• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawan. Pernyataan yang sudah cukup umum didengar tersebut tersirat bahwa sejarah memerankan peran yang sentral dalam menentukan besarnya sebuah bangsa. Ir.Soekarno yang merupakan presiden pertama Indonesia sudah lama mengingatkan kapada masyarakat bahwa jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Hal tersebut tentunya bukan tanpa alasan, karena sejarah sangat erat kaitanya dengan pembentukan national caracter building serta semangat nasionalisme yang sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah bangsa.

Selain itu, sejarah juga mengajarkan budi pekerti yang baik karena menimbulkan sikap rendah hati di hadapan kemampuan manusia yang terbatas untuk mengatahui dan rasa takjub di hadapan luasnya sejarah manusia. Sejarah sendiri menyangkut persoalan kesinambungan dan perubahan yang daripadanya manusia dapat belajar. Generasi sekarang tentu tidak ingin mengulangi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat masa lalu. Sedangkan keberhasilan patut dicontoh dan ditingkatkan lagi.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Selanjutnya diterangkan bahwa mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

(2)

Sistem pembelajaran bergantung pada kurikulum menjadi tolak ukur yang dikaji secara berkelanjutan bagi pengamat pendidikan. Dalam hal ini, Malik (2011) merangkum peranan kurikulum meliputi (1) peranan konservatif, (2) peranan kritik evaluatif dan (3) peranan kreatif (hlm 11-13). Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK di evaluasi kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlandaskan hasil kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik setelah melaksanakan berbagai pengalaman belajar tertentu. Saat ini pengembangan kurikulum baru juga di ujicobakan yaitu Kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya akan tetapi dalam hal ini SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Sejarah mutlak harus diajarkan mengingat asas kemanfaatan yang bisa didapat dari sejarah. Di Indonesia pelajaran sejarah sudah mulai diajarkan kepada siswa sejak sekolah dasar yang tergabung dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kemudian memasuki sekolah menengah tingkat pertama dan tingkat atas barulah sejarah diajarkan secara tersendiri. Mengacu pada kurikulum yang digunakan SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pelajaran Sejarah kelas X hanya 1 jam pelajaran setiap satu minggunya kemudian kelas XI terbagi menjadi dua, yakni kelas XI IPA dan XI IPS, kelas XI IPA juga mendapatkan pelajaran Sejarah tetapi hanya 1 jam pelajaran setiap minggunya selayaknya kelas X sedangkan kelas XI IPS mendapatkan pelajaran sejarah 2 jam pelajaran setiap minggunya, untuk kelas XII kelas XII IPS mendapatkan pelajaran sejarah yakni 2 jam pelajaran selama seminggu sedangkan jelas XII IPA hanya 1 jam pelajaran selama seminggu.

Menurut Guru Sejarah SMA Negeri Gondangrejo Bp. Muhammad Nur Hendro Putranto dan Ibu. Aghniyani Zakiah pada saat ini antusiasme peserta didik di SMA Negeri Gondangrejo untuk belajar mata pelajaran Sejarah masih rendah, apalagi mata pelajaran Sejarah tidak dijadikan kriteria lagi untuk meneruskan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, selain itu kurangnya keterampilan guru dalam

(3)

mengembangkan pendekatan dan metode atau model pembelajaran, sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher centered), dan kurang ada partisipasi peserta didik yang berarti. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan penyebab menurunnya kualitas pembelajaran sejarah, tetapi tampaknya faktor cara mengajar guru sejarah merupakan faktor terpenting dari semakin memburuknya pengajaran sejarah tersebut. Sebagian besar guru sejarah ketika mengajar hanya memberikan cerita yang diulang-ulang, membosankan, menyebalkan, dan guru sejarah dianggap peserta didik sebagai guru yang memberikan pelajaran yang tidak berguna (Suharso, 2002).

Penggunaan media menjadi lebih berarti apabila guru sebagai pendidik dapat menempatkan peserta didik sebagai subyek yang aktif. Guru menjadi fasilitator dan motivator peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, sehingga keduanya berada dalam satu keadaan yang sejajar dalam pembelajaran. Pengetahuan guru dalam teknologi dan media menjadi tuntutan penting pada zaman ini, dalam pendidikan pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat dihindari.

Untuk menjawab permasalahan diatas diperlukan suatu upaya untuk mengatasi keterbatasan pembelajaran sejarah yang selama ini diterapkan yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran sejarah berbasis media. Salah satu media yang digunakan SMA Negeri Gondangrejo adalah media audio visual yang berbentuk film dokumenter. Model pembelajaran sejarah berbasis media yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pemanfaatan media audio visual, dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis media memanfaatkan sebuah media berbentuk tayangan audio visual tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang berbentuk film dokumenter sejarah. Model pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, belajar menilai, dan untuk selanjutnya mendorong peserta didik agar berani untuk memberikan sebuah tanggapan-tanggapan serta komentar-kokmentar terhadap sebuah peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lalu sehingga proses pembelajaran terpusat pada siswa (student centered), maka dari itu dengan

(4)

mengimplementasikan model pembelajaran sejarah berbasis media dengan memanfaatkan film-film dokumenter sejarah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah. Film-film dokumenter yang dimaksud merupakan film-film yang menunjukkan gambaran-gambaran peristiwa sejarah, baik film dokumentasi primer atau asli diambil pada saat peristiwa sedang terjadi, maupun film dokumentasi sekunder yang merupakan film dokumenter yang sengaja dibuat untuk mengisahkan kembali sebuah peristiwa sejarah seperti yang tercatat dalam buku-buku sejarah, dengan film-film inilah, peserta didik akan diajak melihat peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk audio visual. Peserta didik akan lebih mudah memahami sebuah peristiwa sejarah tanpa harus berimajinasi yang belum sesuai dengan yang sebenarnya terjadi dalam sebuah peristiwa sejarah.

Melalui penggunaan media film dokumenter pada pembelajaran Sejarah diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar sesuai tujuan kurikulum KTSP. Film dokumenter termasuk audio visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah, dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, menjadikan pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar dan suasana belajar pun lebih menarik perhatian peserta didik. Adapun alasan penggunaan media film dokumenter ini didasarkan pada beberapa yaitu untuk meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Film dokumenter diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik sehingga dapat mempermudah peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran sejarah.

Film dokumenter dapat menjadi media untuk merangsang pemikiran, perasaan, dan kemampuan peserta didik atau proses belajar. Pemanfaatan media film dokumenter akan melatih daya kritis dan analitis peserta didik (Hatib, 2010) sehingga pelajaran sejarah tidak lagi dianggap hafalan saja. Widja (2002) mengungkapkan bahwa pelajaran sejarah seyogyanya tidak terlalu menekankan pengajaran hafalan fakta serta afektif doktriner tetapi lebih sarat dengan latihan berfikir historis kritis analitis. Selain itu sejarah sebagai ilmu yang merekonstruksi masa lampau, akan

(5)

menjadi lebih hidup dan lebih mudah bagi peserta didik jika guru menghadirkan film dalam pembelajaran di kelas (Kochar, 2008).

Dalam proses pembelajaran di SMA Negeri Gondangrejo guru sudah mencoba menggunakan film dokumenter sebagai media pembelajara sejarah walaupun tidak di semua kompetensi dasar, salah satu film dokumenter yang digunakan guru sejarah dalam pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi yang ada di silabus, pada Kompetensi Dasar 2.2 yaitu menganalisis Proses Berakhirnya Pemerintah Orde Baru dan Terjadinya Reformasi dan Kompetensi Dasar 3.2 adalah Menganalisis Perkembangan Mutakhir Sejarah Dunia.

Tujuan dari penggunaan Film Dokumenter ini sebagai media pembelajaran sejarah yaitu untuk memudahkan siswa memahami kejadian – kejadian sejarah dengan melihat suatu gambaran yang nyata yang ditayangkan melalui film tersebut sehingga siswa akan lebih cepat menangkap dan memahami gambaran suatu peristiwa sejarah. Dari hal itu maka siswa akan antusias belajar sejarah yang akan membawa dampak baik bagi peningkatan pemahaman dan prestasi belajar sejarah.

Penelitian ini akan mengungkapkan lebih dalam bagaimana guru sejarah SMA Negeri Gondangrejo memanfaatkan penggunaan film dokumenter sebagai media pembelajaran sejarah mulai dari teknis penggunaanya, proses pelaksanaanya dan pada saat melakukan evaluasi pembelajaran, serta akan menjelaskan pula kendala yang dialami oleh guru ketika menggunakan film dokumenter ini sebagai media pembelajaran sejarah.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul yaitu “Penggunaan Film Dokumenter Sebagai Media Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus Kelas XII SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016)”.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemasalahan di atas, dalam penelitian ini akan diangkat beberapa permasalahan, yaitu

1. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Sejarah melalui Film Dokumenter sebagai Media Pembelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016 ?

2. Bagaimana Proses Pembelajaran Sejarah melalui Film Dokumenter pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016 ?

3. Bagaimana Evaluasi Pembelajaran Sejarah melalui Film Dokumenter pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016 ?

4. Apa Kendala dalam Pembelajaran Sejarah melalui Film Dokumenter pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan penelitian untuk menjelaskan:

1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah melalui film dokumenter sejarah sebagai media pembelajaran sejarah pada siswa kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan film dokumenter sejarah pada siswa kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016.

3. Evaluasi Pembelajaran sejarah melalui Film Dokumenter pada siswa kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016.

(7)

4. Kendala dalam pembelajaran sejarah melalui Film Dokumenter pada siswa kelas XII di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah kajian ilmiah tentang model pembelajaran sejarah berbasis media pada siswa. Khususnya dalam mengembangkan konsep–konsep pembelajaran aktif yang menginspirasi agar dapat mengembangkan potensi dan sikap peduli siswa agar dapat mengaktualisasikan diri lewat film dokumenter. Disisi lain proses pembelajaran lebih mengutamakan pendidikan berkarakter melalui media film dokumenter terhadap peserta didik, sehingga pemanfaatan film dokumenter menjadi efektif, selain itu membangkitkan minat siswa, guru juga dapat mengolah kreatifitas diri dalam pendidikan karakter serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan berupa pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis media dalam rangka peningkatan pemahaman siswa dan prestasi belajar siswa kelas XII terhadap mata pelajaran sejarah di SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar.

3. Secara Praktis

a. Bagi Guru Sejarah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan Guru Sejarah SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar terkait dengan pendekatan pembelajaran sejarah yang inspiratif dengan penggunaan media film dokumenter secara efektif.

(8)

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat membuka wawasan siswa bahwa dengan mempelajari sejarah mereka dapat membuka cakrawala pemikiranya, sekaligus memperolehnya dengan cara yang menyenangkan, bermanfaat dan bermakna, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur kebangsaan dan martabat mereka sebagai mahkluk sosial, demikian siswa menyadari dalam kekurangan dalam diri dan mulai mengembangkan minat belajarnya lewat pembelajaran aktif dan menginspirasi diri dan sesamanya. Tidak hanya itu siswa juga dapat menunjukan kreatifitas, pikiran yang kritis, kemampuan diskusi, menyatakan pendapat dan mengaktualisasikanya secara kognitif maupun afektif lewat media film dokumenter.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah agar dapat menyediakan fasilitas memadai terkait penggunaan media dan sumber belajar yang memadai. Disamping itu sekolah dapat terus meningkatkan pelatihan yang akir-akir ini dilakukan bagi guru-guru MGMP termasuk sejarah dengan berbagai strategi, model dan metode pembelajaran yang aktif.

d. Bagi Para Pengambil Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan memberi angin segar bagi berbagai kebijakan baru yang selama ini menggantungkan banyak pihak termasuk guru. Perbaikan tersebut termasuk mengenai perumusan kurikulum sejarah yang baru yang lebih mengedepankan penanaman kesadaran sejarah, rasa kebanggaan bagi nilai-nilai kehidupan. Di lain hal, bagi dunia perfilman, agar dapat menyaring berbagai bentuk tema, sehingga dapat dipilih secara tepat tema yang cocok bagi pendidikan Indonesia khususnya film dokumenter tentang kebudayaan dan perjuangan bangsa Indonesia tercinta ini. Hal ini tentunya sangat menginspirasi para siswa untuk dapat membangun nasionalisme dan karakter bangsa Indonesia yang majemuk.

Referensi

Dokumen terkait

Pengiriman fungsional: Dalam proses komunikasi keluarga yang berhubungan dengan pengiriman fungsional ini, peneliti sampaikan bahwa ketiga informan ketika melakukan

Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik

Berdasarkan WHO katarak adalah hilangnya kejernihan lensa kristalin dari mata. Katarak merupakan suatu keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa akibat hidrasi lensa,

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

Penelitian ini menggunakan pendekatan komitmen afektif untuk berubah dari Herscovitch dan Meyer (2002) dan mencoba menguji komitmen afektif manajemen sebagai variabel

Kabupaten Penajam Paser Utara mempunyai potensi cukup besar untuk tanaman pangan, pada tahun 2010 mengalami peningkatan, luas panen padi sawah pada tahun 2010 menjadi 15.854 Ha

Pada kasus desain Apartemen dengan pusat perbelanjaan ini, konsep desain perancangan yang hendak diimplementasikan pada properti yaitu bangunan hunian apartemen yang

Kawasan wisata Gunung Galunggung sangat memiliki potensi berwisata tetapi sangat disayangkan wisata tersebut promosi yang dilakukan dari objek wisata ini masih sangat