• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS

Agustin Mustika Dewi

mustika_agustin@yahoo.com

Dini Widyawati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The development of business world is growing rapidly and the competition among companies is getting tight. One of the strategies that are used by the company to increase its competitiveness is by improving services and product qualities they sell. Therefore, cost of qualities which consist of cost of prevention, cost of detection or assessment, internal failure cost, and external failure cost which influence the productivity level. This research is a quantitative research in which the data collection technique is conducted by using documentation since the data is secondary data. The data normality test, the multicolinearity assumption test, the autocorrelation assumption test, and the heteroscedasticity assumption shows that the regressions model is feasible to use. With the F test it can be concluded that the whole independent variables which consist of prevention cost, cost of detection or assessment, internal failure cost, and the external failure cost simultaneously do not have any influence to the productivity level.

Keywords: Cost of Prevention, Cost of Detection or Assessment, Internal Failure Cost, External Failure Cost, and Productivity

.

INTISARI

Perkembangan dunia bisnis dewasa ini semakin cepat, dan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dijual. Sehingga muncul biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal yang mempengaruhi tingkat produktivitas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi karena jenis datanya merupakan data sekunder. Pengujian normalitas data, pengujian asumsi multikolinearitas, pengujian asumsi autokorelasi, dan pengujian asumsi heteroskedastisitas menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai. Dengan uji F disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Kata kunci : biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, biaya

kegagalan eksternal, dan produktivitas

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin cepat, sehingga setiap organisasi bisnis manapun memiliki suatu tantangan yang harus dihadapi yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, maka perusahaan semakin berlomba-lomba untuk

(2)

menawarkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat memberikan tingkat kepuasan tersebut bagi konsumennya.

Dengan adanya persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan semakin banyaknya barang dan jasa yang ditawarkan, konsumen masa kini semakin pintar dalam memilih dan menetukan produk mana yang memiliki kualitas lebih unggul. Hal ini membuat masing-masing perusahaan harus mampu mendeteksi apa yang menjadi keinginan konsumen. Dengan demikian perusahaan telah menyadari akan pentingnya meningkatkan kualitas produk, baik itu produk yang berupa barang maupun jasa.

Salah satu strategi dalam meningkatkan daya saing perusahaan adalah meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dijual, selain itu harga yang terjangkau. Perusahaan akan dapat bertahan hidup dan dapat berkembang apabila mampu menawarkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi dengan harga yang lebih murah.

Dalam jangka pendek, mungkin perusahaan akan menekan biaya produksi, karena perusahaan tidak perlu untuk mengeluarkan biaya pengendalian kualitas. Namun dalam jangka panjang, perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas hasil produksi, maka akan mengalami suatu kesulitan pemasaran, karena akan tersaingi dengan adanya produk-produk yang sama dari perusahaan lain dengan kualitas barang atau jasa yang sama dan lebih baik.

Kualitas dan kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Ikatan seperti ini dalam jangka panjang memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka, dengan demikian perusahaan tersebut dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan.

Agar suatu perusahaan dapat tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif, salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas produk atau jasa. Saat ini tujuan perusahaan bukan hanya meningkatkan volume penjualan untuk mencapai keuntungan yang maksimal, tetapi juga untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Perbaikan kualitas mempunyai dampak yang signifikan terhadap pengukuran produktivitas. Pengukuran kerusakan dapat meningkatkan output yang baik, apabila jumlah kerusakan yang ditemukan semakin tinggi, maka perusahaan akan mencari solusi terbaik dalam memperbaiki kualitas produknya sehingga menghasilkan output yang baik. Produktivitas berkenaan dengan kegiatan memproduksi output dengan membandingkan besarnya input yang diperlukan dalam menghasilkan output.

Agar suatu perusahaan dapat menerapkan kualitas dan produktivitas sebagai kekuatan dalam menghadapi persaingan yang semakin cepat dan tajam ini, maka pihak manajemen perusahaan dituntut untuk bisa melakukan perencanaan, pengukuran, dan pengendalian biaya-biaya yang tepat.

PT Semen Indonesia merupakan objek penelitian yang dipilih oleh penulis. Dimana PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. merupaka perusahaan yang memproduksi semen yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan volume penjualan dan menjaga posisi perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan. Adapun upaya yang dilakukan perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan mutu produk dengan cara melakukan pengendalian untuk meminimalkan bahkan meniadakan produk rusak. Dikarenakan produk yang rusak dapat mengakibatkan ketidakefisienan terhadap biaya produknya, hal ini menyebabkan terjadinya ketidakpuasan konsumen terhadap kualitas barang yang tidak sesuai dengan pesanan.

(3)

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tentang biaya kualitas terhadap peningkatan kualitas produk menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti. Adapun variabel dari penelitian ini adalah pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh biaya kualitas yang meliputi biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yang dipilih yaitu dari tahun 2011-2013 dengan menggambil jumlah per bulan bukan per tahun atau per triwulan. Pengamatan dengan mengambil jumlah per bulan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya komparabilitas yang lebih baik. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

Kualitas

Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Konsep desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian merupakan suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi kriteria atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Akan tetapi aspek tersebut bukanlah satu-satunya aspek dari kualitas.

Banyak pakar dan organisasi yang mencoba mengartikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Meskipun sebenarnya pengertiannya hampir sama satu sama lain. Hansen dan Mowen (2000:963-964) berpendapat bahwa kualitas suatu prosuk atau jasa merupakan sesuatu yang memenuhi atau melewati pengaharapan pelanggan akan delapan dimensi yaitu: (1) Kinerja (performances), merujuk ke bagian konsisten dan baiknya fungsi suatu produk. (2) Estetika (esthetics), berkaitan dengan penampilan produk-produk yang berwujud (misalnya, gaya dan kecantikan) sekaligus juga dengan penampilan fasilitas, peralatan, personel, dan perlengkapan komunikasi yang berkaitan dengan jasa. (3) Kemampuan memberikan jasa (serviceability), berkaitan dengan kemudahan pemeliharaan dan atau perbaikan suatu produk. (4) Bentuk (features), merujuk ke karakteristik suatu produk yang membedakan produk yang sejenis secara fungsional. (5) Kemampuan untuk diandalkan (reliability), adalah probabilitas suatu produk atau jasa dalam melakukan fungsinya untuk jangka waktu tertentu. (6) Kecocokan dengan kegunaan (fitness for use), merupakan kesesuaian suatu produk dengan fungsi-fungsinya seperti apa yang diinginkan. (7) Daya tahan (durability), merupakan jangka waktu dimana produk tersebut berfungsi. (8) Kesesuaian (conformance), merupakan suatu tolak ukur mengenai bagaimana suatu produk dapat atau bisa memenuhi spesifikasinya.

Peran Penting Kualitas

Kualitas sangat penting bagi organisasi ataupun bagi perusahaan. Ada beberapa alasan yang membuat suatu organisasi ataupun perusahaan memerlukan kualitas didalam menjalankan kinerjanya. Ariani (2003:9-11) mengidentifikasikan enam pentingnya kualitas, yaitu :

Pertama, meningkatkan reputasi perusahaan, perusahaan ataupun organisasi yang telah menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas pasti akan mendapatkan suatu predikat sebagai perusahaan atau organisasi yang konsisten dalam mengutamakan kualitas. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi menjadi dikenal banyak masyarakat dan memperoleh nilai lebih dimata masyarakat. Karena memperoleh nilai lebih dari masyarakat

(4)

inilah perusahaan atau organisasi lebih dipercaya masyarakat dan secara otomatis reputasi perusahaan atau organisasi akan meningkat.

Kedua, menurunkan biaya, sebagian orang mungkin berpendapat bahwa untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas selalu berdampak pada peningkatan biaya atau identik dengan harga yang mahal. Namun hal itu bukanlah masalah lagi karena, untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas perusahaan atau organisasi tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berorintasi pada customer satisfaction, yaitu dengan mendasarkan jenis, tipe, waktu, dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Dengan begitu, tidak akan terjadi pemborosan yang harus dibayar mahal oleh perusahaan atau organisasi.

Ketiga, meningkatkan pangsa pasar, pangsa pasar akan meningkat apabila minimasi biaya tercapai, karena perusahaan atau organisasi dapat menekan harga, walaupun kualitas tetap menjadi yang terutama. Hal inilah yang nantinya dapat mendorong konsumen untuk membeli dan membeli lagi produk atau jasa tersebut sehingga menyebabkan pangsa pasar meningkat.

Keempat, dampak internasional, perusahaan atau organisasi yang mampu menawarkan produk atau jasa yang berkualitas, selain akan diterima di pasar lokal, produk atau jasa yang ditawarkan juga akan diterima di pasar internasional. Dimana hal ini akan menimbulkan kesan yang baik tersendiri terhadap perusahaan atau organisasi yang menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tersebut.

Kelima, adanya pertanggungjawaban produk, semakin meningkatnya persaingan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, maka perusahaan atau organisasi akan dituntut lebih bertanggung jawab terhadap desain, proses, dan pendistribusian produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Selain itu, pihak perusahaan atau organisasi tidak perlu lagi mengeluarkan biaya uang begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan tersebut.

Keenam, untuk penampilan produk, kualitas akan mebuat produk atau jasa dikenal, dan hal ini akan membuat perusahaan atau organisasi yang menghasilakan produk atau manawarkan jasa juga dikenal dan dipercaya masyarakat luas. Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan pelanggang dan mayarakat akan bertambah, serta akan menimbulkan fanatisme tertentu dari para konsumen terhadap barang atau jasa apapun yang ditawarkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut.

Biaya Kualitas

Di dalam menghasilkan suatu produk atau jasa yang dapat diterima atau berkualitas, maka diperlukan suatu biaya yang tidak sedikit. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas inilah yang disebut sebagai biaya kualitas.

Garrison dan Noreen (2001:846) menyatakan bahwa, biaya kualitas adalah biaya yang mengacu pada semua biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya barang cacat atau biaya yang harus dikeluarkan karena adanya barang cacat. Hansen dan Mowen (2001:965-966) biaya kualitas merupakan biaya yang timbul karena kualitas yang mungkin buruk dan mungkin ada. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas berkaitan dengan dua sub-kategori dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, yaitu (1) Aktivitas kontrol yaitu aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menghindari atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, aktivitas kontrol terdiri dari aktivitas pencegahan dan aktivitas penilaian. (2) Aktivitas gagal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau pelanggannya dalam menanggapi kualitas buruk (kualitas buruk memang telah ada). Dalam menanggapi kualitas

(5)

buruk yang muncul sebelumnya pengiriman suatu produk yang jelek ke pelanggan, aktivitas ini diklasifikasikan sebagai aktivitas kegagalan internal dan aktivitas kegagalan eksternal.

Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Ini berarti biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan (Nasution, 2005:172).

Klasifikasi Biaya Kualitas

Menurut Nasution (2005:172-175) biaya kualitas dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut:

Pertama, biaya pencegahan (prevention control), biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan pemelihara sistem kualitas. Ada beberapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan, yaitu (a) Biaya perencanaan kualitas yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan, rencana tentang keandalan, rencana pemeriksanaan, sistem data, dan rencana khusus dari jaminan kualitas. (b) Biaya tinjauan produk baru yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi kualitas, penyiapan program percobaan, dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru, serta aktivitas-aktivitas kualitas lainnya selama tahap pengembangan dan praproduksi dari rancangan produk baru. (c) Biaya rancangan proses atau produk yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan waktu perencanaan produk atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan kualitas produk tersebut. (d) Biaya pengendalian proses yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses, seperti diagram pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam usaha mencapai kualitas produksi yang dikehendaki. (e) Biaya pelatihan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan, penyiapan, pelaksanaan, penyelenggaraan, dan pemeliharaan program latihan formal masalah kualitas. (f) Biaya audit kualitas yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.

Kedua, biaya deteksi/penilaian (detection/appraisal cost) yaitu biaya yang terjadi untuk menentukan apakan produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi atau penilaian ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan. Adapun yang termasuk dalam kelompok biaya deteksi atau penilaian, yaitu (a) Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuain bahan baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan. (b) Biaya pemeriksaan dan pengujian produk, biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standar perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan pengiriman. (c) Biaya pemeriksaan kualitas produk, biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas produk dalam proses maupun produk jadi. (d) Biaya evaluasi persediaan, biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk menguji produk di gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk selama di gudang.

Ketiga, biaya kegagalan internal (internal failure cost), yaitu biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya ini dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan perusahaan. Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu (a) Biaya sisa bahan (scrap), biaya ini adalah kerugian yang terjadi

(6)

karena adanya sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki. (b) Biaya pengerjaan ulang, biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas yang diisyaratkan. (c) Biaya untuk memperoleh bahan baku, biaya ini meliputi biaya-biaya tambahan yang timbul karena adanya aktivitas menagih penolakan dan pengaduan terhadap bahan baku yang telah dibeli. (d) Factory contact engineering cost, biaya ini merupakan biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan oleh para ahli produk yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut kualitas.

Keempat, biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost) yaitu biaya yang terjadi karena produk atau jasa yang gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirim pada para pelanggan. Dari semua biaya-biaya kualitas yang ada, biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang paling merugikan. Biaya-biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah: (a) Biaya penanganan keseluruhan selama masa garansi, biaya ini meliputi semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantian atau pertukaran produk. (b) Biaya penanganan keluhan di luar masa garansi, biaya ini merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan yang timbul setelah berlalunya masa garansi. (c) Biaya produk, biaya ini merupakan keseluruhan biaya pelayanan produk yang diakibatkan oleh usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk pengujian khusus, atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan. (d) Product Liability biaya ini merupakan biaya yang timbul sehubungan dengan jaminan atau pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi standar kualitas. (e) Biaya penarikan kembali produk, biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau komponen produk tertentu.

Biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal tidak perlu terjadi bila tidak ada kerusakan.

Pandangan Terhadap Biaya kualitas

Menurut Tjiptono dan Diana (2001:41-42) terdapat banyak anggapan bahwa peningkatan kualitas pasti dibarengi dengan peningkatan biaya, sehingga kualitas yang tinggi berarti biaya yang lebih tinggi pula. Tjiptono dan Diana (2001:41), mengatakan aspek ekonomis dari kualitas jauh melebihi biayanya. Ada tiga kategori pendangan yang berkembang diantara para praktisi mengenai biaya kualitas, (1) Kualitas semakin tinggi berarti biayanya semakin tinggi pula. (2) Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan. (3) Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk atau jasa dihasilkan secara benar sejak awal.

Produktivitas

Menurut Nasution (2005:281) produktivitas merupaka nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (output) keluaran dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input) masukan. Menurut Hansen dan Mowen (2001:1010) produktivitas berkenaan dengan kegiatan memproduksi output dengan efisien dan secara khusus merujuk ke relasi antara output dan input yang digunakan untuk memproduksi output. Sedangkan menurut Sunarto (2007:350) produktivitas adalah ukuran efesiensi ekonomi yang mengikhtisarkan nilai dari output relatif terhadap nilai dari input yang dipakai untuk menciptakannya.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan

(7)

kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Menurut Sedarmayanti (2001:71), adalah : (1) Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim. (2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latiahan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri. (3) Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan dan panitian mengenai kerja unggul. (4) Manajemen produktivitas , yaitu ; manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistemn kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. (5) Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. (6) Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko kreativitas dalam berusaha dan pada jalar yang benar dalam berusaha. Pengukuran Produktivitas

Menurut Hansen dan Mowen (2001:1012) pengukuran produktivitas berkenaan dengan penilaian kuantitatif terhadap perubahan produktivitas. Tujuannyya adalah untuk menilai apakah efisiensi produksi telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas ini dapat bersifat aktual atau perspektif. Pengukuran produktivitas aktual membuat manajer dapat menilai, memonitor, dan mengontrol perubahan-perubahan. Sedangkan pengukuran produktivitas prospektif lebih mengarah kepengamatan ke depan, dan ini merupakan input bagi pengambilan keputusan strategis.

Produktivitas parsial merupakan produktivitas dari satu input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output dan input dengan rumus sebagai berikut:

Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur, ukuran itu disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka diperoleh ukuran produktivitas operasional, jika output dan input dinyatakan dalam satuan rupiah, maka diperoleh ukuran produktivitas keuangan.

Menurut Hansen Mowen (2009:295) pembuatan produk melibatkan beberapa input utama, seperti tenaga kerja, bahan, modal, dan energi.

Menurut Sunarto (2007:351) terdapat banyak bentuk-bentuk produktivitas. Produktivitas faktor total adalah indikator menyeluruh tentang seberapa baik sebuah perusahaan memanfaatkan semua sumber dayanya, seperti tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi, untuk menciptakan semua produk dan jasanya. Kelemahan terbesar dari produktivitas faktor total adalah bahwa semua elemen harus diekspresikan dalam ukuran yang sama yaitu uang. Produktivitas faktor total juga tidak menyediakan wawasan yang sempit tentang bagaimana situasi dapat diubah untuk menaikkan produktivitas. Konsekuensinya, sebagian besar organisasi lebih suka menghitung rasio produktivitas parsial. Rasio semacam ini hanya menggunakan satu kategori sumber daya. Contoh, produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus sederhana berikut:

Keunggulan metode ini yaitu, tidak perlu mengubah satuan input ke satuan yang lain. Selain itu, metode ini juga menyediakan wawasan khusus kepada manajer tentang bagaimana pengubahan berbagai input sumber daya mempengaruhi.

Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Peningkatan Produktivitas

Menurut Hansen dan Mowen (2009:299) peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Sebagai contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena

(8)

menurunnya unit produk cacat, maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama. Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah input yang digunakan meningkatkan produktivitas.

Karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, peningkatan kualitas akan meningkatkan produktivitas. Jadi, peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran-ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara-cara lain untuk meningkatkan produktivitas. sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh biaya pencegahan terhadap produktivitas.

Menurut penelitian Hermanto (2010) menemukan bukti bahwa biaya pencegahan mempengaruhi produktivitas, semakin besar biaya pencegahan maka produktivitas akan semakin besar pula. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : biaya pencegahan berpengaruh positif terhadap produktivitas. Pengaruh deteksi/penilaian terhadap produktivitas.

Menurut penelitian Hermanto (2010) menemukan bukti bahwa biaya deteksi/penilaian mempengaruhi produktivitas, semakin besar biaya deteksi/penilaian maka produktivitas akan semakin besar pula. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 : biaya deteksi/penilaian berpengaruh positif terhadap produktivitas. Pengaruh biaya kegagalan internal terhadap produktivitas.

Menurut penelitian Hermanto (2010) menemukan bukti bahwa biaya kegagalan internal tidak mempengaruhi produktivitas, semakin besar biaya kegagalan internal maka produktivitas akan menurun. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3 : biaya kegagalan internal berpengaruh negatif terhadap produktivitas. Pengaruh biaya kegagalan eksternal terhadap produktivitas

Kepuasan konsumen adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan. Apabila banyak produk gagal yang telah sampai di tangan konsumen, maka akan menurunkan rasa percaya konsumen terhadap produk, hal ini menyebabkan produktivitas menurun. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H4 : biaya kegagalan eksternal berpengaruh negatif terhadap produktivitas. METODE PENELITIAN

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

a. Biaya Pencegahan (Bp)

Biaya pencegahan merupakan penjumlahan dari berbagai macam biaya, yaitu biaya pengembangan produk atau sistem, biaya pengujian kualitas oleh pihak eksternal, dan biaya pelatihan kualitas.

b. Biaya Deteksi atau Penilaian (Bd)

Biaya deteksi atau penilaian merupakan penjumlahan dari berbagai macam biaya, yaitu biaya pemeliharaan peralatan tes, biaya pengujian kualitas bahan baku dan produk, serta biaya depresiasi peralatan lab.

(9)

c. Biaya Kegagalan Internal (Bki)

Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena adanya produk gagal sebelum barang dikirim ke konsumen, jenis biaya kegagalan internal di perusahaan yaitu biaya kantung pecah.

d. Biaya Kegagalan Eksternal (Bke)

Biaya kegagalan eksternal merupakan penjumlahan dari berbagai macam biaya, yaitu biaya pelayanan komplain di lapangan dan biaya ganti rugi kompain masalah kualitas. Variabel Dependen

Produktivitas

Merupakan perbandingan antara output dan input, karena menggunakan perhitungan produktivitas keuangan, maka output dikalikan dengan harga jual lalu dibagi dengan input. Dimana output adalah hasil produksi dalam ton, dan input adalah biaya produksi dalam rupiah

.

Pengujian Hipotesis Regresi Linier berganda

Uji regresi ganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua veriabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1) (X2) (X3)…(Xn) dengan satu variabel terikat.

Analisis regresi ganda dapat dihitung melalui komputer dengan program statistical product and service solution (SPSS) versi 20.0, adapun bentuk persamanya sebagai berikut (Ridwan, 2003:252-253) :

P= α + b1 . Bp + b2 . Bd + b3 . Bki + b4 . Bke + e Keterangan:

P = Variabel terikat, produktivitas

Bp = Variabel bebas, biaya pencegahan

Bd = Variabel bebas, biaya deteksi atau penilaian Bki = Variabel bebas, biaya kegagalan internal Bke = Variabel bebas, biaya kegagalan eksternal

à = Konstanta

b = Koefisien regresi untuk variabel bebas Bp

b2 = Koefisien regresi untuk variabel bebas Bd

b3 = Koefisien regresi untuk variabel bebas Bki

b4 = Koefisien regresi untuk variabel bebas Bke

e = Kesalahan prediksi (error)

Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat (P).

Dimana: R2=

(10)

(1) Pengujian Secara Simultan (Uji F), uji ini membuktikan kebenaran analisis secara simultan, dilakukan dengan menggunakan uji F yang menyatakan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara bersama-sama dan dapat dirumuskan langkah-langkah pengujian sebagai beriku: (a) Apabila H0 : B1 = B2 = 0 ini berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel bebas ( X1 dan X2) secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat (Y), Apabila H1 : paling tidak terdapat sepasang nilai B ≠ 0 ini berarti terdapat pengaruh yang nyata antara variabel bebas ( X1 dan X2) secara simultan terdapat variabel terikat (Y). (b) Mencari nilai Fhitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

Fhitung : F hasil perhitungan

R2 : Koefisien determinasi

k : Derajat bebas pembilang

n : Jumlah data

menggunakan tingkat signifikasi (α) = 0.05 Degree of freedom (df) = (n-k-1)

Dimana:

n : jumlah pengamatan

k : jumlah variabel bebas

(c) Ketentuan Pengujian Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Apabila Fhitung ≤ Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. (2) Pengujian Secara Parsial (Uji T), untuk membuktikan kebenaran analisis secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji t yang menyatakan ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel dan dapat dirumuskan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: (a) Apabila H0 : B1 = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel bebas (Bp) secara parsial terhadap variabel terikat (P). Apabila H0 : B1 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel bebas (Bp) secara parsial terhadap variabel terikat (P). (b) Mencari nilai t hitung dengan menggunakan rumus : t hitung

Dimana:

b : koefisien regresi

Sb : standart eror

Menggunakan tingkat signifikansi (α) = 0.05 dengan pengujian dua arah. Degree of freedom (df) = (n-k-1)

Dimana:

n : jumlah pengamatan

k : jumlah variabel bebas

(c) Ketentuan Pengujian: Apabila t hitung > t tabel atau –t hitung < - t tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial. Apabila -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial. (3) Koefisien Determinasi Parsial (r2), koefisien ini dapat menggambarkan berapa besarnya kontribusi atau pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel terikat.

(11)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi. Kriteria ada tidaknya autokorelasi yaitu, (1) Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada gangguan otokorelasi, (2) Jika DW < batas bawah (dL) maka terjadi gangguan otokorelasi, (3) Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi otokorelasi atau tidak. Untuk n= 36; k-1=4-1=3; taraf signifikansi 5% maka diperoleh dU= 1,6539. Oleh karena itu DW > dU yaitu 1,825 > 1,6539. Dengan demikian dapat disimpulkan data tersebut tidak mengandung/bebas dari unsur autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan adanya pola-pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat heteroskedastisitas. Hal in dapat disebabkan karena dalam tahun penelitian jumlah anggota komite audit perusahaan sampel adalah sama, sehingga data yang diperoleh terdapat persamaan yang diulang-ulang.

d. Uji Normalitas. Dari hasil uji normal probably plot dan uji kolmogrov smirnov menunjukkan jika data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Namun setelah dilakukan transformasi data hasil uji normal probability plot menunjukkan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan berdasar hasil uji kolmogrov-smirnov menunjukkan jika semua nilai Asymp sig 2-tailed dari variabel Bp, Bd, BKi, dan BKe menunjukkan angka diatas 0,05 hal ini berarti data berdistribusi normal.

Uji Hipotesis

Regresi Linier Berganda

Pendugaan parameter pada penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda. Sedangkan data yang digunakan adalah data bulanan dalam kurun waktu 2011 – 2013. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS v.20. Dari pendugaan parameter dengan menggunakan regresi linier berganda, hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients T Sig. Correlations

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

1 (Constant ) 2,837 ,178 15,910 ,000 BP1 -2,598E-006 ,000 -,028 -,156 ,877 -,026 -,028 -,027 BD -6,721E-011 ,000 -,058 -,227 ,822 ,060 -,041 -,040 BKI 6,339E-006 ,000 ,149 ,582 ,565 ,089 ,104 ,102 BKE1 -2,164E-005 ,000 -,207 -1,152 ,258 -,185 -,203 -,202

a. Dependent Variable: Produktivitas Sumber: Hasil Printout SPSS v.20

Berdasarkan hasil dari pengolahan data di tabel Coefficients diatas, maka dapat dibuat model regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

(12)

Nilai masing-masing koefisien regresi variabel independen dari model regresi linier tersebut memberikan gambaran bahwa: (1) Koefisien Regresi variabel Bp (Biaya Pencegahan) sebesar -2,598E-006 menggambarkan bahwa variabel Bp mempunyai pengaruh negatif terhadap P (Produktivitas), artinya dengan semakin turunnya biaya pencegahan maka produktivitas akan naik. (2) Koefisien Regresi variabel Bd (Biaya Deteksi) sebesar -6,721E-011 menggambarkan bahwa variabel Bd mempunyai pengaruh negatif terhadap P (Produktivitas), artinya dengan semakin turunnya biaya deteksi maka produktivitas akan naik. (3) Koefisien Regresi variabel BKi (Biaya Kegagalan Internal) sebesar 6,339E-006 menggambarkan bahwa variabel BKi mempunyai pengaruh positif terhadap P (Produktivitas), artinya dengan semakin naiknya biaya kegagalan internal maka produktivitas akan naik pula. (4) Koefisien Regresi variabel BKe (Biaya Kegagalan Eksternal) sebesar -2,164E-005 menggambarkan bahwa variabel BKe mempunyai pengaruh negatif terhadap P (Produktivitas), artinya dengan semakin turunnya biaya kegagalan eksternal maka produktivitas akan naik

Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya kontribusi antara sumbangan yang diberikan oleh variabel Biaya Pencegahan, Biaya Deteksi, Biaya Kegagalan Internal & Biaya Kegagalan Eksternal terhadap Produktivitas dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi ganda atau R Square. Hasil pengukuran koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,221a ,049 -,074 ,27969 1,825

a. Predictors: (Constant), BKE1, BD, BP1, BKI b. Dependent Variable: Produktivitas

Sumber: Hasil Printout SPSS v.20

Besarnya R Square berdasarkan hasil analisis diatas diperoleh sebesar 0,049 atau 4,9%, artinya Produktivitas dapat dijelaskan oleh variabel Biaya Pencegahan, Biaya Deteksi, Biaya Kegagalan Internal & Biaya Kegagaln Eksternal. Sedangkan sisanya yaitu 95,1% dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan derajat keeratan hubungan/korelasi (R) antara Biaya Pencegahan, Biaya Deteksi, Biaya Kegagalan Internal

dan Biaya Kegagalan Eksternal menunjukkan hubungan/korelasi yang rendah (R= 0,221) yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel biaya kualitas yang

terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal secara bersama-sama memiliki hubungan yang tidak erat terhadap tingkat produktivitas.

Hal ini mengidentifikasikan bahwa naik turunnya tingkat produktivitas pada PT Semen Indonesia tidak bergantung pada naik turunnya biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal yang ada pada perusahaan tersebut.

Uji F

Uji F ini digunakan untuk menguji variabel independen secara keseluruhan dan bersama-sama, apakah variabel independen (Biaya Pencegahan, Biaya Deteksi, Biaya Kegagalan Internal & Biaya Kegagalan Eksternal) mempengaruhi variabel dependen

(13)

(Produktivitas) secara signifikan. Hasil perhitungan uji F dengan bantuan SPSS dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3

Hasil Perhitungan Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression ,124 4 ,031 ,398 ,809

b

Residual 2,425 31 ,078

Total 2,549 35

a. Dependent Variable: Produktivitas

b. Predictors: (Constant), BKE1, BD, BP1, BKI Sumber: Hasil Printout SPSS v.20

Berdasarkan tabel ANOVA diatas didapat nilai F hitung sebesar 0,398. Kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik F dengan α = 0,05. Setelah pengujian dilakukan, diperoleh F-tabel yaitu sebesar 2,90. Karena F hitung lebih kecil dari F tabel (0,398 < 2,68), maka hal ini membuktikan bahwa variabel Biaya Pencegahan, Biaya Deteksi, Biaya Kegagalan Internal dan Biaya Kegagalan Eksternal secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap besarnya Produktivitas.

Uji t

Uji t adalah pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri dengan menganggap variabel lain tetap dan konstan. Selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan taraf nyata (α) sebesar 0,05; dk= n-2. T-tabel dengan dk (36-2= 34) adalah ± 2,03224. Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4

Hasil Perhitungan Uji T

Sumber: Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Correlations

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part 1 (Constant ) 2,837 ,178 15,910 ,000 BP1 -2,598E-006 ,000 -,028 -,156 ,877 -,026 -,028 -,027 BD -6,721E-011 ,000 -,058 -,227 ,822 ,060 -,041 -,040 BKI 6,339E-006 ,000 ,149 ,582 ,565 ,089 ,104 ,102 BKE1 -2,164E-005 ,000 -,207 -1,152 ,258 -,185 -,203 -,202

a. Dependent Variable: Produktivitas Hasil Printout SPSS v.20

Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat secara lengkap sebagai berikut: (1) Koefisien regresi variabel Bp menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,03224 < -0,156 < 2,03224. Dengan demikian variabel Biaya Pencegahan tidak berpengaruh signifikan terhadap

Produktivitas. (2) Koefisien regresi variabel Bd menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,03224 < -0,227 < 2,03224. Dengan demikian variabel Biaya Deteksi tidak berpengaruh

(14)

sebesar -2,03224 < 0,582 < 2,03224. Dengan demikian variabel Biaya Kegagalan Internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Produktivitas. (4) Koefisien regresi variabel BKe menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,03224 < -1,152 < 2,03224. Dengan demikian variabel Biaya Kegagalan Eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas.

Dari hasil uji t di atas, dapat disimpulakan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal secara sendiri-sendiri tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal ini terjadi dikarenakan tidak terdapat uraian biaya apa saja yang ada dalam biaya produksi. Diduga, didalam biaya produksi terdapat unsur biaya kualitas. Koefisien Determinasi Parsial (r2)

Pengaruh biaya kualitas terhadap produktivitas secara parsial ditunjukkan oleh koefisien determinasi parsial dari setiap komponen biaya kualitas terhadap produktivitas. Analisis regresi yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS V.20 hanya menghasilkan koefisien korelasi parsial (R) antara variabel Y dengan variabel Xi dengan mengkonstankan variabel Xi lainnya. Oleh karena itu nilai koefisien determinasi parsial ( R square) dihitung dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi parsial (R) tersebut. Koefisien korelasi dan determinasi parsial X terhadap Y dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Table 5

Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial X terhadap Y

Variabel Independen Koef. Korelasi Parsial Koef. Determinasi Parsial

Biaya Pencegahan (X1) -0,028 0,000784

Biaya Deteksi (X2) -0,041 0,001681

Biaya Kegagalan Internal (X3) 0,104 0,010816

Biaya Kegagalan Eksternal (X4) -0,203 0,041209

Sumber: lampiran Coefficients (kolom Correlations)

Adapun penjelasannya dapat dilihat di bawah ini: (1) Biaya Pencegahan dengan Produktivitas, koefisien determinasi untuk variabel X1 ini menunjukkan nilai 0,000784. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa besarnya kontribusi dari biaya pencegahan secara individual adalah sebesar 0,078%. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,028 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah atau hampir tidak ada hubungan. (2) Biaya Deteksi dengan Produktivitas, koefisien determinasi untuk variabel X2 ini menunjukkan nilai 0,001681. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa besarnya kontribusi dari biaya deteksi secara individual adalah sebesar 0,168%. Nilai koefisien korelasi sebesa -0,041 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah atau hampir tidak ada hubungan. (3) Biaya Kegagalan Internal dengan Produktivitas, koefisien determinasi untuk variabel X3 ini menunjukkan nilai 0,010816. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa besarnya kontribusi dari biaya kegagalan internal secara individual adalah sebesar 1,0816%. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,104 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah atau hampir tidak ada hubungan. (4) Biaya Kegagalan Eksternal dengan Produktivitas, koefisien determinasi untuk variabel X4 ini menunjukkan nilai 0,041209. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa besarnya kontribusi dari biaya kegagalan eksternal secara individual adalah sebesar 4,121%. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,203 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah atau hampir tidak ada hubungan.

(15)

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah biaya kegagalan internal karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar.

.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisan dan uji hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil uji simultan menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa biaya kualitas bukanlah faktor penentu kenaikan produktivitas perusahaan. (2) Tingkat koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,221 atau 22.1% yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal secara bersama-sama memiliki hubungan yang tidak erat terhadap tingkat produktivitas. (3) Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan iternal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap produktivitas. Karena tidak terdapat uraian biaya apa saja yang ada dalam biaya produksi, diduga di dalam biaya produksi terdapat unsur biaya kualitas. (4) Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah biaya kegagalan internal, karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya yang paling besar.

Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan beberapa saran bagi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, yaitu antara lain: (1) Manajemen perusahaan hendaknya dapat menekan biaya kegagalan eksternal, dengan adanya biaya kegagalan eksternal menunjukkan ketidaksesuaian produk yang dihasilkan dengan keinginan pelanggan. Hal ini tentunya akan mengurangi rasa percaya pelanggan atas kualitas produk. Sehingga akan membuat pelanggan kecewa atas kualitas produk. (2) Sebaiknya perusahaan lebih aktif lagi dalam melakukan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kualitas. Karena dengan meningkatkan pelatihan-pelatihan akan meningkatkan pula kualitas produk.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. W. 2003. Manajemen Kualitas : Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia. Jakarta. Garrison, R. dan E. W. Noreen. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi ke-11. Penerjemah Nuri

Hinduan dan Eduart Tanujaya. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Hansen, D. dan M. Mowen. 2001. Manajemen Biaya. Buku 2. Penerjemah Benyamin Molen. Salemba Empat. Jakarta.

. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 8, Buku 2. Penerjemah Deny Arnos Kwany. Salemba Empat. Jakarta.

Hermanto, D. 2010. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Peningkatan Produktivitas pada PT Semanggi Mas Sejahtera. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya. Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Edisi kedua. Penerbit Ghalia Indonesia.

Bogor.

(16)

Sedarmayanti, 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktifitas Kerja. CV. Mandar Maju. Bandung.

Sunarto. 2007. Manajemen 2. Penerbit amus. Yogyakarta.

Supranto, J. 2000. STATISTIK Terori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tjiptono, F. dan A. Diana.2000. Total Quality Manajemen. Edisi Revisi, Andi Offset. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap

Halim Shoes Manufaktur sebaiknya menggunakan metode-metode pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar jumlah bahan baku yang diperlukan untuk kesinambungan proses

Packet marking digunakan untuk menemukan jalur serangan dari paket yang diterima.. PPM dikonfigurasi manual pada masing- masing router , sehingga paket yang

Tugas akhir ini menggunakan algoritma simetrik, kunci yang digunakan untuk proses enkripsi maupun dekripsi adalah sama dan algoritma visual semagram, yang menyisisipkan file

[r]

The results of the study indicate that supplementation with a combination of anti- oxidants does not significantly influence serum concentrations of total and HDL-choles- terol as

Harapan kami, semoga buku proceeding ini dapat menjadi bagian dari rujukan untuk pengembangan ilmu psikologi maupun arsitektur secara umum, maupun pengembangan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat di simpulkan bahwa kurikulum adalah merupakan sejumlah mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah dari mulai memasuki