BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Guru
a. Konsep Guru
Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agama Islam. Islam menyamakan pendidik dengan ulama yang sangat dihargai kedudukannya. Firman Allah SWT:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Mujadalah 11)
hubungan batin yang tidak bisa terputus oleh tempat dan waktu. Dalam hal ini Guru sebagai pendidik digambarkan oleh al-Ghazali dalam beberapa kitabnya dengan berbagai istilah kata, seperti al-muallimin (guru), al-mudarris (pengajar), al-muadib (pendidik), dan al-walid (orang tua).
Ki Hadjar Dewantara dalam Mujito, W. (2014 : 73) Guru memiliki arti Tut Wuri Handayani yaitu dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya mangun karsa pada saat ini diantara peserta didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung tulada berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik. Guru juga harus membimbing peserta didik dengan kasih sayang, sehingga peserta didik dapat leluasa dan bebas mengembangkan potensi yang ada dalam diri.
Mulyasa, E (2005) Guru adalah “pendidik, yang menjadi
tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya”. Guru adalah sebagai panutan bagi setiap orang
dipercayai. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan jabatan profesional, yang diharapkan berperan menjadi pembimbing, panutan, teladan, motivator, pemahaman, cerdas emosional dan sosial, dan memiliki daya saing. Seorang guru harus mempunyai keahlian untuk membentuk karakter dan perilaku serta akhlak yang baik bagi anak didiknya.
b. Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Kompetensi sosial: Kemampuan Guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan
saja ditentukan sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi profesional guru
yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelolah kelasnya
sehingga belajar para siswa akan lebih optimal. Kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang
diperlukan oleh setiap guru. Tujuan program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi dan sebagainya hendaknya direncanakan
sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin untuk membimbing
siswanya.
c. Tugas pokok dan fungsi Guru
Kebijakan pemerintah berkaitan dengan Sistem Pendidikan Nasional tertera dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Guru dalam Bab XI pasal 39 adalah
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
Guru adalah figur seorang pemimpin dan sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, selain itu guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Tugas guru merupakan suatu proses mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik adalah korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.
Guru sebagai seorang profesional memiliki lima tugas pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling. Guru juga mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting salah satunya adalah guru sebagai pembimbing. Guru sebagai pembimbing harus bisa menuntun dan mengarahkan siswa untuk membentuk karakter serta akhlak yang baik bagi siswa.
d. Guru Kelas
agama dan olahraga. Guru kelas juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik serta membimbing siswanya karena mempunyai waktu yang lebih lama dengan siswa di dalam kelas maupun sekolah. Siswa akan terbiasa dengan guru kelas dan akan mencontoh apa yang dilakukan oleh guru kelasnya, oleh karena itu guru kelas harus mempunyai karakter, perilaku, serta kebiasaan yang baik untuk ditiru siswanya.
Guru kelas adalah seorang pendidik sekaligus orang tua di sekolah. Peran guru kelas dalam pembelajaran sangat penting dan yang paling utama. Bimbingan harus dilakukan oleh guru kelas kepada siswa karena guru kelaslah yang mempunyai tanggung jawab besar untuk membimbing serta mengarahkan siswa untuk lebih baik. Bimbingan akhlak harus diberikan sedini mungkin kepada siswa oleh guru kelas, dengan memberikan contoh perilaku-perilaku yang baik maka siswa akan mengikuti dan untuk membiasakan untuk berbuat baik maka siswa akan terbiasa.
2. Pembimbingan Akhlak Siswa
Pembimbingan akhlak sangat penting dilakukan pada pendidikan khususnya pada jenjang sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang dimana pada masa ini anak mengalami perkembangan dari anak-anak menuju remaja atau operasional konkret. Siswa harus diberi bimbingan dan tuntunan oleh guru supaya siswa dapat mengendalikan dirinya serta mempunyai karakter dan perilaku yang baik atau akhlak yang baik. Akhlak meruapakan sifat yang tertanam oleh setiap individu oleh karena itu bimbingan akhlak harus diberikan sejak dini kepada siswa. a. Konsep Pembimbingan
Walgito, B. (2010, 6) Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Di samping itu, bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan arah diutamakan kepada yang dibimbingnya.
orang dewasa. Melalui bimbingan kita dapat mencegah agar kesulitan itu tidak timbul tetapi kita juga bisa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa.
Tujuan bimbingan adalah agar individu dapat menyesuaikan diri kepada lingkungannya sesuai potensi yang ada dalam dirinya. Terutama keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bimbingan dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, memecahkan masalah yang dihadapi menerima diri sendiri secara realistis, serta menyesuaikan diri dengan lingkugan.
Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah (school welfare). Tujuan pendidikan salah satunya adalah membentuk akhlak serta karakter siswa.
b. Definisi Akhlak
Umat Islam dalam hal akhlak meneladani Rasullulah SAW sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang artinya: “sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Siswa perlu mendapatkan perhatian, ditanggapi, dihargai,
dan diperlakukan seperti orang dewasa, memerlukan keharmonisan dalam hubungan pendidikan dan siterdidik. Al-Ghazali dalam Iqbal, A (2013: 200) :
maupun qudrat untuk baik dan buruk, bukan pula pengalaman (fi’l) yang baik dan jelek, melainkan suatu keadaan jiwa yang mantap (hay’a rasikha fin nafs). Ia mendefinisikan akhlak sebagai suatu kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika kemantapan itu demikian, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik, jika amal-amal yang tercela yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu, maka itu dinamakan akhlak buruk.
Akhlak merupakan bagian terpenting yang ada pada setiap orang. Adanya akhlak maka akan membuat perilaku dan karakter seseorang akan terbentuk entah itu baik ataupun buruk. Membentuk akhlak yang baik harus dilakukan sejak dini, dari usia anak sekolah dasar karena pada masa ini siswa berada dalam tahap pembentukan karakter. Siswa sekolah dasar sangatlah tepat untuk diberikan bimbingan akhlak untuk membentuk kepribadian siswa.
Muhammad Abdullah Draz dalam (Ilyas, Y. 2015: 5) membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian yaitu: (1) akhlak pribadi, (2) akhlak berkeluarga, (3) akhlak bermasyarakat, (4) akhlak bernegara, (5) akhlak beragama. Dari kelima ruang lingkup tersebut sebagai seorang guru harus memberikan pengetahuan serta bimbingan kepada siswa supaya kelima ruang lingkup tersebut dapat tercapai. Ruang lingkup tersebut sangatlah penting dan harus diberikan kepada siswa.
c. Adab Siswa Kepada Guru
pembelajaran. Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun, sehingga harus ada pada diri siswa. Menuntut ilmu harus didasari dengan adab supaya ilmu menjadi berkah, terus bertambah dan menjadi berkah. Adab dalam menuntut ilmu merupakan bagian dari ilmu.
Al-Ghazali dalam Iqbal, M (2013: 98) dalam kitab Bidayah al-Hidayah menjelaskan konsep etika belajar siswa terhadap Guru sebagai berikut:
Tabel. 2.1. Adab Siswa Kepada Guru
No. Adab Siswa Kepada Guru
1. Memulai memberi hormat dan salam kepada gurunya. 2. Sedikit bicara di hadapan gurunya.
3. Tidak membicarakan yang tidak ditanyakan gurunya. 4. Tidak bertanya sebelum mohon izin terlebih dahulu.
5. Tidak mengatakan di hadapan gurunya: “si anu bilang yang bertentangan dengan yang anda (Ustadz) bilang.” 6. Tidak menunjukkan sikap seolah-olah bertentangan
dengan pendapat gurunya karena merasa yang paling benar dibandingkan gurunya.
7. Tidak bertanya kepada teman sebangku ketika guru sedang menjelaskan, tidak menoleh ke kiri atau ke kanan di hadapan gurunya bahkan ia harus duduk dengan tenang, diam dan sopan mirip di waktu sholat.
8. Tidak memperbanyak pertanyaan ketika gurunya sedang konsentrasi fikiran memecahkan suatu masalah ilmu. 9. Berdiri apabila gurunya sedang berdiri sebagai
penghormatan.
10.Tidak mengikuti gurunya ketika meninggalkan majelis dengan berbagai pertanyaan.
11.Tidak menghadang gurunya di tengah jalan dengan maksud bertanya tetapi menanti sampai gurunya berada di rumahnya.
Etika belajar siswa menurut Imam Al-Ghazali dalam pernyataan di atas, menganggap guru sebagai orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut: (a) Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama, (b) Guru adalah orang yang sangat mulia, (c) Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa, (d) Dilihat dari segi usia, maka pada umumnyaguru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.
atau paling tidak meminimalisir fungsi rasio yang semestinya digunakan dalam landasan etis kehidupan pembelajaran siswa.
Alhasil, terlihat jelas dalam sistem pemikiran Al-Ghazali bahwa aql (akal) akan tersesat jika tidak dibimbing secara terus-menerus oleh guru. Para siswa harus mempercayakan kepada guru mengenai urusan-urusannya ibarat pasien yang harus tunduk kepada dokter. Al-Ghazali menjelaskan bahwa apapun yang disarankan oleh sang guru kepada siswa, siswa harus tunduk dengan mengesampingkan pendapat pribadinya, karena kesalahan gurunya (syaikh) adalah lebih bermanfaat baginya daripada putusannya sendiri. Meskipun benar karena pengalaman akan menampakkan detail-detail yang barangkali asing, sekalipun begitu akan sangat berguna.
d. Adab Guru Kepada Siswa
Guru juga harus menjaga perilakunya untuk menjaga wibawa sebagai seorang guru. Guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswanya, selalu menjaga sikapnya dan selalu berbuat baik. guru juga mempunyai etika untuk memperlakukan siswanya dan menjaga perasaan siswanya.
Tabel. 2.2 Adab Guru Kepada Siswa
No. Adab Guru Kepada Siswa
1. Memiliki rasa kasih sayang kepada murid dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri.
2. Mengikuti teladan Rasulullah SAW, yaitu tidak meminta upah atas tugasnya.
3. Tidak meninggalkan nasehat.
4. Menasehati dan mencegah murid dari akhlak tercela. 5. Tidak mewajibkan pada murid agar mengikuti guru
tertentu dan kecenderungannya.
6. Memperlakukan murid sesuai dengan kesanggupannya yaitu memberikan pengetahuan sesuai pemahaman otak murid atau kadar pemahamannya.
7. Kerja sama dengan murid di dalam membahas dan menjelaskan masalah.
8. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya.
terbentuknya relasi (hubungan) guru dan murid yang baik, guru bukan dinilai sebagai penjual ilmu tetapi dinilai dari keikhlasan hati dan tujuannya (transfer of knowledge dan penyempurnaan akhlak). e. Teman Belajar
4. Menyampaikan berita gembira kepadanya tentang perbuatan-perbuatannya yang mendapat sambutan baik dari orang lain dan memperhatikan omongan teman dengan tanpa membatahnya
5. Memanggilnya dengan panggilan yang disenanginya 6. Memaafkan kesalahan-kesalahannya dan tak
menyalahkannya/mencelanya
7. Mendoakannya baik dikala ia masih hidup maupun sudah meninggal
8. Melangsungkan tali persahabatan dengan keluarga dan sanak familinya kawan yang sudah meninggal
9. Meringankan beban seorang kawan dan tidak memberi beban berat kepadanya sehingga dia lebih mudah dan ringan di dalam menyelesaikan kepentingan-kepentingannya sendiri
10.Memberi salam terlebih dahulu ketika bertemu
11.Memberi penghormatan kepada kawan yang sedang berkenan keluar meninggalkan tempat pertemuan dengan turut serta berdiri mengiringi perjalanannya
f. Siswa Sekolah Dasar
Siswa merupakan faktor terpenting dalam menyukseskan kemajuan pendidikan. Ramli, M (2015: 14) Siswa merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan, tanpanya proses pendidikan tidak akan terlaksana. Pengertian tentang siswa dirasa perlu diketahui dan dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti tidak akan terjadi kemelencengan yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan yang direncanakan.
Menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh akan memudahkan siswa mendapatkan ilmunya. Al-Ghazali dalam (Iqbal, A. 2013: 87) siswa merupakan orang yang bersih hatinya untuk menerima ilmu dari guru demi pendewasaan pikiran, hati dan akal demi kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Siswa seharusnya tidak melibatkan diri dalam urusan duniawi, ia harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ilmu adalah cahaya yang tidak akan sampai pada diri siswa tanpa adanya kesungguhan untuk belajar.
Ardana dalam (Asri B 2004: 16) karakteristik siswa adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran. Biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pengajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional, yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi “Setiap anak
dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam), selanjutnya kedua orang tuanyalah yang membelokannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR. Imam Bukhari
dan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Malik). Hadits diatas menjelaskan bahwa ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama setiap manusia yang lahir memiliki potensi, menjadi orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi.
akan berupa daftar yang memuat pengelompokan karakteristik siswa, sebagai pijakan untuk mendeskripsikan metode yang optimal untuk mencapai hasil belajar tertentu.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan komponen penting dalam pendidikan. Karakteristik siswa merupakan keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Pendidikan tidak akan pernah lepas dari siswa karena siswa adalah komponen utama pendidikan.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Juwita Putri (2017) dengan judul “Peranan Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Akhlak
baik, bertutur kata lembut, kerapian dalam berpakaian, disiplin belajar dan menghormati guru dan sesama teman.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Selly Sylviyanah (2012) dengan judul “Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar”. Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Nur Ar-Rahman dengan hasil bahwa upaya pembinaan akhlak mulia yang dilakukan meliputi perencanaan serta pelaksanaan. Perencanaan pembinaan akhlak mulia dilakukan dengan menetapkan indikator, tujuan, serta ruang lingkup akhlak mulia yang perlu dibina oleh SDIT Nur al-Rahman. Akhlak mulia tersebut yaitu akhlak mulia kepada Allah seperti sholat, membaca Al-Qur’an, serta akhlak mulia kepada sesama manusia (orang tua, guru, teman). Pelaksanaan pembinaan akhlak mulia pada SDIT Nur al-Rahman menggunakan tiga metode yaitu pembiasaan, keteladanan, serta pemberian pahala dan sanksi (reward dan punishment).
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Imam Sutomo (2014) dengan judul “Modification of character education into akhlaq education for the global community life”. Pendidikan Akhlaq
membutuhkan pendekatan yang komprehensif, keterlibatan
keluarga dan masyarakat sebagai mitra sekolah, ciptaan budaya
moral yang positif di sekolah, dan dukungan intensif dalam ruang
kelas. Secara teoritis menanamkan karakter yang baik dan
untuk karakter dan moral tumbuh secara bertahap, tidak dengan
paksa.
Penelitian keempat yang dilakukan oleh Mohamad Khairi Haji Othman dkk, dengan judul “Teachers’ Techniques in Developing of Akhlaq and Values in the Students”. Penelitian ini menunjukkan bahwa teknik yang dipraktikkan berdasarkan persepsi siswa adalah teknik pemodelan untuk mengembangkan nilai-nilai moral siswa dan signifikan bagi para guru sejak itu siswa dihadapkan pada guru di sekolah untuk sebagian besar kehidupan sehari-hari mereka, dan oleh karena itu guru harus menyadari hal itu mereka juga harus berperilaku baik. Penelitian ini menjelaskan bahwa teknik ceramah dan diskusi merupakan teknik yang cukup tinggi, dalam penelitian ini, teknik role-play dan simulasi/re-enactment merupakan teknik yang cukup rendah.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian-penelitian di atas adalah dalam penelitian yang dilakukan peneliti disini akan meneliti bagaimana peran guru kelas dalam membimbing siswa supaya siswa mempunyai akhlak yang baik serta selalu membiasakan hal-hal yang baik di dalam kelas maupun di sekolah. Peneliti melakukan penelitian di kelas III karena untuk membentuk akhlak harus sejak dini dan membiasakan hal-hal yang baik sejak kelas rendah supaya di kelas tinggi siswa sudah terbiasa dengan hal tersebut dan mempunyai akhlak yang baik. Persamaan penelitian adalah sama-sama melakukan penelitian tentang akhlak.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas telah kita ketahui bahwa betapa pentingnya pembimbingan akhlak bagi siswa sekolah dasar, agar siswa mempunyai perilaku yang baik dan berguna bagi kehidupannya. Jika siswa telah diberikan pembimbingan akhlak, maka ia akan menjadi seseorang yang berbudi luhur yang penuh dengan akhlak mulia. Bimbingan akhlak diberikan supaya anak bisa menghormati orang tua, guru, serta masyarakat disekitarnya.
sehari-hari. Kepribadian siswa yang baik itu tidak luput dari akhlak yang mulia. Akhlak mulia tidak begitu saja ada pada diri seseorang, namun perlu pembinaan dan bimbingan.
Interaksi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Selain siswa dapat manfaat, guru juga memperoleh umpan balik (feedback). Guru juga mengetahui berbagai persoalan, pengalaman dan imajinasi siswa yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi yang baik akan mendorong terciptanya metode pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif efektif, dan menyenangkan. Dengan interaksi yang baik, guru dan siswa saling menginspirasidan menyemangati.
Guru harus terus memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa. Guru akan maksimal memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan demi mengembangkan potensi keseluruhan siswanya. Dengan demikian, guru berhasil dalam mengajar dan membentuk kepribadian siswa, sehingga siswa memiliki jati diri yang jelas.
Peran Guru kelas sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembimbingan akhlak siswa. Guru kelas dalam pembelajaran mempunyai tanggung jawab yang besar, serta mempunyai waktu yang lebih lama dengan siswa sehingga terjadi interaksi satu sama lain antara guru kelas dengan siswa. Adanya interaksi tersebut akan digunakan guru untuk membimbing akhlak pada siswa.
terciptanya pribadi yang demikian. Siswa yang diharapkan akan mampu memadukan pengetahuan dengan akhlak yang mulia.
Gambar. 2.1. Kerangka Pikir
Guru Pembimbingan
Akhlak
Siswa
Sifat Sikap - Simpati - Empati - Toleransi 1. Korektor