• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1. Waktu Mendengarkan Radio. Medan Pekanbaru Palembang Banjarmasin Makassar Manado

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 1. Waktu Mendengarkan Radio. Medan Pekanbaru Palembang Banjarmasin Makassar Manado"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

EXECUTIVE SUMMARY

Urgensi riset khalayak bagi lembaga penyiaran publik seperti RRI bisa dilihat dalam dua hal. Pertama, khitah lembaga penyiaran publik adalah melayani publik atau masyarakat dalam pengertian luas. Konsep melayani, dalam konteks ini, adalah memberikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pendengar berkenaan dengan informasi atau hiburan. RRI sebagai lembaga penyiaran publik harus mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pendengar baik informasi maupun hiburan. Kedua, khalayak yang dinamis. Kedinamisan khalayak itu disebabkan oleh perubahan-perubahan demografi penduduk, perubahan teknologi, dan sebagainya sehingga bukan hanya perubahan dalam cara mendengarkan, tapi juga kebutuhan-kebutuhan mengalami perubahan.

Penelitian ini diselenggarakan untuk menjawab berbagai pertanyaan berikut: (1) bagaimana kebiasaan bermedia khalayak di kota-kota yang dijadikan lokasi penelitian ini secara umum, jenis media apa saja yang mereka akses; (2) bagaimana kebiasaan-kebiasaan khalayak secara spesifik dalam mendengarkan radio?; (3) Jenis informasi dan hiburan apa yang mereka butuhkan dalam konteks Pro 1 dan Pro 2?; (4) bagaimana penilaian mereka terhadap Pro 1 dan Pro 2 baik untuk program siaran berita/informasi dan juga hiburan; kemudian (5) bagaimana peta persaingan radio di masing-masing kota yang diteliti? Dengan menjawab kelima pertanyaan pokok ini, diharapkan akan menemukan rekomendasi yang berguna bagi perbaikan RRI yang akan datang.

Secara spesifik, fokus penelitian ini ditujukan untuk pendengar Pro 1 dan Pro 2. Kedua programa ini yang menjadi fokus penelitian karena kedua programa inilah yang menjadi garda penting layanan RRI di tingkat lokal. RRI Pro 1 membidik segmen usia yang lebih umum, sedangkan Pro 2 lebih spesifik dengan membidik anak muda.

Penelitian ini dilakukan di lima kota, yakni Medan, Pekanbaru, Palembang, Makassar, Banjarmasin, dan Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah survei (descriptive survey). Data dikumpulkan melalui kuisioner. Ada empat hal pokok yang

(2)

2

digali melalui survei ini, yakni kebiasaan bermedia responden; kebutuhan informasi dan hiburan; penilaian responden atas Pro 1 dan Pro 2 untuk program siaran musik, berita dan informasi, penyiar dan juga kualitas suara; kemudian peta persaingan radio di daerah. Sampel dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik umum konsumen media/audiens,. Kriteria sampel yang dimaksud meliputi: (a) di atas 15 tahun, (2) mengkonsumsi radio, bertempat tinggal di enam kota tersebut di atas dan terdaftar dalam KK. Untuk beberapa wilayah, misalnya, Manado, KK ternyata tidak lazim digunakan sebagai basis pengambilan sampling, tapi kampung. Maka, khusus Manado dasar penarikannya bukan KK, tapi kampung.

Sample yang diambil dalam penelitian adalah 315 untuk setiap kota atau 1890 secara keseluruhan. Dengan jumlah tersebut, kecenderungan data yang nantinya akan diperoleh baik dalam setiap kota maupun secara keseluruhan akan mendekati keadaan sebenarnya karena sampling diambil pada asumsi sampling error -+ 5.7 % dimana derajat perbedaan antara sampel dan populasi dalam survei diperkirakan +/- 5.7 % pada tingkat kepercayaan 95% untuk masing-masing kota.

Data yang sudah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan crosstabulation. Distribusi frekuensi diterapkan untuk memetakan demografi pendengar RRI, sedangkan crosstabulation digunakan untuk mengetahui variasi jawaban yang muncul serta menyeleksi kecenderungan umum tentang sikap, perilaku, opini audiens/pendengar terhadap program-program siaran RRI. Kemudian, untuk memperkaya penelitian, metode FGD digunakan sebagai pelengkap yang berfungsi tidak hanya melakukan crosscheck atas data survei, tapi juga memperdalam informasi data kuantitatif. FGD dilakukan di masing-masing kota yang pesertanya diambil dari responden pendengar Pro 1 dan Pro 2 sebanyak kurang lebih 10 orang.

Dari hasil survei dan FGD, beberapa temuan penelitian adalah sebagai berikut.

Pertama, kebiasaan bermedia responden. Kebiasaan bermedia responden dilihat dari media yang paling sering diakses. Di enam kota yang diteliti, televisi tetap menempati posisi tertinggi sebagai media paling sering diakses untuk mendapatkan informasi dan

(3)

3

hiburan. Persentasenya jauh di atas media lain seperti radio, surat kabar dan internet. Radio menjadi media alternatif berikutnya yang paling diminati oleh responden. Di kota-kota yang diteliti, responden terbesar cenderung menempatkan radio di peringkat kedua setelah televisi. Persentasenya jauh di atas media lainnya sebagai media di urutan kedua sebagai media alternatif setelah televisi di tempatkan di urutan pertama. Menariknya, di beberapa kota, misalnya, Pekanbaru dan Banjarmasin, internet mengalahkan koran sebagai media di urutan ketiga yang paling sering diakses. Di sini, ada trend baru ketika internet lebih digemari dibandingkan dengan koran.

Kedua, rata-rata, waktu, dan alat yang biasa digunakan untuk mendengarkan radio bervariasi diantara kota-kota yang diteliti. Dari survei yang dilakukan di enam kota, rata-rata waktu yang digunakan responden untuk mendengarkan radio tidak lebih dari 3 jam per hari. Bahkan, di beberapa kota seperti Palembang, persentase tertinggi justru ditempati oleh responden yang mendengarkan radio kurang dari 1 jam. Waktu primetime

atau waktu paling sering responden mendengarkan radio sedikit bervariasi. Di beberapa kota, misalnya, Medan, Palembang dan Makassar waktu paling favorit adalah pagi hari (08.00-10.00), sedangkan lainnya malam hari (21.00-24.00).

Tabel 1

Waktu Mendengarkan Radio

Medan Pekanbaru Palembang Banjarmasin Makassar Manado

08.00-10.00 21.00-24.00 21.00 – 24.00 05.00 – 08.00 08.00 - 10.00 21.00 - 24.00 17.00 - 21.00 08.00 - 10.00 08.00 - 10.00 17.00 - 21.00 05.00 – 08.00 17.00 - 21.00

Perkembangan teknologi ternyata mempunyai pengaruh signifikan terhadap cara bagaimana responden mendengarkan radio. Meskipun cara mendengarkan radio masih didominasi oleh radio transistor, tapi mendengarkan radio dengan menggunakan

(4)

4

perangkat handphone sudah sangat lazim. Di enam kota yang menjadi lokasi penelitian ini, handphone menjadi piranti kedua setelah radio transistor. Implikasi atas cara mendengarkan radio menjadi sangat jelas, yakni radio kemudian menjadi sangat personal. Jika mendengarkan radio dengan menggunakan radio transistor bisa didengarkan beberapa orang sekaligus, mendengarkan radio dengan handphone cukup sendirian karena harus menggunakan earphone.

Ketiga, kebutuhan responden dari Pro 1 dan Pro 2. Secara umum, segmentasi yang dilakukan Pro 1 dan Pro 2 bisa dikatakan berhasil. Ini bisa dilihat, misalnya, dari rata-rata usia dan status pekerjaan pendengar masing Pro 1 dan Pro 2 untuk masing-masing kota. Di Medan, kelompok usia paling banyak mendengarkan Pro 1 adalah >33 – 43 tahun dan di peringkat kedua kelompok usia >23 – 33 tahun. Temuan ini hampir konsisten di masing-masing kota. Jikapun ada perbedaan hanya sedikit sekali. Sementara itu, untuk pendengar Pro 2, sebagian besar didominasi oleh anak muda (pelajar/mahasiswa) yang berada dalam rentang usia antara 15 – 23 tahun dan 23 – 33 tahun. Kedua kategori usia ini saling berimpit satu dengan lainnya sebagai pendengar paling banyak Pro 2. Dilihat dari pekerjaan, baik pendengar Pro 1 maupun Pro 2 ada sedikit perbedaan meskipun di hampir semua kota yang diteliti responden dengan pekerjaan wiraswasta menjadi yang paling banyak. Di urutan berikutnya bervariasi antara pelajar/mahasiswa dan juga ibu rumah tangga untuk Pro 2, dan pegawai swasta untuk Pro 1. Pekerjaan biasanya menyangkut pendidikan dan kebutuhan informasi sehingga mestinya bisa dipertimbangkan kembali hubungan-hubungan pekerjaan ini dengan jenis-jenis informasi yang mereka butuhkan.

Di luar pertimbangan atas pekerjaan responden, beberapa jenis informasi sangat dibutuhkan oleh responden baik untuk Pro 1 maupun Pro 2. Keduanya ternyata berbeda dalam hal kebutuhan-kebutuhan responden dalam hal informasi karena segmennya yang memang berbeda meskipun tidak sama sekali berbeda.

(5)

5

Tabel 1

Dua Jenis Informasi Paling Dibutuhkan di Masing-Masing Kota

Medan Pekanbaru Palembang Banjarmasin Makassar Manado

Pro 1 Pro 2 Pro 1 Pro 2 Pro 1 Pro 2

Pro 1 Pro 2 Pro 1 Pro 2 Pro 1 Pro 2

Informasi Keagamaan

hukum dan kriminal

Pendidikan Olah raga Ekonomi dan bisnis Pendidikan Hukum dan kriminal Ekonomi dan bisnis

Pendidikan Pendidikan Ekonomi dan bisnis

Olah raga

Selebriti/

public figure

olah raga Sosial-kebudayaan

Selebriti/ public figure

Pendidikan Kesehatan Olah raga

(6)

6

Untuk musik yang paling ingin didengarkan di masing-masing kota, musik pop tetap yang paling tinggi peminatnya meskipun di kota seperti Banjarmasin justru musik dangdut yang paling banyak ingin didengarkan. Namun, sebagian besar lainnya, tetap menginginkan musik pop. Persoalannya, musik pop mempunyai subgenre yang banyak sekali, baik dalam kategori irama musiknya ataupun masa edar. Ada pop lawas, pop-rock, dan sebagainya. Penelitian ini tidak secara spesifik menginvestigasi jenis-jenis musik pop sehingga mungkin memang perlu ada studi tersendiri.

Keempat, penilaian responden atas Pro 1 dan Pro 2 dibedakan atas beberapa dimensi, tapi beberapa hal pokok diantaranya adalah penilaian atas program musik, berita/informasi, kualitas suara, dan juga penyiar. Secara umum, penilaian responden atas program musik dan berita dan informasi cukup memuaskan. Meskipun persentasenya untuk masing-masing penilaian tidaklah signifikan. Dengan kata lain, responden memang puas dengan program musik yang disiarkan oleh Pro 1 dan Pro 2, tapi persentasenya paling tinggi berkisar diantara 70%. Persentase berikutnya yang relatif dominan adalah responden yang mengatakan biasa saja.

Diantara variabel-variabel yang dijadikan penilaian atas Pro 1 dan Pro 2, kualitas suara barangkali yang paling penting untuk diperhatikan. Ini karena di beberapa kota meskipun temuan survei menyatakan bahwa responden sebagian besar menjawab bagus, tapi dalam FGD muncul keluhan sering timbul tenggelam. Di sisi lain, ketika variabel kualitas suara ini disandingkan dengan lainnya maka ia juga cenderung rendah. Di luar kualitas suara, jika dilihat dari keunggulan/kelemahan Pro 1 dan Pro 2, secara bergantian, program musik dan informasi menjadi keunggulan Pro 1 ataupun Pro 2. Variasi acara menjadi titik lemah yang hampir konsisten di kota-kota yang diteliti.

Kelima, peta persaingan radio di tingkat lokal. Sebenarnya, tidak fair memang membandingkan RRI baik Pro 1 maupun Pro 2 dengan radio swasta berbeda karena segmen dan orientasi ideologisnya memang berbeda. Meskipun demikian, perbandingan semacam ini penting untuk melihat apakah RRI masih diminati ataukah tidak. Hasil penelitian di keenam kota menemukan bahwa RRI masih relatif cukup diminati oleh

(7)

7

responden. RRI selalu menempati posisi sepuluh besar bahkan ada yang nomor pertama sebagai radio favorit. Di sini, responden diminta menuliskan tiga radio yang paling sering mereka dengarkan untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Jawaban dari responden ini lantas ditampilkan sepuluh radio yang ditempatkan di urutan pertama, dan RRI hampir selalu menempati posisi sepuluh besar.

Meskipun demikian, ada soal dalam hal ini karena ternyata responden lebih senang menuliskan RRI dibandingkan dengan langsung secara spesifik menuliskan Pro 1 ataupun Pro 2. Temuan ini sebenarnya tidaklah terlalu mengherankan karena selama kurang lebih 30 tahun selama pemerintahan Orde Baru, responden lebih diakrabkan dengan RRI dibandingkan dengan Pro 1 maupun Pro 2.

Temuan lain dalam peta kompetisi ini bahwa keberadaan RRI baik Pro 1 maupun Pro 2 akan semakin kuat kedudukannya dalam konteks sebagai sumber informasi. Dengan kata lain, ketika responden diminta menuliskan radio paling favorit dalam pandangan mereka sebagai sumber rujukan informasi maka RRI selalu masuk sepuluh besar. Bahkan, di Medan, misalnya, RRI, RRI Pro 1 dan RRI Pro 2 menempati posisi pertama, kedua, dan ketiga sebagai radio yang paling sering dirujuk untuk mendapatkan informasi. Namun, peringkat itu drop ketika responden diminta menuliskan radio yang menjadi rujukan hiburan. RRI memang masih masuk ke dalam sepuluh besar, tapi biasanya kalah dengan radio swasta lainnya. Temuan ini sebenarnya tidaklah merisaukan karena memang visi RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang misi utamanya adalah mencerdaskan, dan bukannya menghibur. Tantangannya sekarang bagaimana RRI bisa memberikan informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan responden, tapi sekaligus menghibur.

(8)

8

Tabel 3

Peringkat Pertama Radio Paling Sering Didengarkan

Medan Pekanbaru Palembang Makassar Banjarmasin Manado

RRI RRI Elita RRI Gamasi RRI

Simfoni Persada La Nugraha Gema Venus Memora

Most Gress RRI Nirwana RRI RRI Pro 1

RRI Pro 1 Cendana

Chandra

Buana Pelangi RRI Pro 1

Sumber kasih Sikamoni Aditia RRI Pro 2 RRIPro 1 RRI Pro 2 KD FM

Kiss Barabas Momea RRIPro 2 Telstar RRI Pro 2

Citra Buana Robbani RRI Pro 1

Abdi Persada

FM Prambors Smart

RRI Pro 2 RRI Pro 2 Ramona Nusantara I Radio RAL

Kardopa CBS Sriwijaya Sky Bharata Delta

Star Indra Smart Mustika Madama Sindo

Keenam, dari lima temuan penelitian di atas, rekomendasi utama penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mendengarkan radio ternyata tidaklah lama, rata-rata 1-3 jam. Oleh karena itu, di waktu-waktu dimana jumlah respondennya signifikan bisa dibuat acara yang bagus dengan menggabungkan informasi dan musik dengan ditopang oleh penyiar yang bagus juga. Musik bisa dibuat bagus dengan kombinasi informasi yang benar-benar dibutuhkan responden. Jika hal ini ditopang oleh penyiar yang bagus maka besar kemungkinan hasilnya akan luar biasa.

2. Beberapa kelemahan, misalnya, variasi program acara dan kualitas suara bisa diperbaiki secara bertahap.

3. Posisi yang bagus dari RRI seyogianya dipertahankan dengan melakukan inovasi terus-menerus dalam program acara. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memformulasikan program musik dan informasi yang tepat. Kebutuhan-kebutuhan informasi mestinya bisa dibuat proporsional sesuai dengan temuan penelitian.

(9)

9

4. Sebagaimana tercermin dalam peta kompetisi, RRI ternyata lebih kuat brand-nya dibandingkan dengan Pro 1 dan Pro 2. Oleh karena itu, perlu ada strategi branding untuk Pro 1 dan Pro 2, terutama dengan lebih mengintensifkan program-program off air.

5. Musik dan informasi ternyata menjadi alasan paling utama responden mendengarkan radio. Informasi berita bervariasi dari satu kota ke kota lainnya, tapi untuk musik kecuali Banjarmasin, musik pop paling banyak diminati. Kemudian, oleh karena musik pop mempunyai banyak subgenre menjadi penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Bobot Nilai Waktu Referen si 5-6 Keseimbangan Energi  Kandungan energi makanan  Nilai energi makanan  Kebutuhan energi  Cara menaksir kebutuhan energi Ceramah,

Nilai komunikasi kesenian Goong Gede sebagai media konservasi sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat Desa Citorek, terdapat kekhasan pesan pada informasi yang

3) Keputusan pembatalan diberitahukan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah yang bersangkutan berserta alasan- alasanya;dan.. 4) Dalam waktu selambat-lambatnya

Selain komponen konsumsi rumah tangga, komponen PDRB Penggunaan yang mengalami peningkatan peranan pada triwulan III tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan II

perencanaan pembangkit listrik tenaga air dengan tinggi jatuh maka jenis turbin yang digunakan adalah turbin

Cerita ini mengemukakan tema keberanian luar biasa seorang raja yang bernama Indera Nata dalam usaha mencari gajah bergadingkan emas dan menyelamatkan tujuh orang

Petunjuk relaksasi progresif dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian pertama dengan mengulang kembali pada saat praktek sehingga lebih mengenali bagian otot tubuh yang paling

Pajak penghasilan bagi Wajib Pajak dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak sesuai dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17