• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - ASIH SETIANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - ASIH SETIANI BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

xix A. Penelitian Terdahulu

Pada sekripsi karya Hanifah Mulyaningsih (2011) dengan judul: upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B di SMP N 4 Punggelan Banjarnegara pada pembelajaran IPS melalui model Cooperative Learning metode Talking Stick menyimpulkan bahwa penggunaan metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B di SMP N 4 Punggelan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil belajar pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 68.4 siswa yang tuntas sebanyak 15 atau 68.2% dan belum tuntas 7 anak atau 31.8%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan, nilai rata-rata hasil belajar mencapai 74.96, siswa yang tuntas belajarnya yaitu 19 atau 86.36% dan siswa yang belum tuntas 3 anak atau 13.64%.

Pada sekripsi karya Yasminah (2010) dengan judul: upaya peningkatan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan melalui metode Talking Stick pada Kompetensi Dasar memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya di kelas IV SD N Karangjengkol 1 Kesugihan Cilacap menyimpulkan bahwa penggunaan metode Talking Stick terbukti dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya. Hal ini dibuktikan pada pre test nilai rata-rata kelas sebesar

(2)

xx

67.2, pada post test siklus I meningkat menjadi 73.8, pada post test siklus II meningkat menjadi 77.4 dan terakhir pada post test siklus III meningkat lagi menjadi 80.8.

Pada sekripsi karya Lidia Riyani Fadli (2012) dengan judul: Upaya meningkatakan partisipasi belajar mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Talking Stick di kelas VII SMP PGRI Kalibagor menyimpulkan bahwa penggunaan metode Talking Stick pada mata pelajaran IPS Kompetensi Dasar perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalannya terbukti dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan pada siklus I diperoleh tingkat partisipasi belajar siswa sebanyak 43.47% dengan kriteria cukup baik, sedangkan pada siklus II diperoleh tingkat partisipasi belajar siswa sebesar 82.60% dengan kriteria baik sekali. Dari siklus I dan II mengalami peningkatan sebesar 39.13%.

(3)

xxi

pembalajaran sekarang menjadi aktif baik dalam berpendapat maupun bertanya. Angket minat siswa pada siklus I hanya memiliki rata-rata 55.56% dengan kriteria cukup baik menjadi meningkat minat belajarnya pada siklus II dengan rata-ratanya menjadi 86% dengan kriteria sangat baik. Kemudian yang kedua, pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus. Siswa yang sebelumnya belum memahami materi IPA pada bahan pokok pembahasan perubahan sifat benda menjadi paham dan menguasai materi yang diajarkan. Prestasi belajar siswa pada siklus I rata-ratanya 67.29 dengan ketuntasan 55.56% dan kriteria cukup baik kemudian meningkat pada siklus II dengan rata-rat 89.45% dengan ketuntasan 98.15% dan kriteria sangat baik.

Dari keempat kajian literatur diatas menunjukan bahwa rata-rata para peneliti sebelumnya hanya menggunakan tipe Cooperatif Learning yang telah dibakukan. Pada penelitian ini, penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian diatas namun menggunakan metode yang sama yaitu metode Talking Stick serta peneliti berusaha melaporkan bagaimana metode Talking Stick sebagai metode dalam evalusi pembelajaran mata pelajaran Tarikh pada Kelas XI TKR (Teknik Industri) di SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang.

B. Metode Pembelajaran Talking Stick

(4)

xxii

pembelajaran lain, diantaranya adalah Jigsaw, Problem Based Intruksion (Pembelajaran Berbasis Masalah), Mind Mapping, Debate, Talking Stick, Snownball Throwing, Demonstration, dan lain sebagainya.

Sedangkan metodeTalking Stick merupakan metode pendukung pengembangan kooperatif (Cooperative Learning). Menurut Anita (2007) Cooperative Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Metode pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik. Dalam hal ini metode pembelajaran kooperatif sangat banyak macamnya diantaranya adalah TGT (Team Games Tournament), STAD (Student Teams Achievment Divisiont), dan Jigsaw (Rusman, 2010: 213). Tujuan metode pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial.

(5)

xxiii

selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku, 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaannya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, 5) Guru memberikan kesimpulan, 6) Melakukan evaluasi, dan 7) Menutup pelajaran (Deden, 2010: 10).

Berdasarkan penjelasan deden diatas, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam evaluasai pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick ini sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, peserta didik dipersilahkan untuk menutup bukunya. 3. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah

itu, guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

4. Guru memberikan kesimpulan. 5. Evaluasi.

(6)

xxiv

Suatu metode pembelajaran tentunya memiliki sebuah kelebihan dan kekurangan, tidak hanya memiliki kelebihan atau kekurangan saja melainkan keduanya. Seperti halnya metode pembalajaran tersebut, metode pembelajaran Talking Stick juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Tarmizi (2010) kelebihan metode Talking Stick antara lain:

1. Menguji kesiapan siswa.

2. Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pembalajaran.

3. Meningkatkan kreativitas siswa secara fisik, ental, intelektual, dan emosional.

4. Terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan karena ada unsur bermain.

5. Melatih siswa berani berbicara di depan siswa lain. 6. Melatih membaca dan memahami dengan cepat. 7. Siswa akan menjadi lebih giat belajarnya.

Ada beberapa kelebihan yang dapat diambil dari metode Talking Stick tersebut. Namun metede tersebut juga memiliki beberapa kekurangan(Tarmizi: 2010), diantaranya:

1. Kelas menjadi ramai karena aktivitas siswa yang dapat mengganggu kelas lain yang bersebelahan.

2. Membuat siswa senam jantung.

(7)

xxv C. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Davies Evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/ menetapkan nilai pada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,objek dan masih banyak lagi (Davies, 1981: 3). Sedangkan Wand dan brown menjelaskan evaluasi merupakan proses untuk menetukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986: 1). kemudian dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu (dalam Sudjana, 1990:3).

Menurut UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57 ayat 1 Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas sebagai penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, dianataranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.

Sedangkan menurut Lembaga Evaluasi Pendidikan, evaluasi pendidikan adalah:

1. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibanding dengan tujuan yang telah ditentukan.

2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.

(8)

xxvi

program pembelajaran. Sehingga berakibat pada minimnya informasi tentang para siswa sehingga menyebabkan banyak perlakuan prediksi guru menjadi biasa dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya.

Evaluasi hendaknya dilakukan semaksimal mungkin dalam suatu kegiatan. Karena untuk mendapatkan informasi yang banyak tentang kegiatan siswa di kelas dan kemudian digunakan untuk menilai tingkat keterlaksanaan program seperti apa yang direncanakan.

Evaluasi secara umum bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Reece dan Waler (1997: 420) terdapat beberapa alasan harus dilakukannya evaluasi, antara lain:

1. Memperkuat kegiatan belajar.

2. Menguji pemahaman dan kemampuan siswa. 3. Memestikan pengetahuan prasyarat yang sesuai. 4. Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran. 5. Memotivasi siswa.

6. Memberi umpan balik bagi siswa. 7. Memberi umpan balik bagi guru. 8. Memelihara standar mutu.

(9)

xxvii

Sebagai bagian dari proses pembelajan, di samping evaluasi pembelajaran harus dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip evaluasi, juga harus memperhatikan kesesuaiannya dengan komponen-komponen kegiatan belajar lainnya. Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya menyebabkan kurang serasinya proses pembelajaran, akan tetapi juga berakibat kurangnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.

Evaluasi pendidikan atau pembelajaran bagi seorang pendidik atau guru memiliki beberapa kegunaan atau manfaat, secara didaktik evaluasi pendidikan itu memiliki lima fungsi:

1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai peserta didiknya.

2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.

3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.

4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.

5. Memberikan petunjuk tentang sejauh mana program pembelajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

(10)

xxviii

memberikan manfaat dalam berbagai kegiatan lain baik bagi guru maupun bagi siswa (Nurkencana, 1986).

Manfaat evaluasi pendidikan dan pembelajaran antara lain:

1. Mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu. Melalui evaluasi akan memperoleh data/ informasi yang aktual apakah siswa sudah cukup siap untuk mengikuti pendidikan atau belum. 2. Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses

pendidikan. Evaluasi yang dilaksanakan secara benar akan menjadi sumber informasi yang tepat untuk menyimpulkan sejauhmana hasil yang telah dicapai dari proses pendidikan. Evaluasi juga dapat menjawab apakah hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan yang diterapkan. 3. Mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat

dilanjutkan dengan bahan baru ataukah harus mengulang pelajaran-pelajaran yang telah lampau.

4. Mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan dan jabatan yang sesuai untuk siswa.

5. Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seorang anak dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang di kelas semula.

(11)

xxix

7. Untuk mengadakan seleksi. Seleksi merupakan kegiatan untuk memilih dan menentukan apakah seseorang dapat memenuhi standar dan kriteria yang ditentukan untuk suatu jenjang pendidikan, pekerjaan/jabatan, atau jenis kegiatan.

8. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam lapangan pendidikan. Dalam upaya mewujudkan pencapaian hasil pendidikan yang optimal, disamping ditentukan berbagai faktor lain seperti sarana dan prasarana, sumber daya manusia, biaya dan dukungan-dukungan lainnya, juga sangat ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat sehingga memungkinkan seluruh aktifitas secara efektif dan efisien.

Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya bahwa evaluasi pembelajaran berkaitan dengan nilai, jasa atau manfaat dari kegiatan pembelajaran. Karena kegiatan pembelajaran mengikuti berbagai aspek kegiatan yang cukup luas, maka evaluasi pembelajaran meliputi berbagai dimensi atau jenis pula. Berikut ini beberapa jenis-jenis evaluasi pembelajaran:

1. Evaluasi Formatif

(12)

tindakan-xxx

tindakan yang tepat. Tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah bagi para siswa yang belum berhasil diberikan remidial atau bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan mamahami suatu pokok bahasan tertentu.

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya tercangkup lebih dari satu pokok bahasan, yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pembelajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.

3. Diagnostik

(13)

xxxi

D. kompetensi Dasar Memahami Perkembangan Islam di Spanyol

Negeri Andalus (Spanyol) sejak dari adab VIII Masehi merupakan salah satu pondasi yang kuat dari peradaban kebudayaan dan pendidikan Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama dan sastra, kemudian meningkat dengan mempelajari ilmu-ilmu akal. Karena dalam waktu singkat Cordova dapat menyaingi kota Baghdad dan Cairo dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Pada masa pemerintaha Abdurrahman III pada abad X Masehi, negeri Andalus telah mencapai puncak kemegahan dalam segi materi dan maknawi serta memperoleh kekuatan dan kebesaran yang telah dicapai oleh kerajaan-kerajaan di bagian timur abad ke IX Masehi. (Dr. Asma Hasan Fahmi. 1979: 22).

(14)

xxxii 1. Masuknya Islam ke Spanyol

Pada periode klasik paruh pertama masa kemajuan (650-1000M), wilayah kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara (Aljazair dan Maroko) sampai Spanyol di barat. (Harun Nasution, 1975: 12).

Spanyol adalah nama baru Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusi berasal dari suku yang menaklukan Eropa Barat di masa lalu (Ensiklopedi Islam, 1999: 145) sebelum bangsa Goth dan Arab (Islam).

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al Walid (705-715), salah seorang khalifah dari bani ummayah yang berpusat di Damaskus. Dalam proses penaklukan Islam di Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Thariq ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.

(15)

xxxiii

pada tahun 711 M. Dari sana, wilayah0wilayah Spanyol, seperti Toledo, Sevillia, Malaga, dan granada dapat dikuasai dengan mudah.

Thariq ibn Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan lebih nyata. Dengan dikuasainya daerah Gibraltar (Jabal Thariq) maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol.

Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Ditambah lagi terjadi perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Kemudian datang ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para tentara Islam yaitu toleransi, persaudaraan dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan dalam pribadi kaum muslimin inilah yang akhirnya menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam.

2. Faktor-faktor pendukung kemajuan

(16)

xxxiv

yang terkenal di antara jajaran lembaga pendidikan tinggi lainnya di dunia. Universitas ini mendampingi dua Universitas lainnya, yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di Baghdad, dan telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari tempat lain seperti dari negara-negara Eropa lainnya, Afrika, Asia (Ziauddin Alavi, pen, Abuddin Nata, 2000: 16).

Keberhasilan lain dalam pendidikan diantaranya ditunjukkan dalam bidang bahasa dan sastra, Spanyol Islam yang menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi mereka dan sebagai bahasa administrasi dalam pemerintahan membuat masyarakat Spanyol menjadi mahir berbahasa Arab baik dalam berbicara maupun dalam tata bahasa (Pendidikan Islam di Spanyol: 264)

Selain itu, pada masa Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam.

Toleransi baragama ditegakkan oleh para penguasa kepada penganut Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut mewujudkan peradaban arab Islam di Spanyol. Di sana disediakan hakim khusus untuk menangani masalah sesuaai dengan ajaran agama masing-masing dari kedua agama tersebut, baik Kristen maupun Yahudi.

3. Periode kepemimpinan Islam di Spanyol

(17)

xxxv

sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:

a. Periode Pertama (711-755 M )

Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.

Stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damakus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.

b. Periode kedua (755-912 M)

Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir (panglima atau Gubernur) yang memasuki Spanyol tahun 138 H/ 755M dan diberi gelar Al-Dakhil yang merupakan keturunan dari Bani Ummayah.

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak. c. Periode ketiga (912-1013 M)

(18)

xxxvi

(muluk al-thawaif). Pada periode ini, Umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad.

d. Periode keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di bawah pemerintahan Al-Mulukuth-Thawaif. Ironisnya, apabila terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.

e. Periode kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara. Tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahidun (1146-1235 M).

Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy dan mampu mengalahkan pasukan Castilia.

(19)

xxxvii

kekuasaannya. Dinasti ini mengalami banyak kemajuan Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukkan pada tahun 1212 M, yang disebabkan oleh tentara Kristen yang memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.

f. Periode keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada Berada dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuatan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena beberapa faktor yaitu :

1) Perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.

2) Terjadi pemberontak dan berusaha merampas kekuasaan.

Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengantinya sebagai raja yaitu Ferdenand dan Isabella. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol.

(20)

xxxviii

Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella Kemudian, hijrah ke Afika Utara.

Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

4. Penyebab kemunduran dan kehancuran

Ada beberapa penyebab hancurnya kekuasaan Islam di Spanyol, diantaranya adalah karena beberapa faktor berikut ini:

a. Konflik Islam dengan Kristen

(21)

xxxix b. Tidak adanya ideologi pemersatu

Di Spanyol para mukalaf tidak diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat seperti di tempat-tempat lain yang sederajat. Di Spanyol sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Sampai abad ke 10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya kelompok-kelompok etnis non-Arab yang sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Halini mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio- ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di smping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi itu.

c. Kesulitan ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

d. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan

(22)

xl

karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan muluk al thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.

e. Keterpencilan

Referensi

Dokumen terkait

pengeluaran melakukan setoran ke Kas Umum Daerah. Surat Tanda Setoran atas penyetoran itu dilampirkan sebagai lampiran laporan pertanggungjawaban TU. 3) Berdasarkan

Hasil observasi siklus ketiga aktivitas guru dalam proses belajar mengajar mendapat rerata nilai perolehan 53 dari skor ideal 60 atau 88%. Hal ini berarti menunjukkan

Ultras tentang arti fanatisme terhadap klub Sriwijaya FC. 5) Untuk mengetahui dampak perilaku agresif yang ditimbulkan oleh Suporter Sriwijaya Mania, Singa.. Mania dan Simanis

[r]

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

[r]

UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penulisan ilmiah ini akan menjelaskan tentang suatu aplikasi untuk melatih kreatifitas seorang anak untuk membedakan bentuk serta warna dari suatu gambar dan mencocokkannya