peningkatan pemahaman siswa akan materi siklus akuntansi perusahaan jasa dengan penerapkan metode role playing. Kedua, untuk mengetahui pemahaman apa yang telah mengalami peningkatan. Hasil dari analisis komparatif nantinya akan dianalisis untuk mengetahui sebab-sebab adanya peningkatan pemahaman siswa.
Table 3.1
Tabel Komparasi Pemahaman Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Role Playing
No Nama Pre-test Post- test Selisih Peningkatan
pemahaman Target Kesimpulan 1
2 3
3. Pengujian prasyarat analisis
Sebelum dilakukan uji mean, digunakan uji normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk menguji normal tidaknya data hasil pengukuran. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui hal tersebut maka akan digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Algifari, 2003:152) :
D = Maks │Fe – Fo│ Keterangan :
D = Deviasi absolut yang tertinggi Fe = Frekuensi harapan
4. Pengujian hipotesis penelitian a. Rumusan hipotesis penelitian
Ho = tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing
Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing
b. Pengujian hipotesis penelitian
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji beda t-paired test. Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran role playing.
Rumus untuk menguji hal tersebut (Sugiyono, 2008 : 122) :
Keterangan :
= Rata-rata sampel 1 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
= Varians sampel 1 = Varians sampel 2
r = Korelasi antara dua sampel
40 BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah Singkat SMA Kolese De Britto
politik yang ada, clash kedua tentara Belanda tanggal 18 Desember 1948. Setelah keadaan tenang, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan sekolah segera dilaksanakan. Bagian putri sudah dibuka kembali dan memulai seluruh kegiatan akademik pada bulan Agustus 1949, sedangkan bagian putra baru dapat dibuka kembali dan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan akademik pada bulan Oktober 1949. Hal ini mengingat banyak pemuda yang baru kembali dari medan perang, yang berjuang bagi ibu pertiwi. Sekolah ini akhirnya dipisahkan menjadi dua bagian, sekolah putra dan sekolah putri. Sekolah putra menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 dan diasuh oleh para romo Jesuit, dan memakai nama Santo Johanes De Britto sebagai nama sekolah. Sekolah putri berada di bawah asuhan para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di Jalan Sumbing (sekarang Jalan Sabirin). Sekolah putri memakai nama SMA Stella Duce yang berarti Bintang Penuntun.