7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – teori Dasar / Umum
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Connolly dan Begg (2005, p283), sistem adalah suatu cara untuk mengumpulkan, mengatur, mengendalikan, dan menyebarkan informasi ke seluruh organisasi. Menurut O’Brien (2003, p8), sistem adalah kumpulan elemen yang saling terhubung atau berinteraksi membentuk suatu kesatuan atau sekumpulan komponen yang saling terhubung dan bekerja sama untuk mencapai sasaran dengan menerima
input dan menghasilkan output dalam sebuah proses transformasi yang
terorganisir. Jadi, sistem adalah kumpulan dari semua elemen yang saling berinteraksi, saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.1.2 Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2003, p13), data adalah fakta – fakta atau observasi yang mentah, biasanya mengenai kejadian atau transaksi bisnis. Menurut Elmasri (2000, p4), data adalah fakta – fakta yang dapat
disimpan dan memiliki pengertian yang implisit. Jadi, data adalah sesuatu yang masih bersifat mentah mengenai suatu kejadian dan memiliki pengertian yang implisit.
Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2003, p15), informasi adalah kumpulan fakta (data) yang disusun dalam beberapa cara sehingga kumpulan fakta tersebut bisa berarti bagi penerimanya. Sedangkan sistem informasi adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi untuk sebuah tujuan tertentu.
2.1.3 Pengertian Database
Menurut C.J Date (2000, p5), database adalah suatu sistem yang pada dasarnya menyimpan record di dalam suatu sistem yang dilakukan secara terkomputerisasi yang tujuannya secara keseluruhan adalah untuk memelihara informasi dan untuk membuat informasi tersebut tersedia berdasarkan permintaan. Menurut O’Brien (2003, p145), database adalah sebuah kumpulan data yang terintegrasi dari elemen data yang terhubung secara logikal. Elemen data mendeskripsikan entitas – entitas dan hubungan antara entitas – entitas. Menurut Connolly dan Beg (2005, p15), database adalah sekumpulan data yang berhubungan secara logikal dan deskripsi mengenai data itu sendiri yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi organisasi.
Jadi, database adalah sebuah tempat penyimpanan data tunggal yang memiliki kapasitas besar yang dapat digunakan secara simultan oleh
banyak departemen dan pengguna. Database tidak hanya dimiliki oleh
sebuah departemen tetapi menjadi sebuah sumber bersama perusahaan.
Database menyimpan tidak hanya data operasional organisasi tetapi juga
deskripsi dari data. Oleh karena itu, database juga disebut sebagai a
self-describing collection of integrated records. Deskripsi data tersebut
dikenal sebagai system catalog (atau kamus data atau metadata – ‘data
mengenai data’). Hal tersebut merupakan sifat dasar database yang
menyediakan program-data independence.
2.1.4 Database Management System (DBMS)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p16), DBMS adalah suatu
sistem perangkat lunak yang memungkinkan user untuk mendefinisikan
(define), membuat (create), memelihara basis data dan menyediakan
kendali dalam mengakses database. Menurut Date (1990, p42), DBMS
adalah perangkat lunak yang mengatur semua akses menuju database.
Jadi, DBMS adalah suatu sistem perangkat lunak yang mampu melakukan semua fungsi – fungsi yang diperlukan untuk mengakses
database.
2.1.5 Database Application LifeCycle (Siklus Hidup Aplikasi Basisdata)
Sistem database merupakan sebuah komponen dasar dari sistem
Hidup Aplikasi Basisdata) sering dihubungkan dengan lifecycle dari sistem informasi.
Penting untuk mengetahui tahapan – tahapan dari Database
Application LifeCycle (Siklus Hidup Aplikasi Database) yang tidak
secara sempurna berurutan, tetapi meliputi sejumlah repetisi / pengulangan dari tahap – tahap sebelumnya melalui putaran balik
(feedback loops).
Untuk aplikasi database yang kecil, dengan jumlah pengguna
yang sedikit, lifecycle yang dibutuhkan tidak terlalu kompleks.
Bagaimanapun, ketika mendesain aplikasi database medium ke aplikasi
database yang besar dengan sepuluh sampai ribuan pengguna,
menggunakan ratusan query dan program aplikasi, lifecycle dapat
menjadi sangat kompleks (Connolly dan Begg, 2002, p271). Tahapan – tahapan tersebut terlihat pada gambar 2.1.
2.1.5.1 Database Planning (Perencanaan Basisdata)
Database planning merupakan aktifitas yang berupa
tahapan – tahapan di dalam aplikasi database agar dapat di
realisasikan se-efisien dan se-efektif mungkin. Tahapan yang
paling penting pada Database Planning adalah untuk
mendefinisikan mission statement serta meng-identifikasi mission
objective pada proyek database yang ada (Connolly dan Begg,
2002, p274).
- Mission statement menjelaskan tujuan utama dari aplikasi database. Mission statement juga membantu menjelaskan tujuan dari proyek
database dan juga menyediakan jalur yang lebih jelas dalam
pembuatan aplikasi database yang lebih efisien dan efektif (Connolly dan Begg, 2002, p274).
- Mission objective menjelaskan suatu tugas tertentu yang mana harus
didukung oleh database. Dengan asumsi jika database mendukung
mission objective maka mission statement-nya juga akan sesuai
(Connolly dan Begg, 2002, p274). 2.1.5.2 System Definition (Definisi Sistem)
System Definition mendeskripsikan ruang lingkup dan
batasan – batasan dari aplikasi database serta pandangan utama dari pengguna (userview) (Connolly dan Begg, 2002, p274).
User view mendefinisikan kebutuhan aplikasi database
dari sisi peranan jabatan tertentu (seperti Manager atau
Supervisor) atau aplikasi kantor – kantor pemerintahan untuk
bidang tertentu (Connolly dan Begg, 2002, p275). 2.1.5.3 Requirements Collection and Analysis
Requirements collection and analysis merupakan suatu
proses mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai bagian dari organisasi yang didukung dengan aplikasi database, dan menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan user dari sistem yang baru (Connolly dan Begg, 2002, p276).
Terdapat beberapa cara dalam mengumpulkan informasi – informasi tersebut, disebut juga fact-finding techniques. Fact –
finding techniques adalah proses formal dalam menggunakan
teknik tertentu, seperti wawancara dan kuisioner untuk mengumpulkan fakta mengenai sistem serta kebutuhan – kebutuhannya (Connolly dan Begg, 2002, p302). Ada 5 macam
teknik yang biasa digunakan di dalam Fact-finding techniques
1. Memeriksa berkas – berkas atau dokumen – dokumen yang telah ada
Memahami jalannya sistem yang ada diperusahaan saat ini akan sangat membantu dalam pengembangan analisis yang dibutuhkan oleh
database perusahaan tersebut. Dengan cara
memeriksa berkas – berkas, dokumen – dokumen, laporan – laporan dan file – file yang berhubungan dengan sistem yang sedang berjalan (Connolly dan Begg, 2002, p305).
2. Wawancara
Teknik wawancara dapat mengumpulkan informasi seperti pengumpulan fakta – fakta yang ada, memeriksa fakta, mengklarifikasi fakta, membangkitkan semangat, melibatkan pengguna akhir, mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan, dan mengumpulkan ide – ide dan pendapat (Connolly dan Begg, 2002, p306).
3. Pengamatan pada sistem yang sedang berjalan Melakukan pengamatan pada sistem yang sedang berjalan merupakan salah satu dari
beberapa fact-finding techniques yang cukup efektif. Teknik ini sangat berguna pada saat pemeriksaan kelengkapan data yang dikumpulkan melalui metode lain dalam bentuk pertanyaan ataupun dapat digunakan untuk pencegahan apabila terdapat penjelasan yang kurang dipahami.
4. Penelitian
Peneletian merupakan Fact-finding
techniques yang sangat berguna, yaitu dengan
melakukan penelitian terhadap aplikasi dan masalah yang ada. Jurnal komputer, buku – buku referensi dan internet merupakan sumber informasi yang cukup baik (Connoly dan Begg, 2002, p307). 5. Kuesioner
Teknik terakhir di dalam fact-finding
techniques adalah dengan cara menggunakan
survei berupa kuesioner. Kuesioner adalah dokumen dengan tujuan khusus yang memungkinkan fakta – fakta terkumpul dari orang banyak sambil menjaga kontrol dari tanggapan yang diberikan (Connolly dan Begg, 2002, p307).
Informasi – informasi tersebut kemudian akan dianalisa untuk mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan atau fitur – fitur
yang akan dimasukkan ke aplikasi database. Kebutuhan -
kebutuhan ini dideskripsikan dalam dokumen, yang disebut requirements specification.
Tahap ini merupakan tahap awal sebelum masuk ke tahap
database design (perancangan database). Banyaknya data yang
dikumpulkan tergantung dari masalah kantor itu sendiri. Data yang dikumpulkan pada tahap ini mungkin masih belum terstruktur dan terdapat permintaan - permintaan lainnya, sehingga harus dikonversi menjadi data - data yang lebih terstruktur. Hal ini bisa dicapai dengan menggunakan
requirements specification techniques, seperti Data Flow
Diagram (DFD).
Hal Penting lainnya pada tahap ini adalah bagaimana mengatasi situasi dimana terdapat lebih dari satu user view yang menggunakan aplikasi database. Beberapa pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain :
• Centralized Approach
Kebutuhan untuk setiap user view digabungkan menjadi satu untuk aplikasi
• View Integration Approach
Kebutuhan untuk setiap user view digunakan untuk membuat model data yang
terpisah untuk mewakilkan user view tersebut.
• Gabungan dari keduanya
2.1.5.4 Database Design (Desain Basisdata)
Database Design adalah proses dalam membuat rancangan
database yang akan mendukung kegiatan dan tujuan-tujuan
perusahaan (Connolly dan Begg, 2002, p279). Pada Tahap ini terdapat tiga tahap, yaitu perancangan konseptual, logikal, dan fisikal.
Ada dua pendekatan utama dalam merancang database,
yaitu bottom-up dan top-Down. Pendekatan bottom-up cocok untuk merancang database yang sederhana, dengan jumlah atribut
yang kecil. Sedangkan pendekatan top-down merupakan strategi
yang cocok digunakan untuk merancang database yang kompleks.
2.1.5.5 DBMS Selection (Seleksi DBMS)
DBMS Selection merupakan pemilihan DBMS yang sesuai
untuk mendukung aplikasi database (Connoly dan Begg, 2002,
Pemilihan DBMS yang tepat untuk mendukung aplikasi
database dapat dilakukan kapanpun sebelum menuju desain
logikal asalkan terdapat cukup informasi mengenai kebutuhan sistem. Tahap-tahap utama memilih DBMS :
o Mendefenisikan terminologi studi referensi
Terminologi referensi untuk pemilihan DBMS dibuat, menentukan tujuan dan ruang lingkup studi, dan tugas yang perlu diambil alih. Data tersebut juga termasuk deskripsi dari kriteria (berdasarkan spesifikasi permintaan pengguna) untuk digunakan dalam mengevaluasi produk DBMS.
o Mendaftarkan dua atau tiga produk DBMS yang ada
Kriteria dalam pemilihan DBMS sangat dipertimbangkan sebagai suatu yang ‘kritis’ untuk mencapai implementasi yang sukses, yang bisa digunakan untuk menghasilkan sebuah daftar pendahuluan dari produk – produk DBMS untuk di evaluasi.
o Evaluasi produk
Fitur-fitur yang digunakan dalam evaluasi produk-produk DBMS dikelompokkan menjadi defenisi data, defenisi fisik, kemampuan akses, penanganan keperluan-keperluan, pengembangan, dan fitur-fitur lainnya.
o Rekomendasi pilihan dan laporan produk
Langkah terakhir dari pemilihan DBMS adalah mendokumentasikan prosesnya dan membuat pernyataan dalam penemuan dan rekomendasi atas produk DBMS tertentu.
2.1.5.6 Application Design (Desain Aplikasi)
Application design merupakan Design user interface dan
program aplikasi yang akan digunakan dan memproses database.
Design Database dan aplikasi merupakan aktifitas paralel yang
meliputi dua aktifitas penting, yaitu : o Transaction Design
Transaksi adalah suatu aksi atau serangkaian aksi yang dilakukan
oleh user tunggal atau program aplikasi yang mengakses atau
mengubah isi dari database. Kegunaan dari desain transaksi
adalah untuk menetapkan dan keterangan karakteristik high level dari suatu transaksi yang dibutuhkan pada database, diantaranya :
Data yang akan digunakan oleh transaksi
Karakteristik fungsional dari suatu transaksi
Output transaksi
Tingkat kegunaan yang diharapkan Terdapat tiga tipe transaksi yaitu : Retrieval Transaction
Digunakan untuk pemanggilan (Retrieve) data untuk ditampilkan di layar atau menghasilkan suatu laporan. Update Transaction
Digunakan untuk menambah record baru,
menghapus record lama, atau memodifikasi record
yang sudah ada didalam database.
Mixed Transaction
Meliputi pemanggilan dan perubahan data. o User Interface Design
Beberapa aturan pokok dalam pembuatan user
interface :
• Meaningful Title
• Comprehensible Instruction
• Logical Grouping
• Consistent Use of Colors
• Visible Space and Boundaries for data entry fields
• Convenient cursor movement
• Error correction for individual characters and
entire fields
• Error message for unacceptable values
• Optional fields marked clearly
• Explanatory messages for fields
• Completion signal
2.1.5.7 Prototyping (Bentuk Dasar)
Prototyping adalah membuat model kerja suatu aplikasi
database. Sebuah prototyping merupakan sebuah model kerja
yang tidak normal mempunyai semua yang mencakup bagian-bagian atau melengkapi semua fungsinya terhadap sistem akhir (Connolly dan Begg, 2002, p291). Tujuan utama dari pembuatan prototyping adalah :
• Untuk mengidentifikasikan feature dari sistem
• Untuk memberikan perbaikan atau penambahan fitur baru
• Untuk klarifikasi kebutuhan user
• Untuk evaluasi feasibilities (kemungkinan yang
akan terjadi) dari
desain sistem khusus.
Terdapat dua macam strategi prototyping yang
digunakan saat ini, yaitu : • Requirements Prototyping
Menggunakan prototype untuk menentukan
kebutuhan dari aplikasi database yang diinginkan dan ketika kebutuhan itu terpenuhi maka prototype akan dibuang.
• Evolutionary Prototyping
Digunakan untuk tujuan yang sama. Perbedaannya,
prototype tidak dibuang tetapi dengan
pengembangan lanjutan menjadi aplikasi database
2.1.5.8 Implementation (Implementasi)
Implementation merupakan realisasi fisik dari database
dan desain aplikasi (Connolly dan Begg, 2002, p292).
Implementasi database dicapai dengan menggunakan :
• DDL (Data Defenition Language) untuk membuat skema
database dan dokumen basisdata kosong.
• 3GL dan 4GL untuk membuat program aplikasi. Termasuk
transaksi database disertakan dengan menggunakan DML
(Data Manipulation Language), atau ditambahkan pada
bahasa pemograman.
2.1.5.9 Data Conversion and Loading (Perubahan dan Pengambilan Data)
Data Conversion and Loading adalah pemindahan data
yang ada kedalam database baru dan mengkonversikan aplikasi yang
ada agar dapat digunakan pada database yang baru (Connolly dan
Begg, 2002, p292). Tahapan ini dibutuhkan ketika sistem database baru menggantikan sistem yang lama. DBMS biasanya memiliki utilitas yang memanggil ulang file yang sudah ada kedalam database baru. Dapat juga mengkonversi dan menggunakan program aplikasi dari sistem yang lama untuk digunakan oleh sistem yang baru.
2.1.5.10 Testing (Pengujian)
Testing adalah suatu proses eksekusi program aplikasi
dengan tujuan untuk menemukan kesalahan (Connolly dan Begg, 2002, p293). Dengan menggunakan strategi tes yang direncanakan dan data yang sesungguhnya.
2.1.5.11 Operational Maintenance (Perawatan Operasional)
Operational maintenance adalah suatu proses pengawasan
dan pemeliharaan sistem setelah instalasi (Connolly dan Begg, 2002, p293). Meliputi aktivitas :
- Pengawasan performa sistem, jika performa
menurun maka memerlukan perbaikan atau pengaturan ulang database.
- Pemeliharaan dan pembaharuan aplikasi database
(jika dibutuhkan).
- Penggabungan kebutuhan baru ke dalam aplikasi
database.
2.1.6 Perancangan Database
Perancangan database adalah suatu proses dalam membuat
perusahaan (Connolly dan Begg, 2002, p279). Terdapat tiga tahap dalam tahap ini, yaitu perancangan konseptual, logikal, dan fisikal.
Dua pendekatan utama dalam merancang database yaitu top-down
dan bottom-up. Pendekatan top-down merupakan strategi yang tepat
digunakan dalam merancang database yang kompleks. Sedangkan
pendekatan bottom-up tepat untuk merancang database yang sederhana dan dalam jumlah atribut yang kecil.
2.1.6.1 Perancangan Konseptual
Perancangan Konseptual adalah suatu proses dalam membuat sebuah model informasi yang digunakan pada sebuah perusahaan, dan terlepas dari semua pertimbangan – pertimbangan fisik perusahaan tersebut (Connolly dan Begg, 2002, p419).
Tujuan dari perancangan konseptual adalah untuk
membangun representasi konseptual dari database, yang
didalamnya termasuk identifikasi dari entity yang terpenting,
relationship dan attribute (Connolly dan Begg, 2002, p417).
Langkah – langkah dalam pembuatan perancangan konseptual
o Langkah 1 Membangun Local Conceptual Data Model untuk setiap pandangan user
1. Identifikasi tipe entity
Dengan mengidentifikasi kata benda pada requirements
specification (spesifikasi kebutuhan pengguna) suatu entity
dapat dikenali.
2. Identifikasi tipe relationship
Dengan mencari kata kerja tipe relationship dapat
diidentifikasikan. Tujuan dari identifikasi tipe relationship
adalah menentukan relasi antar entity yang telah
diidentifikasi sebelumnya.
3. Mengidentifikasikan dan menghubungkan attribute
dengan entity dan tipe relationship
Tujuannya adalah menghubungkan attribute dengan entity atau tipe relasi yang sesuai. Karakteristik yang harus
dimiliki oleh setiap entity dan relationship yaitu
simple/composite attributes, single/multi-valued attributes
dan derive attributes.
Dalam menentukan domain attribute dalam model data
lokal konseptual adalah tujuannya. Domain adalah
sekumpulan nilai yang di dalamnya terdapat satu atau lebih attribute (Connolly dan Begg, 2002, p430).
5. Menentukan candidate dan primary key dari suatu
attribute
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi candidate key
untuk setiap tipe entity, apabila terdapat lebih dari satu
candidate key untuk dipilih menjadi primary key.
Untuk memilih primary key diantara candidate key,
terdapat beberapa panduan yang dapat digunakan (Connolly dan Begg, 2002, p431), yaitu :
• Candidate key dengan sekumpulan attribute
yang minimal
• Candidate key yang nilainya tidak berubah
• Candidate key dengan karakter – karakter yang
paling sedikit (untuk textual attributes)
• Candidate key dengan nilai maksimum yang
• Candidate key yang paling mudah digunakan dari sisi user
6. Mempertimbangkan penggunaan enhanced modeling
concept (optional)
Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan penggunaan
konsep enhanced modeling, seperti spesialisasi,
generalisasi, agregasi dan komposisi.
Spesialisasi merupakan proses memaksimalkan perbedaan – perbedaan antar anggota dari sebuah entity dengan cara mengidentifikasikan karakteristik yang membedakan
entity tersebut (Connolly dan Begg, 2002, p362).
Generalisasi merupakan proses meminimalkan perbedaan
– perbedaan antar entity dengan mengidentifikasikan
karakteristik umum entity (Connolly dan Begg, 2002,
p363).
Agregasi menggambarkan hubungan ‘mempunyai’ atau ‘merupakan bagian-dari’ antara tipe – tipe entity dimana yang satunya mewakili ‘whole’ (seluruhnya) dan satunya lagi mewakili ‘part’ (bagian) (Connolly dan Begg, 2002, p371).
Komposisi merupakan bentuk spesifik dari agregasi yang
menggambarkan sebuah hubungan antar entities, dimana
terdapat kepemilikan yang kuat dan waktu hidup yang sama antara ‘whole’ dan ‘part’ (Connolly dan Begg, 2002, p372).
7. Memeriksa model dari redundancy
Tujuannya adalah untuk memeriksa adannya redundansi (pengulangan) dalam model. Model data konseptual lokal akan diperiksa, dengan tujuan spesifiknya adalah mengidentifikasi apakah terdapat redundansi dan menghilangkannya jika ada. Aktifitas pada tahap ini adalah memeriksa kembali one-to-one relationships dan menghilangkan redundansi.
8. Memvalidasi local conceptual model dengan transaksi
pengguna
Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa model konseptual lokal mendukung transaksi yang dibutuhkan oleh view.
9. Meninjau kembali local conceptual data model bersama pengguna
Tahap ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa model data konseptual yang telah dibuat merupakan representasi yang sebenarnya dari view.
2.1.6.2 Perancangan Logikal
Logikal database design adalah suatu proses membangun sebuah
model dari informasi yang digunakan di perusahaan berdasarkan sebuah model data spesifik, tapi terlepas dari DBMS dan pertimbangan fisik lain (Connolly dan Begg, 2002, p441).
o Langkah 2 Membangun dan validasi Local Logical Data Model untuk setiap pengguna
1. Menghilangkan fitur – fitur yang tidak cocok dengan
model relasional (optional)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghilangkan many
to many (*:*) binary relationship types, menghilangkan
many to many (*:*) recursive relationships types,
menghilangkan complex relationship types, dan
2. Menghasilkan relasi – relasi untuk local logical data model
Tujuannya adalah menciptakan relasi – relasi untuk local
logical data model untuk mempresentasikan entity –
entity, relationship – relationship dan atribut – atribut
yang telah diidentifikasikan.
3. Validasi dengan menggunakan normalisasi
Normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan himpunan relasi dengan properti yang diinginkan berdasarkan kebutuhan – kebutuhan data suatu organisasi (Connolly dan Begg, 2002, p376).
Proses normalisasi dimulai dengan memindahkan data sumber ke bentuk tabel dengan format baris dan kolom. Tabel ini berbentuk tidak normal dan disebut dengan
unnormalized table (Connolly dan Begg, 2002, p388).
Unnormalized form (UNF) adalah suatu tabel yang terdiri
dari satu atau lebih kelompok yang berulang (repeating
group) (Connolly dan Begg, 2002, p387). Repeating group
adalah sebuah atribut atau himpunan atribut di dalam tabel yang memiliki lebih dari satu nilai (multiple value) untuk
begg, 2002, p388). Tingkatan normalisasi terdiri dari tiga tahap yaitu :
1) First Normal Form (1NF)
Suatu relasi dikatakan 1NF jika titik temu tiap baris dan kolom pada relasi tersebut mengandung satu dan hanya satu nilai (Connolly dan Begg, 2002, p388).
Sebuah relasi akan berada dalam bentuk 1NF
jika repeating groupnya sudah hilang. Ada dua
pendekatan untuk menghilangkan repeating group
pada tabel yang tidak normal, yaitu :
• Dengan memasukkan data yang sesuai ke
dalam kolom yang kosong dari baris yang mengandung data berulang.
• Dengan menempatkan data yang berulang
bersama salinan atribut kunci pada relasi yang terpisah. Sebuah primary key diidentifikasikan ke dalam relasi yang baru.
2) Second Normal Form (2NF)
Relasi dikatakan 2NF jika relasi tersebut berada pada 1NF dan setiap atribut yang bukan primary key
bergantung penuh (fully functionally dependent)
terhadap primary key (Connolly dan Begg, 2002,
p392).
Fully functionally dependency terjadi jika A dan
B merupakan atribut dari suatu relasi, dan B dikatakan bergantung penuh terhadap A (A Æ B), jika B bergantung terhadap A, namun bukan subset dari A (Connolly dan Begg, 2002, p391).
Untuk menghasilkan relasi dalam bentuk 2NF
melibatkan penghilangan ketergantungan sebagian
(partial dependency) dan menempatkannya pada relasi
yang baru bersama salinan atribut penentunya
(determinant attribute).
3) Third Normal Form(3NF)
Suatu relasi dikatakan 3NF jika relasi tersebut
berada dalam bentuk 1NF dan 2NF, dan tidak ada
atribut bukan primary key bergantung secara transitif
(transitively dependent) terhadap primary key
(Connolly dan Begg, 2002, p394).
Transitive dependency ialah sebuah kondisi
jika A→B dan B→C maka C disebut bergantung secara transitif (transitively dependent) terhadap A melalui B (A tidak functionally dependent terhadap B atau C) (Connolly dan Begg, 2002, p394).
4. Validasi relasi dengan transaksi user
Tujuan pada tahap ini adalah untuk meyakinkan bahwa model data logikal mendukung transaksi yang diperlukan oleh view.
5. Menetapkan integrity constraint
Batasan integrity merupakan batasan yang digunakan
untuk melindungi basisdata dari keadaan yang tidak konsisten. Ada lima jenis batasan integrity (Connolly dan Begg, 2002 ,p457), yaitu:
• Required Data (data yang diminta)
Beberapa attribute harus memiliki nilai yang valid, dengan kata lain tidak diperbolehkan
memiliki nilai null (kosong) (Connolly dan
• Attribute Domain Constraints
Setiap attribute memiliki domain, yaitu
sekumpulan nilai yang diperbolehkan (legal) (Connolly dan Begg, 2002, p457).
• Entity Integrity
Primary key pada entity tidak boleh berupa
nulls (kosong) (Connolly dan Begg, 2002,
p458).
• Referential integrity
Referential integrity berarti, apabila foreign key
memiliki nilai, maka nilai tersebut harus sudah
berada dalam hubungan dengan induk (parent
relation) (Connolly dan Begg, 2002, p457).
• Enterprise Constraints
Kegiatan update entity dapat dibatasi oleh
peraturan pemerintah atau organisasi yang mengatur transaksi yang direpresentasikan oleh
6. Meninjau kembali local logical data model bersama pengguna
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memastikan local
logical data model telah lengkap dan di dokumentasikan.
o Langkah 3 Membangun dan validasi Global Logical Data Model
1. Menggabungkan beberapa local logical data model
menjadi global model
Pada tahap ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain (Connolly dan Begg, 2002, p463) :
1. Melihat kembali nama dan isi dari entity/
relations dan candidate key yang ada.
2. Melihat kembali nama dan isi dari relationship / foreign key.
3. Menggabungkan beberapa entity /relation yang ada pada local data model.
4. Memasukkan (tanpa menggabungkan) entity /
5. Menggabungkan beberapa relationship/foreign key yang ada pada local data model.
6. Memasukkan (tanpa menggabungkan)
relationship / foreign key yang unik ke setiap
local data model.
7. Memeriksa untuk entity / relation dan
relationship/foreign key yang lepas (tertinggal).
8. Memeriksa foreign key.
9. Memeriksa integrity constraint.
10.Menggambar ER/relation diagram global.
11.Update dokumentasi.
2. Validasi global logical data model
Tujuan pada tahap ini adalah untuk melakukan validasi terhadap relation yang dibuat dari global
logical data model dengan menggunakan teknik
normalisasi dan untuk meyakinkan bahwa model tersebut mendukung kebutuhan dari transaksi-transaksi yang ada.
3. Memeriksa perkembangan di masa yang akan datang.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan adanya perubahan pada waktu mendatang dan memperkirakan global logical data model tersebut dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
4. Meninjau kembali global logical data model
dengan pengguna
Tujuan dari tahap ini adalah untuk meyakinkan bahwa global logical data model tersebut adalah representasi yang benar untuk organisasi yang membutuhkan.
2.1.6.3 Perancangan Fisikal
Physical Database Design adalah suatu proses untuk
menghasilkan gambaran dari implementasi suatu database pada tempat
penyimpanan secondary, juga menggambarkan base relation,
pengaturan data, dan indeks yang digunakan untuk pencapaian akses
data yang efisien, dan hubungan integrity constraint dan tingkat
o Langkah 4 Menterjemahkan Global Logical Data Model untuk target DBMS
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan sebuah relational database schema dari global logical
data model yang dapat di implementasikan ke dalam
target dari DBMS (Connolly dan Begg, 2002, p479). Tiga kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu : a. Merancang base relations
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memutuskan
bagaimana cara untuk mewakilkan base relation
yang teridentifikasi di dalam global logical data
model ke dalam target DBMS.
b. Merancang reprensentasi dari derive data
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memutuskan bagaimana menggambarkan data turunan di dalam model data logikal global pada target DBMS.
c. Merancang batasan perusahaan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang batasan-batasan perusahaan untuk target DBMS.
o Langkah 5 Merancang Representasi Fisikal
Tujuannya adalah untuk memeriksa organisasi file yang
optimal untuk menyimpan base relations dan indexnya yang diperlukan untuk mencapai performa yang diinginkan, yaitu cara relasi dan tuples disimpan pada
secondary storage (Connolly dan Begg, 2002, p484).
Faktor-faktor yang mengukur efisiensi penyimpanan
data yaitu:
• Transaction throughput
Transaction throughput adalah jumlah transaksi
yang dapat diproses pada rentang waktu yang diberikan (Connolly dan Begg, 2002, p484).
• Response time
Response time adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan sebuah transaksi (Connolly dan Begg, 2002, p484).
• Disk storage
Disk storage adalah besarnya ukuran penyimpanan
untuk menyimpan database (Connolly dan Begg,
Untuk meningkatkan kinerja, perancang basisdata fisik harus memperhatikan bagaimana cara interaksi keempat dasar perangkat keras karena berpengaruh terhadap kinerja sistem (Connolly dan Begg, 2002, p485). Komponen-komponen tersebut yaitu:
• Main memory
Akses main memory lebih cepat dibandingkan
dengan akses secondary storage, terkadang
puluhan atau ratusan bahkan ribuan kali lebih
cepat. Pada umumnya, semakin banyak main
memory dipakai untuk DBMS dan aplikasi
basisdata, aplikasi akan berjalan semakin cepat.
• CPU (Central Processing Unit)
CPU mengontrol perintah-perintah dari sumber daya sistem lain dan mengeksekusi proses yang diminta oleh user. Komponen ini harus dijaga agar tidak terjadi bottleneck.
• Disk I/O
Dengan DBMS yang besar, berarti disk I/O
data. Penyimpanan harus didistribusikan secara
merata ke semua drive yang ada untuk
mengurangi masalah pada kerja sistem. Prinsip dasar dalam pendistribusian data yaitu :
o File sistem operasi harus dipisahkan
dari filedatabase
o File utama database harus dipisahkan
dari file indeks
o File log recovery harus dipisahkan dari
database yang sedang tidak digunakan.
• Network
Ketika jumlah lalu – lintas data menjadi besar, atau ketika jumlah tabrakan di dalam jaringan menjadi besar, akan terjadi bottleneck di dalam jaringan. Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap representasi perancangan fisikal yaitu :
o Analisis transaksi
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memahami fungsi dari transaksi yang sedang berjalan dan untuk menganalisa
transaksi – transaksi yang penting. Dalam menganalisa transaksi – transaksi, kriteria kinerja yang harus diidentifikasikan yaitu :
Transaksi yang sering dijalankan
dan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja
Transaksi yang penting untuk
kegiatan operasi bisnis
Waktu selama beberapa hari atau
minggu dimana akan ada permintaan yang tinggi terhadap basisdata atau peak load (Connolly dan Begg, 2002, p486).
Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasikan bagian – bagian dari basisdata yang mungkin mempunyai masalah kinerja. Untuk fokus pada daerah yang menjadi masalah, proses yang dilakukan adalah :
Merencanakan semua langkah – langkah transaksi untuk dihubungkan
Menentukan hubungan dari akses
yang sering dipakai dalam transaksi
Menganalisa pemakaian data
transaksi terpilih yang terlibat o Memilih file organisasi
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan organisasi file yang efisien
untuk setiap hubungan dasar (base
relation). Yang utama dalam perancangan
database fisik adalah penyimpanan data
pada jalur yang efisien. Untuk memahami organisasi file dan indeks secara lengkap, petunjuk untuk memilih dasar organisasi file yaitu :
Heap
Indexed Sequential Access Method (ISAM)
B –tree
Clusters
o Memilih indeks
Tujuan tahap ini adalah menentukan apakah penambahan indeks akan meningkatkan unjuk kerja sistem. Ada tiga jenis indeks yaitu :
Primary index
Pengindeksan dilakukan pada
kolom kunci (key field), yang
diurutkan terlebih dahulu secara sekuensial.
Clustering index
Pengindeksan dilakukan pada kolom bukan kunci (non-key field), yang sudah diurutkan terlebih dahulu secara sekuensial. Kolom bukan kunci itu disebut juga dengan
clustering attribute (Connolly dan Begg, 2002, p1155).
Secondary index
Pengindeksan yang dilakukan pada kolom yang tidak terurut di dalam file data (Connolly dan Begg, 2002, p1155).
o Memperkirakan ruang yang dibutuhkan
untuk penyimpanan
Tujuan tahap ini adalah untuk memperkirakan besarnya ruang penyimpanan yang dibutuhkan untuk
mendukung implementasi database pada
tempat penyimpanan kedua. Hal ini sangat tergantung pada target DBMS dan perangkat keras yang digunakan. Perkiraan ukuran dapat dilakukan dengan mengukur besar data tiap baris dan jumlah baris pada setiap relasi.
o Langkah 6 Merancang Pandangan Pengguna (user view)
Tujuannya adalah untuk merancang pandangan pengguna yang diidentifikasikan selama tahap pengumpulan dan analisa
kebutuhan pada aplikasi database relasional lifecycle
(Connolly dan Begg, 2002, p502).
o Langkah 7 Merancang Mekanisme Keamanan
Tujuannya adalah untuk merancang mekanisme keamanan
database. Kemanan bagi basisdata sangat diperlukan karena
basisdata merupakan sumber daya perusahaan yang penting.
Dua tipe keamanan database (Connolly dan Begg, 2002,
p502), yaitu :
Keamanan sistem
Memberikan perlindungan terhadap akses dan penggunaan
database pada tingkat sistem, seperti user name dan
password.
Keamanan data
Memberikan perlindungan akses dan penggunaan obyek
database, seperti relasi dan view dan aksi terhadap obyek
o Langkah 8 Mempertimbangkan Pengenalan Pengontrolan Redundancy
Tujuan tahap ini adalah untuk menentukan apakah pengenalan
pengontrolan redundancy dengan mengendurkan aturan
normalisasi akan meningkatkan kinerja sistem. o Langkah 9 Memantau Operasi Sistem
Bertujuan untuk memantau operasional sistem dan meningkatkan unjuk kerja sistem untuk memperbaiki keputusan desain yang tidak sesuai atau menggambarkan kebutuhan – kebutuhan perubahan.
2.1.7 Entity, Attribute dan Relationship
Entity (entitas) merupakan penyajian obyek, kejadian atau konsep
dunia nyata yang keberadaannya secara eksplisit diidentifikasikan dan
disimpan dalam database. Attribute (atribut) adalah keterangan –
keterangan yang menjelaskan karakteristik dari suatu entitas. Sedangkan
relationship (hubungan) merupakan hubungan atau interaksi antara satu
entitas dengan yang lainnya.
2.1.8 Entity – Relationship Modelling (E–R Modelling)
Entity Relationship Modelling (ER) model adalah pendekatan
mengidentifikasi data penting yang disebut entity dan relationship antar data yang direpresentasikan ke dalam model. Saat akan menambahkan detil dari suatu informasi, harus mengetahui tentang entity – entity dan hubungannya yang bisa disebut attributes dan semua constraints di dalam
entity, hubungan dan atribut – atributnya (Connolly dan Begg, 2002,
p330). 2.1.9 Keys
Candidate key adalah himpunan atribut yang minimal secara unik
mengidentifikasikan setiap occurrence dari sebuah tipe entitas (Connolly dan Begg, 2002, p352).
Composite key adalah sebuah candidate key yang terdiri atas dua
atau lebih atribut (Connolly dan Begg, 2002, p353).
Primary key adalah candidate key yang terpilih untuk
mengidentifikasikan secara unik setiap occurrence dari sebuah tipe
entitas (Connolly dan Begg, 2002, p353). Pada sebuah tipe entitas biasanya terdapat lebih dari satu candidate key yang salah satunya harus dipilih untuk menjadi primary key. Pemilihan primary key didasarkan pada panjang atribut, jumlah minimal atribut yang diperlukan, dan keunikannya.
Alternate key dan setiap candidate key yang tidak terpilih menjadi
primary key, atau biasa disebut dengan secondary key (Whitten, 2004,
p298).
Foreign key adalah sebuah primary key pada sebuah entitas yang
digunakan pada entitas lainnya untuk mengidentifikasikan sebuah
relationship (Whitten, 2004, p301).
Gambar 2.2 Representasi diagram entitas pegawai dan cabang beserta atribut
dan primary key serta foreign key-nya
Pegawai NoPeg (PK) nama jabatan gaji TotPeg Cabang NoCab (PK) NoPeg (FK) alamat jalan kota kodepos telp [1 .. 3] Multi-valued attribute mengatur memiliki Primary Key Foreign Key
2.1.10 Data Flow Diagram (Diagram Aliran Data)
Data Flow Diagram (Diagram Aliran Data) adalah suatu model
proses yang digunakan untuk menggambarkan aliran data melalui sebuah sistem dan proses kerja yang dilakukan oleh sistem (Whitten, Bentley dan Dittman, 2004, p344). Berikut ini adalah simbol – simbol yang digunakan dalam DAD pada penulisan skripsi ini :
Tabel 2.1 Tabel Simbol – simbol DAD dan keterangannya
Bentuk Simbol Nama Keterangan
Terminal Penanda untuk memulai,
mengakhiri, ataupun interupsi. Digunakan juga untuk mengindikasikan partai eksternal
Dokumen / Laporan Dokumen dapat ditulis
secara manual atau dapat dicetak dari komputer
Jumlah kopian dari sebuah dokumen
Digambarkan dengan menumpuk simbol dokumen dan dituliskan jumlah kopian dari dokumen di setiap lembarnya
Operasi manual Operasi proses yang
dilakukan secara manual
File permanen File / dokumen yang
disimpan secara permanen dan dapat dicari
Dokumen sementara / Jurnal / Ledger
Digunakan untuk menandakan dokumen yang bersifat sementara, mengindikasikan jurnal akuntansi ataupun ledger
Penghubungan dalam
satu halaman
Digunakan untuk menghubungkan alur prose untuk halaman yang sama
Penghubung beda halaman
Digunakan untuk menghubungkan alur proses untuk halaman yang berbeda
Anotasi Digunakan untuk
penambahan komentar deskripsi atau catatan penjelasan
Alternative Merepresentasikan
alternative
Seleksi Digunakan untuk proses
pemilihan (seleksi)
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Analisis Sistem
Menurut Mulyadi (2001, p41), analisis sistem membantu pemakai informasi dalam mengidentifikasi informasi yang diperlukan oleh pemakai untuk melaksanakan pekerjaannya. Analisis sistem mewawancarai pemakai informasi, seperti mengajukan pertanyaan “ Informasi apa yang ingin saudara terima sekarang ? ”, “ Jenis informasi apa yang saudara
perlukan untuk melaksanakan pekerjaan saudra? ”. Masalah yang seringkali dihadapi oleh analisis sistem pada tahap ini adalah membedakan apa yang diminta, dengan apa yang diinginkan, dan dengan apa yang diperlukan oleh pemakai informasi.
Analisis sistem menghasilkan dokumen tertulis yang menyajikan rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pengembangan sistem atau hasil pekerjaan pelaksanaan tahap pengembangan sistem. Dokumen tertulis tersebut diserahkan kepada pemakai informasi sebagai media bagi analisis sistem untuk mengkomunikasikan pekerjaannya kepada pemakai informasi.
Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p176), analisis sistem adalah pembelajaran sebuah sistem dana komponen – komponennya. Hal itu dilakukan sebagai prasyarat disain sistem, spesifikasi sebuah sistem yang baru dan diperbaiki.
2.2.2 Perancangan Sistem
Menurut Mulyadi (2001, p51), perancangan sistem adalah proses penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Tahap perancangan sistem ini dibagi menjadi lima tahap :
2. Penyusunan usulan perancangan sistem secara garis besar 3. Evaluasi sistem
4. Penyusunan laporan final perancangan sistem secara garis
besar
5. Perancangan sistem secara rinci
6. Penyusunan laporan final perancangan sistem secara rinci. Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p176), perancangan sistem didefinisikan sebagai tugas yang fokus pada spesifikasi solusi detail berbasis komputer. Jika analisis sistem menekankan pada masalah bisnis, maka sebaliknya perancangan sistem fokus pada segi teknis atau implementasi dari sebuah sistem.
2.2.3 Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seseorang individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya (Malayu Hasibuan, 1997, p269).
2.2.4 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah bekerja dengan orang – orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan –
tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi – fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau
kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). (Martoyo, 1987, p3).
2.2.5 Pengertian Perektrutan atau Seleksi
Menurut sumber dari internet http://en.wikipedia.org perekrutan
atau recruitment adalah proses menemukan kandidat untuk suatu
pekerjaan tertentu. Menurut sumber dair internet http://organsisasi.org persiapan dan seleksi tenaga kerja yang dilakukan perusahaan diantaranya :
1. Persiapan, dilakukan perencanaan akan kebutuhan sumber
daya manusia dengan menentukan pekerjaan yang mungkin timbul, dengan melakukan perkiraan atau
forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlah, waktu dan
sebagainya.
2. Rekrutmen tenaga kerja, suatu proses untuk mencari calon
atau kandidat pegawai, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia organisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperlukan analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan atau
job description dan juga spesifikasi pekerjaan atau job
3. Seleksi tenaga kerja, adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari kandidat yang ada.
Tujuan seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang paling tepat untuk memangku sesuaut jabatan tertentu.
2.2.6 Cuti
Jenis cuti merupakan hak dari setiap pegawai adalah :
1. Cuti istri melahirkan
2. Cuti perkawinan
3. Cuti khitanan / pembaptisan anak
4. Cuti kematian
5. Cuti perkawinan anak
6. Cuti melahirkan
7. Cuti tahunan
2.2.7 Absensi
Menurut Jean dan Mary (1985, p14), banyak perusahaan khawatir melihat angka absen yang tinggi. Dalam hal ini harus diadakan catatan sederhana, berupa catatan perorangan. Ini akan menunjukkan luasnya persoalan, alasan – alasannya (misalnya sakit tanpa keterangan),
pengaruhnya pada bagian atau pada kategori karyawan (misalnya golongan wanita yang sudah nikah).
2.2.8 Promosi, Mutasi dan Demosi
Promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. (Martoyo, 1987, p67). Promosi adalah perpindahan yang memperbesar
authority dan responsibility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di
dalam satu organisasi sehingga kewajiban, hak, status dan penghasilannya semakin besar. (Malayu Hasibuan, 1997, p121)
Mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertical (promosi/demosi) di dalam suatu organisasi. (Malayu Hasibuan, 1997, p114)
Demosi adalah penurunan pangkat atau jabatan seorang pegawai yang dilakukan di dalam suatu organisasi. (Malayu Hasibuan, 1997, p129)
2.2.9 Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Dengan pemberhentian ini berarti berakhirnya keterikatan kerja karyawan terhadap perusaahan tersebut. (Malayu Hasibuan, 1997, p231). Pemberhentian harus
didasarkan atas undang – undang nomor 12 tahun 1964. (Malayu Hasibuan, 1997, p230).
2.2.10 Surat Perjalanan Dinas (SPD)
Merupakan surat pengantar karyawan yang ditujukan untuk perusahaan dan digunakan sebagai keterangan melaksanakan tugas di suatu cabang perusahaan tersebut.