• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas maka Direktorat Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas maka Direktorat Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi :"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap instansi Pemerintah wajib membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP) sebagai upaya untuk meningkatkan manajemen pemerintah terutama melalui manajemen kinerja yang berorentasi pada hasil serta untuk mengetahui sejauh mana instansi pemerintah melaksanakan dan memperlihatkan kinerjanya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan dokumen yang berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja, yaitu pertanggungjawaban kinerja suatu instansi pemerintah dalam mencapai tujuan /sasaran startegis instansi pemerintah dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi pemerintah yang disusun dan disampaikan secara sistemik dan melembaga. LAKIP juga menggambarkan tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Lakip harus mempertanggungjawabankan kinerja yang telah diperjanjikan/ditetapkan dalam PK dan terkait dengan rencana kinerja yang telah direncanakan dalam rencana jangka menengah (Renstra) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

B. KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Direktorat Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kesehatan hewan.

Dalam melaksanakan tugas maka Direktorat Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat

(2)

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberatnsan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan;

3. Penyusunan norma,standar, prosedur dan kriteria di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberatnsan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberatnsan penyakit hewan, perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat hewan;

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kesehatan Hewan. C. Struktur Organisasi

Direktorat Kesehatan hewan terdiri atas (1) Subdirektorat Pengamatan Penyakit Hewan; (2) Subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasanan Penyakit Hewan; (3) Subdirektorat Perlindungan Hewan; (4) Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan; (5) Subdirektorat Pengawasan Obat Hewan; (6) Subdirektorat Tata Usaha dan (6) Kelompok Jabatan Fungsional.

(3)

Tugas masing-masing Subdirektorat sebagai berikut :

1. Subdirektorat Pengamatan Penyakit Hewan mempunyai tudas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengamatan penyakit hewan.

Dalam melaksanakan tugas subdirektorat Pengamatan Penyakit Hewan menyelenggarakan fungsi :

(1). Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang epidemologi, ekonomi veteriner dan penyidikan penyakit hewan;

(2). Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang epidemologi, ekonomi veteriner dan penyidikan penyakit hewan;

(3). Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang epidemologi, ekonomi veteriner dan penyidikan penyakit hewan;

(4). Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang epidemologi, ekonomi veteriner dan penyidikan penyakit hewan;

2. Subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai tugas melaksananan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.

Dalam melaksanakan tugas subdirektorat Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan menyelenggarakan fungsi :

(1). Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

(2). Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

(3). Penyiapan penyusunan norma,standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

(4). Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

3. Subdirektorat Perlindungan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan hewan.

(4)

Dalam melaksanakan tugas subdirektorat Perlindungan Hewan menyelenggarakan fungsi :

(1). Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang analisa risiko penyakit eksotik dan kesiagaan darurat penyakit hewan;

(2). Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang analisa risiko penyakit eksotik dan kesiagaan darurat penyakit hewan;

(3). Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang analisa risiko penyakit eksotik dan kesiagaan darurat penyakit hewan; (4). Penyiapan pelaksanaan analisa risiko penyakit hewan eksotik dan (5). Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisa

risiko penyakit eksotik dan kesiagaan darurat penyakit hewan;

4. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan

Dalam melaksanakan tugas subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi :

(1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan;

(2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan;

(3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebijakan di bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan; (4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi kebijakan di bidang

Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan;

5. Subdirektorat Pengawasan Obat Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusnan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengawasan obat hewan.

Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Pengawasan Obat Hewan menyelenggarakan fungsi :

(1). Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang mutu dan peredaran obat hewan;

(5)

(2). Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan peredaran obat hewan;

(3). Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang mutu dan peredaran obat hewan;

(4). Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan peredaran obat hewan;

6. Subbagian Tata Usaha menpunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Kesehatan hewan.

7. Kelompok Jabatan Fungsional mempuyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6)

BAB III

TINJAUAN TERHADAP EVALUASI SAKIP 2011 Evaluasi Atas Penerapan Sistem AKIP

1. Dari segi perencanaan, Direktorat Kesehatan Hewan pada tahun 2012 telah melengkapi Renstra dengan formulir Rencana strategis yang berisi tujuan, sasaran dan indikator sasaran, target yang akan dicapai mulai tahun pertama sampai dengan tahun kelima, serta program yang akan dilaksanakan (terlampir) 2. Sasaran renstra sudah bersifat kuantitatif telah terukur target dan pencapaian kinerja

per tahun (terlampir).

3. Rencana Kerja Tahunan (RKT) TA 2011 sudah dibuat (terlampir).

4. Sistem informasi pengumpulan data untuk memonitor pencapaian outcome s/d impact sudah dilaksanakan namun belum di susun dalam bentuk SOP.

4. Renstra Direktorat Kesehatan Hewan tahun 2010-2014 sudah dilengkapi dengan formulir renstra yang berisi tujuan, sasaran dan indicator sasaran (terlampir).

5. Penetapan Kinerja (PK) sudah disesuaikan dengan sasaran dalam renstra, dengan menyebutkan jumlah anggaran yang disebutkan dalam PK (terlampir).

6. Pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) dan PK sudah mencantumkan target secara kuantitatif (terlampir).

7. Form pengukuran kinerja telah mengacu kepada form yang seharusnya untuk tingkat eselon II meliputi : sasaran strategi, indikator kinerja, target, realisasi dan prosentase. 8. Pelaporan kinerja akan disempurnakan dengan memuat ringkasan eksekutif

(executive summary), permasalahan dan antisipasi penanggulangan masalah pada tahun berikutnya, evaluasi kecukupan anggaran dana dalam pencapaian tujuan dan sasaran, dan akan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dalam penyusunan dokumen perencanaan kinerja tahun berikutnya.

9. Evaluasi kinerja akan disempurnakan dengan mengevaluasi permasalahan terhadap program dan permasalahan/kendala dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat diidentifikasi perbaikan yang akan dilaksanakan tahun berikutnya.

10. Pada tahun 2012 sudah dilakukan revisi terhadap sasaran yang dicapai sehingga

(7)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A.RENCANA STRATEGIS

Rencana strategis Direktorat Kesehatan Hewan mengaju pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2014

Visi

Mewujudkan Direktorat Kesehatan Hewan yang profesional, modern, maju, efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan hewan menuju status kesehatan hewan yang ideal.

Misi

1. Melindungi manusia/masyarakat dari resiko yang berkaitan dengan hewan dan produknya (aspek kesehatan dan kesejahteraan manusia sebagai sasaran akhir) dan memberikan sumbangan baru bagi ilmu pengetahuan biologik dan medik.

2. Melindungi hewan dari penyakit yang mengancam kelestarian sumberdaya hewan dan lingkungan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Melindungi ekosistem serta mempertahankan kelestarian sumberdaya genetik.

4. Memberikan jaminan kesehatan hewan untuk mendukung kestabilan usaha bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan menggunakan sumberdaya lokal.

5. Meningkatkan sistem pelayanan kesehatan hewan yang maju dan terarah bertumpu pada teknologi modern

6. Meningkatkan profesionalisme, kesisteman, penganggaran, kelembagaan, sarana dan prasarana.

Tujuan

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hewan.

2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktif masyarakat terhadap kesehatan hewan dan biosekuriti.

3. Meningkatkan kapasitas, kapabilitas dan kredibilitass monitoring, surveilans, penyidikan dan pengujian serta diagnosa penyakit hewan.

4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular.

(8)

7. Meningkatkan status kesehatan hewan nasional. Sasaran

1. Indonesia tetap bebas PMK dan bebas penyakit eksotik lainnya, 2. Bagian wilayah Indonesia bebas penyakit strategis,

3. Pengamanan dan Penanganan Penyakit Hewan Baru (New Emerging Animal Disease) dan Muncunya lagi Penyakit Hewan dan (Re-EmergingAnimalDisease),

4. Penguatan Sistem Pengamatan dan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional, 5. Pemantapan Kelembagaan dan Sumber Daya Lembaga,

6. Peningkatan Jaminan Mutu dan Kapasitas Produksi Obat Hewan Indonesia 7. Pemantapan Regulasi

B. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran (Strategi dan Kebijakan)

Agar supaya visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan hewan dapat dicapai, maka perlu dilakukan langkah-langkah strategi secara menyeluruh sebagai berikut :

a. Menyusun perencanaan program pembangunan kesehatan hewan nasional yang sifatnya top-down policy berdasarkan periode pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang yang implementasi pembangunannya mengakomodir kepentingan dan situasi kondisi status kesehatan hewan daerah sehingga model pembangunan kesehatan hewannya bersifat buttom-up planning.

b. Penataan ulang dan penegasan kembali kewenangan urusan kesehatan hewan antara pusat dan daerah.

c. Pendegelasian sebagian kewenangan veteriner (veterinary authority) kepada dokter hewan swasta (praktisi, mandiri dan technical service) dengan akreditasi.

d. Membangun sistem kompetensi profesi medik dan paramedik veteriner. e. Mengembangkan jejaring laboratorium veteriner.

f. Mengembangkan sistem akreditasi laboratorium veteriner.

g. Mengembangkan program surveilans yang mempunyai target peluang pasar (market requirement).

h. Meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat (public awareness) dan proposi secara berkelanjutan.

(9)

i. Menyusun rencana dan kewajiban bersama antara pusat dan propinsi dalam program pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular dan urusan kesehatan hewan lainnya.

j. Mengembangkan program biosekuriti berdasarkan resiko (riks based).

k. Mengembangkan integrasi sektor swasta dalam pembiayaan dan penyediaan sarana untuk kesiagaan darurat dan pemberantasan penyakit hewan menular. Mengembangkan sistem sertifikasi penerapan Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB).

l. Mengembangkan sistem akreditasi penerapan manajemen kesehatan hewan dan biosekuriti di peternakan berdasarkan kompartemen (compartment based).

(10)

C. SASARAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR OUTPUT/SUBOUTPUT

SATUA N

TARGET

ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS TOT AL (Milyar Rp) 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 6.4 Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis (Prioritas Nasional dan Bidang)

► 1. Meningkatnya pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan PHM Penguatan sistem kesehatan hewan (vaksin/obat dlm dosis) Pengendalian, pencegahan dan pemberantasa n Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dosis 100,0 00,00 0 1,450, 000 1,740, 000 2,088 ,000 2,505, 600 177.1 3 87.58 100.28 115.02 132.19 612.21 ► Meningkatn ya pelayanan kesehatan hewan Penyediaan tenaga/petu gas medik/para medik serta sarana kesehatan hewan Pembinaan dan koordinasi peningkatan pelayanan kesehatan hewan Lapora n 33 33 33 33 33 9.97 142.91 157.20 172.92 190.21 673.21 Sub total

(11)

D

D.. RREENNCCAANNAA KKIINNEERRJJAA TTAAHHUUNNAANN ((RRKKTT))

NO

PROGRAM/K EGIATAN

PRIORITAS INDIKATOR JENIS OUTPUT RKAKL SATUAN Komponen DK/TP/KD

TOTAL 2011 (000) (000) 2012 (000) 2011 (000) 2012 6.4 Pengendalia n dan penanggula ngan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis (Prioritas Nasional dan Bidang) Pelaksaan vaksinasi dan pengobatan Penguatan sistem kesehatan hewan (vaksin/oba t dlm dosis) Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dosis 1) Anthrax DK 500 600 3.25 3.90 194.5 8 2) Rabies DK 600 720 6.05 7.26 32.48 3) Brucellosis; DK 200 240 2.95 3.54 15.84 4) Hog Cholera DK 100 120 0.78 0.93 4.16 5) Jembrana DK 50 60 0.41 0.49 2.17 6) Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet DK 3,06 3,672 1.91 2.29 10.26 lt 7) operasional desinfektan DK 240 288 9.10 10.92 48.85 Penguatan Puskeswan pkt Puskeswan TP 24 29 12.00 14.40 64.42 Penanggulangan gangguan reproduksi dosis 1) Operasional penanganan gangguan reproduksi DK 103,4 124,08 2.07 2.48 11.10 2) Pemerikasaan akseptor terhadap status Brucellosis DK 1,221 1,465 0.32 0.39 1.74

(12)

3) Penanganan ternak yang mengalami gangguan reproduksi DK - 0.00 0.00 4) monitoring, evaluasi dan pelaporan penanggulangan gangguan reproduksi DK 103,4 124,03 0.52 0.62 2.77 5) obat dan hormon DK 10.08 11.09 46.78 Pengawasan

obat hewan Laporan Pengawasan obat hewan BPMSOH 1 1 13.59 14.95 63.08 Peningkatan produksi dan distribusi vaksin Laporan Peningkatan produksi dan distribusi vaksin Pusvetm a 24.56 27.02 113.98 Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik Penyediaan tenaga/pet ugas lapang seperti, medik paramedik Pembinaan dan koordinasi peningkatan pelayanan kesehatan hewan Laporan 1) Pembinaan dan koordinasi DK 33 33 16.15 17.77 84.92 2)Perlindungan hewan dari penyakit hewan eksotik DK 32 32 0.45 0.50 2.09 Penguatan pengujian dan penyidikan veteriner Laporan Penguatan pengujian dan penyidikan veteriner BBVet dan BPPVR 8 8 126.3 1 138.94 586.20 Sub total 230.4 9 257.48 1,285.42

(13)

PENETAPAN KINERJA

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SATUAN TARGET

Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis

Penanggulangan Penyakit Hewan Menular

Dosis 8.521.777 Pengembangan

Kelembagaan dan Sumber Daya Keswan

unit 136

Penguatan surveilans penyakit hewan

Laporan 153

Produksi, sertifikasi dan pengawasan obat hewan

dosis 11.697.825 Perlindungan hewan dari

penyakit eksotik

Dokumen 22

Dukungan manajemen

teknis keswan laporan 160

Kegiatan : Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis

(14)

IV. AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS KKIINNEERRJJAA A A..KrKriitteerriiaa UUkkuurraann KKeebbeerhrhaassiillaann PPeennccaapapaiiaann SSaassaarraann N Niillaaii ddaann prpreeddiikkaatt ukukuurraann kekebbeerrhhaassiillaann pepennccaappaaiiaann sasassaarraann pprrooggrraamm tatahhuunn 22001122 dedennggaann mmeerruujjuukk p paaddaa LALAKKIIPP KeKemmeenntteerriiaann PPeertrtaanniiaann,, keke ddaallaamm eemmppaatt kakatteeggoorrii,, yayaiittuu:: ((11)) sasannggaatt bbeerhrhaassiill ( (ccaappaaiiaann>>110000%%)),, (2(2)) beberrhhaassiill (8(800--110000%%)),, (3(3)) cucukkuupp beberrhhaassiill ((ccaappaaiiaann 6060--7799 ppeersrseen)n),, dadann 4)4) kukurraanngg b beerrhhaassiill ((ccaappaaiiaann<<6600%%)),, tteerrhhaaddaapp ssaassaarraann yyaanngg tteelalahh ddiitteettaappkkaann.. B. RReeaalliissaassii,, EEvvaalluuaassii ddaann AAnnaalliissiiss CCaappaaiiaann SSaassaarraann SSttrraatteeggiiss DDiirreekkttoorraatt KKeesseehahattaann HHeewawann ttaahuhunn 22001122

Program Direktorat Kesehatan Hewan pada tahun 2012 yang merupakan bagian dari Rencana Stratejik (Renstra) Kesehatan Hewan tahun 2010-2014 sesuai tugas pokok dan fungsinya terdiri atas: Penanggulangan Penyakit Hewan Menular, Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Keswan, Penguatan Surveillans Penyakit Hewan, Peningkatan Produksi, sertifikasi dan pengawasan obat hewan, perlingdungan hewan dari penyakit eksotik dengan dukungan manajemen teknis kesehatan hewan.

Target yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2012 adalah:

1. Penanggulangan Penyakit Hewan Menular dilakukan dengan vaksinasi dan pengobatan hewan antara lain vaksin rabies, brucellosis, anthrax, hog cholera, jembrana, obat gangguan reproduksi, obat parasit, avian influenza dan disinfektan. Dari target 8521777 dosis terealisasi sebanyak 8361777 dosis atau 98%

2. Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Keswan dilakukan dengan Rekruitment dan bimbingan teknis Tenaga Harian Lepas Medik dan Paramedis, Bimbingan Teknis Petugas Penanggulangan Gangguan Reproduksi, Fasilitasi Puskeswan, Penilaian, Sosialisasi dan pembinaan jabatan fungsional medik dan paramedik veteriner, Pelatihan dan pembinaan Petugas National Veterinary Services (NVS), Penilaian Petugas Puskeswan Berprestasi dan monitoring rumah sakit dan klinik hewan. Dari target 136 unit terealisasi 134 unit atau 98,5% 3. Perlindungan hewan dari penyakit eksotik dengan penyusunan pedoman perlindungan

kesehatan hewan dan analisa resiko importasi hewan, monitoring dan evaluasi penyakit eksotik, harmonisasi persyaratan kesehatan hewan (ASWGL) dan penyusunan pedoman kesiagaan darurat veteriner. Target 22 dokumen terealisasi sebanyak 22 dokumen atau 100%

(15)

4. Penguatan Surveillans Penyakit Hewan dengan pengembangan sistem deteksi dini penyakit hewan menular, penyusunan pedoman surveilans dan penataan laboratorium, pertemuan ilmiah dan laboratorium kesehatan hewan dan Pengembangan SIKHNAS. Dari target 153 laporan terealisasi 153 laporan atau 100%

5. Peningkatan Produksi, sertifikasi dan pengawasan obat hewan dilakukan melalui pendaftaran, penilaian dan pengujian obat hewan yang beredar di Indonesia; penilaian dan evaluasi penerapan CPOHB di produsen obat hewan, evaluasi ekspor obat hewan dan penyusunan dan penyempurnaan peraturan di bidang obat hewan. Dari target 11697825 terealisasi sebanyak 11406549 atau 97,5%

6. Dukungan Manajemen Teknis Kesehatan Hewan dari target 160 laporan terealisasi 160 laporan atau 100%

Target dan Realisasi Kegiatan berdasarkan Penetapan Kinerja tahun 2012

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SATUAN TARGET REALISASI PRESEN

TASE Kategori Terkendali dan

tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis

Penanggulangan Penyakit

Hewan Menular Dosis 8.521.777 8.361.777 98% Berhasil Pengembangan

Kelembagaan dan Sumber Daya Keswan

unit 136 134 98,5% Berhasil

Penguatan surveilans

penyakit hewan Laporan 153 153 100% Berhasil

Produksi, sertifikasi dan

pengawasan obat hewan dosis 11.697.825 11.406.549 97,5% Berhasil Perlindungan hewan dari

penyakit eksotik Dokumen 22 22 100% Berhasil

Dukungan manajemen

teknis keswan laporan 160 160 100% Berhasil

(16)

Realisasi berdasarkan sasaran strategis Direktorat Kesehatan Hewan Sasaran

strategis Indikator Kinerja Program Komponen Target (000) Satuan Reali sasi % Pagu (000) Anggaran Realisasi

(000) % (1) (2) (7) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (10) Meningkatnya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasa n PHM Pelaksanaan vaksinasi dan pengobatan Penguatan Sistem Kesehatan Hewan (vaksin/ob at dalam dosis) Pengenda lian, pencegahan dan pemberantas an Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) Antrax 680 Dosis 620 91,2 7.829.065 6.634.939 84,75 Rabies 1740 Dosis 1740 100 26.256.592 22.924.462 87,31 Brucellosis 300 Dosis 200 66,6 6.178.800 4.380.433 70,89 Hog Cholera 856 Dosis 856 100 5.497.699 4.854.305 88,3

Jembrana 30 Dosis 20 66,6 2.282.600 1.788.129 78,34 Pemeriksaan identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet 108 Dosis 108 100 23.784.597 20.008.080 84,12 Operasional desinfektan 19,3 Dosis 19,3 100 5.281.030 4.729.905 89,56 SE, Surra 119,397 119,397 100 2.214.091 2.117.230 95,63 Pengendalian AI 5 LAP 5 100 2.762.272 2.046.721 74,1

(17)

Penguatan

Puskeswan Puskeswan 136 Unit 134 98,5 42.172.415 36.706.552 87,040 Penanggulan gan Gangguan Reproduksi Operasional Penanganan Gangguan Reproduksi 104 Ekor 104 100 39.413.880 33.154.867 84,12 Pengawasan

Obat Hewan Pengawasan Obat Hewan 2 2 100 14.503.509 14.291.755 98,54 Peningkatan produksi dan distribusi vaksin 11.697.82 5 Dosis 11.406.549 97,5 27.089.430 24.116.732 89,03 Meningkatnya pelayanan kesehatan hewan Penyediaa n tenaga/pe tugas lapang seperti medik dan paramedik Pembinaan dan koordinasi peningkatan pelayanan kesehatan hewan Pembinaan dan koordinasi peningkatan pelayanan kesehatan hewan ( termasuk hibah KFW dan JICA) 160 lap 160 100 82.663.367 47.693.650 57,7 Penguatan

(18)

hewan veteriner Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik 22 Dok 22 100 2.301.904 1.253.168 54,44 Penyediaan tenaga/petug as lapang seperti medik dan paramedik Rekrutmen tenaga harian lepas dokter hewan dan paramedik veteriner 650 Orang 636 97,8 18.466.606 16.480.816 89,25

Jumlah Anggaran Tahun 2012 : Rp. 395.076.000.000. Realisasi Pagu Anggaran Tahun :

(19)

Peran masing-masing kegiatan dalam mendukung outcome (dua sasaran strategis) yaitu Meningkatnya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan PHM dan Meningkatnya pelayanan kesehatan hewan didukung oleh kegiatan penting yaitu

Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS), Penguatan Puskeswan, Penanggulangan Gangguan Reproduksi, Pengawasan Obat Hewan, Peningkatan produksi dan distribusi vaksin, Penguatan Surveillans penyakit hewan, Penyediaan tenaga/petugas lapang seperti medik dan paramedik, Pembinaan dan koordinasi peningkatan pelayanan kesehatan hewan, Penguatan surveillans penyakit hewan, Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik dan rekrutmen tenaga harian lepas dokter hewan dan paramedik veteriner.

Dukungan dalam pencapaian target output dalam bentuk standar, norma, kriteria dan pedoman yang disusun Direktorat Kesehatan Hewan tahun 2012 sejumlah ... NSPK dengan perincian :

SUB DIREKTO RAT

PP Peraturan

Menteri KepDirjen SK Direktur Telah diterbit kan Telah disebarkan ke propinsi kab/kota Draft P2H 2 2 KSKH 1 4 PH POH 3 3 TU 1 CMU jumlah 2 6 2

C. Capaian Kinerja Program dan Kegiatan dalam Mencapai Sasaran Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2012.

1. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) I

Innddiikkaattoorr kikinneerrjjaa kekeggiiaattaann ininii aaddaallaahh Penguatan Sistem Kesehatan Hewan (vaksin/obat dalam dosis). Kegiatan ini terdiri dari 9 komponen yaitu pengadaan vaksin Anthrax, Rabies, Brucellosis, Hog Cholera, Jembrana, Pemeriksaan identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet, operasional desinfektan, SE, Surra dan pengendalian AI.

D

(20)

r reevviissii ananggggaarraann ddaann ddii bebebbeerraappaa ddaaeerarahh ttiiddaakk peperrlluu ddiillaakkuukkaann vvaakkssiinnaassii didikkaarreenanakkaann kakassuuss t teerbrbaattaass aattaauu sseeddiikkiitt sseehhiinnggggaa ttiiddaakk ppeerrlluu ddiillaakkuukkaann ssttrraatteegigi vvaakkssiinnaassii.. Vaksin/Obat 2011 2012 Realisasi Target

Realisasi Presentase Realisasi

SE, SURRA - 119397 119397 100

Rabies 1.000.000 1740000 1740000 100

Hog cholera 100.000 856000 856000 100

Obat Parasit dan

Kematian Pedet 45.000 108000 108000 100

Obat dan hormon penanggulangan gangguan reproduksi 191.400 54000 54000 100 Jembrana 30.000 170000 170000 100 Anthrax 500.000 680000 620000 91 Brucellosis - 300000 200000 67 Disinfektan 5000 19301 19301 100 AI 5.000.000 4475079 4475079 100 6.871.400 8.521.777 8.361.777 98% A Appaabbiillaa didibbaannddiinnggkkaann dedennggaann rereaalliissaassii tatahhuunn 20201111 dedennggaann jujummllaahh vavakkssiinn dadann obobaatt 66..771166..404000 d doossiiss mmakakaa mmeennggaallaammii kkeennaaiikkaann sseebbeessaarr 1177,,44%%.. Upaya Pengendalian Avian Influenza

Dalam upaya pengendalian AI Direktorat Kesehatan Hewan melalui Unit Pengendali Avian Influenza telah melaksanakan hal-hal sebagai berikut diantaranya :

a. Penyusunan Roadmap Indonesia Bebas AI 2012

Penyusunan roadmap dilakukan bersama-sama dan berdasarkan kesepakatn dengan Dinas Peternakan atau yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan seluruh indonesia. Dasar Penyusunan Road Map Menuju Indonesia Bebas AI tahun 2020 merupakan penjabaran dari kesepakatan seluruh Menteri Pertanian Negara ASEAN dalam forum AMAF tahun 2011 yang merencanakan ASEAN bebas AI tahun 2020. Roadmap menuju Indonesia bebas AI tahun 2020 saat ini dalam tahap finalisasi untuk kemudian akan disosialisasikan mulai tahun 2013. Dalam Road Map tersebut pencapaian status bebas dibagi berdasarkan wilayah risiko rendah (2014), wilayah risiko sedang 2015-2017, wilayah risiko tinggi (2019), dan seluruh Indonesia (2020) dengan mempertimbangkan aspek geografis dan epidemiologis.

Sejak awal disusunnya draf roadmap ini tahun 2011 yang di Sosialisasikan dalam Rakornas AI 2011, hingga 2012 Draf Roadmap sudah mencapai tahap finalisasi akhir.

(21)

b. Koordinasi Pusat dan Daerah

Telah dilaksanakan dengan sukses pertemuan koordinasi antara pusat dan daerah dalam rangka pengendalian AI pada tanggal 10-12 November 2012 di Makasar. Adapun salah satu hasilnya adalah :

1. Hasil surveilans BBVet Maros di provinsi Papua dan Papua Barat untuk tujuan mengukur prevalensi menunjukkan bahwa prevalensi AI di provinsi tersebut mendekati nol. Dengan demikian dapat dilanjutkan dengan rancangan deteksi penyakit (detect disease) pada tahun 2013. Rencana sampling selanjutnya perlu dikonsolidasikan dengan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. Arahan dari Pusat diperlukan terkait evaluasi rancangan sampling dan pengujian sampel. Diperlukan fasilitasi pusat untuk surveilans pada peternakan pembibitan dengan pendekatan kompartemen bebas AI

2. Hasil surveilans oleh BPPV Regional II Bukittinggi khususnya untuk Provinsi Kepri dalam rangka pembebasan Kepri tahun 2015 menunjukkan hasil negatif dan provinsi Kepri dinyatakan sebagai wilayah risiko rendah. Namun karena pemasukan produk unggas ke provinsi Kepri cukup tinggi maka digolongkan sebagai wilayah risiko sedang. Dalam rangka pembebasan AI tersebut diperlukan langkah koordinasi khususnya dalam rangka pengawasan pemasukan unggas dan produk unggas, terutama oleh karantina hewan melalui penambahan pos/stasiun karantina hewan.

3. Dalam rangka mempertahankan status bebas di daerah diperlukan koordinasi antar instansi terkait, partisipasi masyarakat, penegakan hukum, komitmen pemerintah daerah, konsistensi dalam pelaksanaan strategi pengendalian dan pedoman yang jelas dalam rangka pembebasan dan mempertahankan status bebas. Ketentuan pengawasan lalu lintas ungas dan produk unggas antar daerah dalam rangka pengendalian AI masih tetap mengacu pada SOP Pengendalian AI tahun 2010.

4. Guna meminimalisir risiko penyebaran virus AI dari wilayah risiko tinggi ke wilayah risiko sedang atau wilayah risiko rendah khususnya melalui lalu lintas Day Old Chick (DOC) yang masih ketergantungan dari perusahaan pembibitan di pulau Jawa, harus segera dilakukan percepatan sertifikasi Kompartemen Bebas AI sebagai syarat dilalulintaskannya DOC. Untuk itu perlu segera ditambah jumlah auditor dan auditor pendamping dengan melibatkan unsur BBV/BPPV dan Dinas Provinsi yang membidangi fungsi kesehatan hewan.

B. Surveilan Partisifatif

Salahsatu strategi pengendalian AI adalah melalui pelaksanaan surveilan secara partisifatif yang dilaksanakan oleh petugas PDSR di 29 provinsi, 33 LDCC dan 395 Kabupaten kota dengan jumlah petugas sebanyak 2300 orang pada peternakan backyard, petugas PVUK (Petugas

(22)

petugas Surveilan Pasar (PSP) di tingkat pasar JAGODETABEK dengan tujuan untuk mengetahui jalur perdagangan unggas hidup dan Mengetahui prevalensi virus H5 yang menkontaminasi Pasar Tradisional secara terus menerus sejak Maret 2009 pada 261 sampel pasar tradisional di Jabodetabek.

C. Biosekurity

Penerapan Biosekurity yang telah dilaksankan diantaranya :

1. Pembersihan dan Disinfeksi (Cleaning and Disinfection) tahun 2012 pada 22 Pasar Tradisional, 43 Tempat Penampungan Unggas dan Rumah Pemotongan Unggas, 4 Cleaning Station di Jabodetabek.

2. Penerapan biosekurity peternakan (sektor 1,2,3) dan rantai pemasaran unggas

3. Pelatihan praktek biosekuriti yang hemat biaya dan efektif pada peternakan unggas komersial sektor-3

D. Keberlanjutan Petugas Pengendalian AI di Lapangan dan Peningkatan Kapasitas SDM Peternakan

Dalam rangka keberlanjutan petugas PDSR setelah berakhirnya bantun operasional pengendalian AI oleh FAO yang dimulai bulan Januari 2013, Direktorat Kesehatan Hewan dalam hal ini melakukan Advokasi ke Dinas Peternakan Provinsi agar menyelenggarkan alokasi APBD Provinsinya guna pengendalian AI di Lapangan. Beberapa provinsi yang telah di advokasi selama tahun 2013 adalah provinsi Banten, Lampung, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Selain itu guna tercapainya kesepakan bersama antara Pusat dan daerah tentang keberlanjutan petugas lapangan maka telah dilaksanakan workshop Transisi PDSR 29 November – 1 Desember 2012 yang salah satu hasilnya adalah :

1. Kementerian Dalam Negeri mendukung keberlanjutan PDSR di semua daerah, baik sebagai metode dan system dalam pelayanan veteriner diantaranya melalui pemberdayaan masyarakat.

2. Proyek percontohan National Veterinary Services Replikasi proyek percontohan dapat direplikasikan untuk PHMSZ lainnya dengan anggaran nasional, ada cost sharing pemerintah, pemerintah prov dan kab/kota. Serta menunjukkan kapasitas surveilans dan respon.

3. Dalam rangka pelaksanaan NVS terkait dengan transisi PDSR dialokasikan melalui kegiatan penguatan Puskeswan Pusat maupun Propvinsi dengan komponen kegiatan sesuai kebutuhan Daerah.

Keberlanjutan petugas PDSR ke dalam Layanan Veteriner Nasional secara terintegrasi telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 976/Kpts/OT.160/F/2011 tentang Pedoman Pelayanan Veteriner dan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 977/Kpts/OT.160/F/2011 tentang Pedoman Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular strategis. Untuk pelaksanaan

(23)

dilapangan diatur dalam petunjuk teknis peyelenggaran Kesehatan Hewan dalam Perwujudan Kewenangan Veteriner tahun 2012.

E. Restrukturisasi Perunggasan

Sebagai salah satu 9 langkap pengendalian AI pelaksanaan Restrukturisasi perunggasan yang telah dilaksanakan selama 2012 adalah Penataan Kawasan Pembibitan Perunggasan Penataan Pasar Unggas Hidup  Renovasi dan Rehabilitasi Zona Penjualan Unggas dan daging unggas pada pasar tradisional Relokasi terintegrasi antara Tempat Penampungan Unggas (TPnU) dengan Rumah Pemotongan Unggas (RPU) dengan menerapkan stándar minimal higiene dan sanitasi melalui :

1. Komite Daerah (Provinsi, Kab/Kota) Pengendalian Zoonosis Pakar/Akademisi

Memberikan pertimbangan teknis ilmiah terhadap penyusunan kebijakan dan evaluasi pelaksanaan program pengendalian dan penanggulangan AI pada hewan

2. Komite Kesehatan Unggas Nasional (KKUN) yang merupakan forum kemitraan 3 pilar (Pelaku usaha perunggasan, pemerintah dan pakar/akademisi) dengan tugas melakukan review dan memberikan rekomendasi kebijakan dalam aspek teknis ilmiah dan bisnis terhadap penerapan strategi pengendalian dan penanggulangan AI pada unggas. 3. Komisi Ahli Kesehatan Hewan

Melakukan review dan memberikan rekomendasi kebijakan dalam aspek teknis ilmiah terhadap program pengendalian dan penanggulangan AI pada hewan

4. Organisasi Profesi (PDHI, ADHPI dan organisasi profesi lainnya)

Meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM Dokter Hewan di bidang kesehatan hewan khususnya dalam mendukung program pengendalian dan penanggulangan AI pada hewan

5. Asosiasi Perunggasan (FMPI, GOPAN, GPPU, GPMT, HIMPULI, ASOHI, PINSAR dll) 2. Penguatan Puskeswan R Reeaalliissaassii kekeggiiaattaann pepennggeemmbbaannggaann kekelleemmbabaggaaaann dadann ssuummbbeerr dadayyaa kekesswwaann adadaallaahh 131344 ununiitt ( ( 9 988,,55%%)) ddaarrii 113366 uunniitt.. O Ouuttppuutt dadarrii kekeggiiaattaann pepengngeemmbbaannggaann kkeelelemmbbaaggaaaann dadann SuSummbbeerr DaDayyaa KKeesswwaann aaddaa 2 2 yayaiittuu p peemmbbaanngguunnaann PPuusskkeesswwaann ddaann FFaassiilliittaassii PPeerraallaattaann PPuusskkeeswswaann T Taarrggeett ReReaalliissaassii PrPreesseennttaassee P Peennggeembmbaannggaann K Keellaammbbaaggaaaann dadann S Suummbbeerr DDaayyaa K Keesswwaann P Peemmbbaanngguunnaann P Puusskkeesswwaann 3 377 uunniitt 3535 uunniitt 9494,,66%%

(24)

P Peerraallaattaann t toottaall 131366 131344 9898,,55 %% D Daattaa jujummllaahh PuPusskkeesswwaann sasammppaaii ddeennggaann bubullaann DeDesseemmbbeerr 20201122 teterrccaattaatt 969633 ununiitt PuPusskkeeswswaann yyaanngg t teersrseebbaarr didi 335511 kakabbuuppaatteenn//kkoottaa.. ApApaabbiillaa didibbaannddiinnggkkaann dedennggaann ttaahhuunn sseebbeelluummnnyyaa teterrjjaaddii p peenniinnggkkaattaann jjuummlalahh ppuusskkeesswwaann sseebbeesasarr 33,,22 %% yyaaiittuu ddaarrii 993333 PPuusskkeesswwaann mmeenjnjaaddii 996633 ppuusskkeesswwaann.. K Kee dedeppaann,, mamassiihh ddiippeerrlluukkaann ppeennaammbbaahhaann jujummllaahh pupusskkeesswwaann beberrddaassaarrkkaann kekebbuuttuuhhaann yyaanngg m meengngaaccuu papaddaa popoppuullaassii teterrnnaakk yayakknnii 11 ((ssaattuu)) pupusskkeesswwaann memennaannggaannii 3 3 kkeeccaammaattaann aattaauu 22..000000 s saattuuaann tteerrnnaakk ((aanniimmaall uunniitt),), jujummllaahh kekeccaammaattaann didi IInnddoonneessiiaa sasaaatt iinnii sesebbaannyyaakk 64648877 mmakakaa k keebbuuttuuhhaann pupusskkeesswwaann sesebbaannyyaakk 2.2.116622 bbuuaahh,, sseeddaannggkkaann kekebbuuttuuhhaann ssddmm ppuusskkeesswwaann tatanngg teterdrdiirrii d daarrii dodokktteerr hehewwaann dadann ppaarraammedediikk vevetteerriinneerr,, dadarrii jujummlalahh yayanngg adadaa sasaaatt ininii yayaiittuu dodokktteerr hheewwaann s seebbaannyyaakk 666611 oorraanngg dadann paparraammeeddiikk sesejjuummllaahh 17171199 mmaassiihh jajauuhh ddaarrii jujummllaahh idideeaall yayaiittuu ddaallaamm 11 p puusskkeesswwaann miminniimmalal adadaa 1 1dodokktteer rhehewwaann ddaann 33 ppaarraammeedidikk vevetteerriinneerr,, jajaddii mamassiihh didibbuuttuuhhkkaann 21216622 d dookktteerr hheewwaann ddaann 66448866 ppaarraammeeddiikk vveetteerriinneerr.. G Grraaffiikk DDaattaa PPuusskkeesswwaann TTaahhuunn 22001100 -- 22001122

3. Penanggulangan Gangguan Reproduksi

Kegiatan ini terdiri dari 5 komponen yaitu Operasional Penanganan Gangguan Reproduksi, Pemeriksaan akseptor terhadap status brucellosis, Penanganan ternak yang mengalami gangguan reproduksi, Monitoring dan evaluasi dan pelaporan penanggulangan gangguan reproduksi dan pengadaan Obat dan hormon dan pelatihan petugas penanggulangan gangguan reproduksi. P

(25)

P Peennaanngggguullaannggaann G Gaanngggguuaann rreeprproodduukkssii O Oppeerraassiioonnaall PePennaannggaannaann G Gaanngggguuaann RReepprroodduukkssii 1 10044000000 101044000000 101000%% P Peemmeerriikkssaaaann AkAksseeppttoorr t teerrhhaaddaapp ststaattuuss B Brruucceelllloossiiss 2 255770000 1818990000 7373,,55%% P Peennaannggaannaann teterrnnaakk yayanngg m menenggaallaammi i gaganngggguuaann r reepprroodduukkssii 1 10044000000 101066773344 101022,,66%% M Moonniittoorriinngg dadann evevaalluuaassii d daann pepellaappoorraann p peennaanngggguullaannggaann g gaanngggguuaann rreepprroodduukkssii 2 277 2020 7474%% S SDDMM PePennaanngggguullaannggaann G Gaanngggguuaann RReepprroodduukkssii 1 10000 101000 101000%% t toottaall 9090..0022%%

Dari hasil penanganan gangguan reproduksi dari target 104.000 ekor terealisasi sebanyak 106.734 ekor , dengan hasil pemeriksaan 30.952 ekor (28%) didiagnosa kasus hypofungsi ovaria, hal ini menunjukkan faktor manajemen pakan yang kurang bagus karena penyakit ini disebabkan malnutrisi. Faktor manajemen sangat erat hubungannya dengan faktor pakan/nutrisi. Jika tubuh kekurangan nutrisi terutama untuk jangka waktu yang lama maka akan mempengaruhi fungsi reproduksi, efisiensi reproduksi menjadi rendah dan akhirnya produktifitasnya rendah. Kekurangan nutrisi akan mempengaruhi fungsi hipofisis anterior sehingga produksi dan sekresi hormon FSH dan LH rendah (karena tidak cukupnya ATP), akibatnya ovarium tidak berkembang (hipofungsi).

Kegiatan monev penanggulangan gangguan reproduksi terlaksana di 20 provinsi dan pada tahun 2013 telah dilaksanakan Bimbingan Teknis Petugas Penanggulangan Gangguan Reproduksi dengan jumlah peserta sebanyak 100 orang yang berasal dari 28 Provinsi (NAD, Sumut, Riau, Banten, Jateng, DIY, Kalsel, Sumbar, Bengkulu, Jatim, NTB, NTT. Jambi, Lampung, Sumsel, Jabar, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Maluku, Papua, Malut, Sulut, Sultra, Gorontalo).

(26)

2 Asal 20 Prov (NAD, Sumut, Riau, Sumbar,Lampung, Sumsel, Jambi, Kalbar,Jabar, Sulteng, Gorontalo, Sultra, Jateng,

DIY, Jatim, Kalsel, Bali, NTB, NTT, Sulsel)

28 Prov (NAD, Sumut, Riau, Banten, Jateng, DIY,

Kalsel, Sumbar, Bengkulu, Jatim, NTB, NTT. Jambi,

Lampung, Sumsel, Jabar, Kalbar, Kalteng,

Kaltim, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Maluku, Papua, Malut, Sulut, Sultra, Gorontalo) Kendala

1. Masih kurang adanya pelatihan teknis bagi dokter hewan dalam kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi

2. Sarana dan prasarana operasional petugas dokter hewan dalam kegiatan penanggulangan reproduksi masih belum memadai

3. Dari kegiatan yang dilaksanakan baik di Dinas Kabupaten maupun Propinsi laporan belum secara rutin dilaporkan

Tindak Lanjut

1. Pada Tahun 2013 dilakukan penambahan jumlah peserta bimbingan teknis tenag penanggulangan gangguan reproduksi

2. Pemantauan Pelaksanaan penanggulangan gangguan reproduksi

3. pengadaan sarana dan obat-obatan penanggulangan gangguan reproduksi

4. Pengawasan Obat Hewan D Daallaamm rarannggkkaa ppeenjnjaammiinnaann kukuaalliittaass obobaatt hehewwaann mamakkaa seserrttiiffiikkaassii CCaarraa PePemmbubuaattaann ObObaatt HeHewwaann y yaanngg BBaaiikk (C(CPPOOHHBB)) memerruuppaakkaann sasallaahh sasattuu rraammbbuu pepennggaammaann dadann sesebbaaggaaii sasallaahh sasattuu bbeennttuukk s siisstteemm ppeennggaawwaassaann kukuaalliittaass seseccaarraa didinnii sesejjaakk prproosseess prproodduukkssii.. DeDennggaann mmeneneerraappkkaann CCPPOOHHBB a akkaann ddiippeerorolleehh jjaammiinnaann mmuuttuu oobbaatt hheewwaann sseehhiinnggggaa ddiihhaarraappkkaann ddaappaatt mmeenniinnggkkaattkkaann ddaayyaa ssaaiinngg o obbaatt hehewwaann prproodduukk dadallaamm neneggeerrii.. JJuummllaahh PrProodduusseenn OObbaatt HHeewwaann didi InInddoonneessiiaa sesebbaannyyaakk 4848 ( (eemmppaatt pupulluuhh dedellaappaann)) peperruussaahhaaaann,, ddaann yayanngg tetellaahh memennddaappaatt sseertrtiiffiikkaatt CPCPOOHHBB sesebbaannyyaakk 2626 ( (dduuaa ppuulluuhh enenaamm) ) PePerruussaahhaaaann,, ddiibbaannddiinnggkkaann dedennggaann ttaahhuunn sesebebelluummnnyyaa teterrjjaaddii pepenniinnggkkaattaann s seebbeessaarr 2233,,88%%.. SeSebbaaggaaii sasallaahh sasattuu bbeennttuukk pepennggaawwaassaann peperreeddaarraann oobbaatt hheewawann adadaallaahh dedennggaann p peemmrroosseessaann ddookkuummeen-n-ddookkuummeenn peperrmmoohhoonnaann ppeenenerrbbiittaann ssuurraatt rerekkoommeendndaassii eekkssppoorr ddaann iimmppoorr o obbaatt hehewwaann dadann ppeendndaaffttaarraann obobaatt hehewwaann.. TTaahhuunn 20201122 obobaatt hheewwaann yayanngg tteellaahh teterrddaaffttaarr s seebbaannyyaakk 445500 teterdrdiirrii ddaarrii 6565 obobaatt hheewwaann bibioollooggiikk,, 262699 fafarrmmaasseettiikk dadann 111166 prpreemmiikkss,, d diibbaannddiinnggkkaann ddeennggaann ttaahhuunn 22001111 sseebbaannyyaakk 229988 mmeennggaallaammii kkeennaaiikkaann sseebebessaarr 5511%%.. PPeennggaawwaassaann

(27)

j juuggaa didillaakkuukkaann tteerrhhaaddaapp peperruussaahhaaaann obobaatt hehewwaann yayanngg didillaakkssaannaakkaann ddaallaamm bbeennttuukk pepenenerrbbiittaann i izziinn uussaahhaa oobbaatt hheewwaann,, ppaaddaa ttaahhuunn 22001122 tteellaahh ddiitteerrbbiittkkaann 1144 IIjjiinn UUssaahhaa IImmppoorrttiirr OObbaatt HHeewwaann,, 99 I Ijjiinn UUssaahhaa PPrroodduusseenn OObbaatt HHeewawann ddaann 11 IIjjiinn UUssaahhaa EEkkssppoorrttiirr OObbaatt HHeewwaann 5. Peningkatan produksi dan distribusi vaksin

P Puussvveettmmaa sesebbaaggaaii ssaallaahh sasattuu PPrroodduusseen n ObObaatt HHeewwaann papaddaa tatahhuunn 22001122 tetellaahh mememmpprroodduukkssii 1 111..440066..554499 dodossiiss vavakkssiinn ananttaarraa lalaiinn vavakkssiinn rraabbiiees,s, SESE,, BrBruucceellllaa,, AnAntthhrraaxx,, JeJemmbbrraannaa ddaann HoHogg C Chhoolleerara,, NDND ddaann ananttiiggeenn PuPulllloorruumm, , RBRBTT,, AIAI,, NDND ((NNeeww CCaassttllee DDiisseeaassee)), , MGMG ((MMyyccooppllaassmmaa G Gaalllliinnaarruumm)).. DiDibbaannddiinnggkkaann tatahhuunn 20201111 pprroodduukkssii PuPussvveettmma a mmeengngaallaammii pepenniinnggkkaattaann pprroodduukkssii s seebbaannyyaakk 77,,66%%.. D Daallaamm rarannggkkaa ppeenjnjaammiinnaann kukuaalliittaass obobaatt hehewwaann mamakkaa seserrttiiffiikkaassii CCaarraa PePemmbubuaattaann ObObaatt HeHewwaann y yaanngg BBaaiikk (C(CPPOOHHBB)) memerruuppaakkaann sasallaahh sasattuu rraammbbuu pepennggaammaann dadann sesebbaaggaaii sasallaahh sasattuu bbeennttuukk s siisstteemm ppeennggaawwaassaann kukuaalliittaass seseccaarraa didinnii sesejjaakk prproosseess prproodduukkssii.. DeDennggaann mmeneneerraappkkaann CCPPOOHHBB a akkaann ddiippeerorolleehh jjaammiinnaann mmuuttuu oobbaatt hheewwaann sseehhiinnggggaa ddiihhaarraappkkaann ddaappaatt mmeenniinnggkkaattkkaann ddaayyaa ssaaiinngg o obbaatt hehewwaann prproodduukk dadallaamm neneggeerrii.. JJuummllaahh PrProodduusseenn OObbaatt HHeewwaann didi InInddoonneessiiaa sesebbaannyyaakk 4848 ( (eemmppaatt pupulluuhh dedellaappaann)) peperruussaahhaaaann,, ddaann yayanngg tetellaahh memennddaappaatt sseertrtiiffiikkaatt CPCPOOHHBB sesebbaannyyaakk 2626 ( (dduuaa ppuulluuhh enenaamm) ) PePerruussaahhaaaann,, ddiibbaannddiinnggkkaann dedennggaann ttaahhuunn sesebebelluummnnyyaa teterrjjaaddii pepenniinnggkkaattaann s seebbeessaarr 2233,,88%%..

6. Penguatan Surveillans penyakit hewan K Keeggiiaattaann PPeenngguuaattaann SSuurrvveeiillllaannss PPeennyyaakkiitt HHeewwaann bbeerruuppaa llaappoorraann ssuurrvveeiillllaann ppeennyyaakkiitt h heewwaannmmeennuullaarraannttaarraa llaaiinn RRaabbiieess,,AAnntthhrraaxx,,BBrruucceelllloossiiss,,AAvviiaann IInnfflluueennzzaa,,HHooggCChhoolleerraa,, J Jeemmbbrraannaa,, SSEE,, SSuurrrraa ddllll.. DDaarriittaarrggeett 115533 llaappoorraann ssuurrvveeiillllaannss ppeennyyaakkiitt hheewwaann mmeennuullaarr t teerreeaalliissaassii 115533 llaappoorraann aattaauu 110000%%.. DDiibbaannddiinnggkkaann ddeennggaann ttaahhuunn llaalluu ddeennggaann ttaarrggeett 88 l laappoorraann mmaakkaa tteerrjjaaddii ppeenniinnggkkaattaann ttaarrggeett kkaarreennaa ppaaddaa ttaahhuunn 22001122 kkeeggiiaattaann ssuurrvveeiillllaann d diillaakkuukkaann ppeerrjjeenniiss ppeennyyaakkiitt.. SSeeddaannggkkaann ttaahhuunn 22001111 ttaarrggeett bbeerrddaassaarrkkaann ppaaddaa llaappoorraann p peellaakkssaannaaaannssuurrvveeiillllaannddiiBBPPPPVV//BBBBVVeett. . A Addaappuunnkkeeggiiaattaannppeenndduukkuunnggppeenngguuaattaannssuurrvveeiillllaann::

Target Realisasi Presentase

Ratekpil 25 makalah 41 Judul 164%

SIKHNAS 93 orang 85 orang 92 %

Pembinaan sistem informasi

dan pelaporan 29 lokasi 19 lokasi -

(28)

Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL)

Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah (Ratekpil) Kesehatan Hewan merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin tiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan penulisan karya ilimiah, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta mewujudkan koordinasi yang baik antara pusat dan daerah. Adapun sasarannya yaitu pemaparan hasil penyidikan dan penelitian terbaru dari BBVet/BPPV, Pusvetma, BBPMSOH, Bbalitvet, serta laboratorium kesehatan hewan type B.

Hasil evaluasi capaian kinerja Ratekpil dengan Indikator kinerja yaitu :

a. Peningkatan Jumlah pemaparan pada tahun 2011 sebanyak 23 judul makalah dan 12 poster, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 31 judul makalah dan 13 poster.

b. Tersedianya dokumentasi pemaparan hasil penyidikan dan penelitian laboratorium veteriner disusun dan dicetak dalam bentuk buku Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan tahun 2012 sebanyak 500 buah (100%). Buku ini dapat dijadikan sebagai wacana ilmu pengetahuan dan acuan dalam melakukan penyidikan dan penellitian lanjutan serta kebijakan dalam penanggulangan penyakit hewan.

c. Tersusunnya rekomendasi hasil diskusi/rapat sebagai bahan evaluasi dan upaya tindak lanjut bagi pusat, daerah dan laboratorium kesehatan hewan.

Kerjasama dan partisipasi aktif pikah-pihak yang terkait pada Rapat Teknis dan Pertemuan Ilmiah merupakan faktor keberhasilan terlaksananya kegiatan.

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (SIKHNAS)

Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan hewan maka diperlukan kebijakan dan tindakan yang tepat dengan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang akurat. Informasi diperoleh dari pengumpulan, pengiriman, manajemen, serta analisa data yang baik. Data dan informasi tersebut berasal dari peternak, puskeswan, petugas lapangan, PDSR, dan lain-lain yang dikumpulkan oleh dinas tingkat kabupaten/kota, lalu dikirim ke dinas tingkat provinsi, dan selanjutnya dikirim ke pusat.

Program SIKHNAS merupakan program aplikasi komputer yang digunakan sebagai database penyakit hewan sebagai salah satu bentuk monitoring terhadap situasi kesehatan hewan di

(29)

Indonesia. Program SIKHNAS telah dibuat dan terus dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dengan sasaran meningkatnya kualitas data, manajemen data, serta percepatan alur data. Selain itu dilaksanakan workshop SIKHNAS dengan sasaran meningkatnya kualitas SDM petugas data SIKHNAS.

Adapun hasil evaluasi capaian kinerja SIKHNAS dengan indikator kinerja yaitu :

a. Kualitas program SIKHNAS 2012 meningkat 80% melalui optimalisasi fungsi-fungsi aplikasi pada program SIKHNAS tersebut. Adapun perkembangan Program SIKHNAS dapat dilihat pada tabel berikut.

NO SIKHNAS Tahun 2011 SIKHNAS Tahun 2012

1. sistem program SIKHNAS dibuat berbasis semi web yaitu export-import data via email.

sistem program SIKHNAS berbasis semi web yaitu export-import data via email. 2. Lingkup database hanya sampai pada

tingkat propinsi.

Lingkup database semakin luas yaitu dari tingkat propinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai kelurahan/desa. Sehingga untuk keperluan ini dilakukan koordinasi antara pusat dan dinas propinsi untuk sinkronisasi database pusat dengan database daerah.

3. Database mengenai laboratorium, sampel, jenis pengujian, serta hasil pengujian belum tersedia.

Tersedia Database mengenai laboratorium, sampel, jenis pengujian, serta hasil pengujian.

4. Laporan SIKHNAS mencakup :

• Situasi Umum penyakit hewan menular (E1)

• Kejadian Penyakit Hewan Menular (E2)

• Daftar Kegiatan Laboratorium (E29)

Selain laporan E1, E2, dan E29,

dilakukan penambahan laporan yaitu E2A (Kejadian Penyakit Menular) yang berisi laporan data-data dari kegiatan PDSR dalam rangka pengalihan fungsi PDSR dari FAO ke Kementerian Pertanian.

(30)

b. Kualitas pemahaman SDM petugas data meningkat 90% dalam penggunaan program SIKHNAS versi terbaru (2012) melalui workshop SIKHNAS.

c. Antusiasme Dinas tingkat provinsi dan kabupaten/kota meningkat 80% untuk menggunakan aplikasi program SIKHNAS di daerahnya. Beberapa Provinsi sudah mengirimkan data via email yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Tenggah, Nusa Teggara Barat, Sulawesi selatan, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Barat, Maluku, Banten, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Aceh, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Bengkulu.

SIKHNAS merupakan kegiatan yang memberikan outcome berupa terselenggaranya alur pelaporan penyakit hewan antara daerah (provinsi, kabupaten/kota), Pemerintah pusat, tingkat ASEAN (ARAHIS) dan tingkat dunia/OIE (WAHID/WAHIS).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah komitmen daerah (Dinas provinsi/Kabupaten/Kota) untuk terus mengirimkan pelaporan data situasi penyakit hewan yang akurat dari daerah ke Pusat, serta menggunakan fasilitas aplikasi program SIKHNAS untuk keperluan tersebut.

Hambatan/kendala yang dihadapi dalam Program SIKHNAS ini adalah :

a. Adanya fungsi-fungsi aplikasi program yang masih belum dapat digunakan, diantaranya yaitu fungsi grafik/peta.

b. Tidak semua Provinsi mengirimkan laporan secara rutin per bulan misalnya ada yang mengirimkan laporan tiga bulanan atau enam bulanan.

c. Adanya petugas data dengan pengetahuan komputer yang minim. d. Terjadi pergantian personel pengoperasian program SIKHNAS.

Oleh karena itu strategi pencapaian yang dilakukan yaitu :

a. Perbaikan dan pengembangan Program SIKHNAS akan terus dilakukan, serta perlu ditingkatkannya koordinasi dengan pengembang program (progammer).

b. Koordinasi lebih lanjut antara tingkat Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan sistem informasi dan pelaporan kesehatan hewan serta perkembangannya.

(31)

Pembinaan Sistem Informasi dan Pelaporan

Pembinaan sistem informasi dan pelaporan dilakukan dalam rangka meningkatkan koordinasi, manajemen dan kinerja sistem informasi dan pelaporan dari Dinas tingkat Provinsi maupun laboratorium kesehatan hewan ke Pusat dengan sasaran pembinaan optimalisasi arus informasi dan pelaporan dan penggunaan program SIKHNAS untuk Dinas tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota dan Program Infolab untuk BBVet/BPPV.

Adapun hasil evaluasi capaian kinerja dengan indikator kinerja yaitu :

a. Pada tahun 2011 telah dilakukan pembinaan sistem informasi dan pelaporan pada 9 lokasi (Dinas provinsi/laboratorium) di Indonesia sedangkan pada tahun 2012 dilakukan pada 19 lokasi (Dinas provinsi/laboratorium) di Indonesia.

b. Kualitas pemahaman SDM petugas data meningkat 90% dalam penggunaan program SIKHNAS dan Infolab.

Adanya pembinaan sistem informasi dan pelaporan ini bermanfaat dalam sinkronisasi data, evaluasi, dan memberikan masukan mengenai program SIKHNAS dan Infolab.

Fakor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terkait terutama Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, serta BPPV/BBVet.

Laporan Tahunan Penyakit Hewan di Indonesia

Laporan Tahunan Penyakit Hewan di Indonesia tahun 2012 telah disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai mengenai bidang kesehatan hewan dan penyakit hewan dengan sasaran tersedianya bahan informasi mengenai situasi perkembangan penyakit hewan di Indonesia, unit pelayanan teknis kesehatan hewan, kumpulan kegiatan kesehatan hewan, serta kegiatan dan kerjasama luar negeri di Indonesia pada tahun 2011.

Adapun hasil evaluasi capaian kinerja dengan indikator kinerja yaitu :

a. Tersusunnya laporan tahunan penyakit hewan di Indonesia dengan capaian kinerja 100%. b. Tersedianya laporan tahunan penyakit hewan dengan dicetak sebanyak 500 buku (100%). Laporan ini dapat memberi manfaat untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program dan kebijakan di bidang kesehatan hewan di Indonesia.

(32)

Provinsi, serta Dinas terkait yang telah berpartisipasi aktif memberikan informasi kesehatan hewan.

7. Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik R Reeaalliissaassiikkeeggiiaattaannppeerrlliinndduunnggaann hheewwaannddaarriippeennyyaakkiitteekkssoottiikkaaddaallaahh 2222llaappoorraann ((110000%%)) d daarrii ttaarrggeett 2222 llaappoorraann.. DDiibbaannddiinnggkkaann ddeennggaann ttaahhuunn 22001111 ttaarrggeett sseebbaannyyaakk 22 llaappoorraann m maakkaa tteerrjjaaddiikkeennaaiikkaannsseeccaarraa ssiiggnniiffiikkaann kkaarreennaappaaddaattaahhuunn22001111ttaarrggeettkkeeggiiaattaannhhaannyyaa p paaddaa aannaalliissaa rreessiikkoo ddaann kkeessiiaaggaaaann ddaarruurraatt vveetteerriinneerr.. SSeeddaannggkkaann ttaahhuunn 22001122 ttaarrggeett t teerrddiirrii ddaarrii kkeeggiiaattaann PPeennggaawwaassaann PPeennyyaakkiitt EEkkssoottiikk;; AAnnaalliissaa RRiissiikkoo;; KKIIAATTVVEETTIINNDDOO N Niippaahh;;KKIIAATTVVEETTIINNDDOOBBSSEE;;SSiimmuullaassiiPPMMKK;;PPeenngghheennttiiaannPPeemmaassuukkaann UUnnggggaass ddaannaattaauu P Prroodduukk uunnggggaass ddaarrii NNeeggaarraa AAuussttrraalliiaa kkee ddaallaamm WWiillaayyaahh NNeeggaarraa RReeppuubblliikk IInnddoonneessiiaa;; P Peemmaassuukkaann ddaann PPeennggeelluuaarraann BBaahhaann PPaakkaann sseerrttaa PPeennggaawwaassaann PPeenngggguunnaaaann BBaahhaann P PaakkaannAAssaallHHeewwaann..

8. rekrutmen tenaga harian lepas dokter hewan dan paramedik veteriner

Perekrutan THL sejak tahun 2006 hingga 2012 sudah mencapai 636 orang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Rekapitulasi jumlah THL untuk setiap provinsi dapat terlihat pada tabel

No Provinsi Dokter Hewan Paramedis Jumlah

1 Nangroe Aceh Darussalam 17 2 19

2 Sumatera Utara 6 15 21 3 Sumatera Barat 11 11 22 4 Jambi 7 4 11 5 Riau 16 3 19 6 Kepulauan Riau 6 4 10 7 Bangka Belitung 3 3 6 8 Bengkulu 3 3 6 9 Sumatera Selatan 5 13 18 10 Lampung 24 22 46 11 DKI Jakarta 6 1 7 12 Pusat 20 14 34 13 Banten 6 7 13 14 Jawa Barat 30 33 63 15 Jawa Tengah 29 15 44 16 D.I Yogyakarta 19 4 23 17 Jawa Timur 32 13 45 18 Bali 28 2 30

19 Nusa Tenggara Barat 18 22 40

20 Nusa Tenggara Timur 10 30 40

21 Kalimantan Timur 10 12 22

(33)

23 Kalimantan Selatan 6 5 11 24 Kalimantan Tengah 2 0 2 25 Sulawesi Selatan 7 14 21 26 Sulawesi Utara 3 7 10 27 Sulawesi Barat 1 0 1 28 Sulawesi Tenggara 2 1 3 29 Gorontalo 1 0 1 30 Maluku 0 1 1 31 Maluku Utara 3 0 3 32 Papua 1 2 3 33 Papua Barat 1 17 18 628

Pada tahun 2012 rekrutmen THL sebanyak 220 orang yaitu 101 orang dokter hewan dan 119 orang paramedik veteriner. Namun selama perjalanan tugas, terdapat beberapa THL yang mengundurkan diri. Tahun 2012 ini terdapat 14 orang THL yang mengundurkan diri yaitu THL yang bertugas di Provinsi Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat serta Kalimantan Tengah. Sehingga jumlah THL di akhir tahun 2012 hanya 628 orang.

Permasalahan dan kendala yang masih dihadapi di lapangan dalam rangka penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan adalah :

a. Masih kurangnya lengkapnya sarana dan prasarana serta peralatan di Puskeswan untuk mengoptimalkan kegiatan Puskeswan.

b. Terbatasnya persediaan obat-obatan sehingga pelayanan kesehatan hewan kurang maksimal seperti obat-obat yang bersifat Long acting, antipiuretik, analgesik dan obat-obatan lain yang diperlukan dalam pelayanan kesehatan hewan.

c. Jarak tempuh Puskeswan dengan lokasi yang sangat jauh kadang mengakibatkan kurang efektifnya pelayanan terutama bila dalam keadaan darurat.

d. Untuk beberapa daerah tidak disediakan biaya operasional untuk menunjang kegiatan Puskeswan.

e. Tidak adanya pemantauan yang intensif terhadap kegiatan THL f. Laporan THL tidak dikirimkan secara kontinyu

g. Kuitansi tidak dikirimkan atau hanya dikirim 1 lembar /tanpa materai h. Banyak permintaan mutasi atau mengundurkan diri

(34)

Prestasi dan Keberhasilan

Beberapa keberhasilan Direktorat Kesehatan Hewan pada tahun 2012 antara lain swasembada Vaksin AI, pembebasan Rabies di pulau Jawa dan tetap dapat dipertahankannya status bebasnya 9 (sembilan) provinsi wilayah bebas Rabies di Indonesia seperti Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat serta dapat dikendalikannya Rabies di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat yang tertular Rabies pada tahun 2005. Serta program pemberantasan Rabies di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Provinsi NTT, Maluku dan Maluku Utara walaupun banyak ditemui kendala dalam pelaksanaannya di lapangan yaitu keterbatasan sumberdaya manusia dan sarana/prasarana sehingga pencapaian target pembebasan mengalami penundaan.

Dalam rangka pendukungan terhadap program swasembada daging sapi/kerbau tahun 2014 dilakukan melalui kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi dan penanganan penyakit ekonomis tinggi. Dalam kaitan penyakit ekonomis tinggi Direktorat Kesehatan Hewan menyediakan stok obat anti parasit, vitamin dan obat penunjang lainnya untuk dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan penyakit parasit sehingga dapat meningkatkan produksi ternak dan menekan angka kematian terutama pada ternak muda. Capaian identifikasi, pemeriksaan dan pengobatan penyakit parasit pada tahun 2012 mencapai angka 57.857 ekor dari target 20.393 ekor atau 283%.

Untuk penanggulangan gangguan reproduksi dalam rangka mendukung program swasembada daging dari target 104.000 ekor terealisasi sebanyak 106.734 atau sebesar 102,6%. Dukungan lain dilakukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan hewan untuk penjaminan status kesehatan hewan dengan peningkatan dukungan sarana prasarana dan sumber daya kesehatan hewan. Khusus di daerah prioritas PSDSK telah tersedia sebanyak 788 unit Puskeswan dengan jumlah tenaga medik veteriner/Dokter Hewan sebanyak 434 orang dan paramedik sebanyak 1.070 orang.

Akuntabilitas Keuangan

Pada tahun anggaran 2012, Direktorat Kesehatan Hewan dalam melaksanakan kegiatan mendapatkan dana dari APBN sebesar Rp. 362.114.508.000 (Tiga Ratus Enam Puluh Dua Juta Seratus Empat Belas Juta Lima Ratus Delapan Ribu Rupiah). Dari alokasi anggaran tersebut data sementara sampai dengan Desember 2012 terealisasi sebesar Rp. 302.098.904.853 (Tiga Ratus Dua Milyar

(35)

Sembilan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Empat Ribu Delapan Ratus Lima Puluh Tiga Rupiah) atau terserap sebesar 83,42 %.

(36)

BAB V KESIMPULAN

Dari uraian capaian kegiatan yang telah digambarkan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara umum kegiatan Direktorat Kesehatan hewan telah memenuhi tugas pokok dan

fungsi yang dibebankan pada tahun 2012. Kegiatan seperti penyiapan perumusan kebijakan, penyiapan perumusan standar, norma, kriteria dan prosedur, bimbingan teknis, evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, Penguatan kelembagaan dan sumber daya keswan dan pengawasan obat hewan, telah dilaksanakan dengan baik. Demikian juga kegiatan teknis yang menjadi tanggung jawab pusat terkait penanggulangan penyakit hewan menular juga telah dilaksanakan dengan baik. Dari target kinerja Direktorat Kesehatan Hewan telah terealisasi 96,52% sedangkan dari target anggaran terealisasi sebesar 83,42% atau berhasil. 2. KKeennddaallaa ddaann peperrmmasasaallaahhaann yayanngg didihhaaddaappii dadallaamm pepennccaappaaiiaann ininddiikkaattoorr kikinneerjrjaa tetersrseebubutt m meelliippuuttii ppeerrmmaassaallaahhaann ppeerreennccananaaaann,, ppeelalakkssaannaaaann ddaann mmoonniittoorriinngg.. SSeeggii PPeerreennccaannaaaann :: 1 1)).. PPeererennccaannaaaann yyaanngg bbeelluumm sseessuuaaii 2 2)).. PPeengngaallookkaassiiaann aannggggaarraann yyaanngg ttiiddaakk tteepapatt 3 3)).. PPrroosseess rreevviissii aannggggaarraann yyaanngg mmeememerrlluukkaann wwaakkttuu SSeeggii PPeellaakkssaannaaaann :: 1 1)).. SSeebabaggiiaann bbeessaarr aannggggaarraann mmeerruuppaakkaann ddaannaa ddeekkoonnsseennttrraassii ddaann ddaannaa ttuuggaass ppeemmbbaannttuuaann.. 2 2)).. KKeeteterlrlaammbbaattaann pprroosseess ppeengngaaddaaaann 3 3)).. KKeesusulliittaann mmememenenuuhhii ssppeessiiffiikkaassii bbaarraanngg tteerrtteennttuu.. S Seeggii MMoonniittoorriinngg ddaann PPeellaappoorraann :: 1 1)).. MMasasiihh rreennddaahh ddaann kkuurraanngg tteerrttiibbnnyyaa ppeennyyaammppaaiiaann llaappoorraann rreealaliissaassii ffiissiikk mmaauuppuunn kkeeuuaannggaann.. 2 2)).. MMononiittoorriinngg bbeelluumm bbeerrjjaallaann sseessuuaaii ddeennggaann ttaarrggeett ddaann bbeelluumm aaddaannyyaa mmeekkaanniissmmee mmoonniittoorriinngg ddaann eevvaalluuaassii ppeellaakkssaannaaaann kkeegigiaattaann yyaanngg jjeellaass..

3. Dari permasalahan yang ada maka rencana tindaklanjut yang akan dilakukan Ke depan dalam rangka menghadapi permasalahan yang ada akan dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pelaporan yang bersinergi serta dengan mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang jelas.

(37)

BAB VI PENUTUP

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2012 dibuat sebagai kewajiban dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan Hewan.

Referensi

Dokumen terkait

Berikut merupakan tabel total hasil perhitungan rata-rata transaksi PDP yang gagal dan berhasil yang dilakukan tanggal 21 Februari 2014 pada RJKKP3 dan RJKKP4 ke arah SGJKT1

belokKeSudut(atas); wallKananTunda(20); belokKeSudut(kiri); majuKompasSampaiKiri1Dekat(); wallKiriSampaiDepanDekat(); belokKeSudut(atas); wallKiriSampaiKiri1Jauh();

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan pernikahan usia muda di tahun 2015 dengan perbandingan tahun 2011, tingginya pernikahan usia muda sebagian besar

[r]

Melalui langkah sosialisasi yang terpadu, kini masyarakat luas sudah mengenal Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta sebagai rumah rakit yang melayani pasien umum dan merupakan salah

Allah  mengawalinya dengan wanita, karena ia adalah fitnah paling besar bagi laki-laki, lalu anak-anak yang dijadikan sebagai kebanggaan, kemudian harta yang dikumpulkan serta

yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang, serta ilmu­Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul Studi Perilaku Unsur Timbal (Pb) pada

Penyimpanan selama 1 minggu di suhu lemari es menunjukkan bahwa burger ayam cemaran bakteri aerobnya terendah (63,0 x 10 4 koloni/g) dan cemaran tertinggi didapatkan pada