• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE KLENTENG KABUPATEN TUBAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE KLENTENG KABUPATEN TUBAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE KLENTENG KABUPATEN TUBAN

Alfredo Dhilan Gozenda1, Suhardjono2, Ussy Andawayanti2 1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2

Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

1edo_gozenda@ymail.com

ABSTRACT

Pada studi ini dibahas tentang penanggulangan banjir pada saluran drainase Klenteng dimana selalu terjadi genangan di saat terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Saluran drainase Klenteng terdapat di bagian utara Kabupaten Tuban yang terdiri dari sebelas saluran yang terdiriatas 3 saluran primer, 2 saluran sekunder dan 6 saluran tersier. Saluran drainase ini memiliki cathment area seluas 62,3 ha. Pada studi ini menggunakan dua alternatif untuk mengatasi limpasan yang terjadi pada saluran dengan mempertimbangkan aspek biaya.

Dengan menggunakan perhitungan debit Q5 tahun didapati lima saluran yang tidak bisa menampung debit banjir tersebut, yaitu saluran Latsari II sebesar 0,009 m3/dt, saluran Latsari I Barat sebesar 0,002 m3/dt, saluran Klenteng R1 sebesar 0,214 m3/dt, saluran Buntu sebesar 0,070 m3/dt dan saluran Karangsari II sebesar 0,049m3/dt dengan durasi hujan selama 4 jam. Dengan melihat data tersebut maka aleternatif I yang digunakan adalah mengganti dimensi saluran eksisting dengan dimensi saluran yang baru. Pada alternatif II mengganti tiga dimensi saluran dengan debit limpasan terbesar yaitu saluran Klenteng R1, saluran Buntu dan saluran Karangsari II sedangkan sisanya menggunakan sumur resapan. Jumlah sumur resapan yang digunakan sejumlah 14 sumur

. Ditinjau dari aspek teknis dapat disimpulkan alternatif I rehabilitasi saluran secara menyeluruh terhadap 5 saluran dengan panjang saluran total yang direabilitasi sepanjang 1069,64 m tentunya membutuhkan waktu dan perhitungan teknis yang lebih besar. Namun memiliki hasil jangka panjang yang baik. Alternatif II, salah satu produk pada alternatif II yaitu adanya sumur resapan yang digunakan untuk mengurangi debit limpasan pada dua saluran dengan debit limpasan yang kecil namun memiliki ukuran saluran yang panjang. Lahan memungkinkan, namun perlu diperlukan kajian kembali mengenai efektivitasnya. Dari segi pembiayaan Alternatif I relatif lebih mahal yaituRp. 4.551.683.535,07 , sedangkan alternatif II Rp. 2.316.927.787,20

Kata kunci : Drainase Klenteng, alternatif, biaya, sumur resapan.

ABSTRACT

In this study, we discuss the countermeasures for a flood in Klenteng drainage pipelines where the water always stagnates when there is a high intensity of rain. The drainage pipelines in Klenteng are located in the northern part of Tuban Regency and consists of 11 pipelines with 3 primary pipelines, 2 secondary pipelines, and 6 tertiary pipelines. These drainage pipelines have a catchment area of 62,3 ha. During this study, two alternatives are used to overcome the runoff that happens to the drainage pipes while taking into consideration the cost.

By using the calculations of Q5 discharge, we found that there are 5 pipelines that cannot contain the flood discharge, these are Latsari II pipeline with 0,009 m3/dt, Wastern Latsari I pipeline with 0,002

m3/dt, Klenteng R1 pipeline with 0,049 m3/dt with rain duration of 4 hours. Considering the previous data, it

is concluded that the first alternative is for replacing the old pipelines for new ones. The second alternative will replace the 3 pipelines that has the highest flood discharge which are Klenteng R1 pipeline, Buntu pipeline and Karangsari II pipeline while the rest of the pipelines will use infiltration wells. 14 inflitration wells will be used

. Taking the technical aspects into consideration, we can conclude that the first alternative, the

rehabilitation of the pipelines with a total length of 1069,64 m, requires a large amount of time and technical calculation, far larger than the second alternative but will work better for the long-term. The second alternative which is, adding infiltration wells to reduce the flood discharge on two of the lengthier pipelines but has a low amount of discharge. It is possible, but needs its effectiveness to be researched again. Viewing this from its cost, the first alternative is relatively more expensive, costing Rp. 4.551.683.535,07 , while the second alternative costs Rp. 2.316.927.787,20

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi air yang melimpah, yang secara berkelanjutan terjadi musim hujan selama lebih kurang enam bulan yang memberikan curah hujan cukup besar. Kondisi alam yang demikian ini, haruslah mendapat perhatian secara cermat, karena merupakan salah satu faktor yang mendasar dalam menata suatu daerah. Sebagai negara yang masih

dan terus akan berkembang,

pembangunan sarana fisik mutlak

dilakukan untuk menjamin kesejahteraan sosial penduduknya. Pembangunan yang

dilakukan berarti juga akan

mengalihfungsikan penggunaan lahan. Lahan yang dulunya merupakan daerah terbuka maupun daerah resapan air, berubah menjadi daerah yang tertutup perkerasan dan bersifat kedap air. Perubahan penggunaan lahan seperti ini menyebabkan air hujan tidak dapat lagi meresap ke dalam tanah, sehingga menimbulkan limpasan di permukaan (surface runoff) yang kemudian menjadi genangan atau banjir. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi juga kelestarian dari airtanah (groundwater), karena air hujan yang meresap ke dalam tanah merupakan imbuhan airtanah secara alami (natural recharge).

Dengan perkembanganya serta didorong oleh semangat antisipasi perubahan iklim maka konsep drainase paradigma lama yaitu mengalirkan air permukaan se-cepat-cepatnya ke badan air, perlu diubah

menjadi konsep drainase ramah

lingkungan yang merupakan paradigma baru perencanaan drainase perkotaan. Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengalirkan kelebihan air secara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara alamiah, menahan sebanyak-banyaknya di hulu

dengan pembuatan

tampungan-tampungan, dan baru mengalirkan

kelebihan air permukaaan ke sungai tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Sistem drainase ini akan menjadi salah satu alternatif dalam penanggulangan

genangan selain memperlebar atau

memperbaiki dimensi saluran.

Identifikasi Masalah

Kekhawatiran pihak pemerintah

Dinas Pekerjaan Umum akan

ketidakmampuan saluran eksisting untuk menampung dan mengalirkan debit

sehingga menimbulkan masalah

genangan yang berdampak pada

pemukiman penduduk dan jalan raya

yang dapat menghambat lalulintas

transportasi. Pada saat hujan sering terjadi banjir di jalan Raya R.E. Martadinata yang berdampak pada dua desa yaitu Desa Karangsari dan Desa

Latsari. Pembenahan saluran

membutuhkan alternatif baru yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam studi ini adalah sebagai berikut :

1. Daerah studi terletak dari hulu jalan Kembang Ijo hingga jalan R.E. Martadinata dengan luas area 62,56 Ha.

2. Meninjau jumlah debit yang harus

dialirkan supaya tidak terjadi

limpasan pada saluran yang

mengakibatkan banjir.

3. Tidak membahas dampak lingkungan

akibat pembangunan (AMDAL).

Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam studi ini adalah :

1. Berapakah debit rancangan dengan

kala ulang 5 tahun?

2. Apakah debit rancangan dapat

ditampung dan dialirkan oleh saluran eksisting?

3. Bagaimanakah hasil evaluasi kondisi

drainase eksisting?

4. Bagaimanakah alternatif

pengendalian banjir yang sesuai dengan mempertimbangkan kondisi daerah studi dan biaya?

(3)

Tujuan dan Manfaat

Dalam penyusunan skripsi ini

terdapat beberapa identifikasi masalah yang harus dievaluasi terlebih dahulu. Sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah yang dapat diselesaikan.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk mengetahui debit rancangan dengan kala ulang yang telah ditentukan, mengevaluasi kemampuan saluran eksisting menampung air, serta

memberikan alternatif desain

penanggulangan banjir dengan

mempertimbangkan kondisi daerah studi

dan biaya yang terjadi akibat

ketidakmampuan saluran untuk

menampung dan mengalirkan debit yang ada pada saluran.

TINJAUAN PUSTAKA Umum

Drainase mempunyai arti membuang atau mengalirkan kelebihan air pada suatu wilayah atau daerah. Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan

dalam suatu konteks pemanfaatan

tertentu. Sementara itu, drainase adalah tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air permukaan, maupun air bawah permukaan.

Uji Kesesuaian Distribusi

Uji kesesuaian distribusi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian data yang tersedia dengan distribusi yang dipakai. Ada 2 macam uji yang akan dipakai yaitu

uji Smirnov Kolmogorov dan Chi Square.

1. Uji Smirnov-Kolmogorov sering

disebut juga uji kecocokan

non-parametic, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas tiap data, antara sebaran empiris dan sebaran teoritis, yang dinyatakan dalam D.

2. Uji Chi-Square digunakan untuk

menghitung besarnya simpangan

vertikal antara data perhitungan dan

data teoritis. Uji ini didasarkan pada perbedaan nilai ordinat teoritis dan empiris pada sumbu vertikal yang

merupakan data curah hujan

rancangan. Uji Chi-Square dikatakan

berhasil jika X2 hitung < X2 kritis.

Debit Air Hujan

Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung debit air hujan pada saluran-saluran drainase adalah metode rasional. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah pengaliran yang kecil dan juga untuk perencanaan drainase daerah pengaliran yang sempit.

Q = 0,278.C. I.A dengan:

Q = debit limpasan (m3/dtk)

C = koefisien pengaliran

I = intensitas hujan selama waktu

tiba banjir (mm/jam)

A = luas daerah (km2)

0,278 = faktor konversi

Koefesien Pengaliran

Koefisien pengaliran adalah

perbandingan antara jumlah air yang mengalir disuatu daerah akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun di daerah tersebut. Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor penting :

 Keadaan hujan

 Luas dan bentuk daerah pengaliran

dan kemiringan dasar sungai  Daya infiltrasi dan perkolasi tanah

 Kemiringan daerah aliran dan

kemiringan dasar sungai

 Kebasahan tanah

 Suhu, udara, angin dan evaporasi

yang berhubungan dengan itu

 Letak daerah aliran terhadap arah

angin

 Daya tampung palung sungai dan

(4)

Intensitas Hujan

Intensitas hujan rancangan adalah tinggi hujan yang jatuh pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, dan dihitung sesuai periode ulang banjir. I = 3 / 2 24 24 24      c t R dengan:

I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

R24 = curah hujan maksimum harian

dalam 24 jam (mm/jam) tc = waktu konsentrasi (jam)

Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur air minum. manfaat yang dapat diperoleh

dari pembuatan sumur resapan

diantaranya adalah :

1. Mengurangi aliran permukaan dan

mencegah terjadinya genangan air sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi,

2. Mempertahankan tinggi muka air

tanah dan menambah persediaan air tanah.

3. Mengurangi atau menahan terjadinya

kenaikan air laut bgi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai,

4. Mencegah penurunan atau amblasan

lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan

5. Mengurangi konsentrasi pencemaran

air tanah.

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Studi

Kabupaten Tuban merupakan

wilayah yang berada di jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa yang berada di bagian paling Barat Provinsi Jawa Timur, terletak pada koordinat 111030’-112035’

Bujur Timur dan 6040’-7018’ Lintang Selatan.

Gambar 1. Letak Geografis dan Pembagian Kecamatan Di Kabupaten

Tuban

Sistem drainase Klenteng memiliki luas daerah pematusan 71,94 Ha. Saluran ini di bagian hilir berada di sebelah kanan Klenteng Kwan Sing Bio yang berada di Jl. RE Martadinata. Di bagian hulu saluran berasal dari permukiman warga yang dimensinya menyempit serta dan kondisi saluran banyak tertutup oleh bangunan rumah seperti yang terlihat di Jl. Sunan Kalijaga. Permasalahan banjir yang terjadi diakibatkan saluran kurang mampu menampung dan mengaliran air hujan.

Pengumpulan Data

1. Peta lokasi studi untuk

mengetahui lokasi studi

perencanaan. 2. Peta topografi. 3. Peta tata guna lahan.

4. Skema lokasi genangan untuk

mengetahui titik letak genangan-genangan yang terjadi di daerah studi.

5. Data curah hujan guna keperluan hidrologi.

6. Data penduduk untuk

memproyeksikan jumlah

penduduk dan menghitung

(5)

7. Data saluran drainase eksisting untuk evaluasi saluran dalam kemampuannya menampung debit rancangan yang ada.

Gambaran Umum

Dari hasil survey penelusuran alur drainase dan batas daerah pematusan yang telah dilakukan ternyata di Kota Tuban terdapat 9 (sembilan) sistem drainase utama (Sistem Drainase Primer) dan 6 (enam) sistem drainase lainnya (Sistem Drainase Sekunder dan Sistem Drainase Tersier) dengan luas total Sistem Drainase Kota Tuban 261,88 km2 (26188,808 Ha). Sistem drainase utama adalah sistem drainase primer yang diutamakan untuk direncanakan sedang sistem drainase lainnya adalah system dengan luas catchment area yang kecil atau sistem tersendiri yang langsung menuju ke laut.

Sistem Drainase Klenteng memiliki luas catchment area 62,3 ha, dengan jumlah saluran sebagai berikut :

a. Saluran Sekunder : 2 saluran ;

Saluran Latsari II dan Saluran Karangsari

b. Saluran Tersier : 6 saluran ; Saluran Latsari I Timur, Saluran Makam Sidorekso, Saluran makam Karangsari, Saluran Latsari I Barat,

Saluran Buntu, dan Saluan

Karangsari 2.

Sistem Drainase Klenteng

Sistem drainase Klenteng memiliki luas daerah pematusan 71,94 Ha. Saluran ini di bagian hilir berada di sebelah kanan Klenteng Kwan Sing Bio yang berada di Jl. RE Martadinata. Di bagian hulu saluran berasal dari permukiman warga yang dimensinya menyempit serta dan kondisi saluran banyak tertutup oleh bangunan rumah seperti yang terlihat di Jl. Sunan Kalijaga. Ketinggian Kabupaten Tuban berkisar antara 0-500 meter di atas permukaan laut (dpl). Bagian Utara dan Selatan Kabupaten Tuban berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-15 meter di

atas permukaan laut. Ketinggian di atas 100 meter terdapat di Kecamatan

Merakurak, Kecamatan Semanding,

Kecamatan Montong, Kecamatan

Grabagan, Kecamatan Rengel,

Kecamatan Parengan, Kecamatan

Bangilan dan Kecamatan Kenduruan.

Gambar 2. Saluran Eksisting

Gambar 4. Peta Ketinggian Kabupaten Tuban

Tahapan Penyelesaian

1. Melakukan studi pustaka mengenai

teori yang akan dipakai.

2. Mengumpulkan data-data yang

diperlukan untuk kepentingan

perhitungan. 3. Analisa hidrologi

- Menghitung curah hujan rancangan

dengan metode Log Pearson Type III dengan kala ulang 5 tahun.

- Menguji kesesuaian distribusi hujan dengan uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi Square untuk mengetahui kebenaran hipotesa frequensi Log Pearson Type III.

(6)

4. Perhitungan debit banjir rancangan (Qr) untuk evaluasi saluran drainase :

- Menghitung waktu konsentrasi.

- Menghitung intensias hujan rencana

(Ir) dengan rumus Mononobe.

- Menentukan koefisien pengaliran (C)

dari peta tata guna lahan wilayah studi.

- Menentukan luas daerah pengaliran

(A) dari peta topografi.

- Menghitung debit air hujan (Qah)

dengan metode rasional.

- Menghitung proyeksi pertumbuhan

penduduk.

- Menghitung debit air kotor(Qak).

- Menghitung debit banjir rancangan

(Qr) dengan kala ulang 5 tahun.

5. Evaluasi kapasitas saluran terhadap debit banjir rancangan:

- Menghitung kapasitas saluran

drainase eksisting (Qa) dengan rumus

manning.

- Melakukan analisa kapasitas saluran drainase eksisting (Qa) terhadap debit

banjir rancangan (Qr).

- Dari hasil analisa Qa terhadap Qr

dapat diketahui apakah saluran

drainase dapat menampung dan mengalirkan debit yang lewat.

6. Alternatif Penanggulangan Genangan

- Penentuan alternatif penanggulangan

genangan yang sesuai dengan kondisi daerah studi.

- Perencanaan ulang dimensi saluran

drainase yang mampu menampung

dan mengalirkan debit banjir

rancangan disertai kenaikan elevasi muka air dari outlet.

- Perencanaan sumur resapan sebagai

alternatif ekodrainase penggulangan genangan.

- Penggabungan alternatif

pengendalian banjir dengan asumsi awal :

a. Perencanaan dimensi saluran

drainase

b. Sumur resapan

7. Kesimpulan dan Pembahasan.

Gambar 3. Diagram Alir Pengerjaan Skripsi

DATA DAN ANALISIS DATA Perhitungan Curah Hujan Daerah

Data utama yang digunakan untuk analisa hidrologi adalah data curah hujan yang berpengaruh di sistem drainase Kota Tuban meliputi 6 stasiun hujan yaitu Stasiun Hujan Jenu, Kerek, Sumurgung, Kepet, Tegalrejo dan Tuban.

Karena stasiun hujan yang ada cukup banyak maka dilakukan penggambaran polygon Thiessen untuk menentukan daerah pengaruh stasiun curah hujan. Dari hasil analisa ternyata curah hujan rencananya sangat kecil sekali sehingga dalam perhitungan digunakan curah hujan rata-rata maksimum dari 6 (enam) stasiun tersebut dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

(7)

Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan Maksimum Daerah Kabupaten Tuban

No Tahun Rerata CH Max

1 1997 86,33 2 1998 97,83 3 1999 89,17 4 2000 98,00 5 2001 115,33 6 2002 86,33 7 2003 78,33 8 2004 72,67 9 2005 70,83 10 2006 77,83 11 2007 76,5 12 2008 62,33 13 2009 72,67 14 2010 71 15 2011 94,67 16 2012 78,83 17 2013 71,17 Jumlah 1399,83 Rerata 82,34 Standart Deviasi (sd) 13,37 Koef Skewness (Cs) 0,924 Koef Kurtosis (Ck) 0,781

Pemilihan Distribusi Log Person III

Sumber : Hasil Analisa

Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase

Apabila didapatkan kapasitas saluran drainase eksisting lebih besar daripada kapasitas saluran drainase rencana, maka saluran drainase masih bisa menampung debit yang ada.Dan sebaliknya maka saluran drainase eksisting perlu perbaikan dimensinya agar kapasitasnya memenuhi.

b = 0,70 m H = 0,70 m n = 0,025 m = 0 s = 0,0019 h = 0,5 m A = (b + mh)h = (0,70 + 0 . 0,70). 0,70 = 0,49 m2 P = 2 1 2h m b  = 2 0 1 70 , 0 2 70 , 0    = 2,1 m R = A / P = 0,49 m2 / 2,1 m = 0,23 m Vsal = 0,232/3 0,00191/2 025 , 0 1   = 0,66 m / det Qsal = V x A = 0,66 . 0,49 = 0,32 m3 / det

Analisa Kapasitas Saluran Drainase

Evaluasi kapasitas saluran drainase eksisting adalah menganalisa kapasitas saluran drainase apakah sudah mampu menampung debit banjir rancangan atau tidak. Apabila tidak mampu menampung

mampu menampung maka terjadi

limpasan dan genangan. Genangan yang terjadi adalah selisih antara debit banjir rancangan dengan kapasitas saluran (Qsal).

Tabel 2. Perhitungan Debit Limpasan Sistem Drainase Klenteng Salura n Q banjir Q kapasitas Q limpasan Sal. Latsari I Timur T 0,29 0,32 -0,031 Sal. Makam Sidorekso T 0,92 1,29 -0,372 Sal. Latasari II S 1,31 1,30 0,009

Sal. Makam

Karangsari T 0,43 1,94 -1,517

Sal. Latsari I Barat T 0,47 0,46 0,002 Sal. Karangsari 1 S 1,01 2,56 -1,543 Sal. Klenteng (R1) P 2,49 2,28 0,214 Sal. Buntu T 0,44 0,37 0,070 Sal. Klenteng (R2) P 3,11 4,72 -1,605 Sal. Karangsari 2 T 0,20 0,15 0,049 Sal. Klenteng (R3) P 3,88 30,15 -26,266 Total Limpasan 0,356 Sumber : Hasil Analisa

(8)

Alternatif I Perencanaan Dimensi Saluran Baru

Pada alternatif ini penanggulangan banjir dilakukan dengan cara merubah dimensi saluran yang telah ada agar saluran yang baru dapat menampung

debit banjir rencana yang telah

ditentukan.Pada kasus ini terdapat lima saluran yang akan mendapat perbaikan. Pelebaran saluran menggunakan bahan yang sama dengan eksisting yaitu pasangan batu. Berikut adalah saluran yang perlu perubahan dimensi baru :

1. Saluran Latsari II (Sekunder) 2. Saluran Latsari I Barat (Tersier)

3. Saluran Klenteng I (Primer)

4. Saluran Buntu

5. Saluran Karangsari II

Perhitungan Rancangan Biaya Alternatif I

Tabel 3. Perhitungan Rancangan Biaya

No. Uraian Kegiatan Volume Jumlah Harga 1. Pengukuran dan pas. Bouwplank 1069,94 m Rp.82.975.409,11 2. Uitzet dengan waterpass/theodolit 1069,94 m Rp.3.445.228,199 3. Pembersihan Lokasi 1663,66 5 Rp.11.229.738,75 4. Pembuatan Gudang Semen & alat-alat 9 Rp.11.641.266,72 5. Pembuatan KISDAM tinggi 1,0m tebal 0,6 m 1069,94 m Rp.171.207.786,5 6. Pemasangan Turap Papan tebal 3cm 1069,94 m Rp.258.017.528,9 7. Pengangkutan Tanah Keluar Proyek 339,888 Rp.20.690.682 8. Galian Tanah Biasa 339,888 Rp.10.307.103,6 9. Galian Perkerasan Jalan 182,58 Rp.10.095.213,36 10. Pembongkaran Beton 1136,85 5 Rp.201.450.706 11. Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) BC 2000/1500-1200 121,72 m Rp.899.189.428,77 12. Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) U Gutter 1500/1500-1200 277,27 m Rp.1.418.328.361,5 0 13. Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) U Gutter 1000/1000-2500 670,65 m Rp.1.341.772.975,9 1 14. Pasang Rambu Pengaman 100 m Rp.87.708.800 15. Pemasangan Paving 257,58 Rp.23.623.305,75 Total Biaya Rp. 4.551.683.535,07

Alternatif II Perencanaan Dimensi Saluran Baru dan Sumur Resapan

Pada alternatif ini digunakan

perpaduan antara perubahan dimensi baru dan perencanaan sumur resapan untuk menanggulangi banjir. Pada studi ini sumur resapan akan dilakukan pada dua saluran yaitu saluran Latsari II dan saluran Latsari I Barat.

Jumlah sumur yang dibutuhkan : 14 buah Volume galian :

3,14 x 0,5 x 0,5 x 3 = 2,355 m3 Biaya galian per m3 = Rp. 33.325,- Maka untuk satu sumur

= Galian x Biaya Galian + Pentup Beton + Psg. Bata

= (2,355 x Rp.33.325 ) + Rp.43.960 + Rp.923,160

= Rp 1.045.600,-

Harga beton penutup sumur = Rp.43,960,-

Batu Bata = Rp. 923.160,-

Maka pembiayaan untuk pembuatan 14 sumur resapan adalah : Rp. 14.638.405,-

(9)

Tabel 4. Biaya Pengerjaan Alternatif II

No. Uraian Kegiatan Volume Jumlah Harga 1. Pengukuran dan pas. Bouwplank 384,3 m Rp.82.975.409,11 2. Uitzet dengan waterpass/theodolit 384,3 m Rp.3.445.228,199 3. Pembersihan Lokasi 1663,665 Rp.11.229.738,75 4. Pembuatan Gudang Semen & alat-alat

9 Rp.11.641.266,72 5. Pembuatan KISDAM tinggi 1,0m tebal 0,6 m 384,3 m Rp.171.207.786,5 6. Pemasangan Turap Papan tebal 3cm 384,3 m Rp.258.017.528,9 7. Pengangkutan Tanah Keluar Proyek 218,28 Rp.20.690.682

8. Galian Tanah Biasa 218,28 Rp.10.307.103,6 9. Galian Perkerasan Jalan 182,58 Rp.10.095.213,36 10. Pembongkaran Beton 736,855 Rp.201.450.706 11. Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) BC 2000/1500-1200 121,72 m Rp.899.189.428,77 12. Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) U Gutter 1000/1000-2500 262,58 m Rp.525.345.184,55 13. Pasang Rambu Pengaman 100 m Rp.87.708.800 14. Pemasangan Paving 137,47 Rp.23.623.305,75 Total Biaya Rp. 2.316.927.382,20

Biaya Total Alternatif II

Sumur Resapan = Rp. 14.638.405,- Rehabilitasi = Rp.2.316.927.382,20

Total = Rp.2.331.565.787,20

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan

perhitungan saluran drainase Klenteng Kabupaten Tuban yang terdiri dari sebelas saluran dengan rincian sebagi berikut : 6 (enam) saluran tersier, 2 (dua) saluran sekunder, 3 (tiga) saluran primer maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Analisis kapasitas saluran drainase

dengan menggunakan debit

rancangan 5 tahun. Debit total yang melimpas adalah sebesar 0,356 m3/dt dengan rincian, terdapat lima titik yang mengalami genangan akibat limpasan, antara lain saluran Latsari II sebesar 0,009 m3/dt, saluran Latsari I Barat sebesar 0,002 m3/dt, saluran Klenteng R1 sebesar 0,214 m3/dt, saluran Buntu sebesar 0,070 m3/dt dan saluran Karangsari II sebesar 0,049 m3/dt dengan durasi hujan selama 4 jam

2. Saluran drainase pada eksisting tidak dapat menampung seutuhnya dan

terjadi genangan pada saluran

Klenteng, Buntu, Latsari II, Latsari I Barat dan Karangsari.

3. Berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan, penyebab terjadinya

genangan pada lokasi studi

disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya:

a. Kapasitas saluran drainase yang kurang.

b. Saluran tersumbat sampah pada saluran Latsari II dan Latsari I Barat. 4. Alternatif yang digunakan untuk

mengatasi limpasan ada 2 macam, sebagai berikut. Alternatif pertama, dimensi saluran yang tidak dapat

menampung debit rencana

direhabilitasi dengan dimensi baru yang telah dihitung ulang. Yaitu saluran Latsari II, saluran Latsari I Barat, saluran Klenteng R1, saluran

Buntu dan saluran Karangsari.

Alternatif kedua, tiga saluran direhab sesuai dimensi yang seharusnya yaitu saluran Klenteng R1, saluran Buntu dan saluran Karangsari. Kemudian sebagian dari limpasan ditanggulangi Sumber : Hasil Analisa

(10)

dengan membuat beberapa sumur resapan. Dibutuhkan volume total sumur resapan sebesar 8,26 m3. Dengan rincian, 1 buah sumur resapan memiliki tampungan sebesar 0,59 m3. Waktu yang dibutuhkan untuk meresapkan genangan ke dalam tanah di dalam sumur resapan, 1 buah sumur resapan membutuhkan waktu selama 62,50

menit. Sumur resapan yang

direncanakan adalah 14 buah dengan rincian 11 sumur resapan terdapat di area saluran Latsari II dan 3 sumur resapan lainnya berada di area saluran Latsari I Barat. Sehingga ditinjau dari aspek teknis dapat disimpulkan alternatif I tentunya membutuhkan waktu pengerjaan dan perhitungan teknis yang lebih besar namun memiliki usia guna dengan jangka panjang yang baik. Ditinjau dari segi biaya alternatif I relatif lebih mahal dengan perhitungan

pembiayaan sebesar

Rp.4.551.683.535,07 . Alternatif II, adalah alternatif dengan memadukan antara pembenahan dimensi saluran baru dan pembuatan sumur resapan

dengan tujuan mendapatkan

alternatif penanggulangan banjir

yang relatif lebih murah, yaitu Rp.2.316.927.787,20. Lahan untuk pembuatan sumur resapan cukup

memungkinkan dan memberikan

alternatif yang lebih murah dari alternatif I.

Saran

Berdasarkan hasil analisa dan

perhitungan dari bab sebelumnya, maka beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:

1. Dalam perencanaan drainase

perkotaan, khususnya saluran

drainase, perlu dilakukan

peninjauan kondisi tata guna

lahan dalam jangka waktu

tertentu. Hal ini untuk menjaga relevansi antara daya tampung

saluran dengan limpasan

permukaan yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan.

2. Terjadinya genangan disebabkan

oleh beberapa masalah seperti

sampah yang menumpuk di

saluran dan kapasitas saluran yang kurang. Hal ini perlu pembenahan terkait masalah tersebut, yakni

menambah jumlah inlet dan

memelihara kondisi inlet agar tetap berfungsi dengan baik serta

pembersihan sampah atau

sedimen yang ada di saluran

secara periodik. Perlunya

sosialisasi tentang peran

masyarakat untuk selalu menjaga

lingkungan dengan tidak

membuang sampah sembarangan.

3. Sebaiknya dalam perencanaan

drainase di perkotaan, diperlukan juga alternatif sumur resapan, sehingga beban debit di saluran drainase dapat diminimalkan.

4. Penggunaan sumur resapan dapat

divariasikan dengan bangunan-bangunan drainase yang lain seperti parit resapan atau kolam resapan agar penggunaannya lebih

maksimal dalam mengatasi

genangan di perkotaan.

5. Penerapan sumur resapan

hendaknya mengikuti standar

yang ada pada SNI-03-2453-2002 tentang tata cara perencanaan sumur resapan.

6. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan sumur resapanantara lain:

a. Perlu dipasang trash rack atau

penyaring sampah sebelum masuk sumur resapan.

b. Agar tetap dapat berfungsi dengan

baik, diperlukan pemeliharaan berkala, dengan menempatkan

manhole pada jarak tertentu. 7. Penggunaan alternatif II yaitu

penggunaan sumur resapan

sebagai salah satu cara untuk mengurangi limpasan cukup baik

(11)

terutama ditinjau dari segi biaya atau anggaran.

8. Daerah perkotaan padat akan

penduduk biasanya mengalami hambatan pada penempatan lokasi sumur resapan akibat meluasnya lahan pembangunan yang menjadi kedap tertutup bangunan/jalan

sehingga berkurangnya lahan

resapan alami. Oleh karena itu,

pembangunan infrastruktur

selanjutnya, setiap rumah/gedung

atau bangunan yang lain,

diwajibkan membuat sumur

resapan.

DAFTAR PUSTAKA

A.Z. Zainal. 2003. Analisis Bangunan

Menghitung Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat

Jendral Pengairan. Standart

Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-03), Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat

Jendral Pengairan. Standart

Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-04), Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat

Jendral Pengairan. Standart

Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-07), Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_T uban diakses pukul 15.05, 15 Desember 2013

Prasetijo, Hari. 2010. Diktat Perkuliahan

Sistem Operasi dan

Pemeliharaan. Malang : Jurusan

Pengairan FT Universitas

Brawijaya.

Sayekti, Rini Wahyu, 2006. Diktat

Perkuliahan Irigasi Dasar. Malang : Jurusan Pengairan FT Universitas Brawijaya.

RedaksiBumiAksara. 2008. Analisis

Upah dan Bahan (Analisis BOW). Jakarta: PT Bumi Aksara

Gambar

Gambar 1. Letak Geografis dan  Pembagian Kecamatan Di Kabupaten
Gambar 2. Saluran Eksisting
Gambar 3. Diagram Alir Pengerjaan  Skripsi
Tabel 2. Perhitungan Debit Limpasan  Sistem Drainase  Klenteng  Saluran  Q  banjir  Q  kapasitas  Q  limpasan  Sal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan seminar ini direspon sangat baik oleh peserta yang terdiri dari dosen, guru, dan mahasiswa calon guru bidang studi biologi. Kesadaran untuk selalu meng-up

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik peserta didik yang lebih baik antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated

Dari uraian di atas penulis mengajukan variabel yaitu variabel independent model pembelajaran peer teaching, dan variabel dependen adalah jumlah waktu aktif belajar

Development of a psychological test to measure ability-based emotional intelligence in thelndonesian workplace using an item response theory 2 (ua) orang.

Berdasarkan analisis data sebagaimana yang telah diuraikan dapat ditegaskan bahwa motivasi, perhatian dari siswa memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap

Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan atau Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) disebut juga loket Pendaftaran Pasien Rawat Jalan yang mempunyai tugas pokok yaitu

Pada Gambar 1E terlihat adanya gambaran sel hepar yang mengalami degenerasi parenkimatosa, nampak juga sel hepar yang mengalami degenerasi hidropik dan nekrosis

1) Tamu pengunjung pingsan dievakuasi oleh Tim Satgas Adaptasi Kebiasaan Baru Kementerian BUMN c.q Sub Tim Penanganan dengan memperhatikan protokol COVID-19 ke