• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Lahan yang dibangun merupakan lahan kosong seluas ± m2 di sisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Lahan yang dibangun merupakan lahan kosong seluas ± m2 di sisi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Data Lapangan

4.1.1. Persiapan Lahan

Lahan yang dibangun merupakan lahan kosong seluas ± 156.583 m2 di sisi barat gedung existing ( gedung plaza pasifik). Kegiatan persiapan akan dilakukan dengan pembersihan lahan dari semak dan sampah. Selain itu dilakukan pengurukan lahan setinggi ± 0.4 – 0.7 meter di beberapa bagian terutama pada lahan yang akan menjadi jalan dan ruang terbuka dalam proyek.

Tanah dengan volume ± 6.829 m3 sebagian diambil dari tanah galian dan sebagian lagi diambil dari luar proyek. Tanah urugan ini kemudian dipadatkan dengan mesin gilas (Sheep Foot Roller) untuk memperbesar pemampatan. Sifat pemadatan alat ini dissebut “ pemadatan dari bawah “ artinya yang padat lebih dahulu adalah bagian bawah dari suatu lapisan tersebut. Secara visual, bila tanah telah cukup padat maka mesin gilas ini tidak meninggalkan bekas-bekas yang dalam lagi. Tetapi dalam pelakasanaan proyek , pengamatan visual harus didukung dengan uji kepadatan dilapangan dengan menggunakan sand cone test. Kegiatan pemadatan dilakukan setiap pengurukan setebal 30cm, agar pemadatan lebih optimal.

(2)

4.1.2. Penggalian Tanah

Untuk basement 2 lapis dengan luas keseluruhan (B1& B2) 210.772 m2 dan kedalaman masing-masing ± 3.25 meter menghasilkan volume galian sebesar 685.009 m3. Tanah hasil galian di buang ke daerah Cakung dan Kapuk untuk di gunakan sebagai backfilling atau timbunan pada beberapa lokasi. Pekerjaan galian tanah dan pembuangan hasil galian memerlukan sekitar 8 unit excavator dan 76 dump truck. mengingat daerah galian cukup luas, maka sistem galian dilakukan sesuai dengan kondisi perbatasan galian dengan daerah sekitarnya.

Pada bagian utara , galian dapat dilakukan secara terbuka dengan kemiringan H: V = 1:5 hingga kedalaman 3.0 meter kemudian diberikan berm selebar 1.0 m dan untuk selanjutnya penggalian dilakukan dengan tegak. proteksi untuk daerah ini dalaksanakan dengan penutupan permukaan galian menggunakan plastik pada kedalaman 0 – 3 , sedangkan pada bagian bawah proteksi galian dengan menutup permukaan dengan mengunakan short crete setebal 6.0 cm.

Untuk daerah bagian selatan mengingat jarak galian ke jalan raya agak dekat, maka proteksi untuk jalan dilakukan menggunakan deretan tiang dengan kedalaman 16 meter dan jarak as 2.0 m. pada galian tanah setelah kedalaman 1.0 m hingga dasar galian perlu di antisipasi masalah- masalah sebagai berikut :

a. Posisi galian sudah dekat dengan muka air tanah sehingga pemompaan harus diaktifkan.

(3)

b. Pembuangan air dari hasil pemompaan harus langsung ke selokan yang telah tersedia dan tidak dibenarkan membuang air di permukaan tanah galian, karena dapat mengakibatkan pelumpuran yang menyulitkan pembuangan material keluar.

c. Pembacaan muka air tanah dalam piezometer di bibir galian harus mencapai dasar galian. Bilamana kondisi ini tidak tercapai, maka harus di tambahkan pompa. ( pembacaan piezometer dapat dilihat pada data lampiran )

4.1.3. Pekerjaan Dewatering

Dengan adanya pekerjaan galian basement, maka genangan air didalam lokasi galian yang merupakan rembesan air tanah permukaan akibat muka air yang tinggi dan hujan ( saat hujan turun), perlu “ di keringkan “ untuk mempermudah pekerjaan basement. Sistem dewatering yang dipilih adalah pemompaan. Parameter desain yang digunakan untuk perencanaan dewatering adalah sebagai berikut:

Dengan luas daerah galian seluruh proyek ± 155.806,74 m2, muka air tanah di lokasi ditetapkan –1.0 meter dari permukaan tanah, jenis tanah umumnya lempung dan kedalaman galian 6.5 m sehingga muka air tanah perlu diturunkan hingga kedalaman –7.0 m maka radius pengaruh penurunan muka air tanah berdasarkan rumus sichart adalah 67 meter. Debit air tanah yang merembes masuk ke daerah

(4)

galian di hitung dengan asumsi daerah dgalian sebagai sumur dengan luas dan kedalaman yang sama dengan luas dan kedalaman daerah galian.

Total Debit Air Tanah didapat dengan rumus sbb:

Dimana :

Q = Total debit air tanah ( m3/ detik)

K = Koefisisen permeabilitas untuk tanah lempung = 1,257 x 10 –8 m / dtk.

Rw = Radius equivalent di daerah galian = 259 m R = Radius pengaruh untuk jenis tanah lempung = 5 m H = Tinggi air mula-mula = 8.0 m

Hw = Tinggi air setelah pemompaan = 7.0 m

Maka besarnya debit rembesan air tanah adalah 14.3 liter/ detik atau 858 liter/ menit, untuk itu dibutuhkan 3 buah pompa kapasitas 5 liter/ detik.

14.3ltr/dtk : (5ltr/dtk *3 pmpa ) Q = 2,727 k.b ( H-Hw) Log R

(5)

4.1.4 Penurunan Muka Air Tanah

Akibat pekerjaan dewatering akan terjadi penurunan muka air tanah yang dapat diperhitungkan dengan mengunakan rumus Sinchart/Dupuit/Thiem ( Ray K. Linsey, Joseph B.Franzini, Water-Resources Enginering,1979)

Q = 2.727 x k x b x (H-Hw)

Log R

RW

Dari hasil penelitian lapangan oleh PT. UNILAB tahun 2005 di peroleh parameter- parameter data sbb : K = 1.275 x 10-8 m/dtk Rw = 259 m R = 5 m H = 8.0 Hw = 7.0

Parameter-parameter diatas di masukan ke dalam rumus sincart maka diperoleh ; 14.3 x 10 –3 m/dtk = 2.727 x 1.275 x 10 –8 m/dtk x b x ( 8.0 – 7.0 )

Log 5.00 259 maka besarnya b adalah :

b = 14.3 x 10 –3 m/dtk x ( - 1.714 ) 3.476 x 10-8 m/dtk

= 24.51

3.476 x 10 –5

(6)

Radius penurunan muka air tanah adalah 2b = π r 2 7.051 x 10-5 x 2 = 3.14 x r 2 14.102 x 10 –5 = 3.14 x r 2 r2 = 14.102 x 10 5 π r = 67 m

Maka dari perhitungan diatas diketahui radius penurunan MAT akibat pekerjaan dewatering sebesar 67 m ( lihat gambar 4.2 )

Besarnya rembesan adalah 14.3 ltr/dtk atau sebesar 858 ltr/ mnt Jika di gunakan 3 pompa yang masing- masing 5 liter/ dtk Maka di dapatkan kapasitas pompa

5 ltr/dtk = 18 m3/ jam dibutuhkan 3 pompa dengan series Rw 20 ∅ 50 = 54 m3/jam di butuhkan 1 pompa dengan series Rw 20 ∅ 80

(7)
(8)

4.2. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

4.2.1. Fasilitas Penunjang Kegiatan Hunian, Pertokoan, Perkantoran dan Mall Kelapa Gading Square

a. Air Bersih

Kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasi pengembangan Kelapa Gading Square (tidak termasuk rukan Plaza Pasifik) seluruhnya ± 4.500 m3/ hari. Kebutuhan air bersih ini telah termasuk untuk kegiatan domestic, kegiatan pemeliharaan bangunan/taman serta kebutuhan pengisian kolam renang yang tersebar di apartemen dan hotel. Melihat banyaknya volume air yang harus di sediakan dalam 1 hari, maka di pastikan jaringan PDAM tidak akan sanggup mensuplai 100%.

PDAM kemungkinan hanya mampu mensuplai 80% dari kebutuhan total atau sekitar 900m3/hari. Walaupun demikian, sumber air bersih akan tetap di upayakan berasal dari satu layanan PDAM sehingga seluruh unit bangunan akan dilengkapi meter assemblies dan valving. Untuk mem back-up kebutuhan air bersih, maka di bangun 15 unit deep well berkapasitas 200 liter/menit dengan kedalaman 200 meter.

Seluruh air dari PDAM dan deep well akan menuju ke main water storage tank berkapasitas 5000 m3. Air bersih dari PDAM dan deep well yang telah ditampung dalam tangki utama yang telah dilengkapi dengan sistem filtrasi ini, melalui 7 unit pompa air kemudian di pompa menuju ke masing- masing tangki bawah ( ground Water Tank) yang berada di City Home, French Walk, Mall, City House, Ruko, Hotel dan area Publik Umum.

(9)

Tabel 4.1. Perhitungan Kebutuhan Air NO Luas/ Unit (m2/unit Jumlah Penghuni/ Pengunjun g Kebutuhan (ltr/Unit/hari Total Kebutuhan (m3/hari) 1 City Home 37,308 5,980 5 190 Basement B1 & B2 47,083.52 2,512 2.5 118 308 2 French Walk 16,331 2,610 5 82 Basement B1 & B2 43,234.65 3,458 2.5 109 Parkir Lantai 3,4,5,6 26,840 1,431 2.5 68

Apartement 1.040 unit 65,850 4,160 1000 ltr/unit 1,040

Coridor dalam 18 lt 2,877 2.5 8

1307

3 City House 462 unit 2,772 1,200 ltr/unit 554

Basement B1 & B2 32,032.62 1,708 2.5 81 635 4 Ruko 98,528 10,510 5 493 Basement B1 & B2 45,251.56 2,413 2.5 114 607 5 Mall - Lower Ground 7,662 408 2.5 19 Parkir 10,972 1,755 5 55 Kios 12,310 1,970 5 62 Hypermart 26,728 4,277 5 134 Ground Floor 26,525 4,244 5 133

Upper Ground Floor 26,050 4,168 5 131

Mall Lt 1 23,908 3,825 5 120 Mall lt 2 Mall Lt 3 Cinema 3,100 868 15 47 Parkir 19,528 1,041 2.5 49 Mall Lt 4 Parkir 19,528 1,041 2.5 49 Mall Lt 5 Parkir 19,528 1,041 2.5 49 Mall Lt 6 Parkir 19,528 1,041 2.5 49 897=900

6 Hotel 250.unit 500 1500 ltr/unit 375

7 Areal Umum 125,922 16,118 2.5 315

Total Kebutuhan Ground Water Tank 4500 m3

( Asumsi perhitungan kasar kebutuhan air bersih di atas telah mencangkup kebutuhan kolam renang serta pemeliharaan

bangunan, namun belum termasuk cadangan kebutuhan air hydrant) Bangunan / areal

Sumber : analisa data

Dari tabel tersebut di peroleh kesimpulan bahwa total kebutuhan air bersih pada Ground water Tank sebesar 4500 m3/hari

(10)

4.2.3 Perhitungan kebutuhan Air Hidrant dan Kolam

Pada masing-masing bangunan, air dari tangki bawah akan di transfer menuju ke masing- masing tangki atap ( roof tank), kemudian dari tangki atap, air akan di ditribusikan ke booster pump menuju 3 ( tiga) lantai tertinggi dan secara gravitasi akan didistribusikan ke lantai bawah.

Kebutuhan air yang harus tersedia untuk cadangan hidrant adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Kapasitas GWT Total

No Bangunan/Areal Kebutuhan air u/ hydrant (m3) Keb. Air Domestik (m3) Kapasitas GWT (m3) 1 City Home 220 308 528 2 French Walk 220 1,307 1527 3 City House 220 635 855 4 Ruko 220 607 827 5 Mall 220 900 1120 6 Hotel 220 130 350

Sumber : analisa Data

Dari data di atas di dapat kapasitas GWT masing – masing area. Tabel 4.3 Kapasitas Tangki Roof Tank

No Bangunan/Areal Kebutuhan per hari (m3) Kebutuhan per jam (m3) Jam puncak (jam) Keb pada jam Puncak (m3/jam) Kapasitas Roof Tank selama 1/2 jam (m3) 1 City Home 308 31 2 62 31 2 French Walk 1,307 131 2 262 5 x 30 3 City House 635 64 3 192 3 x 32 4 Mall 900 90 2 180 3 x 30 5 Hotel 375 31.25 3 93.75 3 x 32

Sumber : analisa data

(11)

Secara rinci kebutuhan air bersih sesuai dengan tabel terlampir di atas adalah sbb: a. City Home

Total kebutuhan air bersih = 308 m3/hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 31 m3/ jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 31x2 = 62 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 32 m3.

b. French Walk

Total kebutuhan air bersih = 1.307m3/hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 131 m3/ jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 131x2 = 262 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 5x30 m3.

c. City House

Total kebutuhan air bersih = 635m3/hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 64 m3/ jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 64x3 = 192 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama

(12)

dengan 3x32 m3.Jumlah dan kapasitas tangki atap akan di tentukan kemudian dan setiap block akan dilengkapi dengan tangki atap individual.

d. Mall

Total kebutuhan air bersih = 900m3/hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 90 m3/ jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 90x2 = 180 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 3x30 m3.

e. Hotel

Total kebutuhan air bersih = 375m3/hari dalam 12 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 31.25 m3/ jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 31.25x3 = 93.75 = 94 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 3x32 m3.

f. Areal Umum

Total kebutuhan air bersih = 315m3/hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 31.5 m3/ jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih

(13)

maksimal dapat mencapai 31.5x2 = 64 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 2x32 m3.

g. Kebutuhan Air Kolam Renang dan Kolam Taman

Kolam renang dan kolam taman yang ada di areal Kelapa Gading Square berada di apartement. City House dan Hotel. Kebutuhan air bersih yang di gunakan untuk seluruh jenis kolam ini ± 340 m3.

Untuk kebutuhan air kolam renang, tidak akan di suplai setiap hari karena akan dilakukan proses daur ulang, yang mana air kolam tidak di buang tetapi di filtrasi dan kemudian digunakan kembali. Make up water kolam renang setiap harinya di perkirakan sekitar 30 m3/ hari. Untuk menjaga kualitas air kolam semi public, dilakukan kegiatan filtrasi air kolam setiap 6 jam dengan penjagaan temperature sekitar 27 0C dan PH 7,4 – 7,6.

h. Sistem dan Sirkulasi Kolam Renang

Air kolam renang akan melalui proses penyaringan ( filter) untuk menyediakan kualitas air yang diinginkan serta dilakukan sirkulasi terus menerus dengan pompa. Kelebihan air ataupun luapan air dari kolam renang akan mengalir melalui gutter (saluran) menuju balancing tank (kapasitas tangki balancing = 30 % dari volume air

(14)

kolam renang) dan apabila melebihi kapasitas tangki balancing maka air mengalir ke saluran luar. Pada saat pembersihan kolam air akan di salurkan menuju ruang pompa untuk disirkulasi kembali. Air kolam dapat di gunakan sebagai cadangan untuk kebutuhan air hydrant dengan membuka valve yang akan mengalirkan air ke Ground Water Tank.

4.3 Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air bersih seperti yang di terangkan di dalam neraca Alir . Air Yang didapatkan dari 30 % dari PDAM dan 80 % dari deep well di tampung dalam Ground Water Tank yang berkapasitas 5000 m3. baru setelah itu di alirkan ke area yang memerlukan pada top roof. Selanjutnya Neraca Air Bersih Proyek Kelapa Gading Square dapat dilihat pada gambar 4.3

(15)

Gambar 4.3 Neraca Air Setelah Pengembangan Kelapa Gading Square PDAM STP = 246 M3/hari 80% Domestik = 1287 m3/hari STP = 1.030 M3/hari Kolam Renang= Kebutuhan 20 m3/hari Ground Water Tank STP = 6.000 m3 508 M3/hari STP = 486 M3/hari Deep Weel 20% Domestik = 630 m3/hari STP = Restaurant 720 M3/hari Foodstall = 270 m3/hari Pemadaman Kebakaran Domestik = (Cadangan 295 m3/hari Hydrant) +1.230 m3 Restaurant STP =

(Tersedia Tetap) & Café 292 M3/hari

Kolam Renang 70 m3/hari

+1.340 m3

(Tersedia Tetap Kebutuhan

dan sirkulasi) Kolam Renang =

10 m3/hari Domestik = STP = 126 m3/hari 178 M3/hari Pemeliharaan Bangunan = 94.5 m3/hari Saluran Siram taman, Drainase jalan, parkir dll+

94.5 m3/hari Infiltrasi

Kali Sunter ke tanah

dan Kali Gendong ( Ruko) City Home = 308 m3/hari French Walk ( Rukan& Apartement) 1.307 m3/hari City House = 635 m3/hari Mall = 900 m3/hari Italian Walk dan French Walk ( Ruko) =

607 m3/hari

315 m3/hari 2 unit hotel =

375 m3/hari

Areal Umum =

Sumber : Analisa Data dari Metcalf dan Eddy, 1979, Dasar-dasar pengolahan limbah, Sugiharto,1987

(16)

4.3. Pengolahan Limbah Cair Kelapa Gading Square

Limbah cair yang dihasilkan oleh seluruh kegiaatan pengembangan Kelapa Gading Square pada saat beroperasi 100% adalah 3.460 m3. Semua limbah cair berupa black

water maupun grey water akan diolah oleh 9 unit STP dengan system Extended

Aeration. Kapasitas masing-masing STP pada setiap bangunan sebagai berikut :

o City Home = 250 m3

o Common area CH ( rukan & apartement ) = 600 m3x 2 unit

o City House = 600 m3

o Italian & French Walk ( ruko ) = 500 m3

o Mall = 400 m3 x 2 unit

o Hotel = 300 m3

o Areal umum = 200 m3

Tata Letak STP berada pada basement 1 dan 2. limbah cair buangan dari toilet akan disalurkan melalui pipa tegak terpisah dengan air kotor dari dapur. Karena air kotor dari dapur mengandung minyak dan lemak, maka air diproses terlebih dahulu dengan perangkap lemak ( grease trap ) sebelum di pompa ke STP.

a) Waste Water Treatment & Pengolahan Limbah Karakteristik dari air limbah yang di hasilkan : Sebelum pengolahan :

(17)

- COD influent : 400 mg/ltr - SS influent : 300 mg/ltr

Setelah pengolahan, kualitas limbah yang dihasilkan : - BOD influent : 30 mg/ltr

- COD influent : 20 mg/ltr

- SS influent : 30 mg/ltr - Chlorine : > 1 mg/ltr

b) Proses yang terjadi dalam STP system Extended Aertion Actived Sludge adalah : 1. Equalization Tank; berfungsi sebagai tangki tunda sekaligus untuk menyamakan

kadar limbah. Dari tangki ini, air dialirkan ke tangki aerasi dengan waktu pengaliran yang konstan selama 24 jam.

2. Aeration Tank; pada tangki ini dilakukan penghembusan udara sebanyak 200 liter/ menit menggunakan Blower sehingga bakteri- bakteri dalam limbah mendapat supply oksigen yang cukupuntuk melakukan proses pengolahan kimia dan biologi untuk mengurangi kadar BOD limbah. Operasi blower diatur melalui suatu panel control dan 1 (satu) unit stand by genset berkekuatan 15 KVA, sebagai cadangan apabila arus PLN putus.

3. Sedimentation Tank ; pada tangki ini di lakukan pengendapan limbah untuk memisahkan air limbah dan Lumpur ( sludge). Lumpur aktif yang masih mengandung oksigen dikembalikan lagi ke aeration tank. Pada tangki ini kadar suspensed solid (SS) akan berkurang.

4. Effluent tank; tangki yang berfungsi untuk menampung air limbah sebelum dibuang ke kali Sunter. Pada tangki ini di lakukan desifeksi untuk membunuh

(18)

bakteri yang merugikan menggunakan dosing pump (pemberian zat kimia secara otomatis sesuai kebutuhan).

Karena limbah yang di hasilkan cukup besar, maka perlu dipikirkan untuk merecycling air limbah sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk siram tanaman, parkir, jalan dan cooling tower. Setelah recycling, kualitas air limbah perlu dibandingkan dengan baku mutu untuk mengetahui apakah air tersebut layak digunakan.

Tabel 4.4

Rincian Luasan Area Untuk Instalasi Air Bersih dan Air Kotor

Rencana

L W Area L W Area L W Area Recycling

(m) (m) (m2) (m) (m) (m2) (m) (m) (m2) (m3/hari)

1 West City Walk 20 8 160 8 7.5 60 20 4.6 92 90

2 Nort City Walk 50 8 400 8 7.5 60 30 15 450 72

3 City House 38 8 304 8 7.5 60 15 7.5 112.5 260 4 Ruko 1 dan 2 30 8 240 8 7.5 60 30 8.7 261 230 5 Mall 47 8 376 8 7.5 60 40 13 520 480 6 Hotel 20 8 160 8 7.5 60 26 7.4 192.4 180 7 Areal Umum 20 8 160 8 7.5 60 25 7 175 150 1800 420 1802.9 1462

Water Tank Pump Room STP

No Keterangan

Sumber : Data instalasi STP Mechanical dan Enginering Proyek Kelapa Gading Square

(19)

4.5. System Drainase Kelapa Gading Square

Untuk perencanaan sistem drainase, digunakan intensitas curah hujan maksimum 300 mm/jam. Di dalam tapak proyek akan dibuat saluran lingkungan yang berfungsi menampung volume limpasan dari Catcment area seluas areal pengembangan kawasan ini adalah 166.583 m2. Diperoleh besarnya debit limpasan 0.00278 x 0.7 x 300 x 16,65 = 9,72 m3/ detik. Limbah air hujan yang berasal dari atap bangunan, di alirkan secara gravitasi melalui pipa vertical ke bak control dan saluran di sekeliling gedung, selanjutnya dialirkan ke saluran Kota.

Untuk air hujan/ rembesan yang jatuh ke ramp dan masuk ke basement akan di alirkan menuju ke lantai basement 1 atau 2 ( ke sump-pit) dan dipompakan keluar melalui pipa pembuangan ke saluran kota. Karena tidak dapat dibangun sumur resapan di dalam areal proyek di akibatkan tinggi muka air tanah dan jenis tanah di lokasi yang permeabilitasnya sangat rendah, maka seluruh debit limpasan akan terbuang ke saluran.

Saluran yang berada dalam tapak proyek Kelapa gading Square harus dapat menampung debit limpasan hujan sebesar 9.72 m3/ detik di tamabah debit limpasan air limbah, sehingga di peroleh dimensi saluran dalam tapak proyek bervariasai dari 40 x 60, 60 x 60 , 80 x 80 dan 100 x 100 cm. Jenis saluran di dalam tapak proyek terdiri dari saluran terbuka, saluran penutup dengan penutup grill, saluran penutup dengan penutup beton yang di lengkapi dengan manhole dan gorong- gorong.

Saluran ini akan terkoneksi dengan saluran jalan boulevard barat di sebelah selatan proyek yang berdimensi 160 x 160 cm dan saluran jalan artha gading selatan

(20)

di sebelah utara site proyek yang berdimensi 180 x 180 cm. Kedua saluran jalan ini akan mengalirkan air menuju kali Gendong dan kali Sunter yang berada di sisi barat proyek. Kali Gendong merupakan bentuk normalisasi kali Sunter sesuai yang tercantum dalam SIPPT dan menjadi tanggung jawab pemrakarsa.

4.6 DESAIN METODA KERJA

4.6.1 Pekerjaan Dewatering.

Pada saat penggalian Basement, otomatis area tersebut akan terendam oleh air tanah, karena tingginya muka air tanah ±0.5 meter (lihat Gambar 1.1) dari muka tanah. Maka disiapkan Pompa Submersible ( Jenis pompa air yang bisa di celupkan ke genangan air). Tetapi penggalian tidak dapat dikerjakan jika daerah tersebut masih terendam air, maka sambil di lakukan proses penggalian di siapkan pompa di atas lokasi penggalian yang di gantung dengan tali. Pompa tersebut berfungsi untuk menghisap air rembesan yang masuk ke area penggalian seperti yang di tunjukan pada Gambar 4.4

(21)

Pompa di gantung Air Keluar

Dasar Galian - 7.00 Meter

Gambar 4.4. Peletakan Pompa Tahap 1

Setelah proses penggalian selesai di kerjakan sementara di lakukan jenis pekerjaan yang lain dan untuk menjaga daerah tersebut tersebut tetap kering, hingga pekerjaan tersebut selesai di kerjakan. Daerah pengalian yang paling rendah di buatkan Slooping dengan ukuran kedalaman 1.0 x 1.0 x 1.0 meter. Area slooping tersebut di lakukan pengeboran sedalam 30 meter dan di berikan casing PVC agar bekas bor tidak runtuh. Lalu didalam Pipa PVC di pasang selang yang di hubungkan ke pompa. Air . Air di dalam pipa PVC di hisap keluar oleh pompa submersible hingga kering, hal ini menjaga area tersebut tetap kering hingga pekerjaan selesai. Proses ini di tunjukan dalam gambar 4.5

(22)

TINGGI MUKA AIR - 1.0 M

Elv . Dasar Basement - 8.00 M

Pompa Submersible

Air Buangan

Radius 67 m

Penurunan M.A.T Slooping Galian

Gambar 4.5 Peletakan Pompa Tahap 2

Kadang kita tidak bisa mengindari lokasi tersebut banjir atau terendam karena air hujan. Maka area tersebut airnya di buang keluar, dengan mengunakan pipa submersible yang di celupkan langsung hingga kedalam dasar tanah galian . Seperti yang di tunjukan gambar 4.6 . Setelah proses pengeringan selesai proses kedua dilakukan kembali dengan meletakan pompa tersebut di dalam slooping galian seperti yang di tunjukan pada gambar 4.5. Proses Dewatering ini berpengaruh langsung dalam penurunan muka air tanah di area kelapa gading hingga radius 70 – 80 meter dari area penggalian . Proses penggalian Area yang cukup luas membutuhkan waktu yang sangat lama ,sehingga berpengaruh dengan kualitas dan kuantitas Air Tanah di area kelapa Gading. Proses dewatering yang berjalan secara dan kontinyu dan konstan dapat mengakibatkan masuknya air laut ke dalam tanah. Sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas air Tanah.

(23)

Elv . Dasar Basement - 8.00 M

Elv Muka Air Tanah -1.0 M

7 Meter

Elv Muka Sungai -1.0 m

4 meter

Panjang dan lebar Area Galian Lebar Sungai

Radius Penurunan MAT 70-80 meter

Muka Air Tanah

Gambar 4.6 Perletakan Pompa Tahap 3

4.6.2 Pekerjaan Deep Weel

Pemilihan daerah pengeboran di tentukan dengan dekat lokasi dari GWT (Ground Water Tank) di masing masing area bangunan. Di perkirakan membutuhkan 15 unit sumur Deep Weel untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di area kelapa gading square. Kedalaman Sumur Deep Well diperkirakan sedalam 200 meter dari muka tanah. Setelah pengeboran di pasang casing baja berdiameter ∅ 8 – 6 inci . Casing dengan ∅ 8 inc dipasang pada bagian dasar pengeboran dengan panjang 50 m, lalu disambung dengan flot sock untuk menyambungkan dengan casing ∅ 7 inc sepanjang 75 m. Sisanya di sambung lagi dengan Casing ∅ 6 inc mengunakan flot sock area sambungan dilas untuk menghindarkan terjadinya patahan akibat tekanan dari pompa. Untuk menjaga area pengeboran tidak longsor dan untuk menjaga pipa

(24)

baja tidak miring . Maka diantara tanah dengan pipa baja di letakan kerikil atau koral. Pipa untuk casing di buatkan pori-pori sehingga memudahkan air untuk masuk ke dalam casing. Setelah proses diatas telah selesai di kerjakan maka pompa deepwel di letakan pada kedalaman yang diinginkan. Seperti yang di tunjukan pada gambar 4.7 dan gambar 4.8

Pompa Deep weel Cassing PVC Urugan Kerikil

Cassing PVC

Pipa

150 - 200 meter

(25)

4.7 Pengolahan Air Bersih dan limbah cair pada suatu gedung

4.7.1. Air Bersih untuk domestik.

Pengambilan air dari Deep Weel dan PDAM di alirkan menuju Raw Water Tank yaitu penampungan sementara, disitu terjadi proses percampuran untuk menyamakan kadar PH dan mineral pada air. Lalu Air tersebut mengalami proses kimiawi dan filterisasi dengan menggunakan dosing pump ( Pompa Chemical) saat diallirkan ke Clean Water Tank atau penampungan air bersih sebelum di distribusikan ke unit2 lain. Dengan mengunakan pompa air di alirkan menuju roof tank . Dari Roof tank air dialirkan menuju 3 lantai teratas dengan mengunakan pompa pressure untuk menjaga tekanan air sehingga dapat di gunakan untuk shower. Dengan Menggunakan grafitasi air dialirkan menuju ke lantai berikutnya hingga ke lantai dasar. Proses Pengaliran Air Bersih dapat dilihat dalam gambar 5.5, di gambarkan dengan garis yang berwarna biru.

(26)

DEEP WEEL PDAM

RAW WATER TANK

Dosing Pump Filter CLEAN WATER Pompa STP Closet Closet Closet Closet Closet Closet ROOF TANK Foor Drain Foor Drain Foor Drain Foor Drain Foor Drain Foor Drain

Roof Pump & Presure

Shower Shower Shower Shower Shower Shower PIPA AIR BERSIH PIPA GREY WATER

PIPA BLACK WATER

Ke Saluran Kota

Gambar 4.9. Sistem Pengolahan Air Pada Gedung Bertingkat

4.7.2. Air Bersih untuk Hidrant Kebakaran

Pada Clean Water Tank di gunakan Water Level Control (WLC) yang berfunsi untuk mengontrol pengeluaran air pada Clean Water Tank. Kegunaan WLC yaitu menjaga water level pada ketinggian tertentu, sehingga air pada Clean Water Tank tidak habis digunakan untuk kebutuhan domestic. Maka jika terjadi kebakaran, gedung tersebut masih memiliki cadangan air untuk disalurkan ke pipa-pipa hydrant. Untuk

(27)

penggunaan domestik membutuhkan 60 – 70 % kapasitas dari Clean Water Tank dan sisanya di gunakan untuk hydrant. Dari Clean Warter Tank menggunakan pompa bertekanan 100 m yang otomatis menyala, pada saat terjadi kebakaran yang menyebabkan splingker pecah. Mengalirnya air disebabkan oleh berkurangnya tekanan pada pipa hydrant. Kekuatan dari pompa di harapkan bisa mengalirkan air hingga ke lantai yang teratas. Berikut ini adalah gambar dari pompa hydrant yang mengambil air dari GWT.

(28)

4.7.3 Air Bersih Untuk Kolam Renang

Pada Kolam Renang air tidak di buang tetapi mengalami sirkulasi dengan mengunakan pompa air kolam mengalami proses filtrasi menuju Filtertank yang berisi pasir kuarsa. Lalu Air kolam renang kembali menuju pompa dosing untuk dilakukan proses kimiawi. Sebelum dialirkan kembali ke dalam kolam renang. Proses sirkulasi tersebut membuat suhu kolam renang selalu terjaga ± 27 oC dan PH Air Kolam pun terjaga antara 7.4 – 7.6. Berikut ini adalah gambar dari Filtertank dan pompa sirkulasi kolam renang.

(29)

Gambar 4.12Filtertank

4.7.4 Pengolahan Limbah Cair.

Pada sebuah gedung pembuangan limbah di bagi menjadi 2 Yaitu Black Water dan Grey Water. Black Water berasal dari Closet dan Urinoir, langsung dialirkan menuju kedalam STP . Di tunjukan dengan garis berwarna merah pada gambar 4.9, dan Grey water yang berasal dari floor drain dan wastafel langsung dialirkan menuju ke saluran kota. Ditunjukan dengan garis berwarna pink pada gambar 4.9

Proses pengolahan limbah cair pada STP sudah saya bahas dalam bab 2. yaitu pada subbab 2.11 tentang teknologi air buangan berikut ini hanya saya lampirkan gambar system pengolahan pada STP yang akan di tunjukan pada gambar 4.13

(30)

Presedimentation Tank Equalizing Tank Contact Aeration Tank Sedimentation Tank Defoaming Tank

Chlorination

Tank Effluent Tank Sludge Storage Tank

Air Seal Pump Air Seal Pump

Air Seal Pump

Floor Control Pump Floor Control Box Blower 2

Blower 1

Spray Nuzle Blower 3 Blower 4

Scraper

Sludge Difuser Box

AirLift Pump Defoaming Pump Floor bubble chamber

Dosing pump Air Seal Difuser

Chloride

Effluent Pump 1-2

Gambar 4.13 Sistem Pengolahan Air Limbah

- Grilt Chamber

Adalah bak penyaring yang fungsinya memisahkan sampah cair dengan sampah padat yang kadang dibuang melalui closet. Sampah padat tersebut dapat berupa plastik, pembalut wanita, stereoform dan lain lain. Didalam Grit Chamber terdapat penyaring berukuran besar. Grit Chamber langsung menerima dari saluran pembuangan. Berikut ini adalah gambar Saluran pembuang dan Grit Chamber.

(31)

Gambar 4.14 Grit Chamber

(32)

- Presediment Tank

Setelah dari Grit Chamber limbah cair dialirkan menuju presedimentation Tank, Pada tank ini untuk pertama kalinya limbah cair di endapkan sebelum memasuki tank berikutnya. Pada presediment tank kotoran 2 yang berupa Lumpur akan memisahkan diri secara gravitasi sebelum di lakukan proses yang menggunakan bakteri pengurai.

Gambar 4.16 Presediment Tank

- Equalizing Tank

Dimana dalam Equalizing Tank terjadi proses bakteriologi untuk memisahkan limbah cair menjadi partikel partikel yang lebih terurai, dalam proses ini di butuhkan udara

(33)

untuk mempercepat proses pengembang biakan bakteri. Dalam Tank ini terjadi penurunan kadar BOD dan SS pada limbah cair yang sangat signifikan.

Gambar 4.17 Equalizing Tank

- Contact Aeration Tank

Dalam Tank ini proses bakteriologi semakin dipercepat setalah limbah cair dialirkan dari equalizing tank. Dengan memberikan gelembung gelembung udara yang di alirkam melalui spray nuzzle dan floor buble chamber. Pada area ini terjadi perubahan kadar limbah yang sangat tinggi.

(34)

Gambar 4.18 Contact Aeration Tank - Sedimentation Tank

Setelah melalui Contact Aeration Tank maka air limbah di endapkan kembali dalam tank kedua. Disini Lumpur memisahkan diri dengan sangat jelas sehingga Lumpur dialirkan kembali menuju equalizink tank kembali. Limbah cair yang sudah jernih dialirkan menuju tangki berikutnya.

(35)

Gambar 4.19 Sedimentation Tank

- Defoaming Tank dan Chorination Tank

Pada tangki ini limbah di bersihkan dengan cara kimiawi dengan mengunakan chorida , disini bakteri di hilangkan . Pada Tangki ini proses pembersihan secara kimiawi dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap pembersihan bakteri dengan cara alami yaitu menggunakan filter pada defoaming tank. Dan mengunakan cara kimiawi pada chlorination tank

(36)

Gambar 4.20 Chlorination Tank

- Efluent Tank

Pada tangki ini limbah cair siap untuk di salurkan ke saluran kota, karena sudah memiliki kadar limbah yang sesuai dengan baku mutu

(37)

Gambar 4.21 Efluent Tank

Gambar

Gambar 4.1 Karakteristik Pompa
Gambar 4.2 Area Penurunan Muka Air Tanah
Tabel 4.1. Perhitungan Kebutuhan Air  NO Luas/ Unit  (m2/unit Jumlah  Penghuni/ Pengunjun g Kebutuhan (ltr/Unit/hari Total Kebutuhan (m3/hari) 1 City Home 37,308 5,980 5 190 Basement B1 & B2 47,083.52 2,512 2.5 118 308 2 French Walk 16,331 2,610 5 82 B
Gambar 4.3 Neraca Air Setelah Pengembangan Kelapa Gading Square  PDAM STP = 246 M3/hari 80% Domestik = 1287 m3/hari STP = 1.030 M3/hari Kolam  Renang= Kebutuhan 20 m3/hari Ground Water Tank STP = 6.000 m3 508 M3/hari STP = 486 M3/hari Deep Weel 20% Domesti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tentu saja keberadaan angkutan ojek tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja, untuk itu maka perlu dipikirkan tentang legalitasnya agar bisa masuk dalam rumpun kendaraan

Meskipun di masyarakat telah banyak produk es krim yang ditawarkan, hal ini tidak menutup peluang usaha dari pelaksanaan program ini, karena dibandingkan es krim lain

• Meminta orang tuanya membimbing anak agar menyenangi pelajaran sastra Sunda dan harus dipaksa agar mau bertanya • Mengundang narasumber/sastrawan Sunda ke sekolah

Indikator yang digunakan dalam asidi- alkalimetri adalah kelompok indikator asam basa, yaitu suatu indikator yang akan berubah warna pada pH tertentu yang

The  consultant  will  work  with  DJPK  staff  in  developing  procedures  and  databases  (joint  development).  This  collaboration  is  necessary  condition 

Menjelaskan pentingnya menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan sehatE. Menjelaskan bahwa air kotor, sampah

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kerajinan adalah hasil pekerjaan tangan yang bukan dilakukan dengan mesin melainkan menggunakan tangan