• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permodelan Transient Reaktor Shunt pada Sistem Transmisi 500 kv Akibat dari Gangguan Fasa ke Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Permodelan Transient Reaktor Shunt pada Sistem Transmisi 500 kv Akibat dari Gangguan Fasa ke Tanah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Permodelan Transient Reaktor

Shunt

pada Sistem Transmisi

500 kV Akibat dari Gangguan Fasa ke Tanah

Wisnu Pribadi, I Made Yulistya Negara, I Gusti Ngurah Satriyadi H.

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: yulistya@ee.its.ac.id ; didit@ee.its.ac.id

Abstrak— Pada transmisi tegangan tinggi akan muncul adanya line charging, yaitu tegangan pada sisi terima akan lebih besar dari tegangan pada sisi kirim. Untuk mengatasi permasalahan seperti itu maka diperlukan pemasangan reaktor shunt yang berfungsi untuk menyuplai daya reaktif induktif untuk mengurangi line

charging yang terjadi. Pada saat terjadi gangguan auto reclouser bekerja untuk memadamkan arus gangguan,

akan tetapi selama proses pemadaman, arus gangguan akan disuplai dengan arus kapasitansi sehingga muncullah

secondary arc. Reaktor netral bersifat induktif yang

digunakan untuk memadamkan secondary arc. Dalam tugas akhir ini dilakukan simulasi gangguan satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah dan tiga fasa ke tanah terhadap saluran transmisi 500 kv dengan menggunakan perangkat lunak EMTP/ATP. Pada simulasi gangguan satu fasa ke tanah secondary arc mengalami penurunan yaitu dari 70 A menjadi 24 A setelah dipasang reaktor netral. Pada simulasi gangguan dua fasa ke tanah secondary arc sebelum di pasang reaktor netral adalah 90 A menjadi 34 A setelah di pasang reaktor netral. Pada gangguan tiga fasa ke tanah secondary arc sebelum di pasang reaktor netral adalah 72 A menurun hingga 61 A setelah di pasang reaktor netral.

Kata Kunci— Reaktor shunt , ATP/EMTP, Secondary Arc,Reaktor Netral.

I. PENDAHULUAN

EAKTOR SHUNT adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengurangi line charging yang disebabkan oleh transmisi yang jauh. Pada saat terjadi gangguan pada saluran transmisi auto reclouser akan bekerja untuk mematikan arus gangguan. pada saat itu arus yang sudah padam akan kembali muncul karena disupply oleh arus kapasitif yang tersisa karena kompensasi arus induktif yang diberikan oleh reaktor shunt bernilai lebih kecil sehingga secondary arc akan muncul. Untuk mengurangi arus kapasitif tersebut maka dipasanglah reaktor netral. Pemasangan reaktor netral bertujuan untuk mengurangi secondary arc sehingga memudahkan auto reclouser bekerja. Reaktor netral dipasang di bawah pemasangan reaktor shunt. [3]

II. REAKTORSHUNTDANREAKTORNETRAL A. Pemasangan Reaktor Shunt[1]

Reaktor shunt dirancang untuk terhubung ke saluran transmisi untuk mengatur tegangan saluran dengan cara menyerap daya kapasitif. Dalam keadaan normal reaktor shunt mengkompensasi daya reaktif antara 60% dan 75 %[1]. Dalam tugas akhir ini akan dijelaskan efek dari pemasangan reaktor shunt terhadap parameter beban dan saluran. Reaktor shunt dipasang pada sisi penerima.

Pada gambar 1 dijelaskan pengaruh dari kapasitansi, pemasangan reaktor shunt.

Gambar 1. Rangkaian pengganti saluran transmisi setelah dipasang reaktor shunt

Dari gambar tersebut maka besar dari Lp (reaktor shunt) dirumuskan seperti di bawah ini:

𝐿𝐿𝑝𝑝 =𝜔𝜔2.𝑘𝑘.(𝐶𝐶1𝐸𝐸+3𝐶𝐶𝐶𝐶) (1)

Dimana:

𝐿𝐿𝑝𝑝 : Reaktor shunt k : Kostanta

𝐶𝐶𝐶𝐶 : Kapasitansiantar kabel fasa 𝐶𝐶𝐸𝐸 : Kapasitansi kabel fasa ke tanah B. Pemasangan Reaktor Netral[1]

Pemasangan reaktor netral berfungsi untuk mengurangi arus kapasitif yang yang ada pada saluran transmisi. Reaktor netral bersifat induktif yang bertujuan untuk mengurangi arus kapasitif tersebut.

Gambar 2 merupakan rangkaian pengganti transmisi setelah di pasang reaktor netral.

(2)

Gambar 2. Rangkaian pengganti saluran setelah dipasang reaktor netral

Besar dari 𝐿𝐿𝑛𝑛 dapat ditentukan dengan menggunakan rumus dibawah ini:

𝐿𝐿

𝑛𝑛

=

13

.

𝐿𝐿𝑝𝑝.(𝐶𝐶0−𝐶𝐶). 1 𝐶𝐶 (𝐶𝐶−𝐶𝐶0).𝐶𝐶1−𝜔𝜔2.1𝐿𝐿𝑝𝑝.𝐶𝐶

(2) Dimana 𝑚𝑚0= 𝐶𝐶−𝐶𝐶𝐶𝐶0

Sehingga persamaan 𝐿𝐿𝑛𝑛 menjadi:

𝐿𝐿𝑛𝑛 = 13 .𝐿𝐿𝑘𝑘−𝑚𝑚𝑝𝑝.𝑚𝑚00 (3) Dimana: K : 0.6 dan 0.8 𝐿𝐿𝑛𝑛 : Reaktor netral 𝐿𝐿𝑝𝑝 : Reaktor shunt 𝐶𝐶0 : 𝐶𝐶𝐸𝐸

Pada tabel di bawah ini dijelaskan nilai-nilai yang digunakan untuk mencari besar dari 𝐿𝐿𝑛𝑛[3]:

Tabel 1

Konsatanta perbadingan 𝐿𝐿𝑛𝑛 dan 𝐿𝐿𝑝𝑝, besar 𝑚𝑚0 dan k

𝐿𝐿𝑛𝑛⁄𝐿𝐿𝑝𝑝 𝑚𝑚0= 0.3 𝑚𝑚0= 0.45

k = 0.6 0.33 1

k = 0.8 0.2 0.43

III. ANALISAHASILSIMULASI A. Perhitungan Nilai dari Reaktor Shunt dan Reaktor Netral

Sebelum dilakukan simulasi terlebih dahulu, diperlukan perhitungan nilai dari reaktor shunt dan reaktor netral terlebih dahulu. Dalam perhitungan ini perlu untuk mengetahui nilai dari kapasitansi antar kabel fasa dan kapasitansi antara kabel fasa dengan tanah.

Gambar 3. Rangkaian pengganti kapasitansi dan reaktor shunt

Menghitung kapasitansi saluran:

Jarak antar fasa adalah 16 m, maka Dab= 16 m, Dbc= 16 m, dan Dca= 32 m.

Deq= 3√16 × 16 × 32 Deq= 20.16 m.

Tinggi kawat fasa adalah 70 m.

Sehingga Ha= 70 m, Hb= 70 m, dan Hc= 70 m. Heq= 3√70 × 70 × 70 Heq= 70 m. Mencari GMD. 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺=𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷. 1 �1 +4𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷𝐻𝐻𝐷𝐷𝐷𝐷22 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺= 20.16 × 1 �1 + 20.164 × 7022 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺= 19.75 𝑚𝑚 Mencari GMR. 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺= [ 𝑁𝑁.𝑟𝑟.𝐴𝐴𝑁𝑁−1]𝑁𝑁1 𝐴𝐴= 𝑆𝑆 2.𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝜋𝜋𝑁𝑁 𝐴𝐴=45 × 10−2 2.𝑠𝑠𝑠𝑠𝑛𝑛 𝜋𝜋4 𝐴𝐴= 0.3182 Sehingga GMR adalah 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺= [ 4 × 0.16395 × 0.31824−1]14 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺= 0.381

Sehingga nilai dari 𝐶𝐶𝐶𝐶 adalah 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 0.0388 log𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 0.0388 log 19.730.381 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 0.0226 μF mile⁄ 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 3.53 μF

Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah maka perlu menggunakan metode muatan bayangan. Hal ini kan di jelaskan pada gambar 4 di bawah ini.

1 2 3 H1 H2 H3 Permukaan bumi H23 H31 H12 1 2 3

(3)

𝐶𝐶= 2𝜋𝜋𝜀𝜀0 ln𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝑟𝑟 −ln(3�𝐻𝐻12×𝐻𝐻23× 𝐻𝐻31 �𝐻𝐻1×𝐻𝐻2×𝐻𝐻3 3 ) 𝐻𝐻1= 70 m, 𝐻𝐻2= 70 m, dan 𝐻𝐻3= 70 m 𝐻𝐻12= 140.9 m, 𝐻𝐻23=140.9 m, dan 𝐻𝐻31= 143.6 m Maka nilai dari 𝐶𝐶𝐸𝐸 adalah.

𝐶𝐶= 2𝜋𝜋𝜀𝜀0 ln𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝑟𝑟 −ln(3�𝐻𝐻12×𝐻𝐻23× 𝐻𝐻31 �𝐻𝐻1×𝐻𝐻2×𝐻𝐻3 3 ) 𝐶𝐶𝐸𝐸= 2 ×𝜋𝜋× 8.854 × 10 −12 ln 19.750.16395−ln(3√140.9 × 140.9 × 143.6 √70 × 70 × 70 3 ) 𝐶𝐶𝐸𝐸= 1.36 × 10−11𝐹𝐹

Besar dari reaktor shunt adalah: 𝐿𝐿𝑝𝑝= ω2. k(C1 E+ 3. CC) 𝐿𝐿𝑝𝑝= 2.π. f. k(C1 E+ 3. CC) 𝐿𝐿𝑝𝑝= 2 ×π× 50 × 0,6 (1.36 × 101 −11+ 3. (3.53 × 10−6) 𝐿𝐿𝑝𝑝= 351.57 𝐻𝐻

Untuk mencari reaktor netral maka perlu dilihat dengan gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 5. Rangkaian pengganti kapasitansi dengan reaktor shunt dan reaktor netral

Besar dari reaktor netral adalah: 𝐿𝐿𝑛𝑛= 13 .k𝐿𝐿𝑝𝑝.𝑚𝑚𝑚𝑚0

0 𝐿𝐿𝑛𝑛= 13 .351.57.× 0.330.6 0.33

𝐿𝐿𝑛𝑛= 143.22 H

Setelah dilakukan perhitungan di atas nilai dari reaktor shunt dan reaktor netral digunakan sebagai data dalam simulasi dengan menggunakan ATP/EMTP. Setelah itu dilihat

perhitungan dan perbedaan antara dipasang reaktor netral dengan tidak di pasang reaktor netral.

B. Pemodelan dengan Menggunakan EMTP /ATP

Dalam simulasi kali ini kita menggunakan fasilitas ATPDraw dari software EMTP untuk memodelkan dan mensimulasikan pengaruh switching terhadap reaktor shunt 500 kV. Sumber yang digunakan merupakan sumber arus bolak-balik (AC) dengan tegangan rms line-line (VL-Lrms) 500

kV. Frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz. Untuk sumber, digunakan Single Phase Programmable Voltage Source. Circuit Breaker berfungsi sebagai pemutus daya. Pada simulasi ini digunakan Breaker yang memiliki pengaturan waktu eksternal, yang diatur dengan Timer. saluran transmisi yang digunakan memiliki komponen utama berupa komponen resistif, kapasitif dan induktif. Untuk simulasi ini, panjang saluran diasumsikan 251.1 km. dapat terlihat pada Gambar 8.

Reaktor shunt dihubungkan dengan saluran transmisi pada gardu induk, diasumsikan diletakkan sebelum transformator daya.

C. Kondisi Sistem Tanpa Reaktor Shunt

Pada simulasi dibawah ini dilakukan saluran transmisi tanpa menggunakan reaktor shunt. Maka akan terlihat bahwa tegangan pada sisi terima akan lebih besar dari sisi kirim.

Gambar 6. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi berbeban tanpa reaktor shunt

Pada simulasi ini saluran transmisi 500 kV tidak memakai reaktor shunt yang digunakan untuk kompensasi adanya line charging. Simulasi ini digunakan untuk melihat adanya line charging yang terjadi pada saluran transmisi ini.

Gambar 7. Plot tegangan sistem tanpa reaktor Shunt

Keterangan:

Gelombang warna merah menunjukan BUS A Gelombang warna hijau menunjukan BUS B

Pada keadaan sistem tanpa reaktor shunt , tegangan sumber adalah 500 kV dengan frekuensi 50 Hz. Dari plot gambar 4.2 dapat dilihat pengaruh adanya line charging pada transmisi sehingga nilai tegangan pada sisi terima lebih besar dari pada sisi kirim. Disini terlihat bahwa efek feranti yang timbul pada saluran ungaran menuju krian tidak terlalu besar yaitu hanya sekitar 17,78 kV. Tetapi meskipun efek feranti ini kecil juga perlu d kompesasikan di gardu induk krian agar kualitas sistem terjaga.

(4)

𝑉𝑉𝑟𝑟 =cos(1.2x 10𝑉𝑉𝑠𝑠 −3 .𝑓𝑓.𝑙𝑙) 𝑉𝑉𝑟𝑟 =cos(1.2x 10500−3 .50.251) 𝑉𝑉𝑟𝑟 = 517,78 𝑘𝑘𝑉𝑉

D. Kondisi Sistem dengan Reaktor Shunt

Gambar 8. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi berbeban dengan reaktor shunt

Setelah melakukan simulasi sistem tanpa reaktor shunt dan didapat bahwa tegangan sisi kirim lebih kecil dari pada tegangan sisi terima. Pada simulasi kedua ini sistem ditambah dengan reaktor shunt. Hasil dari simulasi adalah sebagai berikut.

Gambar 9.Plot tegangan sistem dengan reaktor shunt

Keterangan:

Gelombang warna merah menunjukan BUS A Gelombang warna hijau menunjukan BUS B

Pada keadaan sistem dengan reaktor shunt , tegangan sumber adalah 500 kV dengan frekuensi 50 Hz. Dari plot gambar 4.5 dapat dilihat pengaruh adanya daya reaktif yang dihasilkan oleh reaktor shunt sehingga daya pada sisi terima meniliki nilai lebih rendah apabila dibandingkan dengan daya pada sisi kirim.

E. Gangguan Satu Fasa ke tanah dengan Munculnya Secondary Arc

Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi mengalami gangguan satu fasa ke tanah. Simulasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 10. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi gangguan satu fasa ke tanah.

Hasil dari simulasi gangguan satu fasa ke tanah di atas menunjukan adanya secondary arc karena adanya pemasangan reaktor shunt. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 11. Arus secondary arc dengan reaktor shunt

Nilai dari secondary arc adalah 70 A

Gangguan satu fasa ke tanah pada simulasi diatas merupakan gangguan paling banyak yang dialami pada sistem transmisi. Gangguan satu fasa ke tanah tersebut juga mempengaruhi kerja dari Single Pole Auto Reclosing (SPAR) karena munculnya secondary arc. Pada t= 0.1 sistem transmisi mengalami gangguan satu fasa ke tanah. Pada t= 0.2 muncullah secondary arc.

F. Pemasangan Reaktor Netral Sebagai Kopensasi dari Secondary Arc

Pada simulasi ini dilakukan penambahan reaktor netral sebagai kompensasi dari adanya secondary arc yang muncul karena pemasangan reaktor shunt. Similasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 12. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dengan menambahkan reaktor netral.

Hasil dari simulasi gangguan satu fasa ke tanah di atas menunjukan adanya penurunan besar dari secondary arc karena adanya pemasangan reaktor shunt dan penambahan reaktor netral. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 13. Arus secondary arc dengan reaktor shunt dan reaktor netral

Nilai dari secondary arc adalah 24 A

Dari hasil simulasi di atas dapat dapat terlihat hasil dari pemasangan reaktor netral. Secondary arc memiliki nilai yang lebih kecil setelah dipasang reaktor netral. Pada t= 0.1 sisten transmisi mengalami gangguan satu fasa ke tanah, pada t= 0.2 muncul adanya secondary arc setelah itu akan perlahan-lahan akan stabil.

(5)

G. Gangguan Dua Fasa ke tanah dengan munculnya Secondary Arc

Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi mengalami gangguan dua fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi gangguan dua fasa ketanah. Selanjutnya bisa dilihat dari gabar di bawah ini:

Gambar 14. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi gangguan dua fasa ke tanah.

Hasil dari simulasi gangguan dua fasa ke tanah di atas menunjukan adanya secondary arc karena adanya pemasangan reaktor shunt. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 15. Arus secondary arc dengan reaktor shunt

Nilai dari secondary arc adalah 100 A

Pada simulasi gangguan dua fasa ke tanah di atas dapat dilihat pada t= 0.1 sistem transmisi mengalami gangguan. Pada t= 0.2 timbullah secondary arc. Pada saat t= 0.3 secondary arc muali stabil kembali.

H. Pemasangan Reaktor Netral pada Gangguan Dua Fasa ke Tanah

Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi mengalami gangguan dua fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi gangguan dua fasa ketanah. Stelah dilihat hasil dari simulasi gangguan dua fasa ketanah di atas muncullah secondary arc maka pada simulasi ini dipasanglah reaktor netral yang digunakan untuk mengurangi nilai dari secondary arc. Selanjutnya bisa dilihat dari gambar di bawah ini

Gambar 16. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi gangguan dua fasa ke tanah dengan penambahan reaktor netral.

Hasil dari simulasi gangguan dua fasa ke tanah di atas menunjukan adanya penurunan besar dari secondary arc karena adanya pemasangan reaktor shunt dan penambahan reaktor netral. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 17. Arus secondary arc dengan reaktor shunt dan reaktor netral

Nilai dari secondary arc adalah 34 A

Pada gambar 15 dan 17 terlihat perbandingan besarnya secondary arc sebelum dan sesudah di pasang reaktor netral. Pada simulasi stelah dipasang reaktor netral secondary arc terlihat menurun karena adanya reaktor netral yang telah dipasang. Reaktor netral tersebut bersifat reaktif sehingga mengurangi besar dari secondary arc yang timbul setelah gangguan. hal ini disebabkan karena reaktor netral akan mengurangi kapasitansi pada fasa yang terkena gangguan sehingga secondary arc yang terjadi akan lebih kecil setelah dipasang reaktor netral.

I. Gangguan Tiga Fasa ke Tanah dengan munculnya Secondary Arc

Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi mengalami gangguan tiga fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi gangguan tiga fasa ketanah. Selanjutnya bisa dilihat dari gabar di bawah ini:

Gambar 18. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi gangguan tiga fasa ke tanah

Hasil dari simulasi gangguan tiga fasa ke tanah di atas menunjukan adanya secondary arc karena adanya pemasangan reaktor shunt. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 19. Arus secondary arc dengan reaktor shunt

Nilai dari secondary arc adalah 72 A

Pada simulasi gangguan tiga fasa ke tanah di atas dapat dilihat pada t= 0.1 sistem transmisi mengalami gangguan. Pada t= 0.2 timbullah secondary arc. Pada saat t= 0.3 secondary arc mulai stabil kembali.

(6)

J. Pemasangan Reaktor Netral pada Gangguan Tiga Fasa ke Tanah

Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi mengalami gangguan tiga fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi gangguan tiga fasa ketanah. Selanjutnya bisa dilihat dari gabar di bawah ini:

Gambar 20. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan ATP/EMTP dalam kondisi gangguan dua fasa ke tanah dengan penambahan reaktor netral.

Hasil dari simulasi gangguan tiga fasa ke tanah di atas menunjukan adanya penurunan besar dari secondary arc karena adanya pemasangan reaktor shunt dan penambahan reaktor netral. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 21. Arus secondary arc dengan reaktor shunt dan reaktor netral

Nilai dari secondary arc adalah 61

Pada gambar 19 dan 21 terlihat perbandingan besarnya secondary arc sebelum dan sesudah di pasang reaktor netral. Pada simulasi stelah dipasang reaktor netral secondary arc berbeda hanya kecil sekali.

Dibawah ini adalah hasil dari simulasi mengenai pemasangan reaktor netral:

Tabel 1

Perbandingan nilai secondary arc sebelum dan sesudah di pasang reaktor netral

Jenis Gangguan Besar Secondary Arc tanpa Reaktor Netral

Besar Secondary Arc dengan Reaktor

Netral 1 fasa ke tanah 70 A 24 A 2 fasa ke tanah 100 A 34 A 3 fasa ke tanah 72 A 61 A

IV. KESIMPULAN

1. Pada saluran transmisi 500 kV GITET Ungaran menuju GITET Krian terjadi line charging pada sisi terima yaitu pada GITET Krian yaitu sebesar 517,78 kV. Setelah di lakukan pemasangan reaktor shunt maka besar tegangan terima adalah 494,64 kV.

2. Pada gangguan satu fasa ke tanah besar secondary arc sebelum dipasang reaktor netral sebesar 70 A. Setelah dipasang reaktor netral nilai dari secondary arc adalah sebesar 24 A. Terdapat penurunan besar dari secondary arc.

3. Pada gangguan satu fasa ke tanah besar secondary arc sebelum dipasang reaktor netral sebesar 100 A. Setelah dipasang reaktor netral nilai dari secondary arc adalah

sebesar 34 A. Terdapat penurunan besar dari secondary arc.

4. Pada gangguan satu fasa ke tanah besar secondary arc sebelum dipasang reaktor netral sebesar 72 A. Setelah dipasang reaktor netral nilai dari secondary arc adalah sebesar 61 A. Terdapat penurunan besar dari secondary arc.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ramold, M., Idarraga, G., dan Jäger, J., “Transient shunt reactor dimensioning for bulk power transmission systems during normal and faulty network conditions”, International Conference on Power System Technology, 2006.

[2] IEEE Power System Relaying Committee Working Group, “Single phase tripping and auto reclosing of transmission lines – IEEE committee report”, IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 7, No. 1, pp. 182-192, Jan. 1989

[3] E. W. Kimbark, “Suppression of Ground-Fault Arcs on Single-Pole-Switched EHV Lines by Shunt Reactors”, IEEE Transactions on Power Apparatus and Systems, vol PAS-83, pp. 285-290, March/April 1964 [4] J. A. Filho, P.C. Fernandez, E. H. Rose, A D´Ajuz and A. Castanheira,

“Brazilian Successful Experience in the Usage of Current Limiting Reactors for Short-Circuit Limitation”, paper 206, Cigre session in Tokyo,2005.

[5] Wahyudi, R, Ir. “Transmisi Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah Jurusan Teknik Elektro, FTI ITS, 2010.

[6] Hutauruk, T.S., “Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja”, Jakarta, Erlangga, 1989.

[7] M. V. Escudero, M. Redfern, “Effects of Transmission Line Construction on Resonance in Shunt Compensated EHV Lines”, International Conference on Power Systems Transients (IPST’05) in Montreal, Canada on June 19-23, 2005, Paper No. IPST05-109 [8] Kadir, Abdul, “Transmisi Tenaga Listrik”, UI-Press, Jakarta, 1998. [9] Arismunandar, A., 1984, “Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid

III”, Gardu Induk, Pradnya Paramita, Jakarta.

[10] Aslimeri dkk., 2008, “Teknik Transmisi Tenaga Listrik”, Jilid II,

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,

Jakarta.Arismunandar,A., “Teknik Tegangan Tinggi Suplemen”,Ghalia-Indonesia,Jakarta,1983.

[11] Zoran G., Birger H., Fahrudin M., Oktober 2003. “HV Shunt Reactor Secrets for Protection Engineers,“ presented at 30th Western Protective

Gambar

Gambar 1. Rangkaian  pengganti  saluran  transmisi  setelah dipasang reaktor
Gambar 2. Rangkaian pengganti saluran setelah dipasang reaktor netral
Gambar 5. Rangkaian pengganti kapasitansi dengan reaktor shunt dan reaktor  netral
Gambar 8.  Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV  menggunakan  ATP/EMTP dalam kondisi berbeban dengan reaktor shunt
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh fraksi berat serat serabut kelapa pada 5%, 15%, 25%, 35% dan 45% terhadap kekuatan kejut biokomposit, serta menganalisa

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, meliputi data: (1) Status sosial ekonomi petani sayuran, (2) Tingkat kesadaran petani sayuran

Pada penelitian ini, analisa dilakukan untuk mengetahui efisiensi dari tiap pembebanan yang terjadi pada turbin gas generator dengan kapasitas terpasang 40 MW pada variasi pembebanan

Lahat: Sapagkat sa pamamagitan ng iyong Mahal na Krus at Muling Pagkabuhay, iniligtas mo ang

Pada kenyataannya, saat ini menurut pantauan penulis di beberapa sekolah dan dari hasil penelitian beberapa peneliti, penulis menyimpulkan bahwa proses pembelajaran

15 Dalam rangka pemberian Hak Milik bagi tanah untuk rumah sederhana yang di atur di dalam Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1997

Penelitian ini dilakukan oleh Muhamad Yusuf, Sri Rahayu, Desi Eremita dari Perguruan Tinggi Raharja pada tahun 2012 yang berjudul “ Desain Forum Diskusi Pembelajaran iLearning

Penanggulangan yang dilakukan oleh dinas social dengan berprioritas pada pem- buatan posko masih belum efektif untuk mengurang keberadaan mereka di jalan raya.